Misalkan adalah tinggi menara, adalah jarak antara menara dan dataran di
seberangnya, dan adalah panjang tali flying fox yang diperlukan. Dengan teorema
Pythagoras, kita dapat:
Karena panjang selalu bernilai positif, kita ambil . Jadi, panjang tali yang
diperlukan pak Made adalah 50 m.
Keliatannya simpel yah. Tapi perhitungan jarak pada hubungan sisi-sisi segitiga ini
pastinya banyak kita temukan di berbagai aspek kehidupan. Oleh karenanya, teorema
Pythagoras menjadi fondasi trigonometri. Teorema Pythagoras menjadi dasar
perhitungan buat teorema-teorema lain di matematika, khususnya trigonometri. Dan
tanpa trigonometri, kita tidak akan punya banyak hal yang membentuk peradaban
manusia sekarang. Tanpa trigonometri, tidak akan ada sains, arsitektur, ilmu kelautan,
astronomi, bahkan ga akan ada tuh rumah, mobil, komputer, dan berbagai teknologi
modern yang kita nikmati sekarang.
Nah, ada beberapa cerita menarik di balik sebuah teorema sederhana yang
membangun peradaban kita ini. Ternyata eh ternyata:
Oke, pada artikel ini gue akan bercerita tentang seluk-beluk teorema Pythagoras.
Bagaimana teorema ini bisa dinamai Pythagoras? Bagaimana pula perkembangannya
dari awal hingga versi yang kita sering pake di masa sekarang? Buat lu yang ngakunya
pecinta Matematika, lu wajib banget baca artikel ini sampe habis. Artikel ini juga sangat
gue rekomendasikan buat lu yang lagi melatih skill pembuktian rumus. Langsung aja
ya.
Gimana Ceritanya Teorema ini Dinamakan
Pythagoras?
Kita kenalan dulu deh ya dengan sosok Pythagoras. Pythagoras dilahirkan di sebuah
pulau bernama Samos, sebuah pulau di Yunani pada tahun 570 Sebelum Masehi.
Selama hidupnya, dia suka berkelana ke berbagai macam tempat, seperti Mesir dan
Babilonia. Selama perjalanannya, dia mengumpulkan ilmu dari peradaban tempat dia
berkunjung. Kemudian, dia mulai menetap di Crotone, Italia. Di sinilah Pythagoras
mendirikan suatu gerakan atau sekolah bernama Pythagorean. Di sekolahnya ini,
Pythagoras mengajarkan para pengikutnya bahwa segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini bisa dinyatakan dalam bilangan-bilangan. Karena itu, Pythagoras dan para
pengikutnya sangat memuja angka dan rasio-rasio yang bisa dinyatakan dengan
bilangan tersebut.
Di sekolah yang dia dirikan ini, dia mulai mengutak-atik ilmu yang dia kumpulkan saat
dia berkelana, salah satunya adalah pengetahuan tentang relasi antar sisi-sisi segitiga
siku-siku. Berdasarkan catatan sejarah, orang-orang di peradaban Babilonia, Mesir,
India, bahkan Cina kuno ternyata sudah memiliki pemahaman tentang relasi antar sisi-
sisi segitiga siku-siku beberapa ribu tahun sebelum Pythagoras lahir. Salah satu bukti
sejarah adalah tablet milik peradaban Babilonia. Pada tablet ini, tertulis banyak
kombinasi 3 angka yang memenuhi syarat teorema Pythagoras atau sekarang kita
sebut juga sebagai Pythagorean triple. Coba pikir, gimana caranya peradaban kuno
tersebut bisa membangun bangunan, seperti piramida, kalo bukan pake pengetahuan
relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku?
Terus kenapa malah Pythagoras yang mendapatkan “penghargaan” dan
namanya dipake untuk menamai perhitungan relasi antar segitiga siku-siku?
Pythagoras mendapat kredit/penghargaan atas teorema ini karena dia dianggap
sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradaban Yunani yang
selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya. Pythagoras juga diusung
sebagai yang pertama kali berhasil mendokumentasikan serta membuktikan teorema
ini secara sistematis. Saking senengnya doi ketika berhasil membuktikan perhitungan
ini, menurut legenda, Pythagoras sampe mengorbankan 100 ekor sapi! Sejak saat itu,
pengetahuan relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku disebut sebagai Teorema
Pythagoras.
Sekarang, kita ingin mengatur letak segitiga siku-sikunya sedemikian rupa sehingga kita
mendapatkan dua buah persegi dengan sisi-sisi dan sisi-sisi . Caranya adalah, kita
geser segitiga siku-siku berwarna hijau tua dari kanan bawah ke kiri atas sehingga dia
menempel segitiga siku-siku berwarna biru muda. Kemudian, kita geser pula segitiga
siku-siku berwarna biru tua dari kiri ke kanan dan segitiga siku-siku berwarna hijau
muda dari atas ke bawah sedemikian rupa sehingga keduanya saling menempel. Dari
proses tersebut, kita mendapatkan gambar sebagai berikut:
Supaya melihatnya lebih enak, coba kita bandingkan kedua gambar persegi di atas
menjadi seperti ini:
Dari gambar gabungan kedua persegi diatas, terlihat bahwa kita hanya menggeser
segitiga siku-siku berwarna biru tua, hijau tua, dan hijau muda. Itu berarti, luas persegi
luar dengan sisi baik sebelum maupun sesudah pergeseran segitiga siku-siku
adalah sama besar. Secara matematis, kita bisa bilang bahwa:
Pythagoras menafsirkan teorema ini sebagai relasi antar LUAS PERSEGI atau bujur sangkar
yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga siku-siku. Gambarnya kira-kira seperti ini:
Sumber: blogspot
Jadi, pernyataan teorema Pythagoras berdasarkan interpretasi Pythagoras adalah
sebagai berikut:
Dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari masing-masing persegi yang terbentuk
dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan luas dari persegi yang terbentuk dari
sisi miringnya.
Dari sini aja udah keliatan banget bedanya. Secara matematis, dalam suatu segitiga
siku-siku seperti gambar yang kedua, persamaan ini berlaku:
di mana:
Nah, itu adalah bilangan irasional. Jangankan alat bantu hitung seperti kalkulator,
simbol akar kuadrat aja belum ada pada jaman itu. Simbol akar kuadrat pertama kali
diperkenalkan oleh Christoph Rudolff pada tahun 1525 (2000 tahun lebih setelah
Pythagoras lahir). Jadi, Pythagoras hanya bisa menafsirkan kuantitas bilangan irasional
seperti dalam geometri saja, yaitu sebagai segmen garis yang terbentuk dari
segitiga siku-siku sama kaki. Doi ga tau nilai sesungguhnya dari .
By the way, kalau mau tahu lebih banyak tentang apa itu bilangan rasional, irasional,
real, imajiner, dan lain-lain, lo bisa tonton video Wisnu di sini (video no 2).
Asumsikan bahwa dan adalah bilangan bulat (bilangan negatif, positif, atau
nol), di mana .
Trus, asumsikan juga bahwa dan TIDAK memiliki faktor persekutuan atau
kelipatan yang sama supaya pecahan merupakan pecahan dalam bentuk yang
paling sederhana untuk memenuhi persamaan di atas. Jika dan memiliki faktor
persekutuan, kita bisa membagi dan dengan faktor persekutuan tersebut
sehingga pecahan menjadi pecahan dalam bentuk yang paling sederhana. Kalo
misalnya dan , mereka punya faktor persekutuan dong, . Nah,
ini ga boleh ya. Jadi dan ga boleh memiliki faktor persekutuan/kelipatan untuk
bisa memenuhi premis di atas.
Oke lanjut. Dengan manipulasi aljabar, kita dapat:
Nah, dari baris terakhir kita tau kalo pasti bilangan genap. Kenapa? Kan
sama dengan hasil dari 2 dikali . Apapun bilangannya, kalo dikali 2 pasti jadi
genap dong.
Karena adalah bilangan genap (bilangan yang habis dibagi dua), maka
harus berupa bilangan genap juga. Ya ga? Suatu bilangan ganjil kalo dikuadratkan,
ga mungkin menghasilkan bilangan genap, pasti ganjil juga. Contohnya, 3 adalah
bilangan ganjil karena 3 tidak habis dibagi 2. Kuadrat dari 3 adalah 9, di mana 9
juga merupakan bilangan ganjil karena tidak habis dibagi 2. Jadi, untuk
menghasilkan bilangan kuadrat yang genap, harus berupa bilangan genap juga.
Karena bilangan genap, kita bisa buat .
Substitusikan ke persamaan , kita dapat: