Anda di halaman 1dari 67

PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN

Penerangan yang baik akan mempengaruhi hasil kerja dan kenyamanan bekerja
seseorang di dalam ruangan.fungsi pokok penerangan di dalam gedung adalah untuk
menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi
kerja.
Sejak dari awal perencanaan suatu gedung sudah perlu di pikirkan hubungan
timbal balik antara penerangan alami siang hari dengan penerangan buatan.ada kalanya
penerangan buata digunakan untuk penunjang dan melengkapi penerangan alami secara
seimbang.untuk ruangan yang sangat lebar sehingga hanya sebagian saja yang terjangkau
oleh penerangan alami siang hari,atau ruangan yang bejendela hanya untuk memandang
keluar atau ruangan yang tidak berjendela perlu dibuat penerangan buatan yang
permanen.juga penerangan buatan diperlukan untuk penerangan pada malam hari,
sehingga suasana kerja sama dengan suasana di siang hari.
Sebelum instalasi penerangan di rencanakan terlebih dahulu kita harus tahu untuk
apa instalasi tersebut digunakan, sebab perencanaan instalasi akan ditentukan sekali oleh
kegunaan instalasi tersebut.juga istalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga
harga keseluruhan instalasi itu,ongkos pemasangan dan onkos pemeliharaannya harus
semurah mungkin, tapi harus memenuh syarat-syarat danperaturan instalasi listrik yang
berlaku.

A. Peraturan Instalasi Penerangan.


Didalam pemasangan instalsi listrik kita harus berpedoman kepada Peraturan
Umum Instalasi Listrik (PUIL). Yang berlaku sekarang adalah PUIL 1987. Selain PUIL
kita juga harus memperhatikan peraturan lainnya, seperti peraturan instalasi listrik.
Peraturan inslasi listrik yang terbaru yang ditetapkan oleh Departemen PUIL No.023
tahun 1978, yang berisikan antara lain :
1. Untuk seriap inslasi, baik yang akan maupun yang tidak akan disambung pada
jaringan listrik perusahaan, harus memenuhi peraturan menteri ini dan peraturan -
peraturan lainnya mengenai instalasi yang berlaku di Indonesia.
2. Instalasi didalam dan/atau diluar bangunan harus dikerjakan oleh instalatir, kecuali
untuk instalasi semantara dan/atau untuk hal – hal khusus antara lain perlistrikan
desa, gedung – gedung dan rumah – rumah kedutaan negara asing, gedung – gedung
dan peralatan listrik khusus akan diatur dan ditetapkan tersendiri ole perusahaan.
3. Dalam satu instalasi antara meter listrik perusahaan dan pengaman arus dipasang
saklar.
4. Bagi suatu instalasi untuk penerangan dengan jumlah kelompok sebanyak
-banyaknya 6, jumlah titik cahaya pada suatu kelompok tidak boleh lebih dari 15
( Lima Belas ).
5. Suatu instalasi untuk penerangan dengan jumlah kelompok hanya dibatasi oleh nilai
beban penghantar yang diperbolehkan dan nilai pengaman arus kelompok yang
bersangkutan, dengan memperharikan kerapian kontruksi dan keselamatan jiwa
manusia.
6. Suatu instalasi untuk penerangan, dimana terdapat stopkontak – stopkontak, dengan
jumlah titik cahaya kurang dari 15, sedapat – dapatnya dibagi dalam sekurang
-kurangnnya 2 kelompok.
7. Suatu instalasi untuk penerangan, dimana terdapat stopkontak – stopkontak, yang
kelompoknya diamankan dengan pengaman arus setinggi – tingginya 16 A jumlah
daya semua lampu – lampu berikut perlengkapannya pada kelompok tersebut, tidak
boleh lebih dari 1200 VA.
8. Pengaman arus dari suatu instalasi harus mempunyai nilai setinggi – tingginya satu
tingkat lebih rendah dari nilai pengaman arus milik perusahaan.
9. Ketentuan -ketentuan tersebut dalam ayat 4, 6, dan 7 pasal ini, tidak berlaku untuk
penerangan reklame, penerangan pesta dan lainnya yang bersifat khusus.
10. Peralatan listrik yang memerlukan pengaman arus dengan nilai nominal lebih dari 16
A harus diberi pengaman arus kelompok tersendiri.
11. Pada tiap ruang tertutup atau bagian ruangan sampai dengan luas 9 m 2, harus terdapat
sekurang – kurangnya satu titik cahaya dan dengan luas sampai dengan 20 m 2 harus
terdapat sekurang – kurangnya 2 titik cahaya.
12. Nialai sambung tiap titik cahaya diperhitungkan 60 VA dan untuk stopkontak
200VA.
13. Dalam instalasi suatu gedung bertingkat harus dipasang pegaman instalasi sebagai
berikut :
a. Pada tempat dimana suplay dihubungkan dengan papan pembagi utama, harus
dipasang setidak - tidaknya saklar utama pada posisi masuk dan pengaman arus
utama pada masing – masing sisi keluar.
b. Pada tiap tingkat harus dipasang papan pembagi tingkat dengan sakelar dan
pengaman arus susunannya seperti dimaksud dalam ayat ( 13 ) huruf a, pasal ini.
c. Pada papan pembagi kelompok harus dipasangn sakelar dan pengaman arus yang
susunannya seperti dalam ayat ( 13 ) huruf a dan b pasal ini.
14. a. kotak saklar pembagi kelompok dan pengaman arus kelompok harus dipasang pada
dinding atau tembok kurang lebih 1,50 meter diatas lantai.
b. saklar ( pelayanan ) harus dipasang di dinding atau tembok sekurang -kurangnya
1,20 meter diatas lantai.
c. Stopkontak harus dipasang pada dinding/tembok sekurang – kurangnya 1,20 meter
diatas lantai kecuali stopkontak tertutup.
d. stopkontak yang dipasang di bawah jarak tersebut dalam ayat ( 14 ) huruf b dan c
pasal ini dan/atau yang dipasang di ruangan lembab/basah/panas/eksplosip harus
stopkontak dengan konstuksi khusus.
15. Pengam arus yang berbentuk sekring dapat diganti dengan pemutus otomatis yang
bekerja secara terminal dan/ata electro-magnetis serta mampu memutuskan arus
hubungan singkat. Bila pemutus otomatis ini tidak mampu memutuskan arus hubung
singkat, maka pengamannya harus seri dengan sekring.
16. a. instalasi dalam ruangan khusus yang membahayakan ke amanan dan keselamatan
harus dipasang secara khusus dan menggunakan alat khusus sesuai dengan
keadaan
ruangan yang dipergunakan.
b. ketentuan pemasangan instalasi dalam ruangan khusus seperti dimaksud dalam
ayat ( 16 ) huruf a pasal ini, diatur dalam peraturan mengenai instalasi yang
berlaku di Indonesia.
17. Perusahaan menetapkan fasa/fasa – fasa mana suatu instalasi, suatu bagian dari
instalasi, suatu peralatan listrik harus disambung.
18. Dalam instalasi yang disambung pada 3 fasa, pada bagian instalasi, antara lain
sekring – sekring peralatan listrik, papan bagi dan jepitan jepitan, harus diberi tanda
warna yang terang.
19. Nilai tahanan isolasi suatu instalasi tegangan rendah, baik antara fa dengan nol
maupun antara penghantar, sekurang – kurangnya harus 1 MΩ.
20. Motor dengan daya 0,5 KW, diharuskan mempunyai pengaman arus kelompok
tersendiri terpisah dari penerangan.

B. Menentukan Jumlah Titik Lampu.


Setiap ruang membutuhkan jumlah titik lampu yang berbeda. Jumlah dan kekuatan
lampu yang dibutuhkan oleh suatu ruangan tergantung kepada :
1. Macam penggunaan dari ruang tersebut.
2. Luas dan ukuran dari ruang tersebut.
3. Warna dari ruang tersebut yang diliputi warna dinding, warna flapon dan warna
bidang kerja.
Letak dan banyaknya lampu untuk suatu ruangan yang memerlukan penerangan
merata tergantung pada sistim penerangan yang diperlukan yaitu :
1. Penerangan Lansung.
Pada sistim ini 90% sampai 100 % dari cahaya diarahkan secara lansung ke
permukaan yang diterangi. Sistim ini paling efektif dalam pengadaan penerangan,
namun juga mengakibatkan adanya bayangan – bayangan yang mengganggu.
Untuk menentukan jumlah titik lampu yang digunakan rumus sebagai berikut :
a. Dengan reflector cahaya
hn 1
a
= 0,7
b. Dengan reflector email.

hn 1 1
a
= 1
sampai
1,5
Dimana :
hn = tinggi lampu ke bidang kerja.
a = jarak antara lampu.
Gambar 1.1 sistim penerangan lansung.

2. Penerangan semi lansung.


Pada sistim penerangan semi lansung 60% sampai 90% dari cahaya diarahkan
lansung kepada permukaan yang perlu diterangi. Sedangkan selebihnya menerangi
langit – langit dan dinding, efek kesilauan dari sistim ini tidak begitu benar.

Gambar 1.2 Penerangan semi lansung.

a. Penerangan semi lansung yang digantungkan


hn 1
a
= 2

b. Penerangan semi lansung dengan lampu baur.


hn 1
a
= 1,5

3. Penerangan Tidak Lansung.


Pada sistim penerangan tidak lansung 90% sampai 100% dari cahaya,
diarahkan ke langit – langit dan dinding bagian atas, untuk dipantulkan kemudian
menerangi seluruh langit langit menjadi sumber cahaya, maka perlu diberi finising
dan pemeliharaan yang baik. Pada sistim ini lampu harus dibersihkan secara berkala,
karena lapisan debu dan kotoran dapat menyerap lebih dari 25 % cahaya.
Gambar 1.3 Penerangan tidak lansung

a = ( 3 s/d 5 ) b
b = ( 1 s/d 1,5 ) meter

Dengan telah ditetapkannya jarak antara lampu, maka jumlah lampu


seluruhnya dalam suatu ruangan dapat dihitung.

C. Menentukan Besar Kekuatan Lampu.


Kekatan lampu yang dibutuhkan untuk suatu ruangan bisa ditentukan berdasarkan
peraturan instalasi listrik yaitu semua lampu dihitung rata – rata 60 VA dan stopkontak
dihitung 200VA.
Untuk mendapatkan penerangan yang sesuai dengan kebutuhan penerangan masing –
masing ruang digunakan rumus :
E. A
∅=
eff . d
Dimana :
∅ = fluk cahaya yang diperlukan oleh semua sumber cahaya yang
ada dalam ruangan ( lumen ).
F = intensitas penerangan yang diperlukan dibidang kerja ( Lux ).
A = Luas ruangan yang diterangi ( m2 ).
Eff = efisiensi penerangan yang dipakai
d = factor penyesutan penerangan.
Setelah fluk cahaya yang diperlukan untuk suatu ruang diketahui langkah selanjutnya
adalah menentukan jenis lampu yang dibutuhkan. Masing – masing lampu mempunyai
sifat, fluk cahaya dan indek cahaya yang berbeda. Fluk cahaya untuk masing – masing
lampu dapat dilihat pada lampiran 1.
D. Menentukan Efisiensi Ruangan.
Efisiensi ruangan ditentukan oleh beberapa factor antara lain :
1. Indek ruangan.
Indek ruangan atau indek bentuk (K) menyatakan perbandingan antara ukuran
utama suatu ruangan.
P.L
K =
hn .( P+ L)
Dimana :
P = Panjang ruangan.
L = Lebar ruangan.
hn = tinggi sumber cahaya ke bidang kerja.

2. Factor refleksi.
Refleksi dalam teknik penerangan ada 3 macam yaitu :
a. Refleksi dinding ( rv )
Biasanya dinding dibuat dengan warna putih atau warna muda. Masing – masing
warna tersebut mempunyai factor refleksi sebagai berikut :
Warna putih atau sangat muda 0,7
Warna muda 0,5
Warna sedang 0,3
Warna gelap 0,1
b. Refleksi langit – langit ( rp ).
Langit langit biasanya dibuat dengan muda atau sedang.
c. Refleksi bidang kerja.
Bidang krtja dibuat dengan warna sedang atau gelap.
Dengan diketahui indek ruang atau factor refleksi maka efisiensi penerangan
bisa didapatkan dari tabel efesiensi.

3. Factor penyusutan.
Makin lama lapu digunakan maka cahaya yang dihasilkan lampu akan
semakin berkurang hal ini disebabkan karena sifat dari lampu dan pengotoran pada
lampu.
Factor penyusutan ini juga ditentukan oleh kegunaan ruangan yang mana
antara laboraturium tidak sama factor penyusutannya dengan industri. Factor
penyusutan ini dapat ditulis sebagai berikut :
intensitas penerangan dalam keadaan dipakai
d =
intensitas penerangan dalam keadaan baru

E. Menentukan Kelompok Beban.


Sesuai dengan peraturan instalasi listrik bahwa daya listrik terpasang lwbih dari 4400
VA pada tegangan 220 V harus dibuat dengan sistim 3 fasa, apabila kurang dari 4400
VA bisa dibuat dengan sistim 1 fasa.
Jumlah lampu untuk satu kelompok maksimum 9 titik lampu dan kalau lebih dari satu
kelompok, tiap kelompok bisa dibuat 15 titik lampu.
Dalam pembagian kelompok kita harus mengusahakan beban tiap kelompoknya
seimbang dan daya tiap kelompok tidak lebih dari 1200 VA.

F. Perencanaan Instalasi Penerangan Rumah.


Penerangan buatan di dalam perumahan perlu bersifat luwes, maka disamping titik –
titik cahaya yang tetp perlu disediakan stopkontak – stopkontak dalam jumlah yang
cukup, bahkan dianjurkan memasang stopkontak kmbar karena lebih rapid an aman dari
pada memakai stekker cabang tiga. Jumlah stopkontak yang diperlukan khusus untuk
penerangan buatan di :
1. Ruangan tamu / duduk 2 atau 3 buah
2. Ruang makan 1 buah
3. Ruang tidur 1 atau 2 buah
4. Ruang bekerja / belajar 2 buah
5. Serambi 1 buah
Untuk perumahan tidak diperlukan penerangan umum yang merata dengan taraf
illuminasi yang tinggi, sebagai ancar – ancar ialah 50 -100 lux. Dengan cahaya lampu
berwarna sedang atau hangat. Penerangan umum dengan tingkat iluminasi rendah,
dilengkapi oleh penerangan – penerangan setempat, sudah cukup.
Ruangan tamu / duduk lazim diberi lebih dari satu titik cahaya untuk bisa menambah
atau mengurangi illuminasi keseluruhan ruangan, menyebarkan cahaya kebagian –
bagian tertentu dari ruangan ( seperti meja, lukisan dan sebagainya ), meningkatka efek
dekoratif dan sebagainya.
Dapur memerlukan penerangan dengan illuminasi lebih tinggi dari 100 lux, missal
200 lux, yang memusatkan perhatian kepermukaan tempat kerja. Lampu tabung
fluorescent sangat cocok karena kurang menimbulkan bayangan, namun perludipilih
lampu dengan indeks efek warna sekurang -kurangnya 70. Dapat pula ditambah dengan
penerangan merata untuk keseluruhan ruangan dapur, dengan saklar tersendiri.
Kamar tidur sebaiknya diberi lampu dan saklar diatas ujung kepala tempat tidur. Pula
diperlukan lampu dengan illuminasi tinggi diatas cermin termpat berhias, diatas meja
tulis dan diatas wastafel. Berhubung penempatan tempat tidur dan meja – meja kadang
kadang belum pasti, diperlukan beberapa stopkontak dalam kamar tidur. Di atas jendela
dapat dipasang lampu lampu tabung fluorencent.
Kamar mandi sebaiknya diberi illuminasi lebih tinggi dengan penerangan merata
minimum 100 lux. Terutama diperlukan lampu di atas wastafel dengan illuminasi 200
lux, untuk mana dianjurkan lampu fuorencent dengan indeks efek warna diatas 85.
Juga perlu diperhatikan lampu – lampu dimuka pintu keluar masuk, garasi, gedung,
almari yang dalam, loteng tempat penyimpan barang, jalan dan pekarangan disekitar
rumah, jalan keluar darurat, kesemuanya dengan saklar yang ditempatkan dekat pintu
yang bersangkutan. Lampu tabung fluorencent yang kecil sangat ekonomis utuk
keperluan ini. Untuk jalan masuk mobil ke garasi dianjurkan illuminasi 10 lux.
Dimana merencanakan instalasi perumahan terlebih dahulu kita harus mempunyai
denah ruang yang akan kita rencanakan instalasinya seperti gambar 1.4.
Langkah – langkah perencanaan instalasi perumahan adalah sebagai berikut :
1. Menentukan jumlah titik lampu dan stopkontak.
Untuk menentukan jumlah titik lampu dan stopkontak kita bisa mengikuti
ketentuan ketentuan instalasi penerangan rumah dengan melihat gambar denah kita
bisa menentukan jumlah titik lampu dan stopkontak yang ada seperti gambar 1.5
2. Menentukan besar kekuatan lampu.
Kekuatan lampu yang dibutuhkan dalam suatu ruangan bisa ditentukan
berdasarkan peraturan instalasi listrik yaitu : disemua lampu dihitung rata – rata 60
VA dan stopkontak dihitung 200 VA.

Gambar 1.4 Denah Rumah

Gambar 1.5 Instalasi rumah, diagram pengawatan dan rekapitulasi.

Untuk mendapatkan penerangan yang sesui dengan kebutuhan masing –


masing ruangan bisa digunakan rumus :
E. A
∅=
eff . d
Untuk menghitung fluk cahaya ini, dihitung untuk masing ruang, missal ruang tamu.
Yang mempunyai data sebagai berikut :
Ukuran ruang 3 x 4 meter
Warna flapon putih
Warna dinding warna muda
Warna bidang kerja sedang
Tinggi ruangan 3,25 meter
Tinggi lampu ke bidang kerja 2,85 meter
Inetensitas cahaya yang diperlukan 50 lux
Perencanaan :
Indek ruangan,
P.L
K =
hn .( P+ L)
4 .3
=
2,85(4 +3)
= 0,6

Berdasarkan tabel . 1 didapatkan effesiensi = 0,38


Karena pengotoran ruangan termasuk ringan maka factor depresi untuk 2
tahun = 0,8
Fluk cahaya yang diperlukan.

E. A
∅ =
eff . d
50 .12
= 0,38 .0,8
= 1973,6 lumen
Karena jumlah titik lampu yang diperlukan dua buah maka fluk cahaya tiap lampu =
986,8 lumen .
Jadi lampu yang cocok digunakan untuk ruangan tamu ini adalah SL 25 W, yang
bisa menghasilkan fluk cahaya 1050 lumen, ( lihat lampiran 1 ).
Untuk ruang lainnya kita bisa menghitung besarnya fluks cahaya untuk ruang tamu
seprti di atas.

3. Menentukan material yang diperlukan.


Dari gambar instalasi dan gambar diagram instalasi kita bisa menghitung
material yang diperlukan.
TABEL 1
Efesiensi Penerangan Lampu SL.

Factor depresiasi

Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun x 85 80
2 tahun x 80 70
3 tahun x 70 65
a. Kotak sekring lengkap
Kotak sekring yang diperlukan bisa dilihat pada diagram instalasi. Pada
gambar 1.5 dilihat jumlah group 4 buah jadi diperlukan sekring 4 kelompok.

b. Menentukan jumlah kabel.


Untuk menentukan jumlah kabel yang diperlukan kita bisa mengukur pada
gambar pada gambar denah dikali dengan skala gamabar dan ditambah 10%
untuk sambungan kabel dan kabel yang tidak bisa digunakan.

c. Menentukan jumlah pipa dan isolator.


Dalam pemasangan instalasi penerangan kita mengenal 2 macam sistim
pemasangan yaitu dengan pipa dan rol isolator.
Untuk pemasangan dngan pipa, jumlah pipa yang diperlukan bisa dihitung dari
gambar instalasi, swwdangkan untuk instalasi yang pakai isolator juga bisa
dihitung dari gambar instalasi yang mana jarak antara isolator kita buat
maksimum 100 cm. jumlah pipa dan isolator ini juga ditambah 10% dari jumlah
seluruhnya.

d. Kebutuhan lainnya dapat kita lihat pada gambar rencana.


Material yang dibutuhkan untuk instalasi penerangan adalah sebagai berikut :

No Bahan Ukuran Jumlah


1 Kotak hubungan bagi lengkap 4 kelompok 1 buah
2 Kabel NYA 2,5 mm 270 meter
1,5 mm2 50 meter
3 Pipa Listrik 5/8 inc 50 meter
4 snur 6 meter
5 Klem 5/8 inc -
6 Bengkokan normal 5/8 inc -
7 Knie 5/8 inc -
8 Doos jalan 2-3-4 -
9 Rol isolator 200 buah
10 Las dop 40 buah
11 Tali benang 1 mm 200 buah
12 Isolator pita
13 Saklar seri 6 A 250 V 3 buah
14 Saklar tunggal 6 A 250 V 7 buah
15 Saklar tukar 6 A 250 V 4 buah
16 Fiting gantung 6 A 250 V 3 buah
17 Fiting duduk 6 A 250 V 11 buah
18 Stopkontak 6 A 250 V 7 buah
19 Sekrup kayu -
20 Kayu roset 14 buah
21 Soket 20 buah
Watt
22 Lampu SL 4 buah
Watt
23 Lampu TL -
Watt
24 Lampu pijar 10 buah

G. Perencanaan Instalasi Penerangan Perkantoran.


Lazimnya ada variasi dalam penerangan buatan untuk ruang kantor pejabat, ruang
kantor yang besar / umum dan sebagainya. Penerangan itu tergantung pula dari ada
tidaknya dinding – dinding penyekat didalam ruangan yang bersangkutannya. Jikalau
tidak ada dinding – dinding penyekat atau penyekat – penyekat itu sudah pasti
penempatannya, dapatlah direncanakan titik – titik cahaya yang tetap berikut saklar –
saklarnya. Jikalau dinding – dinding penyekat belum diketahui penempatannya, ataupun
masih dapat diubah, instalasi penerangan perlu bersifat fleksibel agar penempatan
armature – armature dapat disesuikan kemudian kepada letaknya penyekat – penyekat.
Fleksibilitas ini dapat tercapai dengan jalan :
1. Memasang titik – titik cahaya secara tetap dalam jumlah yang cukup menurut modul,
sehingga armature – armature dapat disebarkan secara memuaskan tanpa tergantung
dari penyekat ruangan.
2. Menggunakan rel rl – penyambung lampu, sehingga armature – armature dapat
digeserkan sesui dengan penyekatan ruangan.
Saklar – saklar kadang – kadang juga perlu dibagi menurut penyekat ruangan, yaitu
dipasang pada dinding – dinding penyekat atau memakai tali – tali penarik yang
tergantung dari langit langit.
Untuk perkantoran lazimnya cukup dipasang penerangan dilangit – langit dalam baris
– baris yang lurus. Ruangan kantor yang lebar tidak seluruhnya terjangkau oleh
penerangan alami siang hari, sehingga diperlukan integrase antara penerangan alami di
siang hari dengan penerangan buatan secara berimbang, dengan tetap mempertahankan
suasana/ efek penerangan secara alami. Juga perlu diperhatikan kecenderungan untuk
memasang meja – meja tulis di dekat jendela.
Illuminasi yang dianjurkan untuk perkantoran ialah 300 lux atau lebih. Illuminasi ini
terutama diperlukan pada permukaan meja kerja. Illuminasi ini terutama diperlukan pada
permukaan meja kerja, yaitu kira kira 75 cm diatas lantai.
Ada armature – armature yang jumlah lampu yang menyala didalamnya dapat diatur.
Warna cahaya lampu yang dianjurkan ialah “sedang”. Timbulnya kesilauan lansung
perlu dicegah, pula kesilauan karena pemantulan cahaya oleh permukaan – permukaan
perabot, mesin yang mengkilap, dinding – dinding penyekat yang berkicau dan lain –
lain.
Dalam perkantoran modern, penerangan buatan lazim diintegrasikan dengan sistim tat
udara dan sistim akustik ( integred environmental design ). Keputusan untuk ini
sebaiknya diambil sedidi mungkin dalam tahap rancangan bangunan.
Tiga jenis instalasi penerangan yang lazim ialah :
1. Armature – armature dipasang pada langit -langit atau digantungkan dari langit –
langit.
2. Armature – armature ditanamkan kedalam langit – langit.
3. Keseluruhan langit langit dijadikan cahaya.
Armature – armature yang ditanamkan ke dalam flapon kurang cocok untuk interior yang
tidak cerah permukaannya, lagi pula kurang menerangi flaponnya sendiri.
Jikalau keseluruh flapon dijadikan sumber cahaya, iluminasi dibatasi sampai 500
cardela per m2 untuk sudut – sudut pandangan yan normal, supaya tidak menimbulkan
ketidak nyamanan karena kesilauan. Supaya tercapai pemanfaatan yang baik, langit –
langit seyogyanya mempunyai pemantulan 70% dan dinding 50%. Begitupun praot
prabot dan lantai seyogyanya berwarna muda dan cerah. Dialam hal ini perlu diterapkan
warna – warna yang tua, sebaiknya ditambahkan penerangan tambahan secara terarah
pada obyek – obyek yang bersangkutan.
Dari segi ekonomi dianjurkan memakai lampu lampu tabung flourencent untuk
penerangan umum dalam perkantoran. Jikalau diperlukan penerangan ekstra secara local
dapat dipilih lampu pijar atau lampu tabung flourencent lagi.
Untuk ruang kantor denganperabot da hiasan – hiasan bermutu ( misalnya ruangan
kantor pejabat ), ataupun ruang kantor dengan banyak karyawanti berpakaian warna –
warni, perlu dipilih lampu flourentcent dengan indeks efek warna yang tinggi, diatas 70.
Jikalau penerangan buatan perlu diintegrasikan dengan penerangan alami siang hari,
maka warna cahaya lampunya juga harus tepat, misalnya day light. Ruang siding cukup
diberi illuminasi 200 lux, karena terutama digunakan untuk diskusi. Penerangan ini harus
dapat diredupkan atau dikurangi, untuk menunjukkan slides, film dan sebagainya.
Koridor diberi illuminasi 50 lux atau sekurang – kurangnya 1/5 dari illuminasi ruang
kantor.
Rencanakanlah instalasi penerangan sebuah kantor seperti gambar 1.6.
1. Menentukan jumlah titik lampu.
Untuk ruang kantor diharapkan penerangan merata keseluruahan riuangan dan
sistim semi lansung, dengan mempergunakan rumus.
hn 1
a
= 1,5
Didapat jumlah titik lampu untuk semua ruangan.
2. Menentukan besar daya terpasang.
Untuk mendapatkan penerangan yang sesuai dengan kebutuhan masing – masing
ruangan digunakan rumus :
E. A
∅=
eff . d
Untuk menghitung fluk cahaya ini dihitung untuk masing – masing ruangan misalnya
ruang rapat yang mempunyai data sebagai berikut :
Ukuran ruangan 4 x 4
Warna flapon putih
Warna bidang kerja sedang
Jenis lampu yang digunakan TL 2 x 40 W
Fluk cahaya lampu 2 x 3000 = 6000 lumen
Tinggi ruangan 3 meter
Intensiatas cahaya yang diperlukan 200 lux

Gambar 1.6 Denah sebuah kantor


Perencanaan :
Indeks ruangan :
P.L
K =
hn .( P+ L)
4 .4
=
2,25(4 +4 )
= 0,8
Berdasarkan tabel 1.2 didapatkan effisiensi = 0,38
Tabel 2
Efesiensi Penerangan Lampu TL 40 W RS

Karena cahaya yang terarah ke bidang kerja hanya 65% maka effesiensi =
65
=
75
x 0,38
= 0,329
Pengotoran ruangan ini termasuk sedang, maka factor depresiesinya untuk 1 tahun
0,8
200 . 4 . 4
∅t =
0,329 .0,8
= 12158 luman
∅t
N =
∅L
12158
=
6000
= 2, 02

Jadi jumlah titik lampu adalah 2 buah titik lampu


Untuk ruangan lainnya juga dihitung seperti ruang kantor diatas.
Setelah daya tiap lampu kita dapatkan langkah selanjutnya adalah membuat
diagram instalasi dan rekapitulasi dari instalasi yang kita rencanakan seperti
gamabar 1.7.

3. Menentukan material yang diperlukan sebagai berikut :


Dari gambar instalasi dan diagram instalasi kita bisa menghitung material yang
diperlukan sebagai berikut :

No Bahan Ukuran Satuan Banyak


1 Kotak hubungan bagi lengkap buah
2 Kabel NYM 2,5 mm meter
1,5 mm2 meter
3 Pipa Listrik 5/8 inc meter
4 snur meter
5 Klem 5/8 inc -
6 Bengkokan normal 5/8 inc -
7 Knie 5/8 inc -
8 Doos jalan 2-3-4 -
9 Rol isolator buah
10 Las dop buah
11 Tali benang 1 mm buah
12 Isolator pita
13 Saklar seri 6 A 250 V buah
14 Saklar tunggal 6 A 250 V buah
15 Tule buah
16 Fiting gantung 6 A 250 V buah
17 Fiting duduk 6 A 250 V buah
18 Stopkontak 6 A 250 V buah
19 Sekrup kayu -
20 Kayu roset buah
21 Soket buah
Watt
22 Lampu SL buah
Watt
23 Lampu TL -
Watt
24 Lampu pijar buah

Gambar 1.7 Diagram Instalasi dan Rekapitulasi Kantor


BAB II
PERENCANAAN INSTALASI PENERANGAN SARANA OLAHRAGA
Olahraga merupakan kebutuhan jasmani seorang, olahraga bisa dilakukan pada
siang hari, sore hari dan malam hari, juga olahraga ada dilakukan didalam gedung dan
diluar gedung. Olahraga yang dilakukan pada sore hari pada malam hari memerlukan
penerangan buatan. Untuk mendapatkan penerangan yang bail diperlukan perencanaan
yang baik.
Masing – masing cabang olahraga mempunyai persyaratan yang berbeda – beda,
selanjutnya juga perlu dipenuhi keperluan visual para penonton.
Pada perencanaan penerangan olehraga jenis penempatan armatur harus
diperhitungkan terutama efek kesilauannya pada pemain juga pemeliharaan lampu harus
mudah dan murah.
Penerangan sarana olahraga ini bisa dibagi atas :
A. Perencanaan Instalasi Penerangan Lampu Sepakbola.

Lapangan sepakbola pada umumnya dibuat pada ruangan terbuka, untuk mendapatkan
penerangan yang merata memerlukan menara untuk tempat meletakkan lampu.
Langkah – langkah perencanaan instalasi lapangan sepakbola :
1. Menentukan tinggi menara.
Untuk menentukan tinggi menara kita menggunakan rumus :

H = ( D + 1/3 L ) Tgn 30°


Dimana :
H = Tinggi tiang lampu ( meter ).
D = Jika jarak tiang dengan sudut lapangan ( meter ).
L = Lebar lapangan ( meter ).

Menurut buku ligting manual dari Philips untuk mendapatkan penerangan


yang merata jarak tiang dengan tengah – tengah tiang gawang harus membentuk
sudut 25°. Dan dengan tengah – tengah panjang lapangan dengan sudut 5° seperti
gambar 2.1.

Gambar 2.1 Denah lapangan Sepek Bola.

2. Menentukan Jumlah tvitk lampu.

Untuk menentukan flux cahaya yang diperlukan digunakan rumus :


E. A

eff . d
Berdasarkan standar, penerangan untuk lapangan sepakbola diperlukan
intensitas penerangan sebesar 500 Lux. Sedangkan untuk menentukan efesiensi
penerangan dapat dilihat pada table 3 yang mana untuk penerangan luar efek dari
refleksi dinding, plafond an bidang kerja diabaikan.

Tabel 3
Efesiensi Penerangan Lampu Marcury

Faktor depresiasi

Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun X 85 80
2 tahun X 80 70
3 tahun X 70 65

Jenis lampu yang digunakan untuk lapangan sepakbola adalah lampu mercury,
dengan jenis metal holide lamp. Yang menurut katalog mempunyai data seperti table
4.
Tabel 4
Flux Cahaya Lampu

Kode Flux ( lumen ) Faktor Daya


HPIT 250 W 17.000 0,55
HPIT 400 W 31.000 0,55
HPIT 1000 W 81.000 0,55
HPIT 2000 W 109.000 0,55

3. Menghitung Material yang diperlukan.

Untuk menghiting material yang diperlukan kita bisa berpedoman kepada


gambar instalasi dan gambar diagram instalasi yang direncanakan.
Karena dayan yang digunakan untuk penerangan lapangan sepakbola cukup
besar, maka untuk mengoperasikan lampu digunakan kontaktor. Dengan
menggunakan kontaktor kita bisa menghidupkan dan mematikan lampu pada panel
lampu atau panel control.
4. Contoh Perencaan.

Rencanakanlah instalasi penerangan sebuah lapangan sepakbola dengan data –


data sbb :
Panjang Lapangan = 110 meter
Lebar Lapangan = 80 meter
Jenis lampu yang digunakan metal holide lamp. HPIT 2000 W / 220 V
Flux cahaya lampu = 189.000 lumen.
Cos ∅ lampu = 0,55
Intensitas cahaya = 500 Lux
Perencanaan .
a. Menentukan tinggi tiang yang digunakan.
Sebelum tinggi tiang ditentukan terlebih dahulu ditentukan jarak tiang dengan
sudut lapangan. Berdasarkan gambar 2.1 didapat panjang “a” = 22 meter dan
“b” = 7 meter, maka jaarak tiang dengan sudut lapangan dapat ditentukan

D = √ a2 +b 2
= √ 222+ 72
= √ 533
= 23 meter

H = ( D + 1/3 L ) Tgn 30°


= 23 + ( 1/3 . 80 ) . 0,577
= 28,6 meter

b. Indek ruangan

P.L
K =
hn .( P+ L)
110 . 80
=
28,6(110+ 80)
8800
= 5434
= 1,62
Pada tabel 3 didapatkan effesiensi penerangan dengan nilai rp, rv, rm diabaikan.
Untuk K = 1,5 effesiensi = 0,45
K = 2 effesiensi = 0,51
Untuk K = 2,3 ditentukan dengan interpolasi

1,62−1,5
Eff = 0,45 + ( 0,51 - 0,45 )
2−1,5
= 0,464
Karena pengotoran ruangannya termasuk sedang maka factor depresiasi untuk 2
tahun = 0,8.

c. Penentukan jumlah titik lampu


E. A
∅t =
eff . d
500. 110 . 80
=
0,464 . 0,8
= 11.956.521 luman

∅ L = 189.000 luman

∅t
N =
∅L
11.956 .521
=
189.000
= 63,2 titik

Titik lampu digenapkan menjadi 64 titik karena jumlah tiang ada 4 maka jumlah
lampu tiap tiang = 64/4 = 16 titik.

d. Mnentukan besarnya arus nominal tiap tiang.


Untuk menentukan besarnya arus nominal yang mengalir tiap tiang
digunakan rumus :

P
I =
V . cos ∅
Besar arus tiap lampu :
P
I =
V . cos ∅
2000
= = 16,52 A
220 .0,55

Besar arus tiap tiang 16 x 16,52 A = 264,32 A


Karena system instalasi yang digunakan system tiga fasa maka besar arus
nominal tiap tiang adalah
264,32
In =
3
= 88 A

e. Menentika penampang kabel yang digunakan.


Kabel yangdigunakan tidak boleh dibebani maksimum, besar arus kemampuan
kabel
= 1,25 x In
= 1,25 x 88
= 110 A
Kalau kita gunakan kawat NYY, berdasarkan tabel kawat NYY ( lampiran 2 )
kawat yang digunakan kawat NYY 4 x 35 mm 2. Dan panjang kabelnya
bisadiukur dari gambar 2.2
Berdasarkan gamabar 2.2 panjang kabel yang dipergunakan { 484 m +
( 4 x 28,6 )} + 10% = 658,24 meter.

f. Panjang pipa.
Karena instalasi dipasang didalam tanah maka kawat NYY harus
dipasang didalam pipa, yang panjangnya sama dengan kabel yang didalam tanah
tambah 10% = 484 + 10% = 532,4 meter.

g. Besarnya kemampuan kontaktor.


Kontaktor yang digunakan minimal mampu mengalirkan arus 1,25 x
In = 1,25 x 88 A = 110 A. berdasarkan lampiran 4, kontaktor yang digunakan
adalah tipe 3TB 5014, yang mampu untuk arus 110 A.

h. Besarnya kemampuan pengaman beban lebih


Pengaman beban lebih yang digunakan maksimal bisa diatur pada arus
1,25 x In = 1,25 x 88 A = 110 A.
Berdasarkan lampiran 5, pengaman beban lebih yang digunakan dengan tipe 3
UA 4300 – 8 AR yang bisa diseting dari 90 A – 110 A.

Gambar 2.2 Instalsi Lapangan Sepakbola

i. Besarnya kemampuan sekring cabang.


Sekring digunakan sebagai pengaman hubung singkat, besar kemampuan
sektring 88 A. digunaka sekring 100 A.

j. Besarnya diconection switch.


Sebagai pemutus digunaka disconnection switch besar kemampuannya
minimal 1,15 x In = 1,25 x 88 A sama dengan 92 A.
Digunakan disconnection switch 110 A sebagai pengganti disconnection switch,
boleh juga digunakan MCB yang mampu untuk arus 110 A.

k. Besarnya sekring utama.


Besarnya sekring utama = 1,25 x arus nominal terbesar + arus nominal
lainnya.
= ( 1,25 x 88 A ) + ( 3 x 88 A ) = 372 A.
Digunakan sekring 400 A.
Gambar diagram pengawatan lapangan sepakbola ini danbentuk tiang
lampu dapat dilihat pada gambar 2.3 dan 2.4
Gambar 2.3 Diagram pengawatan lapangan sepakbola.

Gambar 2.4 bentuk tiang lampu lapangan sepakbola.

l. Material yang digunakan.


Dengan data yang telah terkumpul maka dapat disusun jumlah materialyang
digunakan sebagai berikut :

No Nama Material Jumlah


1 Lampu HPIT 2000 M / 220 V 64 buah
2 Armature lampu SNF 026 64 buah
3 Tiang lampu setinggi 28,6 m 4 buah
4 Panel box tiap tiang 4 buah
5 Panel box utama 1 buah
6 Sekring 100 A 12 buah
7 MCB 3 fasa 110 A 4 buah
8 Sekring utama 400 A 3 buah
9 Termal over load relay 4 buah
10 Kontaktor 3 fasa 110 A 4 buah
11 Kabel NYY 4 x 35 658,24 m
12 Kabel NYY untuk control 2 x 1,5 600 meter
13 Pipa PCB tabel Meter
14 Sambungan pipa Buah

B. Perencanaan Instalasi Penerangan Lapangan Tenis.

Lapangan tenis pada umumnya dibuat dilapangan terbuka, untuk permainan


yang dilakukan pada sore hari dan malam hari diperlukan penerangan buatan.
Langkah perencanaan instalasi lapangan tenis :
1. Menentukan tinggi tiang.
Berdasarkan lighting manual dari Philips, untuk mendapatkan penerangan yang
merata, untuk sebuah lapangan tenis dapat dipasang posisi tiang seperti gambar 2.5 .

Gambar 2.5a Posisi tiang penerangan lapangan tenis untuk dua lapangan.
Gambar 2.5b Posisi tiang penerangan lapangan tenis untuk satu lapangan.

Dari gambar 2.5a dapat dilihat bahwa untuk dua lapangan tenis cukup dipasang
4 buah tiang dengan tinggi 15 meter, sedangkan untuk satu lapangan cukup dipasang
4 buah tiang setinggi 12 meter.

2. Menentukan jumlah fluk cahaya.


Untuk menentukan fuk cahaya yang diperlukan, digunakan rumus :

E. A
∅ =
eff . d

Berdasarkan standar penerangan dalam gedung – gedung intensitas penerangan


untuk lapangan tenis 300 – 500 lux, dan effesiensi penerangannya dapat dilihat pada
tabel 5.
Jenis lampu yang digunakan adalah lampu mercury, dengan jenis metal holide
lamp atau lampu sodium (sox). Kalua menggunakan lampu sodium pemain tens harus
berpakaian putih.

Tabel 5
Effsisnsi Penerangan Lampu Sodium

Faktor depresiasi

Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun x 85 80
2 tahun x 80 70
3 tahun x 70 65

3. Menghitung material yang diperlukan


Pada umumnya instalsi lapangan tenis dipasang didalam tanah dan jenis kabel
yang digunakan adalah NYY , NYFGbY atau kabel yang sejenis dengan itu.
Cara menghitung materialnya sama dengan menghitung material untuk instalasi
penerangan lapangan sepakbola.

4. Contoh perencanaan.
Rencanakanlah instalasi penerangan dua lapangan tenis yang diketahui sebagai
berikut :
Panjang areal yang harus diterangi = 28 meter
Lebar areal yang harus diterangi = 24 meter
Jumlah tiang = 4 buah
Tinggi tiang = 15 meter
Pemasangan tiang seperti gambar 2.5a
Intensitas penerangan = 475 lux
Lampu yang digunakan Son/T 1000 W / 220 V
Fluk lapu = 13.000 lumen
Cos lampu
∅ = 0,45

Perencanaan :
a. Indek ruangan.

P.L 24 . 28
K =
hn .( P+ L)
=
15(24+ 28)
= 0,8

Dari tabel . 5 didapat eff penerangan nilai rp, rv, dan rm tidak diperhitungkan.
Untuk K = 0,8 eff = 0,44, karena pengotoran ruangan termasuk sedang, maka
factor depresiasi untuk 3 tahun sama dengan 0,7.

b. Penentuan jumlah titik lampu.


Untuk menentukan jumlah titik lampu digunakan rumus :

E. A
∅t =
eff . d
475 . 28. 24
=
0,44 . 0,7
= 1036363,6 luman
∅ L = 130.000 luman

∅t
N =
∅L
1036363,6
=
130.000
= 7,972 titik
Jumlah titik lampu dibulatkan menjadi 8 titik yang berarti 2 lampu tiap tiang.

c. Besarnya arus nominal tiap tiang

P
I =
V . cos ∅
1000
= = 10 A
220 .0,45
Besar arus nominal tiap tiang = 2 x 10 A = 20 A

d. Menentukan penampang kabel yang digunakan


Sistem pemasangan lampu dilapangan tenis ini masing – masing di suplay
dengan system satu fasa, karena tiang ada 4 buah maka ada salah satu fasa
melayani dua tiang. Untuk menyeimbangkan beban, beban pada fasa lainnya
digunakan untuk penerangan lain.
Karena satu tiang disuplay dengan system satu fasa maka arus kemampuan
kabel
= 1,25 x In
= 1,25 x 20 = 25 A

Berdasarkan lampiran 2 kawat yang digunakan adalah 2 x 2,5 mm


Dari gamabar instalasi, dangambar diagram pengawatan seperti gambar 2.6 dan
gambar 2.7 didapatkan panjang kabel yang dibutuhkan yaitu :
206 + 10% = 220,6 meter.

e. Menentukan jumlah pipa.


Untuk menentukan jumlah pipa kita bisa mengukur gambar instalasi dan
berdasarkan hasil pengukuran didapat panjang yang diperlukan 146 + 10% =
160,6 meter.

f. Menentukan besar kemampuan kontaktor.


Karena system instalasi yang digunakan system 3 fasa dan arus fasa terbesar
40 amper, maka kontaktor yang digunakan minimal harus mapu untuk arus 1,25 x
40 = 50 A. berdasarkan lampiran 4 kontaktor yang digunakan adalah 3 TB 4617
yang mampu untuk arus 63 A.

Gambar 2.6 gambar instalasi lapangan tenis.

Gambar 2.7 diagram pengawatan lapangan tenis.

g. Menentukan besar kemampuan pengaman hantaran cabang.


Masing masing tiang mempunyai pengaman hantar singkat, karena arus yang
mengalir tiap tiang 20 A, maka arus sekring cabang yang dipasang adalah 20 A.

h. Menentukan besarnya circuit breaker.


Circuit breaker dipasang sebagai pemutus pemutus dan penghubung untuk
masing – masing cabang. Kemampuan MCB yang dipasang = 1,25 x 20 A = 25
A. brdasarkan lampiran 7 MCB yang dipasang adalah 30 Amper.
i. Menentukan besarnya pengaman hantaran utama.
Karena saluran utama merupakan system 3 fasa besar arus fasa yang terbesar
40 A, maka arus sekering utama yang dipasang 50 A.

Dari gambar instalsi dan gambar diagram pengawatan dapat disusun material yag
diperlukan sebagai berikut :

No Nama Material Jumlah

8 buah
1 Lampu SON T 1000 w / 220 V
8 buah
2 Armature lampu SNF 026
4 buah
3 Tiang lampu setinggi 15 m
1 buah
4 Panel box utama
4 buah
5 Sekring cabang 20 A
3 buah
6 Sekring utama 50 A
4 buah
7 MCB 1 fasa 30 A
1 buah
8 Kontaktor 3 fasa 63 A
94,6 m
9 Pipa PCB tabel 5/8 inc
160,6 m
10 Kabel NYY 4 x 35

C. Merencanakan instalasi penerangan gedung olahraga

Gedung olah raga bisa digunakan untuk bermacam – macam cabang olahraga
seperti, bulutangkis, bola volli, bola basket, sepak takraw dan sebagainya. Selain untuk
pertandingan olahraga, gedung olahraga juga bisa juga digunakan untuk keperluan lain
seperti rapat umum, acara kesenian dan lain – lain.
Karena sifat kegunaannya yang umum tersebut maka perencanaan instalasi
gedung olahraga harus bisa digunakan untuk semua keperluan tersebut.
Langkah – langkah perencanaan instalasi gedung olahraga adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan jumlah fluk cahaya.
Untuk menentukan kumlah fluk cahaya digunaka rumus :

E. A
∅ =
eff . d

Intensitas cahaya untuk olahraga bola volli, bola basket, bulu tangkis dan lain lain
diperlukan 300 sampai 500 lux dan jenis lampu yang digunakan adalah Fluorescent
atau lampu sorot ( lampu tungsten halogen metal holide ), sedangkan untuk keperluan
umum cukup dengan intensitas cahaya sebesar 200 lux.
2. Menghitung material yang digunakan.
Untuk menghitung material yang diperlukan dengan menghitung material untuk
instansi lapangan sepakbola.

3. Contoh perencanaan.
Rencanakan instalsi penerangan sebuah gedung olahraga sebagai berikut :
Panjang gedung = 70 meter
Lebar gadung = 25 meter
Tinggi ruangan = 15 meter
Jenis Lampu yang digunakan metal holide lamp
400 w / 220 V = 30.600 lumin
Cos ∅ = 0,55
Perencanaan :
Karena gedung olahraga ini digunakan serbaguna yang mana bisa digunakan untuk
pertandingan olahraga, acara kesenian, pertemuan umum dan lain lain, maka kita
merencanakan instalsinya sedemikian rupa supaya lampu dipasang bisa digunakan
untuk semua keperluan.

a. Effisiensi penerangan

P.L 70 .25
K =
hn .( P+ L)
=
15(70+25)
= 1,2

Karena efek warna flapon, dinding dan bidang kerja tidak diperhitungkan maka
berdasarkan tabel . 6 didapat efisiensi = 0,61. Disebabkan pengotoran ruangan
termasuk sedang maka factor penyusutan penerangan untuk 1 tahun = 0,85

Tabel 6
Efisiensi Penerangan Lampu Marcury { HPI 400 w }

Factor depresiasi

Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun X 85 80
2 tahun X 80 70
3 tahun X 70 65

b. Menentukan jumlah kelompok.


Jumlah fluk cahaya yang diperlukan

E. A
∅ =
eff . d
500. 70 . 25
=
0,61. 0,85
= 1687560 luman

Jenis lampu yang dipasang metal holide lamp yang satu kelompoknya sebanyak 7
buah lampu, arah lampu bisa diatur sesui dengan keperluan. Fluk cahaya untuk
satu kelompok = 7 x 30.600 = 214200 lumen, maka jumlah titik lampu =
1687560
N =
214200
= 7,878
Dibulatkan menjadi 8 kelompok.
Untuk menerangi efek kesilauan, lampu harus dipasang sedemikian rupa
seperti gambar 2.8. dari gambar dapat dilihat bahwa gedung ini bisa digunakan 2
lapangan bola volli atau 4 lapangan bulutangkis atau 2 lapangan bola basket.
Untuk keperluan intensitas cahaya yang lebih kecil maka lampu dalam satu
kelompok bisa dihidupkan sebahagian.

c. Menentukan besar arus tiap kelompok.


Untuk menentukan besar arus tiap kelompok digunakan rumus :
P
I =
V . cos ∅
7 x 400
= = 23,14 A
220 .0,55
Karena sistim sumber yang digunakan sistim 3 fasa, maka arus tiap fasa adalah
23,14
=
3
= 7,71 A

Gambar 2.8 instalasi gedung olahraga

d. Menentukan jumlah kabel yang digunakan.


Dari gamabar instalasi dan gambar digram instalasi seperti gambar 2.9 bisa
dihitung jumlah material yang diperlukan.

Gambar 2.9 Diagram instalasi gedung olahraga.

Karena instalasi dipasang didalam ruangan maka digunakan kawat NYM 3 x 2,5
mm, berdasarkan gambar instalasi didapat jumlah kawat yang diperlukan yaitu
230 meter. Untuk menghitung material lainnya sama dengan penghitungan
material untuk instalasi rumah.
Dari gamabar instalsi dan diagram instalasi didapat material yang dibutuhkan
sebagai berikut :

No Nama Material Jumlah


56 buah
1 Lampu HPI Bus 400 w / 220 V
56 buah
2 Armature lampu
6 buah
3 Sekring cabang 10 A
3 buah
4 Sekring utama
1 buah
5 Panel Box
6 buah
6 MCB 3 fasa 10 A
1 buah
7 Kontaktor 3 fasa
60 meter
8 Pipa PCB tabel 5/8 inc
230 meter
9 Kabel NYM 4 x 2,5mm2
BAB III
PERENCANAAN INSTALASI TENAGA
Sebelum instalasi direncanakan terlebih dahulu harus diketahui untuk apa istilah
tersebut digunakan. Dalam perencanaan ini selain memikirkan masalah tekniknya kita
juga harus memikirkan masalah ekonominya, sebab dalam perencanaan instalasi kita
harus mengusahakan dengan biaya yang sekecil – kecilnya dengan hasil yang maksimal
dan memenuhi syarat syarat sesui dengan peraturan lain yang ada kaitannya dengan
instalasi listrik.
Selain mempehitungkan biaya pemasangan kita juga harus memikirkan biaya
pemeliharaannya dan perawatannya. Misalkan kita bisa merencanakan suatu instalasi
dengan biaya yang kecil akan tetapi biaya perawatannya akan cukup besar juga kurang
baik.
Dalam prakteknya instalasi listrik kalau dialiri oleh beban yang sesui, bisa
bertahan sampai 50 tahun, akantetapi berdasarkan peraturan listrik yang berlaku di
Indonesia, instalasi listrik harus diperiksa oleh pihak PLN atau badan yang ditunjuk
oleh PLN sekali dalam 5 tahun, apabila tidak memenuhi syarat sesuai dengan peraturan
yang berlaku harus ditukar.
Dalam merencanakan instalasai listrik yang digunakan untuk instalsi motor
listrik kita harus memikirkan sisitem pengawatan dan sistem control yang digunakan
untuk instalasi tersebut.
A. Sistem Control Untuk Instalsi Motor.

Untuk memahami sistem kerja alat kontrol untuk instalasi tenaga untuk motor
listrik terlebih dahulu kita harus tahu simbul simbul yang digunakan dalam rangkaian
kontrol.
Ada bermacam – macam simbol yang digunakan dalam rangkaian kontrol, hal ini
tergantung dari mana peralatan itu berasal. Pada umumnya simbul – simbul yang
banyak dipakai di Indonesia merupakan simbul : Eropa, Amerika, Jepang dan lain-lain.
Berikut ini akan dijelaskan simbul simbul yang banyak dipakai dalam sistem
kontrol motor.

Selain mengetahui simbul-simbul seperti diatas perlu juga dietahui kode singkatan-
singkatan diagram yang sering ditemui pada rangkaian kontrol, antara lain sebagai
berikut :
GIL (G) : Green Indikacator Lamp : Lampu indikator hijau.
RIL (R) : Red Indicator Lamp : Lampu indikator merah.
ANN : Annunciator : Tanda Peringatan.
CT : Current Transformator : Trafo Arus.
EMER : Emergency : Keadaan darurat.
CRD : Groud : Pentanahan.
GF : Ground Fault : Gangguan pentanahan.
HTR : Heater : Elemen Pemanas.
INST : Instantaneous : Seketika.
NC : Normali Open : Keadaan biasa terbuka.
OL : Over Load : Pengaman beban lebih.
TR : Transformator : Trafo.
TDAD : Time Delay Action : Kontak berubah saat coil mendapat
tegangan kembali setelah coil
kehilangan tegangan.
TDAE : Time Delay Action : kontaknya berubah sesaat setelah coil
mendapat tegangan.
B. Komponen Komponen Kontrol.

Disamping mengenal bermacam – macam simbol dan singkatan pada rangkaian


kontrol, perlu juga diketahui beberapa komponen yang digunakan untuk rangkaian
kontrol tersebut, antara lain :
1. Kontaktor

Merupakan kontak yang bekerja dengan dengan kemampuan elektro magnetik.


Kontaktor ini ada 2 macam yaitu kontaktor arus searah dan kontaktor arus bolak
balik. Seperti kita ketahui bahawa arus listrik di Indonesia dibangkitkan dengan
frekuensi 50 Hz, sehingga lstriknya akan mengalami nol 100 kali setiap detik.
Dengan adanya pegas yang dipasang untuk mengembalikan kedudukan semula dari
kontaktor maka kontaknya akan bergetar sesuia dengan frekuensi yang dipakai.
Untuk mengatasi hal ini inti kontaktor dipasang sebuah lagi kumparan yang
berfungsi sebagai pengunci, seperti gambar.3.1.
Dengan adanya kumparan bantu ini, maka pada kumparan dibangkitkan
tegangan induksi yang mengalir arus. Arus listrik yang terjadi terlambat terhadap
arus kumparan utama, sehingga pada saat daya magnit dari kumparan utama hilang
maka daya magnit pada kumparan bantu maksimum, sehingga daya magnit tetap
ada pada inti kontaktor dan kontak tetap terhubung.

Gambar 3.1 Kontruksi Kontaktor


Dari gambar 3.1 dapat kita lihat bagian bagian dari kontaktor yang meliputi :
1) Kotak luar kontaktor.
2) Terminal kontak tetap.
3) Lilitan magnit.
4) Inti magnit.
5) Lilitan bantu.
6) Pagas ( per ).
7) Kontak bantu.
8) Kontak bergerak.
9) Pagas kontak.

Didalam menggunakan kontaktor perlu diperhatikan tegangan yang tertera pada


lilitan (coil) nya sebab kalau tegangan yang dihubungkan kurang sampai 20% dari
tegangan yang tertera pada lilitan, maka kontaktornya tidak akan bekerja., kalau
tegangan yang dihubungkan lebuh besar maka lilitannya akan terbakar.
Selain memperlihatkan tegangan, arus kemampuan kontaktor harus juga
diperhatikan. Sebab kalau kontaktor dihubungkan dengan arus yang dihubungkan
dengan arus yang lebih besar dari kemampuannya maka kontak-kontak dari
kontaktor akan rusak.
Kontaktor banyak variasinya, ada yang dilengkapi 4 kontak dan ada yang 6
kontak dan sebagainya, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada lampiran 4.
Kontaktor biasanya mempunyai 3 kontak utama dengan nomor 1, 3, 5 dan
sambungannya diberi nomor 2, 4, dan 6 untuk sambungan ke beban. Sedangkan
kontak bantunya diberi nomor 13 dan 14.
Pada kontaktor yang mempunyai ddelapan kontak biasanya dilengkapi dengan
terminal bantu Normali Open (NO) dan Normali Close (NC).
2. Kontak Timer

Kontak ini bekerja secara tertunda, kontak ini juga mempuyai terminal NO, NC.
Timer sangat berguna untuk mengatur atau mengontrol mesin terutama motor
– motor yang besar yang dioperasikan dengan menggunakan saklar segitiga
bintang, prinsip kerja timer dapat dilihat pada gambar 3.2.

Gambar 3.2 kontak Timer


Dari gambar dapat kita lihat apabila kumparan menerima arus bolak balik,
maka timbullah medan putar, sehingga rotor berputar. Rotor ini akan memutuskan
piringan dengan perentaraan roda gigi. Roda piringan ini diberi suatu tuas yang
dapat menekan saklar, jarak dengan tuas dapat diatur sehingga waktu antara
kumparan diberi daya dengan tertekannya saklar dapat diatur.
Bila daya yang diberikan kekumparan hilang maka pegas akan menarik lagi
piringan kedudukan semula dan saklar akan kembali kedudukan semula.
3. Tombol Tekan.
Tombol tekan terdiri dari NO dan NC digunakan pada untaian pengendali
yaitu untuk menjalankan dan menghentikan mesin.
4. Selector Switch

Selektor ini digunakan untuk menentukan beberapa posisi pilih seperti cara
operasi mesin manual stop otomatis.
5. Saklar Pembatas

Saklar ini berfungsi sebagai pembatas gerakan, titik kerja kontaknya dapat
diatur pada harga tertentu.
Kontak ini ada bermacam – macam yaitu :
a. Pembatas panas ( Temperatur Switch ).
b. Pembatas tekanan ( Pressure Switch ).
c. Pembatas aliran ( Flow Switch ).
d. Pembatas gerakan mesin ( Limit Switch ).

6. Relay – relay

Relay – relay ini dalam penggunaannya dilengkapi dengan kontak yang


dipergunakan arus, tegangan dan lain-lain.
Ada bermacam – macam relay antara lain :
a. Control Kontaktor atau Interlock relay.
Suatu Kontaktor yang bekerja tergantung dari keadaan atau posisi bebebrapa
peralatan lain. Jadi menjaga urutan operasi dari suatu unit mesin atau sebagai
pengecekan bagi kondisi mesin untuk pengaman ataupun untuk benarnya urutan
kerja mesin

b. Distance Relay.
Relay yang berfungsi bila hanya admitansi, ipedensi atau reaktansi
bertambah atau berkurang dari suatu harga tertentu.

c. Under Voltage Relay.


Relay yang bekerja bila terjadi penurunan tegangan sampai dibawah harga
tertentu.

d. Annurciator Relay.
Alat yang berfungsi untuk memberi tanda cahaya ( 1 lampu ) menunjukan
alat proteksi mana yang bekerja, pengaturannya secara manual dan bekerja
secaranya secara otomatis.

e. Direction Power Relay.


Alat ini bekerja bila besarya daya mencapai harga tertentu.

f. Field Relay.
Relay ini bekerja kalau terjadi ketidak normalan arus penguat magnit
( field ), biasanya bekerja kalau penguatnya kecil.

g. Incamplate Sequence Relay


Relay yang bekerja mematikan atau mengembalikan mesin kedalam normal,
apabila urutan untuk start atau urutan stop tidak benar.

h. Ground Protective Relay


Relay yang bekerja bila terjadi gangguan pada isolasi suatu mesin, trafo dan
alat – alat lainnya ke tanah.

C. Sistem Kontrol Motor


Ada bermacam –macam sistem kontrol motor antara lain :
1. Operasi start dan stop
Sistem ini digunakan untuk pengoperasian motor motor listrik ukurankecil
sepeti gambar 3.3

Gambar 3.3 Rangkaian Operasi start stop


A = Rangkaian Utama
B = Rangkaian Pengendali

Dari gambar dapat kita lihat , bila tombol start ditekan maka arus akan mengalir ke
coil kontaktor. Dengan bekerjanya coil maka kontaktor kan bekerja yang dpat
dilihat dengan menutupnya kontak NC, motor akan berputar, lampu merah akan
menyala. Kontak bantu Normali Open ( NO ) dari kontaktor terhubung dan kontak
NC membuka yang mengakibatkan lampu hijau mati. Rangkaian ini terus
terhubung walaupun kontak start dilepas sebab sudah ada sebuah kontak pengunci
terpasang paralel dengan terminal start.
Bila tombol stop ditekan maka arus coil kontaktor akan terputus dan kontak
utama akan terbuka maka motor akan berhenti. Bila terjadi beban lebih pada saat
motor terjadi beban lebih pada saat motor sedang bekerja, maka Termal Over Load
Relay akan bekerja memutuskan hubungan listrik ke coil kontaktor sehingga motor
berhenti.

2. Operasi start stop dari dua tempatatau lebih.


Sistem ini biasanya digunakan di industri – industri yang mana mesin bisa
beroperasi diruang kontrol dan dioperasi dilapangan tempat mesin dipasang, seperti
gambar 3.4
Supaya motor dapat dioperasikan disua tempat maka hubungan adalah :
 Tombol start ( NO ) dihubungkan paralel.
 Tombol star ( NC ) dihubungkan seri.
Gambar 3.4 Motor yang dioperasikan dari dua tempat atau lebih
3. Operasi motor yang mempunyai dua arah putaran.
Sisitem ini biasanya digunakan di industri – industri untuk mengontrol mesin
bubut, lift, bel comvayer dan lain – lain. Untuk membatasi gerak motor ke kiri dan
ke bawah digunakan limit swich.
Untuk merubah putaran motorinduksi 3 fasa cukup dengan merubah
kedudukan kawat 2 fasa yang masuk kelilitan motor. Untuk membalik putaran
motor dari arah mundur ( reverse ) kearah maju haruslah dihentikan motor benar
benar berhenti. Supaya tidak terjadi penekanan keliru, maka digunakan kontaktor
yang dilengkapi dengan pengunci kontak. Dengan demikian tidak mungkin dua
buah kontaktor dapat bekerja bersama-sama. Pada gambar 3.5 dapat dilihat
rangkaian utama dari sebuah motor yang bisa beroperasi dengan dua buah arah
putaran.
Bekerjanya rangkaian ini sebagai berikut : bila tombol reserve di tekan, arus
mengalir dari jala jala R ke S melalui tombol stop – tombol reserve NC 2 – HC –
OL1. Setelah reserve dilepaskan arus mengalir dari jala jala R – S melalui tombol
stop MC1 – HC2 – OL1. Maka kontak kontak lainnya menghubungkan arus ke jala
jala motor.
Bila tombol forward ditekan, arus tidak dapat mengalir HC 2 sebab NC1
terbuka. Untuk menghentikan tombol stop ditekan, arus ke HC 1 terputus, sehingga
kontak terlepas, kecuali NC1 malah terhubung.
Untuk membalik arah putaran motor, ditekan tombol forward maka HC2 dilalui
arus listrik dan NC2 terbuka setelah tombol forward dilepas. Arus dari jala jala R –
S megalir melalui tombol stop – NC2 – NC1 – HC2 – OL sedangkan kontak kontak
lainnya telah merobah kedua fasa yang kemotor sehingga motor terbalik arah
putarannya.

Gambar 3.5 Operasi motor dengan dua buah arah putaran

4. Operasi berurutan menggunakan timer.


Sistem ini biasanya digunakan di industri-industri yang mana proses kerja
mesinnya berurutan yang prinsip kerjanya dapat dilihat pada gmbar 3.6.

Gambar 3.6 motor yang bekerja berurutan.

Bola tombol start ditekan maka motor A akan berputar, setelah 50 detik kontak
timer T akan menutup dan motor B akan berputar.

5. Operasi motor dengan saklar bintang segitiga.


Sistem ini digunakan untuk menghidupkan motor listrik induksi tiga fasa ukuran
menengah dan besar. Sebabmotor induksi ini mempunyai arus asut sampai 6 kali
arus nominalnya. Bila motor dihubungkan pad tengangan yang tetap dalam
I
hubungan bintang kumparan motor akan menerima teganga tegangan jala jala
√3
I
sehingga arus fasa jugaturun bila motor dihubungkan segitiga. Dengan
√3
menggunakan saklar bintang segitiga ini kita bisa memperkecil arus start motor
induksi. Gambar 3.7 memperlihatkan sistem hubungan saklar bintang segitiga yang
dilengkapi dengan timer.

Gambar 3.7 Saklar bintang tiga.

Dari gambar dapat kita lihat bahwa, kalau saklar ON ditekan maka saklar M akan
menutup dan saklar S juga menutup, setelah beberapa menit maka kontak D akan
menutup dan kontak S akan lepas, dengan sendirinya motor sudah terhubung dalam
keadaan segitiga.

a. Analisis hubungan bintang dan segitiga motor induksi tiga fasa


Suatu motor induksi tiga fasa harus dioperasikan dalam hubungan
bintang atau segitiga tergantung pada tegangan jaringannya. Tegangan yang
harus dihubungkan dengan kumparan motor, biasanya dinyatakan pada plat
nama motor tersebut, misalnya 220/380 V. Tegangan yang lebih rendah adalah
tegangan yang harus dihubungkan dengan kumparan fase motor. Suatu contoh,
bila diketahui sebuah motor dengan tegangan nominal 380/660 V, maka
kumparan – kumparan fasenya harus mendapat tegangan jaringan 220/380 V,
motor harus dihubungkan segitiga sehingga setiap kumparan fae hanya
menerima tegangan 220 Vsaja, perbedaan tegangan yang terlalu rendah ini
menyebabkan motor tidak berjalan dengan normal yang terakhirnya dapat
merusak motor tersebut.
Analisis hubungan bintang dan segitiga motor induksi tiga fasa yang
dihubungkan pada tegangan jaringan yang sama adalah sebagai berikut :
b. Hubungan bintang.

Gambar 3.8 kumparan motor dalam hubungan bintang.


Keterangan :
VL = tegangan Line
Vf = tegangan fase
IL = Arus Line
If = Arus fase
Sistem tegangan pada hubungan bintang adalah :
I
VL = √ 3 Vf atau Vf = VL .................. (1)
√3
Sistem / persaan arus pada hubungan bintang adalah :
IL = If .............................................................. (2)
c. Hubungan Bintang.
Bila kumparan motor diubah ke hubungan segitiga, maka kumparan motor
disamping lansung pada jala jala ( gambar 3.9 )

Gambar 3.9 kumparan motor dalam hubungan segitiga.


Keterangan :
VL = tegangan Line
Vf = tegangan fase
IL = Arus line
If = Arus fase

Persamaan teganggan pada ubungan segitig adalah sebagai berikut :


VL = Vf ....................................... (3)
Persaan arus pada hubungan segitiga adalah :
IL = √ 3 If
If = √ 3 IL ........................................... (4)
Hubungan yang diperolehdari perubahan lilitan / kumparan motor
hubungan bintang ke hubungan segitiga adalah :
VL ( ∆ ) = V f : VL (Y) = √3 Vf (Y)
1
Vf (Y) = VL ( Y )
√3
Maka :
VL ( Y ) = VL ( ∆ ) = Vf ( ∆ )
VL ( Y ) = Vf ( ∆ )
1
Vf (Y) = VL ( Y )
√3
I 1
Vf (Y) = VL ( ∆ ) = Vf ( ∆ )
√3 √3
Bila harga If ( ∆ ) dipergunakan persamaan (4) maka :
1 1
If ( Y ) = IL ( ∆ )
√3 √3
1
If ( Y ) = IL ( ∆ ) atau
3
1
If ( Y ) = I L ( Y ) = IL ( ∆ ) ................................. (5)
3
Berdasarkan persamaan 5 diatas, bahwa arus jala jala hubungan bintang adalah
1/3 kali arus jala jala pada hubungan segitiga. Dengan demikian pengasutan
motor dengan bintang segitiga adalah memperkecil arus asut sampai 1/3 kali
padajaringan atau line.
Sementara hubungan arus yang terjadi pada kumparan motor saat
hubung bintang ke hubungan segitiga adalah sebagai berikut :
IL = I f
Arus pada hubungan segitiga adalah :
1
If = IL
√3
Dari urutan diatas telah diperoleh bahwa :
1
If ( Y ) = I L ( Y ) = I (∆)
3 L
Berdasarkan persamaan 4, didapat :
I ( Y ) = 1/3 I ( ∆ )
If ( Y ) = 1/3 √ 3 If ( ∆ )
If ( Y ) =
√ 3 If ( ∆ )
3
1
If ( Y ) = If ( ∆ ) atau
√3
I ( Y ) = 0,577 I ( ∆ ) .................................................... (6)
Berdasarkan persaan 6 diatas, bahwa arus pada kumparan motor hubungan
bintang adalah 0,577 kali arus kumparan motor pada hubungan segitiga.
Dengan demikian,saat motor diasut dengan hubungan bintang maka arus yang
masuk pada kumparan motor telah berkurang 43,3 % dari arus yang masuk
pada kumparan motor saat motor dihubungkan segitiga.

6. Kontrol motor tegangan tinggi start tanpa reaktor.


Sistem ini digunakan untuk pengaturan motor – motor berdaya besar.
Tegangan motor biasanya sampai 6 KV tapi tegangan kontrolnya 120 Volt yang
diturunkan dengan transformator. Pada gambar 4.0 dapat dilihat rangkaian kontrol
yang tegangan jala jalanya 2400 volt.
Rangkaian kontrol motor ini dilengkapi dengan purchasers test yang berfungsi
untuk mencoba apakah rangkaian kontrol motor sudah siap untuk dijalankan.
Tegangan untuk perlengkapan ini diambil dari sumber lain yang dihubungkan pada
terminal purchasers test power. Untuk mencoba rangkaian kontrol motor ini,
pertamakali rangkaian transformator kita offkan dan terminal TPL purchasers test
kita ON kan.
Dalam posisi ini pengetesan dapat dilakukan setelah pengetesan selesai posisi
TP1 dapat dikembalikan ke posisi semula sehingga sekarang rangkaian tersebut
terhubung dengan transformator 2400/120 Volt.
Setelah rangkaian kontrol mendapat tegangan melalui transformator lampu
indikator hijau (G) menyala, pada waktu bersamaan speacehater ( SP.HTR ) dalam
ruang panel kontrol hidup.
Tombol ran ditekan sehingga mengenal, cara coil “UV” terhubung dengan
tombol stop. Apabila tombol start ditekan maka kontak UY. TO tertutup pada saat
yang sama kontaktor “MC” akan bekerja. Bekerja kontaktor MX akan
menghubungkan coil kontaktor “M” dengan sumber daya 120 Volt.

Gambar 3.10 kontrol motor tegangan tinggi start tampa reaktor

Karena kontaktor M mendapatkan tegangan maka akan mengerjakan kontak-


kontaknya. Pada saat lampu indikator hijau (G) akan mati, lampu indikator merah
(R) menyala. Menyalanya lampu indikator merah diikuti matinya SR.HTR baik
pada ruang panel kontrol (MCC) maupun pada motor, pada saat motor juga
bekerja.
Untuk menghentikan operasi motor cukup dengan menekan tombol stop, maka
berurutan kontaktor – kontaktor UV, MX, dan M akan kembali ke posisi semula
(OFF). Selanjutnya motor akan berhenti kemudian lampu indikator hijau (G)
maupun SP.HTR pada motor dan panel kontrol menyala kembali.

7. Sistem kontrol motor start dengan reaktor.


Sistem ini digunakan untuk motor – motor yang bekerja pada tegangan
maksimum 6 KV, sedangkan tegangan kontrolnya 120 Volt yang diturunkan
dengan transformator seperti gambar 3.11.
Dari gambar dapat kita lihat langkah – langkah pengoperasian motor ini, yaitu
sebagai berikut :
Rangkaian motor mendapat teganga 120 Volt dari transformator, melalui
TP1. Lampu indikator menyala., posisi tombol RUN terkunci. Apabila tombol
Start ditekan, coil kontaktor UV mendapat tegangan, maka coil kontaktor CR
mengerjakan kontak – kontaknya.dengan demikian kontak ICR menutup dan
mengerjakan coil kontaktor S dan 1 TR. Stel tombol kembali ke posisi semula,
maka UV selanjutnya mendapat tegangan melalui kontak – kontak UVI dan SL
selanjutnya coil – coil CR dan S tetap bekerja.
Time 1 TR merupakan time delay action, yang bisa diatur waktunya,
sedang 2TR merupakan time delay yang juga bisa diatur waktunya.
Bekerjanya coil S oleh 1CR akan menutup kontak – kontak S 1, S2, S3.
Selanjutnya karena kontak S2 telah terhubung dan kontak ITR1 masih dalam
posisi coil N dan 2TR akan bekerja.

Gambar 3.11 sistem terhubung motor start dengan reaktor

Pada saat ini kontak N1 membuka, demikian pula 2 TR1. Karena 2TR
merupakan time relay, setelah beberapa detik kemudian maka kontak 2 TR1
menutup kembali. Bersama matinya kontak S dan menghubungnya motor
dengan tegangan melalui reaktor yang diatur ditengah – tengah, maka motor M
bekerja melalui reaktor.
Setelah beberapa detik kemudian 1TR membuka kontak 1TR1.
Mengakibatkan 1TR 2 menutup, dengan membukanya kontak 1TR1 maka coil
N dan 2TK tidak bekerja, kontak N1 menutup kembali dan kontak 2 TR1 dalam
keadaan tertutup. Karena kontak – kontak 1TR 2, N1 dan 2TR1 telah tertutup
hal ini akan diikuti dengan bekerjanya coil R yang kemudian mengoperasikan
kontaktor R1, R2 dan R3. Maka pada saat ini motor bekerja dengan reaktor,
lampu indikator menyala dan lampu indikator hijau mati, hal ini menandakan
motor bekerja dalam keadaan normal tegangan penuh.

D. Merancang Instalasi Tenaga


Dalam merencanakan instalasi tenaga terlebih dahulu kita harus mempunyai
denah dari ruang yang akan kita pasang instalasinya atau kita lansung ke lapangan
tempat instalasi tersebut akan dipasang. Selain harus tahu kegunaan dari mesin dan
daya yang diperlukan masing – masing mesin tersebut.
Dari gambar denah kita bisa menghitung berapa banyak meterial yang
diperlukan untuk instalasi tersebut yang meliputi :
1. Pipa ( kalau instalasi pakai pipa )
2. Perlengkapan penyambungan pipa.
3. Kabel.
4. Peralatan kontrol.
5. Peralatan tambahan lainnya.

1. Menentukan jumlah pipa dan peralatannya.


Untuk menentukan jumlah pipa yang diperlukan untuk suatu instalasi kita
harus tahu denah dari bangunan tersebut. Dengan mengetahui jenis pemasangan
instalasi kita bisa mengukur panjangnya pipa yang diperlukan pada gambar denah
yang ada. Dengan diketahuinya jumlah pipa maka kita bisa menghitung jumlah
kapling (penyambung, luchnut, bashing, kotak sambung, kotak cadang, elbow dan
sebagainya).
Didakam menghitung jumlah pipa ini kita harus melebihkan 10 % dari jumlah
yang diperlukan sebab dalam pelaksanaanya ada potongan pipa yang tidak bisa
dipakai. Ukuran pipa yang dihubungkan kita sesuaikan dengan ukuran kabel yang
kita pakai.

2. Kabel.
Untuk menentukan jumlah kabel yang diperlukan untuk suatu instalasi kita
tahu denah dari bangunan yang akan kita pasang instalasinya, sama dengan
menentukan jumlah pipa, yaitu dengan mengukur jarak jumlah kabel yang kita
pakai. Dalam menentukan jumlah kabel ini kita harus melebihkan 10 % dari hasil
pengukuran, hal ini disebabkan karena adanya penyabungan kabel dan lain –
lainnya.
Untuk menentukan besarnya penampang kabel yang akan digunakan terlebih
dahulu kita harus tahu dulu daya motor yang dipasang, ddengan mengetahui daya
motor yang dipasang, dengan mengetahui daya motor kita bisa menentukan
besarnya arus yang mengalir dengan rumus :
P = V.I ( untuk motor DC )
P = V . I cos ∅ ( untuk motor satu fasa )
P = √ 3 . V . I cos ∅ ( untuk motor tiga fasa )
Dimana :
P = daya motor (PK)
V = tegangan kerja ( Volt )
I = arus yang mengalir (Ampere)
Cos ∅ = faktor daya
Dengan mengetahui arus listrik yang mengalir kita bisa menentukan besarnya
penampang kawat dari tabel kemampuan kawat mengalirkan arus listrik seperti
lampiran 2 dan lampiran 3.
Sebelum melihat tabel penampang kawat yang digunakan, arus listrik masing –
masing motor dekalikan dengan 125 % , sebab kita mengharapkan kabel tidak
selalu dialiri arus listrik yang maksimum. Kalau arus listrik yang mengalir dalam
kabel terus maksimum maka ketahanan instalasinya akan terbatas.
Kalau instalasinya cukup panjang kita harus lagi mencek rugi tegangan yang
terjadi pada penghantar, kalau rugi tegangannya 5 % ( untuk instalasi tenaga )
maka kabel yang dipasang harus lebih besar.
Untuk mengetahui rugi tegangan kita bisa mengetahuinya dengan rumus :
2. ρ . L . I cos ∅
S = ( untuk arus bolak balik satu fasa )
Vr
2ρ L.I
S = ( untuk arus searah )
Vr
ρ .√ 3 . L . I
S = cos ∅ ( untuk arus bolak balik tiga fasa ).
Vr
Dengan :
S = penampang kawat minimum supaya rugi tegangan sesui peraturan ( mm2 ).
L = Panjang pengantar dari sumber tegangan ke beban.
ρ = Tahanan jenis pengantar ( Ohm mm2 per meter ) untuk tembaga 0,0175.
I = Arus yang mengalir pada penghantar ( Ampere )
Vr = rugi tegangan antaara kawat yang diperkenankan ( Volt ).

Setelah kita mendapatkan besarnya kabel yang dipakai ( dengan melihat tabel )
kita cocokan dengan besarnya penampang kabel rumus drop tegangan yang
berlaku. Kalau luas penampang kabel berdasarkan tabel lebih besar dari
berdasarkan drop tegangan, kita pakai luas penampang kabel berdasarkan tabel 1
kemampuan kawat mengalirkan arus listrik. Akan tetapi kalau penampang kabel
berdasarkan tegangan drop lebih besar dari berdasarkan tabel, maka kita pakai luas
penampang kabel berdasarkan tegangan drop.

3. Rangkaian kendali motor


Setiap rangkaian motor harus dilengkapi pengontrol tersendiri, kecuali motor –
motor yang daya nominalnya tidak lebih dari 0,5 KW ( sesuai dengan PUIL 1987
ayat 520.62 ). Pengontrolan,pengendalian ataupun pengoperasian motor tersebut
yang ditempatkan pada suatu panel. Apabila untuk pengoperasian motor dengan
daya besar, harus dilakukan pengasutan pada saat motor akan dijalankan. Hal ini
perlu karena motor induksi rotor sangkar mempunyai arus asut sampai 6 hingga 7
kali arus nominalnya. Untuk memperkecil arus mula yang besar tersebut digunakan
alat pengasut.
Menurut PUIL 1987 pasal 520 telah diatur tentang “Rangkaian dan Pengendali
motor”. Kemudian pasal 520 A2, bahwa setiap motor dengan perlengkapannya
yang telah dipasang harus dalam keadaan baik serta dirancang dengn tepat untuk
maksud penggunanya dan sesuai dengan keadaan lingkungan tempat motor
tersebut akan digunakan. Kemudian mengenai kendali pengaman dan
pengoperasian motor dengan daya besar ( lebih dari 0,5 KW ) telah diatur dalam
PUIL 1987 pasal 520 sepertigambar 3.12.

Gambar 3.12 Rangkaian dan Kendali motor.

Berdasarkan gambar 3.12 bahwa peralatan pengaman dan pemutusan arus


dalam kendali motor adalah :
 Pengaman beban lebih
 Kendali
 Sarana pemutus
 Rangkaian motor
 Pengaman hubung singkat terhadap motor (sesudah rangkaian cabang)
 Pengaman hubung pendek sebelum rangkaian cabang.

a. Pengaman Beban Lebih


Pengaman ini adalah peralatan listrik yang dipasang untuk melindungi
motor yang sedang bekerja terhadap akibat beban lebih ( Over Load ).
Biasanya pengaman beban lebih menggunaka bimetal dan elektromagnetik,
tetapi pengaman beban lebih dapat juga digunakan dengan berdasarkan
mencairnya timah.
Pengaman beban lebih dipasang sepadan dengan perlengkapan
kendali/motor. Selain mengamankan motor, pengaman beban lebih juga
berguna untuk melindungi perlengkapan kendali motor dan pengantar
rangkaian motor terhadap pemanasan berlebih sebagai akibat beban lebih atau
sebagai akibat motor tak dapat diasut.
Beban lebih atau arus lebih pada waktu motor beroperasi bila bertahan
cukup lama akan mengakibatkan kerusakan atau pemanasan yang berbahaya
pada lilitan motor tersebut. Pengaman beban lebih harus dipasang pada semua
motor tiga fasa atau motor berdaya nominal satu daya kuda atau lebih.
Alat pengaman beban lebih yang dipasang tidak boleh mempunyai
nilai nominal, atau disetel pada nilai yang lebih tinggi dari yang diperlukan,
untuk memungkinkan motor diasut dn dipercepat pada beban penuh.
Pengaman beban lebih untuk motor – motor listrik dipilih pengaman
yang bekerja lambat. Sebab motor saat start mengambil arus yang besarnya 6
– 7 kali arus nominalnya, sehingga bila diambil pengaman yang bekerja cepat
maka pengamannya akan putus setiap dipergunakan untuk start. Arus ranting
dari pengaman beban lebih ini maksimum 125 % arus nominal motor.

b. Kendali.
Yang dimaksud dengan kendali ( kontrol motor ) ialah sarana yang mengatur
tenaga listrik dengan cara yng sudah ditentukan yang dialirkan ke motor.
Kedalamnya termasuk juga sarana yang biasa digunakan untuk mengasut dan
menghentikan motor yang dikendalikannya. Untuk motor arus bolak balik
kendali harus mampu memutuskan arus macet. Rating ukuran alat
kendali/kontrol motor ditentukan berdasarkan arus nominal motor yang
sebanding dengan beban yang dipasang. Penggunaan alat asut tergantung
kepada motor yang digunakan perlu diasut atau tidak. Rating ukuran alat ini
ditentukan berdasarkan arus nominal motor atau beban yang dipasang yaitu
125 % kali satu nominal motor atau beban.

c. Sarana Pemutus.
Setiap motor harus dilengkapi dengan sarana pemutus tersendiri, kecuali
motor dengan daya nominal tidak lebih dari 1,5 KW. Syarat sarana Pemutus :
1) Sarana pemutus harus dapat memutuskan hubungan antara motor serta
kendali dan semua pengantar suplai yang tidak dibumikan dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada kutup yang dapat
dioperasikan tersendiri.
2) Sarana pemutus harus dapat menunjukkan jelas apakah sarana tersebut
pada kedudukan tersebut pada kedudukan atau tertutup.
3) Sarana pemutus harus mempunyai kemampuan arus sekurang –
kurangnya 115 % dari arus beban penuh motor.
4) Sarana pemutus yang melayani motor dan beban lainnya, harus
mempunyai kemampuan arus sekurang kurangnya 115 % dari jumlah
arus beban pada keadaan beban penuh.

d. Rangkaian Motor.
Pengantar rangkaian akhir yang menyerupai sebuah motor haruslah
mempunyai kemampuan hantar arus sekurang – kurangnya 110 % dari arus
nominal beban penuh. Disamping itu juga untuk jarak jauh perlu dipergunakan
penghantar yang cukup ukurannya sehingga tidak terjadi susut tegangan yang
berlebihan.
Penghantar rangkaian akhir yang menyerupai dua motor atau lebih
mempunyai hantar arus kurang dari jumlah arus beban penuh rangkaian semua
motor itu, ditambah 10 % dari arus beban penuh motor yang terbesar dalam
kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar adalah yang mempunyai
beban penuh tertinggi.

e. Pengaman Hubung Pendek Rangkaian Motor ( sesudah rangkaian cabang ).


Setiap motor diamankan tersendiri terhadap arus lebih yang diakibatkan
hubung pendek, kecuali untuk motor :
1) Motor yang terhubung pada rangkaian akhir yang diamankan oleh arus
hubung pendek yang mempunyai nominal atau stelan tidak lebih dari
16 A.
2) Gabungan motor yang merupakan bagian dari pada mesin atau
perlengkapannya,asal setiap motor diamankan oleh satu atau lebih,
yang mempunyai nilai nominal atau stelan yang lebih tinggi dari arus
untuk mengasut motor beban penuh, yang dapat menggerakkan sebuah
saklar untuk menghentikan semua motor sekaligus.
Nilai nominal motor atau stelan gawai pengaman arus hubung pendek harus
dipilih sehingga motor dapat diasut, sedang penghantar rangkaian akhir gawai
kendali motor tetap diamankan terhadap arus hubung singkat.
Untuk rangkaian akhir yang menyerupai motor tunggal, nilai nominal
atau stelan pengaman arus hubung pendek dapat disesuikan dengan tabel 7.
Untuk rangkaian akhir yang menyerupai beberapa motor nilai nominal atau
stelan alat pengaman hubung pendek haruslah merupakan jumlah dari semua
motor tersebut dihitung menurut tabel 7 untuk masing masing motor.

Tabel 7
Nilai nominal atau Stelan Tertinggi Gawai Pengaman Rangkaian Motor
Terhadap Hubung Pendek ( menurut PUIL 1987 pasal 520.E.2.3)

PRESENTASE ARUS BEBAN PENUH


JENIS MOTOR PENGAMAN
PEMUTUS DAYA
LEBUR
Motor sangkar atau serempak,
dengan pengasutan bintang segitiga,
langsung oada jala atau jaringan 250% 400%
dengan reaktor atau resistor dan
motor satu fasa

motor sangkar atau serempak dengan 200% 400%


pengasutan auto transformator,atau
motor reaktans tinggi

motor rotor lilit atau arus searah 250% 400%

f. Rangkaian Cabang
Penghantar rangkaian akhir yang menyerupai 2 motor atau lebih tidak
boleh mempunyai kemanpuan hantar arus kurang dari jumlah arus beban
penuh semua motor itu, ditambah 110% dari arus beban penuh motor yang
terbesar dalam kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar ialah yang
mempunyai arus beban penuh tertinggi.

g. Pengaman Hubung Pendek Rangkaian Cabang.


Suatu rangkaian cabang yang menyuplai beberapa motor harus
dilengkapi dengan pengaman arus lebih terhadap hubung pendek, yang tidak
melebihi nilai nominal atau stelan gawai pengaman rangkaian akhir motor
yang tertinggi, ditambah dengan jumlah arus beban penuh motor lain yang
disuplai rangkaian tersebut.

E. Menentukan Arus Rated Motor.


Pada masa sekarang ini semua perusahaan membuat motor yang dilengkapi
dengan data data teknik dan karakteristik motor yang diproduksinya, seperti lampiran
3. Dengan melihat data – data dari motor tersebut kita bisa mengetahui arus rated dari
motor. Dengan mengetahui arus rated ini kita bisa menentukan besarnya penampang
kawat, pengaman dan perlengkapan kontrol suatu instasi.

F. Contoh Rencana Instalasi Tenaga.


Rencana instalasi suatu bengkel berukuran 2 x 25 meter, yang susunan motornya
seperti gambar 4,3 dan data data motornya sebagai berikut :

No. Daya Faktor Daya Efisiensi


1 30 0,86 0,86
2 20 0,86 0,85
3 50 0,86 0,88
4 20 0,86 0,85
5 30 0,86 0,86
Instalasi dipasang didalam tanah dengan menggunakan kabel NYFGbY. Sumber
tegangan yang tersedia 3 fasa 50 Hz, 380 Volt. Tentukan jumlah material yang
diperlukan untuk instalasi tersebut.
1. Motor .1.
Jarak antara panel ke motor 14 m ( diukur dan dikali dengan skala gambar ).

Gambar 3.13 Instalasi sebuah bengkel.


P
IR =
2 √ 3 . V . cos ∅
746 x 30
=
0,86 .380 . √ 3 .0,86
= 45,3 A
Arus yang di izinkan 125 % x 45,3 = 56,625.
Berdasarkan tabel kawat NYFGbY pada lampiran 3 dapatkita lihat bahwa
penampang kawat untuk arus 56,625 adalah 6 mm2.
Berdasarkan tegangan drop.
L. I √ 3 ρ
S = cos ∅
Vr
Tegangan drop maksimum yang dibolehkan 5% x 380 volt sama dengan (=) 19
volt.
14 x 65,625 . 0,0175 √ 3
S =
19
2
= 0,73 mm .
a. Berdasarkan hasil dari tabel dan berdasarkan tegangan drop kita dapatkan dua
macam ukuran kabel. Sesuai dengan teori kita pakai kabel NYFGbY 3 x 6 mm 2
panjang kabel 14 m + 10% = 15,4 meter.
b. Berdasarkan kemampuan kontaktor yang harus dipasang, yaitu kontaktor yang
mampu untuk menyalurkan arus listrik 56,625 A. Berdasarkan tabel
kemampuan kontaktor pada lampiran lima dapat kita lihat bahwa kontaktor
cocok adalah kontaktor 3 TB 4714, kontaktor ini yang paling mendekati, dia
mampu mengalirkan arus listrik sebesar 63 A.
c. Berdasarkan kemampuan termal over load relay yang harus dipasang yaitu
termal yang arus maksimumnya 56,625 A. Berdasarkan tabel kemampuan
termal over load relay pada lampiran 6 dapat kita lihat termal yang coco
adalah dengan type 3 AU 4200 – 7 AN yang mempunya arus yang bisa diatur
dari 40 A sampai 63 A.
d. Berdasarkan kemampuan sekring sebagai pengaman hubung singkat pada
motor adalah 2,5 x 45,3 A = 113,25 A. Untuk ini diambil sektring yang
paling mendekati yaitu 125 A.
e. Besarnya circuit breaker yang dipakai, kemampuannya hampir sama dengan
termal over load relay, dapat kita lihat pada lampiran 7 dari tabel dapat kita
lihat circuit breaker yang paling cocok adalah 60 A. Kalau kita memakai
circuit breaker pada suatu untaian listrik maka disconection switch tidak perlu
dipasang lagi.
2. Motor .2.
Jarak antara panel ke motor no.2 = 13 meter
746,20
In = = 31
0,86 x 380 x √ 3 . 0,85
Arus yang di izinkan = 1,25 x 31 = 38,75 A.

Berdasarkan tabel kawat NYFGbY dan lampiran 3 dapat kita lihat bahwa
penampang kawat untuk arus 38,75 A adalah 4 mm.
Tegangan drop tidak usah dicari lagi cukup dicari untuk motor yang paling jauh
dari panel.
a. Untuk motor no.2 dipakai kawat NYFGbY 3 x 4 mm 2 sepanjang 13 +
10% = 14,3 meter.
b. Kontaktor yang diperlukan untuk motor 2 harus mampu untuk arus 38,75 A,
yaitu kontaktor 3 TB 4617, kontaktor ini paling mendekati.
c. Termal over load relay yang dipasang yaitu 3 AU 4200 – 7 AJ yaitu termal
over load relay yang mempunyai arus yang bisa dipakai sekring 75 A.
d. Besarnya circuit breaker yang di pasang yaitu 40 A.

3. Motor 3
Jarak antara panel ke motor = 5,5 meter
746 . 50
In = = 74,88 A
0,86 .380 . √ 3 .0,88
Arus yang diizinkan 1,25 X 74,88 = 93,6 A.
a. Kawatyang cocok dipasang yaitu NYFGbY 3 x 16 mm2.
b. Kontaktor yang dipasang yaitu 3 TB 5017 – 0 AMO
c. Termal over load relay yang dipasang yaitu 3 AU 4300 - 8 AP,termal ini
mempunyai kemampuan arus yang bisa di atur antara 75 – 100 A.
d. Sekring yang dipasang yaitu 2,5 x 74,88 A = 187,2 Amper, untuk itu dipakai
sekring 200 A.
e. Besarnya circuit breaker yang dipasang yaitu 100 A.

4. Motor 4.
Semua komponen yang digunakan sama dengan motor nomor 2.

5. Motor 5.
Semua komponen yang digunakan sama dengan motor nomor 1.
Sekring utama yang digunakan : ( 1,25 x 74,88 ) + 31 + 31 + 38,75 = 233,1 A.
Untuk itu depakai sekring 250 A.
Circuit breaker untuk saluran utama yaitu : 250 A.
Berdasarkan data data diatas dapat disusun material yang diperlukan sebagi
berikut:
1) Kawat NYFGbY ukuran :
3 x 16 mm2 = 6 meter
3x6 = 30,8 meter
3x4 = 28,6 meter
2) Kontaktor
3 TB 4714 = 6 buah ( karena satu motor memerlukan 3 buah kontaktor sebab
motor dihubungkan bintang segitiga ). Yaitu 1 untuk kontaktor utama, 1
untuk segitiga,dan 1 untuk bintang.
3 TB 5017 = 3 buah.
3 TB 4617 = 6 buah.
3) Time switch 5 buah.
4) Termal over load relay.
3 AU 4200 – 7 AN = 2 buah
3 AU 4200 – 7 AJ = 2 buah
3 AU 4300 – 8 AP = 1 buah
5) Besarnya sekring.
125 A = 6 buah
75 A = 6 buah
200 A = 3 buah
250 A = 3 buah
6) Circuit breaker.
60 A = 2 buah
40 A = 2 buah
100 A = 1 buah
250 A = 1 buah
Gambar diagram perawatan dari instalasi ini dapat dilihat pada gambar 3,14
dibawah ini .

Gambar 4.4 Diagram Pengawatan.


BAB IV
PANEL LISTRIK
A. Pendahulu.
Panel adalah suatu lemari hubung atau suatu kesatuan dari alat penghubung,
pengaman dan pengontrolan untuk suatu instalasi kelistrikan yang ditempatkan dalam
suatu box tertentu sesui dengan banyaknya komponen yang digunakan. Lemari ini
beraneka ragam ukuran dan bentuknya sesuai dengan kebutuhannya, misalnya panel
yang ditempatkan diluar ruangan, tidak sama dengan panel yang didalam ruangan,
panel untuk tegangan rendah tidak sama konstruksinya dengan panel tegangan
menengah dan tegangan tinggi serta banyak lagi yang lainnya.
Untuk panel – panel yang ditempatkan diluar ruangan ( outdoor ) atapnya
dirancang khusus dengan maksud bila terjadi hujan air tersebut tidak masuk kedalam
pane, melainkan lansung jatuh ke tanah. Panel – panel yang terdapat didalam ruangan,
biasanya berbentuk seperti lemari umumnya.
Untuk panel yang terdapat pada ruangan yang berdebu atau mengandung gas,
maka panel itu dirancang khusus pula dengan bentuk yang tertutup rapat, dengan
perkiraan debu atau gas tidak dapat masuk.
Panel dapat digunakan untuk tegang rendah, menengah dan tinggi tergantung
dari konstruksi dan kapasitas masing masing komponennya.
Sebagian besar bodi dari panel tersebut dari bahan besi dan logam. Bodi panel
dapat juga dibuat dari bahan yang lain misalnya, plastik sintetis atau stainless stell.
Pembuatan panel seperti itu juga jarang dan harganya pun mahal. Panel yangterbuat
dari bahan ini hanya digunakan pada tempat dan keperluan tertentu saja misalnya pada
kapal laut. Panel semacam ini mempunyai keistimewaan tersendiri yaitu terhadap
pengaruh korosi.

1. Fungi Panel.
Dari sekian banyak kegunaan panel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
fungsi :
a. Penghubung.
Suatu panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian
listrik dengan rangkaian listrik lainnya pada suatu operasi kerja.
b. Pengaman.
Pane dapat berfungsi sebagai pengaman sebab suatu pengaman akan
bekerja secara otomatis melepaskan sumber atau suplai tenaga listrik apabila
terjadi gangguan pada rangkaian.
c. Pembagi.
Panel juga dapat berfungsi untuk membagi – bagi kelompok beban
pada instalasi penerangan maupun instalasi tenaga.
d. Penyuplai.
Panel juga dapat berfungsi sebagai penyuplai tenaga listrik dari sumber
beban.
e. Pengontrol.
Fungsi panel sebagai pengontrol adalah merupakan fungsi yang paling
utama, karena dari panel tersebut masing – masing rangkaian baban dapat
dikontrol.
2. Macam dan Tipe Panel.
Dalam penempatan panel – panel dalam proses pengoperasiannya berbeda –
beda sesuai dengan kebutuhannya. Pada dasarnya panel terdiri dari panel tegangan
rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi dan panel dapat beroperasi pada arus
searah ( DC ) maupun arus bolak balik ( AC ).
Sesui dengan fungsinya macam macam panel terdiri dari :
a. Panel distribusi ( main distribution board ).
b. Panel kontrol motor ( motor control centre ).
c. Panel generator ( generator switch board ).
d. Panel sub distribusi ( sub distribution board ).
e. Panel emergensi ( emergency distribution board ).

B. KOMPONEN DAN PERLENGKAPAN PANEL


Pada dasarnya yang dimaksud dengan komponen – komponen listrik disini
adalah alat – alat / perlengkapan yang dipakai untuk memutus dan menghubungkan
perputaran arus listrik baik secara otomatis / magnetik maupun manual / mekanis.
Komponen – komponen listrik itu sendiri bekerja sesui dengan fungsinya
masing – masing, akan tetapi prinsipnya adalah memutuskan dan menyambungkan
edaran arus listrik yang dapat terjadi dalam bermacam – macam keadaan yang dapat
dibedakan atas :
 Menghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik dalam keadaan
pembebanan.
 Memutuskan dan menyambungkan rangkaian dalam keadaan tidak berarus
listrik.
 Munghubungkan atau memutuskan rangkaian listrik dalam keadaan berarus
listrik.

Pada garis besarnya komponen – komponen yang terdapat pada suatu panel
dapatdibagi menjadi 2 kategori yaitu :
 Komponen untuk pemutus dan penghubung.
 Komponen untuk kontrol dan perlengkapan penghubung.

Komponen – komponen listrik tersebut dirangkai sedemikian rupa menurut prinsip


kerjanya masing – masing sehingga merupakan suatu rangkaian yang dpat bekerja
sebagai mana mestinya.
Diantara komponen komponen listrik yang terdapat pada panel antara lain adalah :
1. Moulded Case Circuit Breaker.
Salah satu pemutus rangkaian yang banyak digunakan adalah pemutus dengan
kontak cetakan (Moulded Case Circuit Breaker ). Pemutus ini dirakit dalam unit
terpadu dalam kotak bahan isolator. Adapun bentuk tampak luar d`ari pemutus ini
dapat dilihat pada gamabar 4.1. sedangkan potongan dalamnya ditunjukkan dalam
gambar 4.2.
Gamabar 4.1 Pandangan luar MCCB tiga pole.

Gambar 4.2 Potongan dalam MCCB tiga pole.

Rangkaian listrik dihubungkan atau diputuskan dengan menggunakan


pemutusan rangkaian secara manual dengan menggerakkan ganggang kerjanya
keposisi ON atau OFF. Pada semua pemutus rangkaian kecuali yang sangat kecil,
hubungan gagang kerja dan kontak disusun agar kerja kontak cepat terhubung dan
cepat lepas tampa memperdulikan kepesatan gerakan gagang.gagang juga bebas
jatuh ( trip free ) yang berarti bahwa kontaknya tidak dapt terus tertutup jika terjadi
hubungan singkat atau beban lebih. Menurut J.F.McPartland ( 1980.4.67).
Pemutus akan jatuh secara otomatis jika arus yang melaluinya melebihi nilai
tertentu. Dalam hal ini arus rendah, penjatuh yang otomatis ini dilakukan oleh alat
penjatuh yang bekerja secara termal. Penjatuh tersebut ini terdiri dari elemen dwi
logam yang ditera sedemikian rupasehingga panas dari arus normal yang
melaluinya tidak menyebabkan pembengkokan, tetapi arus besar yang tidak normal
baik yang disebabkan oleh lebih maupun hubungan singkat akan membengkokan
elemen dan menjatuhkan pegangan hubungan pemutus arus. Kontak pemutus
dibuka dengan keja pegas.
Elemen dwi logam yang sensitif terhadap panas yang ditimbulkan oleh arus
yang melaluinya, mempunyai karakteristik yang berbalikan dengan waktu ia
bekerja cepat bila dilalui oleh arus besar seperti yang dihasilkan oleh arus hubungan
singkat dan bekerja lebih lambat untuk arus beba leih yang sedang. Ini merupakan
karakteristik yang diinginkan oleh alat pelindung arus lebih yang digunakan untuk
melindungi kontaktor rangkaian terhadap beban lebih.kemampuan kontaktor yang
mengaliri arus dibatasi oleh temperaturpada mana isolasinya dapat beroperasi
secara aman.
Temperatur kerja dari konduktor adalah jumlah dari temperatur udara dimana
konduktor beroperasi, dan kenaika temperatur akibat I2 . R di dalam konduktor.
Pemutus arus yang menggunakan elemen termal untuk penjatuhan ( tripping)
operasinya bergantung pada dua sumber panas yang sama ini, dan oleh sebab itu
memberikan perlindungan yang baik pada konduktor. Jadi jika ukuran pemutus arus
dipilih dengan baik, maka dia mempunyai tanggapan yang kira – kira sama dengan
temperatur seperti tanggapan konduktor yang dilindunginya, dan akan memutus
rangkaian sebelum panas lebih yang membahayakan terjadinya dalam konduktor.
Pada pemutus arus kkotak cetakan (MCCB) dengan nilai arus yang lebih besar
elemen penjatuh termal ditambah lagi dengan elemen penjatuh magnetik. Unit
magnetik menggunakan gaya megnetik yang mengelilingi konduktor untuk
mengoperasikan hubungan pemutus. Pemutus yang mempunyai gabungan penjatuh
termal magnetik mempunyai karakteristik penjatuhan yang berbalikan dengan
waktu untuk arus lebih sampai kira – kira sampai 10 kali dari nilai yang tercantum
pada plat nama pemutus dan penjatuhan seketika untuk arus yang amat melebihi
nilai tersebut. dengan perkataan lain, pemutus ini mempunyai penjatuh termal yang
berbalikan dengan waktu untuk arus beban lebih dan penjatuhan magnetik sesaat
untuk arus hubungan singkat.
Interupsi bunga api dalam pemutus rangkaian terjadi antara kontak yang dapat
dipisahkan. Banyak variasi dalam rangkaian dan suasa kontak serta ruangan
pengeliling digunakan oleh pabrik – pabrik berbeda. Salah satu rencana yang biasa
digunakan yaitu penepatan kontak dalam selubung bunga api yang dibuat
sedemikian rupa, sehingga bunga api terbentuk ketika bagian kontak ditarik
kedalam selubung api. Ketika bunga api ditarik kedalam selubung, ia dibagi
menjadi segmen – segmen kecil dan dipadamkan.
Pemutus arus dengan kotak cetakan (MCCB) dibuat dalam berbagai ukuran
dan niai. Ukuran rangka adalah dari 50 sampai 4000 Amper. Masing – masing
dengan rangkaian standar dan nilai arus kontinue. Ukuran fisik, nilai kontak, nilai
pemutus adalah sama untuk semua pemutus dari ukuran kerangka. Nilai arus
kontinue dari setiap pemutus ditentukan oleh nilai dari 120 volt samapai 600 volt,
dan kapasitas pemutus dapatmencapai setinggi 100.00 Ampere.
a. Kegunaan Moulded Case Circuit Breaker.
Pada dasarnya fungsi dan kegunaan MCCB ini sam dengan MCB tiga
pole, yakni ungtuk menghubungkan dan memutuskan arus listrik pada
rangkaian tiga fasa. Letak perbedaan adalah pemutusan arus pada MCCB dapat
diatur dengan prosentase dari 100% samapai dengan 250% dari arus nominal
beban penuh, sedangkan pada MCB ranting pemutusan arusnya tidak dapat
diatur besarnya ranting nominal sebagai pengaman motor untuk MCCB adalah
sebesar 2,5 x Inomotor, sedangkan untuk MCB adalah sebesar 1,5 x Inommotor.
Dilihat dari pada bentuk MCCB ini mempunyai type dan ukuran yang masing
– masing ukuran tersebut mempunyai batas kemampuan dialiri arus yang
berbeda – beda. Keistimewaan dari MCCB ini nilai pembatas arus nominalnya
dapat disetting tau diatur sesuai dengan pemakaian yang diinginkan dengan
cara memutar ring pengatur.
Untuk menghubungkan arusnya dilakukan dengan cara menggerakkan
handle ( gagang/tangkai ) pada posisi ON secara mekanis. Sedangakan untuk
memutuskan arus listrik biasa dilakukan secara mekanis yaitu dengan
menggerakkan handle tadi pada posisi OFF, dan juga dapat bekerja secara
otomatis. Bekerjanya MCCB secara otomatis apabila terjadi beban lebih atau
konsleting yang manimbulkan arus sangat besar, maka gagang akan jatuh
( break ) pada posisi OFF, sehingga rangkaian arus menjadi terputus. Dan
untuk menghubungkan arusnya kembali hanya dapat dilakukan secara manual
yaitu dengan menggerakkan kembali gagang/handle MCCB tadi pada posisi
ON. Menurut M.J.Mcguinnes ( 1981.611)
b. Komponen – komponen / perlengkapan pad MCCB.
Adapun bekerjanya MCCB ini dilengkapi dengan komponen –
komponen / perlengkapan lainnya yang bekerja menurut fungsi masing –
masing. Pada gambar 4.7 diperlihatkan kontruksi bagian dalam MCCB.
Perlengkapan MCC ini terdiri dari :
1) Fame Size.
Body/betuk dari Mouded Case Circuit Breaker ini mempuyai bermacam –
macam ukuran untuk kemampuan arus dari 0 – 2500 Ampere.
2) Mouded Case.
Kotak/bodi komponen ini terbuat dari bahan Phenolic, untuk kemampuan
arus maksimum yang lebih besar, maka kotak/body ini dibuat dalam
ukuran yang lebih besar pula.
3) Trip Indication.
Trip Indication berfungsi sebagai penunjuk bahwa MCCB dalam keadaan
trip. Dalam keadaan tersebut handle/gagang MCCB ditengah – tengah,
atau dalam kondisi trip handle MCCB posisinya diantara ON dan OFF.
4) Quick-make, Quick-break, trip-free machinism.
Pengatur trip atau pemutus arusnya dapat dilakukan secara mekanis
dengan mudah.

Gambar 4.3 konduksi bagian dalam MCCB


5) Front-adjustable magnetic trip.
Bila keadaan rangkaian dalam kondisi hubung singkat, maka gerakan
magnetik trip akan terjadi sesui dengan pengaturan arus nominal yang
dilakukan.
6) Thermal Trip.
Pada saat terjadi hubung singkat dan beban lebih, lempengan bimetal ini
akan panas dan memuai hingga menyentuh batang trip dan menggerakkan
saklar mekanis, sehingga hubungan arus beban membuka / terputus.
7) Common-trip bar.
Lempengan bimetal trip dapat menjamin bahwa saat terjadi hubung
singkat atau beban lebih dalm suatu rangkaian, arus tidak akan mengalir
pada seluruh hantarannya.
8) Interchangeable trip unuts.
Apabila bimetal trip dialiri arus diatas batas kemampuan arusnya, maka
seluruh perlengkapan trip akan bekerja / bergerak, dan setelah itu unit trip
akan kembali pada posisi semula.
9) Silvered Contects.
Pengatur atau penghubung arus pada alat ini terbuat dari logam yang
disilver / dilapisi perak sehingga dapat menghantarkan arus lebih baik.
10) Arc Chute.
Percikan bunga api yang timbul akibat gangguan yang terjadi dapat
direndam, sehingga kerusakan pada alat pemutus dapat dihindari.
11) Line connection.
Termal hubung dari komponen ini terbuat dari tembaga atau aluminium
dan mempunyai ukuran yang tepat dengan batas kemampuan arusnya.

c. Prinsip Kerja Pemutus Arus Pada MCCB.


Pada dasarnya pemutus pemutus arus listrik secara otomatis ini
berdasarkan kerja dari bimetal yang terdiri dari dua lempengan logam yang
satu sama lainnya berbeda koefesien muai panjangnya. Bila ada arus yang
mengalir melebihi arus nominalnya yaitu antara 110 sampai 130%, maka
lempengan bimetalnya akan panas dan memuai, akibat pemuaian tersebut
bimetal akan bertambah panjang dan melengkung. Lengkunganbimetal tersebut
akan menyentuh batang trip, batang terip tersebut akan bergerak menyentuh
saklar mekanis. Karena sentuhan tersebut, maka saklar mekanis akan membuka
hubungan arus listrik ke beban. Disamping itu juga pada MCCB ini bekerja
pengaman secara elektromagnetis yang terdiri dari kumparan magnit dan
jangkar yang dapt bergerak.
Apabila terjadi hubungan singkat, maka menyebabkan terjadinya
medan magnit yang besar yang dapat membuat inti magnit sangat besar/kuat
yang dapat menarik jangkar. Akibat tertariknya jangkar, mak penyebab trip
menyentuh tuas saklar mekanis dan memutuskan arus listrik kebeban,.
Sedangkan untuk menghubungkan kembali arus kebeban akibat pemutus
tersebut dilakukan dengan cara mekanis, yaitu memindahkan/menggerakkan
handle (gagang/tangkai) MCCB secara manual pada posisi ON.
2. MCB ( Miniatur Circuit Breaker ).
Miniatur Circuit Breaker ( MCB ) pada dasarnya adalah suatu alat yang
bekerja dengan cara semi otomatis. MCB dapat memutuskan rangkaian arus listrik
dengan cara mekanis dan dapat juga mengamankan rangkaian arus listrik dengan
cara otomatis/electric bila terjadi hubungan singkat serta beban lebih dalam suatu
rangkaian.
MCB terdiri dari pada MCB 1 pole dan MCB 3 pole dan masing – masingnya
mempunyai ukuran amper yang berbeda – beda. Kontruksi bagian dalam dari
sebuah MCB dapat dilihat pada gambar 4.4

Gambar 4.4 konstruksi bagian dalam dari sebuah MCB

Prinsip kerja dari MCB adalah azas kerja thermis ( panas ) dengan
menggunaka bimetal. Bila kawat resistansi yang terdapat pada bimetal dialiri arus
yang melebihi harga nominalnya, maka bimetal akan bergerak atau melengkung
akibat panas. Gerakan atau lengkungan ini akan menolak bagian mekanis dari MCB
yang akan menyebabkan tuas MCB terlepas dan dalam keadaan OFF.
3. Busbar ( Rel pengantar dari tembaga ).
Pada dasarnya busbar tidak dapat dikategorikan sebagai komponen, tetapi
merupakan perlengkapan panel yang bersifat menampung tenaga listrik guna
penyalur ke komponen lainnya yang berada dalam panel tersebut. Busbar ini
mempunyai bentuk penampang segi empat yang mana ukuran penampangnya
ditentukan dari besarnya arus yang melaluinya. Didalam penggunaannya busbar
dipasang ( disusun ) untuk keperluan rel – rel fase, netral dan arde. Untuk
pemasangannya busbas sebagai rel –rel fase dan netral mempunyai penyangga yang
biasanya berupa bahan isolasi dari bahan pertinax dan dipernis untuk mempertinggi
daya isolasinya. Sedangkan untuk rel ardenya dihubungkan lansung pada bodi
panel tersebut. Untuk membedakan antara fase dengan fase serta netralnya, busbar
diberi warna yang di standarkan oleh PLN denagan cat yang berbeda yakni :
 Fase R (L1) dicat dengan warna merah
 Fase S (L2) dicat dengan warna kuning
 Fase T (L3) dicat dengan warna hitam
 Fase N (L4) dicat dengan warna merah

Busbar/rel-rel tembaga yang tidak divat seperti untuk bagian lubang – lubang
mor untuk penyambungan serta busbar untuk arde., tembaga tersebut harus
dibersihkan, dan untuk dapat menghantar lebih baik lagi tembaga tersebut dilapisi
dengan cairan perak, lalu diberi paselin guna mempertinggi ketahanan terhadap
korosi yang mungkin akan terjadi pada tembaga tersebut.
4. Fuse ( sekering ).
Fuse atau tepatnya sekering adalah komponen yang terdiri dari hantaran kecil
dari penghantar kecil yang dapat melebur dan terbuat dari perak dengan panduan
logam lainnya seperti timah, seng, tembaga, dan lainnya yang mempunyai titik
lebur yang sangat rendah.
Sekering ini dalm penggunaannya adalah sebagai pengaman. Pengaman
sekering ini harus memutuskan arus pada rangkaian apabila terjadi hubungan
singkat.
5. Terminal Blok.
Terminal blok adalah merupan sederetan terminal yang mana berguna untuk
penyambungan dari rangkaian panel ke pemakaian. Jadi terminal blok ini juga
dapat dikategorika sebagai pelengkap saja dan merupakan tempat penampungan.
6. Push Button.
Push button didalam peakaian berfungsi sebagai saklar yang bekerja untuk
menghubungkan atau meng ON kan dan memutuskan / meng OFF kan rangkaian
kontrol, yang apabila ditekan akan menghubungkan atau memutuskan arus setelah
itu kontak – kontak hubungannya akan kembali pada kedudukan semula.
Push button berfungsi sebagai pemutus dan penyambung arus pada kumparan
magnet kontaktor yang ada didalam panel.
7. Lampu Indikator.
Penggunaan lampu indikator ini adalah sebagai isyarat atau tanda untuk
mengetahui apakah rangkaian yang bersangkutan dalam keadaan bekerja atau tidak.
Dalam hal ini lampu indikator berfungsi untuk menyatakan bahwa rangkaian
kontrol sudah bekerja atau tidak, dan biasanya digunakan lampu indikator berwarna
merah. Apabila lampu indikator tersebut menyala berarti rangkaian kontrol dalam
keadaan bekerja.
8. Selector Switch (Saklar Pemulih)
Saklar pemulih ini hanya berfungsi untuk memindahkan hubungan rangkaian
kontrol. Posisi saklar ini dalam kedudukannya mempunyai tiga posisi yakni; bila
tuas berada pada posisi tengah maka rangkaian dalam keadaan Offf, sedangkan bila
diputar kekanan akan berfungsi menghubngan rangkaian menjadi sistem manual
(mekanis), dan bila berada pada posisi kiri akan merobah hubungan rangkaian
menjadi sistem manual (otomatis). Tetapi dalam pemakainnya dapat saja kita
balikan kekanan secara manual dan kekiri menjadi secara oomatis.
9. Transformator Arus
Tranfosmato arus digunakan untuk menurunkan arus yang akan diukur, yang
dibuat dengan perbandingan tertentu antara arus primer dan arus sekunder. Dengan
menggunakan trafo arus kita bisa mengukur arus yang lebih besar. Dengan
menggunakan ampermeter yang daya ukurnya kecil, juga dengan menggunakan
transformator arus suplay daya tidak akan terganggu walaupun ampermeternya
rusak.
10. Komponen Lain
Komponen panel selain yang dibacakan diatas antara lain kontaktor, relay
waktu, pengaman beban dan lain-lain. Semua komponen ini sudah dibahas pada
Bab 3.

C. MERENCANAKAN PANEL DISTRIBUSI


Didalam perencanaan panel distribusi kita harus tahu berapa besar daya yang
akan disalurkan oleh panel distribusi tersebut dan berapa buah panel sub-distribusi
yang akan disalurkan. Dengan mengetahui daya arus yang disalurkan kita bisa
memnentukan besarnya arus masuk dan arus keluar untuk masing-masing panel sub-
distribusi.
Dengan mengetahui arus ini kita bisa membuat gambar panel distribusi, bagan
instalasi dan rangkaian alat ukur seperti gambar 4.5, 4.6 dan 4.7.
Untuk masukan sebuah panel biasanya dibuat dua sumber yang bisa dimasukan
bergantian yang mana sumber dari diesel dan PLN. Kalau PLN mati maka sumber dari
diesel bisa kita masukan, dengan mengetahui besarnya arus yag mengalir kita bisa
menentukan besarnya kapasitas masing-masing komponen.
Komponen untuk panel antara lain:
No Bahan Guna Ukuran Jumlah
1 MCCB Untuk saklar masuk Amper
2 MCCB Untuk saklar keluar Amper
3 Selektor Untuk Voltmeter Volt
Switch
4 Transformato Untuk pengukuran arus Amper
r arus masuk
5 Ampermeter Untuk arus masuk dari Amper
PLN
6 Voltmeter Untuk menggunakan Volt
tegangan
7 Lampu pilot Untuk pengontrolan Watt
8 Busbar Untuk pengantar
9 Sekring Amper
10 Terminal
blok
11 Trafo
tegangan

D. MERENCANAKAN PANEL KONTROL MOTOR


Dalam perencanaan panel kontrol motor kita perlu tahu beberapa besar daya
yang akan dilayani oleh panel tersebut dan spesifikasi motor yang akan dilayani.
Contoh perencanaan,
Rencanakan sebuah panel kontrol motor yang dinyatakan sebagai berikut,
Besar kemampuan panel = 100KVA
Tegangan opeasi 220/380V
Motor yang dikontrol yaitu;
2 buah motor induksi rotor sangkar 22KW, effisiensi 0.80 dan faktor daya 0.83
5 buah motor induksi rotor sangkar 7.5KW, effisiensi 0.8 dan faktor daya 0.82
1. Perencanaan
a. Arus nominal panel
Arus nominal panel dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
P
In =
√3 . V
100.000
=
√ 3 .380
= 151.93
b. Arus nominal motor
1) Untuk motor 22KW arus nominal,
P
In =
√ 3 . V .Cosφ . Eff
20.000
= √3 . 380 . 0,80. 0,83
= 50,33 A
2) Untuk motor 7.5KW arus nominal,
P
In =
√ 3 . V .Cosφ . Eff
20.000
= √3 . 380 . 0,82. 0,80
= 17,37 A
c. Besar penampang busbar yang diperlukan
Kemampuan busbar untuk sebuah panel :
= 1,25 x In
= 1,25 x 151,93
= 189,9 A
Berdasarkan tabel 8 ukuran busbar yang diperlukan adalah 20 x 3mm.
d. Besar MCCB untuk saklar masukan panel
Besarnya kemampuan MCB 1,25 x In
= 1,25 x 151,93
= 189,9 A.
Berdasarkan kemampuan MCCb pada lampiran 8, besarna MCCB yang
digunakan adalah 200 A
e. Besar MCCB untuk saklar motor
1) Untuk motor 22KW
Arus kemampuan MCCB adalah 1,25 x 50,33 = 62,92 A
Berdasarkan kemampuan MCCb pada lampiran 8, besarnya MCCB yang
diguakan adalah 75 A
2) Untuk motor 7,5KW
Arus kemampuan MCCB adalah 1,25 x 17,37 = 21,71 A
Berdasarkan kemampuan MCCb pada lampiran 8, besarnya MCCB yang
diguakan adalah 30 A
f. Besar kemampuan MCB untuk saklar rangkaian kontrol
Karena daya yang digunakan untuk rangkaian kontrol tidak terlalu besar maka
digunakan MCB 6 A.
g. Besar kemampuan kontaktor dan pengaman beban lebih
1) Untuk motor 22KW
Kemampuan kontaktor untuk motor 22KW adalah,
= 1,25 x In
=1,25 x 50,33
= 62,92 A
Berdasarkan tabel kemampuan kontaktor (lampiran 4) digunakan kontaktor
3 TB 4714 yang mampu untuk arus 63 A.
Pengaman beban lebih yang digunakan adalah type 3 UA 4200 -7 AN yang
bisa diatur dari arus 40 A sampai 63 A.
2) Untuk mototr 75KW
Kemampuan kontaktor untuk motor 22KW adalah,
= 1,25 x In
=1,25 x 17,37
= 21,71 A
Berdasarkan tabel kemampuan kontaktor (lampiran 4) digunakan kontaktor
3 TB 4312 yang mampu untuk arus 22 A.
Pengaman beban lebih yang digunakan adalah type 3 UA 5200 -2C yang
bisa diatur dari arus 16 A sampai 25 A.
Karena motor ini dayanya cuckup besar maka untuk mengoperasikan motor
harus digunakan saklar bintang segitiga untuk itu masing-masing motor
diperlukan 3 buah kontaktor dan 1 buah time switch
h. Besarnya transformator arus
Karena daya yang disalurkan cukup besar maka untuk pengukuran perlu
dilengkapi dengan transformator arus dengan perbandingan 200/5A.
Setelah semua komponen didapatkan langkah selanjutnya adalah membuat
gambar konstruksi panel rangkaian utama dan rangkaian pengendali motor.
Seperti gambar 4.8, 4.9 dan 4.10.
2. Komponen yang diperlukan
Dari gambar dan hasil penrencanaan dapat disusun komponen yang
diperlukan sebagai berikut:

No Nama Komponen Spesifikasi Kegunaan Jumlah


1 MCCB 3 fase 200 A TO 225 BA Untuk saklar utama 1
2 MCCB 3 fase 75 A XE 100 NS Untuk motor 22 KW 2
3 MCCB 3 fase 30 A XE 100 NS Untuk motor 7,5 KW 5
4 MCB 1 fase 6A TB – 5 S Untuk rangkaian control 1
5 Kontaktor M 3 TB 4214 Untuk motor 22 KW 2
6 Kontaktor D 3 TB 4214 Untuk motor 22 KW 2
7 Kontaktor S 3 TB 4214 Untuk motor 22 KW 2
8 Terminal Over Load 3 UA 4200 – Untuk motor 22 KW 2
7 AN
9 Aux Kontak LA1 - D11 Untuk motor 22 KW 2
10 Timer Relay LA2 - D22 Untuk motor 22 KW 2
11 Push Button on off 025 – YSI Untuk motor 22 KW 4
12 Push Button on off 025 – YSI Untuk motor 7,5 KW 10
13 Push Button Resest 025 – YSF Untuk motor 22 KW 2
14 Push Button Resest 025 – YSF Untuk motor 7,5 KW 5
15 Kontaktor M 3 TB 4312 Untuk motor 7,5 KW 5
16 Kontaktor D 3 TB 4312 Untuk motor 7,5 KW 5
17 Kontaktor S 3 TB 4312 Untuk motor 7,5 KW 5
18 Terminal Over Load 3 UA – 2C Untuk motor 7,5 KW 5
19 Aux Kontak LA1 - D11 Untuk motor 7,5 KW 5
20 Timer Relay LA2 - D22 Untuk motor 7,5 KW 5
21 Amper meter 0 – 200 A Pengukur arus masuk 3
22 Trafo Arus 200/5 A Pengukur arus masuk 3
23 Volt Meter 0 – 500 V Pengukur tegangan 1
24 Volt Meter selector 7 Posisi Pengukur tegangan 1
25 Lampu Pilot PL 220 V 3
26 Sekring 25 / 6 A 6
27 Busbar CU 20 x 3 4,5 M

Gambar 4.8 Kontruksi Panel


a. Pandangan depan
b. Posisi pemasangan alat ukur dan
pengaman

Gambar 4.9 Rangkaian utama Panel


Gambar 4.10 Rangkaian Pengendali Motor
DAFTAR PUSTAKA

Aslimeri. ( 1986 ). Instalasi Listrik. Padang. FPTK IKIP Padang.

A. Rida Isnu. Ir. (1979 ) Instalasi Cahaya dan Tenaga. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.

TG. Thampson. ( 1978 ) Electrical Instalation and Workshop Technologi Volume 3. London
Longman.

TG. Thampson. ( 1972 ) Electrical Instalation and Workshop Technologi Volume 1. London
Longman.

Jemari Mardapi. Drs. ( 1977 ). Dasar Instalasi Tenaga Dalam Industri. Yogyakarta FKT IKIP
Yogyakarta.

Jhon. D Lenk. ( 1972 ). Hand Book of Simlified Electrical Wiring Design. New Yersey
Prentice Hall Inc Englewood.

L I P I. ( 1987 ). Peraturan Umum Instalasi Listrik. Jakarta.

Naidle Michel. ( 1985 ). Instalasi Listrik. Jakarta. Penerbit Erlangga.

RT. Lythall. ( 1980 ). Swicth Gear Book. London Newnes butter Worths.

Setiawan. E. Ir. Instalasi Arus Kuat Jilid 1,2 dan 3. Bandung. Penerbit Bina Cipta.

Sukisno. Ir. ( 1976 ). Circuit Control. Bandung Laboratorium Elektronik ITB.

Terco. ( 1972 ). Automatic Control. Sweden.

Yoseph F MC Partland. ( 1980 ). Hand Book of Simlified Electrical Wiring Design. New
York. Mc Grew Hill Book Company Inc.

Philips. ( 1988 ). Compact lighting Catalogue. Nederland.

Philips. ( 1975 ). Lighting Manual. Nederland.


Lampiran 1

DAFTAR FLUK CAHAYA LAMPU


Untuk tegangan 220 Volt
Jenis Lampu Daya lampu Kode Lampu Fluk cahaya
( watt ) lumen
Pijar 15 Clear Lamp 120
Pijar 25 Clear Lamp 230
Pijar 40 Clear Lamp 430
Pijar 60 Clear Lamp 730
Pijar 75 Clear Lamp 960
Pijar 100 Clear Lamp 1380
Pijar 150 Clear Lamp 2440
Pijar 200 Clear Lamp 3150
Pijar 300 Clear Lamp 4850
Pijar 500 Clear Lamp 8400
Pijar 1000 Clear Lamp 18800
Pijar 2000 Clear Lamp 40000
Pijar 25 Argenta K Lamp 190
Pijar 40 Argenta K Lamp 375
Pijar 60 Argenta K Lamp 640
Pijar 75 Argenta K Lamp 840
Pijar 100 Argenta K Lamp 1200
Pijar 150 Argenta K Lamp 1880
Pijar 200 Argenta K Lamp 2650
Pijar 40 Argenta Super lux 400
Pijar 60 Argenta Super lux 670
Pijar 75 Argenta Super lux 890
Pijar 100 Argenta Super lux 1280
Pijar 150 Argenta Super lux 2060
Pijar 200 Argenta Super lux 2900
TL 18 TL D 18 w 1450
TL 36 TL D 36 w 3450
TL 20 TL M 20 w RS 1250
TL 40 TL M 40 w RS 3000
TL 40 TL 40 w RS 3250
TL 65 TL x 65 w 4700
Sodium 60 SON 60 W E 3300
Sodium 70 SON 70 W 5800
Sodium 100 SON 100 W 9500
Sodium 150 SON 150 W 13500
Sodium 250 SON 250 W 25000
Sodium 400 SON 47000 W 47000
Sodium 1000 SON 100 W 120000
Sodium 70 SON T 70 W E 6500
Sodium 100 SON T 100 W E 10000
Sodium 150 SON T 150 W 14000
Sodium 250 SON T 250 W 27000
Sodium 400 SON T 400 W 47000
Sodium 1000 SON T 1000 W 120500
Sodium 18 SOX 18 W 1800
Sodium 35 SOX 35 W 4500
Sodium 55 SOX 55 W 7400
Sodium 90 SOX 90 W 13000
Sodium 135 SOX 135 W 21000
Sodium 180 SOX 180 W 30500
Marcury 50 HPL N 50 W 1800
Lampiran . 2.
DAFTAR KEMAMPUAN DAYA TAHAN KAWAT “ NYA “

Kuat arus maksimum pada suhu keliling maksimum


Luas
Penampang 30°C 40°C
Nominal Dalam pipa Di udara Dalam pipa Di udara
Mm2 Amp Amp Amp Amp
0,5 re 2,5 - 2,5 -
0,75 re 7 - 6 -
1 re 11 10 10 10
1,5 re 15 24 13 21
2,5 re 20 32 17 28
4 re 25 42 22 37
6 re 33 54 29 47
10 rm 45 75 39 64
16 rm 61 96 53 85
25 rm 83 120 72 112
35 rm 103 158 90 138
50 rm 132 197 115 172
70 rm 165 245 144 215
95 rm 197 290 172 255
120 rm 235 345 205 300
150 rm - 390 - 340
180 rm - 445 - 390
240 rm - 525 - 460

300 - 605 - 530


400 - 725 - 630

re : Penghantar padat bulat


rm : Penghantar bulat berkawat banyak
DAFTAR KEMAMPUAN HANTAR KAWAT NYM

Kuat arus maksimum suhu


Jumlah Luas keliling
urat penampang
30°C 40°C
mm2 Amp Amp
1,5 re 19 16
2,5 re 25 22
4 re 34 30
1
6 re 44 39
10 rm 61 53
16 rm 82 71
1,5 re 19 16
2,5 re 25 22
4 re 34 30
6 re 44 39
2
10 rm 61 53
16 rm 82 71
25 rm 108 94
35 rm 134 117
1,5 re 19 16
2,5 re 25 22
4 re 34 30
6 re 44 39
3
10 rm 61 53
16 rm 82 71
25 rm 108 94
35 rm 134 117
1,5 re 19 16
2,5 re 25 22
4 re 34 30
6 re 44 39
4
10 rm 61 53
16 rm 82 71
25 rm 108 94
35 rm 134 117
1,5 re 19 16
2,5 re 25 22
4 re 34 30
5
6 re 44 39
10 rm 61 53
16 rm 82 71
DAFTAR KEMAMPUAN HANTAR KAWAT NYY

Kuat arus maksimum


Luas Di dalam tanah dengan suhu Di udara pada suhu keliling
Jumlah
penampang tanah maksimum
20°C 30°C 30°C 40°C
mm2 Amp Amp Amp Amp
1,5 re 37 33 26 23
2,5 re 50 45 35 30
4 re 65 65 46 40
6 re 83 74 58 50
10 rm 110 98 80 70
16 rm 145 129 105 91
25 rm 190 169 140 122
35 rm 235 210 175 152
50 rm 280 250 215 187
1
70 rm 350 310 270 235
95 rm 420 375 335 290
120 rm 480 425 390 340
150 rm 540 480 445 385
185 rm 620 550 510 445
240 rm 720 640 620 540
300 rm 820 730 710 620
400 rm 960 855 850 740
500 rm 1110 990 1000 870
1,5 re 30 27 21 18
2,5 re 41 36 29 25
4 re 53 47 38 33
6 re 66 59 48 42
2 10 rm 88 78 66 57
16 rm 115 102 90 78
25 rm 150 134 120 104
35 rm 180 160 150 131
50 rm 210 187 180 157
1,5 re 27 24 18 16
2,5 re 36 32 25 22
4 re 46 41 34 30
3
6 re 58 52 44 38
10 rm 77 69 60 52
16 rm 100 89 80 70
25 rm 130 116 105 91
35 rm 155 138 130 113
50 rm 185 165 160 139
70 rm 230 205 200 174
95 rm 275 245 245 215
120 rm 315 285 285 250
150 rm 355 315 325 285
185 rm 400 355 370 320
240 rm 465 415 435 380
300 rm 520 465 500 435
1,5 re 27 24 18 16
2,5 re 36 32 25 22
4 re 46 41 34 30
6 re 58 52 44 38
10 rm 77 69 60 52
16 rm 100 89 80 70
25 rm 130 116 105 91
35 rm 155 138 130 113
4 50 rm 185 165 160 139
70 rm 230 205 200 174
95 rm 275 245 245 215
120 rm 315 285 285 250

150 rm 355 325 325 285


185 rm 400 355 370 320
240 rm 465 415 435 380
300 rm 520 465 500 435

1,5 re 27 24 18 16
2,5 re 36 32 25 22
4 re 46 41 34 30
6 re 58 52 44 38
5 10 rm 77 69 60 52
16 rm 100 89 80 70
25 rm 130 166 105 91
35 rm 155 138 130 113
50 rm 185 169 160 139

Anda mungkin juga menyukai