Anda di halaman 1dari 22

Nama : Maulana Yusuf (24)

NIM : 155120601111026

Kelas : B-6 / Ilmu Pemerintahan

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting karena menjadi salah satu indikator yang

mempengaruhi kualitas sumber daya manusia. Sehingga perlu adanya inovasi-inovasi di dalam

bidang pendidikan untuk dapat meningkatkan kualitas sumber daya manusia nya. Inovasi

pendidikan di perkembangan zaman ini sangat diperlukan agar mampu menyetarakan pendidikan

kita dengan realita kehidupan yang semakin maju. Melihat kemajuan ilmu pengetahuan serta

teknologi khususnya teknologi informasi banyak membawa dampak yang positif bagi kemajuan

di bidang pendidikan.

Perkembangan zaman yang semakin maju, khususnya dalam kemajuan ilmu

pengetahuan yang menuntut menggunakan teknologi, membuat banyak membawa

manfaat bagi kemajuan dalam bidang pendidikan. Teknologi tersebut dapat di nikmati

oleh semua pendidikan , mulai dari pendidikan formal , informal maupun non formal.

Fasilitas yang tawarkan berupa komputer dan jaringan internet dan banyak pilihan

lainnya yang dapat menunjang proses pembelajaran siswa. Tentunya teknologi semacam

ini sangat berdampak bagi dunia pendidikan, faktor kecepatan yang menjadi keunggulan

teknologi dalam mendapatkan informasi . Selain itu pembelajaran modern sekarang

membutuhkan model pembelajaran yang menarik yaitu dengan menggunakan fasilitas

multimedia visual secara interaktif. Hal ini sangat sejalan dengan perkembangan
teknologi yang mengharuskan kegiatan pembelajaran banyak menggunakan pemanfaatan

teknologi di dalam bidang pendidikan. 1

Teknologi dalam bidang tersebut berupa e-learning yang merupakan suatu

teknologi informasi yang di terapkan dalam dunia pendidikan, yang pada dasarnya

berfokus pada proses pembelajaran. Pengertian e-learning berasal dari kata e yang berarti

elektronika dan learning yang artinya pembelajaran, yang berarti e-learning merupakan

pembelajaran yang menggunakan perangkat elektronika. Perangkat elektronika yang

digunakan ini berupa komputer yang dibantu dengan jaringan internet untuk

menghubungan pendidik dan peserta didik atau siswa .Diketahui teknologi pembelajaran

elektronika ini sangat banyak digunakan di era modern karena memiliki banyak

keunggulan yang memudahkan khususnya dalam proses pembelajaran. E-learning sangat

membantu dalam meningkatkan mutu serta kualitas pendidikan dan dapat membantu

mempercepat proses pendidikan. Namun pemanfaatan e-learning di sekolah – sekolah

dan perguruan tinggi Indonesia belum se-populer di luar negeri khususnya negara eropa

yang sudah menerapkan di semua lembaga pendidikan.2

E-learning merupakan cara baru proses belajar mengajar yang menggunakan

media elektronik khususnya internet sebagai sistem pembelajaran nya. E-Learning ini

merupakan aplikasi berupa web yang dapat diakses kapan saja dan dimana saja sehingga

mendukung proses pendidikan di sekolah serta mempermudah dalam penyebaran ilmu

pengetahuan kepada peserta didik. Konsep dengan metode pembelajaran e-Learning

1
Silahudin, “Penerapan E-LEARNING dalam Inovasi Pendidikan” : Program Studi Pendidikan Teknik

Elektro Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry. Hlm. 3

2
merupakan inovasi yang memudahkan pembelajaran di luar jam sekolah sehingga peserta

didik dapat mendapatkan informasi dengan mudah tanpa harus datang ke sekolah

sehingga pembelajaran masih bisa berjalan dengan efektif dan dengan pemanfaatan

fasilitas multimedia dalam penerapan progam ini dapat membuat belajar lebih menarik

melalui visual secara interaktif.

Wali Kota Blitar sedang berupaya memajukan daerah yang dipimpinnya, yang

dimulai dari pembenahan sistem pendidikan, yang secara tidak langsung Kota Bllitar juga

sedang mengincar gelar Kota Pendidikan, yang seperti sudah dikatakan, langkah awal

dimulai dengan pemerataan pendidikan, dengan menggratiskan biaya sekolah di semua

jenjang yang memanfaatkan anggaran pendidikan sebersar 46 % dari total APBD Kota

Blitar yang besarnya Rp. 782,8 miliar. Bersamaan dengan itu pula, walikota memiliki

pemikiran untuk meningkatkan pemahaman warga terhadap teknologi informasi, yang

salah satu caranya adalah dengan menghubungkan satu kota tersebut dengan jaringan

internet, untuk menyulap Kota Blitar menjadi sebuah kota pintar yang melek akan

teknologi, hal-hal tersebut dilakukan bertujuan untuk meningkatkan potensi masyarakat

yang ada di Kota Blitar.

Salah satu hal yang saat ini sedang menjadi permasalahan utama adalah

bagaimana upaya meningkatkan potensi masyarakat Kota Blitar, yang untuk mewujudkan

hal tersebut Walikota Blitar bekerja sama dengan Dinas Pendidikan Kota Blitar

mengusung sebuah progam pemerataan pendidikan dan upaya melek teknologi yaitu
progam pendidikan gratis bagi warganya serta memunculkan inovasi-inovasi pendidikan

dengan menerapkan teknologi masa kini dalam dunia pendidikan di kota Blitar.

Kota Blitar merupakan salah satu kota yang menggunakan sekaligus

memanfaatkan progam inovasi di dalam pendidikan yaitu berupa progam e-learning yang

diberi nama SINAU yaitu berarti “Sistem Informasi Anak Unggul”. Progam ini

merupakan perwujudan visi misi  Walikota Blitar untuk mewujudkan anak didik sebagai

penerus bangsa yang semakin cerdas dan berdaya guna tinggi sehingga menciptakan

sumber daya manusia yang semakin memiliki potensi. Progam ini juga bertujuan agar

dapat memudahkan guru dan murid untuk meningkatkan intensitas interaksinya secara

online sehingga dapat menciptakan pembelajaran yang lebih variatif, inovatif, dan

konstruktif, dan progam ini salah satu bentuk dari pemanfaatan teknologi komputer

dalam kegiatan belajar mengajar yang telah menjadi salah satu kebutuhan bagi civitas

akademika, baik Guru dan siswa di kota Blitar.3

Progam ini bertujuan untuk dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Kota Blitar.

Progam ini diprakarsai langsung oleh dinas pendidikan kota Blitar, seluruh pembuatan serta

pengembangan progam ini juga dalam pengawasan dari dinas pendidikan. Proses dari

pengembangan progam ini bermula dari Walikota ingin menerapkan pendidikan berbasis IT di

kota Blitar. Sebelum nya ada beberapa sekolah SMA sudah merapkan progam tersebut, Namun

Walikota Blitar mengiinginkan adanya pemerataan ,sehingga semua sekolah kota Blitar dapat

menerapkan progam ini. Selain itu dibuat nya progam ini untuk memaksimalkan penggunakan

tablet gratis yang telah diberikan oleh Walikota Blitar, sebelum nya tablet gratis dianggap kurang

3
www.e-learning.blitarkota.go.id diakses pada tanggal 20 April 2018, pukul 22.10
WIB
maksimal penggunaanya karena masih belum adanya aplikasi yang menunjang tablet tersebut

dalam pembelajaran..4

E-learning kota Blitar pada dasarnya sama dengan e-learning pada umumnya,

namun ada sistem dari e-learning kota Blitar yang membedakan dengan e-learning lainya,

perbedaan tersebut terletak pada sistemnya yang terintegrasi. Integrasi yang disebutkan

bahwa progam tersebut terpusat di Dinas Pendidikan dan terintegrasi ke sekolah-sekolah

di seluruh kota Blitar. Seluruh siswa di kota Blitar dapat mengakses progam tersebut

sesuai dengan sekolah-sekolah masing-masing. Selain itu e-learning kota Blitar

merupakan salah satu kebijakan pemerintah pada bidang pendidikan yang bersifat wajib

diterapkan di setiap sekolah. Hal ini menandakan pemerintah sangat serius dalam

menerapkan progam tersebut dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan di kota Blitar.

Dalam meningkatkan mutu pendidikan di kota Blitar melalaui progam e-learning

yang tujuan awal pembentukannya yaitu untuk mempersiapkan ujian nasional berbasis

komputer di tingkat SMA pada tahun 2017. Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK)

serentak dilaksanakan pada tahun 2017 di seluruh SMA di kota Blitar. Hal tersebut yang

membuat pemerintah kota Blitar melalui dinas pendidikan membuat progam ini untuk

menghadapi UNBK yang bertujuan agar siswa diberikan pembekalan dalam hal

pengoprasian sistem pembelajaran online yang modulnya sejenis dengan ujian nasional

berbasis online.

Dalam proses penerapan nya dirasa kurang maksimal, masih terdapat faktor

faktor penghambat berjalanya progam tersebut. Sejak diterapkan nya progam e-learning
4
Wawancara dengan Tim Pengembang Abusani pada tanggal 15 April 2017
tersebut pada bulan Mei tahun 2016 para pengguna progam itu seperti guru dan murid

masih belum menerima adanya teknologi tersebut di Kota Blitar. Hal ini dapat dilihat dari

SMAN 1 Blitar, SMAN 2 Blitar, SMAN 3 Blitar dan SMAN 4 Blitar yang belum semua

guru dan siswa menggunakan e-learning tersebut.5 Dinilai Kota Blitar belum sepenuhnya

mempersiapkan fasilitas penunjang bagi Guru maupun siswa dalam pengoperasian

progam tersebut. Hal itu dibuktikan dengan adanya kekurangan dari fasilitas penunjang

progam tersebut seperti kurang nya komputer dan dan sambungan internet yang tersedia

di sekolah-sekolah di tingkat SMA.

Selama ini belum pernah dilakukan adanya evaluasi mengenai progam e-learning

di kota Blitar . Melihat dari permasalahan yang terjadi diharapkan adanya evaluasi yang

merupakan salah satu langkah penting dalam pengembangan e-learning. Evaluasi ini
6
dimaksudkan untuk mengetahui proses pembelajaran e-learning. Evaluasi yang

digunakan peneliti meliputi evaluasi mengenai progam pemerintah yang mewajibkan

semua sekolah untuk menggunakan e-learning. Evaluasi atau penilaian adalah penentuan

pencapaian tujuan suatu program. Penilaian merupakan suatu bentuk sistem pengujian

dalam penyelengaraan e-learning untuk mengetahui seberapa jauh siswa telah menguasai

kompetensi dasar yang telah dipilih dan ditetapkan oleh guru dalam pembelajaran.

Dengan penilaian dapat diperoleh informasi yang akurat tentang penyelenggaraan

pembelajaran dan keberhasilan belajar siswa diukur dan dilaporkan berdasarkan

pencapaian kompetensi tertentu (Oemar Hamalik 2003:55)

5
Diah Destaningrum., Suprapto., Niken Hendrakusma Wardani. Tesis Magister :“Analisis Faktor
Penerimaan Pengguna E-Learning SMA Negeri di Kota Blitar Menggunakan Model Unified Theory of
Acceptance and Use of Technology (UTAUT)” (Malang: Universitas Brawijaya),hlm. 723

6
. hlm 10
Dari permasalahan dan kendala yang ada, Maka peneliti ingin membahas

mengenai Evaluasi Progam E-Learning dalam Meningkatkan Kualitas Pendidikan pada

Tingkat SMA Negeri di Kota Blitar.

1.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan penjabaran dari latar belakang, maka diperoleh dua rumusan

permasalahan yang ditemukan yaitu sebagai berikut :

1. Bagaimana evaluasi penerapan e-learning dalam meningkatkan mutu

pendidikan pada tingkat SMA di Kota Blitar ?

2. Bagaimana evaluasi dampak e-learning dalam meningkatkan mutu

pendidikan pada tingkat SMA di Kota Blitar?

1.2 Tujuan

Berdasarkan pertanyaan dalam rumusan masalah, adapun tujuan dari penelitian ini

sebagai berikut :

1. Mengetahui bagaimana evaluasi dari penerapan progam e-learning pada

tingkat SMA di Kota Blitar ?

2. Mengetahui bagaimana evaluasi dampak progam e-learning pada tingkat

SMA di Kota Blitar ?

1.3 Manfaat

Adapun manfaat yang di dapatkan dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Dapat diketahuinya segala hal mengenai e-learning Kota Blitar , baik dari

proses penerapan , dampak yang dihasilkan serta melihat faktor pendukung


dan penghambat e-learning dalam meningkatkan kualitas pendidikan di Kota

Blitar.

2. Adanya Kebijakan e-learning ini diharapkan bisa menjadi inovasi pendidikan

yang dapat mempercepat dan mempermudah di dalam proses pembelajaran

yang bermanfaat bagi guru maupun siswa. Progam e-learning ini diharapkan

bisa dipertahankan dan dapat terus dikembangkan untuk bidang pendidikan

khususnya dalam proses pembelajaran. Karena progam e-learning kedepanya

pastinya akan digunakan dalam metode pembelajaran siswa yang berbasis

elektronik yang menggantikan metode pembelajaran konvensional.

BAB II

Pada bab ini peneliti akan menjelaskan beberapa tinjauan pustaka seperti

penelitian terdaluhu yang dijadikan sebagai bahan referensi dan rujukan untuk melakukan
penelitian. Teori Evaluasi dan Konsep E-Learning akan dijelaskan peneliti untuk

digunakan sebagai cara mengevaluasi progam E-Learning Kota Blitar. Selain itu peneliti

juga menjelaskan tentang kerangka pikir yang tujuanya membantu mengoperasionalisasi

teori dan dapat memudahkan pembaca dalam melihat alur penelitian dalam skripsi ini.

2.1 Penelitian Terdahulu

Pertama, Kharisma Baiti Sari (2015), “ Evaluasi Penyelenggaraan E-Learning

Dalam Pembelajaran di SMA ARO Semarang “ Penelitian ini membahas mengenai

evaluasi sejauh mana penyelenggaran pembelajaran e-learning dilihat dari model CIPP

( evaluasi konteks, evaluasi input, evaluasi proses dan evaluasi produk) . Awal dari

dilakukanya penelitian ini yaitu pelaksanaan e-learning di SMA ARO Semarang dinilai

belum maksimal. Beberapa kendala menunjukan adanya ketidaklancaran

penyelenggaraan e-learning baik guru dan siswa maupun sarana prasaraja menunjang

progam e-learning. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa penyelenggaraan e-

learning di SMA ARO Semarang kurang efektif . Hal tersebut diakibatkan

penyelenggaraan e-learning hanya berorientasi pada penilaian raport . 7

Kedua, Menurut Tigor Yusuf Nugroho, et al (2014)“ Evaluasi E-Learning

Readiness Universitas Telkom Dengan Menggunakan McKinsey 7s Model “ Penelitian

ini menjelaskan mengenai evaluasi pengembangan e-learning menggunakan metode

McKinsey 7s Model untuk menilai kesiapan dari struktur organisasi Universitas Telkom.

Model McKinsey 7s merupakan salah satu model evaluasi dengan berorientasi pada

struktur institusi. Terdapat tujuh dimensi dalam melakukan evaluasi yaitu strategy,
7
Baiti Kharisma Sari, Skripsi : “Evaluasi Penyelenggaraan E-Learning Dalam
Pembelajaran Di SMA Negeri Aro Semarang” ( Semarang : Universitas Negeri
Semarang, 2015). hlm
structure, systems, style/culture, staff, skills dan shared values. Dari ke tujuh dimensi

tersebut akan terlihat dimensi –dimensi yang akan dijadikan perbaikan dalam struktur

institusi dalam pengembangan e-learning. Hasil dari penelitian ini menyebutkan evaluasi

e-learning dengan metode McKinsey 7s di Universitas Telkom , pada tingkat siap tetapi

membutuhkan sedikit penyempurnaan.8

Ketiga, Suryono Tito (2011), “ Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Learning

Management System (LMS) Berbasis Moodle Pada Mata Kuliah Teknik Propulasi Tahun

Akademik 2010/2011 Pendidikan Teknik Mesin FKIP UNS “ Penelitian ini banyak

membahas mengenai evaluasi implementasi dengan melihat kemampuan para dosen dan

mahasiswa dalam menggunakan pembelajaran Learning Management System (LMS)

Berbasis Moodle. Dalam implementasinya pembelajaran ini harus didukung dengan

insfrastruktur untuk menunjang agar dapat berjalan secara optimal. Sarana dan prasarana

seperti jaringan internet sangat dibutuhkan untuk implementasi dan keberlanjutan

progam. Hasil penelitian menyebutkan implementasi Learning Management System

(LMS) Berbasis Moodle tidak berjalan secara optimal, dikarenakan rendahnya

penggunaan pembelajaran Learning Management System (LMS) Berbasis Moodle pada

Mata Kuliah Teknik Propulasi.9

Keempat, Sulistyo Numiek Hanum (2013), “ Keefektifan E-Learning Sebagai

Media Pembelajaran ( Studi Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning SMK Telkom

8
Tigor Yusuf N, et al., Evaluasi E-Learning Readiness Universitas Telkom Dengan
Menggunakan McKinsey 7s Model. E-Proceeding of Engineering. 1 (1). Bandung,
2014. hlm
9
Tito Suyono, Skripsi : “Evaluasi Pembelajaran Menggunakan Learning Management
System (LMS) Berbasis Moodle Pada Mata Kuliah Teknik Propulasi Tahun Akademik
2010/2011 Pendidikan Teknik Mesin FKIP UNS” (Surakarta : Universitas Sebelas Maret,
2011) hlm
Sandhy Putra Purwokerto ) Penelitian ini membahas mengenai evaluasi pelaksanaan e-

learning dengan mengidentifikasi perencanaan, perancangan, pembuatan materi,

penyampaian materi, interaktivitas prlaksanaan e-learning. Selain itu peneliti juga melihat

pada sisi faktor pendukung dan penghambat proses pelaksanaan e-learning. Dalam

penelitian ini menggunakan model discrepancy dalam mengevaluasi terkait standart mutu

pelaksanaan e-learning sebagai media pembelajaran yang efektif. Berdasarkan hasil

penelitian yang diukur dari keefektifan pelaksanaan e-learning di SMK Telkom Sandhy

Putra Purwokerto secara keseluruhan cukup efektif dengan tingkat kecenderungan

sebesar 77, 27 %. Hal ini disebabkan karena di SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto

memiliki jaringan internet yang cepat dan menyediakan fasilitas-fasilitas penunjang

pelaksanaan e-learning seperti computer sekolah dengan jumlah yang cukup banyak.10

No Judul Peneliti Fokus Teori Hasil


.

1. Evaluasi - Evaluasi - Evaluasi - Penyelenggaraan e-


Penyelenggaraan E- Penyelenggaraan Model CIPP Learning tidak berjalan
Learning Dalam E-Learning efektif, diakibatkan oleh
Pembelajaran di SMA penyelenggaraan hanya
ARO Semarang , Baiti berorientasi pada nilai
Sari (2015), raport.

2. Evaluasi E-Learning - Evaluasi - Evaluasi - Diukur dari kesiapan


Readiness Universitas menilai kesiapan McKinsey struktur institusi dalam
Telkom Dengan dari struktur 7s Model pelaksanaan e-learning,
Menggunakan McKinsey organisasi dalam pada tingkat siap tapi
7s Model pengembangan membutuhkan sedikit

10
Numik Sulistyo H, “Keefektifan E-Learning Sebagai Media Pembelajaran ( Studi
Evaluasi Model Pembelajaran E-Learning SMK Telkom Sandhy Putra Purwokerto )”.
Jurnal Pendidikan Vokasi. 3 (1), Yogyakarta, 2013. hlm
e-learning penyempurnaan.

3. Evaluasi Pembelajaran - Evaluasi - Evaluasi - Tidak berjalan secara


Menggunakan Learning penerapan Model optimal, dikarenakan
Management System Learning Discrepandy rendahnya para guru
(LMS) Berbasis Moodle Management mengaplikasikan e-
Pada Mata Kuliah System (LMS) learning di mata kuliah.
Teknik Propulasi Tahun dalam mata
Akademik 2010/2011 kuliah
Pendidikan Teknik
Mesin FKIP UNS ,
Sulistyo Numiek Hanum
(2013)

4. Keefektifan E-Learning - Evaluasi - Efektifitas - Implementasi e-learning


Sebagai Media dengan cukup berjalan secara
Pembelajaran ( Studi pelaksanaan e- efektif dengan tingkat
Evaluasi Model learning sesuai kecenderungan 77,27%,
Pembelajaran E- standart mutu karena terdapat fasilitas
Learning SMK Telkom pembelajaran penunjang e-learning
Sandhy Putra yang efektif seperti computer dan
Purwokerto ) Sulistyo internet.
Numiek Hanum (2013)

2.1 Teori Evaluasi William N. Dunn

2.2 Konsep E-Learning

A. Definisi E-Learning

E-learning secara singkat diartikan sebagai pembelajaran elektronik yang pada

awalnya dimulai pada tahun 1970-an (Waller and Wilson, 2001). Perkembangan e-
learning secara pesat terjadi ketika terdapat jasa layanan Internet pertama yaitu

IndoInternet pada tahun 1995. Di Indonesia sendiri pemanfaatan teknologi dalam bidang

pendidikan khususnya e-learning masih relatif baru.11

Pengertian e-learning dibagi menjadi dua bagian, yaitu “e” yang berarti elektronik

dan “learning” yang diartikan sebagai pembelajaran, maka e-learning atau pembelajaran

elektronik merupakan cara proses belajar mengajar dengan memanfaatkan atau

menggunakan jasa/bantuan perangkat elektronik berupa komputer dan internet, e-learning

juga sering diartikan sebagai on-line course (Soekartiwi, 2003) . On-line course yang

merupakan menyajikan bahan belajar secara online, dan menyediakan ruang bagi pelajar

dan pengajar untuk berinteraksi (Picciano, 2002). Dalam beberapa literature e-Learning

didefinisikan sebagai berikut :

“ e-Learning is a generic term for all technologically supported learning using

an array of teaching and learning tools as phone bridging, audio and videotapes,

teleconferencing, satellite transmissions, and the more recognized web-based

training or computer aided instruction also commonly referred to as online

courses” (Soekartawi, Haryono dan Librero, 2002) “

Definisi tersebut menyatakan bahwa segala bentuk pembelajaran yang

pelaksanaanya didukung oleh teknologi seperti telepon, audio, videotape, transmisi satelit

atau komputer dapat dikatakan sebagai e-learning . Pemanfaatan teknologi tersebut

digunakan sebagai alat untuk menjembatani proses pembelajaran elektronik. Terdapat

11
Darmawan Deni, Pengembangan E-Learning Teri dan Desain ( Bandung : Rosda )
Hlm. 24
beberapa istilah e-learning dalam pembelajaran elektronik, antara lain adalah on-line

learning, Internet-enabled learning, virtual learning, atau web-based learning.12

Pembelajaran elektronik (e-learning) merupakan kegiatan pembelajaran yang

memanfaatkan jaringan (Internet, LAN, WAN) Sebagai metode penyampaian, interaksi

dan fasilitas serta didukung oleh berbagai bentuk layanan belajar lainya ( Brown, 2000;

Feasey, 2001) . Dari penjelasan kedua tokoh tersebut dapat disimpulkan bahwa e-learning

merupakan media pembelajaran online yang berbasis pada internet, Sistem pembelajaran

online ini dinilai memudahkan para guru dan siswa dalam penyampaian materi maupun

soal –soal dapat terdistribusikan lebih cepat, mudah dan lebih efisien dibandingkan harus

dengan metode konvensional yang masih menggunakan kertas.13

Dalam penerapan nya e-learning banyak menggunakan model web-based learning

atau website. Pembelajaran berbasis web ini memanfaatkan media situs (website) yang

mudah diakses melalui jaringan internet dengan menggunakan komputer. Penerapanya

dinilai lebih efektif dan efisien dengan penggunaan jaringan internet. Dengan

menggunakan web juga menjadi salah satu alternative pembelajaran di dunia saati ini.

Penggunaan web ini mempunyai tujuan utama yaitu pembelajaran jarak jauh. Bentuk

pembelajaranpun beragam , ada yang berupa e-book, video, web atau blog , jejaring

sosial dan lain-lain, yang tentu saja memperudah peserta didik mendapatkan pengetahuan

yang dibutuhkanya Metode pembelajaran online (e-learning) banyak menggunakan

model pembelajaran e-learning berbasis web-based learning atau website. 14

12
Ibid. Darmawan. 25
13
Ibid. Darmawan. Hlm 26
14
Ibid. Darmawan. Hlm. 10
Dalam salah satu publikasinya di situs about-e-learning.com (dalam Rusman,

2009:115), Himpunan Masyarakat Amerika untuk Kegiatan Pelatihan dan Pengembangan

(The American Society for training and Development/ ASTD) (2009), mengemukakan

definisi e-learning  sebagai berikut :

"E-learning is a broad set of applications and processes which include web-

based-learning, computer-based-learning, virtual and digital classrooms. Much

of this delivered via the internet, intranets, audio and videotape, satellite

broadcast, interactive TV, and CD-ROM. The definition of e-learning varies

depending on the organization and how it is used but basically it is involves

electronic means communication, education, and training".15

Dengan demikian, maka e-learning atau pembelajaran berbasis online merupakan

proses pembelajaran yang menggunakan web (web-based learning), pembelajaran

menggunakan computer (computer based learning), kelas virtual (virtual class) dan kelas

digital (digital class). Penyampaian materi pembelajaran banyak dilakukan melalui

melalui media internet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit televisi interaktif

serta CD ROM melalui media internet, tape video atau audio, penyiaran melalui satelit

televisi interaktif serta CD ROM. Definisi yang dipaparkan oleh situs about e-learning ini

menyatakan bahwa definisi e-learning dapat bervariasi tergantung pada konteks

penyelenggara, penggunaan dan tujuan kegiatan e-learning tersebut. Maka e-learning

berbasis online dapat diaplikasikan sebagai kegiatan pendidikan , pelatihan dan

komunikasi yang berbasis elektronik.16

15
iki tulisen yowwww.hlm.263
16
Clark, R.C. & Mayer, R.E. (2008). e-Learning & the Science of Instruction. San
Berdasarkan definisi e-learning diatas dapat dikatakan bahwa sistem yang

mengintegrasikan antara teknologi dan pendidikan. Penerapan e-learning ini tidak

terlepas dari jaringan internet. Namun tidak serta merta hanya menggunakan internet,

tetapi juga menggunakan fasilitas penunjang pembelajaran yang dilakukan dengan media

elektronik. Melalui jaringan internet ini e-learning dominan digunakan untuk

memudahkan dalam metode pembelajaran. Definisi e-learning pada dasarnya berbeda

dengan online learning yang biasa disebut dengan virtual learning. Perbedaan tersebut

terletak pada proses penyelenggaraan, dimana virtual learning hanya menggunakan

internet , intranet LAN/WAN, dan tidak termasuk menggunakan CD-ROM. Untuk lebih

jelas , dapat dilihat pada gambar berikut :

Cisco dalam kamarga (2002) mendeskripsikan e-learning dalam berbagai

karasteristik, antara lain :

1. e-Learning sebagai cara untuk penyampaian informasi, komunikasi,

pendidikan , pelatihan secara online.

2. e-Learning menyediakan seperangkat alat yang dapat menunjang hasil-

hasil belajar konvensional , sehingga dapat menjawab tantangan

perkembangan zaman (globalisasi).

3. e-Learning hanya memperkuat model belajar konvensional dengan

penambahan pengayaan konten dengan pengembangan teknologi

pendidikan dan tidak serta merta mengganti pembelajaran

konvensional.

4. e-Learning akan menyebabkan kapasitas peserta didik bervariasi

Francisco: Pfeiffer.
bergantung pada bentuk konten dan alat penyampaiannya. Makin baik

keselarasan anatara konten dan alat penyampaian dengan gaya belajar

peserta didik , maka akan lebih baik kapasitas peserta didik yang pada

giliranya akan memberikan hasil yang lebih baik.

Dari penjelasan Cisco terlihat bahwa e-Learning merupakan kombinasi

antara informasi, interaksi, dan komunikasi pendidikan , ketiganya elemen

merupakan strategi untuk mencapai keberhasilan dalam penerapan e-learning.

Dalam hal ini e-Learning menyangkut banyak solusi terhadap tantangan

pembaruan (updates), berbeda dengan e-ltraining yang mengintegrasikan

pelatihan dengan menggunakan komputer berbasis internet dengan menggunakan

teknik synchronous. Dalam metodenya pembelajaran e-learning , para peserta

didik dapat memilih pembelajaran dengan menentukan isi (collaborative solution)

dan kecepatan (self-pace). Dalam hal ini para pendidik akan memberikan materi

pembelajaran melalui sarana internet yang memudahkan akses yang tidak

mengenal ruang dan waktu. Peserta didik tidak harus selalu belajar dikelas untuk

mendapatkan inftormasi mengenai materi serta soal-soal. Bahkan peserta didik

dapat mengembangan pengetahuan nya dalam proses belajar dengan mencari

refrensi dan informasi dari sumber lain. 17

Penerapan e-Learning tidak hanya didasari dengan kemampuan akses

internet, Namun juga melihat kemampuan dalam memiliki komputer serta akses

jaringan. tidak hanya itu saja kemampuan dalam keterampilan menjelajah dunia

maya sangat dibutuhkan dalam rangka memperoleh banyak informasi di internet.

17
Op.cit. Darmawan. Hlm. 26-28
Dalam hal ini lah e-learning memiliki fungsi yaitu mendekatkan sesorang dengan

sumber informasi yang dibutuhkan.

B. Fungsi dan Manfaat e-Learning

Terdapat tiga fungsi e-Learning dalam kegiatan pembelajaran di dalam

kelas (classroom instruction), yaitu sebagi suplemen (tambahan) yang sifatnya

pilihan (opsional), pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan,

2003)18

A. Suplemen (tambahan)

E-Learning berfungsi sebagai suplemen (tambahan), yaitu : peserta didik

mempunyai kekebasan memilih , apakah akan memanfaatkan materi e-

Learning atau tidak. Dalam hal ini , tidak ada kewajiban/keharusan bagi

peserta didik untuk mengakses materi e-Learning. Sekalipun sifatnya

opsional, peserta didik yang memanfaatkanya tentu akan memiliki tambahan

pengetahuan atau wawasan.

B. Komplemen (pelengkap)

E-Learning berfungsi sebagai komplemen (pelengkap), yaitu : materinya

diprogamkan untuk melengkapi materi pembelajaranyang diterima peserta

didik di dalam kelas. D sini berarti materi e-Learning diprogamkan untuk

menjadi materi reinforcement (penguatan) atau remedial bagi peserta didik di

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional.

Materi pembelajaran e-Learning dapat dikatakan sebagai bentuk

18
Op.cit. Darmawan. Hlm. 29
enrichment (pengayaan), yang apabila peserta didik dapat dengan cepat

menguasai serta memahami materi yang telah disampaikan oleh pendidik

dengan cara tatap muka (fast leaners) secara khusus peserta didik diberikan

kesempatan untuk mengakses materi e-learning yang dikembangkan mereka.

Dalam progam remedial yang disebutkan, jika terdapat perserta didik yang

mengalami kesulitan dalam memahami materi pelajaran yang diberikan oleh

pendidik secara tatap muka di kelas peserta didik yang memahami materi

dengan lambat (slow leaners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan

materi e-Learning yang memang secara khusus dirancang untuk mereka.

Tujuanya adalah agar peserta didik semakin mudah memahami materi

pelajaran yag diberikan oleh pendidik di kelas.

C. Substutusi (pengganti)

Beberapa perguruan tinggi di Negara-negara maju memberikan beberapa

alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para peserta

didiknya . Tujuanya agar peserta didik dapat secara fleksibel dalam

mengelola kegiatan pembelajaranya yang sesuai waktu dan aktivitas

sehari-hari peserta didik. Terdapat tiga model kegiatan yang dapat dipilih

oleh peserta didik untuk proses pembelajaran, yaitu :

1. Menggunakan metode konvensional dengan sepenuhnya secara tatap

muka.

2. Menggunakan metode mix konvensional dan elektronik. Sebagian

secara tatap muka dan sebagaian menggunakan pemanfaatan internet.

3. Mengunanakan metode elektronik dengan sepenuhnya menggunakan


internet.

Siemens (2004) menyebutkan salah satu kategori e-Learning yaitu blended

learning, yang menyediakan peluang terbaik untuk transisi pembelajaran dari kelas

menuju e-learning. Blended learning melibatkan kelas atau tatap muka dan menggunakan

pembelajaran secara online sebagai proses pembelajaranya. Model ini dinilai cukup

efektif dalam meningkatkan efektifitas dan efisiensi pembelajaran dikelas dan dapat

dapat menambah/mencari informasi di luar kelas.

Berbagai alternatif model pembelajaran tidak menjadi masalah bagi peserta didik.

Karena segala model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau

penilaian yang sama. Apabila peserta didik dapat lulus menyelesaiakan perkuliahan nya

dengan metode konvensional, elektronik , dan melalui perpaduan keduanya, maka

keadaan fleksibel ini akan sangat membantu para peserta didik dalam mempercepat

proses perkuliahanya.

Pembelajaran berbasis web sering kali memiliki manfaat yang banyak bagi

peserta didiknya (Kruse dalam Rusman, 2009:117). Perancangan model e-learning sangat

berpengaruh pada proses penerapan. Bila e-learning dirancang baik dan tepat sesuai

dengan kebutuhan, maka metode pembelajaran nya berjalan menyenangkan , memiliki

unsur interaktivitas yang tinggi, menyebab kan peserta didik dapat mengingat banyak

materi pelajaran dan dapat mengurangi biaya-biaya operasional seperti pembelian kertas

yang sering digunakan pada pembelajaran konvensional.19

19
Rusman, D. Kurniawan, C. Riyaya. Pembelajaran Berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, hlm 266.
Pemanfaatan internet sangat berpengaruh terhadap materi serta tugas pendidik

dalam proses pembelajaran. Sebelum adanya e-learning , proses pembelajran didoninasi

oleh peran pendidik ketika pembelajran konvensional berlangsung. Hal tersebut disebut

dengan (the era of teacher) . Namun pada perkembangan zaman proses pembelajaran

banyak didominasi oleh peran pendidik dan buku (the era of teacher and book). Di masa

kemajuan teknologi sekarang proses pembelajaran akan di diominasi oleh peran

pendidik , buku, dan teknologi (the era of teacher , book, and technologi)

Kamarga (2002) mengemukakan manfaat e-learning dalam organisasi belajar

sebagai berikut :

 Meningkatkan produktivitas. Melalui e-Learning perjalanan waktu dapat

direduksi sehingga produktivitas peserta didik dan pendidik tidak akan hilang

karena kegiatan perjalanan yang harus ia lakukan untuk memperoleh proses

pembelajaran.

 Mempercepat proses inovasi, Kompetensi sumber daya manusia dapat mengalami

depresiasi. Maka dari itu dibutuhkan nya pembaruan kompetensi tersebut yang

dapat dilakukan melalui e-Learning sehingga kompetensi selalu memberi nilai

melalui kreativitas dan inovasi sumber daya manusia.

 Efesiensi. Dalam proses pembangunan kompetensi dapat dilakukan dalam waktu

yang relative singkat dan dapat mencakup jumlah yang lebih besar

 Fleksibel dan interaktif. Dengan menggunakan pembelajaran e-learnig . kegiatan

pembelajaran dapat dilakukan di mana saja selama memiliki koneksi jaringan

internet . Interaktivitas dimungkinkan secara langsung atau tidak langsung dan


secara visualisasi lengkap (multimedia) ataupun tidak.

Dapat disimpulkan bahwa E-Learning dapat mempermudah dalam proses belajar

peserta didik dan pendidik. Membantu interkasi dengan penyampaian informasi materi

dan kebutuhan pengembangan diri peserta didik. Pendidik dapat dengan mudah

memberikan materi serta soal-soal yang harus dikerjakan oleh peserta didik melalui

website yang dapat diakses sesuai kebutuhan para peserta didik dimanapun berada, maka

tidak ada batasan jarak, waktu dan tempat dalam mengakses e-learning.

Anda mungkin juga menyukai