FULL Bab (17520037)
FULL Bab (17520037)
PENDAHULUAN
1
perpindahan bahan dari permukaannya ke bagian yang lain atau
bergeraknya bahan pada suatu permukaan. Keausan yang terjadi pada
suatu material disebabkan oleh adanya beberapa mekanisme yang berbeda
dan terbentuk oleh beberapa parameter yang bervariasi meliputi bahan,
lingkungan, kondisi operasi, dan geometri permukaan benda yang
terjadi keausan. Mekanisme keausan dikelompokkan menjadi dua kelompok,
yaitu keausan yang penyebabnya didominasi oleh perilaku mekanis dari
bahan dan keausan yang penyebabnya didominasi oleh perilaku kimia dari
bahan.
Poros adalah elemen mesin yang berbentuk batang dan umumnya
berpenampang lingkaran, berfungsi untuk memindahkan putaran atau
mendukung sesuatu beban dengan atau tanpa meneruskan daya. Beban yang
didukung oleh poros pada umumnya adalah roda gigi, roda daya (fly wheel),
roda ban (pulley), roda gesek, dan lain lain. poros hampir terdapat pada setiap
konstruksi mesin dengan fungsi yang berbeda beda.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis mengambil judul
laporan kerja praktek dengan judul “Analisa Keausan Poros Motor Final
Drive Pada Excavator Halla He 220 LC”.
1.3 Tujuan
2
B. Dapat mengetahui penyebab keausan yang terjadi pada Final Drive
Excavator.
C. Dapat mengatahui cara penanggulangan kerusakan yang terjadi pada Final
Drive Excavator.
1.4 Metodologi
3
2. Permasalahan yang diangkat pada penelitian ini hanya pada Poros Motor
Final Drive pada alat Excavator.
3. Excavator yang diteliti dalam laporan kerja praktek ini adalah type Halla
He 220 LC
1.6 Manfaat
1. Bagi Mahasiswa
a. Membantu memberikan ilmu dan pengetahuan serta keterampilan
kepada setiap mahasiswa tentang kondisi yang terdapat di lapangan
kerja secara nyata.
b. Membuka wawasan setiap mahasiswa dan mendapatkan pengetahuan
melalui praktek di lapangan.
c. Perwujudan program keterkaitan dan kesetaraan antara dunia
pendidikan dan dunia industri/kerja.
d. Menjadi tempat bagi mahasiswa untuk mengembangkan minat dan
bakat.
2. Bagi Perusahaan
a. Dapat saling bertukar informasi tentang perkembangan informasi
antara institusi pengguna teknologi dengan lembaga perguruan tinggi.
b. Membantu menyeimbangkan informasi perkembangan teknologi
kepada para peserta kerja praktek yang nantinya akan meningkatkan
kualitas tenaga kerja profesional.
c. Para peserta kerja praktek dapat membantu melaksanakan pekerjaan
operasional yang rutin dilaksanakan maupun memecahkan
permasalahan yang sering dihadapi.
d. Secara khusus membantu mempersiapkan mahasiswa Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Metro sebagai
tenaga kerja profesional yang siap pakai untuk PT. Sinar Pematang
Mulia II.
4
3. Bagi Jurusan
Meyesuaikan ilmu yang didapat pada perkuliahan dengan lapangan
pada saat kerja praktek, agar kurikulum dapat dikembangkan sesuai
dengan kebutuhan industri.
5
BAB II
PROFIL PERUSAHAAN
6
secara de facto dan de jure, maka PT. Sinar Pematang Mulia II resmi
didirikan. PT. Sinar Pematang Mulia II berlokasi di jalan lintas timur,
kampung Mataram Udik, kecamatan Bandar Mataram, Kabupaten
Lampung Tengah.
A. Visi
1) Meningkatkan produktivitas produksi dengan mengacu pada pola
kemitraan dengan petani singkong.
2) Meningkatkan kesejahteraan karyawan melalui koperasi unit
usahanya.
3) Meningkatkan kesinambungan perusahaan dengan masyarakat lokasi
pabrik.
B. Misi
1) Memberikan kualitas yang terbaik untuk para pelanggan (Customer).
2) Menjadi perusahaan yang kompeten dan berkualitas untuk menjamin
mutu tepung tapioka PT. SPM standar dunia.
3) Memperluas pemasaran ke level internasional.
7
2.2 Struktur Organisasi PT. Sinar Pematang Mulia II
Direktur Utama
FAKTORY MANAGER
8
Proses produksi tepung tapioka melalui tahap berikut:
a. Tahap pengupasan dan pencucian
Singkong segar dimasukkan kedalam alat pembersih yang
berbentuk bak besar kemudian singkong diputar oleh sebuah alat sehingga
singkong dan kotoran terpisah dan proses pengupas kulit singkong
menggunakan mesin pemarut yang bertujuan untuk memisahkan singkong
dari kulitnya dan kotoran-kotoran yang melekat dikulit singkong.
Biasanya jenis singkong yang akan digunakan salah satunya singkong
jenis kasesat dan tailand karena jenis singkong tersebut mengandung kadar
aci yang tinggi.
9
Gambar 2.4 Proses Pemotongan
Sumber: Dokumentasi Lapangan
c. Tahap pemerasan
Tahap pemerasan bertujuan untuk memisahkan cairan yang
mengandung Pati dengan ampas. Bubur singkong diletakkan diatas
saringan yang digerakkan dengan mesin. Cairan Pati yang dihasilkan
ditampung ke dalam pengendapan yang terbuat dari keramik. Pada tahap
ini didapatkan ampas singkong yang disebut onggok.
10
d. Tahap pengendapan
Proses pengendapan bertujuan untuk memisahkan pati murni dari
zat pengotor lainnya. Pada proses pengendapan ini akan terdapat butiran
patiter masuk protein, lemak, dan komponen lain yang stabil dan
kompleks.Butiran pati yang akan diperoleh berukuran sekitar 4-24 mikron
(1 mikron =0,001 mm). Butiran pati harus segera diendapkan, kecepatan
pengendapan sangat ditentukan oleh besarnya butiran pati, keasaman air
rendaman danjumlah kandungan proteinnya.
11
f. Tahap pengemasan
Produk yang dihasilkan dari proses pengayakan berupa tepung
tapioka kemudian dikemas dengan menggunakan karung yang terbuat dari
nilon. Tepung tapioka yang telah dikemas disimpan dalam gudang,
kemudian tepung tapioka dipasarkan ke berbagai tempat.
Dalam proses produksi tepung tapioka seperti diuraikan di atas terdapat tiga
jenis limbah, yaitu:
a. Kulit singkong, limbah yang dihasilkan dari proses pengupasan yang dapat
dimanfaatkan untuk bahan pakan ternak dan kompos oleh penduduk
sekitarnya.
b. Ampas singkong (onggok) merupakan ampas basah hasil pemisahan
dengan pati limbah ini ada dua jenis yaitu onggok kering dan basah,
Ampas ini dapat dimanfaatkan untuk pakan ternak dan di jemur oleh
warga sekitar yang akan di jual kembali untuk digunakan contohnya bahan
makanan, obat anti nyamuk bakar, dan lem.
12
c. Limbah cair, yang harus diolah terlebih dahulu agar tidak mengakibatkan
pencemaran lingkungan. Limbah cair ini juga bisa dimanfaatkan sebagai
bio gas untuk bahan bakar.
13
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
14
3.1.1 Fungsi Excavator
Final Drive adalah susunan roda gigi yang biasanya berupa satu set roda
gigi lurus dan atau satu set roda gigi planet (planetary gear) sebagai roda gigi
penggerak akhir yang berfungsi untuk mereduksi putaran dan meningkatkan
torsi unit, seperti pada bulldozer, dump truck, wheel loader, dan lain-lain.
15
Gambar 3.2 : Prinsip dasar final drive
Sumber: (www.google.com/bagian-bagian-final-drive)
16
3.2.2 Jenis - jenis Final Drive
17
Tabel 3.1 Boom/Stick Option (Hex) 1
No Deskription Specifikasi
1 Shipping Lenght of unit 32.65 ft.in
2 Shipping Height of unit 10.18 ft in
3 Max Cutting Height 31.96 ft in
4 Max Loading Height 21.74 ft in
5 Max Reach Along Ground 32.62 ft in
6 Max Digging Depth 22.74 ft in
18
Tabel 3.5 Oprasional
No Deskription Specifikasi
1 Operation Weight 46297.1 lb
2 Fuel Capacity 81.9 gal
3 Cooling System Fluid Capacity 8.3 gal
4 Hydraulic System Fluid Capacity 70.1 gal
5 Engine Oil Capacity 4.4 gal
6 Operation Voltage 24 V
7 Swing Drive Fluid Capacity 1.8 gal
8 Alternator Supplied Amperage 50 amps
9 Hydraulic System Relief Valve Pressure 4550 Psi
10 Hydraulic Pump Flow Capacity 121 gal/Min
19
3.4 Bagian Utama Excavator
20
Gambar 3.3 : Bagian-Bagian dari Excavator
Sumber: http://eprints.polsri.ac.id/
3.5 Poros
Poros adalah salah satu bagian yang terpenting dari setiap mein. Hampir
semua mesin meneruskan tenaga bersamaan dengan putaran. Peranan utama
dalam transmisi seperti itu dipegang oleh poros.
21
3.5.1 Macam – macam Poros
a. Poros Transmisi, poros ini mendapat beban puntir murni atau puntir
dan lentur. Daya ditransmisikan kepada poros melalui kopling, roda
gigi, puli sabuk atau sproket rantai dan sebagainya.
22
c. Gandar, merupakan poros yang dipasang di antara roda-roda kereta
barang, dimana tidak mendapat beban puntir, bahkan kadang –
kadang tidak boleh berputar. Gandar ini hanya mendapat beban
lentur, kecuali jika di gerakkan oleh penggerak mula dimana akan
mengalami beban puntir juga.
23
Tabel 3.9 baja karbon untuk kontruksi mesin
24
Baja khrom (JIS G SCr 3 - 90
4104) SCr 4 - 95
SCr 5 - 100
SCr 21 Pengerasan Kulit 80
SCr 22 “ 85
Baja khrom SCM 2 - 85
molibden (JIS G SCM 3 - 95
4105) SCM 4 - 100
SCM 5 - 105
SCM 21 Pengerasan Kulit 85
SCM 22 “ 95
SCM 23 “ 100
Sumber: (Sularso, 1997)
Faktor Sf1 suatu bahan S-C dengan pengaruh massa, dan baja
paduan diberi harga 6,0. Selanjutnya perlu ditinjau apakah poros
tersebut akan diberi alur pasak atau dibuat bertangga, karena pengaruh
konsentrasi tegangan cukup besar. Pengaruh kekasaran permukaan juga
harus diperhatikan. Untuk memasukkan pengaruh-pengaruhini dalam
perhitungan perlu diambil factor yang dinyatakan sebagai Sf2 dengan
harga sebesar 1,3–3,0.Dari hal-hal diatas maka besarnya τα dapat
dihitung dengan [ τα = σβ/ (Sf1 x Sf2) ]
25
diambil = 1,0).
ds = [5,1/τβKt.Cb.T]1/3.
Sumber: (Sularso,1997)
26
Tabel 3.12 faktor – faktor koreksi daya yang akan ditransmisikan, fc
lebih besar dari gaya awal yang dikeluarkan. Fluida penghantar ini dinaikkan
silinder kerja yang diakibatkan oleh tekanan fluida pada ruang silinder
dimanfaatkan untuk gerak maju dan mundur maupun naik dan turun sesuai
Prinsip dasar dari sistem hidrolik berasal dari hukum Pascal. Pada
terdapat beberapa lubang yang sama maka akan dipancarkan kesegala arah
27
Mekanisme kerja pada excavator yang digerakkan secara hidraulik adalah:
a. Mesin Diesel memutar pompa yang kemudian mengalirkan fluida
hidraulik dari tangki ke dalam sistem dan kembali lagi ke tangki.
b. Komponen-komponen yang mendapat distribusi fluida hidraulik dan
pompa adalah bucket cylinder, arm cylinder, boom cylinder, swing motor
dan travel motor untuk menghasilkan suatu kondisi kerja tertentu.
Kondisi kerja excavator dibagi menjadi enam, yaitu:
1) Swing.
Pergerakan pada saat body dan attachment excavator berputar
sampai 360o. Sistem gerakan ini adalah dengan menggerakan lever
yang membuka katup pada control valves yang berisi fluida hydraulic
agar mengalir ke swing motor sehingga excavator akan berputar
dengan putaran tertentu.
2 ) Traveling Left Shoe.
Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan maju dan
gerakan mundur yang digerakan oleh katup yang ada di control valves.
Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi energi mekanis
melalui travel motor. Travel motor memutar sprocket selanjutnya
menggerakkan track shoe sehingga menghasilkan gerakan pada
excavator. Traveling left shoe merupakan gerakan track shoe yang
sebelah kiri.
3) Traveling Right Shoe
Pergerakan ini dibagi menjadi dua gerakan yaitu gerakan
maju dan gerakan mundur yang digerakkan oleh katup yang ada di
control valves. Energi hidraulik dari pompa akan diubah lagi menjadi
energi mekanis melalui travel motor. Travel motor memutar sprocket
selanjutnya menggerakan track shoe sehingga menghasilkan gerakan
pada excavator. Traveling right shoe merupakan gerakan track shoe
yang sebelah kanan.
4) Boom (Raise-Down)
Pergerakan boom dilakukan oleh boom cylinder. Sistem gerakan ini
28
dilakukan dengan menggerakkan lever di ruang operator sehingga
katup boom raise dan katup boom down pada control valve yang
berhubungan dengan boom cylinder akan membuka. Boom akan
melakukan gerakan mengangkat jika katup boom raise terbuka
sedangkan katup boom down tertutup. Fluida akan mengalir dari katup
boom raise dan menekan piston dari cylinder boom sedangkan untuk
gerakan arm.
5) Arm (In-Out)
Pergerakan arm dilakukan oleh arm cylinder. Sistem gerakan ini diatur
oleh katup arm in dan katup arm out. Arm akan melakukan gerakan
rnengangkat jika katup arm out terbuka sedangkan katup arm in
tertutup. Fluida akan mengalir dari katup arm out dan menekan piston
arm cylinder. Sedangkan untuk gerakan arm turun, kondisi katup arm
in dan arm out berlaku sebaliknya.
6) Bucket (Crawl-Dump)
Pergerakan bucket dilakukan oleh bucket cylinder. Sistem gerakan ini
diatur oleh pergerakan katup bucket crawl dan katup bucket dump.
Bucket akan melakukan gerakan mengangkat (dump) jika katup bucket
dump terbuka sedangkan katup bucket crawl tertutup. Pada saat itu,
fluida akan mengalir dari katup bucket dump dan menekan piston
bucket cylinder. Sedangkan gerakan bucket menekuk (crawl) kondisi
katup bucket crawl dan katup bucket dump adalah sebaliknya.
29
Keausan dapat didefinisikan sebagai rusaknya permukaan padatan,
umumnya melibatkan kehilangan material yang progesif akibat adanya
gesekan antar permukaan padatan. Keausan merupakan hal yang biasa terjadi
pada setiap material yang mengalami gesekan dengan material lain. Keausan
bukan merupakan sifat dasar material, melainkan respon material
terhadap sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat mengalami
keausan disebabkan oleh mekanisme yang beragam. Akibat negatif yang
ditimbulkan adalah ketahanan (durability) dan kehandalan (reliability) dari
transmisi berkurang saat mengalami keausan.
30
volume material yang hilang oleh keausan lelah bukanlah parameter
yang terlalu penting, tetapi yang lebih penting adalah umur material
setelah mengalami revolusi putaran atau waktu sebelum keausan lelah
muncul.
4.Keausan Korosif (corrosive wear)
Proses kerusakan dimulai dengan adanya perubahan kimiawi material
di permukaan oleh factor lingkungan. Kontak dengan lingkungan ini
menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang
berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material akan
mengarah kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan
material induk dan akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan
tercabut.
31
1 Diameter Luar 212.90 mm
2 Diameter Dalam 196.61 mm
3 Panjang Poros 262.85 mm
4 Tebal Poros 196.61mm
32
BAB IV
PEMBAHASAN
Prinsip kerja final drive sama dengan prinsip kerja pada transmisi,
dimana terdapat pengurangan kecepatan putar dan penambahan torsi
dengan cara memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada roda gigi.
Final drive dipasang melebar keluar dari badan unit setelah steering
clutch. Dalam operasinya, final drive dihadapkan Ngga tekanan
permukaan yang besar disebabkan oleh beban goncangan dan
benturan, sehingga memerlukan perhatian yang lebih untuk pemilihan
oli pelumas dan mencegah masuknya benda asing ke dalam final
drive. Final drive Planetary gear memiliki empat komponen dan
masing-masing mekanisme kerja.
33
Gambar 4.1 : Sun gear
Sumber: Dokumentasi Lapangan
34
Gambar 4.2 : Pinion Gear
Sumber: Dokumentasi Lapangan
35
4.1.4 Ring Gear
36
a. Sistem Pelumasan
Pada differential sistem kerjanya yaitu secara makanis akan tetapi
dalam sistem ini menggunakan sistem pelumasan. Dimana pada saat
differential bekerja maka akan membutuhkan pelumas (oil) untuk
melumasi komponen - komponen yang bergesekan dan sebagai
pelapisan film pada komponen. Agar pelumasan pada seluruh
komponen differential terlumasi dengan baik, maka menggunakan
fluida sebagai perantaranya. Lubrication system terbagi menjadi 2
bagian, yaitu:
1) Splash system
Adalah sistem pelumasan yang menggunakan sitem
penyipratan terhadap komponen-komponen differential.
2) Force system
Adalah sistem pelumasan dengan menggunakan alur pelumasan
dengan aliran oli bertekanan dari pompa.
b. Oli Pelumas
Oli pelumas adalah merupakan zat fluida yang memiliki fungsi sebagai
berikut:
1) Membentuk lapisan minyak (film)
2) Sebagai pendingin (cooling)
3) Sebagai penyekat (saling)
4) Sebagai pembersih (cleaning)
5) Dan sebagai anti karat
Adapun sifat - sifat oli pelumas adalah sebagai berikut :
1) Tidak bisa dimampatkan
2) Mudah mengalir
3) Mempunya sifat fisika dan kimia yang stabil
4) Mempunyai sifat melumasi
5) Mencegah terjadinya karat pada komponen
6) Bersifat mudah menyesuaikan dengan tempat
37
7) Dan harus dapat memisahkan kotoran
Jika berbicara tentang kerusakan, suatu alat lambat laun pasti akan
mengalami kerusakan tapi ada cara untuk memperpanjang umur pakai dari
suatu alat. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada Final Drive Planetary
Gear khususnya pada Exavator Halla He 220 LC maka operator harus
melakukan pemeriksaan harian pada komponen unit yang di operasikan salah
38
satunya yaitu pada Final Drive Planetary Gear terhadap kemungkinan
kerusakan O-Ring pada Final Drive yang menyebabkan oli merembes keluar
sehingga jumlah oli di dalam Final Drive Planetary Gear berkurang drastis,
selain itu melakukan perawatan berkala dengan mengganti oli Final Drive
setiap 1000 jam kerja.
39
Adapun kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk mengetahui
terjadinya gangguan Front Final Drive Planetary Gear Exavator
Halla He 220 LC yaitu:
1) Melalui Pendengaran
Mengendarai unit dengan gerakan maju mundur pada unit yang
dioperasikan, hasil dari pengamatan yaitu terdapat suara berisik
pada Front Final Drive Planetary Gear dibagian roda kanan yang
berarti terdapat masalah pada Planetary Gear saat meneruskan
tenaga dari gardan untuk menggerakkan roda.
2) Melalui Penglihatan
Pemeriksaan dengan melihat secara langsung pada Front Final
Drive Planetary Gear yang diketahui mengalami masalah, hasil dari
pengamatan yaitu oli Planetary Gear terlihat merembes keluar
melalui celah Final Drive yang berarti kemungkinan terjadinya
kerusakan pada O- Ring Final Drive.
40
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari data hasil analisa keausan poros motor Final Drive pada excavator
Halla He 220 LC, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
a. Prinsip kerja final drive sama dengan prinsip kerja pada transmisi, dimana
terdapat pengurangan kecepatan putar dan penambahan torsi dengan cara
memanfaatkan perbedaan jumlah gigi pada roda gigi. Final drive dipasang
melebar keluar dari badan unit setelah steering clutch. Dalam operasinya,
final drive dihadapkan dengan tekanan permukaan yang besar disebabkan
oleh beban goncangan dan benturan, sehingga memerlukan perhatian yang
lebih untuk pemilihan oli pelumas dan mencegah masuknya benda asing
ke dalam final drive.
b. Salah satu penyebab keausan pada final drive adalah disebabkan oleh
kurangnya pelumas Final Drive pada saat dijalankan, dikarenakan O-Ring
Final Drive mengalami keausan sehingga pelumas merembes keluar.
c. Salah satu cara penanggulangan kerusakaan yang sering terjadi pada Final
Drive adalah operator harus melakukan pemeriksaan harian pada
komponen unit yang di operasikan salah satunya yaitu pada Final Drive
Planetary Gear terhadap kemungkinan kerusakan O-Ring pada Final Drive
yang menyebabkan oli merembes keluar sehingga jumlah oli di dalam
Final Drive Planetary Gear berkurang drastis.
5.2 Saran
41
c. Melakukan daily check secara menyeluruh, untuk meminimalisir
kerusakan yang terjadi pada final drive maupun kerusakan komponen
lainnya.
42