Manajemen Laba
Manajemen Laba
menaikkan atau menurunkan laba yang dilaporkan dari unit yang menjadi tanggung jawabnya
yang tidak mempunyai hubungan dengan kenaikkan atau penurunan profitabilitas perusahaan
untuk jangka panjang. Dengan demikian, manajemen laba dapat diartikan sebagai suatu
tindakan manajemen laba yang mempengaruhi laba yang dilaporkan dan memberikan
manfaat ekonomi yang keliru kepada perusahaan, sehingga dalam jangka panjang hal tersebut
akan sangat menggangu bahkan membahayakan perusahaan. Definisi manajemen laba
(earnings management) menjadi dua, yaitu:
1. Definisi sempit.
Earnings management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode akuntansi.
Earnings management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku manajemen
untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam menentukan besarnya
earnings.
2. Definisi luas.
Manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud tertentu terhadap proses pelaporan
keuangan eksternal dengan sengaja memperoleh beberapa keuntungan pribadi. Manajemen
laba terjadi ketika manajer menggunakan judgment dalam pelaporan keuangan dan
penyusunan transaksi untuk merubah laporan keuangan, sehingga menyesatkan stakeholder
tentang kinerja ekonomi perusahaan atau untuk mempengaruhi hasil yang berhubungan
dengan kontrak yang tergantung pada angka akuntansi yang dilaporkan. Manajemen laba
merupakan pemilihan kebijakan akuntansi untuk mencapai tujuan khusus.
Schipper (1989) mendefinisikan manajemen laba sebagai suatu intervensi dengan maksud
tertentu terhadap proses pelaporan keuangan eksternal dengan sengaja untuk memperoleh
beberapa keuntungan pribadi. Fischer dan Rosenzweig (1995) mendefinisikan manajemen
laba sebagai tindakan seorang manajer dengan menyajikan laporan yang menaikan
(menurunkan) laba periode berjalan dari unit usaha yang menjadi tanggungjawabnya, tanpa
menimbulkan kenaikan (penurunan) profitabilitas ekonomi unit tersebut dalam jangka
panjang. Sedangkan menurut Healy dan Wahlen (1999), manajemen laba terjadi ketika
manajer menggunakan pertimbangan (judgment) dalam pelaporan keuangan dan penyusunan
transaksi untuk merubah laporan keuangan, dengan tujuan untuk memanipulasi besaran
(magnitude) laba kepada beberapa stakeholders tentang kinerja ekonomi perusahaan atau
untuk mempengaruhi hasil perjanjian (kontrak) yang tergantung pada angka-angka akuntansi
yang dilaporkan.
Healy dan Wahlen (1999), menyatakan bahwa definisi manajemen laba mengandung
beberapa aspek. Pertama intervensi manajemen laba terhadap pelaporan keuangan dapat
dilakukan dengan penggunaan judgment, misalnya judgment yang dibutuhkan dalam
mengestimasi sejumlah peristiwa ekonomi di masa depan untuk ditunjukan dalam laporan
keuangan, seperti perkiraan umur ekonomis dan nilai residu aktiva tetap, tanggung jawab
untuk pensiun, pajak yang ditangguhkan, kerugian piutang dan penurunan nilai asset.
Disamping itu manajer memiliki pilihan untuk metode akuntansi, seperti metode penyusutan
dan metode biaya. Kedua, tujuan manajemen laba untuk menyesatkan stakeholders mengenai
kinerja ekonomi perusahaan. Hal ini muncul ketika manajemen memiliki akses terhadap
informasi yang tidak dapat diakses oleh pihak luar.
Manajemen laba sebagai bentuk dari manipulasi laporan keuangan, hingga saat ini belum
mempunyai batasan mengenai definisi dari manajemen laba. Berikut pendapat beberapa ahli
mengenai definisi manajemen laba. Menurut Davidson, Stickney dan Weil dalam Sulistyanto
(2008), manajemen laba merupakan proses untuk mengambil langkah tertentu yang disengaja
dalam batas-batas prinsip akuntansi yang diterima umum untuk menghasilkan tingkat yang
diinginkan dari laba yang dilaporkan.
Lewitt dalam Sulistyanto (2008), menyatakan bahwa manajemen laba adalah fleksibilitas
akuntansi untuk menyetarafkan diri dengan inovasi bisnis. Penyalahgunaan laba ketika publik
memanfaatkan hasilnya. Penipuan mengaburkan volatilitas keuangan sesungguhnya. Itu
semua dilakukan untuk menutupi konsekuensi dari keputusan-keputusan manajer.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa manajemen laba merupakan
permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan dengan mengatur besar kecilnya
laba perusahaan demi kepentingan pribadi. Sementara itu Davin (2005) menyebutkan bahwa
terdapat tujuh permainan manajerial untuk memanipulasi laporan keuangan yaitu dengan
jalan mencatat pendapatan terlalu cepat, mencatat pendapatan palsu, mengakui pendapatan
lebih cepat satu periode, mengakui biaya periode berjalan menjadi biaya periode sebelum
atau sesudahnya, tidak mengungkapkan semua kewajibannya, mengakui pendapatan periode
berjalan menjadi pendapatan periode sebelumnya dan mengakui pendapatan masa depan
menjadi pendapatan periode berjalan
10 hari kemudian
3 bulan kemudian
10 hari kemudian
AzzahraVina Azzahra
Feb 13
1. Widyaningdyah (2001 :92) membagi definisi manajemen laba menjadi dua yaitu:
Definisi sempit
Earning management dalam hal ini hanya berkaitan dengan pemilihan metode
akuntansi. Earning management dalam artian sempit ini didefinisikan sebagai perilaku
manager untuk “bermain” dengan komponen discretionary accruals dalam penentuan
besarnya laba.
Definisi luas
Earning management merupakan tindakan manajer untuk meningkatkan
(mengurangi) laba yang dilaporkan saat ini atas unit dimana manager bertanggung
jawab, tanpa mengakibatkan peningkatan (penurunan) profitabilitas ekonomis jangka
panjang unit tersebut.
2. Healy dan Wahlen (1999: 368) memberikan definisi manajemen laba yang ditinjau
dari sudut pandang penetap standar, yaitu manajemen laba terjadi ketika para manajer
menggunakan keputusan tertentu dalam pelaporan keuangan dan mengubah transaksi
untuk mengubah laporan keuangan sehingga menyesatkan stakeholder yang ingin
mengetahui kinerja ekonomi yang diperoleh perusahaan atau untuk mempengaruhi
hasil kontrak yang menggunakan angka-angka akuntansi yang dilaporkan itu.
3. Schipper (1989: 92) mengartikan manajemen laba dari sudut pandang fungsi
pelaporan pada pihak eksternal, sebagai disclosure management, dalam pengertian
bahwa manajemen melakukan intervensi terhadap proses pelaporan keuangan kepada
pihak eksternal dengan tujuan untuk memperoleh keuntungan pribadi.
4. Menurut Assih dan Gundono (2000: 37) mengartikan manajemen laba sebagai suatu
proses yang dilakukan dengan sengaja dalam batasan General Accepted Accounting
Pincipples (GAAP) untuk mengarah pada suatu tingkat yang diinginkan atas laba
yang dilaporkan.
1. Taking a bath
Disebut juga big baths , bisa terjadi selama periode dimana terjadi tekanan dalam
organisasi atau terjadi reorganisasi, misalnya penggantian direksi. Jika teknik ini
digunakan maka biaya-biaya yang ada pada periode yang akan datang diakui pada
periode berjalan. Ini dilakukan jika kondisi yang tidak menguntungkan tidak bisa
dihindari. Akibatnya, laba pada periode yang akan datang menjadi tinggi meskipun
kondisi tidak menguntungkan.
2. Income minimization
Pola meminimumkan laba mungkin dilakukan karena motif politik atau motif
meminimunkan pajak. Cara ini dilakukan pada saat perusahaan memperoleh
profitabilitas yang tinggi dengan tujuan agar tidak mendapat perhatian secara politis.
Kebijakan yang diambil dapat berupa penghapusan ( write off ) atas barang-barang
modal dan aktiva tak berwujud, pembebanan pengeluaran iklan, riset, dan
pengembangan yang cepat.
3. Income maximization
Maksimalkan laba bertujuan untuk memperoleh bonus yang lebih besar, selain itu
tindakan ini juga bisa dilakukan untuk menghindari pelanggaran atas kontrak hutang
jangka panjang ( debt covenant ).
4. Income smoothing
Perusahaan umumnya lebih memilih untuk melaporkan trend pertumbuhan laba yang
stabil daripada menunjukkan perubahan laba yang meningkat atau menurun secara
drastis.
5. Timing Revenue dan Expenses Recognation
Teknik ini dilakukan dengan membuat kebijakan tertentu yang berkaitan dengan
timing suatu transaksi, misalnya pengakuan premature atas pendapatan.
Menurut Scott (2003: 377), motivasi manajemen melakukan tindakan pengaturan laba adalah
sebagai berikut :
Dalam rencana bonus ada istilah bogey dan capbogey merupakan tingkat laba
minimum untuk memperoleh bonus. Sedangkan cap adalah tingkat laba maksimum
untuk memperoleh bonus. Jika laba ada di atas cap , ada tidaknya bonus tergantung
pada kontrak yang dilakukan antara pemegang saham dan manajer. Manajemen laba
dapat dilakukan dengan menggeser laba ke periode berikutnya. Jika laba berada
dibawah bogey maka manajer akan semakin mengurangi laba bersih. Dengan
demikian kemungkinan untuk mendapatkan bonus di periode berikutnya akan
meningkat.
Motivasi ini sejalan dengan hipotesis debt covenant dalam teori akuntansi positif yaitu
semakin dekat suatu perusahaan dengan pelanggaran perjanjian hutang maka manajer
akan cenderung memilih metode akuntansi yang dapat memindahkan laba periode
mendatang ke periode berjalan sehingga dapat mengurangi kemungkinan perusahaan
mengalami pelanggaran kontrak.
Teknik dan pola manajemen laba menurut Asyik (2000: 23) dapat dilakukan dengan tiga
teknik yaitu :
Mengubah metode depresiasi aktiva tetap dari metode jumlah angka tahun (sum of the
year digit) ke metode depresiasi garis lurus (straight line).
Mengubah periode depresiasi.
Referensi