LP Tumbuh Kembang Anak
LP Tumbuh Kembang Anak
A. DEFINISI
Pertumbuhan merupakan peningkatan jumlah dan ukuran sedangkan perkembangan
menitikberatkan pada perubahan yang terjadi secara bertahap dan tingkat yang paling rendah
dan kompleks melalui proses maturasi dan pembelajaran (Whalex dan Wone.2000)
Tumbuh kembang adalah suatu kesatuan proses dimana seseorang anak tidak hanya
tumbuh menjadi besar tapi berkembang menjadi lebih terampil yang mencakup dua peristiwa
yang sifatnya berbeda tetapi saling berkaitan dan sulit dipisahkan.
1. Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam jumlah, besar,
ukuran/dimensi, tingkat sel organ maupun individu yang bisa diukur berat, panjang, umur
tulangdan keseimbangan elektrolit.
2. Perkembangan (development) adalah bertambahnya kemampuan dalam struktur dan fungsi
tubuh yang lebih kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan sebagai hasil antara
lain proses pematangan termasuk perkembangan emosi, intelektual, dan tingkah laku sebagai
hasil dengan lingkungan. Untuk terciptanya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada
potensi biologis, psikososial, dan perilaku yang merupakan proses yang unik dan hasil akhir
berbeda-beda yang memberi cirri tersendiri pada setiap anak.
Dalam Tumbang anak perlu dilakukan berbagai macam imunisasi, dimana imunisasi
merupakan usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke
dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah terhadap penyakit tertentu.
Sedangkan yang dimaksud vaksin adalah bahan yang di pakai untuk merangsang
pembentukan zat anti yang dimasukkan ke dalam tubuh melalui suntikan seperti vaksin BCG,
DPT, Campak, dan melalui mulut seperti vaksin Polio. Tujuan diberikan imunisasi adalah
diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka
morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
Diantara sekian banyaknya imunisasi yang diperlukan anak, satu diantaranya adalah
imunisasi BCG.
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit TBC yang
berat sebab terjadinya penyakit TBC yang primer atau yang ringan dapat terjadi walaupun
sudah dilakukan imunisasi BCG, pencegahan imunisasi BCG untuk TBC yang berat seperti
TBC pada selaput otak, TBC milier (pada seluruh lapangan paru), atau TBC tulang. Imunisasi
BCG ini merupakan vaksin yang mengandung kuman TBC yang telah dilemahkan. Frekuensi
pemberian imunisasi BCG adalah 1 kali dan waktu pemberian imunisasi BCG pada umur 0 –
11 bulan, akan tetapi pada umumnya diberikan pada bayi umur 2 – 3 bulan, kemudian cara
pemberian imunisasi BCG melalui intradermal. Efek samping pada BCG dapat terjadi ulkus
pada daerah suntikan dan dapat terjadi limfadenitis regional dan reaksi panas.
A. PENGKAJIAN
a. Nama
b. Alamat
c. Telepon
g. Agama
i. Informan
Untuk menjalani suatu imunisasi anak diharapkan dalam kondisi sehat jasmani dan
rohani karena akan dipenetrasikan antigen dalam imunisasi yang akan memicu fungsi
imunnya, namun seiring dengan kondisi anak yang rentan terhadap kontak infeksi dari
lingkungan, tidak menutup kemungkinan jika saat memasuki jadwal imunisasi ia berada
dalam kondisi sakit . Maka dari itu, perlu ditanyakan apakah anak memiliki keluhan
kesehatan baik secara langsung pada anak ataupun orang tua/pengasuhnya beberapa saat
sebelum diimunisasi. Keluhan ini dapat dijadikan indikator apakah imunisasi harus
dilanjutkan, ditunda sementara waktu, atau tidak diberikan sama sekali.
Untuk mendapatkan semua rincian yang berhubungan dengan keluhan utama. Jika
saat ini kesehatan anak baik, riwayat penyakit sekarang mungkin tidak terlalu menjadi acuan,
akan tetapi jika anak dalam kondisi tidak sehat, hal ini dapat dijadikan kajian lebih lanjut
untuk mengetahui status kesehatan anak saat ini, selain untuk kepentingan imunisasi, hal ini
juga dapat dijadikan panduan apakah anak harus mendapat perawatan lebih lanjut mengenai
penyakitnya.
Riwayat Kesehatan Dahulu (RKD)
c. Alergi.
a. Menyeluruh/umum
b. Integument
c. Kepala
d. Mata
e. Telinga
f. Hidung
g. Mulut
h. Tenggorokan
i. Leher
j. Dada
k. Respirasi
l. Kardiovaskuler
m. Gastrointestinal
n. Genitourinaria
o. Ginekologik
p. Muskuluskeletal
q. Neurologik
r. Endokrin
Riwayat Psikososial
Untuk memperoleh informasi tentang konsep diri anak, terutama terfokus pada
riwayat imunisasi yang pernah ia dapatkan, apabila riwayat sebelumnya menyisakan
kerisauan pada anak maka akan lebih baik jika saat imunisasi berikutnya hal ini diperbaiki
untuk mengubah konsep anak terrhadap imunisasi, menanamkan padanya bahwa hal ini
penting untuk mencegah penyakit yang mungkin mendatanginya, serta diperlukan
keterlibatan keluarga yang dapat memberikan dukungan mental pada anaknya sehingga anak
tidak risau dalam menghadapi imunisasi.
Riwayat Keluarga
Pengkajiaan Nutrisi
Untuk memperoleh informasi yang adekuat tentang asupan dan kebutuhan nutrisi
anak dalam kaitannya dengan kesehatan anak saat ini sebelum ia mendapatkan imunisasi dan
dapat dijadikan bahan untuk pendidikan kesehatan pasca imunisasi anak. Pengkajian nutrisi
meliputi pengkajian terhadap asupan diet dan pemeriksaan klinis.
b. Sebelum pengkajiaan sebaiknya disediakan waktu untuk bermain agar anak menjadi
kooperatif. Dalam hal ini, bukan berarti mengabaikan tugas utama, tetapi untuk pendekatan
agar anak tidak takut sehingga memudahkan pemeriksaan.
c. Pemeriksaan dapat dimulai dari bagian tubuh yang mudah dan tidak menakutkan anak.
d. Jika ada beberapa anak, mulailah dengan anak yang kooperatif sehingga akan
mengurangi rasa takut dari anak yang lain.
e. Libatkan anak dalam proses pemeriksaan. Kita bisa menjelaskan pada anak mengenai
hal-hal yang perlu dilakukan pada dirinya. Apabila mungkin, beri kesempatan anak untuk
membantu proses pemeriksaan.
f. Buat posisi pemeriksaan senyaman mungkin. Anak dapat berbaring di pangkuaan orang
tua.
g. Berikan pujiaan kepada anak yang kooperatif. Hal ini dapat merangsang anak yang lain
agar tidak takut untuk diperiksa.
h. Berikan pujian pada orang tua apabila anak maju dan ibunya mengetahui nasehat
petugas.
Perlu ditanyakan pada ibu apakah ada tanda-tanda resiko tinggi saat hamil, seperti
terinfeksi TORCH, berat badan tidak naik, preeksklamsi, dan lain-lain, serta apakah
ehamilannya dipantau berkala. Kehamilan risiko tinggi yamg tidak ditangani dengan benar
dapat mengganggu tumbuh kembang anak. Dengan mengetahui riwayat prenatal maka
keadaan anaknya dapat diperkirakan.
Perlu ditanyakan pada ibu mengenai cara kelahiran anaknya, apakah secara normal,
dan bagaimana keadaan anak sewaktu lahir. Anak yang dalam kandungan terdeteksi sehat,
apabila kelahirannya mengalami gangguan (cara kelahiran dengan tindakan seperti forceps,
partuss lama, atau kasep), maka gangguan tersebut dapat mempengaruhi keadaan tumbuh
kembang anak.
Untuk menentukan berat badan anak, hal yang perlu diperhatikan adalaah sebagai
berikut:
1) Pengukuran dilakukan dengan memakai alat timbangan yang telah ditera
(distandardisasi/dikalibrasi) secara berkala. Timbangan yang digunakan dapat berupa dacin
atau timbangan injak.
2) Untuk menimbang anak yang berusia kurang 1 tahun, maka hal tersebut dilakukan dengan
posisi berbaring. Untuk anak yang berusia 1-2 tahun, dilakukan dengan posisi duduk dengan
menggunakan dacin. Untuk anak yang berusia lebih dari 2 tahun, penimbangan berat badan
dapat dilakukan dengan posisi berdiri.
1) Lepas pakaian yang tebal pada bayi dan anak saat pengukuran. Apabila perlu, cukup
pakaian dalam saja.
2) Tidurkan bayi pada meja timbangan. Apabila menggunakan timbangan dacin, masukkan
anak dalam gendongan, lalu kaitkan gendongan ke timbangan.
Sedangkan apabila dengan berdiri, ajak anak untuk berdiri di atas timbangan injak
tanpa dipegangi.
3) Ketika menimbang berat badn bayi, tempatkan tangan petugas di atas tubuh bayi (tidak
menempel) untuk mencegah bayi jatuh saat ditimbang.
4) Apabila anak tidak mau ditimbang, ibu disarankan untuk menimbang berat badannya
lebih dulu, kemudian anak digendong oleh ibu dan ditimbang.
Selisih antara berat badan ibu bersama anak dan berat badan ibu sendiri menjadi berat
badan anak. Untuk lebih jelasnya, dapat dilihat rumus berikut.
5) Tentukan hasil timbangan sesuai dengan jarum penunjuk pada timbangan
6) Selanjutnya, tentukan posisi berat badan anak sesuai dengan standar yang berlaku, yaitu
apakah status gizi anak normal, kurang, atau buruk. Untuk menentukan berat badan ini juga
dapat dilakukan dengan melihat pada kurva KMS, apakah berat badan anak berada pada
kurva berwarna hijau, kuning, atau merah.
1) Siapkan papan atau meja pengukur. Tidak ada, dapat digunakan pita pengukur (meteran).
2) Baringkan anak terlentang tanpa bantal (supinasi), luruskan lutut sampai menempel pada
meja (posisi ekstensi).
3) Luruskan bagian puncak kepala dan bagian bawah kaki (telapak kaki tegak lurus dengan
meja pengukur), lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
4) Apabila tidak ada papan pengukur, hal ini dapat dilakukan dengan cara memberi tanda
pada tempat tidur (tempat tidur harus rata/datar) berupa garis atau titik pada bagian puncak
kepala dan bagian tumit kaki bayi. Lalu ukur jarak antara kedua tanda tersebut dengan pita
pengukur.
Sedangkan cara pengukuran tinggi badan pada anak usia 2 tahun atau lebih adalah
sebagai berikut :
1) Tinggi badan diukur dengan posisi berdiri tegak, sehingga tumit rapat, sedangkan
bokong, punggung, dan bagian belakang kepala berada dalam satu garis vertikal dan
menempel pada alat pengukur.
2) Tentukan bagian atas kepala dan bagian kaki menggunakan sebilah papan dengan posisi
horizontal dengan bagian kaki, lalu ukur sesuai dengan skala yang tertera.
Ukuran kepala dinyatakan normal bila berada di antara batas tertinggi dan terendah
dari kurva lingkar kepala. Bila ukuran kepala berada di atas kurva normal, berarti ukuran
kepala besar (macrocephali), sedangkan bila ukuran kepala di bawah kurva normal, berarti
ukuran kepala kecil (microcephali). Kurva lingkar kepala ini dibedakan antara laki-laki dan
perempuan. Adapun cara pengukuran lingkar kepala :
a. Siapkan pita pengukur (meteran)
b. Lingkakan pita pengukur pada daerah glabella (frontalis) atau supraorbita bagian
antrior menuju oksiput pada bagian posterior kemudian tentukan hasilnya
1) Tentukan lokasi lengan yang akan diukur. Pengukuran dilakukan pada lengan bagian kiri,
yaitu pertengahan pangkal lengan dengan siku. Pemilihan lengan kiri tersebut dengan
pertimbangan bahwa aktivitas lengan kiri lebih pasif dari pada lengan kanan, sehingga
ukurannya lebih stabil.
2) Lingkarkan alat pengukur pada lengan bagian atas (dapat digunakan pita pengukur).
Hindari penekanan pada lengan yang diukur saat pengukuran.
3) Tentukan besar lingkar lengan sesuai dengan angka yang tertera pada pita pengukur.
4) Catat hasil pengukuran pada Kartu Menuju Sehat (KMS) atau status anak.
3) Catat hasil pengukuran pada KMS anak atau kartu yang disediakan.
g) Perkembangan anak
Yang termasuk data lain adalah pola makan, pola aktivitas anak, data penunjang
lainnya, seperti pemeriksaan laboratorium, serta data yang diperlukan terutama apabila anak
berada di klinik.
Pertumbuhan anak mengalami penyimpangan apabila grafik berat badan anak berada
jauh di atas warna hijau atau berada dibawah jalur hijau, khususnya pada jalur merah. Ukuran
antropometri lain yang mengikuti biasanya adalah lingkar lengan atas dan lingkar lengan
dada. Perkembangan anak mengalami penyimpangan apabila kemampuan kepandaian anak
tidak dicapai sesuai dengan usianya, sehingga anak mengalami keterlambatan. Pada tes
DDST, anak tidak dapat mencapai tugas-tugas perkembangannya, atau pada gambar kalender
balita (KMS), kemampuan anak tidak sesuai dengan usianya.
C. PERENCANAAN
1. Potensial perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungan dengan
situasi yang terjadi di lingkungan
a. Ajarkan orang tua tentang tugas perkembangan yang sesuai dengan kelompok usia
Rasional: agar orang tua mampu melakukan tugas tumbang pada anak
b. Tingkatkan rangsangan dengan menggunakan berbagai mainan dalam tempat tidur
anak.
Rasional: mainan dapat meningkatkan rangsangan anak dalam tumbang
c. Berikan tindakan nyaman setelah prosedur yg menyebabkan rasa takut.
Rasional: mengurangi rasa ketidaknyamanan
d. KIE orang tua untuk kontrol setiap bulan.
Rasional: mengetahui adanya keluhan dalam tumbang anak
2. Perilaku mencari bantuan kesehatan berhubungan dengan kurang pengetahuan
tentang peran sebagai orangtua baru.
a. Jelaskan pada orang tua tentang perawatan anak seperti makanan yang baik sesuai
umur anak, cara menggendong, cara memberikan ASI yang baik dan bagaimana
menyendawakan bayi.
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap perawatanan anak
b. Jelaskan bahwa keberadaan kedua orang tua sangat penting sebagai role model
anaknya.
Rasional: memberi pemahaman orang tua supaya bias memberi contoh yang baik bagi
anaknya
c. Jelaskan pada orang tua tentang tahapan tumbuh kembang yang harus dilewati
anak sesuai dengan umurnya
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
4. Potensial orang tua dalam meningkatkan kesehatan anak berdasarkan tumbuh
kembangnya.
a. Jelaskan pada orang tua tentang proses tumbang yang terjadi
Rasional: meningkatkan pemahaman orang tua terhadap tumbang
b. Bantu ibu/ orang tua untuk mengerti dan mengetahui tentang tahapan tumbang
yang dilewati anak dengan masa pertumbuhandan perkembangan
Rasional: agar orang tua mengetahui tentang tumbuh kembang anaknya
c. Anjurkan ibu membaca berbagai tips perawatan anak
Rasional: meningkatatkan pemahaman tentang perawatan anaknya
5. Gangguan rasa aman (cemas) b/d kurang pengetahuan ibu tentang tumbang anak
a. Bantu ibu mengetahui tahapan yang seharusnya terjadi pada anak saat ini sesuai
umur
Rasional: agar ibu paham tentang tumbang anaknya
b. Bantu menurunkan tingkat kecemasan dengan informasi yang diberikan
Rasional: mengurangi kecemasan ibu
c. Beri dukungan pada ibu untuk tetap menjaga kesehatan anaknya dan tetap
memantau pertumbuhan dan perkembangan anak
Rasional: agar kesehatan anak tetap terjaga
Berhrman, Kliegman, & Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson. Jakarta. Buku
Kedokteran EGC.
Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8.Jakarta: EGC
Hidayat, A.Z. 2011. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak untuk Pendidikan Kebidanan. Jakarta.
Salemba Medika.
Kriteria Hasil NOC. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Muscari, Mary.E. 2005. Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Supartini. 2004. Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta. Buku Kedokteran EGC.
Wong, D.L,dkk. 2004. Pedoman Klinik Keperawatan Pediatrik. Jakarta. Buku Kedokteran
EGC.