Anda di halaman 1dari 12

PEMBUKTIAN TEOREMA PYTHAGORAS

Buat refresh ingatan lu sedikit, apa itu teorema Pythagoras? Teorema Pythagoras adalah


suatu pernyataan mengenai relasi atau hubungan sisi-sisi dalam suatu segitiga siku-
siku. Misalkan kita diberikan sebuah segitiga siku-siku sebagai berikut:

Teorema Pythagoras mengatakan bahwa dalam suatu segitiga siku-siku,


jumlah kuadrat dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan kuadrat dari
sisi miringnya.
Secara matematis, kita bisa bilang bahwa untuk segitiga siku-siku seperti pada gambar
diatas, persamaan ini berlaku:

Kita masuk ke contoh sederhana deh. Misalkan, pak Made ingin membuat


wahana flying fox seperti skema segitiga siku-siku yang terlihat di bawah ini.
Tinggi menara adalah 30 m. Jarak dari menara ke dataran seberang adalah 40 m.
Berapakah panjang tali yang diperlukan pak Made untuk dipasang dari atas menara,
menyusuri perairan ke dataran seberang? Walah, gampanglah soal ini buat lu.

Misalkan   adalah tinggi menara,   adalah jarak antara menara dan dataran di
seberangnya, dan   adalah panjang tali flying fox yang diperlukan. Dengan teorema
Pythagoras, kita dapat:

Karena panjang selalu bernilai positif, kita ambil  . Jadi, panjang tali yang
diperlukan pak Made adalah 50 m.

Keliatannya simpel yah. Tapi perhitungan jarak pada hubungan sisi-sisi segitiga ini
pastinya banyak kita temukan di berbagai aspek kehidupan. Oleh karenanya, teorema
Pythagoras menjadi fondasi trigonometri. Teorema Pythagoras menjadi dasar
perhitungan buat teorema-teorema lain di matematika, khususnya trigonometri. Dan
tanpa trigonometri, kita tidak akan punya banyak hal yang membentuk peradaban
manusia sekarang. Tanpa trigonometri, tidak akan ada sains, arsitektur, ilmu kelautan,
astronomi, bahkan ga akan ada tuh rumah, mobil, komputer, dan berbagai teknologi
modern yang kita nikmati sekarang.
Nah, ada beberapa cerita menarik di balik sebuah teorema sederhana yang
membangun peradaban kita ini. Ternyata eh ternyata:

(1) Bukan Pythagoras yang pertama kali menemukan


perhitungan ini

(2) Teorema Pythagoras yang kita ketahui sekarang berbeda


dengan pernyataan teorema Pythagoras ketika Pythagoras
hidup pada zaman Yunani kuno.
Waduh, siapa dong yang nemuin? Kalo bukan dia yang nemuin, kok bisa nama
Pythagoras yang dipake untuk teorema ini? Trus gimana lagi tuh ceritanya teorema
Pythagoras bisa berubah?

Oke, pada artikel ini gue akan bercerita tentang seluk-beluk teorema Pythagoras.
Bagaimana teorema ini bisa dinamai Pythagoras? Bagaimana pula perkembangannya
dari awal hingga versi yang kita sering pake di masa sekarang? Buat lu yang ngakunya
pecinta Matematika, lu wajib banget baca artikel ini sampe habis. Artikel ini juga sangat
gue rekomendasikan buat lu yang lagi melatih skill pembuktian rumus. Langsung aja
ya.
Gimana Ceritanya Teorema ini Dinamakan
Pythagoras?
Kita kenalan dulu deh ya dengan sosok Pythagoras. Pythagoras dilahirkan di sebuah
pulau bernama Samos, sebuah pulau di Yunani pada tahun 570 Sebelum Masehi.
Selama hidupnya, dia suka berkelana ke berbagai macam tempat, seperti Mesir dan
Babilonia. Selama perjalanannya, dia mengumpulkan ilmu dari peradaban tempat dia
berkunjung. Kemudian, dia mulai menetap di Crotone, Italia. Di sinilah Pythagoras
mendirikan suatu gerakan atau sekolah bernama Pythagorean. Di sekolahnya ini,
Pythagoras mengajarkan para pengikutnya bahwa segala sesuatu yang ada di alam
semesta ini bisa dinyatakan dalam bilangan-bilangan. Karena itu, Pythagoras dan para
pengikutnya sangat memuja angka dan rasio-rasio yang bisa dinyatakan dengan
bilangan tersebut.
Di sekolah yang dia dirikan ini, dia mulai mengutak-atik ilmu yang dia kumpulkan saat
dia berkelana, salah satunya adalah pengetahuan tentang relasi antar sisi-sisi segitiga
siku-siku. Berdasarkan catatan sejarah, orang-orang di peradaban Babilonia, Mesir,
India, bahkan Cina kuno ternyata sudah memiliki pemahaman tentang relasi antar sisi-
sisi segitiga siku-siku beberapa ribu tahun sebelum Pythagoras lahir. Salah satu bukti
sejarah adalah tablet milik peradaban Babilonia. Pada tablet ini, tertulis banyak
kombinasi 3 angka yang memenuhi syarat teorema Pythagoras atau sekarang kita
sebut juga sebagai Pythagorean triple. Coba pikir, gimana caranya peradaban kuno
tersebut bisa membangun bangunan, seperti piramida, kalo bukan pake pengetahuan
relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku?
Terus kenapa malah Pythagoras yang mendapatkan “penghargaan” dan
namanya dipake untuk menamai perhitungan relasi antar segitiga siku-siku?
Pythagoras mendapat kredit/penghargaan atas teorema ini karena dia dianggap
sebagai orang yang membawa pengetahuan tersebut ke peradaban Yunani yang
selanjutnya menjadi pusat ilmu pengetahuan pada zamannya. Pythagoras juga diusung
sebagai yang pertama kali berhasil mendokumentasikan serta membuktikan teorema
ini secara sistematis. Saking senengnya doi ketika berhasil membuktikan perhitungan
ini, menurut legenda, Pythagoras sampe mengorbankan 100 ekor sapi! Sejak saat itu,
pengetahuan relasi antar sisi-sisi segitiga siku-siku disebut sebagai Teorema
Pythagoras.

Pembuktian Teorema Pythagoras Modern


Nah, sekarang lo udah tau kenapa Teorema ini dinamakan Pythagoras. Kita bisa lanjut
bahas perkembangan teorema ini. Seperti yang gue sebut di atas, teorema
Pythagoras   yang sering kita pake sekarang, berbeda dengan
perhitungan ketika digunakan oleh orang-orang di peradaban kuno atau ketika
Pythagoras berhasil membuktikannya. Tapi biar lu bisa melihat kontrasnya, sebaiknya
kita mulai dulu dengan membuktikan Teorema Pythagoras versi modern.

Misalkan kita punya gambar seperti berikut:


Maksud dari gambar ini adalah kita diberikan empat segitiga siku-siku yang identik, di
mana keempat segitiga siku-siku tersebut disusun sedemikian rupa sehingga
membentuk suatu persegi besar dengan sisi   dan sebuah persegi putih dengan
sisi   di dalam persegi besar tersebut.

Sekarang, kita ingin mengatur letak segitiga siku-sikunya sedemikian rupa sehingga kita
mendapatkan dua buah persegi dengan sisi-sisi   dan sisi-sisi  . Caranya adalah, kita
geser segitiga siku-siku berwarna hijau tua dari kanan bawah ke kiri atas sehingga dia
menempel segitiga siku-siku berwarna biru muda. Kemudian, kita geser pula segitiga
siku-siku berwarna biru tua dari kiri ke kanan dan segitiga siku-siku berwarna hijau
muda dari atas ke bawah sedemikian rupa sehingga keduanya saling menempel. Dari
proses tersebut, kita mendapatkan gambar sebagai berikut:

Supaya melihatnya lebih enak, coba kita bandingkan kedua gambar persegi di atas
menjadi seperti ini:
Dari gambar gabungan kedua persegi diatas, terlihat bahwa kita hanya menggeser
segitiga siku-siku berwarna biru tua, hijau tua, dan hijau muda. Itu berarti, luas persegi
luar dengan sisi   baik sebelum maupun sesudah pergeseran segitiga siku-siku
adalah sama besar. Secara matematis, kita bisa bilang bahwa:

Kurangkan kedua ruas persamaan di atas dengan  , kita dapat:

Pembuktian yang kita lakukan di atas sebenarnya berasal dari gagasan Pythagoras


sendiri. Pembuktiannya sangat sederhana dan elegan ya.
Teorema Awal Pythagoras
Sampai di sini, gue harap lu udah ngerti pembuktian Teorem Pythagoras modern.
Sekarang lu udah bisa masuk dan melihat kontrasnya dengan Teorema Pythagoras
versi awal. Pada versi modern, kita biasanya menafsirkan teorema Pythagoras sebagai
relasi antar PANJANG dari sisi-sisi segitiga siku-siku. Namun, interpretasi teorema
Pythagoras yang sekarang ini sebenarnya agak berbeda dengan interpretasi teorema
Pythagoras oleh Pythagoras sendiri semasa dia hidup.

Pythagoras menafsirkan teorema ini sebagai relasi antar LUAS PERSEGI atau bujur sangkar
yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga siku-siku. Gambarnya kira-kira seperti ini:

Sumber: blogspot
Jadi, pernyataan teorema Pythagoras berdasarkan interpretasi Pythagoras adalah
sebagai berikut:

Dalam suatu segitiga siku-siku, jumlah luas dari masing-masing persegi yang terbentuk
dari sisi-sisi yang saling tegak lurus sama dengan luas dari persegi yang terbentuk dari
sisi miringnya.
Dari sini aja udah keliatan banget bedanya. Secara matematis, dalam suatu segitiga
siku-siku seperti gambar yang kedua, persamaan ini berlaku:
di mana:

Pernyataan matematis ini pertama kali dinyatakan oleh Euclid, seorang


matematikawan Yunani kuno yang terkenal dengan bukunya berjudul The
Elements. Oiya, buat lo yang masih belum kenal Euclid, lu bisa baca betapa gokilnya dia
di sini, Euclid: Bapak Geometri yang Terlupakan.
Jadi, matematikawan zaman Yunani kuno, seperti Euclid, tidak melihat teorema
Pythagoras ini sebagai relasi antar panjang dari setiap sisi-sisi segitiga siku-siku, tetapi
sebagai relasi antar luas dari persegi yang terbentuk di setiap sisi-sisi segitiga siku-siku.
Mengapa bisa demikian? Karena jika teorema tersebut dinyatakan dalam relasi antara
antar panjang setiap sisi-sisi segitiga siku-siku, maka Pythagoras harus berurusan
dengan bilangan irasional. Apa itu bilangan irasional? Semua bilangan yang bisa
dinyatakan dengan bentuk pecahan bilangan bulat seperti  ,  , dan sebagainya adalah
bilangan rasional. Bilangan real yang tidak bisa dinyatakan dalam bentuk pecahan
seperti itu adalah bilangan irasional. Jadi, kalau Pythagoras menemukan suatu segitiga
yang masing-masing sisinya adalah 1 dan 2 misalnya, maka berapa panjang sisi
miringnya?

Nah, itu adalah bilangan irasional. Jangankan alat bantu hitung seperti kalkulator,
simbol akar kuadrat aja belum ada pada jaman itu. Simbol akar kuadrat pertama kali
diperkenalkan oleh Christoph Rudolff pada tahun 1525 (2000 tahun lebih setelah
Pythagoras lahir). Jadi, Pythagoras hanya bisa menafsirkan kuantitas bilangan irasional
seperti   dalam geometri saja, yaitu sebagai segmen garis yang terbentuk dari
segitiga siku-siku sama kaki. Doi ga tau nilai sesungguhnya dari  .
By the way, kalau mau tahu lebih banyak tentang apa itu bilangan rasional, irasional,
real, imajiner, dan lain-lain, lo bisa tonton video Wisnu di sini (video no 2).

Gimana Teorema Pythagoras Berkembang Seperti


Sekarang?
Trus lu pun bertanya:
Kok bisa teorema Pythagoras versi awal yang menggunakan relasi antar luas
persegi berubah menjadi versi modern yang mengunakan relasi antar
panjang dalam segitiga siku-siku?
Jawabannya adalah peristiwa yang dikenal sebagai “Dilema Akar 2” yang diduga
ditemukan oleh seseorang bernama Hippasus, salah satu pengikut Pythagoras. Pada
tahun sekitar 500 Sebelum Masehi, dia berhasil menunjukkan bahwa:
tidak ada bilangan rasional yang jika dikuadratkan, maka hasilnya sama
dengan dua
Ingat, pada zaman itu, para matematikawan belum mengenal konsep bilangan
irasional, mereka cuma taunya bilangan rasional aja. Dia menemukan hal ini ketika dia
menerapkan teorema Pythagoras untuk mencari rasio antara sisi miring dan sisi alas
dari suatu segitiga siku-siku sama kaki. Ketika dia berusaha melakukan hal ini, dia
menemukan bahwa mustahil untuk menyatakan kuadrat dari rasio antara sisi miring
dan sisi alas dari suatu segitiga siku-siku sama kaki yang hasilnya sama dengan 2.

Maksudnya apa sih? Coba deh kita jabarkan secara matematis:.

Kita punya premis:  Tidak ada bilangan rasional   yang memenuhi

Gimana cara buktiinnya?

 Asumsikan bahwa   dan   adalah bilangan bulat (bilangan negatif, positif, atau
nol), di mana  .
 Trus, asumsikan juga bahwa   dan   TIDAK memiliki faktor persekutuan atau
kelipatan yang sama supaya pecahan   merupakan pecahan dalam bentuk yang
paling sederhana untuk memenuhi persamaan di atas. Jika   dan   memiliki faktor
persekutuan, kita bisa membagi   dan   dengan faktor persekutuan tersebut
sehingga pecahan   menjadi pecahan dalam bentuk yang paling sederhana. Kalo
misalnya   dan  , mereka punya faktor persekutuan dong,  . Nah,
ini ga boleh ya. Jadi   dan   ga boleh memiliki faktor persekutuan/kelipatan untuk
bisa memenuhi premis di atas.
 Oke lanjut. Dengan manipulasi aljabar, kita dapat:
 Nah, dari baris terakhir kita tau kalo   pasti bilangan genap. Kenapa? Kan   
sama dengan hasil dari 2 dikali  . Apapun bilangannya, kalo dikali 2 pasti jadi
genap dong.
 Karena   adalah bilangan genap (bilangan yang habis dibagi dua), maka   
harus berupa bilangan genap juga. Ya ga? Suatu bilangan ganjil kalo dikuadratkan,
ga mungkin menghasilkan bilangan genap, pasti ganjil juga. Contohnya, 3 adalah
bilangan ganjil karena 3 tidak habis dibagi 2. Kuadrat dari 3 adalah 9, di mana 9
juga merupakan bilangan ganjil karena tidak habis dibagi 2. Jadi, untuk
menghasilkan bilangan kuadrat yang genap,   harus berupa bilangan genap juga.
 Karena   bilangan genap, kita bisa buat  .
 Substitusikan   ke persamaan  , kita dapat:

 Di sini, terlihat kalo   juga merupakan bilangan genap.


 Dengan alasan yang sama seperti dijelaskan di atas, kita simpulkan bahwa   juga
merupakan bilangan genap, katakanlah  .
 Karena   dan  , terlihat bahwa   dan   memiliki faktor persekutuan,
yaitu 2.
 Ini bertentangan dengan asumsi di awal bahwa   dan   tidak memiliki faktor
persekutuan. Artinya, asumsi bahwa ada suatu pecahan   dalam bentuk yang paling
sederhana yang memenuhi   adalah salah.
 Kesimpulannya, tidak ada bilangan rasional   yang memenuhi
persamaan  .
 Terbukti!
Penemuan Hippasus ini ternyata sangat mengejutkan pengikut Pythagoras karena ini
bertentangan dengan apa yang mereka yakini selama ini, yaitu segalanya bisa
dinyatakan dalam rasio antar dua bilangan asli. Menurut legenda, karena penemuan
Hippasus ini, dia bahkan ditenggelamkan ke laut oleh para pengikut Pythagoras.
Penemuan Hippasus ini jugalah yang mengawali munculnya konsep bilangan irasional
sehingga mengakibatkan perubahan pernyataan teorema Pythagoras menjadi teorema
Pythagoras seperti yang kita kenal sekarang ini.

Anda mungkin juga menyukai