Anda di halaman 1dari 42

Askep Syok Hemoragic

Sri Suparti
Konsep syok
 Syok dpt didefiniisikan sbg syndrome klinis yg diakibatkan dari
perfusi jaringan yg tidak adekuat.
 Perdarahan merupakan komplikasi terbesar pada trauma.
Perdarahan yang menimbulkan gangguan sirkulasi secara klinis
dikenal dengan syok
 Syok hipovolemik merupakan kondisi medis atau bedah dimana
terjadi kehilangan cairan dengan cepat yang berakhir pada
kegagalan beberapa organ, disebabkan oleh volume sirkulasi yang
tidak adekuat dan berakibat pada perfusi yang tidak adekuat.
 Paling sering, syok hipovolemik merupakan akibat kehilangan
darah yang cepat (syok hemoragik)
 Syok hipovolemik mengacu pd suatu kondisi dmn darah plasma,
atau kehilangan cairan menyebabkan penurunan volume sirkulasi
darah dan cardiac output.
 Syok dapat menyebabkan kegagalan multiorgan krn perfusi yg tdk
adekuat
Pendahuluan

Langkah petama  mengenali adanya syok itu


sendiri melalui tanda2 klinis yang terjadi

Langkah kedua: menentukan sebab dari syok (pd


penderita trauma, semua jenis syok mgkn
ditemukan)

 Melakukan penilaian thd penderita, mencari


penyebab dari syok. Perdarahan adl sebab
tersering dr syok pd penderita trauma.
Estimasi kehilangan darah akibat cidera

CIDERA PERKIRAAN KEILANGAN


CAIRAN DARAH
Fraktur pelvis 3000 mL
Fraktur femur 1000 mL
Fraktur tibia 650 mL
Cidera Intra Abdominal 2000 mL
Cidera torak 2000 mL
Penilaian awal

B.
A.
Membedaka
Pengenalan
n Sebab
syok Syok biasanya
Syok lanjut ditandai Syok
disebabkan oleh
dgn berkurangnya
perfusi jaringan ke kulit, perdarahan
ginjal, dan SSP (khususnya pd multi-
trauma)

Takikardi
Keadaan perdarahan yg dpt
 Kulit dingin (bayi
menyebaban syok:
>160x/mnt, balita
>140 x/mnt, anak usia 1. Tension pneumotoraks
sekolah >120 2. Temponade jantung
x/mnt, orang
dewasa >100x/mnt) 3. Neurogenik syok
4. Septik syok
Syok hemoragik
 Syok hemoragik adalah suatu sindrom yang terjadi
akibat gangguan hemodinamik dan metabolik ditandai
dengan kegagalan sistem sirkulasi untuk
mempertahankan perfusi yang adekuat ke organ-organ
vital tubuh yang biasanya terjadi akibat perdarahan
yang masif
 Perdarahan akan menurunkan tekanan pengisian
sirkulasi dan sebagai akibatnya akan menurunkan aliran
balik vena.
 Sebagai hasilnya, curah jantung menurun di bawah
normal dan timbul syok.
Etiologi
 Beberapa penyebab tersering pada syok hemoragik:
 Terapi antitrombosis
 Koagulopati,
 Perdarahan saluran pencernaan, ( Varises esofagus, Ulkus
peptikum dan duodenum, Ca gaster dan esofagus
 Obstetrik/ginekologi ( Plasenta previa, Abruptio plasenta,
Ruptur kehamilan ektopik, Ruptur kista ovarium
 Paru ( Emboli pulmonal, Ca paru, Penyakit paru yang
berkavitas: TB, aspergillosis
 Rupturaneurisma
 Perdarahan retroperitoneal
 Trauma ( Laserasi, luka tembus pada abdomen dan toraks,
Ruptur pembuluh darah besar)
Tujuan penatalaksanaan

 Tujuan dari penatalaksanaan kedaruratan


adalah untuk mengontrol perdarahan,
mempertahankan volume darah sirkulasi
adekuat untuk oksigenasi dan mencegah syok.
Syok haemoragic pada trauma
• Kehilangan vol darah sampai 15%.
A.
• Gejala klinis minimal
Peradarahan
• Takikardi minimal
kelas 1:
• Tdk ada perubahan yg berarti pd TD, fek nadi dan frek pernafasan
perdarahan
• Penggantian cairan primer akan memperbaik sirkulasi, operasi mgkn
Ringan
diperlukan
• Kehlangan vol darah 15% - 30%.
B. • Takikardi (>100x/mnt pd org dewasa), takipnea, & penurunan TD
Perdarahan • Tek sistolik hny berubah sdikit pd syok yg dini (>10%)
kelas II: • Tjd perubahan sistem saraf sentral yg tdk jelas spt cemas,ketakutan
pedarahan atau sikap permusuhan
sedang • Produksi urin sedikit (20-30ml/jam pd org dewasa)
• Memungkinkan utk transfusi darah, tetapi d distabilkan dgn lar
kristaoid
C. • Kehiangan vol darah >30% - 40 %
Perdarahan • Tanda perfusi yg tdk adekuat: takikardi dan takipnea yg jelas
kelas III: • Kulit dingin, berkeringat, nadi perifer buruk
perdarahan • Penurunan status mental (gelisah, agitasi, konfusi atau tumpul) serta
berat penurunan sistolik >10%-20%
• Memerukan transfusi darah
• Kehilangan darah >40% vol darah.
D. • Mengancam jiwa: penurunan TD sistolik yg cukup besar (>10%-20%),
Perdarahan tek nadi sgt sempit, takikardi(>20-30%) produksi urine hampir tdk
kelas IV: ada (oliguria anuria)
perdarhan • Kesadaran menurun (stupor)
sangat berat • Ekstrimitas dingin, nadi perifer buruk, pucat
• Memerlukan tranfusi cepat dan intervesi pembedahan
Klasifikasi syok hipovolemik

 Sistem klasifikasi syok hemoragik berdasarkan dari American


CollegeofSurgeonCommitteeon Trauma dibagi menjadi 4 kelas. Sistem ini
bergunauntuk memastikan tanda-tanda dini syok hemoragik.
Perubahan konsumsi oksigen
Patofisiologi
 Perdarahan akut menyebabkan penurunan curah jantung dan
tekanan nadi yang akan dikenali oleh baroreseptor pada arkus aorta
dan atrium.
 Berkurangnya volume darah yang beredar, terjadi peningkatan
rangsang simpatis yang meningkatkan frekuensi nadi,
vasokonstriksi, dan penurunan distribusi aliran darah pada organ-
organ nonvital, seperti kulit, saluran pencernaan, dan ginjal
 Pada perdaharan, terjadi respon-responhormonal. Corticotropin-
releasinghormone terstimulasi secara langsung. Hal ini
menyebabkan pelepasan glukokortikoid dan betaendorphin.
Kelenjar pituitari posterior akan Melepas vasopressin,
menyebabkan retensi air pada tubulus distal.
 Renin dilepaskan oleh kompleks juxtamedularis sebagai respon dari
penurunan MAP (MeanArerialPressure), sehingga meningkatkan
aldosteron dan berujung resoprsi natrium dan air.
Patofisiologi
 Hiperglikemia sering didapatkan pada perdarahan akut karena glukagon dan
growthhormone meningkat pada gluconeogenesis dan glikogenosis.
Peredaran katekolamin menghambat pelepasan dan aktivitas
insulin secara relative sehingga terjadi peningkatan kadar gula
darah.
 Semakin memburuknya hipovolemia dan hipoksia jaringan, terjadi
peningkatan ventilasi sebagai usaha kompensasi dan dapat
menjadi asidosis metabolik dari karbon dioksida yang diproduksi.
 Secara keseluruhan bagian tubuh yang lain juga akan melakukan perubahan
spesifik mengikuti kondisi tersebut. Terjadi proses autoregulasi yang luar
biasa di otak dimanan pasokan aliran darah akan dipertahankan secara
konstan melalui MAP.
 Ginjal juga mentoleransi penuruunan aliran darah sampai 90% dalam waktu
yang cepat dan pasokan aliran darah pada saluran cerna akan turun karena
mekanisme vasokonstriksi dari splanknik.
 Pada kondisi tubuh seperti ini pemberian resusitasi awal dan tepat waktu bisa
mencegah kerusakan organ tubuh tertentu akibat kompensasinya dalam
pertahanan tubuh.
Gejala Klinis
 Kelemahan umum, atau nyeri punggung belakang (gejala pecahnya
aneurisma aorta abdominal).
 Tipe, jumlah, dan lama perdarahan, untuk penentuan terapi
berdasarkan jumlah darah yang hilang dan lamanya perdarahan.
 perdarahan pada saluran cerna darah dari rectum/mulut. (sulit
mengukur jumlah darah yang hilang dari saluran cerna bagian bawah).
 Semua darah segar yang keluar dari rectum curiga perdarahan hebat
sampai dibuktikan sebaliknya.
 syok umumnya memberi gejala klinis seperti turunnya tanda vital
tubuh: hipotensi, takikardi, penurunan urinoutput, dan penurunan
kesadaran.
 Kumpulan gejala tersebut merupakan mekanisme kompensasi tubuh.
 Gejala umum lainnya yang bisa timbul adalah kulit kering, pucat, dan
dengan diaphoresis. Pasien menjadi bingung, agitasi, dan tidak sadar.
 Pada fase awal nadi cepat dan dalam dibandingkan denyutnya,
tekanan darah sistolik bisa saja masih dalam batas normal karena
kompensasi. Konjungtiva pucat, seperti yang terdapat pada anemia
kronik.
 Adanya darah pada mata dan hidung
 Hematotoraks : , suara nafas akan turun, serta suara perkusi redup
di area dekat perdarahan.
 Periksa abdomen dari tanda perdarahan intra-abdominal.
 Periksa panggul apakah ada ekimosis yang mengarah ke
perdarahan retroperitoneal. Lakukan pemeriksaan rectum untuk
mengetahui asal darah yang keluar dari rectum.
 Pasien dengan riwayat perdarahan vagina dilakukan pemeriksaan
pelvis lengkap dan lakukan tes kehamilan untuk menyingkirkan
kemungkinan kehamilanektopik.
Pemeriksaan laboratorium awal yang sebaiknya
dilakukan antara lain:

1. Analisis Complete Blood Count (CBC),


2. Kadar elektrolit (Na, K, Cl, HCO3, BUN,
kreatinin, kadar glukosa),
3. PT, APTT, AGD,
4. Urinalisis (pada pasien yang mengalami
trauma),
5. Tes kehamilan.
6. Darah sebaiknya ditentukan tipenya dan
dilakukan pencocokan.
Hasil pemeriksaan yang dapat mendukung
diagnosis, diantaranya:

• penurunan HCT, penurunan Hb, penurunan RBC


dan jumlah platelet,
• peningkatan serum potassium, sodium, lactate
dehydrogenase, creatinin, dan BUN,
• peningkatan berat jenis urin (> 1.020) dan
osmolalitas urin; sodium urin < 50 mEq/L,
penurunan creatinin urin,
• penurunan pH, peningkatan PaCO2, gastroskopi,
X-Ray, aspirasi isi lambung melalui NGT,
• pemeriksaan koagulasi pada disseminated
intravascular coagulation (DIC).
Pengelolaan awal syok

A. Pemeriksaan Fisik

B. Akses Vaskuler

C. Pemberian Cairan
Awal
A. Pemeriksaan fisik
A, B.
1. Airway &
Breathing
G. C
6. Dilatasi 2. Sirkulasi
Gaster- & Kontrol
dekompresi Perdarahan

F.
D
5. Folley
3. Disability
Cateter-
– pem
Kateter
neurologis
Uretra
E.
4. Exposure
Temuan fisik
 Perubahan aktivitas mental, mulai dari letargi spai tidak
responsive
 Pernapasan cepat dan dalam, yg secara bertahap mjd
makin sulit dan dangkal seiring dgn perburukan kondisii
pasien
 Kulit dingin dan lembap, dengan nadi lemah dan tidak
teraba
 Takikardia akibat aktivasi system saraf simpatis
 Penurunan haluaran urine; urine berwarna gelap dan
pekat Karena ginjal menyimpan cairan
Penatalaksanan
Prinsip pengelolaan dasar syokhemoragik ialah menghentikan perdarahan dan
menggantikan kehilangan volume darah.
 Airwaydan Breathing: Prioritas pertama adalah menjamin airway yang paten
dengan cukupnya pertukaran ventilasi dan oksigenasi. Diberikan tambahan
oksigen untuk mempertahankan saturasi oksigen lebih dari 95%.
 Circulation – kontrol perdarahan: Termasuk dalam prioritas adalah
mengendalikan perdarahan yang jelas terlihat, memperoleh akses intravena yang
cukup, dan menilai perfusi jaringan. Perdarahan dari luka di permukaan tubuh
(eksternal) biasanya dapat dikendalikan dengan tekanan langsung pada tempat
perdarahan.
 Disability – pemeriksaan neurologi: Dilakukan pemeriksaan neurologi
singkat untuk menentukan tingkat kesadaran, pergerakan mata dan respon pupil,
fungsi motoric dan sensorik. Informasi ini bermanfaat dalam menilai perfusi otak,
mengikuti perkembangan kelainan neurologi dan meramalkan pemulihan.
 Exposure – pemeriksaan lengkap: Setelah mengurus prioritas untuk
menyelamatkan jiwanya, penderita harus ditelanjangi dan diperiksa dari ubun-
ubun sampai ke jari kaki sebagai bagian dari mencari cedera. Pemakaian
penghangat cairan, maupun cara-cara penghangatan internal maupun eksternal
sangat bermanfaat dalam mencegah hipotermia.
Penatalaksanaan
 Dilatasi lambung – dekompresi : Dilatasi lambung sering terjadi pada
penderita trauma, khususnya pada anak-anak dan dapat mengakibatkan
hipotensi atau disritmia jantung yang tak dapat diterangkan, biasanya
berupa bradikardia dari stimulasi nervusvagus yang berlebihan. Distensi
lambung menyebabkan terapi syok menjadi sulit. Pada pasien tidak sadar,
distensi lambung membesarkan risiko aspirasi isi lambung dan dapat
menjadi suatu komplikasi yang bisa menjadi fatal. Dekompresi lambung
dilakukan dengan memasukkan NGT.
 Pemasangan kateter urin: Kateterisasi kandung kencing memudahkan
penilaian urin akan adanya hematuria dan evaluasi dari perfusi ginjal
dengan memantau produksi urin. Darah pada uretra atau prostat dengan
letak tinggi, mudah bergerak, atau tidak tersentuh pada laki-laki
merupakan kontraindikasi mutlak bagi pemasangan kateter uretra sebelum
ada konfirmasi radiografis tentang uretra yang utuh.
 Pengobatan dengan posisi kepala di bawah. Dengan menempatkan
penderita dengan kepala 5 inci lebih rendah daripada kaki akan sangat
membantu dalam meningkatkan alir balik vena dan dengan demikian
menaikkan curah jantung. Posisi kepala di bawah ini adalah tindakan
pertama dalam pengobatan berbagai macam syok.
Cont...
Airway & • Tambahan oksigen diberikan bila perlu utk
Breathing menjaga saturasi O2 >95%

• Prioritas: kontrol perdarahan luar, dapatkkan akses vena yg

Sirkulasi dan cukup besar & nilai perfusi jaringan. Dpt dikontrol dg
melakukan tek (balut tekan) pd daerah luka, spt kepala, leher
dan eskstrimitas
Kontrol • PASG (Pneumatic Anti Shock Garment) dan gurita
perdarahan pelvis dan ekst inferior, tp tdk blh mengganggu
Perdarahan pemasangan infus.
• Perdarahan internal bs dr: rongga toraks, rongga abdomen,
rongga pelvis, tulang panjang/femur retroperitoneal

Disability-
• Menentukan tingkat kesadaran
pemeriksaan (GCS) dan tanda lateralisasi
neurologis
Cont ...
• Pemeriksaan menyeluruh stlh menentukan prioritas
yg mengacam nyawa
Eksposure • Lepas seluruh pakaian utk mendptkan gambaran
menyeluruh mengenai kelainan yg mengancam
nyawa, perhatikan utk tdk tjd hipotermi

• Utk pemeriksaan urine akn adanya hematuria serta


Kateter penilaian perfusi akn hasil resusitasi cairan.
• Darah pd OUE (Orifisium uretra Eksterna), atau
Uretra prostat yg tak teraba adl kontra indikasi mutlak
pemasangan kateter.(dilakukan di RS)

Dilatasi • Keadaan ini mempersulit terapi syok dan bisa


menyebabkan aspirasi isi lambung dan mrpk suatu
gaster- komplikasi yg fatal. NGT harus terpasang dgn baik
dan tersambung pd alat suction yg berfungsi dgn baik
dekompresi (dilakukan di RS)
B. Akses vaskular

Harus segera, min 2 kateter IV besar (min


no.16), tempat akses vena: 1) vena perifer; 2)
seksi vena (venous cut down, venoclysis); 3)
vena sentral. Pd anak kecil <6thn, cara: intra-
osseus dpt dicoba sblm vena sentral.

Tempat yg baik utk jalur IV org dewasa adl


lengan bawah/pemb darah lengan bawah.
Jk tdk memungkinkan pd pemb darah
perifer, mk di pembuluh darah sentral
(vena-vena femoralis, jugularis atau vena
subclavia dg kateter besar)
Akses pembuluh darah
 Harus segera didapat akses ke sistem pembuluh darah. Ini
paling baik dilakukan dengan memasukkan dua kateter
intravena ukuran besar sebelum dipertimbangkan jalur vena
sentral.
 Tempat yang terbaik untuk jalur intravena bagi orang dewasa
adalah lengan bawah atau pembuluh darah lengan bawah.
 Kalau keadaan tidak memungkinkan penggunaan pembuluh
darah perifer, maka digunakan akses pembuluh sentral (vena-
vena femoralis, jugularis, atau subklavia dengan kateter
besar) dengan menggunakan teknik seldinger atau
melakukan vena seksi pada vena safena di kaki.
 Pada anak di bawah 6 tahun, teknik penempatan jarum intra
oseus harus dicoba sebelum menggunakan jalur vena sentral.
Intra osseus
c. Pemberian cairan awal

Cairan Ringer lactate adl pilihan pertama.

Cairan NaCl (normal saline) adl pilihan kedua, namun


pd pemberian massive akn mengakibatkan asidosis
hiper-khloremik, terutama pd px gangguan faal ginjal

Diberikan bolus secepatnya (“guyur, los-klem”).


Dosis adl 1-2 ltr utk dewasa dan 20 cc/kg BB utk
anak.

Penderita diobservasi selama diguyur dan


keputusan tind. selanjutnya didasarkan pd
respon penderita thd cairan
Dekstorsa 5 %??????

Jangan meggunakan dekstorsa 5 % dalam air untuk


resusitasi cairan. Karena cepat didistribusikan ke
seluruh kompartemen tubuh, tidak memberikan
kontribusi untuk ekspansi volume intravaskular
Evaluasi resusitasi cairan dan perfusi
jaringan
Umum Khusus
 Kembalinya tekanan darah,
tekanan nadi dan denyut nadi
(tanda sirkuasi membaik)  Capillaryrefilltime<2 detik
 Perbaikan kesadaran dan  MAP 65-70 mmHg
keadaan kulit (perbaian  Saturasi O2 >95%
perfusi)
 Produksi urin /jam: 30-50
 Urine output ?0,5
ml/jam pd org dewasa ml/kg/jam (dewasa); >1
 Bedakan penderita dengan
ml/kg/jam (anak)
hemodinamik normal dan  Syok indeks = HR/SBP
hemodinmik stabil. (normal 0,5-0,7)
 Hemodinamik stabil dapat
tetap takikardi takipnea dan
oliguria jelas dalam keadaan
under-perfused dan tidak cuku
resusitasi. Hemodimik normal
mennjukan perfusi jaringan yg
baik.
Respon terhadap cairan dapat berupa:

a. Respon cepat (thd resusitasi cairan)


Pada pemberian bolus jika Hemodinamik sudah stabil dan normal,
selanjutnya tetesan diperlambat. Kehilangan darah hny <20%. Tdk
perlu pemberian bolus cairan atau darah lebih lanjut.

b. Respon sementara
kehilangan vol drh 20-40%. Jika tetesan diperlambat
hemodinamik penderita turun kembali karena kehilanggan
darah yang masih berlangsung /resusitasi tdk cukup.
Pemberian cairan hrs diteruskan, demikian transfusi darah

c. Respon minimal atau tanpa respon


Walaupun sudah diberikan cairan dan darah cukup, tetapi
tanpa respon, mk perlunya operasi segera. Perlu diwaspadai
adanya syok non-hemoragic.
Nursing Care Plan

Diagnosis keperawatan Etiologi

 Kekurangan volume 1) Kehilangan darah


cairan akibat perdarahan
 Penurunan curah 2) Kehilangan plasma,
jantung misal pada luka bakar
 Perubahan perfusi 3) Kehilangan cairan
akibat muntah dan
jaringan
diare yang
berkepanjangan
Manifestasi klinis
1. Kulit memucat dan dingin karena pembuluh darah kulit
tertutup
2. Denyut nadi cepat krn jantung berusaha mempertahankan
peredaran darah.
3. Denyut nadi lemah krn jantung tidak dapat memompa dgn
kuat
4. Pusing dan lemah krn darah ke otak dan otot berkurang
5. Oliguria-anuria
6. Kesadaran menurun krn otak kurang mendapatkan oksigen
7. Sesak nafas
8. Rasa haus krn kandungan cairan dari darah berkurang
Pengkajian:
1. Observasi tingkat kesadaran
2. Status hemodinamik: penurunan curah jantung,
tachikardi makin mengecil, pernafasan lemah dan
dangkal
3. Sirkulasi: TD, cianosis
4. Integument: pucat, dingin, dan lembab
5. Cairan/ nutrisi: kehausan, mual, muntah
6. Status ginjall: pengeluaran urine <30 ml/jam,
kreatinin meningkat, natrium rendah, 20 mEq/l,
nitrogen meningkat
Diagnosa keperawatan yg mungkin
ditemukan:
1. Perubahan perfusi jaringan perifer
2. Penurunan curah jantung
3. Gangguan pertukaran gas
4. Cemas
Diagnosa keperawatan
 Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. Penurunan curah
jantung
 Tujuan: perfusi jaringan dapat dipertahankan
 KH: TD dlm batas normal, pengeluaran urine normal 30
ml/jam, kulit hangat, CRT < 3 detik
 Rencana keperawatan:
1. Kaji tanda2 yg menunjukan gangguan perfusi jarigan
2. Pertahankan tirah baring utk memudahkan sirkulasi
3. Pertahankan terapi parenteral
4. Ukur intake dan output
5. Kolaborasi dalam pemberian obat: penghentian perdarahan
6. Pantau CVP
7. Lakukan penekanan utk mengontrol perdarahan
Diagnosa keperawatan
 Gangguan pertukaran gas b.d peningkatan
permeabilitas kapiler
 Tujuan: pertukaran gas tidak mengalami
gangguan
 Rencana keperawatan:
1. Kaji pola pernafasan
2. Lakukan auskultasi paru
3. Pantau AGD
4. Beri O2
5. Ajarkan nafas dalam efektif
Intervensi keperawatan yang dapat dilakukan antara lain:

1. Kaji jumlah kehilangan volume cairan dan mulai lakukan


penggantian cairan sesuai order. Pastikan golongan darah untuk
pemberian terapi transfusi
2. Kaji AGD/Analisa Gas Darah, jika pasien mengalami cardiac atau
respiratory arrest lakukan CPR
3. Berikan terapi oksigen sesuai order. Monitor saturasi oksigen dan
hasil AGD untuk mengetahui adanya hypoxemia dan
mengantisipasi diperlukannya intubasi dan penggunaan ventilasi
mekanik. Atur posisi semi fowler untuk memaksimalkan ekspansi
dada. Jaga pasien tetap tenang dan nyaman untuk meminimalkan
kebutuhan oksigen
4. Monitor vital sign, status neurologis, dan ritme jantung secara
berkesinambungan. Observasi warna kulit dan cek capillary refill
5. Monitor parameter hemodinamik, termasuk CVP, PAWP, dan
cardiac output, setiap 15 menit, untuk mengevaluasi respon pasien
terhadap treatmen yang sudah diberikan
6. Monitor intake dan output.pasang dower cateter dan kaji urin
output setiap jam. Jika perdarahan berasal dari gastrointestinal
maka cek feses, muntahan, dan gastric drainase. Jika output
kuranng dari 30 ml/jam pada pasien dewasa pasang infuse, tetapi
awasi adnya tanda kelebihan cairan seperti peningkatan PAWP.
Lapor dokter jika urin output tidak meningkat
7. Berikan transfuse sesuai order, monitor Hb secara serial dan HCT
8. Berikan Dopamin atau norepineprin I.V., sesuai order untuk
meningkatkan kontraktilitas jantung dan perfusi renal
9. Awasi tanda-tanda adanya koagulopati seperti petekie, perdarahan,
catat segera
10. Berikan support emosional
11. Siapkan pasien untuk dilakukan pembedahan, jika perlu.
Pemantauan yang perlu dilakukan dalam menentukan
kecepatan infus:

1. Nadi: nadi yang cepat menunjukkan adanya hipovolemia.


2. Tekanan darah: bila tekanan darah < 90 mmHg pada pasien
normotensi atau tekanan darah turun > 40 mmHg pada pasien
hipertensi, menunjukkan masih perlunya transfusi cairan.
3. Produksi urin: Pemasangan kateter urin diperlukan untuk
mengukur produksi urin. Produksi urin harus dipertahankan
minimal 1/2 ml/kg/jam. Bila kurang, menunjukkan adanya
hipovolemia.
4. Cairan diberikan sampai vena jelas terisi dan nadi jelas teraba. Bila
volume intra vaskuler cukup, tekanan darah baik, produksi urin <
1/2 ml/kg/jam, bisa diberikan Lasix 20-40 mg untuk
mempertahankan produksi urine. Dopamin 2-5 µg/kg/menit bisa
juga digunakan pengukuran tekanan vena sentral (normal 8-12
cmH2O), dan bila masih terdapat gejala umum pasien seperti
gelisah, rasa haus, sesak, pucat, dan ekstremitas dingin,
menunjukkan masih perlu transfusi cairan.
Case study
 Contoh case study lihat pdf
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai