Anda di halaman 1dari 4

Kerajaan Mataram

Awal Perkembangan Kerajaan Mataram Islam Pada waktu Sultan Hadiwijaya berkuasa di
Pajang, Ki Ageng Pemanahan dilantik menjadi Bupati di Mataram sebagai imbalan atas
keberhasilannya membantu menumpas Aria Penangsang. Sutawijaya, putra Ki Ageng
Pemanahan diambil anak angkat oleh Sultan Hadiwijaya. Setelah Ki Ageng Pemanahan wafat
pada tahun 1575 M, Sutawijaya diangkat menjadi bupati di Mataram. Setelah menjadi bupati,
Sutawijaya ternyata tidak puas dan ingin menjadi raja yang menguasai seluruh Jawa, sehingga
terjadilah peperangan sengit pada tahun 1528 M yang menyebabkan Sultan Hadiwijaya mangkat.
Setelah itu terjadi perebutan kekuasaan di antara para Bangsawan Pajang dengan pasukan
Pangeran Pangiri yang membuat Pangeran Pangiri beserta pengikutnya diusir dari Pajang,
Mataram. Setelah suasana aman, Pangeran Benawa (putra Hadiwijaya) menyerahkan takhtanya
kepada Sutawijaya yang kemudian memindahkan pusat pemerintahannya ke kotagede pada tahun
1568 M. Sejak saat itu berdirilah Kerajaan Mataram.

Setelah runtuhnya Kerajaan Demak, Sultan Hadiwijaya mengambil alih kekuasaan


dengan mendirikan Kerajaan Pajang. Sultan Hadiwijaya berhasil merebut kekuasaan Demak atas
bantuan Ki Ageng Pemanahan. Sultan Hadiwijaya kemudian menghadiahkan daerah Mataram
kepada Ki Ageng Pemanahan. Selanjutnya, wilayah Mataram digunakan oleh Ki Ageng
Pemanahan untuk mendirikap kerajaan bernama Kerajaan Mataram. Dalam perkembangannya,
Kerajaan Mataram menjadi kerajaan besar dan mampu menaklukkan kerajaan-kerajaan lain di
Jawa.

Kerajaan Mataram Islam mengalami puncak kejayaan pada masa pemerintahan Sultan
Agung Hanyokrokusumo dari tahun 1613 hingga 1646. Pada masa kekuasannya, wilayah
kekuasaan kerajaan mencangkup Pulau Jawa (kecuali Banten dan Batavia), Pulau Madura, serta
daerah Sukadana di Kalimantan Barat. Pada saat itu, wilayah Batavia dikuasai oleh pihak VOC
(Vereenigde Oost Indische Compagnie ) Belanda. Sehingga, kekuatan militer kerajaan mataram

Kerajaan Mataram Page 1


membesar karena memiliki rasa anti kolonialisme. Dan pada tahun 1628 dan 1629 kerajaan
mataram menyerang VOC di Batavia. Menurut pendapat dari Moejanto, seperti yang telah
dikutip oleh Purwadi pada tahun 2007. Sultan Agung memakai konsep politik keagungbinataran
yang memiliki arti bahwa kerajaan Mataram harus berupa ketunggalan, utuh, bulat, tidak
tersaingi, serta tidak terbagi-bagi.

Serangan ke Batavia pada tahun 1628 Pada tahun ini adalah pelaksanaan dari serangan
kerajaan Mataram ke Batavia pertama yang dipimpin oleh Tumenggung Baureksa. Pada
pertempuran ini telah dilakukan komunikasi yang dimana dilakukan pendatangan pasukan yang
berasal dari berbagai daerah yang kemudian menjadi sebuah pasukan besar yang terjadi di
Benteng Holandia. Kemudian, Mataram pada posisi pertempuran ini mengalami kegagalan
dalam menaklukan kota Batavia. Kegagalan serangan yang dilakukan oleh Sultan Agung ke
Batavia yang terjadi pada tahun 1628 mengalami kegagalan dikarenakan:

• Kalah akan persenjataan.

• Kekurangan akan bahan makanan.

• Terjadi jarak yang terbilang cukup jauh antara Mataram dengan Batavia.

• Pada bendungan sungai yang dimana sebelumnya dilakukan oleh tantara kerajaan Mataram
memiliki sebuah wabah penyakit.

Serangan ke Batavia pada tahun 1629 Pada kondisi serangan kedua yang dilakukan oleh kerajaan
Mataram yang dilakukan ke Batavia. Pada kondisi ini hal yang terjadi pada kegagalan pertama
kemudian dijadikan contoh dan bahan evaluasi untuk melakukan serangan kedua. Seperti
pembangunan lumbung padi didaerah Tegal dan juga Cirebon Pada serangan kedua, sebelum
terjadinya serangan, terdapat sebuah kebocoran informasi yang dimana tantara VOC datang dan
kemudian melakukan penyerangan yang dimana menghancurkan 200 kapal mataram dan juga
lumbung beras tersebut. Meskipun bergitu, pasukan Mataram berhasil mengepung Batavia dan
menghanccurkan benteng Belanda. Kemudian, dikarenakan pasukan Mataram sudah mencapai
titik puncaknya, pasukan Belanda datang dan menyerang pasukan Mataram sehingga

Kerajaan Mataram Page 2


membuatnya mereka kembali ke daerah Mataram. Kegagalan serangan yang dilakukan oleh
Sultan Agung ke Batavia yang terjadi pada tahun 1629 mengalami kegagalan dikarenakan:

• Penghianatan yang memberitahukan serangan

• Penghianatan yang memberitahukan letak lumbung padi.

Kerajaan Mataram Islam adalah kerajaan bercorak Islam yang berpusat di wilayah selatan
Jawa. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1587, sebagai penerus kesultanan Pajang. Pemimpin
Mataram yang paling terkenal adalah Sultan Agung (memerintah 1613-1645). Pada masa
kesultanan ini, ada bebebrapa budaya Islam yang dikempangkan yaitu:

1. Penanggalan Jawa

Kalender atau penanggalan Jawa menggabungkan sistem penanggalan Saka yang sebelumnya
digunakan sejak masa Hindu dan Buddha, dengan penanggalan Hijriyah atau penanggalan Islam.
Pada penanggalan ini, perhitungan bulan mengikuti sistem Hijriyah, namun perhitungan tahun
meneruskan tahun Saka.

2. Gamelan dan wayang

Gamelan yang digunakan sebagai pengiring wayang kulit selain sebagai hiburan juga
menyiarkan syiar ajaran Islam.

3. Sekaten

Sekaten adalah perayaan pada Hari Maulid Nabi (Hari Lahir Nabi Muhammad). Perayaan ini
dikembangkan pada masa kerajaan Matarab Islam, dan dirayakan pada tanggal 5 hingga 12 bulan
Mulud (bulan Rabiul Awal). Pada perayaan ini diperdengarkan Gamelan Sekaten yang khas.
Kemudian dilakukan pengusungan tumpeng sekaten diringi para abdi dalem kraton. Para
pengunjung kemudian berebut “berkah sekaten” dengan mencoba mendapat bagian dari tumpeng
ini.

Kerajaan Mataram Page 3


Syekh Siti Jenar dikenal karena ajarannya, yaitu Manunggaling Kawula Gusti (penjawaan
dari wahdatul wujud). Ajaran tersebut membuat dirinya dianggap sesat oleh sebagian umat
Islam, sementara yang lain menganggapnya sebagai seorang intelek yang telah memperoleh
esensi Islam. Ajaran-ajarannya tertuang dalam karya sastra buatannya sendiri yang disebut
Pupuh, yang berisi tentang budi pekerti. Syekh Siti Jenar mengembangkan ajaran cara hidup sufi
yang dinilai bertentangan dengan ajaran Walisongo. Pertentangan praktik sufi Syekh Siti Jenar
dengan Walisongo terletak pada penekanan aspek formal ketentuan syariah yang dilakukan oleh
Walisongo.

Kelompok 4 : - Muhamad Farhan Randhie Hakim (Ketua) | 20 |

- Madaniya Giar Pramandita | 19 |

- Muhammad Hafi Arqodi | 21 |

- Muhammad Parama Adyan | 22 |

- Muhammad Rafi Alvaro Putra Chandra | 23 |

- Natasya Angelica | 24 |

- Ricky Rich Gunawan Sie | 25 |

Kelas : 10 IPA 2

Kerajaan Mataram Page 4

Anda mungkin juga menyukai