Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

PT. Sinar Pematang Mulia (SPM) merupakan perusahaan yang


bergerak dibidang industri pertanian yang memproduksi tepung tapioka
dimana bahan baku dari singkong (casawa) yang merupakan tanaman
masyarakat. Dengan keberadaannya, maka PT. SPM berusaha membantu
tujuan pemerintah untuk menyerap hasil produksi pertanian masyarakat
sehingga dapat membantu tujuan pembangunan yakni menciptakan
kesejahteraan bagi masyarakat sekitar.
PT. Sinar Pematang Mulia (SPM) merupakan perusahaan yang
banyak menggunakan alat – alat berat seperti exavator dan loader sebagai
penunjang proses produksinya.
Excavator merupakan salah satu peralatan yang penting dalam
pekerjaan pemindah tanah (earth moving), dan biasanya digunakan untuk
memindahkan endapan tanah pada kolam – kolam penampungan limbah cair
untuk menjaga kedalaman kolam. karena fungsinya yang serba guna yaitu
disamping sebagai alat penggali dan pemindah, juga berfungsi sebagai alat
pemuat (loader), alat pengangkat (lifting) dan sebagai alat pemecah
(breaker) bila pada attachment nya dilengkapi dengan perlengkapan yang
tepat dan sesuai dengan pekerjaan.
Final drive adalah susunan gigi yang biasanya dalam bentuk satu set
roda gigi dan lurus atau satu set gigi planet (planetary gear) sebagai drive
final gear yang berfungsi untuk mengurangi rotasi dan meningkatkan
torsi satuan. Prinsip kerja final drive bersama-sama dengan prinsip-prinsip
transmisi, di mana ada pengurangan kecepatan rotasi dan meningkatkan torsi
dengan memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada gigi. Pada saat operasi
gigi final drive dapat mengalami rusak permukaan (aus dan deformasi).
Keausan adalah hilangnya bahan dari suatu permukaan atau

1
perpindahan bahan dari permukaannya ke bagian yang lain atau
bergeraknya bahan pada suatu permukaan. Keausan yang terjadi pada
suatu material disebabkan oleh adanya beberapa mekanisme yang berbeda
dan terbentuk oleh beberapa parameter yang bervariasi meliputi bahan,
lingkungan, kondisi operasi, dan geometri permukaan benda yang
terjadi keausan. Mekanisme keausan dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu keausan yang penyebabnya didominasi oleh perilaku mekanis dari
bahan dan keausan yang penyebabnya didominasi oleh perilaku kimia dari
bahan.
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya. Beban yang
didukung oleh poros pada umumnya adalah roda gigi, roda daya (fly wheel),
roda ban (pulley), roda gesek, dan lain lain. poros hampir terdapat pada setiap
konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda beda.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul
laporan kerja praktek dengan judul “Analisa Keausan Poros Motor Final
Drive Pada Excavator Halla He 220 LC”.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada laporan kerja praktek ini,yaitu :


A. Bagaimana mengetahui mekanisme kerja pada sistem Final Drive ?
B. Bagaimana mengetahui penyebab keausan yang terjadi pada Final Drive ?
C. Bagaimana mengatahui cara penanggulangan kerusakan yang terjadi pada
Final Drive ?

1.3 Tujuan

A. Dapat mengetahui mekanisme kerja pada sistem Final Drive Excavator.

2
B. Dapat mengetahui penyebab keausan yang terjadi pada Final Drive
Excavator.
C. Dapat mengatahui cara penanggulangan kerusakan yang terjadi pada Final
Drive Excavator.

1.4 Metodologi

Dalam penulisan laporan ini, dibutuhkan data-data sebagai landasan untuk


mempermudah serta memperkuat isi dalam penulisan laporan kerja praktek
ini. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah sebagai berikut :
1. Metode Literatur
Penulis mengumpulkan data-data sebagai sumber informasi dari buku-
buku referensi yang bersumber dari berbagai website di internet yang
akurat.
2. Observasi
Penulis melihat langsung keadaan di lapangan yang dijadikan sebagai
subjek laporan, yakni tempat melakukan kerja praktek lapangan.
3. Analisis Data
Penulis melakukan pengumpulan data di lapangan dan menganalisisnya
sesuai dengan teori dan penjelasan yang ada.
4. Wawancara
Penulis menanyakan langsung kepada teknisi, para pekerja, dan
pembimbing di lapangan.

1.5 Batasan Masalah

Untuk memfokuskan pembahasan analisa dalam penulisan laporan kerja


praktek ini pada tujuan yang diinginkan, maka diperlukan batasan-batasan
permasalahan serta beberapa asumsi yang meliputi :
1. Penelitian ini hanya dilakukan pada kawasan Poros Motor Final Drive
Excavator.

3
2. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini hanya pada Poros Motor
Final Drive pada alat Excavator.
3. Excavator yang diteliti dalam laporan kerja praktek ini adalah type Halla
He 220 LC

1.6 Manfaat

1. Bagi Mahasiswa
a. Membantu memberikan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan
kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan
kerja secara nyata.
b. Membuka wawasan setiap mahasiswa dan mendapatkan pengetahuan
melalui praktek di lapangan.
c. Perwujudan program keterkaitan dan kesetaraan antara dunia
pendidikan dan dunia industri/kerja.
d. Menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan
bakat.

2. Bagi Perusahaan
a. Dapat saling bertukar informasi tentang perkembangan informasi
antara institusi pengguna teknologi dengan lembaga perguruan tinggi.
b. Membantu menyeimbangkan informasi perkembangan teknologi
kepada para peserta kerja praktek yang nantinya akan meningkatkan
kualitas tenaga kerja profesional.
c. Para peserta kerja praktek dapat membantu melaksanakan pekerjaan
operasional yang rutin dilaksanakan maupun memecahkan
permasalahan yang sering dihadapi.
d. Secara khusus membantu mempersiapkan mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro sebagai
tenaga kerja profesional yang siap pakai untuk PT. Sinar Pematang
Mulia II.

4
3. Bagi Jurusan
Meyesuaikan ilmu yang didapat pada perkuliahan dengan lapangan
pada saat kerja praktek, agar kurikulum dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan industri.

5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN

2.1 Profile Perusahaan

PT Sinar Pematang Mulia II (SPM) merupakan pabrik pengolahan ubi


kayu (singkong) yang diolah menjadi tepung tapioka. Perusahaan ini
Merupakan anak perusahaan dari PT. Lambang Jaya Group yang
menjalankan usaha dibidang hasil pertanian masyarakat sekitar khususnya
singkong di provinsi Lampung juga sekaligus memberikan lapangan
pekerjaan bagi tenaga kerja dari masyarakat daerah atau luar daerah. PT SPM
memulai industri tapioka pada tahun 1994, dengan dibangunnya pabrik
pertama yang terletak di Desa Suka Agung Kabupaten Tulang Bawang
Provinsi Lampung. Pada awal berdirinya pabrik ini masih menerapkan sistem
tradisional (pengendapan) dan kapasitas mesin juga masih sangat rendah.
Seiring perkembangan perusahaan dan tingginya permintaan akan tepung
tapioka serta untuk menghadapi persaingan maka pada tahun 1999
perusahaan memtuskan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan
menerapkan sistem produksi ke teknologi yang lebih baik dari sistem
tradisional menjadi sistem otomatis.

2.1.1 Sejarah Singkat PT. Sinar Pematang Mulia II

PT. Sinar Pematang Mulia II didirikan pada tanggal 27 April 2005


oleh Bapak Hendra Sjaichudin dengan luas area 23.000m. PT. Sinar
Pematang Mulia II merupakan salah satu industri tapioka yang resmi
beroprasi sejak tahun 2006. Salah satu dasar berdirinya PT. SPM II
adalah dikeluarkannya izin prinsip usaha bernomor
503/33/LTD2/F/2005 yang ditanda tangani oleh Bapak Andy Achmad
Sampurna Jaya (Bupati Lampung Tengah Tahun 2005). Kemudian
disusul dengan pembuatan izin yang terkait dengan pendirian industri di
instansi-instansi pemerintahan Kabupaten Lampung Tengah sehingga

6
secara de facto dan de jure, maka PT. Sinar Pematang Mulia II resmi
didirikan. PT. Sinar Pematang Mulia II berlokasi di jalan lintas timur,
kampung Mataram Udik, kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten
Lampung Tengah.

Gambar 2.1 : Kantor PT. Sinar Pematang Mulia II


Sumber: Dokumentasi Lapangan

2.1.2. Visi dan Misi PT Sinar Pematang Mulia II

A. Visi
1) Meningkatkan produktivitas produksi dengan mengacu pada pola
kemitraan dengan petani singkong.
2) Meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui koperasi unit
usahanya.
3) Meningkatkan kesinambungan perusahaan dengan masyarakat lokasi
pabrik.
B. Misi
1) Memberikan kualitas yang terbaik untuk para pelanggan (Customer).
2) Menjadi perusahaan yang kompeten dan berkualitas untuk menjamin
mutu tepung tapioka PT. SPM standar dunia.
3) Memperluas pemasaran ke level internasional.

7
2.2 Struktur Organisasi PT. Sinar Pematang Mulia II

Direktur Utama

Direktur Group Central


Marketing
GM Operasinal
Pabrik

FAKTORY MANAGER

Kabag Kabag Kabag ADM Kabag Kabag Kabag


Marketing Personalia & & Keuangan Produksi Maintenan Logistik
Umum ce

+Sales conter +Administrasi +Administrasi +Operator +Mechanical +Administrasi


+Tek. Sales +Security +Timbangan +Helper +Electrical +G.S.Part
+CL.Service

Gambar 2.2 : Struktur organisasi


Sumber: Data Lapangan

2.3 Sistem Produksi

Proses produksi tepung tapioka di PT.Sinar Pematang Mulia II


merupakan suatu mata rantai yang dimulai dari proses penerimaan singkong,
pengupasan kulit, pencucian, pemotongan, pemarutan, dan penggudangan.
Singkong diperoleh dari daerah sekitar.  Penerimaannya dilakukan dengan
cara penimbangan terhadap berat bersih singkong melalui jembatan timbang.
Selanjutnya, singkong dikumpulkan di ruang bahan baku kemudian dilakukan
proses produksi. 

8
Proses produksi tepung tapioka melalui tahap berikut:
a. Tahap pengupasan dan pencucian
Singkong segar dimasukkan kedalam alat pembersih yang
berbentuk bak besar kemudian singkong diputar oleh sebuah alat sehingga
singkong dan kotoran terpisah dan proses pengupas kulit singkong
menggunakan mesin pemarut yang bertujuan untuk memisahkan singkong
dari kulitnya dan kotoran-kotoran yang melekat dikulit singkong.
Biasanya jenis singkong yang akan digunakan salah satunya singkong
jenis kasesat dan tailand karena jenis singkong tersebut mengandung kadar
aci yang tinggi. 

Gambar 2.3 : Proses Pencucian


Sumber: Dokumentasi Lapangan

b. Tahap pemotongan dan pemarutan


Setelah singkong bersih kemudian dilakukan tahap pemotongan
dan pemarutan yang bertujuan untuk memperkecil ukuran singkong serta
membantu untuk menghancurkan singkong  sehingga menjadi bubur
singkong, Mesin pemarut harus selalu dicuci dengan air, Air ini akan
mengalikan bubur ke dalam suatu bak yang berfungsi untuk mengkocok
bubur singkong, dari bak pengocokan, bubur singkong kemudian
dimasukkan ke alat penyaring.

9
Gambar 2.4 Proses Pemotongan
Sumber: Dokumentasi Lapangan

c. Tahap pemerasan
Tahap pemerasan bertujuan untuk memisahkan cairan yang
mengandung Pati dengan ampas. Bubur singkong diletakkan diatas
saringan yang digerakkan dengan mesin. Cairan Pati yang dihasilkan
ditampung ke dalam pengendapan yang terbuat dari keramik.  Pada tahap
ini didapatkan ampas singkong yang disebut onggok. 

Gambar 2.5 : Proses Pemerasan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

10
d. Tahap pengendapan
Proses pengendapan bertujuan untuk memisahkan pati murni dari
zat pengotor lainnya. Pada proses pengendapan ini akan terdapat butiran
patiter masuk protein, lemak, dan komponen lain yang stabil dan
kompleks.Butiran pati yang akan diperoleh berukuran sekitar 4-24 mikron
(1 mikron =0,001 mm). Butiran pati harus segera diendapkan, kecepatan
pengendapan sangat ditentukan oleh besarnya butiran pati, keasaman air
rendaman danjumlah kandungan proteinnya.

Gambar 2.6 : Proses Pengendapan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

e. Tahap pengeringan dan pengayakan


Dari bak penampung, pati yang masih basah selanjutnya
dikeringkan menjadi tepung.  Sistem pengeringan bisa menggunakan oven.
Hasil pengeringan ini berupa gumpalan tepung kasar, yang kemudian
digiling dan diayak untuk mendapatkan tepung tapioka yang halus sebagai
produk jadi. 

Gambar 2.7 : Proses Pengeringan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

11
f. Tahap pengemasan
Produk yang dihasilkan dari proses pengayakan berupa tepung
tapioka kemudian dikemas dengan menggunakan karung yang terbuat dari
nilon. Tepung tapioka yang telah dikemas disimpan dalam gudang,
kemudian tepung tapioka dipasarkan ke berbagai tempat. 

Gambar 2.7 : Proses Pengemasan


Sumber: Dokumentasi Lapangan

Dalam proses produksi tepung tapioka seperti diuraikan di atas terdapat tiga
jenis limbah, yaitu:
a. Kulit singkong, limbah yang dihasilkan dari proses pengupasan yang dapat
dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak dan kompos oleh penduduk
sekitarnya.
b. Ampas singkong (onggok)  merupakan ampas basah hasil pemisahan
dengan pati limbah ini ada dua jenis yaitu onggok kering dan basah,
Ampas ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan di jemur oleh
warga sekitar yang akan di jual kembali untuk digunakan contohnya bahan
makanan, obat anti nyamuk bakar, dan lem.

12
c. Limbah cair, yang harus diolah terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan
pencemaran lingkungan.  Limbah cair ini juga bisa dimanfaatkan sebagai
bio gas untuk bahan bakar.

13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Excavator Secara Umum

Excavator adalah alat berat yang dipergunakan untuk menggali dan


mengangkut (loading and unloading) suatu material (tanah, batubara, pasir
dan lain-lainnya). Berdasarkan jenis penggeraknya, excavator dibedakan
menjadi dua yaitu:
a. Crawler excavator atau excavator roda kelabang, excavator jenis ini
menggunakan roda kelabang pada bagian undercarriage. Excavator jenis
ini menggunakan powertrain hydrostatic transmission dimana tenaga dari
motor hidraulik dialirkan ke sistem planetary gear yang terdapat pada
final drive, sproket sampai ke track shoe sehingga excavator dapat
bergerak.
b. Wheel excavator atau excavator menggunakan roda, excavator jenis
ini menggunakan roda dimana excavator ini tidak membutuhkan bagian
undercarriage sebagaimana crawler excavator. Untuk selanjutnya
excavator yang dimaksud oleh penulis adalah wheel excavator dengan
sistem manual.

Gambar 3.1 : Exavator


Sumber: Dokumentasi Lapangan

14
3.1.1 Fungsi Excavator

Fungsi dari excavator secara umum adalah:


a. Mengerjakan kegiatan pertambangan (mining job).
b. Pembukaan lahan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan.
c. Meratakan permukaan tanah.
d. Pembuatan parit, saluran irigasi, lubang, dan pondasi.
e. Mengeruk, mengisi, serta memindahkan material.

3.1.2 Sistem Penggerak Excavator

Pada dasarnya tenaga penggerak excavator ada dua yaitu engine


type (diesel) dan battery type (motor listrik). Secara umum tenaga
penggerak utama hydraulic excavator adalah mesin diesel yang
merubah energi mekanik menjadi energi hidraulik melalui tekanan
pompa yang kemudian didistribusikan ke silinder hidraulik untuk
menghasilkan gerakan. Sedangkan motor listrik untuk menstarter dan
menyuplai energi komponen-komponen elektrik seperti dinamo,
lampu, alat- alat ukur operator, monitor/panel dan sebagainya.

3.2 Pengertian dan Fungsi Final Drive Secara umum

Final Drive adalah susunan roda gigi yang biasanya berupa satu set roda
gigi lurus dan atau satu set roda gigi planet (planetary gear) sebagai roda gigi
penggerak akhir yang berfungsi untuk mereduksi putaran dan meningkatkan
torsi unit, seperti pada bulldozer, dump truck, wheel loader, dan lain-lain.

15
Gambar 3.2 : Prinsip dasar final drive
Sumber: (www.google.com/bagian-bagian-final-drive)

3.2.1 Prinsip Dasar Final Drive

Prinsip yang dipergunakan pada transmisi dimana kecepatan rotasi


dikurangi dan momen puntir ( torque ) ditambah oleh sejumlah roda
gigi yang dipergunakan pada penggerak akhir. Masing-masing bak
penggerak akhir (final drive case) dipasang melebar keluar dari bak
roda gigi tirus ( bevel gear case ) pada masing-masing sisi. Dengan
memilih perbandingan kecepatan yang tepat momen puntir (Torque)
sebelum ke penggerak akhir (final drive) dapat diperkecil. Dengan
demikian, transmisi yang sama, poros roda tirus ( bevel gear shaft ) dan
lain-lain dapat dipergunakan yang sama pada berbagai jenis model
mesin. Roda gigi penggerak akhir ( final Drive gears) dapat dihadapkan
pada tekanan permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangan
dan benturan (shock and impact loads), yang mana memerlukan
perhatian ekstra untuk seleksi oli pelumas dan mencegah masuknya
benda asing ke dalam bak penggerak akhir (final drive cases).
Perbandingan reduksi normal berada diantara 1/9 sampai 1/12 untuk
perbandingan reduksi yang lebih kecil dipergunakan sistem reduksi
tunggal (single reduction system). Untuk perbandingan reduksi yang
besar dipergunakan sistem reduksi ganda atau sistem roda gigi
planet. (Double reduction system or planetary gear system).

16
3.2.2 Jenis - jenis Final Drive

Berdasarkan jenisnya, final drive secara umum dibagi menjadi


beberapa bagian yaitu:
a. Single Reduction Drive Shaft.
Tipe ini menggunakan roda gigi lurus (spur gear) tenaga penggerak
dari steering clutch, disalurkan ke pinio melalui tromol rem (brake
drum) dan flange. Tenaga gerak kemudian disalurkan ke sebuah
sproket melalui pinion, rodsa gigi pemutar (drive gear) dan hub. Hub
yang dipress duduk poros penggerak akhir (final drive shaft).
b. Single Reduction Fixed Drive Shaft.
Jenis ini berputar dari steering clutch akan diteruskan oeh hub ke
pinion. Pinion akan berputar menggerakan gear melalui hub putaran
gear diteruskan ke sproket shaft dalam keadaan diam (fixed).
c. Double Reduction,.
Menggunakan tenaga penggerak yang berasal dari steering clutch
diteruskan melalui flange ke pinion shaft. Dari pinion shaft kemudian
diteruskan ke pinion, gear. Dari gear putaran diteruskan melalui final
drive hub ke sproket hub dan sproket.

3.3 Spesifikasi Exavator

Exavator Halla type He 220 LC meliputi beberapa bagian yang


memiliki ukuran dan fungsi berbeda-beda dan dapat dilihat pada tabel
dibawah ini;

17
Tabel 3.1 Boom/Stick Option (Hex) 1
No Deskription Specifikasi
1 Shipping Lenght of unit 32.65 ft.in
2 Shipping Height of unit 10.18 ft in
3 Max Cutting Height 31.96 ft in
4 Max Loading Height 21.74 ft in
5 Max Reach Along Ground 32.62 ft in
6 Max Digging Depth 22.74 ft in

Sumber: Data Lapangan

Tabel 3.2 Dimensions


No Deskription Specifikasi
1 Ground clearence 1.53 ft in
2 Height To Top Of Cab 9.64 ft in
3 Width To Outside Of Tracks 9.81 ft in
4 Length Of Track On Ground 11.95 ft in
5 Tail Swing Radius 9.65 ft in
6 Removal Counterweight Clearance 3.52 ft in

Sumber: Data Lapangan


Tabel 3.3 Engine
No Deskription Specifikasi
1 Number of Cylinder 6
2 Engine Make 2347
3 Engine Model B5.9C
4 Net Power 150.2 hp
5 Max Torque 427.8 lb ft
6 Displasement 359 cu in
7 Aspiration Turbocharged and
Aftercooled
8 Torque Measured 1600 rpm

Sumber: Data Lapangan


Tabel 3.4 Transmission
No Deskription Specifikasi
1 Number of Forward gear 4
2 Number of Reverse-Forwad 4
3 Max speed-Forward 18,1 mph
4 Max Speed-Forwad 18 mph

Sumber: Data Lapangan

18
Tabel 3.5 Oprasional
No Deskription Specifikasi
1 Operation Weight 46297.1 lb
2 Fuel Capacity 81.9 gal
3 Cooling System Fluid Capacity 8.3 gal
4 Hydraulic System Fluid Capacity 70.1 gal
5 Engine Oil Capacity 4.4 gal
6 Operation Voltage 24 V
7 Swing Drive Fluid Capacity 1.8 gal
8 Alternator Supplied Amperage 50 amps
9 Hydraulic System Relief Valve Pressure 4550 Psi
10 Hydraulic Pump Flow Capacity 121 gal/Min

Sumber: Data Lapangan

Tabel 3.6. Undercarriage


No Deskription Specifikasi
1 Track Gauge 7.85 ft in
2 Shoe Size 23.63 ft in
3 Max Travel Speed 3.55 mph
4 Drawbar Pull 4102762.86 lb
5 Number Of Carrier Rollers Per Side 2
6 Number Of Shoes Per Side 49
7 Number Of Track Rollers Per Side 9
8 Ground Pressure 6. psi

Sumber: Data Lapangan

Tabel 3.7 Swing Speed


No Deskription Specifikasi
1 Track Gauge 7.85 ft in

Sumber: Data Lapangan


Tabel 3.8 Buckets
No Deskription Specifikasi
1 Reference Bucket Capacity 1. 4 yd3

Sumber: Data Lapangan

19
3.4 Bagian Utama Excavator

Secara umum konstruksi excavator terdiri dari attachment, upper


structure, dan lower structure (undercarriage dan atau wheel) yang masing-
masing meliputi:
a. Attachment terdiri dari:
1) Boom adalah attachment yang menghubungkan base frame ke arm
dengan panjang tertentu untuk menjangkau jarak loading/unloading.
2) Arm adalah attachment yang menghubungkan boom ke bucket.
3) Bucket adalah attachment yang berhubungan langsung dengan
material pada saat loading
4) Track shoe adalah attachment yang berfungsi sebagai penggerak akhir
pada crawler excavator.
5) Cabin adalah attachment yang berfungsi sebagai tempat
sekaligus pelindung operator pada saat mengoperasikan excavator.
b. Upper Structure terdiri dari:
1) Cabin (untuk pusat operasional operator),
2) Mesin/engine,
3) Swing motor,
4) Counter weight, dan
5) Komponen lainnya diatas frame.
c. Undercarriage terdiri dari:
1) Track frame adalah komponen yang terdiri dari center frame,
crawler frame, front idler, sprocket, track rollers, carrier rollers
yang menjadi tumpuan operasional excavator.
2) Track Shoe adalah komponen yang berfungsi seperti roda pada
kendaraan, untuk menggerakan excavator.Untuk memperjelas
konstruksi excavator beserta bagian-bagiannya dapat dilihat pada
berikut:

20
Gambar 3.3 : Bagian-Bagian dari Excavator
Sumber: http://eprints.polsri.ac.id/

3.5 Poros

Poros adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap mein. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersamaan dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.

Gambar 3.4 Poros


Sumber: (Wikipedia)

21
3.5.1 Macam – macam Poros

Poros untuk meneruskan daya diklasifikasikan menurut


pembebanannya sebagai berikut.

a. Poros Transmisi, poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir
dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda
gigi, puli sabuk atau sproket rantai dan sebagainya.

Gambar 3.5 Poros Transmisi


Sumber: (Wikipedia)

b. Spindel, Merupakan poros transmisi yang relatif pendek, seperti


pada poros utama mein perkakas, dimana beban utamanya berupa
puntiran, disebut spindel. Syarat yang harus di penuhi oleh poros
ini adalah deformasinya harus kecil dan bentuk serta ukurannya
harus teliti.

Gambar 3.6 Poros Spindel


Sumber: (Wikipedia)

22
c. Gandar, merupakan poros yang dipasang di antara roda-roda kereta
barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang –
kadang tidak boleh berputar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika di gerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.

Gambar 3.7 Poros Gandar


Sumber: (Wikipedia)

Menurut bentuknya, poros dapat digolongkan atas poros lurus


umum, poros engkol sebagai poros utama dari mesin torak dll,
poros luwes untuk transmisi daya yang kecil agar dapat kebebasan
bagi perubahan arah dan lain–lain.

3.5.2 Bahan Kontruksi Mesin Untuk Poros

Pemilihan atas suatu bahan untuk suatu komponen merupakan


keputusan yang harus diperhatikan, sebagai contoh terjadi pemilihan
bahan poros. Poros untuk kontruksi mesin biasanya dibuat dari baja
batang yang difinis dingin. Baja karbon kontruksi mesin disebut bahan
S-C yang dihasilkan dari baja yang dioksidasikan dengan ferro silikon
dan di cor dengan kadar karbon yang terjamin.

23
Tabel 3.9 baja karbon untuk kontruksi mesin

Standar dan Lambang Perlakuan Kekuatan Keterangan


Macam Panas tarik
(kg/mm2)

Batang baja S35C-D - 53 Ditarik dingin


yang difinis S45C-D - 60 digerinda,
dingin S55C-D - 72 dibubut atau
gabungan
antara hal-hal
tersebut

Baja karbon S30C Penormalan 48


kontruksi S35C - 52
mesin S40C - 55
(JIS G 4501) S45C - 58
S50C - 62
S55C - 66

Sumber: (Sularso, 1997)


Tabel 3.10 baja paduan untuk poros.

Standar dan Lambang Perlakuan Panas Kekuatan Tarik


Macam (kg/mm2)
Baja khrom nikel SNC 2 - 85
(JIS G 4102) SNC 3 - 95
SNC 21 Pengerasan Kulit 80
SNC 22 “ 100
Baja khrom nikel SNCM 1 - 85
molibden (JIS G SNCM 2 - 95
4103) SNCM 7 - 100
SNCM 8 - 105
SNCM 22 Pengerasan Kulit 90
SNCM 23 “ 100
SNCM 25 “ 120

24
Baja khrom (JIS G SCr 3 - 90
4104) SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
SCr 21 Pengerasan Kulit 80
SCr 22 “ 85
Baja khrom SCM 2 - 85
molibden (JIS G SCM 3 - 95
4105) SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
SCM 21 Pengerasan Kulit 85
SCM 22 “ 95
SCM 23 “ 100
Sumber: (Sularso, 1997)

3.5.3 Faktor Koreksi Tumbukan Dan Faktor Lenturan

Faktor Sf1 suatu bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja
paduan diberi harga 6,0. Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros
tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh
konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga
harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruhini dalam
perhitungan perlu diambil factor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan
harga sebesar 1,3–3,0.Dari hal-hal diatas maka besarnya τα dapat
dihitung dengan [ τα = σβ/ (Sf1 x Sf2) ]

Faktor koreksi tumbukan yang ditinjau dari keadaan momen


puntir dinyatakan dengan Kt dengan harga 1,0–3,0. Faktor tersebut
ditinjau apakah poros dikenai beban secara halus, kejutan atau
tumbukan yang besar.

Meskipun dalam perkiraan sementara ditetapkan bahwa beban


hanya terdiri dari momen puntir saja, perlu ditinjau pula apakah ada
kemunkinan pemakaian beban lentur dimasa mendatang. Jika memang
diperkirakan akan terjadi pemakaian beban lentur maka dapat
dipertimbangkan pemakaian faktor Cb yang harganya antara 1,2 sampai
2,3. (Jika diperkirakan tidak akan terjadi pembebanan lentur maka Cb

25
diambil = 1,0).

Dari pernyataan diatas diperoleh rumus untuk menghitung


diameter poros ds (mm) sebagai berikut :

ds = [5,1/τβKt.Cb.T]1/3.

Setelah didapatkan diameter poros yang direncanakan kemudian


dilakukan perbandingan dengan diameter diameter poros mesin yang
sudah ada. Jika didapatkan nilai diameter poros yang direncanakan lebih
kecil nilainya dari diameter poros mesin yang sudah ada berarti dapat
disimpulkan bahwa: Diameter mesin baik untuk digunakan, dan tidak
perlu lakukan perhitungan diameter poros ulang. (Analisa Aritmatika)

Tabel 3.11 Diameter poros.


4 10 *22,4 40 100 *224 400
24 (105) 240
11 25 42 110 250 420
260 440
4,5 *11,2 28 45 *112 280 450
12 30 120 300 460
*31,5 48 *315 480
5 *12 32 50 125 320 500
130 340 530
35 55
*5,6 14 *35,5 56 140 *355 560
(15) 150 360
6 16 38 60 160 380 600
(17) 170
*6,3 18 63 180 630
19 190
20 200
22 65 220
7 70
*7,1 71
75
8 80
85
9 90
95

Sumber: (Sularso,1997)

26
Tabel 3.12 faktor – faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc

Daya yang akan ditransmisikan Fc

Daya rata-rata yang diperlukan 1,2-2,0

Daya maksimum yan diperlukan 0,8-1,2

Daya normal 1,0-1,5

Sumber: (Sularso, 1997)

3.6 Mekanisme Kerja Hidrolik pada Excavator

Sistem hidrolik adalah sistem penerusan daya dengan menggunakan


fluida cair. Minyak mineral adalah jenis fluida yang sering dipakai. Prinsip
dasar dari sistem hidrolik adalah memanfaatkan sifat bahwa zat cair tidak
mempunyai bentuk yang tetap, namun menyesuaikan dengan yang
ditempatinya. Zat cair bersifat inkompresibel, karena itu tekanan yang
diterima diteruskan ke segala arah secara merata.
Sistem hidrolik biasanya diaplikasikan untuk memperoleh gaya yang

lebih besar dari gaya awal yang dikeluarkan. Fluida penghantar ini dinaikkan

tekanannya oleh pompa yang kemudian diteruskan ke silinder kerja melalui

pipa-pipa saluran dan katup-katup. Gerakan translasi batang piston dari

silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder

dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun naik dan turun sesuai

dengan pemasangan silinder yaitu arah horizontal maupun vertical.

Prinsip dasar dari sistem hidrolik berasal dari hukum Pascal. Pada

dasarnya menyatakan dalam suatu bejana tertutup yang ujungnya

terdapat beberapa lubang yang sama maka akan dipancarkan kesegala arah

dengan tekanan dan jumlah aliran yang sama.

27
Mekanisme kerja pada excavator yang digerakkan secara hidraulik adalah:
a. Mesin Diesel memutar pompa yang kemudian mengalirkan fluida
hidraulik dari tangki ke dalam sistem dan kembali lagi ke tangki.
b. Komponen-komponen yang mendapat distribusi fluida hidraulik dan
pompa adalah bucket cylinder, arm cylinder, boom cylinder, swing motor
dan travel motor untuk menghasilkan suatu kondisi kerja tertentu.
Kondisi kerja excavator dibagi menjadi enam, yaitu:
1) Swing.
Pergerakan pada saat body dan attachment excavator berputar
sampai 360o. Sistem gerakan ini adalah dengan menggerakan lever
yang membuka katup pada control valves yang berisi fluida hydraulic
agar mengalir ke swing motor sehingga excavator akan berputar
dengan putaran tertentu.
2 ) Traveling Left Shoe.
Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan maju dan
gerakan mundur yang digerakan oleh katup yang ada di control valves.
Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi energi mekanis
melalui travel motor. Travel motor memutar sprocket selanjutnya
menggerakkan track shoe sehingga menghasilkan gerakan pada
excavator. Traveling left shoe merupakan gerakan track shoe yang
sebelah kiri.
3) Traveling Right Shoe
Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan
maju dan gerakan mundur yang digerakkan oleh katup yang ada di
control valves. Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi
energi mekanis melalui travel motor. Travel motor memutar sprocket
selanjutnya menggerakan track shoe sehingga menghasilkan gerakan
pada excavator. Traveling right shoe merupakan gerakan track shoe
yang sebelah kanan.
4) Boom (Raise-Down)
Pergerakan boom dilakukan oleh boom cylinder. Sistem gerakan ini

28
dilakukan dengan menggerakkan lever di ruang operator sehingga
katup boom raise dan katup boom down pada control valve yang
berhubungan dengan boom cylinder akan membuka. Boom akan
melakukan gerakan mengangkat jika katup boom raise terbuka
sedangkan katup boom down tertutup. Fluida akan mengalir dari katup
boom raise dan menekan piston dari cylinder boom sedangkan untuk
gerakan arm.
5) Arm (In-Out)
Pergerakan arm dilakukan oleh arm cylinder. Sistem gerakan ini diatur
oleh katup arm in dan katup arm out. Arm akan melakukan gerakan
rnengangkat jika katup arm out terbuka sedangkan katup arm in
tertutup. Fluida akan mengalir dari katup arm out dan menekan piston
arm cylinder. Sedangkan untuk gerakan arm turun, kondisi katup arm
in dan arm out berlaku sebaliknya.
6) Bucket (Crawl-Dump)
Pergerakan bucket dilakukan oleh bucket cylinder. Sistem gerakan ini
diatur oleh pergerakan katup bucket crawl dan katup bucket dump.
Bucket akan melakukan gerakan mengangkat (dump) jika katup bucket
dump terbuka sedangkan katup bucket crawl tertutup. Pada saat itu,
fluida akan mengalir dari katup bucket dump dan menekan piston
bucket cylinder. Sedangkan gerakan bucket menekuk (crawl) kondisi
katup bucket crawl dan katup bucket dump adalah sebaliknya.

3.7 Pengetian keausan

Sifat yang dimiliki oleh material terkadang membatasi kinerjanya.


Namun demikian, jarang sekali kinerja suatu material hanya ditentukan oleh
satu sifat, tetapi lebih kepada kombinasi dari beberapa sifat. Salah satu
contohnya adalah ketahanan aus (wear resistance) merupakan fungsi dari
beberapa sifat material (kekerasan, kekuatan, dan lain-lain).

29
Keausan dapat didefinisikan sebagai rusaknya permukaan padatan,
umumnya melibatkan kehilangan material yang progesif akibat adanya
gesekan antar permukaan padatan. Keausan merupakan hal yang biasa terjadi
pada setiap material yang mengalami gesekan dengan material lain. Keausan
bukan merupakan sifat dasar material, melainkan respon material
terhadap sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat mengalami
keausan disebabkan oleh mekanisme yang beragam. Akibat negatif yang
ditimbulkan adalah ketahanan (durability) dan kehandalan (reliability) dari
transmisi berkurang saat mengalami keausan.

3.7.1 Mekanisme Keausan

Dapat terjadi melalui empat macam mekanisme, berikut ini adalah


penjelasan dari masing - masing mekanisme keausan:
1. Keausan adesif (adhesive wear)
Keausan adesif terjadi bila kontak permukaan dari material atau lebih
mengakibatkan adanya perlekatan (adhesive) antara satu sama lain,
serta deformasi plastis dan pada akhirnya terjadi pengikatan (bonding)
permukaan material yang satu oleh yang lain.
2. Keausan Abrasif (Abrasive Wear)
Terjadi bila suatu partikel keras dari material tertentu meluncur pada
permukaan material lain yang lebih lunak sehingga terjadi penetrasi
atau pemotongan material yang lebih lunak.
3. Keausan Lelah (fatigue wear)
Keausan lelah merupakan mekanisme yang relatif berbeda
dibandingkan dengan dua mekanisme sebelumnya, yaitu dalam hal
interaksi permukaan. Baik keausan adesif maupun abrasif melibatkan
hanya satu interaksi, sementara pada keausan lelah dibutuhkan multi
interaksi.Keausan ini terjadi akibat interaksi permukaan dimana
permukaan yang mengalami beban berulang akan mengarah pada
pembentukan retak-retak mikro. Retak-retak mikro tersebut pada
akhirnya menyatu dan menghasilkan pengelupasan material. Jadi,

30
volume material yang hilang oleh keausan lelah bukanlah parameter
yang terlalu penting, tetapi yang lebih penting adalah umur material
setelah mengalami revolusi putaran atau waktu sebelum keausan lelah
muncul.
4.Keausan Korosif (corrosive wear)
Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material
di permukaan oleh factor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini
menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang
berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan
mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan
material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan
tercabut.

3.8 Pengambilan Data

Pengukuran pada Sun Gear


Tabel 3.13 Data Sun Gear
No Roda Gigi Ukuran (mm)
1 Jumlah Gigi Besar 10
2 Jumlah Gigi Kecil 21
3 Diameter Luar Lingkaran 196.61 mm
4 Diameter Luar Roda Gigi 212.90 mm
5 Jarak Antar Gigi Luar 184.77 mm
6 Lebar Gigi Luar 170.22 mm
7 Lebar Gigi Dalam 174.46 mm
8 Panjang Gigi Besar 210.36 mm
Sumber: Data Lapangan

Pengukuran pada Poros Sun Gear


Tabel 3.14 Data Poros Sun Gear
No Poros Ukuran (mm)

31
1 Diameter Luar 212.90 mm
2 Diameter Dalam 196.61 mm
3 Panjang Poros 262.85 mm
4 Tebal Poros 196.61mm

Sumber: Data Lapangan

32
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Komponen Dan Mekanisme Kerja Pada Sistem Final Drive

Prinsip kerja final drive sama dengan prinsip kerja pada transmisi,
dimana terdapat pengurangan kecepatan putar dan penambahan torsi
dengan cara memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada roda gigi.
Final drive dipasang melebar keluar dari badan unit setelah steering
clutch. Dalam operasinya, final drive dihadapkan Ngga tekanan
permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangan dan
benturan, sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk pemilihan
oli pelumas dan mencegah masuknya benda asing ke dalam final
drive. Final drive Planetary gear memiliki empat komponen dan
masing-masing mekanisme kerja.

4.1.1 Sun Gear

Sun gear terletak dipusat susunan,. Ini adalah gear terkecil


dalam susunan dan letaknya ditengah poros. Sun gear dapat
juga berupa rancangan spur atau helical gear, sun gear bertautan
dengan gigi pada pinion gear.
a. Cara kerja sun gear adalah sebagai penggerak atau
komponen input. Apabila sun gear beputar searah jarum
jam , maka gigi eksternal sun gear akan memutar planetary
pinion berlawanan arah dengan jarum jam pada shaft.
Apabila sun gear (penggerak) berputar beberapa kali untuk
menggerakan planetary carrier satu revolusi penuh maka
akan mereduksi putaran dengan hasil momen yang
besar.

33
Gambar 4.1 : Sun gear
Sumber: Dokumentasi Lapangan

4.1.2 Pinion Gear

Pinion gear adalah gear kecil yang disusun dalam


kerangka yang disebut planetary carrier. Dalam satu
planetary carrier terdiri beberapa pinion gear, tergantung
beban yang diperlukan, untuk unit Exavator Halla He 220 LC
memiliki tiga pinion gear.
a. Cara kerja Pinion gear adalah sebagai output karena Pinion gear
tersebut digerakan oleh Sun gear dan Pinion gear tersebut
mengelilingi porosnya (Sun gear). Apabila Sun gear berputar
searah jarum jam maka Pinion gear akan berputar melawan arah
jarum jam sedangkan posisi Planetary carrier berputar searah
putaran Sun gear atau searah putaran jarum jam dan dilingkari oleh
Ring gear. .

34
Gambar 4.2 : Pinion Gear
Sumber: Dokumentasi Lapangan

4.1.3 Planetary Carrier

Planetary carrier adalah sebuah kerangka untuk menyusun


Pinion gear, dalam satu Planetary carrier terdiri tiga Pinion gear.
Pada unit Exavator Halla He 220 LC , setelah Pinion gear disusun
pada Planetary carrier disebut sebagai satu kesatuan Unit gear.
a. Cara kerja Planetary carrier mengikuti putaran input dari Sun
gear searah jarum jam beda hal dengan Pinion gear yang
belawanan dengan arah jarum jam.

Gambar 4.3 : Planetary carrier


Sumber: https://www.dhgate.com

35
4.1.4 Ring Gear

Ring gear adalah sebuah gear yang berjarak jauh dari


poros pusat, ring gear berfungsi sebagai tuas terbesar pada
poros pusat.
a. Cara kerja ring gear dalam unit Exavator Halla He 220 LC Posisi
dari Ring gear tidak berputar atau bisa dikatakan ditahan, karena
dalam sistem Planetary gear, dalam keseluruhan bagian gear harus
ada salah satu posisi gear yang harus ditahan. Ring gear dalam
sistem ini sebagai jalur atau lingkaran perputaran dari Planetary
pinion gear.

Gambar 4.3 : Ring Gear


Sumber:www.google.com/gambar-ring-gear

4.2 Penyebab keausan yang terjadi pada Final Drive

Salah satu penyebab keausan pada final drive adalah disebabkan


kurangnya pelumas Final Drive pada saat dijalankan, dikarenakan O-Ring
Final Drive mengalami keausan sehingga pelumas merembes keluar.
Akibatnya komponen Planetary Gear mengalami keausan,gesekan yang
tinggi sehingga Planet Gear mengalami kerusakan.

36
a. Sistem Pelumasan
Pada differential sistem kerjanya yaitu secara makanis akan tetapi
dalam sistem ini menggunakan sistem pelumasan. Dimana pada saat
differential bekerja maka akan membutuhkan pelumas (oil) untuk
melumasi komponen - komponen yang bergesekan dan sebagai
pelapisan film pada komponen. Agar pelumasan pada seluruh
komponen differential terlumasi dengan baik, maka menggunakan
fluida sebagai perantaranya. Lubrication system terbagi menjadi 2
bagian, yaitu:
1) Splash system
Adalah sistem pelumasan yang menggunakan sitem
penyipratan terhadap komponen-komponen differential.
2) Force system
Adalah sistem pelumasan dengan menggunakan alur pelumasan
dengan aliran oli bertekanan dari pompa.

b. Oli Pelumas
Oli pelumas adalah merupakan zat fluida yang memiliki fungsi sebagai
berikut:
1) Membentuk lapisan minyak (film)
2) Sebagai pendingin (cooling)
3) Sebagai penyekat (saling)
4) Sebagai pembersih (cleaning)
5) Dan sebagai anti karat
Adapun sifat - sifat oli pelumas adalah sebagai berikut :
1) Tidak bisa dimampatkan
2) Mudah mengalir
3) Mempunya sifat fisika dan kimia yang stabil
4) Mempunyai sifat melumasi
5) Mencegah terjadinya karat pada komponen
6) Bersifat mudah menyesuaikan dengan tempat

37
7) Dan harus dapat memisahkan kotoran

c. Kekentalan Oli Pelumas


Kekentalan oli pelumas dinyatakan dengan angka (viscositas index).
Dimana semakin tinggi angkanya maka akan semakin tinggi kekentalan
oli tersebut. Contoh SAE 10, SAE 30, SAE 40 dan lain - lain. Adapun
oli pelumas yang digunakan pada sistem ini adalah SAE 30. Semakin
tinggi temperatur oli pelumas, maka akan semakin rendah tingkat
kekentalanya, dan begitu pula sebaliknya. Kekentalan oli juga dapat
berubah, tetapi perubahan tersebut tidaklah besar.

d. Kerusakan pada Oli Pelumas


Oli pelumas juga dapat mengalami kerusakan, dan penyebab
terjadinya kerusakan pada oli tersebut disebabkan oleh :
1) Kontaminasi
Kontaminasi adalah kerusakan pada oli yang disebabkan karena
adanya pengaruh dari luar oli tersebut, misalnya seperti debu,
lumpur dan lain sebagainya.
2) Deteriorasi
Deteriorasi adalah kerusakan pada oli yang disebabkan karena
pengaruh dari dalam oli tersebut, misalnya kekentalan oli yang sudah
tidak standar lagi.
Terjadinya kerusakan pada kualitas oli akan dapat menyebabkan
kerusakan pada komponen-komponen dan akan mengganggu sistem.

4.3 Penanggulangan Kerusakan Yang Terjadi Pada Final Drive

Jika berbicara tentang kerusakan, suatu alat lambat laun pasti akan
mengalami kerusakan tapi ada cara untuk memperpanjang umur pakai dari
suatu alat. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada Final Drive Planetary
Gear khususnya pada Exavator Halla He 220 LC maka operator harus
melakukan pemeriksaan harian pada komponen unit yang di operasikan salah

38
satunya yaitu pada Final Drive Planetary Gear terhadap kemungkinan
kerusakan O-Ring pada Final Drive yang menyebabkan oli merembes keluar
sehingga jumlah oli di dalam Final Drive Planetary Gear berkurang drastis,
selain itu melakukan perawatan berkala dengan mengganti oli Final Drive
setiap 1000 jam kerja.

4.3.1 Perawatan Front Final Drive Planetary Gear

Pekerjaan perawatan yang dilakukan pada Front Final Drive


Planetary Gear Exavator Halla He 220 LC yaitu terdiri dari perawatan
preventif (Preventive maintenance) dan perawatan prediktif (Prediktif
Maintenance).
a. Perawatan Preventif (Preventive maintenance)
Perawatan preventif merupakan pekerjaan perawatan yang
bertujuan untuk mencegah terjadinya kerusakan atau cara perawatan
yang direncanakan untuk pencegahan. Dalam melakukan perawatan
preventif pada komponen Front Final Drive Planetary Gear yaitu
melakukan pergantian pelumas Planetary Gear setiap unit mencapai
1000 jam kerja.
b. Perawatan Prediktif (Prediktif Maintenance)
Perawatan prediktif juga merupakan bagian perawatan Preventif.
perawatan prediktif ini dapat diartikan sebagai perawatan yang
mana perawatannya didasarkan atas kondisi komponen itu sendiri.
Untuk menentukan kondisi dari Front Final Drive Planetary Gear
maka dilakukan pemeriksaan atau monitoring. Jika terdapat tanda
gejala kerusakan segera diadakan tindakan perbaikan untuk
mencegah kerusakan lebih lanjut. Jika tidak terdapat gejala
kerusakan, monitoring terus dilanjutkan setiap harinya supaya jika
terjadi gejala kerusakan segera diketahui sedini mungkin. Perawatan
prediktif disebut juga sebagai perawatan berdasarkan kondisi atau
Condition Based Maintenance.

39
Adapun kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya gangguan Front Final Drive Planetary Gear Exavator
Halla He 220 LC yaitu:
1) Melalui Pendengaran
Mengendarai unit dengan gerakan maju mundur pada unit yang
dioperasikan, hasil dari pengamatan yaitu terdapat suara berisik
pada Front Final Drive Planetary Gear dibagian roda kanan yang
berarti terdapat masalah pada Planetary Gear saat meneruskan
tenaga dari gardan untuk menggerakkan roda.

2) Melalui Penglihatan
Pemeriksaan dengan melihat secara langsung pada Front Final
Drive Planetary Gear yang diketahui mengalami masalah, hasil dari
pengamatan yaitu oli Planetary Gear terlihat merembes keluar
melalui celah Final Drive yang berarti kemungkinan terjadinya
kerusakan pada O- Ring Final Drive.

40
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Dari data hasil analisa keausan poros motor Final Drive pada excavator
Halla He 220 LC, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prinsip kerja final drive sama dengan prinsip kerja pada transmisi, dimana
terdapat pengurangan kecepatan putar dan penambahan torsi dengan cara
memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada roda gigi. Final drive dipasang
melebar keluar dari badan unit setelah steering clutch. Dalam operasinya,
final drive dihadapkan dengan tekanan permukaan yang besar disebabkan
oleh beban goncangan dan benturan, sehingga memerlukan perhatian yang
lebih untuk pemilihan oli pelumas dan mencegah masuknya benda asing
ke dalam final drive.
b. Salah satu penyebab keausan pada final drive adalah disebabkan oleh
kurangnya pelumas Final Drive pada saat dijalankan, dikarenakan O-Ring
Final Drive mengalami keausan sehingga pelumas merembes keluar.
c. Salah satu cara penanggulangan kerusakaan yang sering terjadi pada Final
Drive adalah operator harus melakukan pemeriksaan harian pada
komponen unit yang di operasikan salah satunya yaitu pada Final Drive
Planetary Gear terhadap kemungkinan kerusakan O-Ring pada Final Drive
yang menyebabkan oli merembes keluar sehingga jumlah oli di dalam
Final Drive Planetary Gear berkurang drastis.

5.2 Saran

a. Perawatan (maintenance) harus lebih diperhatikan dan sesuai jadwal


untuk mengurangi resiko kerusakan pada komponen.
b. Operator harus lebih memperhatikan dalam mengoperasikan unit,
khususnya ketika mengubah laju unit ketika maju atau mundur.

41
c. Melakukan daily check secara menyeluruh, untuk meminimalisir
kerusakan yang terjadi pada final drive maupun kerusakan komponen
lainnya.

42

Anda mungkin juga menyukai