Anda di halaman 1dari 29

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Teori Legitimasi

Legitimasi masyarakat merupakan faktor strategis bagi perusahaan dalam

rangka mengembangkan perusahaan kedepan. Hal itu, dapat dijadikan sebagai

wahana untuk mengontruksi strategi perusahaan, terutama terkait dengan upaya

memposisikan diri ditengah lingkungan masyarakat yang semakin maju.

Legitimasi merupakan keadaan psikologis keberpihakan orang dan kelompok

orang yang sangat peka terhadap gejala lingkungan sekitarnya baik fisik maupun

non fisik (Hadi, 2011:87).

Legitimasi organisasi merupakan sumber potensial bagi organisasi agar

dapat bertahan hidup. Legitimasi organisasi adalah sesuatu yang diinginkan dan

dicari oleh perusahaan dari masyarakat atau sesuatu yang diberikan masyarakat

kepada organisasi (O’Donovan, 2002 dalam Arjanggie, 2015). Perusahaan yang

melaporkan kinerjanya berpengaruh terhadap nilai sosial dimana perusahaan

tersebut beroperasi. Hal ini disebabkan karena legitimasi dipengaruhi oleh kultur,

interpretasi masyarakat yang berbeda, sistem politik dan ideologi pemerintah

(Gray et. al, 1995 dalam Purwanto, 2011).

Teori legitimasi berfokus pada interaksi antara perusahaan dengan

masyarakat, hal tersebut didasarkan pada pandangan bahwa perusahaan berusaha

untuk menciptakan keselarasan antara nilai-nilai sosial yang melekat dalam


14

kegiatannya dengan norma-norma perilaku yang ada dalam sistem sosial

masyarakat dimana perusahaan adalah bagian dari sistem tersebut. Selama kedua

sistem nilai tersebut selaras, hal tersebut dapat dipandang sebagai legitimasi

perusahaan. Namun, ketika terjadi ketidakselarasan aktual diantara kedua sistem

nilai tersebut, maka akan terdapat ancaman terhadap legitimasi perusahaan

(Dowling dan Pfeffer, 1975 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).

Perbedaan antara nilai-nilai yang dianut perusahaan dengan nilai-nilai

masyarakat dinamakan “legitimacy gap” dan dapat mempengaruhi kemampuan

perusahaan untuk melanjutkan kegiatan usahanya (Dowling dan Pfeffer, 1975

dalam Ghozali dan Chariri, 2007). Untuk mengurangi legitimacy gap tersebut

perusahaan harus mengidentifikasi aktivitas yang berada dalam kendalinya dan

mengidentifikasi publik yang memiliki kekuatan sehingga mampu memberikan

legitimasi kepada perusahaan (Neu et. al, 1998 dalam Ghozali dan Chariri, 2007).

2.1.2 Teori Stakeholder

Stakeholder merupakan pihak-pihak yang berkepentingan terhadap

perusahaan yang meliputi karyawan, konsumen, pemasok, masyarakat,

pemerintah selaku regulator, pemegang saham, kreditur, pesaing, dan lain-lain.

Teori Stakeholder menyatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya

beroperasi untuk kepentingannya sendiri namun harus memberikan manfaat bagi

stakeholder (Purwanto, 2011).

Menurut Lako (2011) teori stakeholder menyatakan bahwa kesuksesan dan

hidup-matinya suatu perusahaan sangat tergantung pada kemampuan perusahaan


15

menyeimbangkan beragam kepentingan dari para stakeholder atau pemangku

kepentingan. Jika mampu, maka perusahaan akan meraih dukungan yang

berkelanjutan dan menikmati pertumbuhan pangsa pasar, penjualan, serta laba.

Dalam perspektif teori stakeholder, masyarakat dan lingkungan merupakan

stakeholder inti perusahaan yang harus diperhatikan.

Stakeholder merupakan kelompok maupun individu yang dapat

mempengaruhi atau dipengaruhi oleh proses pencapaian tujuan suatu organisasi.

Dengan demikian, keberadaan suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh

dukungan yang diberikan oleh stakeholder perusahaan tersebut (Ghozali dan

Chariri, 2007).

Stakeholder dianggap penting oleh perusahaan dan sangat berpengaruh

terhadap jalannya aktivitas perusahaan karena dalam menjalankan usahanya,

perusahaan tentu akan berhubungan dengan para stakeholder yang jumlahnya

banyak sesuai dengan luas lingkup operasi perusahaan. Agar perusahaan dapat

menjalankan kegiatan usahanya sesuai dengan harapan perusahaan, maka

diperlukan adanya hubungan serta komunikasi yang baik antara perusahaan

dengan para stakeholder-nya. Hal ini sesuai dengan apa yang dinyatakan dalam

teori stakeholder, bahwa eksistensi perusahaan ditentukan oleh para stakeholder

yang apda akhirnya perusahaan akan memenuhi segala kebutuhan para

stakeholder untuk mendapatkan dukungan seperti apa yang diharapkan oleh

perusahaan (Hadi, 2011:96).

Teori stakeholder berhubungan dengan konsep tanggung jawab sosial

perusahaan dimana tanggung jawab perusahaan tidak hanya terbatas untuk


16

memaksimumkan laba dan kepentingan pemegang saham, namun juga harus

memperhatikan masyarakat, pelanggan, dan pemasok sebagai bagian dari operasi

perusahaan itu sendiri. Asumsi teori stakeholder dibangun atas dasar pernyataan

bahwa perusahaan berkembang menjadi sangat besar dan menyebabkan

masyarakat menjadi sangat terkait dan memperhatikan perusahaan, sehingga

perusahaan perlu menunjukkan akuntabilitas maupun responsibilitas secara lebih

luas dan tidak terbatas hanya kepada pemegang saham (Paramita, 2013 dalam

Permatasari, 2016).

Salah satu strategi dalam mencari dukungan dan menjaga hubungan

dengan para stakeholder, perusahaan berusaha untuk mengungkapkan informasi

yang andal dan relevan mengenai aktivitas operasi perusahaan agar para

stakeholder menaruh kepercayaan dan membantu mereka dalam mengambil

keputusan. Dengan melaksanakan dan mengungkapkan tanggung jawab sosial

perusahaan diharapkan agar keinginan dari stakeholder dapat terakomodasi,

sehingga akan menghasilkan hubungan yang harmonis antara perusahaan dan

stakeholder-nya. Hubungan yang harmonis tersebut akan berakibat pada

perusahaan dalam mencapai keberlanjutan (sustainability) atau kelestarian

perusahaannya (Putra, 2011 dalam Rahayu, 2016).

2.1.3 Corporate Social Responsibility

2.1.3.1 Pengertian Corporate Social Responsibility

Beberapa ahli memberikan penjabaran tentang pengertian corporate social

responsibility yang dapat ditemukan dalam berbagai artikel, buku dan literature.
17

Pengertian tersebut berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Menurut

The World Business Council for Sustainable Development (WBCSD) yang

merupakan lembaga internasional, yang dikutip Handriyani (2013) menyatakan:

“Corporate social responsibility is the continuing commitment by business


to behave ethically and contribute to economic development while
improving the quality of life of the workforce and their families as well as
of the local community and society at large.”

Pengertian diatas menunjukkan tanggung jawab sosial perusahaan (CSR)

merupakan suatu bentuk tindakan yang berangkat dari pertimbangan etis

perusahaan yang diarahkan untuk meningkatkan ekonomi, yang dibarengi dengan

peningkatan kualitas hidup masyarakat sekitar dan masyarakat secara lebih luas

(Hadi, 2011:47-48).

International Organization for Standardization (ISO) 26000 dalam

Suharto (2010:10) mengenai Guidance on Social Responsibility memberikan

definisi, tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) adalah tanggung jawab sebuah

organisasi terhadap dampak-dampak dari keputusan-keputusan dan kegiatan-

kegiatannya pada masyarakat dan lingkungan yang diwujudkan dalam bentuk

perilaku transparan dan etis yang sejalan dengan pembangunan berkelanjutan

termasuk kesehatan dan kesejahteraan masyarakat; mempertimbangkan harapan

pemangku kepentingan, sejalan dengan hukum yang ditetapkan dan norma-norma

perilaku internasional; serta integrasi dengan organisasi secara menyeluruh.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 pasal 1 ayat (3) Tentang

Perseroan Terbatas (2007:2) memberikan definisi bahwa:

“Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan adalah komitmen Perseroan


untuk berperan serta dalam pembangunan ekonomi berkelanjutan guna
meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan yang bermanfaat, baik
18

bagi Perseroan sendiri, komunitas setempat, maupun masyarakat pada


umumnya.”

Dari berbagai pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa corporate

social responsibility merupakan komitmen dalam dunia bisnis dan kewajiban

perusahaan atau organisasi untuk memberikan kontribusi dalam pembangunan

ekonomi berkelanjutan berkaitan dengan semua pihak yang terlibat,

mempengaruhi dan dampak dari keputusan dan kegiatan bisnis guna

meningkatkan kualitas kehidupan dan lingkungan sekitar sesuai dengan peraturan

perundang-undangan dengan memperhatikan kepatuhan dan kewajaran serta nilai-

nilai etika.

2.1.3.2 Konsep Dasar Corporate Social Responsibility

Tanggung jawab yang harus dimiliki perusahaan terdiri dari economic

responsibility, legal responsibility, dan social responsibility (Post, 2002:69 dalam

Almar, 2012). Gambar dibawah ini menjelaskan ketiga tanggung jawab tersebut.

Legal
Responsibility

Economic Sosial
Responsibility Responsibility

Gambar 2.1
The Multiple Responsibilities of Business
Sumber: Post et al, Business and society: Corporate strategy, public policy,
ethics, 10th, McGraww Hill (2002:69) dalam Almar, 2012.
19

Gambar di atas menjelaskan perusahaan wajib melaksanakan tiga

tanggung jawab, yaitu Economic responsibility merupakan tanggung jawab

perusahaan sebagai institusi untuk menghasilkan profit (tanggung jawab kepada

stockholder); Legal responsibility merupakan tanggung jawab perusahaan untuk

memenuhi peraturan-peraturan yang dibuat oleh pemerintah (tanggung jawab

kepada government), dan Social responsibility merupakan tanggung jawab

perusahaan dalam hubungan timbal balik dengan stakeholder (karyawan,

lingkungan, dan masyarakat luas).

Berkembangnya konsep perusahaan dalam menjalankan tanggung jawab

tidak hanya berpijak pada one bottom line saja, yaitu profit. Tidak cukup bagi

perusahaan untuk tumbuh secara berkelanjutan dengan hanya berpijak pada

kondisi keuangannya saja. Konsep triple bottom line (profit, planet, people) yang

dipopulerkan oleh John Elkington (1997) menegaskan bahwa perusahaan yang

baik tidak hanya memburu keuntungan ekonomi belaka (profit), melainkan juga

kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) dan kesejahteraan masyarakat

(people) (Poerwanto, 2010:5).

Corporate social responsibility tak ubahnya sebuah konsep sosial untuk

menyeimbangkan 3P (profit, planet, people). Ketiga komponen ini yang saat ini

kerap dijadikan dasar perencanaan, implementasi dan evaluasi program-program

corporate social responsibility (Prastowo dan Huda, 2011:35).


20

Tabel 2.1
The Triple Bottom Line of Corporate Social Responsibility

People Profit Planet


Definisi Sebuah bisnis harus Perusahaan tidak boleh Perusahaan harus
bertanggungjawab hanya memiliki dapat menggunakan
untuk memajukan keuntungan bagi sumber daya alam
dan organisasinya saja, tapi dengan sangat
mensejahterakan harus dapat bertanggungjawab
sosial serta seluruh memberikan kemajuan menjaga keadaan
stakeholder. ekonomi bagi para lingkungan serta
stakeholder. memperkecil jumlah
limbah produksi.
Jenis Kegiatan Tindakan perusahaan Penerapan proses
Kegiatan kedermawanan yang untuk terjun langsung produksi yang bersih,
dilakukan secara dalam masyarakat aman dan
tulus untuk ketahanan ekonomi. bertanggungjawab.
membangun
masyarakat dan
sumber daya
manusia.
Contoh  Beasiswa  Pembinaan UKM  Pengelolaan
pendidikan  Bantuan modal limbah
 Pelayanan dan kredit  Penanaman
kesehatan  Pemberdayaan pohon
 Sumbangan tenaga local  Kampanye
bencana alam lingkungan hidup
Sumber: Prastowo dan Huda (2011:35)
21

2.1.3.3 Manfaat Corporate Social Responsibility

Ketatnya persaingan bisnis bagi perusahaan, dengan melaksanakan

corporate social responsibility dipandang sebagai asset strategis dan kompetitif.

Menurut Suharto (2010:52-53) manfaat diterapkannya corporate social

responsibility bagi perusahaan, antara lain:

1. Brand Differentiation

Dalam persaingan pasar yang kian kompetitif, CSR bisa memberikan citra

perusahaan yang khas, baik, dan etis di mata public yang pada gilirannya

menciptakan customer loyalty.

2. Human Resources

Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama

yang memiliki kualifikasi tinggi. Calon karyawan yang memiliki

pendidikan dan pengalaman yang tinggi akan bertanya tentang corporate

social responsibility dan etika bisnis perusahaan, dan untuk staf lama juga

dapat meningkatkan persepsi, reputasi, dan dedikasi dalam bekerja.

3. License of Operate

Perusahaan yang menjalankan tanggung jawab sosial dapat mendorong

pemerintah dan public memberi “izin” bisnis, karena dianggap telah

memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan

masyarakat luas.

4. Risk Management
22

Manajemen resiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. Reputasi

perusahaan yang dibangun bertahun-tahun bisa runtuh dalam sekejap oleh

skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan lingkungan.

Selain itu, menurut Untung (2008) dalam Purwanto (2011) manfaat

dilaksanakannya corporate social responsibility yang dilakukan perusahaan,

yaitu:

1. Mempertahankan dan mendongkrak reputasi serta citra merek

perusahaan,

2. Mendapatkan lisensi untuk beroperasi secara sosial,

3. Mereduksi risiko bisnis perusahaan,

4. Melebarkan akses sumber daya bagi operasional usaha,

5. Membuka peluang pasar yang lebih luas,

6. Mereduksi biaya, misalnya terkait dampak pembuangan limbah,

7. Memperbaiki hubungan dengan stakeholders,

8. Memperbaiki hubungan dengan regulator,

9. Meningkatkan semangat dan produktivitas karyawan,

10. Adanya peluang untuk memperoleh penghargaan.

2.1.4 Pengungkapan Corporate Social Responsibility

Pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan yang sering juga disebut

sebagai social disclosure, corporate social reporting, social accounting

(Mathews, 1995) atau corporate social responsibility (Hackston dan Milne, 1996)

merupakan proses pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan


23

ekonomi organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap

masyarakat secara keseluruhan. Informasi yang diungkapkan dalam laporan

tahunan dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu pengungkapan wajib (mandatory

disclosure) dan pengungkapan sukarela (voluntary disclosure). Salah satu jenis

informasi pengungkapan sukarela adalah pengungkapan yang dilakukan

perusahaan diluar apa yang diwajibkan oleh standar akuntansi atau peraturan

badan pengawasan (Dewi, 2013).

Corporate social responsibility disclosure atau pengungkapan tanggung

jawab sosial merupakan salah satu mekanisme yang dapat digunakan untuk

mengkomunikasikan perusahaan dengan stakeholders dan disarankan bahwa

corporate social responsibility merupakan jalan masuk dimana beberapa

organisasi menggunakannya untuk memperoleh keuntungan atau memperbaiki

legitimasi (Sukmabianti, 2014).

Di Indonesia, pengungkapan pertanggungjawaban sosial merupakan

praktik pengungkapan yang wajib (mandatory disclosure) dilaksanakan bagi

perusahaan karena telah diatur dalam beberapa peraturan dan perundangan.

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas pasal 66 ayat

(2c) menyatakan bahwa hal-hal yang harus dimuat dalam laporan tahunan

perusahaan diantaranya adalah laporan pelaksanaan tanggung jawab sosial dan

lingkungan. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2012 pasal 6 menyebutkan

bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam laporan

tahunan Perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS.


24

Menurut The Global Reporting Initiative, isu mengenai corporate social

responsibility terkait erat dengan sustainability reporting. The Global Reporting

Initiative (GRI) adalah jaringan organisasi non-pemerintah yang bertujuan

mendorong keberlanjutan dan pelaporan lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

GRI mengeluarkan kerangka kerja pelaporan keberlanjutan yang paling banyak

dipergunakan di dunia dalam rangka mendorong transparansi yang lebih besar,

kerangka tersebut menetapkan prinsip dan indikator yang dapat dipergunakan

organisasi untuk mengukur dan melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan dan

sosialnya (www.globalreporting.org).

Menurut Hadi (2011:206) pengungkapan corporate social responsibility

dalam laporan tahunan dan/atau dalam sustainability report merupakan laporan

aktivitas tanggung jawab sosial yang telah dilakukan perusahaan baik berkaitan

dengan perhatian masalah dampak sosial maupun lingkungan. Laporan tersebut

menjadi bagian yang tak terpisahkan dengan laporan tahunan yang

dipertanggungjawabkan direksi di depan sidang Rapat Umum Pemegang Saham

(RUPS). Laporan ini berisi laporan program-program sosial dan lingkungan

perseroan yang telah dilaksanakan selama tahun buku terakhir.

Penilaian luas pengungkapan corporate social responsibility yaitu dengan

memberikan skor pada item-item indikator yang mencakup enam kategori, yaitu

indikator ekonomi, indikator lingkungan, indikator sosial; dengan 4 sub-kategori

yaitu, praktik ketenagakerjaan dan kenyamanan bekerja, hak asasi manua,

masyarakat, dan tanggung jawab atas produk (Global Reporting Initiative, 2016).

Nilai 0 untuk item yang tidak diungkapkan dan nilai 1 untuk item yang
25

diungkapkan oleh perusahaan, metode ini disebut dengan Checklist Data. Nilai

maksimal apabila perusahaan mengungkapkan kegiatan CSR secara penuh yaitu

91, berikut item-item pengungkapan Corporate Social Responsibility:

Tabel 2.2
Checklist Item Pengungkapan Corporate Social Responsibility

KATEGORI: EKONOMI
Kinerja Ekonomi EC1 Nilai ekonomi langsung yang dihasilkan dan
didistribusikan.
EC2 Implikasi finansial dan risiko serta peluang
lainnya kepada kegiatan organisasi karena
perubahan iklim
EC3 Cakupan kewajiban organisasi atas program
imbalan pasti.
EC4 Bantuan finansial yang diterima dari
pemerintah.
Keberadaan di Pasar EC5 Rasio upah standar pegawai pemula (entry
level) menurut gender dibandingkan dengan
upah minimum regional dilokasi-lokasi
operasional yang signifikan
EC6 Perbandingan manajemen senior yang
diperkerjakan dari masyarakat lokal dilokasi
operasi yang signifikan.
Dampak Ekonomi Tidak EC7 Pembangunan dan dampak dari investasi
Langsung infrastruktur dan jasa yang diberikan.
EC8 Dampak ekonomi tidak langsung yang
signifikan, termasuk besarnya dampak.
Praktik Pengadaan EC9 Perbandingan dari pemasok lokal di
operasional yang signifikan.
KATEGORI: LINGKUNGAN
Bahan EN1 Bahan yang digunakan berdasarkan berat dan
volume.
EN2 Persentase bahan yang digunakan yang
merupakan bahan input daur ulang.
Energi EN3 Konsumsi energi dalam organisasi.
EN4 Konsumsi energi di luar organisasi.
EN5 Intensitas energi.
EN6 Pengurangan konsumsi energi
26

EN7 Pengurangan kebutuhan energi pada produk


dan jasa.
Air EN8 Total pengambilan air berdasarkan sumber.
EN9 Sumber air yang secara signifikan
dipengaruhi oleh pengambilan air.
EN10 Persentase dan total volume air yang didaur
ulang dan digunakan kembali.
Keanekaragaman Hayati EN11 Lokasi-lokasi operasional yang dimiliki,
disewa, dikelola di dalam, atau yang
berdekatan dengan kawasan lindung dan
kawasan dengan keanekaragaman hayati
tinggi di luar kawasan lindung.
EN12 Uraian dampak signifikan kegiatan, produk,
dan jasa terhadap keanekaragaman hayati
tinggi di luar kawasan lindung dan kawasan
dengan nilai keanekaragaman hayati tinggi di
kawasan lindung.
EN13 Habitat yand dilindungi dan dipulihkan.
EN14 Jumlah total spesies dalam IUCN RED LIST
dan spesies dalam daftar spesies yang
dilindungi nasional dengan habitat di tempat
yang dipengaruhi operasional, berdasarkan
tingkat risiko kepunahan.

Emisi EN15 Emisi gas rumah kaca (GRK) langsung


(Cakupan 1).
EN16 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung
(Cakupan 2).
EN17 Emisi gas rumah kaca (GRK) tidak langsung
lainnya (Cakupan 3).
EN18 Intensitas emisi gas rumah kaca (GRK).
EN19 Pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK).
EN20 Emisi bahan perusak ozon (BPO).
EN21 NOx2 SOx dan emisi udara signifikan lainnya.
Efluen dan Limbah EN22 Total air yang dibuang berdasarkan kualitas
dan tujuan.
EN23 Bobot total berdasarkan jenis dan metode
pembuangan.
EN24 Jumlah dan volume total tumpahan
signifikan.
27

EN25 Bobot limbah yang dianggap berbahaya


menurut ketentuan Basel 2 Lampiran I,II, III
dan VIII yang diangkut diimpor, diekspor
atau diolah dan persentase limbah yang
diangkut untuk pengiriman internasional.

EN26 Identitas, ukuran dan status lindung, dan nilai


keanekaragaman hayati dari badan air dan
habitat terkait yang secara signifikan terkena
dampak dari pembuangan dan air limpasan
dari organisasi.
Produk dan Jasa EN27 Tingkat mitigasi dampak terhadap dampak
lingkungan produk dan jasa.
EN28 Persentase produk yang terjual dan
kemasannya yang direklamasikan menurut
kategori.
Kepatuhan EN29 Nilai moneter denda yang signifikan dan
jumlah total sanksi non-moneter atas
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan lingkungan.
Transportasi EN30 Dampak lingkungan signifikan dari
pengangkutan produk dan barang lain serta
bahan untuk operasional organisasi dan
pengangkutan tenaga kerja.
Lain-lain EN31 Total pengeluaran dan investasi perlindungan
lingkungan berdasarkan jenis.
Asesmen Pemasok atas EN32 Persentase penapisan pemasok baru
Lingkungan menggunakan kriteria lingkungan.
EN33 Dampak lingkungan negatif signifikan aktual
dan potensial dalam rantai pasikan dan
tindakan yang diambil.
Mekanisme Pengaduan EN34 Jumlah pengaduan tentang dampak
Masalah Lingkungan lingkungan yang diajukan, ditangani, dan
diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
KATEGORI: SOSIAL
Sub-Kategori: Praktik Ketenagakerjaan dan Kenyamanan Bekerja
Kepegawaian LA1 Jumlah total dan tingkat perekrutan karyawan
baru dan turnover karyawan menurut
kelompok umur, gender dan wilayah.
28

LA2 Tunjangan yang diberikan bagi karyawan


purnawaktu yang tidak diberikan bagi
karyawan sementara atau paruh waktu,
berdasarkan lokasi operasi yang signifikan.
LA3 Tingkat kembali bekerja dan tingkat resistensi
setelah cuti melahirkan, menurut gender.
Hubungan Industrial LA4 Jangka waktu minimum pemberitahuan
mengenai perubahan operasional, termasuk
apakah hal tersebut tercantum dalam
perjanjian bersama.
Kesehatan dan Keselamatan LA5 Persentase total tenaga kerja yang diwakili
Kerja dalam komite bersama formal manajemen-
pekerja yang membantu mengawasi dan
memberikan saran program kesehatan dan
keselamatan kerja.
LA6 Jenis dan tingkat cedera, penyakit akibat
kerja, hari hilang dan kemangkiran serta
jumlah total kematian akibat kerja, menurut
daerah dan gender.
LA7 Pekerjaan yang sering terkena atau berisiko
tinggi terkena penyakit yang terkait dengan
pekerjaan mereka.
LA8 Topik kesehatan dan keselamatan tercakup
dalam perjanjian formal serikat pekerja.
Pelatihan dan Pendidikan LA9 Jam pelatihan rata-rata pertahun perkaryawan
menurut gender, dan menurut kategori
karyawan.
LA10 Program untuk manajemen keterampilan dan
pembelajaran seumur hidup yang mendukung
keberlanjutan kerja karyawan dan membantu
mereka mengelola purna bakti.
LA11 Persentase karyawan yang menerima review
kinerja dan pengembangan karier secara
regular menurut gender dan kategori
karyawan.
Keberagaman dan LA12 Komposisi badan tata kelola dan pembagian
Kesetaraan Peluang karyawan perkategori karyawan menurut
gender, kelompok usia, keanggotaan
kelompok minoritas dan indikator
keberagaman lainnya.
Kesetaraan Remunerasi LA13 Rasio gaji pokok dan remunerasi bagi
Perempuan dan Laki-laki perempuan terhadap laki-laki menurut
kategori karyawan, berdasarkan lokasi
29

operasional yang signifikan.

Asesmen Pemasok terkait LA14 Persentase penapisan pemasok baru


Praktik Ketenagakerjaan menggunakan praktik ketenagakerjaan.
LA15 Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap praktik ketenagakerjaan
rantai pasokan dan tindakan yang diambil.
Mekanisme Pengaduan LA16 Jumlah Pengaduan tentang praktik
Masalah Ketenagakerjaan ketenagakerjaan yang diajukan, ditangani, dan
diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
KATEGORI: SOSIAL
Sub-Kategori: Hak Asasi Manusia
Investasi HR1 Jumlah total dan persentase perjanjian dan
kontrak investasi yang signifikan yang
menyertakan klausual terkait hak asasi
manusia atau penapisan berdasarkan hal asasi
manusia.
HR2 Jumlah waktu pelatihan karyawan tentang
kebijakan atau prosedur hak asasi manusia
terkait dengan aspek HAM yang relevan
dengan operasi, termasuk persentase
karyawan yang dilatih.
Non-diskriminasi HR3 Jumlah total insiden diskriminasi dan
tindakan perbaikan yang diambil.
Kebebasan Berserikat dan HR4 Operasi dan pemasok teridentifikasi yang
Perjanjian Kerja Bersama mungkin melanggar atau berisiko tinggi
melanggar hak untuk melaksanakan
kebebasan berserikat dan perjanjian kerja
bersama, dan tindakan yang diambil untuk
mendukung hak-hak tersebut.
Pekerja Anak HR5 Operasi dan pemasok yang teridentifikasi
berisiko tinggi melakukan oksploitasi pekerja
anak dan tindakan yang diambil untuk
berkontribusi dalam penghapusan pekerja
anak yang efektif.
Pekerja Paksa atau Wajib HR6 Operasi dan pemasok yang teridentifikasi
Kerja berisiko tinggi melakukan pekerja paksa atau
wajib kerja dan tindakan untuk berkontribusi
dalam penghapusan segala bentuk pekerja
paksa atau wajib kerja.
30

Praktik Pengamanan HR7 Persentase petugas pengamanan yang dilatih


dalam kebijakan atau prosedur HAM di
organisasi yang relevan dengan operasi.
Hak Adat HR8 Jumlah total insiden pelanggaran yang
melibatkan hak-hak masyarakat adat dan
tindakan yang diambil.
Asesmen HR9 Jumlah total dan persentase operasi yang telah
melakukan reviu atau asesmen dampak HAM.
Asesmen Pemasok atas Hak HR10 Persentase penapisan pemasok baru
Asasi Manusia menggunakan kriteria HAM.
HR11 Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap HAM dalam rantai
pasokan dan tindakan yang diambil.
Mekanisme Pengaduan HR12 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap
Masalah Hak Asasi HAM yang diajukan, ditangani, dan
Manusia diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
formal.
KATEGORI: SOSIAL
Sub-Kategori: Masyarakat
Masyarakat Lokal SO1 Persentase operasi dengan penglibatan
masyarakat lokal, dampak dan
pengembangan.
SO2 Operasi dengan dampak negatif aktual dan
potensial yang signifikan terhadap masyarakat
lokal.
Anti-korupsi SO3 Jumlah total dan persentase operasi yang
dinilai terhadap risiko terkait dengan korupsi
dan risiko signifikan terhadap masyarakat
lokal.
SO4 Komunikasi dan pelatihan mengenai
kebijakan dan prosedur anti korupsi.
SO5 Insiden korupsi yang terbukti dan tindakan
yang diambil.
Kebijakan Publik SO6 Nilai total kontribusi politik berdasarkan
negara dan penerima/penerima manfaat.
Anti Persaingan SO7 Jumlah total tindakan hukum terkait anti
persaingan, anti-trust, serta praktik monopoli
dan hasilnya.
31

Kepatuhan SO8 Nilai moneter denda yang signifikan dan


jumlah total sanksi non-moneter atas
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan lingkungan.
Asesmen Pemasok atas SO9 Persentase penapisan pemasok baru
Dampak terhadap menggunakan kriteria untuk dampak terhadap
Masyarakat masyarakat.
SO10 Dampak negatif aktual dan potensial yang
signifikan terhadap masyarakat dalam rantai
pasokan dan tindakan yang diambil.
Mekanisme Pengaduan SO11 Jumlah pengaduan tentang dampak terhadap
Dampak terhadap masyarakat yang diajukan, ditangani, dan
Masyarakat diselesaikan melalui mekanisme pengaduan
resmi.
KATEGORI: SOSIAL
Sub-Kategori: Tanggung Jawab atas Produk
Kesehatan dan Keselamatan PR1 Persentase kategori produk dan jasa yang
Pelanggan signifikan dampaknya terhadap kesehatan dan
keselamatan yang dinilai untuk peningkatan.
PR2 Total jumlah insiden ketidakpatuhan terhadap
peraturan dan koda sukarela terkait dampak
kesehatan dan keselamatan dari produk dan
jasa sepanjang daur hidup, menurut jenis
hasil.
Pelabelan Produk dan Jasa PR3 Jenis informasi produk dan jasa yang
diharuskan oleh prosedur organisasi terkait
dengan informasi dan pelabelan produk dan
jasa yang signifikan harus mengikuti
informasi sejenis.
PR4 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap
peraturan dan koda sukarela terkait dengan
informasi dan pelabelan produk dan jasa,
menurut hasil jenis.
PR5 Hasil survei untuk mengukur kepuasan
pelanggan.
Komunikasi Pemasaran PR6 Penjualan produk yang dilarang atau
disengketakan.
PR7 Jumlah total insiden ketidakpatuhan terhadap
peraturan dan koda sukarela tentang
komunikasi pemasaran, termasuk iklan,
promosi dan sponsor menurut hasil jenis.
32

Privasi Pelanggan PR8 Jumlah total keluhan yang terbukti terkait


dengan pelanggaran privasi pelanggan dan
hilangnya data pelanggan.
Kepatuhan PR9 Nilai moneter denda yang signifikan atas
ketidakpatuhan terhadap undang-undang dan
peraturan terkait penyediaan dan penggunaan
produk dan jasa.
Sumber: www.globalreporting.com, Data Diolah (2017)

Pengungkapan corporate social responsibility dinyatakan dalam

Corporate Social Responsibility Disclosure Index (CSRDI) yang dirumuskan

sebagai berikut:


=

Keterangan :

CSRDIj : Corporate Social Responsibility Disclosure Index Perusahaan j

Σ Xij : Jumlah total pengungkapan CSR oleh perusahaan

nj : Jumlah item maksimal perusahaan j, nj = 91 (skor maksimal)

2.1.5 Profitabilitas

Profitabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan mendapatkan laba

melalui semua kemampuan dan sumber yang ada seperti kegiatan penjualan, kas,

modal, jumlah karyawan, jumlah cabang, dan sebagainya (Harahap, 2004:304

dalam Almar, 2012).

Profitabilitas terdiri dari beberapa rasio yang mengukur efektivitas

manajeman secara keseluruhan dan ditunjukan oleh besar kecilnya tingkat

keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun


33

investasi. Semakin baik profitabilitas maka semakin baik pula tingkat kemampuan

perusahaan memperoleh keuntungan (Fahmi, 2013:135).

Profitabilitas sangat penting digunakan untuk mempertahankan

kelangsungan hidup perusahaan serta menunjukkan bahwa perusahaan

mempunyai prospek yang baik di masa depan. Oleh sebab itu, perusahaan atau

badan usaha akan senantiasa meningkatkan profitabilitas karena semakin tinggi

profitabilitas perusahaan maka semakin meningkat kinerja perusahaan dalam

mengelola aset serta semakin tinggi pula keberlangsungan hidup perusahaan

tersebut (Arjanggie, 2015).

Tingkat profitabilitas suatu perusahaan akan mempengaruhi kebijakan para

investor atas investasi yang dilakukan. Apabila perusahaan memiliki tingkat

profitabilitas yang tinggi atau perusahaan memiliki kemampuan untuk

menghasilkan laba dengan baik, maka hal itu akan dapat menarik minat para

investor untuk menanamkan dananya pada perusahaan tersebut untuk memperluas

usahanya, sebaliknya tingkat profitabilitas yang rendah akan menyebabkan para

investor menarik dananya karena ragu akan kemampuan perusahaan dalam

menghasilkan laba untuknya. Sedangkan bagi perusahaan itu sendiri profitabilitas

dapat digunakan sebagai evaluasi atas efektivitas pengelolaan badan usaha

tersebut (Respati, 2015).

Perusahaan akan lebih banyak mengungkapkan tanggung jawab sosial

perusahaan ketika perusahaan memiliki profitabilitas yang tinggi. Perusahaan

dengan profitabilitas yang tinggi membuktikan kontribusi perusahaan kepada

masyarakat dan menunjukkan keberadaannya melalui pengungkapan tanggung


34

jawab sosial perusahaan yang lebih banyak (Muttakin dan Khan, 2014 dalam

Asyifa, 2016).

Pada penelitian ini, pengukuran profitabilitas akan dilakukan dengan

menghitung tingkat pengembalian aset, atau biasa disebut Return on Asset (ROA),

dengan rumus sebagai berikut :

ℎ ℎ
=

Penggunaan ROA dinilai dapat menunjukkan bagaimana kemampuan

perusahaan dalam menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat aset tertentu.

Semakin tinggi rasio yang diperoleh maka semakin efisien manajemen mampu

untuk mengelola aset perusahaan (Respati, 2015). ROA disebut juga Earning

Power karena rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan, dengan

mengetahui rasio ini juga dapat dinilai apakah perusahaan telah efisien dalam

memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan (Almar, 2012).

2.2 Penelitian Terdahulu

Tabel 2.3
Penelitian Terdahulu

NO Judul Peneliti Variabel Hasil Persamaan


(X,Y)
1 Pengaruh Sukmawati Variabel X: Ukuran Variabel X:
Karakteristik Safitri Karakteristik Perusahaan, Profitabilitas
Perusahaan Dewi Perusahaan Kepemilikan Variabel Y:
Terhadap (2013) (Ukuran Manajemen, Pengungkapan
Corporate Perusahaan, dan Ukuran Corporate
Social Profitabilitas, Dewan Social
Responsibility Leverage, Komisaris Responsibility
Disclosure Kepemilikan berpengaruh
35

Pada Manajemen & terhadap


Perusahaan Ukuran CSRD,
Manufaktur Dewan sedangkan
yang Terdaftar Komisaris Profitabilitas
di BEI Variabel Y: dan Leverage
Corporate ditemukan
Social tidak
Responsibility berpengaruh
Disclosure terhadap
CSRD.
2 Pengaruh Ahmad Variabel X: Ukuran Variabel X:
Karakteristik Kamil Karakteristik perusahaan Profitabilitas
Perusahaan (2012) Perusahaan berpengaruh Variabel Y:
Terhadap Luas (Profitabilitas, positif Pengungkapan
Pengungkapan Likuiditas, terhadap Corporate
Kegiatan Solvabilitas, pengungkapan Social
Corporate & Ukuran CSR, Responsibility
Social Perusahaan) sedangkan
Responsibility Variabel Y: profitabilitas,
Luas likuiditas &
Pengungkapan solvabilitas
Kegiatan tidak
Corporate berpengaruh
Social terhadap
Responsibility pengungkapan
CSR
3 Pengaruh Hesti Dyah Variabel X: Leverage Variabel X:
Leverage, Permatasari Leverage, berpengaruh Profitabilitas
Tipe Industri, (2014) Tipe Industri, negatif dan Variabel Y:
Ukuran Ukuran signifikan, tipe Corporate
Perusahaan, Perusahaan industri Social
dan Variabel Y: berpengaruh Responsibility
Profitabilitas Corporate positif dan
Terhadap Social tidak
Corporate Responsibility signifikan,
Social ukuran
Responsibility perusahaan
dan
profitabilitas
berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap
Corporate
Social
Responsibility.
36

4 Pengaruh Meita Variabel X: Profitabilitas Variabel X:


Profitabilitas, Wahyu Profitabilitas, berpengaruh Profitabilitas
Ukuran Rindawati ukuran positif, ukuran Variabel Y:
Perusahaan, (2015) perusahaan, perusahaan Pengungkapan
Leverage, dan leverage, dan tidak Corporate
Kepemilikan kepemelikan berpengaruh Social
Publik publik positif, Responsibility
Terhadap Variabel Y: leverage tidak
Pengungkapan Pengungkapan berpengaruh
Corporate Corporate positif, dan
Social Social kepemilikan
Responsibility Responsibility publik tidak
(CSR) (CSR) berpengaruh
terhadap
pengungkapan
CSR
5 Analisis Rheza Dwi Variabel X: Profitabilitas Variabel X:
Pengaruh Respati Profitabilitas, dan leverage Profitabilitas
Profitabilitas, (2015) Leverage, tidak Variabel Y:
Leverage, Ukuran berpengaruh Pengungkapan
Ukuran Perusahaan, signifikan Corporate
Perusahaan, Tipe Industri, terhadap Social
Tipe Industri, dan pengungkapan Responsibility
dan Pengungkapan CSR,
Pengungkapan Media sementara
Media Variabel Y: ukuran
Terhadap Pengungkapan perusahaan,
Pengungkapan Corporate tipe industri,
Corporate Social dan
Social Responsibility pengungkapan
Responsibility media
(Studi Empiris berpengaruh
pada positif
Perusahaan terhadap
Manufaktur pengungkapan
yang Terdaftar CSR.
di BEI Tahun
2014)
6 Analisis Andreas Variabel X: Profitabilitas Variabel X:
Pengaruh Devi Profitabilitas, dan Leverage Profitabilitas
Profitabilitas, Pratama Size, berpengaruh Variabel Y:
Size, (2016) Leverage, secara positif Corporate
Leverage, Sales, dan dan signifikan Social
Sales, dan Corporate terhadap Responsibility
Corporate Governance Corporate Disclosure
Governance Variabel Y: Social
37

Terhadap Corporate Responsibility


Corporate Social Disclosure,
Social Responsibility sedangkan
Responsibility Disclosure size, sales,dan
Disclosure corporate
(Studi pada governance
Perusahaan memiliki
Peserta hubungan
Corporate tidak
Governance signifikan
Perception terhadap
Index Award Corporate
Periode 2011- Social
2015) Responsibility
Disclosure.
7 Pengaruh Rachmana Variabel X: Profitabilitas Variabel X:
Profitabilitas Isnanita Profitabilitas dan agresivitas Profitabilitas
dan Nailufar dan pajak Variabel Y:
Agresivitas (2016) Agresivitas berpengaruh Corporate
Pajak Pajak signifikan dan Social
Terhadap Variabel Y: positif Responsibility
Corporate Corporate terhadap
Social Social pengungkapan
Responsibility Responsibility CSR.
(Studi Empiris
pada
Perusahaan
Manufaktur
dan
Pertambangan
yang Terdaftar
di BEI Tahun
2012-2014)
8 Pengaruh Size, Bustan Variabel X: Ukuran Variabel X:
Profitabilitas, Arya Size, perusahaan Profitabilitas
Leverage, dan Sunaryo Profitabilitas, tidak Variabel Y:
Umur (2016) Leverage, dan berpengaruh, Pengungkapan
Terhadap Umur profitabilitas Corporate
Pengungkapan Variabel Y: berpengaruh Social
Tanggung Pengungkapan positif, Responsibility
Jawab Sosial Tanggung leverage (CSR)
Perusahaan Jawab Sosial berpengaruh
(Studi Empiris Perusahaan negative dan
Perusahaan signifikan,
Manufaktur serta umur
yang Listing perusahaan
38

di BEI Tahun tidak


2010-2013) berpengaruh
terhadap
pengungkapan
tanggung
jawab sosial
perusahaan
(CSR).
Sumber: Data diolah, 2017.

2.3 Kerangka Pemikiran

Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan konsep bahwa sebuah

perusahaan harus melayani masyarakat sosial sebaik memberikan keuntungan

finansial kepada pemegang saham, dan harus berkelanjutan terus menerus, yang

pada akhirnya para manajer akan menyadari bahwa keputusan untuk menerapkan

corporate social responsibility adalah keputusan yang sangat penting dalam

perencanaan strategis (Pearce dan Robinson, 2008:68).

Hal tersebut tercantum dalam Peraturan Pemerintah (PP) No. 47 Tahun

2012 tentang Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Perseroan Terbatas yang

merupakan peraturan pelaksanaan dari ketentuan Undang-Undang No. 40 Tahun

2007 Pasal 74 tentang Perseroan Terbatas (Setianingrum, 2015). Dalam Undang-

Undang No. 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 66 ayat (2c)

menyatakan bahwa perusahaan wajib melaporkan pelaksanaan tanggung jawab

sosial dan lingkungan dalam laporan tahunan perusahaan.

Selain itu, Peraturan Pemerintah No. 47 Tahun 2012 Pasal 6 menyebutkan

juga bahwa pelaksanaan tanggung jawab sosial dan lingkungan dimuat dalam

laporan tahunan perseroan dan dipertanggungjawabkan kepada RUPS. Sesuai


39

dengan peraturan perundang-undangan, perusahaan yang telah melaksanakan

praktik CSR harus mengungkapkan pelaksanaan CSR tersebut baik terintegrasi

langsung dalam laporan tahunan (Annual Report) maupun laporan terpisah yang

disebut Sustainability Reports (Annisa dan Nazar, 2015 dalam Rahayu, 2016).

Pengungkapan corporate social responsibility merupakan proses

pengkomunikasian dampak sosial dan lingkungan dari kegiatan ekonomi

organisasi terhadap kelompok khusus yang berkepentingan dan terhadap

masyarakat secara keseluruhan (Sembiring, 2005 dalam Setianingrum, 2015).

Adapun dampak sosial yang ditimbulkan oleh masing-masing perusahaan

tentunya tidak selalu sama, mengingat banyak faktor yang membedakan satu

perusahaan dengan perusahaan lain meskipun berada dalam satu jenis usaha yang

sama. Setiap perusahaan memiliki karakteristik yang berbeda-beda yang dapat

mempengaruhi pengungkapan tanggung jawab sosial (Hadi, 2011:94).

Profitabilitas menunjukkan seberapa besar kinerja keuangan perusahaan

dalam menghasilkan atau memperoleh keuntungan (profit). Profitabilitas

merupakan faktor yang memberikan kebebasan dan fleksibilitas kepada

manajemen untuk mengungkapkan pertanggungjawaban sosial kepada pemegang

saham (Heinze, 1976 dalam Rindawati 2015). Tingkat profitabilitas yang semakin

tinggi mencerminkan kemampuan entitas dalam menghasilkan laba yang semakin

tinggi, sehingga entitas mampu untuk meningkatkan tanggung jawab sosial, serta

melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial dengan lebih luas (Kamil, 2012).

Pernyataan tersebut berhasil dibuktikan pada penelitian yang dilakukan

Rindawati (2015) menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh positif dan


40

signifikan terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR). Hal ini

membuktikan bahwa tingginya laba dapat mempengaruhi jumlah pengungkapan

aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan pada program-program yang berkaitan

dengan CSR, saat perusahaan tersebut mendapat profit yang tinggi maka dana

yang didistribusikan pada kegiatan CSR akan semakin tinggi pula.

Menurut Nailufar (2016) perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas

yang tinggi akan mengungkapkan CSR lebih besar dibandingkan dengan

perusahaan yang memiliki profitabilitas rendah. Sejalan dengan Rindawati (2015)

dan Nailufar (2016), penelitian yang dilakukan oleh Pratama (2016) dan Sunaryo

(2016) menyatakan bahwa profitabilitas mempunyai pengaruh secara positif

terhadap pengungkapan corporate social responsibility (CSR).

Berdasarkan beberapa teori dan temuan penelitian yang menguji pengaruh

antara Profitabilitas dengan Pengungkapan Corporate Social Responsibility

(CSR), maka kerangka pemikiran dapat digambarkan sebagai berikut:

Pengungkapan Corporate Social


Responsibility
Profitabilitas (Y)
(X1)
Indikator :
Indikator :

=
ℎ ℎ =

Sumber: Fahmi, Sumber: Global Reporting


2013:135 Initiative, 2016

Gambar 2.2
Kerangka Pemikiran
41

2.4 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian keterkaitan antara profitabilitas terhadap

pengungkapan corporate social responsibility (CSR) di atas, mengacu pada

kerangka pemikiran dan rumusan masalah, maka hipotesis dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

Ho: Profitabilitas tidak berpengaruh terhadap pengungkapan corporate

social responsibility (CSR).

Ha: Profitabilitas berpengaruh terhadap pengungkapan corporate social

responsibility (CSR).

Anda mungkin juga menyukai