Penerangan yang baik akan mempengaruhi hasil kerja dan kenyamanan bekerja
seseorang di dalam ruangan.fungsi pokok penerangan di dalam gedung adalah untuk
menciptakan lingkungan visual yang nyaman dan berpengaruh baik kepada prestasi
kerja.
Sejak dari awal perencanaan suatu gedung sudah perlu di pikirkan hubungan
timbal balik antara penerangan alami siang hari dengan penerangan buatan.ada kalanya
penerangan buata digunakan untuk penunjang dan melengkapi penerangan alami secara
seimbang.untuk ruangan yang sangat lebar sehingga hanya sebagian saja yang terjangkau
oleh penerangan alami siang hari,atau ruangan yang bejendela hanya untuk memandang
keluar atau ruangan yang tidak berjendela perlu dibuat penerangan buatan yang
permanen.juga penerangan buatan diperlukan untuk penerangan pada malam hari,
sehingga suasana kerja sama dengan suasana di siang hari.
Sebelum instalasi penerangan di rencanakan terlebih dahulu kita harus tahu untuk
apa instalasi tersebut digunakan, sebab perencanaan instalasi akan ditentukan sekali oleh
kegunaan instalasi tersebut.juga istalasi listrik harus dibuat sedemikian rupa sehingga
harga keseluruhan instalasi itu,ongkos pemasangan dan onkos pemeliharaannya harus
semurah mungkin, tapi harus memenuh syarat-syarat danperaturan instalasi listrik yang
berlaku.
hn 1 1
a
= 1
sampai
1,5
Dimana :
hn = tinggi lampu ke bidang kerja.
a = jarak antara lampu.
Gambar 1.1 sistim penerangan lansung.
a = ( 3 s/d 5 ) b
b = ( 1 s/d 1,5 ) meter
2. Factor refleksi.
Refleksi dalam teknik penerangan ada 3 macam yaitu :
a. Refleksi dinding ( rv )
Biasanya dinding dibuat dengan warna putih atau warna muda. Masing – masing
warna tersebut mempunyai factor refleksi sebagai berikut :
Warna putih atau sangat muda 0,7
Warna muda 0,5
Warna sedang 0,3
Warna gelap 0,1
b. Refleksi langit – langit ( rp ).
Langit langit biasanya dibuat dengan muda atau sedang.
c. Refleksi bidang kerja.
Bidang krtja dibuat dengan warna sedang atau gelap.
Dengan diketahui indek ruang atau factor refleksi maka efisiensi penerangan
bisa didapatkan dari tabel efesiensi.
3. Factor penyusutan.
Makin lama lapu digunakan maka cahaya yang dihasilkan lampu akan
semakin berkurang hal ini disebabkan karena sifat dari lampu dan pengotoran pada
lampu.
Factor penyusutan ini juga ditentukan oleh kegunaan ruangan yang mana
antara laboraturium tidak sama factor penyusutannya dengan industri. Factor
penyusutan ini dapat ditulis sebagai berikut :
intensitas penerangan dalam keadaan dipakai
d =
intensitas penerangan dalam keadaan baru
E. A
∅ =
eff . d
50 .12
= 0,38 .0,8
= 1973,6 lumen
Karena jumlah titik lampu yang diperlukan dua buah maka fluk cahaya tiap lampu =
986,8 lumen .
Jadi lampu yang cocok digunakan untuk ruangan tamu ini adalah SL 25 W, yang
bisa menghasilkan fluk cahaya 1050 lumen, ( lihat lampiran 1 ).
Untuk ruang lainnya kita bisa menghitung besarnya fluks cahaya untuk ruang tamu
seprti di atas.
Factor depresiasi
Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun x 85 80
2 tahun x 80 70
3 tahun x 70 65
a. Kotak sekring lengkap
Kotak sekring yang diperlukan bisa dilihat pada diagram instalasi. Pada
gambar 1.5 dilihat jumlah group 4 buah jadi diperlukan sekring 4 kelompok.
Karena cahaya yang terarah ke bidang kerja hanya 65% maka effesiensi =
65
=
75
x 0,38
= 0,329
Pengotoran ruangan ini termasuk sedang, maka factor depresiesinya untuk 1 tahun
0,8
200 . 4 . 4
∅t =
0,329 .0,8
= 12158 luman
∅t
N =
∅L
12158
=
6000
= 2, 02
Lapangan sepakbola pada umumnya dibuat pada ruangan terbuka, untuk mendapatkan
penerangan yang merata memerlukan menara untuk tempat meletakkan lampu.
Langkah – langkah perencanaan instalasi lapangan sepakbola :
1. Menentukan tinggi menara.
Untuk menentukan tinggi menara kita menggunakan rumus :
Tabel 3
Efesiensi Penerangan Lampu Marcury
Faktor depresiasi
Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun X 85 80
2 tahun X 80 70
3 tahun X 70 65
Jenis lampu yang digunakan untuk lapangan sepakbola adalah lampu mercury,
dengan jenis metal holide lamp. Yang menurut katalog mempunyai data seperti table
4.
Tabel 4
Flux Cahaya Lampu
D = √ a2 +b 2
= √ 222+ 72
= √ 533
= 23 meter
b. Indek ruangan
P.L
K =
hn .( P+ L)
110 . 80
=
28,6(110+ 80)
8800
= 5434
= 1,62
Pada tabel 3 didapatkan effesiensi penerangan dengan nilai rp, rv, rm diabaikan.
Untuk K = 1,5 effesiensi = 0,45
K = 2 effesiensi = 0,51
Untuk K = 2,3 ditentukan dengan interpolasi
1,62−1,5
Eff = 0,45 + ( 0,51 - 0,45 )
2−1,5
= 0,464
Karena pengotoran ruangannya termasuk sedang maka factor depresiasi untuk 2
tahun = 0,8.
∅ L = 189.000 luman
∅t
N =
∅L
11.956 .521
=
189.000
= 63,2 titik
Titik lampu digenapkan menjadi 64 titik karena jumlah tiang ada 4 maka jumlah
lampu tiap tiang = 64/4 = 16 titik.
P
I =
V . cos ∅
Besar arus tiap lampu :
P
I =
V . cos ∅
2000
= = 16,52 A
220 .0,55
f. Panjang pipa.
Karena instalasi dipasang didalam tanah maka kawat NYY harus
dipasang didalam pipa, yang panjangnya sama dengan kabel yang didalam tanah
tambah 10% = 484 + 10% = 532,4 meter.
Gambar 2.5a Posisi tiang penerangan lapangan tenis untuk dua lapangan.
Gambar 2.5b Posisi tiang penerangan lapangan tenis untuk satu lapangan.
Dari gambar 2.5a dapat dilihat bahwa untuk dua lapangan tenis cukup dipasang
4 buah tiang dengan tinggi 15 meter, sedangkan untuk satu lapangan cukup dipasang
4 buah tiang setinggi 12 meter.
E. A
∅ =
eff . d
Tabel 5
Effsisnsi Penerangan Lampu Sodium
Faktor depresiasi
Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun x 85 80
2 tahun x 80 70
3 tahun x 70 65
4. Contoh perencanaan.
Rencanakanlah instalasi penerangan dua lapangan tenis yang diketahui sebagai
berikut :
Panjang areal yang harus diterangi = 28 meter
Lebar areal yang harus diterangi = 24 meter
Jumlah tiang = 4 buah
Tinggi tiang = 15 meter
Pemasangan tiang seperti gambar 2.5a
Intensitas penerangan = 475 lux
Lampu yang digunakan Son/T 1000 W / 220 V
Fluk lapu = 13.000 lumen
Cos lampu
∅ = 0,45
Perencanaan :
a. Indek ruangan.
P.L 24 . 28
K =
hn .( P+ L)
=
15(24+ 28)
= 0,8
Dari tabel . 5 didapat eff penerangan nilai rp, rv, dan rm tidak diperhitungkan.
Untuk K = 0,8 eff = 0,44, karena pengotoran ruangan termasuk sedang, maka
factor depresiasi untuk 3 tahun sama dengan 0,7.
E. A
∅t =
eff . d
475 . 28. 24
=
0,44 . 0,7
= 1036363,6 luman
∅ L = 130.000 luman
∅t
N =
∅L
1036363,6
=
130.000
= 7,972 titik
Jumlah titik lampu dibulatkan menjadi 8 titik yang berarti 2 lampu tiap tiang.
P
I =
V . cos ∅
1000
= = 10 A
220 .0,45
Besar arus nominal tiap tiang = 2 x 10 A = 20 A
Dari gambar instalsi dan gambar diagram pengawatan dapat disusun material yag
diperlukan sebagai berikut :
8 buah
1 Lampu SON T 1000 w / 220 V
8 buah
2 Armature lampu SNF 026
4 buah
3 Tiang lampu setinggi 15 m
1 buah
4 Panel box utama
4 buah
5 Sekring cabang 20 A
3 buah
6 Sekring utama 50 A
4 buah
7 MCB 1 fasa 30 A
1 buah
8 Kontaktor 3 fasa 63 A
94,6 m
9 Pipa PCB tabel 5/8 inc
160,6 m
10 Kabel NYY 4 x 35
Gedung olah raga bisa digunakan untuk bermacam – macam cabang olahraga
seperti, bulutangkis, bola volli, bola basket, sepak takraw dan sebagainya. Selain untuk
pertandingan olahraga, gedung olahraga juga bisa juga digunakan untuk keperluan lain
seperti rapat umum, acara kesenian dan lain – lain.
Karena sifat kegunaannya yang umum tersebut maka perencanaan instalasi
gedung olahraga harus bisa digunakan untuk semua keperluan tersebut.
Langkah – langkah perencanaan instalasi gedung olahraga adalah sebagai
berikut :
1. Menentukan jumlah fluk cahaya.
Untuk menentukan kumlah fluk cahaya digunaka rumus :
E. A
∅ =
eff . d
Intensitas cahaya untuk olahraga bola volli, bola basket, bulu tangkis dan lain lain
diperlukan 300 sampai 500 lux dan jenis lampu yang digunakan adalah Fluorescent
atau lampu sorot ( lampu tungsten halogen metal holide ), sedangkan untuk keperluan
umum cukup dengan intensitas cahaya sebesar 200 lux.
2. Menghitung material yang digunakan.
Untuk menghitung material yang diperlukan dengan menghitung material untuk
instansi lapangan sepakbola.
3. Contoh perencanaan.
Rencanakan instalsi penerangan sebuah gedung olahraga sebagai berikut :
Panjang gedung = 70 meter
Lebar gadung = 25 meter
Tinggi ruangan = 15 meter
Jenis Lampu yang digunakan metal holide lamp
400 w / 220 V = 30.600 lumin
Cos ∅ = 0,55
Perencanaan :
Karena gedung olahraga ini digunakan serbaguna yang mana bisa digunakan untuk
pertandingan olahraga, acara kesenian, pertemuan umum dan lain lain, maka kita
merencanakan instalsinya sedemikian rupa supaya lampu dipasang bisa digunakan
untuk semua keperluan.
a. Effisiensi penerangan
P.L 70 .25
K =
hn .( P+ L)
=
15(70+25)
= 1,2
Karena efek warna flapon, dinding dan bidang kerja tidak diperhitungkan maka
berdasarkan tabel . 6 didapat efisiensi = 0,61. Disebabkan pengotoran ruangan
termasuk sedang maka factor penyusutan penerangan untuk 1 tahun = 0,85
Tabel 6
Efisiensi Penerangan Lampu Marcury { HPI 400 w }
Factor depresiasi
Untuk masa
Pengotoran ringan Pengotoran sedang Pengotoran berat
pemeliharaan
1 tahun X 85 80
2 tahun X 80 70
3 tahun X 70 65
E. A
∅ =
eff . d
500. 70 . 25
=
0,61. 0,85
= 1687560 luman
Jenis lampu yang dipasang metal holide lamp yang satu kelompoknya sebanyak 7
buah lampu, arah lampu bisa diatur sesui dengan keperluan. Fluk cahaya untuk
satu kelompok = 7 x 30.600 = 214200 lumen, maka jumlah titik lampu =
1687560
N =
214200
= 7,878
Dibulatkan menjadi 8 kelompok.
Untuk menerangi efek kesilauan, lampu harus dipasang sedemikian rupa
seperti gambar 2.8. dari gambar dapat dilihat bahwa gedung ini bisa digunakan 2
lapangan bola volli atau 4 lapangan bulutangkis atau 2 lapangan bola basket.
Untuk keperluan intensitas cahaya yang lebih kecil maka lampu dalam satu
kelompok bisa dihidupkan sebahagian.
Karena instalasi dipasang didalam ruangan maka digunakan kawat NYM 3 x 2,5
mm, berdasarkan gambar instalasi didapat jumlah kawat yang diperlukan yaitu
230 meter. Untuk menghitung material lainnya sama dengan penghitungan
material untuk instalasi rumah.
Dari gamabar instalsi dan diagram instalasi didapat material yang dibutuhkan
sebagai berikut :
Untuk memahami sistem kerja alat kontrol untuk instalasi tenaga untuk motor
listrik terlebih dahulu kita harus tahu simbul simbul yang digunakan dalam rangkaian
kontrol.
Ada bermacam – macam simbol yang digunakan dalam rangkaian kontrol, hal ini
tergantung dari mana peralatan itu berasal. Pada umumnya simbul – simbul yang
banyak dipakai di Indonesia merupakan simbul : Eropa, Amerika, Jepang dan lain-lain.
Berikut ini akan dijelaskan simbul simbul yang banyak dipakai dalam sistem
kontrol motor.
Selain mengetahui simbul-simbul seperti diatas perlu juga dietahui kode singkatan-
singkatan diagram yang sering ditemui pada rangkaian kontrol, antara lain sebagai
berikut :
GIL (G) : Green Indikacator Lamp : Lampu indikator hijau.
RIL (R) : Red Indicator Lamp : Lampu indikator merah.
ANN : Annunciator : Tanda Peringatan.
CT : Current Transformator : Trafo Arus.
EMER : Emergency : Keadaan darurat.
CRD : Groud : Pentanahan.
GF : Ground Fault : Gangguan pentanahan.
HTR : Heater : Elemen Pemanas.
INST : Instantaneous : Seketika.
NC : Normali Open : Keadaan biasa terbuka.
OL : Over Load : Pengaman beban lebih.
TR : Transformator : Trafo.
TDAD : Time Delay Action : Kontak berubah saat coil mendapat
tegangan kembali setelah coil
kehilangan tegangan.
TDAE : Time Delay Action : kontaknya berubah sesaat setelah coil
mendapat tegangan.
B. Komponen Komponen Kontrol.
Kontak ini bekerja secara tertunda, kontak ini juga mempuyai terminal NO, NC.
Timer sangat berguna untuk mengatur atau mengontrol mesin terutama motor
– motor yang besar yang dioperasikan dengan menggunakan saklar segitiga
bintang, prinsip kerja timer dapat dilihat pada gambar 3.2.
Selektor ini digunakan untuk menentukan beberapa posisi pilih seperti cara
operasi mesin manual stop otomatis.
5. Saklar Pembatas
Saklar ini berfungsi sebagai pembatas gerakan, titik kerja kontaknya dapat
diatur pada harga tertentu.
Kontak ini ada bermacam – macam yaitu :
a. Pembatas panas ( Temperatur Switch ).
b. Pembatas tekanan ( Pressure Switch ).
c. Pembatas aliran ( Flow Switch ).
d. Pembatas gerakan mesin ( Limit Switch ).
6. Relay – relay
b. Distance Relay.
Relay yang berfungsi bila hanya admitansi, ipedensi atau reaktansi
bertambah atau berkurang dari suatu harga tertentu.
d. Annurciator Relay.
Alat yang berfungsi untuk memberi tanda cahaya ( 1 lampu ) menunjukan
alat proteksi mana yang bekerja, pengaturannya secara manual dan bekerja
secaranya secara otomatis.
f. Field Relay.
Relay ini bekerja kalau terjadi ketidak normalan arus penguat magnit
( field ), biasanya bekerja kalau penguatnya kecil.
Dari gambar dapat kita lihat , bila tombol start ditekan maka arus akan mengalir ke
coil kontaktor. Dengan bekerjanya coil maka kontaktor kan bekerja yang dpat
dilihat dengan menutupnya kontak NC, motor akan berputar, lampu merah akan
menyala. Kontak bantu Normali Open ( NO ) dari kontaktor terhubung dan kontak
NC membuka yang mengakibatkan lampu hijau mati. Rangkaian ini terus
terhubung walaupun kontak start dilepas sebab sudah ada sebuah kontak pengunci
terpasang paralel dengan terminal start.
Bila tombol stop ditekan maka arus coil kontaktor akan terputus dan kontak
utama akan terbuka maka motor akan berhenti. Bila terjadi beban lebih pada saat
motor terjadi beban lebih pada saat motor sedang bekerja, maka Termal Over Load
Relay akan bekerja memutuskan hubungan listrik ke coil kontaktor sehingga motor
berhenti.
Bola tombol start ditekan maka motor A akan berputar, setelah 50 detik kontak
timer T akan menutup dan motor B akan berputar.
Dari gambar dapat kita lihat bahwa, kalau saklar ON ditekan maka saklar M akan
menutup dan saklar S juga menutup, setelah beberapa menit maka kontak D akan
menutup dan kontak S akan lepas, dengan sendirinya motor sudah terhubung dalam
keadaan segitiga.
Pada saat ini kontak N1 membuka, demikian pula 2 TR1. Karena 2TR
merupakan time relay, setelah beberapa detik kemudian maka kontak 2 TR1
menutup kembali. Bersama matinya kontak S dan menghubungnya motor
dengan tegangan melalui reaktor yang diatur ditengah – tengah, maka motor M
bekerja melalui reaktor.
Setelah beberapa detik kemudian 1TR membuka kontak 1TR1.
Mengakibatkan 1TR 2 menutup, dengan membukanya kontak 1TR1 maka coil
N dan 2TK tidak bekerja, kontak N1 menutup kembali dan kontak 2 TR1 dalam
keadaan tertutup. Karena kontak – kontak 1TR 2, N1 dan 2TR1 telah tertutup
hal ini akan diikuti dengan bekerjanya coil R yang kemudian mengoperasikan
kontaktor R1, R2 dan R3. Maka pada saat ini motor bekerja dengan reaktor,
lampu indikator menyala dan lampu indikator hijau mati, hal ini menandakan
motor bekerja dalam keadaan normal tegangan penuh.
2. Kabel.
Untuk menentukan jumlah kabel yang diperlukan untuk suatu instalasi kita
tahu denah dari bangunan yang akan kita pasang instalasinya, sama dengan
menentukan jumlah pipa, yaitu dengan mengukur jarak jumlah kabel yang kita
pakai. Dalam menentukan jumlah kabel ini kita harus melebihkan 10 % dari hasil
pengukuran, hal ini disebabkan karena adanya penyabungan kabel dan lain –
lainnya.
Untuk menentukan besarnya penampang kabel yang akan digunakan terlebih
dahulu kita harus tahu dulu daya motor yang dipasang, ddengan mengetahui daya
motor yang dipasang, dengan mengetahui daya motor kita bisa menentukan
besarnya arus yang mengalir dengan rumus :
P = V.I ( untuk motor DC )
P = V . I cos ∅ ( untuk motor satu fasa )
P = √ 3 . V . I cos ∅ ( untuk motor tiga fasa )
Dimana :
P = daya motor (PK)
V = tegangan kerja ( Volt )
I = arus yang mengalir (Ampere)
Cos ∅ = faktor daya
Dengan mengetahui arus listrik yang mengalir kita bisa menentukan besarnya
penampang kawat dari tabel kemampuan kawat mengalirkan arus listrik seperti
lampiran 2 dan lampiran 3.
Sebelum melihat tabel penampang kawat yang digunakan, arus listrik masing –
masing motor dekalikan dengan 125 % , sebab kita mengharapkan kabel tidak
selalu dialiri arus listrik yang maksimum. Kalau arus listrik yang mengalir dalam
kabel terus maksimum maka ketahanan instalasinya akan terbatas.
Kalau instalasinya cukup panjang kita harus lagi mencek rugi tegangan yang
terjadi pada penghantar, kalau rugi tegangannya 5 % ( untuk instalasi tenaga )
maka kabel yang dipasang harus lebih besar.
Untuk mengetahui rugi tegangan kita bisa mengetahuinya dengan rumus :
2. ρ . L . I cos ∅
S = ( untuk arus bolak balik satu fasa )
Vr
2ρ L.I
S = ( untuk arus searah )
Vr
ρ .√ 3 . L . I
S = cos ∅ ( untuk arus bolak balik tiga fasa ).
Vr
Dengan :
S = penampang kawat minimum supaya rugi tegangan sesui peraturan ( mm2 ).
L = Panjang pengantar dari sumber tegangan ke beban.
ρ = Tahanan jenis pengantar ( Ohm mm2 per meter ) untuk tembaga 0,0175.
I = Arus yang mengalir pada penghantar ( Ampere )
Vr = rugi tegangan antaara kawat yang diperkenankan ( Volt ).
Setelah kita mendapatkan besarnya kabel yang dipakai ( dengan melihat tabel )
kita cocokan dengan besarnya penampang kabel rumus drop tegangan yang
berlaku. Kalau luas penampang kabel berdasarkan tabel lebih besar dari
berdasarkan drop tegangan, kita pakai luas penampang kabel berdasarkan tabel 1
kemampuan kawat mengalirkan arus listrik. Akan tetapi kalau penampang kabel
berdasarkan tegangan drop lebih besar dari berdasarkan tabel, maka kita pakai luas
penampang kabel berdasarkan tegangan drop.
b. Kendali.
Yang dimaksud dengan kendali ( kontrol motor ) ialah sarana yang mengatur
tenaga listrik dengan cara yng sudah ditentukan yang dialirkan ke motor.
Kedalamnya termasuk juga sarana yang biasa digunakan untuk mengasut dan
menghentikan motor yang dikendalikannya. Untuk motor arus bolak balik
kendali harus mampu memutuskan arus macet. Rating ukuran alat
kendali/kontrol motor ditentukan berdasarkan arus nominal motor yang
sebanding dengan beban yang dipasang. Penggunaan alat asut tergantung
kepada motor yang digunakan perlu diasut atau tidak. Rating ukuran alat ini
ditentukan berdasarkan arus nominal motor atau beban yang dipasang yaitu
125 % kali satu nominal motor atau beban.
c. Sarana Pemutus.
Setiap motor harus dilengkapi dengan sarana pemutus tersendiri, kecuali
motor dengan daya nominal tidak lebih dari 1,5 KW. Syarat sarana Pemutus :
1) Sarana pemutus harus dapat memutuskan hubungan antara motor serta
kendali dan semua pengantar suplai yang tidak dibumikan dan harus
dirancang sedemikian rupa sehingga tidak ada kutup yang dapat
dioperasikan tersendiri.
2) Sarana pemutus harus dapat menunjukkan jelas apakah sarana tersebut
pada kedudukan tersebut pada kedudukan atau tertutup.
3) Sarana pemutus harus mempunyai kemampuan arus sekurang –
kurangnya 115 % dari arus beban penuh motor.
4) Sarana pemutus yang melayani motor dan beban lainnya, harus
mempunyai kemampuan arus sekurang kurangnya 115 % dari jumlah
arus beban pada keadaan beban penuh.
d. Rangkaian Motor.
Pengantar rangkaian akhir yang menyerupai sebuah motor haruslah
mempunyai kemampuan hantar arus sekurang – kurangnya 110 % dari arus
nominal beban penuh. Disamping itu juga untuk jarak jauh perlu dipergunakan
penghantar yang cukup ukurannya sehingga tidak terjadi susut tegangan yang
berlebihan.
Penghantar rangkaian akhir yang menyerupai dua motor atau lebih
mempunyai hantar arus kurang dari jumlah arus beban penuh rangkaian semua
motor itu, ditambah 10 % dari arus beban penuh motor yang terbesar dalam
kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar adalah yang mempunyai
beban penuh tertinggi.
Tabel 7
Nilai nominal atau Stelan Tertinggi Gawai Pengaman Rangkaian Motor
Terhadap Hubung Pendek ( menurut PUIL 1987 pasal 520.E.2.3)
f. Rangkaian Cabang
Penghantar rangkaian akhir yang menyerupai 2 motor atau lebih tidak
boleh mempunyai kemanpuan hantar arus kurang dari jumlah arus beban
penuh semua motor itu, ditambah 110% dari arus beban penuh motor yang
terbesar dalam kelompok tersebut. Yang dianggap motor terbesar ialah yang
mempunyai arus beban penuh tertinggi.
Berdasarkan tabel kawat NYFGbY dan lampiran 3 dapat kita lihat bahwa
penampang kawat untuk arus 38,75 A adalah 4 mm.
Tegangan drop tidak usah dicari lagi cukup dicari untuk motor yang paling jauh
dari panel.
a. Untuk motor no.2 dipakai kawat NYFGbY 3 x 4 mm 2 sepanjang 13 +
10% = 14,3 meter.
b. Kontaktor yang diperlukan untuk motor 2 harus mampu untuk arus 38,75 A,
yaitu kontaktor 3 TB 4617, kontaktor ini paling mendekati.
c. Termal over load relay yang dipasang yaitu 3 AU 4200 – 7 AJ yaitu termal
over load relay yang mempunyai arus yang bisa dipakai sekring 75 A.
d. Besarnya circuit breaker yang di pasang yaitu 40 A.
3. Motor 3
Jarak antara panel ke motor = 5,5 meter
746 . 50
In = = 74,88 A
0,86 .380 . √ 3 .0,88
Arus yang diizinkan 1,25 X 74,88 = 93,6 A.
a. Kawatyang cocok dipasang yaitu NYFGbY 3 x 16 mm2.
b. Kontaktor yang dipasang yaitu 3 TB 5017 – 0 AMO
c. Termal over load relay yang dipasang yaitu 3 AU 4300 - 8 AP,termal ini
mempunyai kemampuan arus yang bisa di atur antara 75 – 100 A.
d. Sekring yang dipasang yaitu 2,5 x 74,88 A = 187,2 Amper, untuk itu dipakai
sekring 200 A.
e. Besarnya circuit breaker yang dipasang yaitu 100 A.
4. Motor 4.
Semua komponen yang digunakan sama dengan motor nomor 2.
5. Motor 5.
Semua komponen yang digunakan sama dengan motor nomor 1.
Sekring utama yang digunakan : ( 1,25 x 74,88 ) + 31 + 31 + 38,75 = 233,1 A.
Untuk itu depakai sekring 250 A.
Circuit breaker untuk saluran utama yaitu : 250 A.
Berdasarkan data data diatas dapat disusun material yang diperlukan sebagi
berikut:
1) Kawat NYFGbY ukuran :
3 x 16 mm2 = 6 meter
3x6 = 30,8 meter
3x4 = 28,6 meter
2) Kontaktor
3 TB 4714 = 6 buah ( karena satu motor memerlukan 3 buah kontaktor sebab
motor dihubungkan bintang segitiga ). Yaitu 1 untuk kontaktor utama, 1
untuk segitiga,dan 1 untuk bintang.
3 TB 5017 = 3 buah.
3 TB 4617 = 6 buah.
3) Time switch 5 buah.
4) Termal over load relay.
3 AU 4200 – 7 AN = 2 buah
3 AU 4200 – 7 AJ = 2 buah
3 AU 4300 – 8 AP = 1 buah
5) Besarnya sekring.
125 A = 6 buah
75 A = 6 buah
200 A = 3 buah
250 A = 3 buah
6) Circuit breaker.
60 A = 2 buah
40 A = 2 buah
100 A = 1 buah
250 A = 1 buah
Gambar diagram perawatan dari instalasi ini dapat dilihat pada gambar 3,14
dibawah ini .
1. Fungi Panel.
Dari sekian banyak kegunaan panel dapat diklasifikasikan menjadi beberapa
fungsi :
a. Penghubung.
Suatu panel berfungsi untuk menghubungkan antara satu rangkaian
listrik dengan rangkaian listrik lainnya pada suatu operasi kerja.
b. Pengaman.
Pane dapat berfungsi sebagai pengaman sebab suatu pengaman akan
bekerja secara otomatis melepaskan sumber atau suplai tenaga listrik apabila
terjadi gangguan pada rangkaian.
c. Pembagi.
Panel juga dapat berfungsi untuk membagi – bagi kelompok beban
pada instalasi penerangan maupun instalasi tenaga.
d. Penyuplai.
Panel juga dapat berfungsi sebagai penyuplai tenaga listrik dari sumber
beban.
e. Pengontrol.
Fungsi panel sebagai pengontrol adalah merupakan fungsi yang paling
utama, karena dari panel tersebut masing – masing rangkaian baban dapat
dikontrol.
2. Macam dan Tipe Panel.
Dalam penempatan panel – panel dalam proses pengoperasiannya berbeda –
beda sesuai dengan kebutuhannya. Pada dasarnya panel terdiri dari panel tegangan
rendah, tegangan menengah, tegangan tinggi dan panel dapat beroperasi pada arus
searah ( DC ) maupun arus bolak balik ( AC ).
Sesui dengan fungsinya macam macam panel terdiri dari :
a. Panel distribusi ( main distribution board ).
b. Panel kontrol motor ( motor control centre ).
c. Panel generator ( generator switch board ).
d. Panel sub distribusi ( sub distribution board ).
e. Panel emergensi ( emergency distribution board ).
Pada garis besarnya komponen – komponen yang terdapat pada suatu panel
dapatdibagi menjadi 2 kategori yaitu :
Komponen untuk pemutus dan penghubung.
Komponen untuk kontrol dan perlengkapan penghubung.
Prinsip kerja dari MCB adalah azas kerja thermis ( panas ) dengan
menggunaka bimetal. Bila kawat resistansi yang terdapat pada bimetal dialiri arus
yang melebihi harga nominalnya, maka bimetal akan bergerak atau melengkung
akibat panas. Gerakan atau lengkungan ini akan menolak bagian mekanis dari MCB
yang akan menyebabkan tuas MCB terlepas dan dalam keadaan OFF.
3. Busbar ( Rel pengantar dari tembaga ).
Pada dasarnya busbar tidak dapat dikategorikan sebagai komponen, tetapi
merupakan perlengkapan panel yang bersifat menampung tenaga listrik guna
penyalur ke komponen lainnya yang berada dalam panel tersebut. Busbar ini
mempunyai bentuk penampang segi empat yang mana ukuran penampangnya
ditentukan dari besarnya arus yang melaluinya. Didalam penggunaannya busbar
dipasang ( disusun ) untuk keperluan rel – rel fase, netral dan arde. Untuk
pemasangannya busbas sebagai rel –rel fase dan netral mempunyai penyangga yang
biasanya berupa bahan isolasi dari bahan pertinax dan dipernis untuk mempertinggi
daya isolasinya. Sedangkan untuk rel ardenya dihubungkan lansung pada bodi
panel tersebut. Untuk membedakan antara fase dengan fase serta netralnya, busbar
diberi warna yang di standarkan oleh PLN denagan cat yang berbeda yakni :
Fase R (L1) dicat dengan warna merah
Fase S (L2) dicat dengan warna kuning
Fase T (L3) dicat dengan warna hitam
Fase N (L4) dicat dengan warna merah
Busbar/rel-rel tembaga yang tidak divat seperti untuk bagian lubang – lubang
mor untuk penyambungan serta busbar untuk arde., tembaga tersebut harus
dibersihkan, dan untuk dapat menghantar lebih baik lagi tembaga tersebut dilapisi
dengan cairan perak, lalu diberi paselin guna mempertinggi ketahanan terhadap
korosi yang mungkin akan terjadi pada tembaga tersebut.
4. Fuse ( sekering ).
Fuse atau tepatnya sekering adalah komponen yang terdiri dari hantaran kecil
dari penghantar kecil yang dapat melebur dan terbuat dari perak dengan panduan
logam lainnya seperti timah, seng, tembaga, dan lainnya yang mempunyai titik
lebur yang sangat rendah.
Sekering ini dalm penggunaannya adalah sebagai pengaman. Pengaman
sekering ini harus memutuskan arus pada rangkaian apabila terjadi hubungan
singkat.
5. Terminal Blok.
Terminal blok adalah merupan sederetan terminal yang mana berguna untuk
penyambungan dari rangkaian panel ke pemakaian. Jadi terminal blok ini juga
dapat dikategorika sebagai pelengkap saja dan merupakan tempat penampungan.
6. Push Button.
Push button didalam peakaian berfungsi sebagai saklar yang bekerja untuk
menghubungkan atau meng ON kan dan memutuskan / meng OFF kan rangkaian
kontrol, yang apabila ditekan akan menghubungkan atau memutuskan arus setelah
itu kontak – kontak hubungannya akan kembali pada kedudukan semula.
Push button berfungsi sebagai pemutus dan penyambung arus pada kumparan
magnet kontaktor yang ada didalam panel.
7. Lampu Indikator.
Penggunaan lampu indikator ini adalah sebagai isyarat atau tanda untuk
mengetahui apakah rangkaian yang bersangkutan dalam keadaan bekerja atau tidak.
Dalam hal ini lampu indikator berfungsi untuk menyatakan bahwa rangkaian
kontrol sudah bekerja atau tidak, dan biasanya digunakan lampu indikator berwarna
merah. Apabila lampu indikator tersebut menyala berarti rangkaian kontrol dalam
keadaan bekerja.
8. Selector Switch (Saklar Pemulih)
Saklar pemulih ini hanya berfungsi untuk memindahkan hubungan rangkaian
kontrol. Posisi saklar ini dalam kedudukannya mempunyai tiga posisi yakni; bila
tuas berada pada posisi tengah maka rangkaian dalam keadaan Offf, sedangkan bila
diputar kekanan akan berfungsi menghubngan rangkaian menjadi sistem manual
(mekanis), dan bila berada pada posisi kiri akan merobah hubungan rangkaian
menjadi sistem manual (otomatis). Tetapi dalam pemakainnya dapat saja kita
balikan kekanan secara manual dan kekiri menjadi secara oomatis.
9. Transformator Arus
Tranfosmato arus digunakan untuk menurunkan arus yang akan diukur, yang
dibuat dengan perbandingan tertentu antara arus primer dan arus sekunder. Dengan
menggunakan trafo arus kita bisa mengukur arus yang lebih besar. Dengan
menggunakan ampermeter yang daya ukurnya kecil, juga dengan menggunakan
transformator arus suplay daya tidak akan terganggu walaupun ampermeternya
rusak.
10. Komponen Lain
Komponen panel selain yang dibacakan diatas antara lain kontaktor, relay
waktu, pengaman beban dan lain-lain. Semua komponen ini sudah dibahas pada
Bab 3.
A. Rida Isnu. Ir. (1979 ) Instalasi Cahaya dan Tenaga. Jakarta. Departemen Pendidikan dan
kebudayaan.
TG. Thampson. ( 1978 ) Electrical Instalation and Workshop Technologi Volume 3. London
Longman.
TG. Thampson. ( 1972 ) Electrical Instalation and Workshop Technologi Volume 1. London
Longman.
Jemari Mardapi. Drs. ( 1977 ). Dasar Instalasi Tenaga Dalam Industri. Yogyakarta FKT IKIP
Yogyakarta.
Jhon. D Lenk. ( 1972 ). Hand Book of Simlified Electrical Wiring Design. New Yersey
Prentice Hall Inc Englewood.
RT. Lythall. ( 1980 ). Swicth Gear Book. London Newnes butter Worths.
Setiawan. E. Ir. Instalasi Arus Kuat Jilid 1,2 dan 3. Bandung. Penerbit Bina Cipta.
Yoseph F MC Partland. ( 1980 ). Hand Book of Simlified Electrical Wiring Design. New
York. Mc Grew Hill Book Company Inc.
1,5 re 27 24 18 16
2,5 re 36 32 25 22
4 re 46 41 34 30
6 re 58 52 44 38
5 10 rm 77 69 60 52
16 rm 100 89 80 70
25 rm 130 166 105 91
35 rm 155 138 130 113
50 rm 185 169 160 139