Anda di halaman 1dari 13

MATA KULIAH MANAJEMEN ORGANISASI BERBASIS DHARMA

DOSEN Dr. MULJADI.,S.Kom., MM., MBA


NAMA RAHAJU NINGTYAS

PERTANYAAN ;
1. Pertanyaan :
a. Apa yang anda dapatkan setelah belajar manajemen organisasi berbasis dharma dan ilmu
apa saja yang anda dapatkan? Apa manfaatnya dan bagaimana mengimplementasikannya?
b. Apa yang dimaksud dengan manajemen organisasi, managerial role dan manajemen diri
berbasis dharma? Manajemen sistem terintegrasi ? Jelaskan

2. Buatlah workshop KPI Dosen pada sebuah kampus nakestrad dengan prinsip KPI pada pola : KPI
strategis , Kamus KPI, KPI Rutin dan special assignment dan bagaimana menjalankan
implementasi BSC Balance Score Card Manstra – Renstra pada kampus kesehatan ? Buatkan
langkah2 dikampus dimana anda bekerja.

3. Buatlah Visi Misi pada sebuah institusi pendidikan dengan pola balance Score. Dan buatkan
model bisnis canvas pada institusi kesehatan tradisional.

JAWABAN :
1. Untuk :
a. Yang diperoleh setelah belajar manajemen organisasi berbasis dharma dan ilmu
yang didapatkan :
Manajemen merupakan proses yang melibatkan banyak kegiatan untuk mencapai
tujuan organisasi. Hal tersebut dilakukan dengan menggunakan berbagai sumber
daya dengan benar dan baik. Manajemen bekerja selayaknya sebuah sistem, dimana
ada keterkaitan berbagai kegiatan yang berjalan secara harmonis dan sinkron.
Dengan keseimbangan unsure tersebut maka tujuan organisasi dapat tercapai secara
optimal, efektif dan efisien. Manajemen juga menggunakan metode/proses ilmiah
dalam menyelesaikan semua permasalahannya, dimulai dari pengkajian, diagnose
masalah, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

Manfaat :
Terdapat manfaat mempelajari manajemen organisasi :
1) Memiliki visi misi organisasi yang menjadi target organisasi
2) Untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, baik secara pribadi
maupun organisasi.
3) Membantu keseimbangan diantara tujuan yang telah ditetapkan.
4) Adanya manajemen untuk mencapai eketifitas dan efisiensi serta menjaga
keseimbangan dari berbagai tujuan.

CARA MENGIMPLEMENTASIKAN :
1) Melakukan analisis SWOT untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
organisasi.
2) Memformulasi strategi; visi misi untuk jangkapanjang dan pendek. Tujuan
organisasi yang terkandung di dalam visi bisa diterjemahkan baik dari sisi waktu,
kualitas dan kuantitas.
Lengkapi rencana strategi dengan Standart Operating Procedure ( SOP ) dari
semua lini untuk memantau standar mutu internal organisasi.
3) Mengimplementasikan strategi yang sudah dibuat berdasarkan hasil analisis
SWOT; operasional, administrasi dan keuangan, sdm dan organisasi
4) Evaluasi dan pengendalian

b. MANAJEMEN ORGANISASI :
Manajemen pada prinsipnya bagaimana mengatur kegiatan agar berjalan dengan
baik dalam mencapai tujuan secara optimal sesuai dengan yang diinginkan. Tujuan
yang diharapkan tersebut,akan berhasil dengan baik bilamana kemampuan manusia
yang terbatas baik pengetahuan, teknologi, skill maupun waktu yang dimiliki itu
dapat dikembangkan dengan membagi tugas pekerjaannya, wewenang, dan
tanggung jawabnya kepada orang lain sehingga secara sinergis dan simbiosis
mutualisme membentuk kerjasama yang baik.
Manajemen dikatakan penting dalam menjalankan kegiatan organisasi, pada
dasarnya :
1) Pekerjaan itu berat dan sulit untuk dikerjakan sendiri sehingga diperlukan adanya
pembagian kerja, tugas dan tanggung jawab dalam penyelesaiannya.
2) Suatu organisasi akan berhasil guna dan berdaya guna.

3) Manajemen yang baikm dapat meningkatkan kinerja dari semua potensi yang
dimiliki.

4) Manajemen yang baik akan menghindari dan mengurangi pemborosan.

5) Manajemen merupakan suatu pedoman pemikiran dan tindakan kegiatan


organisasi.

6) Manajemen merupakan suatu pedoman pemikiran dan tindakan kegiatan


organisasi.

7) Manajemen yang baik selalu mengedepankan kerjasama, keharmonisasi,


komunikasi yang kontruktif, seimbang, searah saling menghormati, dan
menghargai mencintai sebagai tujuan dapat dioptimalkan.

8) Manajemen diperlukan untuk kemajuan, dan pertumbuhan juga perkembangan


agar lebih baik lagi.

MANAGERIAL ROLE :
Peran pemimpin dalam organisasi :
1) Interpersonal Role : manajer harus bisa mempunyai peran berhubungan dengan
pihak-pihak lain.
2)  Informational Role (peran informasi)
a) Monitoring   : manajer harus bisa berperan memonitor kegiatan-kegiatan
unit yang dipimpinya dalam rangka aktivitas produksi dan pengumpulan data
b) Disseminator : manajer harus berperan menyampaikan informasi yang
dikumpulkanya kepada pihak yang membutuhkannya
c) Spoke person : manajer harus berperan menyampaikan kebijakan/keputusan
pimpinanya yang lebih tinggi kepada bawahan yang dipimpinnya dengan cara
yang mudah dimengerti (bisa menyampaikan keinginan, aspirasi, dan usul
kepada pimpinan).
d) Decision Making
Manajer harus berperan mengambil keputusan dari persoalan-persoalan
yang muncul di unit organisasi yang dipimpinya. Setiap keputusan
mengandung resiko yang harus diperhitungkan. Tetapi, seorang manajer
tidak boleh mundur untuk mengambil keputusan.
 Enterperneur (pengusaha) : manajer harus berperan melihat peluang-
peluang yang muncul, mengambil keputusan untuk memanfaatkan
peluang-peluang tersebut bagi organisasi/unit yang dipimpinya.
 Disturbance Handler : manajer harus berperan mengambil keputusan
untuk mengatasi gangguan-gangguan
 Resource Allocator : manajer harus berperan mengambil keputusan
alokasi sumber daya
 Negotiator : manajer harus berperan mengambil keputusan dalam
berunding dengan unit-unit yang lain.

MANAJEMEN DIRI BERBASIS DHARMA :


Kemampuan mengelola menyelaraskan antara pikiran, ucapan, dan tindakan yang
sesuai dan dapat dipertanggungjawabkan, sehingga hasil dari pengendalian yang
terpadu ini akan membangun manajemen diri yang kuat dan baik.
Manusia sangat perlu belajar dan memiliki pengetahuan Dharma sebagai tahapan
awal membangun keyakinan sebagai dasar acuan manajemen diri. Namun
pengetahuan saja tidaklah cukup. Selanjutnya pengetahuan yang dimiliki akan
mendukung bagaimana cara pengamalan atau praktik Dharma dengan benar dan
baik, sehingga Dharma yang diyakini nantinya akan mendorong diri kita untuk
melakukan pelatihan diri dalam membangun tingkah laku yang baik, berbicara yang
baik, berpikir yang baik dan selaras, untuk meraih kedamaian dan kebahagiaan
dalam hidup ini. Untuk memahami secara menyeluruh proses manajemen diri, maka
diperlukan proses tahapan berikutnya yakni analisis yang mendalam terhadap
pengetahuan dan hasil yang dipraktikkan atau diimplementasikan melalui sebuah
proses, sehingga proses bagaimana kita membangun manajemen diri dapat
berproses terus dengan fondasi yang kuat dan berkelanjutan, hingga akan
menghasilkan kedamaian, kebahagiaan pada kehidupan kita sehari-hari, hingga
suatu waktu mencapai kebahagiaan tertinggi.
MANAJEMEN SISTEM TERINTEGRASI :
Sistem manajemen terintegrasi adalah sistem tunggal yang dirancang untuk
mengelola berbagai aspek dari operasional organisasi sesuai dengan beberapa
standar, seperti untuk sistem manajemen mutu (ISO 9001), lingkungan (ISO 14001)
dan kesehatan dan keselamatan (ISO 45001).
Tujuan standar sistem manajemen ini adalah untuk membantu menjalankan
organisasi yang lebih baik

2. Untuk :
a. workshop KPI Dosen pada sebuah kampus nakestrad dengan prinsip KPI pada pola :
KPI strategis , Kamus KPI, KPI Rutin dan special assignment

WORKSHOP INTEGRASI YOGA TERAPI DALAM KEPERAWATAN

1. Latar Belakang
Politeknik Yakpermas Banyumas merupakan institusi pendidikan yang telah berubah
dari Akademi keperawatan Yakpermas. Perubahan bentuk tersebut diikuti dengan
adanya perubahan pada visi dan misi intitusi. Politeknik Yakpermas Banyumas memiliki
4 program studi, salah satunya adalah program studi DIII keperawatan. Dimana program
studi tersebut juga menyesuaikan dengan visi misi Politeknik. Adapun visi prodi DIII
Keperawatan adalah menghasilkan perawat yang beretika berdaya saing tinggi dan
professional dalam holistic paliatif care di tingkat jawa tengah pada tahun 2025.

Holistik paliatif care mengembangkan asuhan keperawatan yang melihat pasien secara
menyeluruh baik bio psiko sosio spiritual dimana saling berinteraksi satu dengan yang
lain, sehingga jika ada yang terganggu pada salah satu fungsi maka dapat
mempengaruhi fungsi yang lainnya. sebagaimana dikenal bahwa :Didalam raga yang
sehat terdapat jiwa yang sehat, dan juga sebaliknya jiwa yang sehat dapatmembentuk
raga yang sehat. Pengembangan mata kuliah Holistic paliatif care non farmakologik
dapat menjadi pilihan salah satunya dengan mengembangkan mata kuliah intergrasi
yoga terapi dalam keperawatan.

Pengembangan mata kuliah intergrasi yoga terapi dalam keperawatan harus diikuti
dengan kemampuan dosen. kemampuan dosen harus dikembangkan dengan harapan
adanya perubahan perilaku baik pengetahuan, ketrampilan maupun sikap.

Perubahan perilaku yang terjadi dengan harapan memenuhi kompetensi/kemampuan


kecakapan atau ability dan bisa memenuhi tugas dan tanggung jawab atau task
&responsibility. Dengan terpenuhinya kompetensi secara otomatis kompetensi dosen
mk intergrasi yoga terapi dalam keperawatan sesuai dengan performance yang
diharapkan

Secara Garis besar harapan proses perubahan perilaku melalui workshop atau pelatihan
PROSES PERUBAHAN DALAM PELATIHAN
PERILAKU DOSEN INTEGRASI YOGA TERAPI DALAM
KEPERAWATAN
 Pengetahuan : Tahu
 Ketrampilan: Dapat
 Sikap : Mau

KOMPETENSI DOSEN PERFOMANCE DOSEN

 Kecakapan Sesuai dengan


 Tugas dan tanggung jawab pekerjaannya

2. Model Work Shop / Pelatihan, Workshop yang akan dilakukan menggunakan workshop
model diskrepansi ( Discrepancy Model ). Model ini dibangun agar manager pelatihan
dapat merencanakan, mengimplementasikan dan mengevaluasi sebuah program
pelatihan. Pada model ini proses pelatihan yang sangat kompleks dicoba untuk
disederhanakan kemudian ditentukan hal-hal yang dapat dikerjakan sehingga kegiatan
perencanaan, implementasi dan evaluasi pelatihan dapat dilakukan.

Pelatihan Model Diskrepansi ( Hickerson dan Middleton, 1975 )

Kegiatan non
latihan

TAHAP I
Tidak
Analisis
Jabatan
TAHAP 2 TAHAP 3 ;
Keputusan Penetapan Tujuan
untuk latihan pelatihan dan Prosedur
Diskrepansi Evaluasi Formatif
Kinerja ya

TAHAP 4 ;
Mendesign Pelatihan

TAHAP 6 ;
Dukungan lanjutan
dan Evaluasi
Sumatif
TAHAP 5;
Implementasi

3. Analisis Kebutuhan pelatihan ( Training Needs )


Kebutuhan pelatihan diartikan sebagai kesenjangan antara keadaan kinerja yang
sebenarnya dengan keadaan kinerja yang diinginkan. Kesenjangan yang dimaksud
adalah permasalahan kinerja yang disebabkan factor kompetensi.
Kebutuhan pelatihan disini muncul sejalan dengan adanya perubahan pada visi program
studi DIII keperawatan. Dengan adanya pengembangan mengikuti visi pada holistic
paliatif care .Kebutuhan pelatihan pengembangan mata kuliah integratif yoga terapi
dalam keperawatan pada dosen pengampu untuk dapat melaksanakan proses belajar
mengajar yang ditugaskan kepadanya secara memuaskan. Memuaskan disini memiliki
arti dosen tersebut dapat mencapai kinerja atau prestasi kerja sesuai standar, sehingga
dapat dikatakan bahwa kebutuhan pelatihan timbul pada saat anggota dalam organisasi
tidak memberikan kinerja yang sesuai dengan standar yang berlaku.

Tujuan Analisis Kebutuhan pelatihan :untuk menentukan


1. Sifat Permasalahan
2. Yang mempengaruhi permasalahan
3. Jumlah orang yang mempengaruhi permasalahan
4. Bentuk defisensi kerja
5. Apa yang harus dikerjakan tetapi tidak dikerjakan
6. Apa yang dilakukan padahal seharusnya tidak dilakukan

Manfaat Analisis Kebutuhan pelatihan :


1. Dapat mengidentifikasi permasalahan dalam institusi yang dapat dipecahkan melalui
solusi pelatihan.
2. Dapat memperolah komitmen institusi. Analisis kebutuhan pelatihan dapat
memberikan data tentang perilaku yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja.
3. Dapat dihasilkan data untuk evaluasi program pelatihan
4. Dapat menentukan keuntungan dan kerugian pelatihan.

Secara umum dengan dilaksanakannya analisis kebuthan pelatihan maka dapat


dibangun program pelatihan yang terkoordinasi, metodis, kompak, dapat
dipertanggungjawabkan dan sejalan dengan tujuan institusi. Analisis Kebutuhan
pelatihan memberikan manfaat berupa terwujudnya program pelatihan dapat
memberikan manfaat berupa terwujudnya program pelatihan yang efektif dan efisien.

analisis kebuthan pelatihan berdasarkan discrepancy kinerja dosen pada pengembangan


mk baru intergrasi yoga dalam keperawatan :
a. Kinerja dosen yang sudah dimiliki
 Pendidikan
Dalam pelaksanaan pembelajaran mk yang berhubungan dengan holistic
paliatif care dosen mengacu pada capaian pembelajaran di Perguruan Tinggi
sebagaimana tertera pada SNPT. Adapun peran dosen yang paling hakiki
dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai (i) penuntun; (ii) fasilitator; dan
(iii) motivator, dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan
pembelajaran tersebut. Dosen belum secara spesifik mampu mengampu mk
integrative yoga terapetik dalam keperawatan.
 Pengabdian pada masyarakat
Belum ada kegiatan pengabdian pada masyarakat yang bertemakan
integrative yoga dalam keperawatan.
 Penelitian
Penelitian juga merupakan salah satu tugas pokok sivitas akademika dalam
melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi. Belum ada penelitian area mk
inetratif yoga dalam keperawatan.
Publikasi ilmiah adalah kegiatan pemaparan hasil penelitian dalam forum
ilmiah, publikasi dalam jurnal ilmiah maupun penerbitan buku. Suatu
penelitian dianggap selesai bilamana telah dipublikasikan. Karena penelitian
belum ada maka untuk publikasi pun belum ada.

b. Kinerja dosen yang seharusnya dilakukan/dimiliki


 Pendidikan
Dalam pelaksanaan pembelajaran mk integrative yoga terapetik dalam
keperawatan dosen mengacu pada capaian pembelajaran di Perguruan
Tinggi sebagaimana tertera pada SNPT. Adapun peran dosen yang paling
hakiki dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai (i) penuntun; (ii)
fasilitator; dan (iii) motivator, dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan pembelajaran tersebut.
 Pengabdian pada masyarakat
Melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan mengaplikasikan
inegratif yoga dalam keperawatan kepada masyarakat melalui program
promosi kesehatan baik secara preventif, promotif, kuratif maupun
rehalibilitatif.
 Penelitian
Penelitian integrative yoga dalam keperawatan juga merupakan salah satu
tugas pokok sivitas akademika dalam melaksanakan Tri Dharma Perguruan
Tinggi. Penelitian adalah kegiatan dalam upaya menghasilkan pengetahuan
empirik, teori, konsep, metode, model, atau informasi baru yang
memperkaya dan mengembangkan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau
kesenian. Untuk mencapai tujuan tersebut maka setiap karya ilmiah
integrative yoga dalam keperawatan harus dipublikasikan.
Publikasi ilmiah adalah kegiatan pemaparan hasil penelitian dalam forum
ilmiah, publikasi dalam jurnal ilmiah maupun penerbitan buku. Suatu
penelitian integrative yoga dalam keperawatan dianggap selesai bilamana
telah dipublikasikan.
Penelitian dan publikasi ilmiah integrative yoga dalam keperawatan
dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan yang sesuai dengan
pedoman yang dikeluarkan oleh institusi pemberi dana, peraturan penelitian
dan publikasi ilmiah dan ciri spesifik disiplin keilmuan yang ada di Politeknik
Yakpermas Banyumas.

Dengan mengamati adanya kesenjangan kinerja yang merupakan diskrepansi kinerja


maka untuk meningkatkan kompetensi dosen adalah dengan pelatihan integrative yoga
dalam keperawatan.

4. Desain program pelatihan integrative yoga dalam keperawatan


a. Pemahaman filosofi proses belajar mengajar integrative yoga dalam keperawatan
Wakil direktur bidang akademik menganalisa pada pengembangan integrative yoga
dalam keperawatan dilakukan dengan menggunakan gaya kinestetik pada peserta
pelatihan dengan melakukan aplikasi langsung dalam gerakan fisik.
b. Analisis Kebutuhan :
1) Peserta pelatihan : Dosen tetap prodi DIII keperawatan yang berminat mengajar
di mk integrative yoga dalam keperawatan
2) Peminatan pelatihan : integrative yoga dalam keperawatan
3) Area kebutuhan : peningkatan kompetensi dosen baik pengetahuan, skill dan
sikap pada mk integrative yoga dalam keperawatan.
4) Penyebab Kesenjangan kinerja : belum ada dosen prodi DIII Keperawatan yang
mengikuti pelatihan integrative yoga dalam keperawatan.
5) Analisis Tugas : Dosen mampu melaksanakan Tri Dharma Perguruan tinggi
( pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat )di mk integrative
yoga dalam keperawatan.
c. Umpan balik
Direktur Politeknik Yakpermas Banyumas menyertakan semua pihak untuk turut
berpartisipasi. Direktur menugaskan ketua pelaksana pelatihan integrative yoga
dalam keperawatan untuk :
1) Presentasi kepada Direktur dan yayasan dari 2 tahapan yang diatas yang akan
berkaitan dengan penyelenggaraan dan pendanaan program pelatihan.
2) Keputusan ditetapkan berdasarkan kesepakatan pengambilan keputusan yang
terlibat, yaitu direktur dan yayasan.
3) Ketua pelaksana meminta persetujuan terkait implikasi dari program pelatihan.
4) Semua pihak sepakat melaksanakan pelatihan integrative yoga dalam
keperawatan.
d. Desai program pelatihan :
1) Tujuan belajar
2) Aktifitas belajar
3) Susunan bertahap aktifitas dan tujuan belajar
4) Aktifitas belajar dari pengalaman
5) Metode , media dan bahan pengajaran
e. Pengembangan program pelatihan integrative yoga dalam keperawatan
1) Rencana pengajaran
2) Strategi pengajaran
3) Media pengajaran
4) Bahan untuk peserta pelatihan
f. Pelaksanaan program pelatihan integrative yoga dalam keperawatan
Output dari program pelatihan terdiri dari lingkungan belajar, penggunaan metode
pengajaran, penggunaan dan poenyesuaian media dan bahan pengajaran dengan
aktifitas belajar, identifikasi tujuan instruksional khusus dan pelaksana aktifitas
belajar mengajar
g. Pengelolaan program pelatihan integrative yoga dalam keperawatan
Pada fase ini ketua pelaksana harus merencanakan pengelolaan program pelatihan.
Fase ini meliputi proses pengelolaan desain, pengembangan dan pelaksanaan
program pelatihan.
h. Evaluasi
Evaluasi dilakukan untuk mengukur dan menilai tujuan program pelatihan.
i. Pertangungjawaban
Peserta harus bertanggungjawab atas perubahan perilaku yang diperoleh dari
program pelatihan. Berkaitan dengan hal ini maka akan dilakukan evaluasi beberapa
bulan setelah pelaksanaan pelatihan.
Fasilitator bertanggung jawab atas pelaksanan program pelatihan meliputi : metode,
media dan bahan pengajaran.
Ketua pelaksana harus dapat mempertanggungjawabkan rencana dan desain
program yang dihasilkannya dikaitkan dengan pencapaian tujuan pelatihan.
Institusi bertanggungjawab atas terjadinya peningkatan kinerja dosen.

5. Penganggaran pelatihan integrative yoga dalam keperawatan


Merancang anggaran pelatihan menggunakan prinsip sebagai berikut :
a. Prinsip Look ahead ; anggaran perlu dirancang sebagai anggaran jangka panjang.
b. Prinsip cover the waterfront ; anggaran direncanakan untuk semua tahap program
pelatihan integrative yoga dalam keperawatan dengan mempertimbangkan sumber
daya financial dan non financial yang dimiliki.
c. Prinsip shinning example ; anggaran berdasar prediksi yang akurat.
d. Prinsip all based touched ; anggaran dibuat secara detail dang lengkap.
e. Prinsip bread spreading ; penyusunan anggaran mengikutsertakan semua pihak
terlibat.
f. Prinsip wellspring ; rincian dalam anggaran harus berasal dari sumbernya.
g. Prinsip roll with the punches ; anggaran harus fleksibel.

2. B; implementasi BSC Balance Score Card Manstra – Renstra pada kampus kesehatan
Pengukuran kinerja yang dilakukan dengan perspektif Balanced Scorecard berguna
untuk menterjemahkan visi dan misi sebuah organisasi termasuk institusi pendidikan
tinggi. Hal ini penting dalam rangka melakukan perancangan Balanced Scorecard untuk
melihat bagaimana tujuan dan sasaran strategis yang kemudian akan
dioperasionalisasikan menjadi program kerja bagi institusi pendidikan. Dengan adanya
program kerja, PTS tersebut dapat meningkatkan kinerjanya yang selanjutnya dapat
meraih cita-cita yang terkandung dalam visi dan misi.
Upaya untuk menerapkan konsep Balanced Scorecard sebagai peningkatan manajemen
kinerja institusi pendidikan harus dilakukan agar dapat meningkatkan kinerja intitusi
yang bersangkutan.
Balanced Scorecard pada institusi pendidikan tinggi diperlukan karena berguna sebagai
penyeimbang antara kinerja keuangan dengan nonkeuangan, PTS sebagai institusi
penyelenggara pendidikan tinggi diharapkan dapat bersaing dengan baik sehingga dapat
mencapai visi dan misinya.

3. A. Visi Misi pada sebuah institusi pendidikan dengan pola balance Score.

Visi Program Studi S1 Pengobatan Tradisional


Menjadi pusat pendidikan Pengobatan Tradisional yang professional dan memiliki
daya saing ditingkat Nasional 2025 dan global pada tahun 2030 “

Pernyataan visi ;
Menjadi bermakna bahwa secara kelembagaan prodi S1 Pengobatan
Tradisional masih dalam tahap “menuju ke” atau tahap
“perjalanan”
Profesional Prodi S1 pengobatan Tradisional akan mencetak tenaga pengobat
tradisional yang memiliki kompetensi “hard skill dan soft skill”.
Hardskill yang berarti sesuai bidang keahlian, yang dikenal luas
dan berdiri setara dalam pergaulan komunitas akademik dan profesi
diberbagai negara secara global melalui melalui peran aktif sivitas
akademika dan alumni

Profesional juga bermakna “unggul” dan “berkarakter”. Kata


”unggul” bermakna bahwa prodi S1 Pengobatan Tradisional
merupakan lembaga yang kompetitif dan responsive, dengan
proses pendidikan di Prodi S1 Pengobatan Tradisional selalu
mengedepankan meningkatkan kualitas (continuous quality
improvement) yang berorientasi mutu manajemen pengelolaan,
mutu sumber daya manusia, dan mutu lulusannya, melalui kinerja
dan reputasi yang baik;

“berkarakter” berarti bahwa prodi S1 pengobatan Tradisional


sebagai salah satu prodi dibawah Perguruan Tinggi STAB Nalanda
akan selalu mengedepankan penguasaan iptek dengan
menjunjung tinggi kejujuran, sikap amanah, adil dan aqlak mulia
menjaga sopan santun dalam proses pembelajarannya sehingga bisa
menghasilkan tenaga pengobat tradisional yang berkarakter.
Daya Saing terwujudnya suatu dorongan pada diri pendidik (dosen, tenaga
kependidikan dan lulusan untuk mengedepankan prestasi
memiliki keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif,
berupaya lebih baik dari yang lain, tahan menghadapi berbagai
kondisi, hambatan dan tantangan serta mampu berupaya
beradaptasi dengan lingkungan dimana berada.

Misi Program Studi DIII Pengobatan Tradisional

1. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan tenaga pengobat tradisional


yang kompeten dibidangnya memiliki daya saing tingkat regional, nasional dan
global;
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian tepat guna yang
bermanfaat bagi masyarakat dan global berbasis sumberdaya alam;
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dibidang pengobatan tradisional
sesuai dengan kebutuhan yang berorientasi pada budaya (kearifan) lokal dan
perkembangan industri;

VISI PRODI S1 PENGOBATAN TRADISIONAL STAB NALANDA


Menjadi pusat pendidikan Pengobatan Tradisional yang professional
dan memiliki daya saing ditingkat Nasional 2025 dan global pada
tahun 2030

MISI PRODI S1 PENGOBATAN TRADISIONAL STAB NALANDA


1. Menyelenggarakan pendidikan yang menghasilkan tenaga
pengobat tradisional yang kompeten dibidangnya memiliki daya
saing tingkat regional, nasional dan global;
2. Menyelenggarakan dan mengembangkan penelitian tepat guna
yang bermanfaat bagi masyarakat dan global berbasis
sumberdaya alam;
3. Menyelenggarakan pengabdian masyarakat dibidang
pengobatan tradisional sesuai dengan kebutuhan yang
berorientasi pada budaya (kearifan) lokal dan perkembangan
industri;

PERSPEKTIF KEUANGAN PERSPEKTIF PELANGGAN


Growth, Sustaint, Harvest customer core measurement dan customer value propositions
 Growth/ pertumbuhan keuangan dari th 1 sp ke 5 ada  Custumer Care : tingkat kepuasan diatas 90%, konsumen
peningkatan sampai 100% pada tahun ke 5 loyal, ada keterikatan emosional , anak-anak dalam 1
 Sustaint / modal kembali pada tahun ke 5. keluarga menyekolahkan ke STAB Nalanda
 Harvest/ arus kas masuk dan pengurangan modal kerja  customer value propositions : Program pendidikan
mulai tahun ke 6. berkarakter, Lulus Uji Kompetensi Nasional 100%, Lulusan
semua bekerja, ada permintaan stake holder pada institusi
PERSPEKTIFPROSES KINERJA INTERNAL
 Peningkatan kemampuan kompetensi Dosen dalam proses belajar
mengajar pengobatan tradisional.
 Peningkatan penelitian dosen dengan focus pada sumber daya
kearifan local dalam konteks pengobatan tradisional.
 Peningkatan penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan tetap menjunjung kearifan local kepada masyarakat dan
peningkatan pemngembangan hasil penelitian kea rah industry
yang nantinya dapat dinikmati masyarakat.

PERSPEKTIFPEMBELAJARAN & PERTUMBUHAN


 Peningkatan penyelenggaraan pendidikan dengan memperhatikan
aspek sarana prasarana yang memadai.
 Peningkatan penyelenggaraan Penelitian Dosen dengan
mengikutsertakan mahasiswa dengan mengangkat pengobatan
tradisional berdasarkan kearifan local.
 Peningkatan penyelenggaraan Pengabdian Kepada Masyarakat
dengan mengikutsertakan civitas akademika secara periodic dan
continue.

B. Model Bisnis Canvas Pada Institusi Kesehatan Tradisional

Key Patnerships : Key Activities: Key Proposition : Custumer Custumer Segmen:


 Dosen  Perkuliahn (kelas, *mahasiswa Reliation ships : Mahasiswa
 Mahasiswa lab dan lapangan) Melaksanakan  Jadual kuliah Dosen
 Karyawan  Penelitian PBM, penelitian  Beasisewa Calon mahasiswa
 BEM, Hima  Pengmas dan pengmas  BKD karyawan
 Griya Sehat  Konsultasi * Dosen 
 Rumah Sakit Melaksanakan BKD
 Dinas kesehatan pada Tri Dharma PT
 Kementrian Key Resources : * Karyawan Channels :
Kesehatan  Dosen kompeten Kejelasan job disc Buku panduan
 Institusi Luar Karyawan SOP
professional Siakad
Negeri
Kurikulum
SNPT&KKNI
Sistem pendidikan
Integrasi
OJS berjalan
Cost : Revenue stream :
Gaji, sertifikat, dana penelitian dan pengmas, cetak buku2 sarana Spp, spi, dipa, laboratorium dll
pemenuhan prasarana, evaluasi, dana promosidll

Anda mungkin juga menyukai