Anda di halaman 1dari 14

Urgensi, Tantangan dan

Harapan Rumah Belajar


1. Urgensi Rumah Belajar

Mobilitas pendidikan dalam kegiatan proses belajar-mengajar pada saat ini


diharapkan mampu membekali peserta didik dengan kecakapan abad 21
agar menjadi generasi emas yang unggul dalam menghadapi Revolusi
Digital. Konsep kegiatan pembelajaran konvensional yang dominan akan
keaktifan seorang guru berceramah di hadapan peserta didik secara
langsung diterapkan oleh sebagian pendidik saat ini, padahal mengingat
tujuan akan kurikulum yang berlaku serta tuntutan zaman pada saat ini
bahwa pembelajaran harus berpusat kepada peserta didik serta terintegrasi
dengan TIK.

Rumah Belajar (www.belajar.kemdikbud.go.id) adalah adalah portal


pembelajaran yang menyediakan bahan belajar dan fasilitas komunikasi
serta interaksi antar komunitas secara digital. Portal ini adalah produk
pemerintah yang membantu tidak hanya guru di dalam melaksanakan tugas
keprofesiannya tetapi juga kepada peserta didik dan masyarakat luas yang
ingin belajar dengan perangkat digital (tools) yang dimilikinya. Portal Rumah
Belajar sesungguhnya bukan hanya fokus pada kegiatan peningkatan
kualitas pendidikan dengan menyediakan layanan digital learning tetapi juga
berperan nyata dalam kegiatan pemerataan kualitas pendidikan di seluruh
pelosok wilayah Indonesia, karena setiap orang baik di desa maupun di kota
bisa mengakses konten pelajaran yang sama, kapan saja dan dimana saja
secara gratis (tanpa berbayar).

2. Tantangan

Masa revolusi digital sekaligus memanfaatkan Portal Rumah Belajar di


seluruh pelosok wilayah Indonesia tentunya tidak mudah, ada banyak
permasalahan maupun tantangan yang dihadapi. Tantangan sendiri berasal
dari:

1. Kesadaran pendidik. Tentunya tidak mudah membekali generasi


milenial oleh seorang guru yang berasal dari generasi Z atau bahkan
generasi Y. Pola pikir dan kemampuan guru di dalam memanfaatkan
TIK dalam kegiatan pembelajaran adalah kunci utamanya.
2. Fasilitas pendukung digital learning yang memanfaatkan Portal Rumah
Belajar. Ketersediaan perangkat TIK dan akses internet adalah hal
yang wajib untuk dapat menjalankan proses pembelajaran berkualitas
yang terintegrasi dengan TIK.
3. Tingkat ekonomi masyarakat. Daya beli masyarakat akan perangkat
TIK yang berada di perkotaan tentunya tidak sama dengan daya beli
masyarakat yang berada di desa atau bahkan di daerah Terdepan,
Terluar dan Tertinggal (3T).
4. Aksesibilitas dan Kondisi geografis. Letak ataupun topografi wilayah
merupakan salah satu faktor penentu terjadinya pelaksanaan kegiatan
pembelajaran berbasis digital maupun dalam proses pendistribusian
perangkat elektronik untuk penunjang kegiatan itu sendiri.

Hampir semua tantangan di atas sebenarnya merujuk kepada sekolah-


sekolah Indonesia yang berada di daerah terdepan, terluar dan tertinggal
(3T). Suatu tantangan berat tersendiri untuk dapat menerapkan
pembelajaran digital learning  yang memanfaatkan Portal Rumah Belajar
terlebih lagi dalam memanfaatkan Fitur Kelas Maya bagi guru-guru yang
berada di daerah 3T, berbeda dengan guru-guru yang berada di kota yang
biasanya memiliki keuntungan karena  sekolah mereka pada umumnya
merupakan sekolah favorit yang memiliki fasilitas lengkap, fianansial sekolah
yang cukup untuk pengadaan perangkat IT (berkaitan dengan belanja modal
dari dana BOS), serta daya beli orang tua peserta didik itu sendiri yang
mayoritas mata pencahariannya adalah bukan bertani seperti di daerah 3T.

Peningkatan dan pemerataan mobilitas pendidikan yang berkualitas adalah


merupakan tanggungjawab kita bersama. Kita tidak bisa hanya
mengandalkan beberapa orang guru di daerah 3T yang memiliki antusias
menggalakkan pemanfaatan Portal Rumah Belajar itu berjalan sendiri,
semua stake holder pendidikan harus saling mendukung dan berkontribusi
guna mencapai cita-cita bangsa. Masalah baru  justru akan tercipta jika
terjadi pembiaran para pejuang peningkatan kualitas pendidikan di daerah
3T itu berjalan sendiri karena pada akhirnya bangsa kita juga yang akan
dirugikan karena melalui pejuang pendidikan yang memanfaatkan Portal
Rumah Belajar seadanya tersebut ditempah generasi emas bangsa ini.

3. Harapan

Komitmen itu akan terjaga baik bila memang menaruh hati tentang kegiatan
peningkatan dan pengembangan kualitas pendidikan di Indonesia itu sendiri
melalui harapan-harapan dari guru-guru dari seluruh Indonesia. Adapun
beberapa harapan itu tertuju pada:

1. Pustekkom Kemendikbud (Pengelola Portal Rumah Belajar)

Untuk menjaga eksistensi Portal Rumah Belajar sebagai platform pendidikan


milik pemerintah yang berkualitas dan menarik, kita berharap akan adanya
inovasi pada:

2. User Interface  yang menarik dan unik (User friendly),

Penggunaaan icon-icon pada hendaknya adalah berupa gambar atau animasi


yang menarik seperti tampilan icon navigasi seperti pada sebuah game
online untuk menghindari kebosanan dan menarik perhatian peserta didik itu
sendiri.

3. Penyusunan Konten Berdasarkan Matapelajaran Pada Tingkatan Satuan


Pendidikan.

Seperti bermain game tipe “Adventure”, konten sumber belajar pada Portal


Rumah Belajar diharapkan diberikan level-level (berdasarkan tingaktan
kelas) yang harus dilewati peserta didik per mata pelajaran dari
diberikan Point Experience dan Trophy atas capaian suatu level bagi peserta
didik . Tujuan dari ini adalah untuk memfokuskan minat peserta didik atas
mata pelajaran yang dia sukai (peminatan).
4. Adanya Unsur “Challenge, Season and Tournament ”.

Setiap musim tertentu (baik mingguan, bulanan, mid semester ataupun


semester), diadakan kuis maupun pertandingan secara lokal mapun nasional
untuk memperebutkan sesuatu hadiah atau dalam bentuk gelar (predikat)
dan dapat disaksikan semua peserta didik pada konten matapelajaran
tersebut.

5. Adanya Fitur “Realtime Chat and Collaboration”

Seperti google docs, diharapkan adanya fitur ini untuk dapat memfasilitasi
kegiatan penyelesaian tugas tertentu secara kolaborasi diantara beberapa
peserta didik secara online dalam satu kertas kerja. Fitur ini sangat menarik
pada saat ini.

6. Adanya Summary Report

Capaian peserta didik pada suatu materi hendaknya disajikan dalam bentuk
laporan pencapaian yang berbentuk infografis atau bahkan animasi yang
menarik yang dapat dibagikan melaui media sosial serta secara otomatis
dikirimkan ke handphone orangtua peserta didik itu sendiri untuk memantau
hasil belajar anaknya.

Semua fitur ini sebenarnya mengacu pada fitur-fitur game online, tetapi pada
hakikatnya fitur inilah yang memancing interaksi peserta didik dan menarik
bagi peserta didik untuk saat ini.

7. Pemerintah Daerah dan Dinas Pendidikan

Pemerintah Daerah melalui dinas pendidikan terus melakukan sosialiasi


Portal Rumah Belajar dan mendata sekolah-sekolah yang telah dan belum
memanfaatkan Portal Rumah Belajar. Pemerintah Daerah juga diharapkan
berperan aktif memfasilitasi sekolah-sekolah untuk mengadakan peralatan IT
untuk mendukung kegiatan pemanfaatan Portal Rumah Belajar ini.
8. Guru

Ujung tombak keberhasilan pendidikan yang berkualitas adalah guru,


diharapkan guru memiliki niat dan kesadaran akan pentingnya pembelajaran
berbasis digital melalui pemanfaatan Portal Rumah Belajar guna menciptakan
generasi yang memiliki kecakapan abad 21 yang dapat bersaing secara
global nantinya. Nasib bangsa Indonesia ini kedepannya adalah di tangan
generasi kita ini, adalah tanggungjawab kita bersama dan akan
dipertanggungjawabkan nantinya di akhirat atas usaha apa yang telah kita
berikan kepada anak-anak emas kita ini.

Demikilan opini singkat saya tentang urgensi, tantangan dan harapan akan
pemanfaatan Portal Rumah Belajar. Semoga mobilitas pendidikan kita
memiliki visi dan misi yang sama untuk meningkatkan mutu pendidikan di
Indonesia yang kita cintai ini. Majulah pendidikan di Indonesia

Mari Maju Bersama Mencerdaskan Indonesia!

Belajar dimana saja, Kapan saja, Dan dimana saja.


Kiprah Rumah Belajar Dalam Menyukseskan Merdeka

Belajar

Kiprah portal Rumah Belajar sejak diluncurkan 10 tahun lalu, 15 Juli 2011
sudah mewarnai perjalanan pembelajaran berbasis Teknologi Informasi dan
Komunikasi di Indonesia. Kemendikbudristek mengembangkan Rumah
Belajar, yaitu portal pembelajaran yang menyediakan bahan belajar serta
fasilitas komunikasi yang mendukung interaksi antar komunitas. Portal
Rumah Belajar dimanfaatkan untuk: Sumber belajar digital (repository
konten); Peningkatan kompetensi pembelajaran digital guru (PembaTIK);
Evaluasi pembelajaran digital; serta layanan kelas digital pendidikan terbuka
dan jarak jauh.

Rumah belajar menyediakan lebih dari lima ribu konten pembelajaran dalam
berbagai format media, antara lain video pembelajaran, audio pembelajaran,
multimedia pembelajaran interaktif, game edukasi, simulasi laboratorium
maya, bank soal, buku sekolah elektronik, peta budaya, karya bahasa dan
sastra.

Berdasarkan data yang dihimpun dari google analytics, selama periode


Januari 2014 sampai dengan Juni 2021, Rumah Belajar tercatat memiliki
20.052.828 pengguna dengan total 217.031.030 kunjungan. Selama tahun
2021, pengguna Rumah Belajar meningkat sebanyak 2.347.716 pengguna
dengan kunjungan sebanyak 22.953.918.

Salah satu cara mencapai kemerdekaan dalam belajar, adalah dengan cara
menghilangkan batas ruang dan waktu dalam menuntut ilmu. Salah satunya
memanfaatkan teknologi.Hadirnya Rumah Belajar dapat mendukung
hadirnya percepatan pemanfaatan teknologi di bidang pendidikan dan
tercapainya digitalisasi sekolah. Ia juga menaruh harapan kepada Pusdatin
Kemendikbudristek untuk teru mengembangkan Rumah Belajar agar
menyediakan pendidikan yang relevan bagi generasi penerus bangsa.
Sehingga Rumah Belajar dapat menjadi media yang tepat untuk
melaksanakan program pendidikan Jarak Jauh sebagai wujud implementasi
program Merdeka Belajar, dimana proses pembelajaran dapat dilakukan
dimana saja, kapan saja dan dengan siapa saja.

Ditambah lagi Rumah Belajar terus melakukan inovasi dan pengembangan


dalam pembuatan konten pembelajarannya. Peluncuran konten Augmented
Reality (AR) di Rumah Belajar. Augmented Reality merupakan teknologi
dimana pengguna akan merasa lebih berhubungan dengan dunia nyata
melalui video ataupun audio 3D. Di era pandemi maupun tanpa pandemi
perkembang AR dan VR terus berjalan namun dengan adanyan pandemi kita
terjadi percepatan 10 kali lipat. AR dan VR terdapat interaksi sehingga
menjadikan pembelajaran lebih efisien dan komperhensif.

Konten AR di Rumah Belajar merupakan inovasi baru di era digital dengan


sasaran pengguna generasi digital Native yang terbiasa dengan gawai dan
internet sekaligus mendukung pembelajaran di abad modern. Kehadiran
konten AR ini, pengguna Rumah Belajar akan lebih tertarik dan termotivasi
dalam pelaksanaan proses pembelajaran terlebih pada pendidikan Vokasi dan
mendukung kebutuhan di bidang indusperkembangan AR dalam
pembelajaran praktik d bidang vokasi seperti dalam tekhnik pengelasan bagi
siswa SMK dan Perguruan Tinggi yang juga dapat memberikan pengalaman
yang sama seperti pengelasan di bengkel serta memberikan input terhadap
siswa/mahasiswa yang melakukan praktik.

Mewujudkan Merdeka Belajar harus didorong dari dalam diri pendidik dan
peserta didik untuk terus belajar
Untuk itu dalam mewujudkan Merdeka Belajar perlu membentuk paradigma
merdeka. Orang yang merdeka bukan berarti bebas dan tidak perlu
diperintah atau dimandori dalam melakukan sesuatu. Paradigma Merdeka,
Teknologi Rumah Belajar juga aspek sosial dalam komunitas belajar adalah
salah satu upaya percepatan dalam Merdeka Belajar. Melalui cara berpikir
yang merdeka, dukungan teknologi dan komunitas belajar dengan interaksi
sosialnya seperti tidak saling mengalahkan namun saling mendukung dan
kolaboratif adalah wujud tercapainya Merdeka Belajar.
Pembelajaran Kolaboratif di Era
dan Pasca Pandemi, Mengapa
Tidak?
Kolaborasi Merupakan Suatu Keharusan
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) yang sangat pesat ditambah
kondisi pandemi yang mengharuskan pembelajaran dari rumah, saat ini sangat
memungkinakan untuk dilaksanakannya pembelajaran secara kolaboratif. Kolaborasi
sesungguhnya merupakan kebutuhan manusia, di mana secara alamiah manusia
sebagai makhluk sosial senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya,
bekerjasama, dan saling bantu membantu antar sesama. Demikian juga dalam kegiatan
pembelajaran, kolaborasi merupakan suatu keniscayaan. Pada kegiatan belajar
konvensional, kolaborasi biasanya dilakukan antar siswa atau guru dalam satu sekolah
atau dalam satu kelas yang sama. Namun dengan tersedianya jaringan komunikasi
internet, kolaborasi sangat mungkin dilakukan antar sekolah, antar wilayah, bahkan
melampuai batas negara. Salah satu hikmah besar dibalik musibah pandemi coved-19
dalam dunia pendidikan adalah kita telah “dipaksa” untuk menggunakan TIK untuk
pembelajaran. Pembelajaran berbasis TIK di era pandemik menunjukkan dinamika yang
luar biasa. Pada satu sisi hal tersebut merupakan berkah, pencapaian yang luar biasa
dibanding upaya sosialisasi pemanfaatan TIK yang sudah dilaksanakan bertahun tahun.
Di sisi lain, bagi para guru, siswa, serta stake holder pendidikan lainnya, pengalaman
BDR, telah memberikan pengalaman yang beragam yang memperkaya khasanah teori
dan praktek pembelajaran dengan TIK. Hal tersebut merupakan suatu kekuatan yang
dahsyat apabila bisa disinergikan. Misalnya, pengalaman masing-masing guru dalam
melakukan BDR berbeda-beda, ada yang merasa berhasil, setengah berhasil, bahkan di
beberapa tempat tidak berdaya, sehingga kembali ke cara konvensional dengan
kunjungan ke rumah siswa. Agar pengalaman-pengalaman tersebut menjadi lebih
bermakna, maka “berbagi” dan “berkolaborasi” merupakan suatu keharusan bagi para
pelaku pendidikan. Dengan berbagi dan berkolaborasi, para pelakuk pendidikan bisa
saling belajar, saling mengisi dan melengkapi, yang menimbulkan sinergi.
Pembelajaran secara kolaboratif memungkinkan banyak memberikan nilai tambah, baik
bagi siswa maupun bagi guru. Keuntungan-keuntungan tersebut antara lain; 1) Siswa
mendapatkan pengalaman bekerjasama bukan hanya dengan sesama teman
sekelasnya, namun dengan siswa lain yang sebelumnya belum mereka kenal, 2) Dalam
pembelajaran kolaborasi, interaksi antar siswa yang baru mereka kenal menjadi terarah
karena mengikuti program yang sudah direncanakan oleh guru, 3) Kegiatan yang
bersifat kolaboratif biasanya akan mendorong motivasi dan semangat kompetitif dalam
arti positif bagi siswa, 4) Siswa juga mendapatkan sumber belajar yang banyak dari guru
selain guru sekolahnya sendiri yang selama ini mereka kenal. Di samping keuntungan-
keuntungan tersebut, tentu masih banyak nilai lebih lainnya, baik yang langsung
maupun yang tidak langsung.
Inisiatif pembelajaran kolaboratif berbasis internet sudah diujicobakan pada tahun 2005-
2006 pada portal pembelajaran edukasi.net (sekarang Rumah Belajar). Waktu itu
internet di sekolah masih sangat terbatas, sehingga hanya beberapa orang guru dari
lima sekolah yang tersebar di beberapa wilayah di Indonesia dapat mengikuti aktivitas
pembelajaran secara kolaboratif. Salah satu tema yang diangkat pada waktu itu adalah
tentang kebakaran hutan. Tema ini menarik karena di wilayah Sumatera dan Kalimantan
waktu itu sedang banyak terjadi kebakaran hutan. Dengan kolaborasi ini, siswa yang
berada di Jakarta (Jawa) menjadi memahami tentang peristiwa kebakaran hutan,
sedangkan siswa Kalimantan dan Sumatera juga dapat bertukar informasi peritiwa
tersebut yang ternyata peristiwa kebakaran hutan tersebut di setiap daerah memiliki
karakteristik yang berbeda.
Peluang terlaksananya pembelajaran kolaboratif saat ini tentu sangat terbuka luas.
Infrastruktur dan jaringan TIK di sekolah umumnya sudah lebih siap dibanding sepuluh
tahun yang lalu. Demikian juga kesiapan guru-guru dalam pengembangan model-model
pembelajaran inovatif, saat ini guru yang memiliki kemampuan memanfaatkan TIK
dalam pembelajaran sudah cukup banyak. Survei yang dilakukan oleh Pustekkom tahun
2018, sekitar 40% guru (non TIK) telah mampu memanfaatkan TIK dalam pembelajaran
(Republika, Gogot Suharwoto, ISODEL 2018). Tahun ini hampir bisa dipastikan sudah di
atas 50% guru memiliki kemampuan memanfaatkan TIK untuk pembelajaran. Apalagi
kalau melihat trend kenaikan peserta lomba Pembatik yang naik lebih dari 1000 persen
dari 6.809 peserta di tahun 2018 menjadi 70.312 peserta di tahun 2020 (Hasan
Chabibie, 2020). Data tersebut menunjukkan sisi optimis pemanfaatan TIK oleh guru
yang semakin meningkat.

Ranah Kolaboratif
Kolaborasi nampaknya sudah menjadi kata serapan, yang terambil dari Bahasa
Inggris collaboration, yang sering diartikan sebagai kerjasama. Namun ada kata lain
dalam Bahasa Inggris yang juga diartikan sebagai kerjasama, yaitu cooperation
(kooperasi). Menurut para ahli ada sedikit perbedaan makna antara collaboration dan
cooperation. Sebagaimana dilansir dalam portal ibe.unesco dikatakan, Sometimes
cooperative and collaborative learning are used interchangeably but cooperative work
usually involves dividing work among the team members, whilst collaborative work
means all the team members tackle the problems together in a coordinated effort.
Walaupun istilah kolaborasi dan kooperasi sering digunakan secara bergantian, namun
pada kooperasi terdapat pembagian tugas yang jelas antar anggota (team), sedangkan
pada kolaborasi seluruh anggota team lebur menyelesaikan pekerjaan bersama.
Keterampilan kolaborasi menjadi salah satu dari 4 keterampilan abad 21 yang
dirumuskan UNESCO, yang dikenal dengan sebutan 4C, yaitu mencakup; critical
thinking, communication, creativity, dan collaboration. Masih menurut portal
ib.unesco, collaborative learning is a relationship among learners that fosters positive
interdependence, individual accountability, and interpersonal skills. Jadi pembelajaran
kolaborasi merupakan suatu hubungan antar siswa yang menumbuhkan sikap saling
ketergantungan secara positif, menunjukkan sikap taggungjawab setiap individu, serta
keterampilan komunikasi interpersonal. Pembelajaran kolaboratif merupakan sebuah
proses di mana peserta didik pada berbagai tingkat kemampuan (kinerja) bekerja sama
dalam kelompok kecil menuju tujuan bersama. Ini adalah pembelajaran dengan
pendekatan yang berpusat pada peserta didik yang berasal dari teori pembelajaran
sosial serta perspektif sosio-konstruktivis tentang pembelajaran.
Untuk memudahkan pemahaman, kolaborasi dapat diklasifikasi sekurang-kurangnya
pada tiga ranah, yakni; kolaborasi sebagai kompetensi, kolaborasi sebagai aksi atau
implementasi, dan kolaborasi sebagai model pembelajaran. Sebagai kompetensi,
kolaborasi termasuk salah satu dari empat keterampilan abad 21 yang disarankan oleh
UNESCO. Kompetensi ini sudah diadopsi pada Kurikulum 2013. Bukan hanya untuk
siswa, kompetensi kolaborasi juga merupakan salah satu kompetensi TIK bagi guru,
bahkan pada level kompetensi TIK, berbagi dan berkolaborasi menempati level tertinggi.
Pada ranah aksi atau implementasi, kolaborasi merupakan suatu bentuk kerjasama
untuk mencapai tujuan bersama. Kolaborasi dalam tataran ini, bisa terjadi antar guru,
antar sekolah, ataupun antar lembaga. Sedangkan kolaborasi sebagai model
pembelajaran merupakan suatu upaya dari guru ataupun para pendidik untuk
meniongkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, sebagai suatu strategi
pemecahan masalah pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran secara optimal.
Model Pembelajaran Kolaboratif
Terdapat banyak model-model Pembelajaran Kolaboratif, antara lain yang disebutkan
oleh Suryani (2010), seperti: 1) Learning together, 2) Team Game Tournament, 3)
Group Investigation, 4) Academic Constructive Controversy, 5) Jigsaw Prosedure, 6)
Student Team Acheivment Division, 7) Complex Instruction, 8) Team Accelerated
Instruction, 9) Cooperative Learning Structure, 10) Cooperative Integrated Reading and
Composition. Suryani juga mengungkap sejumlah keunggulan dengan penerapan
embelajaran kolaboratif, sebagai berikut; 1) prestasi belajar lebih tinggi; 2) pemahaman
lebih mendalam; 3) belajar lebih menyenangkan; 4) mengembangkan keterampilan
kepemimpinan; 5) meningkatkan sikap positif; 6) meningkatkan harga diri; 7) belajar
secara inklusif; 8) merasa saling memiliki; dan 9) mengembangkan keterampilan masa
depan
Kolaborasi sebagai suatu kompetensi dengan kolaborasi sebagai suatu model
pembelajaran tentunya mempunyai perbedaan. Namun demikian, model-model
pembelajaran kolaboratif diharapkan dapat menumbuhkan sikap dan kebiasaan
kolaborasi sejak dini. Kebutuhan kolaborasi, tentu saja bukan hanya buat siswa, tapi
juga untuk guru dan tenaga kependidikan lainnya. Bahkan hampir seluruh profesi saat
ini tidak bisa bekerja sendirian, sebagaimana ditulis Purwanto (2015) bahwa pada era
informasi, berkembang budaya kerja baru yang berbeda dengan era industri. Jika pada
era industri pekerja dituntut memiliki spesialisasi dan sertifikasi, maka di era informasi,
pekerja dituntut mampu berkolaborasi dan bekerjasama dalam suatu tim untuk
menghasilkan produk atau pelayanan. Demikian juga bagi seorang guru dalam
mengembangkan model-model pembelajaran yang berbasis TIK memerlukan kerjasama
atau kolaborasi antara pendidik dengan berbagai jenis tenaga kependidikan dan tenaga
ahli lainnya.

Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat diambil beberapa kesimpulan terkait perlunya pembelajaran
kolaborasi, antara lain;
a. Kolaborasi saat ini merupakan suatu keniscayaan, sehingga siswa harus dibekali
kemampuan kolaborasi sejak dini
b. Model pembelajaran kolaboratif, diharapkan dapat menumbuhkan potensi dan
kebiasaan siswa sejak dini dalam pengembangan kompetensi abad 21
c. Kolaborasi dapat dilakukan di dalam kelompok kecil satu kelas ataupun lintas sekolah
dan bahkan lintas wilayah.
d. TIK memberikan kemungkinan bagi guru dan siswa untuk melakukan kolaborasi lintas
batas ruang kelas, batas geografis, dan bahkan batas negara.
e. Karena demikian luasnya dimensi kolaborasi, maka pembelajaran kolaborasi perlu
dilakukan secara cermat, tepat guna, dan memberikan nilai tambah yang optimal, sesuai
dengan kebutuhan.

Penjelasan diatas sudah sangat jelas Rumah Belajar menjawab semuanya, karena
dengan Rumah Belajar Pendidik bisa mengaplikasikan semua jenis model pembelajaran
kolaboratif sesuai dengan kebutuhannya yang sangat efektif dan efisien.Hargai profesi
guru dan kolaborasi guru. Ada inovasi luar biasa dalam tanggapan para pendidik
terhadap krisis COVID-19, dengan sistem yang paling terlibat dengan keluarga dan
komunitas menunjukkan ketahanan paling tinggi. Kita harus mendorong kondisi yang
memberikan otonomi dan fleksibilitas pendidik garis depan untuk bertindak secara

kolaboratif.Jadi, sekali lagi, kolaborasi merupakan suatu keharusan, baik sebelum,


selama, ataupun setelah pandemik covid-19 berlalu. Selamat berkolaborasi!
Eksistensi Sekolah Digital

Kemajuan teknologi informasi dan komunikasi telah merubah gaya hidup manusia, baik dalam
bekerja, bersosialisasi, bermain maupun belajar. Memasuki abad 21 kemajuan teknologi tersebut
telah memasuki berbagai sendi kehidupan, tidak terkecuali di bidang pendidikan. Pendidik dan
peserta didik dituntut memiliki kemampuan belajar mengajar di abad 21. Pendidik-pendidik di era
digital harus mampu memfasilitasi peserta didik dalam memanfaatkan berbagai sumber belajar.
Materi-materi pembelajaran  tidak cukup hanya dengan yang tersedia di ruang-ruang kelas tetapi
dapat diakses di mana saja dan kapan saja.

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui surat edaran nomor 9 dan 10 Tahun 2018,
menyatakan bahwa Rumah Belajar merupakan suatu portal pembelajaran (one stop science) bagi
guru, siswa dan pihak terkait yang telah dikembangkan oleh Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan melalui Pustekkom Kemendikbud. Rumah Belajar dirancang menjadi suatu repository
dengan pendekatan OER (open education resource). Dengan pendekatan OER ini maka konten
dibuat dan dimanfaatkan secara luas oleh masyarakat. Masyarakat boleh mengakses secara gratis
dan boleh pula menyumbangkan kontennya ke Rumah Belajar. Sedangkan pihak yang bertugas
sebagai pengelola Rumah Belajar dibebankan kepada Pustekkom (Pusat Teknologi Informasi dan
Komunikasi). Pustekkom harus memastikan bahwa semua konten yang diunggah ke Rumah Belajar
sesuai dengan standar-standar yang ditetapkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

Selain menyediakan konten-konten pembelajaran, Rumah Belajar juga menyediakan suatu


lingkungan pembelajaran maya yang disebut sebagai kelas maya atau kelas digital. Dalam kelas
maya, guru dapat memberikan pembelajaran kepada siswa-siswanya tanpa harus bertatap muka,
dalam hal ini guru dapat memberikan pembelajaran secara on-line kepada siswa-siswanya.
Kebutuhan pembelajaran yang bersifat maya atau on-line sejalan dengan gaya pembelajaran abad
21 atau sering disebut gaya pembelajaran 4.0. Keberadaan fitur kelas maya pada Rumah Belajar
diharapkan mampu memenuhi kebutuhan di atas. Kelas maya selain diharapkan membantu guru
untuk memberikan pembelajaran kepada siswanya juga diharapkan mampu membantu
pembelajaran secara lebih luas. Dalam pengertian ini tiap orang bisa menjadi siswa dari guru mana
saja karena kelas maya adalah kelas tanpa dinding sehingga siapa saja bisa mengajarkan sesuatu
kepada siapa saja dan siapa saja bisa belajar sesuatu kepada siapa saja.

Rumah Belajar merupakan aplikasi berbasis web sehingga dapat diakses dengan piranti apa saja
(desktop, laptop maupun smart phone) dengan bantuan suatu browser. Rumah Belajar juga sudah
tersedia dalam versi Android sehingga semakin banyak kanal yang tersedia bagi pengguna untuk
mengakses Rumah Belajar.
Fitur-fitur yang dimiliki oleh Rumah Belajar di antaranya :

1. Sumber Belajar. Fitur yang menyajikan materi ajar bagi siswa dan guru berdasarkan
kurikulum. Materi ajar disajikan secara terstruktur dengan tampilan yang menarik dalam
bentuk gambar, video, animasi, simulasi, evaluasi, dan permainan. fitur sumber belajar
tidak memerlukan login akun pengguna. Anda dapat mengunduh konten dari Sumber Belajar
tanpa harus login terlebih dahulu. Namun untuk mengunggah konten materi dibutuhkan
login akun pengguna.  Bagaimana cara mengunduh konten dari Sumber Belajar? Silahkan
simak videonya di tautan berikut : Tutorial memanfaatkan fitur sumber belajar.
2. Kelas Digital : Sebuah Learning Management System (LMS) yang dikembangkan khusus untuk
memfasilitasi proses pembelajaran virtual atau tanpa tatap muka antara guru dan siswa.
Dengan fitur ini, guru dapat memberikan bahan ajar yang dapat diakses dan dibagikan oleh
siswa dalam bentuk digital kapan saja dan di mana saja. Berikut Cara membuat kelas di
fitur kelas digital. 
3. Bank Soal: Fitur kumpulan soal dan materi evaluasi siswa yang dikelompokkan berdasarkan
topik ajar. Tersedia juga berbagai akses soal latihan, ulangan, dan ujian. Bagaimana cara
membuat soal di fitur ini? Berikut video tutorial  membuat soal di bank soal.
4. Laboratorium Maya: Fitur simulasi praktikum laboratorium yang disajikan secara interaktif
dan menarik, dikemas bersama lembar kerja siswa dan teori praktikum. Berikut cara
memanfaatkan fitur laboratorium maya.
5. Buku Sekolah Elektronik:Fitur ini menyediakan buku sekolah mulai dari jenjang SD, SMP,
SMA dan SMK dengan berstandar nasional yang dapat dibaca secara online atau diunduh
secara gratis.
6. Modul Digital: Fitur ini menyediakan modul yang menarik dan interaktif yang juga dapat
dibaca secara online atau diunduh secara gratis.
7. Peta Budaya: Fitur yang berisi kumpulan budaya dari seluruh indonesia. Peta budaya
disajikan dalam bentuk gambar, video, animasi, dan permainan (game online).
8. Wahana jelajah Angkasa: Sarana belajar tentang ruang angkasa.
9. Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan: Mencakup kegiatan pendidikan dan pelatihan
yang dapat diambil oleh guru secara online.
10. Karya Komunitas: Berisi kumpulan materi ajar yang dikembangkan oleh komunitas. Materi
ajar dikembangkan dalam multiplatform dan berbasis multimedia.
11. Karya Guru: Berisi kumpulan materi ajar yang diekmbangkan dalam multiplatform dan
berbasis multimedia.
12. Karya Bahasa dan Sastra: Berisi kumpulan karya bahasa dan sastra berupa puisi, prosa, dan
referensi (kamus) yang dapat diunduh atau dibaca secara online.

Anda mungkin juga menyukai