Anda di halaman 1dari 270

MODUL KULIAH

Aik 1
(Kemanusiaan Dan Keimanan)

Tim Penulis
1. Mahmud Muhsinin, M.PI
2. Dr. Din Muhammad Zakariya, M.Pd.I
3. Dr. Muhammad Hambal, Lc, M.Pd.I
4. Asrori, M.Pd.I
5. Dr. Sholihul Huda, M.Fil.I

Modul Kuliah AIK 1


Copyright ©2020
Editor:
Riki D. Angga Saputro

Layout & Desain Cover:


Riki D. Angga Saputro

Diterbitkan
PPAIK (Pusat Pengkajian Al-Islam KeMuhammadiyahan)
Universitas Muhammadiyah Surabaya

Cetakan ke-1, September 2020

PPAIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
©2020
DAFTAR ISI
Daftar Isi..........................................................................................................iii
Kata Pengantar...............................................................................................iv
Kata Sambutan ...............................................................................................v
MODUL KULIAH AIK -1 (KEMANUSIAAN DAN KEIMANAN)........................1
MODUL KULIAH 1 ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE ......................................4
Kegiatan Belajar 1 Pengertian, Tujuan, Sumber Ajaran Islam..........................6
Kegiatan Belajar 2 Ruanglingkup Dan Karakteristik Ajaran Islam...................18
MODUL 2 HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM .................33
Kegiatan Belajar 1 Hakikat Dan Asal Usul Manusia........................................35
Kegiatan Belajar 2 Potensi & Kelemahan Manusia.........................................42
MODUL 3 PERJALANAN HIDUP MANUSIA ................................................53
Kegiatan Belajar 1 Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh Hingga
hari Akhirat, Ragam Orientasi Hidup Manusia................................................55
Kegiatan Belajar 2 Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia, Hidup
Sukses dalam Pandangan Al-Quran...............................................................71
MODUL 4 IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN.....................91
Kegiatan Belajar 1 Hakekat Iman, Hubungan Iman, Ilmu dan Amal...............93
Kegiatan Belajar 2 Karakteristik dan Sifat Orang Beriman, Hal-hal
yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman.................................................114
MODUL 5 TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUSLIM ......129
Kegiatan Belajar 1 Pengertian Tauhid, Makna Kalimat La ilaaha illallah
dan Konsekuensinya dalam Kehidupan........................................................131
Kegiatan Belajar 2 Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek Kehidupan
dan Jaminan Allah Bagi Orang yang Bertauhid Mutlak.................................152
MODUL 6 KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM ............................................167
Kegiatan Belajar 1 Konsep Aqidah Dan Ruang Lingkup Pembahasan
Aqidah, Sumber Dan Fungsi Aqidah.............................................................169
Kegiatan Belajar 2 Prinsip-Prinsip Aqidah Islam...........................................187
MODUL 7 KONSEP IBADAH, DAN MANFAATNYA BAGI KEHIDUPAN
MANUSIA......................................................................................................203
Kegiatan Belajar 1 Konsep Ibadah Dalam Islam...........................................205
Kegiatan Belajar 2 Manfaat Ibadah Bagi Kehidupan Manusia.....................213
MODUL 8 SYIRIK DAN BAHAYANYA BAGI MANUSIA..............................219
Kegiatan Belajar 1 Definis, Bentuk Dan Faktor Terjadinya Syirik..................221
Kegiatan Belajar 2 Syirik Zaman Modern......................................................235
MODUL 9 MAKNA DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU TAUHID .........245
Kegiatan Belajar 1 Sumber dan Tujuan Mempelajari Tauhid.........................247
Kegiatan Belajar 2 Manfaat Mempelajari Tauhid ..........................................253
Profil Penulis AIK 1.....................................................................................262

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) iii


Kata Pengantar
Kepala PPAIK Universitas Muhammadiyah Surabaya

Puji syukur kita haturkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
dan hidayah-Nya, sehingga Tim Penulis Modul Kuliah PAI/AIK PPAIK
Universitas Muhamamdiyah Surabaya dapat diselesaikan tepat pada
waktunya. Modul Kuliah PAI/AIK disusun berdasarkan Standart Pen-
jaminan Mutu Pembelajaran PAI/AIK di lingkungan Universitas Mu-
hammadiyah Surabaya. Dengan adanya buku Modul Kuliah PAI/AIK
ini diharapkan proses pembelajaran PAI/AIK semakin sistematis dan
professional sehingga output dari Standart Mutu Pembelajaran PAI/AIK
di Universitas Muhamamdiyah Surabaya tercapai.
Penyusuanan Modul Kuliah PAI/AIK ini dibawah koordinasi Pusat
Pengkajian Al-Islam Kemuhammadiyahan (PPAIK) Universitas Mu-
hammadiyah Surabaya dengan membentuk 5 Tim Penyusun Modul
Kuliah yaitu Tim Penulis Modul Kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI),
Modul Kuliah AIK 1 (Manusia dan Ketuhanan), Modul Kuliah AIK 2
(Ibadah, AKhlaq dan Muamalah), Modul Kuliah AIK 3 (Kemuhammad-
iyahan), Modul Kuliah AIK 4 (Islam dan IPTEKS). Adapun target dari
penyusunan Modul Kuliah ini adalah tersusun 5 Modul Kuliah PAI/AIK.
Tercapainya target dari penulisan Modul Kuliah PAI/AIK ini tidak lepas
dari peran serta semua Dosen AIK yang tergabung dalam Tim Peny-
usunan Modul Kuliah PAI/AIK.
Maka dari itu, atas Nama Kepala Pusat Pengkajian Al-Islam KeMu-
hammadiyahan (PPAIK) Universitas Muhamamdiyah Surabaya, kami
ucapakan banyak terima kasih kepada semua Tim Penulis Modul Kuli-
ah PAI/AIK Universitas Muhammadiyah Surabaya, atas semua jerih
payah dan pengorbanannya selama ini, sehingga penyusunan Modul
Kuliah PAI/AIK ini akhirnya terselesaikan tepat waktu. Semoga semua
amal ilmu Bapak/Ibu Tim Penulis Modul Kulaih PAI/AIK menjadi ilmu
yang bermanfaat sebagai sumbangsi untuk kemajuan Universitas Mu-
hamamdiyah Surabaya, serta semoga menjadi amal jariyah bekal ke-
hidupan kita di akherat kelak. Dan semoga Bapak/Ibu dan keluraga
selalu diberikan kesehatan dan dijauhkan dari wabah Covid-19 oleh
Allah SWT. Amien.

Dr. Sholihul Huda, M.Fil.I


Surabaya, 10 Agustus 2020

iv Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Kata Sambutan
Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya

Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh


Puji Sykur mari kita haturkan kehadirat Allah SWT, semoga kita
semua selalu diberikan kekuatan dan kesehatan dalam menghadapi
pandemi Covid-19.
Pandemi Covid-19 sangat berdampak mempenguruhi semua relasi
dan struktur dunia pendidikan Perguruan Tinggi termasuk di Universitas
Muhammadiyah Surabaya. Kebijakan jaga jarak sosial (social distanc-
ing) dan jaga jarak fisik (physical distancing) dalam rangka mencegah
penyebaran Covid-19 berdampak pada dilarangnya proses pembelaja-
ran tatap muka (luring) di dalam kelas dan membatasi kegiatan kam-
pus yang menghadirkan orang banyak, sehingga semua kegiatan kam-
pus termasuk proses pembelajaran mahasiswa Mata Kuliah Al-Islam
KeMuhammadiyahan (AIK), semua berbasis during (online). Dalam
pembelajaran durung (online,) dibutuhkan perangkat pembelajaran da-
lam bentuk Modul Kuliah Online. Sehingga penyusunan Modul Kuliah
Pendidikan Agama Islam (PAI) dan AIK-1 (Keimana dan Kemanusian),
AIK-2 (Ibadah, Akhlaq dan Muamalah), AIK-3 (KeMuhammadiyahan),
AIK-4 (Islam dan IPTEKS) yang disusun oleh Tim Pusat Pengkajian
AL-Islam Kemuhamamdiyahan (PPAIK) Universitas Muhammadiyah
Surabaya menjadi sangat penting dalam rangka pemenuhan kebutu-
han proses pembelajaran bagi Dosen AIK dan Mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surabaya di tengah pandemi Covid-19.
Semoga Modul Kuliah PAI, AIK-1, AIK-2, AIK-3, AIK-4 dapat digu-
nakan sebagaimana mestinya dan bermanfaat bagi kemajuan kampus
Universitas Muhammadiyah Surabaya.
Nasrum mina Allahi wa fathun Qarib
Wassalamu’alaikum warrahmatullahi wabarakatuh

Dr. dr.Sukadiono, MM
Surabaya, 10 September 2020

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) v


MODUL KULIAH AIK -1
(KEMANUSIAAN DAN KEIMANAN)

1. TINJAUAN MATA KULIAH AIK 1

Mata kulian AIK 1 ini dirancang khusus untuk Mahasiswa program


Sarjana (Strata 1) yang bersifat memperkaya wawasan dan sikap yang
berkaitan dengan materi tentang Kamanusian dan Keimanan. Materi
mata kuliah AIK 1 sangat penting bagi mahasiswa UMSurabaya dalam
bekal menghadapi kehidupan di masyarakat terutama terkait pemaha-
man tentang kemanusian dan keimanan. Modul ini diharapkan dapat
membekali Mahasiswa dalam proses pembelajaran daring (online)
ditengah pandemi Covid-19.
Setelah mempelajari dan menguasai materi mata kuliah AIK 1, Ma-
hasiswa diharapkan dapat menjelaskan dan memahami tentang Maha-
siswa mampu mendeskripsikan dan menerapkan konsep dan prinsip
nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan secara baik dan benar dan me-
mecahkan masalah penyimpangan Aqidah dalam masyarakat secara
benar sesuai Al-Quran dan Hadits shahih. Secara lebih rinci, setelah
mempelajari materi mata kuliah AIK 1, Mahasiswa dapat mengetahui
dan memahami tentang:
Materi kuliah ini berbobot 2 SKS dan disajikan dalam 8 Modul Kuliah
yaitu;
• Modul 1: ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE
• Modul 2: HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN ISLAM
• Modul 3: PERJALANAN HIDUP MANUSIA
• Modul 4: IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KEHIDUPAN
• Modul 5: TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN MUS-
LIM
• Modul 6: KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM
• Modul7: KONSEP IBADAH, DAN MANFAATNYA KEHIDUPAN
MANUSIA

1
• Modul 8: SYIRIK DAN BAHAYANYA BAGI MANUSIA
• Modul 9: MAKNA DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU TAUHID

Agar anda berhasil dalam menguasai materi kuliah ini, ikutilah pe-
tunjuk belajar berikut ini:
• Pelajari setiap materi modul dengan sebaik-baiknya
• Kerjakan setiap kegiatan, Latihan, dan Tes formatif yang ter-
dapat pada setiap modul
• Catatlah konsep-konsep yang belum anda kuasai sebagai ba-
han untuk diskusi dengan teman anda dalam kelompok belajar
atay dengan tutor anda.

CAPAIAN PEMBELAJARAN AIK 1

Mahasiswa mampu mendeskripsikan, menerapkan dan memecah-


kan masalah konsep dan prinsip Ketuhanan, kemanusiaan dan ke-
hidupan dunia secara benar sesuai al quran dan hadits shahih dalam
kehidupan masyarakat
1. Standart Kompetensi
• Mahasiswa mampu mendeskripsikan dan menerapkan
konsep dan prinsip nilai-nilai Ketuhanan dan kemanusiaan
secara baik dan benar.
• Mahasiswa mampu memecahkan masalah penyimpangan
Aqidah dalam masyarakat secara benar sesuai Al-Quran
dan Hadits shahih.

2. Kompetensi Dasar
1. Mampu Mendeskripsikan dan mengidentifikasi konsep
Islam sebagai way of life, pengertian, tujuan, dan fungsi
Islam, sumber ajaran Islam, ruang lingkup beserta
karakteristik Ajaran Islam.
2. Mampu Mendeskripsikan dan memahami hakekat manusia
dalam pandangan Islam, asal-usul kejadian manusia,
potensi-potensi, kelemahan dan sifat-sifat manusia beserta
kelebihannya atas makhluk lain.
3. Mampu Mendeskripsikan dan mengidentifikasi perjalanan
hidup manusia dari alam ruh hingga hari akhirat, ragam
orientasi hidup manusia, tujuan dan fungsi penciptaan

2 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


manusia beserta hidup sukses dalam pandangan Al-Quran.
4. Mampu Menjelaskan dan menerapkan Iman dan
pengaruhnya dalam kehidupan, hubungan Iman, Ilmu, dan
Amal, karakteristik dan sifat orang beriman dan hal-hal
yang dapat merusak dan meniadakan Iman.
5. Mampu Menjelaskan dan menerapkan Tauhid dan
urgensinya bagi kehidupan muslim, memaknai kalimat Laa
ilaaha illa Allah dan konsekuensinya dalam kehidupan,
Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan
dan Jaminan Allah bagi orang yang bertauhid mutlak.
6. Mampu Menganalisis dan menerapkan konsep Aqidah
dalam Islam, pemahaman dan ruang lingkup pembahasan
Aqidah, sumber dan fungsi Aqidah dan prinsip-prinsip
Aqidah Islam.
7. Mampu Mendeskripsikan dan menerapkan konsep Ibadah,
makna ibadah menurut Al-Quran dan manfaatnya dalam
kehidupan manusia.
8. Mampu Menganalisa dan memahami syirik dan bahayanya
bagi manusia, pengertian dan bentuk-bentuk syirik,
penyebab terjadinya syirik pada manusia dan tindakan
Rasulullah dalam menangkal syirik.
9. Mampu Menganalisis dan memahami syirik zaman modern,
pengertian syirik modern, bentuk-bentuk dan jenis-jenis
syirik modern, dan ancaman bagi pelaku dosa syirik.
10. Mampu Menyimpulkan dan menerapkan makna dan
manfaat mempelajari ilmu Tauhid.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 3


MODUL KULIAH 1
ISLAM SEBAGAI WAY OF LIFE
(Mahmud Muhsinin, M.PI)

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul pertama dari 9 modul mata kuliah AIK
1. Agama Islam merupakan agama yang mengusung kedamian, ke-
selamatan bagi semua makhluk di dunia ini sehingga Islam adalah
rahmatalilialamin. Agama Islam adalah agam terakhir yang diturunkan
oleh Allah sehingga Islam juga disebut sebagai agama samawi yang
memiliki Kitab Suci bernama Al-Quran. Dalam al-Quran berisi beragam
hal yaitu berisi aqidah (theology), aturan-aturan hukum (Syariat Islam),
aturan Ibadah, aturan akhlaq manusia, alam, Tuhan dan Qishas (seja-
rah-sejarah terdahulu). Sehingga fungsi al-Quran adalah sebagai pe-
doman aturan hidup manusia untuk mencapai kebahagian dunia dan
akherat.
Adapun dalam agama Islam terdapat beberapa sumber ajaran yang
dijadikan landasan dan pedoman dalam berinteraksi dalam kehidupan
ini baik secara horizontal (hablu min an-nas) dan secara vertikal (hablu
min Allah). Dalam Islam terdapat tiga sumber ajaran Islam yaitu Al-Qu-
ran, Hadis dan Ijtihad. Al-Quran sebagai sumber pokok (Asasi) dari
Allah SWT, Hadis sebagai sumber poko kedua bersumber dari Nabi
uhammad SAW dan Ijtihad adalah sumber ajaran Islam ketiga yang
bersumber dari hasil pemikiran para Sahabat, Tabiin, Tabiin Tabiat, Ula-
ma dan para Intelektual Islam.
Dari ketiga sumber ajaran Islam tersebut memiliki kekuatan hukum
yang berbeda. Al-Quran menjadi sumber ajaran Islam yang bersifat
QathI (tetap) sehingga mengandung kebenaran mutlak. Hadis menjadi
sumber ajaran Islam bersifat QathI bagi hadis shahih dan ijtihad men-
jadi sumber ajaran Islam yang bersifat mungkin benar mungkin ada
salah (Dzanni). Artinya dapat digunakan jika tidak bertentangan den-
gan al-Quran dan Hadis dan boleh ditinggalkan atau tidak digunakan

4
jika dianggap bertentangan dengan al-Quran dan hadis shahih. Mas-
ing-masing kajian ini akn dibahas tersendiri secara mendalam pada
modul ini.
Dalam modul ini kita akan mengkaji pengertian agama Islam, sum-
ber ajaran Islam, ruanglingkup ajaran Islam dan karakteristik Islam.
Setelah menguasai modul pertama ini, mahasiswa dapat menjelas-
kan dan memahami pengertian agama isla, sumber ajaran islam, rung
lingkup ajaran islam dan karakterustik ajaran islam. Secara lebih khu-
sus setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat menjelaskan
dan memahami:
• Pengertian Agama Islam
• Sumber ajaran Islam (Al-Quran-Hadis-Ijtihad)
• Runglingkup ajaran Islam (Aqidah/Theologi, Syariat/Ibadah,
Muamalah/Akhlaq)
• Karakteristik Ajaran Islam adalah Rahmatalilalamin
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Pengertian dan Sumber Ajaran Islam
2. Kegiatan belajar 2 : Ruanglingkup dan Karakteristik Ajaran Islam
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
2. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman


Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 5


KEGIATAN BELAJAR 1

Pengertian, Tujuan, Sumber Ajaran Islam

A. Pengertian Agama Islam

Pengertian agama Islam dibagi menjadi dua, yaitu


• Umum : bahwa Islam merupakan agama para nabi, sejak nabi
Adam (manusia pertama) sampai nabi terakhir Nabi Muhammad
saw. Karenanya banyak kita temukan dalam al quran yang men-
jelaskan bahwa para nabi semua adalah muslim, artinya mereka
berserah diri kepada Allah mengikuti syariat Allah sehingga mer-
eka beragama Islam dan disebut muslim.1 Allah berfirman :
َ‫وب ْال َم ْوتُ ِإ ْذ قَا َل ِلبَنِي ِه َما ت َ ْعبُدُونَ مِ ْن بَ ْعدِي قَالُوا نَ ْعبُ ُد ِإلَ َهكَ َو ِإلَهَ آبَائِك‬ َ ‫ش َه َدا َء ِإ ْذ َح‬
َ ُ‫ض َر يَ ْعق‬ ُ ‫أ َ ْم ُك ْنت ُ ْم‬
َ‫ِيم َو ِإ ْس َماعِي َل َو ِإ ْس َحاقَ ِإلَ ًها َواحِ دًا َونَحْ نُ لَهُ ُم ْس ِل ُمون‬
َ ‫ِإب َْراه‬
Artinya : Adakah kamu hadir ketika Ya’qub kedatangan (tanda-tan-
da) maut, ketika ia berkata kepada anak-anaknya: “Apa yang kamu
sembah sepeninggalku?” Mereka menjawab: “Kami akan menyembah
Tuhanmu dan Tuhan nenek moyangmu, Ibrahim, Ismail dan Ishaq, (yai-
tu) Tuhan Yang Maha Esa dan kami hanya tunduk patuh kepada-Nya.”
(al baqarah 133)
• Khusus : bahwa agama Islam adalah agama (undang-undang
/ aturan) yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Dengan Islam Al-
lah mengakhiri serta menyempurnakan agama-agama lain untuk
para hamba-Nya. Dengan Islam pula, Allah menyempurnakan
kenikmatan-Nya dan meridhai Islam sebagai dien-Nya. Oleh
karena itu tidak ada lain yang patut diterima, selain Islam. Se-
bagaimana firman Allah :
ِ ْ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬
‫الس َْل َم دِينًا‬ َ ُ‫ْاليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت‬
ِ ‫علَ ْي ُك ْم ِن ْع َمتِي َو َر‬
Artinya : Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu
1 Pengertian ini mengambil dari beberapa ayat al quran yang menggolongkan semua nabi sebagai muslim.
Diantaranya surat al Baqarah 131,132,133 dan 136. Surat ali imran ayat 52, 67, 84. Surat al Maidah ayat 111,
Pengakuan muslim para penyihir firaun di Surat al araaf, al ankabuut ayat 46.

6
agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku,
dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (al Maidah :
3)

Dalam himpunan putusan tarjih Muhammadiyah dijelaskan bahwa


agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad saw
yaitu apa yang diturunkan Allah dalam Al Quran dan yang tersebut da-
lam sunnah shahih, berupa perintah-perintah dan larangan-larangan
serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan akhirat. 2

B. Tujuan dan Fungsi Agama Islam

Islam merupakan agama yang diperuntukkan untuk manusia. Se-


jak manusia pertama diciptakan islam merupakan aturan yang mereka
pergunakan dalam kehidupannya. Allah berfirman,
َ‫للا َوخَات ََم النَّ ِب ِيّين‬ ُ ‫َما َكانَ ُم َح َّم ٌد أَبَا أ َ َح ٍد مِ ْن ِر َجا ِل ُك ْم َولَك ِْن َر‬
ِ َّ ‫سو َل‬

“Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di


antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi…” (Al
Ahzab 40)
ِ ْ ‫ضيتُ لَ ُك ُم‬
‫الس َْل َم دِينًا‬ َ ُ‫ْاليَ ْو َم أ َ ْك َم ْلتُ لَ ُك ْم دِينَ ُك ْم َوأَتْ َم ْمت‬
ِ ‫علَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِي َو َر‬
“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan tel-
ah Kucukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Kuridhai Islam itu jadi
agama bagimu…” (Al Maidah 3)
ِ ْ ‫للا‬
‫الس َْل ُم‬ ِ َّ ‫ِإ َّن ال ّدِينَ ِع ْن َد‬

“Sesungguhnya agama (yang diridhai) di sisi Allah hanyalah Islam.”


(Al Imran 19)
َ‫الس َْل ِم دِينًا فَلَ ْن يُ ْقبَ َل مِ ْنهُ َوه َُو فِي ْالَخِ َرةِ مِ نَ ْالخَاس ِِرين‬
ِ ْ ‫غي َْر‬
َ ِ‫َو َم ْن يَ ْبت َغ‬

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali


tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat ter-
masuk orang-orang yang rugi.” (Al Imran 85)
Dien Islam dapat didefinisikan sebagai peraturan Allah yang memba-
wa orang-orang berakal ke arah kebahagiaan dunia dan akhirat, yang
mencakup masalah aqidah dan amal. Ia adalah suatu sistem yang
mencakup peraturan-peraturan yang menyeluruh, serta merupakan
“undang-undang” yang lengkap dalam semua urusan hidup manusia
2 Himpunan Putusan Tarjih Muhammadiyah hlm. 276

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 7


untuk kita terima dan mengamalkannya secara total. Dan muslim ada-
lah orang yang berserah diri tunduk kepada aturan Allah.
Allah menurunkan agama islam bagi manusia sebagai pedoman
hidup mereka di bumi ini. Oleh karena itu ajaran islam memiliki atur-
an yang beragam dan lengkap. Bahasan fiqh islam atau aturan islam
meliputi permasalahan individu dan bermasyarakat. Islam mengatur
bagaimana kita menjalin hubungan dengan Sang Pencipta Allah. Dan
juga mengatur bagaimana kita menjalin hubungan antar manusia. Dan
juga mengatur bagaimana kita menjalin hubungan antar makhluk Al-
lah. Kelengkapan aturan dan ajaran islam ini dikarenakan tujuan Allah
menurunkan ajaran Islam adalah sebagai petunjuk dan pedoman hidup
manusia.

C. Sumber Hukum Islam (Sumber ajaran Islam)

Islam merupakan ajaran yang bersifat Rabbani, datang dari Allah


bukan produk pemikiran manusia dan bukan produk lingkungan atas
masa tertentu melainkan merupakan petunjuk yang diberikan kepada
manusia sebagai karunia dan rahmat (kasih sayang) dari Allah kepada
manusia. Oleh karena itu wahyu merupakan asal awal aturan-aturan
islam, yang terdiri dari Al Quran dan Hadits.
Kedua sumber ini dipahami oleh akal yang menghasilkan ijtihad.
Oleh karena itu dalam kajian fikih sumber hukum islam ada 3, yaitu al
quran, hadits dan ijtihad. Ijtihad merupakan pendapat yang dihasilkan
dari pemahaman yang mendalam akan al quran dan hadits, bukan be-
rasal dari sumber lain.

A. Al-Quran

1. Pengertian Al-Quran
Al Quran adalah firman Allah SWT diturunkan kepada Nabi Muham-
mad SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril
as, ditulis kepada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan kepa-
da kita dengan cara mutawatir. Membaca dan mempelajari Al Quran
adalah ibadah dan Al Quran dimulai dari surat Al Fatihah serta ditutup
dengan surat An Naas.

2. Sejarah penulisan al quran


Penulisan al quran mengalami 3 periode, yaitu : Periode nabi Mu-

8 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


hammad saw, Periode Khalifah Abu Bakar, Periode Khalifah Usman.

a. Periode Nabi Muhammad saw


Pada periode ini penyandaran pada hafalan lebih banyak daripada
penyandaran pada tulisan karena hafalan para Sahabat Radhiyallahu
anhum sangat kuat dan cepat di samping sedikitnya orang yang bisa
baca tulis dan sarananya. Oleh karena itu siapa saja dari kalangan
mereka yang mendengar satu ayat, dia akan langsung menghafaln-
ya atau menuliskannya dengan sarana seadanya di pelepah kurma,
potongan kulit, permukaan batu cadas atau tulang belikat unta. Zaid
bin Sabit adalah penulis wahyu nabi. Para penulis wahyu diperintah
oleh Nabi untuk menulis setiap wahyu yang diterima dan meletakkan
urutannya sesuai petunjuk Nabi berdasarkan petunjuk Jibril. Oleh kare-
nanya urutan al quran baik dari surat dan juga ayat merupakan wahyu
tidak boleh diubah.

b. Periode Khalifah Abu Bakar


Di masa pemerintahan Khalifatur Rasul Abu Bakar ash-Shiddiq
ra, terjadi perang Yamamah yang mengakibatkan  banyak sekali para
qurra/ para huffazh (penghafal al-Qur`an) terbunuh. Akibat peristiwa
tersebut, Umar bin Khaththab merasa khawatir akan hilangnya seba-
gian besar ayat-ayat al-Qur`an akibat wafatnya para huffazh. Maka
beliau berpikir tentang pengumpulan al-Qur`an yang masih ada di lem-
baran-lembaran. Ide pengumpulan al quran tersebut disampaikannya
kepada khalifah Abu Bakar. Reaksi awal mendengar hal tersebut, Abu
Bakar menolaknya. Setelah mendengar penjelasan Umar akhirnya Abu
Bakar setuju dan memerintahkan Zaid bin Tsabit melaksanakan tugas
tersebut. Hasil lembaran-lembaran al-Qur`an ini tetap terjaga bersama
Abu Bakar selama hidupnya. Kemudian berada pada Umar bin al-Kha-
ththab selama hidupnya. Kemudian bersama Ummul Mu`minin Haf-
shah binti Umar ra sesuai wasiat Umar.

c. Periode Khalifah Usman


Pada masa pemerintahan khalifah Usman, terjadi perbedaan ba-
caan al quran di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan semakin lu-
asnya daerah islam dan semakin beragamnya pemeluk islam. Sahabat
Nabi Hudzaifah bin al-yaman mengusulkan keseragaman bacaan al
quran diseluruh daerah Islam dan seluruh pemeluk islam. Setelah mer-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 9


eka menyalin lembaran-lembaran tersebut  ke dalam mushhaf, Utsman
segara mengembalikannya kepada Hafshah.
Utsman kemudian mengirimkan salinan-salinan mushhaf ke
seluruh wilayah negeri Islam agar orang-orang tidak berbeda pendapat
lagi tentang al-Qur`an. Jumlah salinan yang telah dicopy sebanyak
tujuh buah.

Tujuh salinan tersebut dikirimkan masing-masing satu copy ke kota


Makkah, Syam, Yaman, Bahrain, Bashrah, Kufah dan Madinah. Mush-
haf inilah yang kemudian dikenal dengan nama Mushhaf Utsmani. Ut-
sman kemudian memerintahkan al-Qur`an yang ditulis oleh sebagian
kaum muslimin yang bertentangan dengan Mushhaf Utsmani yang mu-
tawatir tersebut untuk dibakar. Ali Bin Abi tholib berkata : Demi Allah
, dia tidak melakukan apa-apa dengan pecahan-pecahan ( Mushaf )
kecuali dengan persetujuan kita semua”.
Pada masa pemerintahan Ali bin Abi Tolib tidak ada perubahan dan
tetap seperti zaman Usman Bin Affan.

B. Hadis/As-Sunnah Nabi Muhammad SAW


1) Kedudukan Hadis Dalam Sumber Ajaran Islam
Hadits merupakan salah satu panduan yang digunakan oleh umat
Islam dalam melaksanakan berbagai macam aktivitas baik yang ber-
kaitan dengan urusan dunia maupun aktivitas yang berkaitan dengan
urusan akhirat. Hadits merupakan sumber hukum agama Islam yang
kedua setelah kitab suci Al—Quran. Jika suatu perkara tidak dijelas-
kan di dalam Al—Quran, maka umat Islam akan menggunakan sumber
yang kedua yaitu Hadits.
2) Pengertian Hadits
Hadits adalah kabar atau Riwayat yang berisikan tentang ucapan
rosulullah atau perbuatannya atau persetujuan beliau.
3) Pembukuan Hadits
Dimasa rosulullah, hadits tidak boleh ditulis. Rosulullah melarang
para sahabat menulis hadits. Yang boleh ditulis hanya al quran. Tu-
juannya adalah agar tidak bercampur antara al quran dengan hadits.
Pada masa khulafa urrasyidin, hadits mulai ditulis oleh para tabiin yang
belajar kepada para sahabat. Hadits mulai ada pembukuan Pada abad
pertama hijriah. Menurut para ulama orang yang pertama membuku-
kan hadits adalah Abu Bakar Ibnu Hazm, namun buku tersebut sudah
tidak ada saat ini. Sedangkan kitab hadits yang paling tua dan masih
ada hingga kini adalah kitab al muwatha Imam Malik.

10 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Abad kedua sampai akhir abad ketiga. Para ulama hadits mulai me-
misahkan mana hadits dan mana fatwa sahabat dan tabiin, demikian
juga memilah-milah mana hadits yang shahih, hasan maupun dhaif. Di
samping itu juga dikembangkan kaidah-kaidah ilmu Hadits, sehingga
muncul ilmu dirayah hadits. Ada 3 macam kitab hadits, yaitu :
• Kitab-kitab sahih, yaitu kitab-kitab yang berisi hadits shahih saja
• Kitab-kitab Sunan, yaitu kitab-kita yang berisi hadits sahih dan
hadits yang tidak terlalu lemah.
• Kitab-kitab musnad, yaitu kitab-kitab yang berisikan hadits-had-
its semuanya, tidak mencantumkan penilaian hadits.
Kitab-kitab hadits yang terkenal keshahihannya disebut al ushul al
khamsah, yaitu : (1) Shahih Bukhari, (2) Shahih Muslim, (3) shahih abu
dawud, (4) Shahih At Turmidzi, (5) Shahih An NasaI
Awal abad IV Hijriah. Ilmu hadits lebih matang lagi. Beragam metode
penulisan hadits dilakukan di periode ini, misalnya kitab Jami shaghir
ditulis oleh Asy Syuyuthi yang menulis hadits berdasarkan urutan huruf
hijaiyah, dan lainnya.
4) Istilah-istilah hadits
• Matan hadits adalah isi hadits atau teks hadits atau lafadz hadits
• Sanad hadits adalah orang-orang yang meriwayatkan hadits dari
generasi ke generasi hingga ke Rosulullah.
• Hadits mutawatir adalah hadits yang diriwayatkan oleh banyak
orang pada setiap generasi hingga ke rosulullah.
• Hadits Ahad adalah hadits yang diriwayatkan oleh sedikit orang
atau segelintir orang.
• Hadits magbul adalah hadits yang diterima karena dinilai baik
dari kualitas sanadnya, ini terdiri dari 2 hadits yaitu hadits shahih
dan hadits hasan
• Hadits mardud / dhaif adalah hadits yang ditolak karena kualitas
sanadnya yang buruk.

C. Ijtihad
1) Pengertian Ijtihad
Ijtihad menurut bahasa, ijtihad adalah mencurahkan semua kemam-
puan dalam segala perbuatan.
Secara istilah ijtihad adalah
َ ٍ‫ي‬
‫ظن‬ ِ ْ‫الطاقَ ِة مِ نَ ْالفَقِي ِه فِي تَح‬
ّ ‫صيل ُح ْك ٍم ش َْر ِع‬ َّ ‫بَ ْذل‬

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 11


Artinya : Pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih
atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhann terhadap
sesuatu hukum syara’ (hukum Islam).
Dari definisi tersebut dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai
berikut:  
• Pelaku ijtihad adalah seorang ahli fiqih/hukum Islam (faqih), bu-
kan yang lain.  
• Yang ingin dicapai oleh ijtihad adalah hukum syar’i, yaitu hukum
Islam yang berhubungan dengan tingkah laku dan perbuatan
orang-orang dewasa, bukan hukum i’tiqadi atau hukum khuluqi,  
• Status hukum syar’i yang dihasilkan oleh ijtihad adalah dhanni,
artinya bisa berubah dan tidak tetap.
Ijtihad hanya berlaku dalam masalah hukum perbuatan manusia
yang berkaitan dengan manusia lainnya atau dengan lingkungan dan
juga masyarakat. untuk masalah aqidah tidak masuk dalam wilayah
ijtihad sebagaimana yang ditegaskan oleh Jalaluddin al-Mahally, “yang
dimaksud ijtihad adalah bila dimutlakkan maka ijtihad itu bidang hukum
fiqih/hukum furu’.
Ijtihad merupakan pendapat dari seorang ahli fiqih karenanya ia
bersifat dhaniyah (prasangka kuat). Jika permasalahannya sudah ada
dalam al quran atau hadits maka bukan di sebut ijtihad, tetapi syariat.
Wilayah ijtihad untuk hal-hal atau permasalahan yang tidak ditemukan
di al quran atau hadits.
Imam al-Ghazali telah membatasi mengenai ranah yang bisa dima-
suki ijtihad hanya pada setiap hukum syara yang tidak ditemukan ke-
jelasan dalilnya (baik dari Al-Quran ataupun al-Sunnah) secara qathī.
Maka tidak menjadi lahan dan ranah ijtihad setiap apa yang telah ter-
maktub secara eksplisit dan qathī, seperti wajibnya shalat lima waktu,
zakat, dan lainnya. Maka dari sini, dapat diketahui bahwa hukum-hu-
kum syariat jika dinisbatkan kepada ijtihad ada dua macam, yaitu apa
yang diperbolehkan ijtihad padanya dan apa yang tidak diperbolehkan.
2) Fungsi dan Kedudukan Ijtihad
Sumber ajaran Islam yang ketiga adalah ijtihad. Ijtihad berarti peng-
gunaan rasio atau akal semaksimal mungkin guna menemukan ses-
uatu ketetapan hukum tertentu yang tidak ditetapkan secara tegas da-
lam Al-Quran dan Hadis. Ijtihad dilakukan oleh para imam,para kepala
pemerintah, para hakim, dan oleh para panglima perang untuk mene-
mukan solusi dari permasalahan yang berkembang dikalangan mereka
berdasarkan bidang mereka masing-masing.

12 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Meski Al Quran sudah diturunkan secara sempurna dan lengkap,
tidak berarti semua hal dalam kehidupan manusia diatur secara de-
tail oleh al-Quran maupun Hadis. Selain itu ada perbedaan keadaan
pada saat turunnya al-Quran dengan kehidupan modern. Sehingga
setiap saat masalah baru akan terus berkembang dan diperlukan atur-
an-aturan turunan dalam melaksanakan Ajaran Islam dalam kehidupan
beragama sehari-hari. Jika terjadi persoalan baru bagi kalangan umat
Islam di suatu tempat tertentu atau di suatu masa waktu tertentu maka
persoalan tersebut dikaji apakah perkara yang dipersoalkan itu sudah
ada dan jelas ketentuannya dalam al-Quran dan Hadis. Sekiranya su-
dah ada maka persoalan tersebut harus mengikuti ketentuan yang ada
sebagaimana disebutkan dalam Al Quran atau Al Hadits itu. Namun jika
persoalan tersebut merupakan perkara yang tidak jelas atau tidak ada
ketentuannya dalam al-Quran dan Hadis, pada saat itulah maka umat
Islam memerlukan ketetapan Ijtihad. Tapi yang berhak membuat Ijtihad
adalah mereka yang mengerti dan paham al-Quran-Hadis.

3) Jenis-Jenis Ijtihad
• Ijma, artinya kesepakatan yakni kesepakatan para ulama dalam
menetapkan suatu hukum-hukum dalam agama berdasarkan
Al-Qur’an dan Hadits dalam suatu perkara yang terjadi. Adalah
keputusan bersama yang dilakukan oleh para ulama dengan
cara ijtihad untuk kemudian dirundingkan dan disepakati. Hasil
dari ijma adalah fatwa, yaitu keputusan bersama para ulama dan
ahli agama yang berwenang untuk diikuti seluruh umat.
• Qiyas, adalah menggabungkan atau menyamakan artinya men-
etapkan suatu hukum atau suatu perkara yang baru yang belum
ada pada masa sebelumnya namun memiliki kesamaan dalam
sebab, manfaat, bahaya dan berbagai aspek dengan perkara
terdahulu sehingga dihukumi sama. Dalam Islam, Ijma dan Qi-
yas sifatnya darurat, bila memang terdapat hal-hal yang ternyata
belum ditetapkan pada masa-masa sebelumnya. Beberapa defi-
nisi qiyâs (analogi):
1. Menyimpulkan hukum dari yang asal menuju kepada cabangn-
ya, berdasarkan titik persamaan di antara keduanya.
2. Membuktikan hukum definitif untuk yang definitif lainnya, melalui
suatu persamaan di antaranya.
3. Tindakan menganalogikan hukum yang sudah ada penjelasan di
dalam [Al-Qur’an] atau [Hadis] dengan kasus baru yang memiliki
persamaan sebab (iladh).

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 13


4. Menetapkan sesuatu hukum terhadap sesuatu hal yg belum di
terangkan oleh al-qur’an dan hadits.
• Urf, Adalah tindakan menentukan masih bolehnya suatu adat-is-
tiadat dan kebiasaan masyarakat setempat selama kegiatan
tersebut tidak bertentangan dengan aturan-aturan prinsipal da-
lam Alquran dan Hadis.
• Maslahah Mursalah, adalah tindakan memutuskan masalah
yang tidak ada naskahnya dengan pertimbangan kepentingan
hidup manusia berdasarkan prinsip menarik manfaat dan meng-
hindari kemudharatan.
• Istihsan, beberapa definisi Istihsân: a) Fatwa yang dikeluarkan
oleh seorang fâqih (ahli fikih), hanya karena dia merasa hal itu
adalah benar, b) Argumentasi dalam pikiran seorang fâqih tanpa
bisa diekspresikan secara lisan olehnya, c) Mengganti argumen
dengan fakta yang dapat diterima, untuk maslahat orang ban-
yak, d) Tindakan memutuskan suatu perkara untuk mencegah
kemudharatan, e) Tindakan menganalogikan suatu perkara di
masyarakat terhadap perkara yang ada sebelumnya.

RANGKUMAN

Pengertian agama Islam adalah agama yang dibawa oleh Nabi


Muhammad saw yaitu apa yang diturunkan Allah dalam Al Quran dan
yang tersebut dalam sunnah shahih, berupa perintah-perintah dan la-
rangan-larangan serta petunjuk untuk kebaikan manusia di dunia dan
akhirat.
Sumber hukum Islam ada tiga, yaitu: Al-Quran, Hadis dan Ijtihad.
Al-Quran sebagai sumber utama dari sumber ajaran Islam. Hadis men-
jadi sumber kedua dari sumber ajaran Islam jika di al-Quran tidak ter-
dapat dan Ijtihad adalah sumber ajaran Islam ketiga jika di al-Quran
dan hadis tidak ditemukan jawaban, dan ijtihad berdasarkan akal ma-
nusia. Jenis Ijtihad yaitu, Ijma, Qiyas, Maslahah Mursalah, Urf, Istihsan.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!

14 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


1. Jelaskan pengertian Agama Islam secara umum dan khusus?
2. Jelaskan penegrtian agama Islam menurut muhammadiyah?
3. Jelaskan pengertian Al-Quran?
4. Kapan al quran dihimpun atau dibukukan?
5. Jelaskan maksud pengertian hadis dan kedudukan Hadis dalam
sumber ajaran Islam?
6. Jelaskan tentang istilah hadits mutawatir, hadits ahad dan hadits
hasan?
7. Jelaskan pengertian Ijtihad dan kedudukan Ijtihad dalam sumber
ajaran Islam?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

Untuk menjawab pertanyaan nomor (1 dan 4) silahkan kaji kembali


pengertian, tujuan dan sumer agama Islam

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Islam dalam pengertian umum adalah :


a. Agama yang cinta damai, sebagaimana makna islam
adalah damai.
b. Agama Islam adalah agama (undang-undang / aturan)
yang dibawa oleh Nabi Muhammad.
c. Agama para nabi, sejak nabi Adam (manusia pertama)
sampai nabi terakhir Nabi Muhammad saw.
2. Tujuan dan fungsi agama Islam adalah :
a. Sebagai pedoman hidup manusia. Allah menurunkan
agama islam untuk menjadi pedoman hidup manusia,
agar kehidupannya bisa baik di dunia dan di akhirat
b. Untuk perdamaian dunia, islam berfungsi untuk
perdamaian dunia, sehingga tidak ada lagi kekerasan
di dunia ini.
c. Sebagai persatuan umat manusia, dengan islam
manusia akan Bersatu dan Berjaya.
3. Pengertian al quran adalah :
a. Firman Allah yang ditujunkan kepada Nabi Isa dengan
perantara malaikat Jibril
b. Firman Allah SWT diturunkan kepada Nabi Muhammad

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 15


SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantara
malaikat Jibril as, ditulis kepada mushaf-mushaf
yang kemudian disampaikan kepada kita dengan
cara mutawatir. Membaca dan mempelajari Al Quran
adalah ibadah.
c. Firman Allah SWT diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW penutup para nabi dan rasul dengan perantara
malaikat Ridwan as, ditulis kepada mushaf-mushaf
yang kemudian disampaikan kepada kita dengan
cara mutawatir. Membaca dan mempelajari Al Quran
adalah ibadah
4. Al Quran dikumpulkan menjadi bentuk buku/mushaf pada masa
……
a. Kekhalifahan Abu Bakar
b. Kekhalifahan Umar bin Khatab
c. Kekhalifahan Ustman bin Affan
5. Pengertian hadits adalah
a. Semua ucapan, perbuatan dan persetujuan Nabi
Ibrahim
b. Semua ucapan, perbuatan dan persetujuan para
sahabat Nabi Muhammad
c. Kabar atau Riwayat yang berisikan tentang ucapan
rosulullah atau perbuatannya atau persetujuan beliau.
6. Pengertian ijtihad adalah :
a. Berusaha keluar dari masalah keuangan
b. Berusaha dengan sungguh-sungguh untuk
memecahkan suatu masalah dalam kehidupan
c. Pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli
fiqih atau mujtahid untuk memperoleh pengertian
tingkat dhann terhadap sesuatu hukum syara’ (hukum
Islam).
7. Jenis-jenis ijtihad antara lain :
a. Qiyas, ijma dan hukum positif
b. Maslahah mursalah, Urf dan arif
c. Istihsan, qiyas dan ijma

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

16 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 17


KEGIATAN BELAJAR 2

Ruanglingkup Dan Karakteristik Ajaran Islam

A. Ruang lingkup ajaran Islam


Islam sebagai pedoman hidup manusia memiliki ruang lingkup ba-
hasan yang sangat luas dan mendalam. Bahasan ajaran Islam meliputi
masalah ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan/alam, penciptaan dan
keselamatan.

B. Ketuhanan
Manusia terlahir dalam keadaan fitrah, sebagaimana sabda Nabi :
ْ ‫علَى ْالف‬
ُ‫ِط َرةِ فَأَبَ َواه‬ َ ‫سلَّ َم ُك ُّل َم ْولُو ٍد يُولَ ُد‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫صلَّى‬
َ ُ‫للا‬ ُّ ِ‫ع ْنهُ قَا َل قَا َل النَّب‬
َ ‫ي‬ َ ُ‫للا‬ َّ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ ‫ع ْن أَبِي ه َُري َْرة َ َر‬ َ
َ ‫ص َرانِ ِه أ َ ْو يُ َم ِ ّج‬
‫سانِ ِه‬ ّ ِ َ‫يُ َه ّ ِو َدانِ ِه أ َ ْو يُن‬
Artinya: dari Abu Hurairah berkata: Rosulullah SAW bersabda: seti-
ap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Lalu kedua orang tuanyalah
yang menjadikannya yahudi atau Nasrani atau majusi. (HR. Bukhari)
Dalam sebuah hadits qudshi yang diriwayatkan dalam Shahih Mus-
lim Allah berfirman:
َّ ‫َوإِنِّى َخلَ ْقتُ ِعبَادِى ُحنَفَا َء ُكلَّ ُه ْم َوإِنَّ ُه ْم أَتَتْ ُه ُم ال‬
َ ‫شيَاطِ ينُ فَاجْ ت َالَتْ ُه ْم‬
‫ع ْن دِينِ ِه ْم‬

Artinya: sesungguhnya Aku menciptakan hamba-hamba Ku dalam


keadaan lurus semuanya kemudian datang syathan yang menggelin-
cirkan mereka dari agama mereka (HR. Muslim)
Setiap manusia terlahir dalam keadaan fitrah atau lurus. Mereka ter-
lahir dalam keadaan mencintai Allah sebagai pencipta mereka sebagai
Tuhan mereka. Menurut ibnu taimiyah fitrah sama dengan hanif. Mak-
nanya manusia diciptakan Allah memiliki naluri tauhid, naluri beriba-
dah bertauhid. Ketenangan dan ketentraman jiwa akan didapat dengan
mengingat Allah, berdzikir kepada Allah, mengabdi kepada Allah. Den-
gan itu semua manusia akan merasakan kebahagiaan yang sebenarn-
ya. Itulah fitrah manusia sebenarnya. Oleh karena itu Islam mengajar-

18
kan tentang ketuhanan. Mengenal Allah lebih dekat melalui asma wa
sifat Nya. Dan juga melalui aturan Nya. Dan juga melalui ciptaan Nya.

C. Kemanusiaan
Bahasan Islam tentang manusia menjadi bahasan sentral. Ban-
yak ayat-ayat yang menyeru dan memanggil “Wahai manusia”. Islam
mengajarkan berbagai hal berkaitan dengan manusia, bahkan semua
hal tentang manusia diajarkan oleh islam dari asal usulnya, proses
penciptaannya, sifat-sifatnya, tugas-tugasnya, tujuan diciptakannya,
bagaimana menjalin hubungan antara manusia dengan sang pencipta,
menjalin hubungan antar manusia, dari tingkat keluarga, masyarakat,
berteman hingga ke tingkat bernegara. Bagaimana menjadi individu
yang sholeh. Semua hal berkaitan dengan manusia diajarkan oleh Is-
lam sebab islam adalah pedoman hidup manusia, karenanya berbagai
hal terkait manusia, diajarkan dalam islam.
Permasalahan kemanusian menjadi tema sentral dipenjuru dunia.
Konsep yang tidak mengenal belas kasihan tentang hubungan manu-
sia, didasarkan atas individualisme tanpa kendali dan hanya meng-
hasilkan masyarakat persaingan pasar, konfrontasi, kekerasan; di-
mana beberapa kesatuan ekonomi atau politik yang ketat dan sangat
kuat memperbudak atau memangsa mereka yang lebih lemah. Filsafat
evolusi menjadi dasar hubungan antar manusia. Dimana antar manusia
merupakan persaingan, yang kuat yang menang. Hukum rimba dalam
kehidupan bermasyarakat mulai terasa di zaman modern ini. Hal ini
menjadikan manusia yang tidak mengenal belas kasihan, rasa empati
antar manusia mulai terkikis.
Islam datang dengan konsep kemanusiaannya yang harmonis. Di-
mana hubungan antar manusia adalah saling mengenal, untuk bisa
saling memahami, kemudian saling melengkapi dan bekerja sama. Bu-
kan persaingan yang ditonjolkan tetapi tolong menolong yang menjadi
sentral hubungan antar manusia. Sebagaimana firman Allah :
‫للا أَتْقَا ُك ْم إِ َّن‬
ِ َّ ‫ارفُوا إِ َّن أ َ ْك َر َم ُك ْم ِع ْن َد‬ ُ ‫اس إِنَّا َخلَ ْقنَا ُك ْم مِ ْن َذك ٍَر َوأ ُ ْنثَى َو َجعَ ْلنَا ُك ْم‬
َ َ‫شعُوبًا َوقَبَائِ َل ِلتَع‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
ٌ ِ‫علِي ٌم َخب‬
‫ير‬ َ ‫للا‬ َ َّ
Artinya : Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari
seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu ber-
bangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-men-
genal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Al-
lah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal. (QS. Al Hujaraat: 13)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 19


Perbedaan pada manusia bertujuan untuk bisa saling mengenal, sa-
ling memahami, dan saling melengkapi bekerja sama. Allah berfirman :
ِ ‫الثْ ِم َو ْالعُد َْو‬
‫ان‬ َ ‫علَى ْالبِ ِ ّر َوالت َّ ْق َوى َو َل تَعَ َاونُوا‬
ِ ْ ‫علَى‬ َ ‫َوتَعَ َاونُوا‬
Artinya : Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) keba-
jikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan
pelanggaran. (QS. Al Maidah : 2)
Ini merupakan konsep dasar kemanusiaan yang dikembangkan oleh
islam. Secara detail dan rinci masalah kemanusian diatur dalam Islam.

D. LingMkungan/alam
Tugas manusia di bumi ini adalah sebagai khalifah. Sebagaimana
firman Allah :
ِ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم َلئِ َك ِة إِنِّي َجا ِع ٌل فِي ْال َ ْر‬
ً‫ض َخلِيفَة‬

Artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat:


“Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi.” (QS. Al Baqarah : 30)
Tugas menjadi khalifah merupakan amanah yang berat. Karenanya
Allah memberi pedoman lewat ajaran agama islam tentang bagaimana
menjadi khalifah di bumi ? Islam mengajarkan hal tersebut. Bagaimana
hubungan manusia dengan lingkungan dan alam tempat ia tinggal. Ini
diajarkan dan dibahas oleh islam.
Saat ini manusia dihadapkan dengan kerusakan alam tempat mer-
eka hidup. Hal ini disebabkan konsep yang keliru terhadap alam. Alam
dianggap milik manusia dan ia berhak memanfaatkanya, termasuk mer-
usaknya. Manusia berpandangan, bahwa mereka merupakan reservoir
(pengguna) kekayaan alam. Karenanya alam dieksploitasi sekehendak
hatinya untuk memenuhi Hasrat manusia. Hal ini menyebabkan rusak-
nya bumi kita.
Berbeda dengan islam, dengan konsep khalifahnya. Manusia mer-
upakan khalifah dimuka bumi ini. Seorang khalifah akan memperha-
tikan kebutuhan rakyatnya. Apa yang dibutuhkan oleh alam menjadi
perhatian sang khalifah. Sehingga yang akan terjadi adalah pelestarian
alam. Alam dijaga oleh manusia, bukan dirusak. Secara detail dan rinci
islam mengatur bagaimana cara yang harus dilakukan oleh manusia
terhadap alam dan lingkungannya agar selaras dengan tugasnya se-
bagai khalifah di muka bumi.

20 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


E. Penciptaan
Konsep penciptaan menjadi pusat bahasan ajaran islam. Allah ban-
yak menjelaskan dalam al quran tentang proses penciptaan berbagai
hal. Penciptaan Alam semesta dijelaskan oleh Allah :
َ ‫علَى ْالعَ ْر ِش يُ ْغشِي اللَّ ْي َل النَّ َه‬
‫ار‬ َ ‫ض فِي ِست َّ ِة أَي ٍَّام ث ُ َّم ا ْست ََوى‬ َ ‫ت َو ْال َ ْر‬ َّ ‫للاُ الَّذِي َخلَقَ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ َّ ‫إِ َّن َربَّ ُك ُم‬
ْ
َ‫للاُ َربُّ العَالَمِ ين‬ َّ َ‫ارك‬ َ ْ ْ ْ َ
َ َ‫ت بِأ ْم ِر ِه أ َل لَهُ الخَلقُ َوال ْم ُر تَب‬ َ ٍ ‫س َّخ َرا‬ َ ‫س َو ْالقَ َم َر َوالنُّ ُج‬
َ ‫وم ُم‬ َّ ‫طلُبُهُ َحثِيثًا َوال‬
َ ‫ش ْم‬ ْ َ‫ي‬

Artinya : Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah mencip-


takan langit dan bumi dalam enam masa, lalu Dia bersemayam di atas
‘Arsy. Dia menutupkan malam kepada siang yang mengikutinya den-
gan cepat, dan (diciptakan-Nya pula) matahari, bulan dan bintang-bin-
tang (masing-masing) tunduk kepada perintah-Nya. Ingatlah, mencip-
takan dan memerintah hanyalah hak Allah. Maha Suci Allah, Pengatur
semesta alam. (QS: Al A’raaf: 54)
Dan firman Nya :
‫ي ٍ أَفَ َل‬ َ ‫ض كَانَت َا َرتْقًا فَفَت َ ْقنَا ُه َما َو َجعَ ْلنَا مِ نَ ْال َماءِ ُك َّل‬
ّ ‫ش ْيءٍ َح‬ َ ‫ت َو ْال َ ْر‬ َّ ‫أ َ َولَ ْم يَ َر الَّذِينَ َكف َُروا أ َ َّن ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬
َ‫يُؤْ مِ نُون‬
Artinya : ‘’Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bah-
wasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu,
kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan
segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beri-
man?.’’ (QS: Al Anbiyaa: 30)
Allah menjelaskan tentang proses penciptaan sebagai gambaran
akan kemahakuasaan Allah atas semua hal. Allah sebagai pencipta
dan pengatur alam semesta. Semua pergerakan, peristiwa atas izin
Allah untuk terjadi.
Allah bercerita tentang Nabi Ibrahim yang ingin mengetahui kema-
hakuasaan Allah di dalam al quran :
‫ط َمئ َِّن قَ ْلبِي قَا َل فَ ُخ ْذ‬ ْ َ‫ْف تُحْ ي ِ ْال َم ْوت َى قَا َل أ َ َولَ ْم تُؤْ مِ ْن قَا َل بَلَى َولَك ِْن ِلي‬ َ ‫َوإِ ْذ قَا َل إِب َْراهِي ُم َربّ ِ أ َ ِرنِي َكي‬
َ ْ َ ‫ص ْره َُّن إِلَيْكَ ث ُ َّم اجْ عَ ْل‬
ُ ‫علَى ُك ِّل َجبَ ٍل مِ ْن ُه َّن ُج ْز ًءا ث ُ َّم ا ْد‬ َّ َ‫أ َ ْربَعَةً مِ ن‬
َ َّ ‫س ْعيًا َوا ْعلَ ْم أ َّن‬
‫للا‬ َ َ‫ع ُه َّن يَأتِينَك‬ ُ َ‫الطي ِْر ف‬
‫يز َحكِي ٌم‬ٌ ‫ع ِز‬ َ
Artinya : Dan (ingatlah) ketika Ibrahim berkata: “Ya Tuhanku, perli-
hatkanlah kepadaku bagaimana Engkau menghidupkan orang-orang
mati.” Allah berfirman: “Belum yakinkah kamu ?” Ibrahim menjawab:
“Aku telah meyakinkannya, akan tetapi agar hatiku tetap mantap (den-
gan imanku) Allah berfirman: “(Kalau demikian) ambillah empat ekor
burung, lalu cincanglah semuanya olehmu. (Allah berfirman): “Lalu le-
takkan diatas tiap-tiap satu bukit satu bagian dari bagian-bagian itu,

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 21


kemudian panggillah mereka, niscaya mereka datang kepadamu den-
gan segera.” Dan ketahuilah bahwa Allah Maha Perkasa lagi Maha Bi-
jaksana. (QS. Al Baqarah : 260)
Dalam kitab tafsir Ibnu Kastir dijelaskan bahwa Ibnu Abbas menga-
takan: “Ibrahim mengambil kepala burung-bunmg itu dengan tangan-
nya, kemudian Allah menyuruhnya untuk memanggil burung-burung
tersebut. Maka Ibrahim pun segera memanggilnya. Seperti yang telah
diperintahkan oleh Allah Ta’ala. Selanjutnya ia melihat bulu-bulu berter-
bangan manuju bulu-bulu yang lainnya, darah menuju ke darah yang
lain, daging ke daging yang lainnya, serta bagian tubuh masing-masing
bunmg itu berhubungan satu dengan lainnya sehingga masing-masing
burung menjadi satu kesatuan yang utuh. Lalu burung-burung itu men-
datangi Ibrahim dengan segera. Hal itu supaya penglihatan Ibrahim be-
nar-benar jelas tentang apa yang ia telah tanyakan.
Di ayat sebelumnya Allah menceritakan kisah seorang, yang tidak
diberitahu namanya, bahwa orang ini Allah perlihatkan proses pencip-
taan.
َّ ُ‫للاُ بَ ْع َد َم ْوتِ َها فَأ َ َماتَه‬
َ‫للاُ ِمائَة‬ َّ ‫علَى ع ُُرو ِش َها قَا َل أَنَّى يُحْ ِيي َه ِذ ِه‬ َ ٌ‫ِي خَا ِويَة‬ َ ‫علَى قَ ْريَ ٍة َوه‬ َ ‫أ َ ْو كَالَّذِي َم َّر‬
َ‫طعَامِ ك‬ َ ‫ظ ْر ِإلَى‬ ُ ‫ع ٍام فَا ْن‬ َ َ ‫ة‬ َ ‫ئ‬ ‫ا‬ ِ‫م‬ َ‫ت‬ ْ ‫ث‬ ‫ب‬َ
ِ َ‫ل‬ ْ
‫ل‬ ‫ب‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬َ ‫ق‬ ‫م‬ ٍ ‫و‬ ‫ي‬ ‫ض‬ ‫ع‬
ْ
َْ َ َ ْ ً َْ ِ ‫ب‬ ‫و‬ َ ‫أ‬ ‫ا‬ ‫م‬‫و‬ ‫ي‬ ُ‫ت‬ ْ ‫ث‬ ‫ب‬ َ ‫ل‬ ‫ل‬
َ ‫ا‬ َ ‫ق‬ َ‫ت‬ ْ ‫ث‬ ِ ْ ‫ع ٍام ث ُ َّم بَعَثَهُ قَا‬
‫ب‬ َ ‫ل‬ ‫م‬ َ
‫ك‬ ‫ل‬َ َ
‫سوهَا‬ ُ ‫ْف نُ ْنش ُِزهَا ث ُ َّم نَ ْك‬
َ ‫ي‬ َ
‫ك‬ ‫ام‬
ِ َ
‫ظ‬ ‫ع‬
ِ ْ
‫ال‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ‫ر‬ْ ُ
‫ظ‬ ْ
‫ن‬ ‫ا‬ ‫و‬
َ ِ ‫اس‬ َّ ‫ن‬ ‫ِل‬
‫ل‬ ً ‫ة‬َ ‫ي‬ ‫آ‬ َ‫ك‬ َ ‫ل‬َ ‫ع‬ ْ‫َج‬ ‫ن‬ ‫ل‬
ِ ‫و‬ َ‫ك‬
َ ِ َ ‫ار‬ ‫م‬ ِ‫ح‬ ‫ى‬ َ ‫ل‬ ‫إ‬
ِ ‫ر‬ْ ُ
‫ظ‬ ‫سنَّ ْه َوا ْن‬ َ َ ‫َوش ََرا ِبكَ لَ ْم يَت‬
‫ِير‬ٌ ‫ش ْيءٍ قَد‬ َ ‫علَى ُك ِّل‬ َ َّ ‫لَحْ ًما فَلَ َّما تَبَيَّنَ لَهُ قَا َل أ َ ْعلَ ُم أ َ َّن‬
َ ‫للا‬
Artinya : Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang
melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atap-
nya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri
ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun,
kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapakah la-
manya kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya tinggal di sini sehari
atau setengah hari.” Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di
sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu
yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah
menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekua-
saan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai
itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalut-
nya dengan daging.” Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaima-
na Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: “Saya yakin
bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (QS. Al Baqarah : 259)
Ayat-ayat al quran dan hadits banyak yang menjelaskan proses pen-
ciptaan. Hal ini juga menjadi bahasan dalam Islam. Keaneka ragaman
makhluk hidup merupakan bukti kemahakuasaan Allah sebagai Pen-
cipta alam semesta ini. Dengan kita memahami kuasa atau kemam-

22 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


puan Allah yang tidak terbatas, semakin kuat iman kita terhadap Al-
lah, hati semakin tentram dan tenang, hilang segala kegundahan dan
kekuatiran saat kita memahami kemampuan Allah yang tak tertandingi
lewat al quran, hadits dan alam semesta.

F. Keselamatan
Islam merupakan agama yang diridhoi Allah dan diterima Allah. Se-
hingga semua ajaran aturan islam akan berdampak kepada kesela-
matan dunia akhirat.
Allah SWT dalam Al-Quran berfirman:
َّ ‫سبِي ِل ِه ۚ ٰ َذ ِل ُك ْم َو‬
َ‫صا ُكم بِ ِه لَعَلَّ ُك ْم تَتَّقُون‬ ِ ‫َوأ َ َّن ٰ َه َذا‬
ُّ ‫ص َراطِ ي ُم ْستَقِي ًما فَاتَّبِعُوهُ ۖ َو َل تَتَّبِعُوا ال‬
َ ‫سبُ َل فَتَف ََّرقَ بِ ُك ْم‬
َ ‫عن‬
Artimya : “dan bahwa (yang Kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku
yang lurus, maka ikutilah dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan
(yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai beraikan kamu dari jalan-
Nya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa”. (Qs.
Al-Anam: 153)
Kebahagiaan hanya dapat diperoleh dengan meniti jalan yang di-
gariskan oleh Allah. Yang dimaksud dengan meniti jalan Allah adalah
menaati perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya dengan ikhlas
dan benar. Ayat 153 surah al-Anam diatas sebelumnya didiahului den-
gan penjelasan tentang beberapa perintah dan larangan Allah kepada
orang beriman. Perintah dan larangan ini akan ditaati oleh orang yang
beriman kepada Allah.
Tiada kebahagiaan tanpa sakinah (ketenangan) dan thumaninah
(ketentraman).Dan tiada ketenangan dan ketentraman tanpa iman. Al-
lah Tala berfirman tentang orang-orang beriman:
‫ب ْال ُمؤْ مِ نِينَ ِليَ ْز َدادُوا ِإي َمانًا َّم َع ِإي َما ِن ِه ْم‬ َّ ‫ۗ ه َُو الَّذِي أَنزَ َل ال‬
ِ ‫سكِينَةَ فِي قُلُو‬
Artinya : “Dialah yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati
orang-orang mukmin supaya keimanan mereka bertambah di samping
keimanan mereka (yang telah ada). (Qs Al-Fath: 4).
Keimanan melahirkan kebahagiaan dari dua sisi (1) Iman dapat
menghindarkan dan memalingkan seseorang dari ketergelinciran ke da-
lam dosa yang merupakan sebab ketidak tenangan dan kesengsaraan
jiwa. (2) Keimanan dapat menjadi sumber utama kebahagiaan, yakni
sakinah dan thumaninah. Sehingga berbagai macam permasalahan
dan krisis hidup tidak ada jalan keluar dan keselamatan selain Iman,
dengan iman ini hal-hal tersebut akan dilewati dengan tenang.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 23


Oleh karena itu orang yang tanpa iman di hatinya dipastikan akan
selalu dirundung rasa takut, was-was, kahwatir, gelisah, galau. Adapun
bagi orang beriman. Adapun bagi orang beriman tidak ada rasa takut
sama sekali, selain takut kpda Allah Taala.
Hati yang dipenuhi iman memandang remeh setiap kesuliatn yang
menghimpit, kerana orang beriman selalu menyikapi segala persoa-
lan dengan tawakkal kepada Allah. sedangkan hati yang kosong, tanpa
iman tak ubahnya selembar daun rontok dari dahannya yang diom-
bang-ambingkan oleh angin.
Dalam kehidupan dunia Allah Taala telah menjanjikan kebahagiaan
bagi orang-orang beriman dan beramal shaleh:
‫س ِن َما كَانُوا‬ َ ً ‫صا ِل ًحا ِ ّمن َذك ٍَر أ َ ْو أُنث َ ٰى َوه َُو ُمؤْ مِ ٌن فَلَنُحْ ِييَنَّهُ َحيَاة‬
َ ْ‫ط ِيّبَةً ۖ َولَنَجْ ِزيَنَّ ُه ْم أَجْ َرهُم ِبأَح‬ َ ‫َم ْن‬
َ ‫عمِ َل‬
َ‫يَ ْع َملُون‬
Artinya : “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-la-
ki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya
akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhn-
ya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih
baik dari apa yang telah mereka kerjakan”.(Qs An-Nahl : 97).
Ayat tersebut menegaskan bahwa orang yang beriman dan beramal
shaleh akan dihidupkan di dunia dengan kehidupan yang baik; baha-
gia, tenang, tentram, meski hartanya sedikit.
Sedangkan kebahagiaan di akahirat, Allah berjanji akan tempatkan
dalam surga dan kekal di dalam selama-lamanya, Allah berfirman :
َ ۖ َ‫اواتُ َو ْال َ ْرضُ إِ َّل َما شَا َء َربُّك‬
َ ‫ع َطا ًء‬
‫غي َْر‬ َ ‫س َم‬
َّ ‫ت ال‬ ُ َ‫َوأ َ َّما الَّ ِذين‬
ِ ‫س ِعدُوا فَفِي ا ْل َجنَّ ِة َخا ِل ِدينَ فِيهَا َما دَا َم‬
‫َمجْ ذُو ٍذ‬

Artinya : “Adapun orang-orang yang berbahagia, maka tempatnya di


dalam surga, mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi,
kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain); sebagai karunia yang
tiada putus-putusnya” (QS. Hud :108)
Demikianlah dengan iman seorang hamba dapat meraih kebaha-
giaan hakiki di dunia dan di akhirat. Jadi, Islam telah datang dengan
konsep dan jalan kebahagiaan yang abadi, yang mencakup kebaha-
giaan di dunia dan di akhirat.

a) Karakteristik Agama Islam


A. Untuk seluruh manusia
Allah telah mewajibkan seluruh umat manusia agar memeluk agama

24 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Islam karena Allah. Hal ini sebagaimana firman Allah :
‫ض َل ِإلَهَ ِإ َّل ه َُو‬ ِ ‫ت َو ْال َ ْر‬ َّ ‫للا ِإلَ ْي ُك ْم َجمِ يعًا الَّذِي لَهُ ُم ْلكُ ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ُ ‫اس ِإنِّي َر‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
‫الل َو َك ِل َما ِت ِه َوات َّ ِبعُوهُ لَعَلَّ ُك ْم‬
ِ َّ ‫ي ِ الَّذِي يُؤْ مِ نُ ِب‬ ‫م‬ ُ ْ
‫ال‬ ‫ي‬ ‫ب‬َّ ‫ن‬ ‫ال‬ ‫ه‬ ‫ل‬ ‫و‬
ّ ّ ِ ِ ّ ِ ِ ِ ُ َ َ َّ ِ ‫س‬ ‫ر‬ ‫و‬ ِ
‫الل‬ ‫ب‬ ‫وا‬ ُ ‫ن‬ ِ‫م‬َ ‫آ‬َ ‫ف‬ ُ‫يت‬ ِ‫يُحْ ِيي َويُم‬
َ‫ت َ ْهتَدُون‬
Artinya : “Katakanlah: Hai manusia, sesungguhnya aku adalah utu-
san Allah kepadamu semua, yaitu Allah Yang mempunyai kerajaan
langit dan bumi. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia,
Yang menghidupkan dan mematikan. Maka berimanlah kamu kepada
Allah dan Rasul-Nya, Nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan
kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah dia, supaya
kamu mendapat petunjuk.” (Al Araf 158)
Dari Abu Hurairah dikatakan bahwa Rasulullah bersabda:
‫والذي نفسي محمد بيده ال يسمع بي أحد منهذه األمة يهودي وال نصراني ثم يموت ولم‬
‫يؤمن بالذي أرسلت به إال كان من أصحاب النار‬

Artinya : “Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di tangan-Nya,


tidak seorang pun dari umat ini, Yahudi maupun Nasrani, yang men-
dengar tentang aku, kemudian mati tidak mengimani sesuatu yang aku
diutus karenanya kecuali dia termasuk penghuni Neraka.” (HR. Muslim)
Mengimani Nabi artinya, membenarkan dengan penuh penerimaan
dan kepatuhan terhadap segala yang dibawanya, bukan hanya mem-
benarkan semata. Oleh karena itulah Abu Thalib (paman Nabi) dika-
takan bukan orang yang mengimani Nabi, walaupun ia membenarkan
apa yang dibawa oleh keponakannya itu dan dia juga mengakui bahwa
Islam adalah agama terbaik.
B. Agama Islam penyempurna dan penghapus agama-agama
terdahulu.
Agama Islam mencakup seluruh kemaslahatan yang dikandung oleh
agama-agama terdahulu. Islam mempunyai keistimewaan, yaitu rele-
van untuk setiap masa, tempat, dan umat. Allah berfirman kepada Ra-
sul-Nya:
‫علَ ْي ِه‬ ِ ‫ص ِ ّدقًا ِل َما بَيْنَ يَ َد ْي ِه مِ نَ ْال ِكت َا‬
َ ‫ب َو ُم َهيْمِ نًا‬ ِ ّ ‫َاب بِ ْال َح‬
َ ‫ق ُم‬ َ ‫َوأ َ ْنزَ ْلنَا إِلَيْكَ ْال ِكت‬
Artinya : “Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan
membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu
kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap ki-
tab-kitab yang lain itu…” (Al Maidah 48)
Islam dikatakan relevan untuk setiap masa, tempat dan umat, mak-
sudnya adalah bahwa berpegang teguh pada Islam tidak akan meng-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 25


hilangkan kemaslahatan umat di setiap waktu dan tempat. Bahkan
dengan Islam, umat akan menjadi baik. Tetapi bukan berarti Islam tun-
duk pada waktu, tempat dan umat, seperti yang dikehendaki sebagian
orang.

C. Mendapat jaminan kemenangan dari Allah


Allah menjamin kemenangan kepada orang yang memegangnya
dengan baik. Hal ini dikatakan-Nya dalam firman-Nya,
َ‫ِين ُك ِلّ ِه َولَ ْو ك َِرهَ ْال ُم ْش ِر ُكون‬
ِ ‫علَى ال ّد‬ ْ ‫ق ِلي‬
َ ُ‫ُظ ِه َره‬ ِ ّ ‫ِين ْال َح‬
ِ ‫سولَهُ بِ ْال ُه َدى َود‬ َ ‫ه َُو الَّذِي أ َ ْر‬
ُ ‫س َل َر‬
Artinya : “Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan mem-
bawa) petunjuk (Al Quran) dan agama yang benar untuk dimenang-
kan-Nya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak
menyukai.” (At Taubah 33)
َ‫ف الَّذِين‬
َ َ‫ض َك َما ا ْست َْخل‬ ِ ‫ت لَيَ ْست َْخ ِلفَنَّ ُه ْم فِي ْال َ ْر‬ َّ ‫عمِ لُوا ال‬
ِ ‫صا ِل َحا‬ َ ‫للاُ الَّذِينَ آ َ َمنُوا مِ ْن ُك ْم َو‬ َّ ‫ع َد‬ َ ‫َو‬
‫ضى لَ ُه ْم َولَيُبَ ِ ّدلَنَّ ُه ْم مِ ْن بَ ْع ِد خ َْوفِ ِه ْم أ َ ْمنًا يَ ْعبُدُونَنِي َل‬َ َ ‫ت‬ ‫ار‬
ْ ‫ِي‬
‫ذ‬ َّ ‫ال‬ ‫م‬
ُُ‫ه‬َ ‫ن‬ ‫ِي‬
‫د‬ ‫م‬ ‫ه‬
ُْ َ ‫ل‬ َّ
‫َن‬ ‫ن‬ ّ
‫ك‬ ِ ‫م‬ُ ‫ي‬َ
َ َ ْ ِ ‫مِ ْن‬
‫ل‬ ‫و‬ ‫م‬ ‫ه‬ ‫ل‬
ِ ‫ب‬
ْ َ ‫ق‬
َ‫ش ْيئًا َو َم ْن َكف ََر بَ ْع َد َذلِكَ فَأُولَئِكَ ُه ُم ْالفَا ِسقُون‬ َ ‫يُ ْش ِر ُكونَ ِبي‬
Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amalan-amalan yang shalih bahwa
Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, se-
bagaimana Dia telah menjadikan orang-orang yang sebelum mereka
berkuasa. Dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka dan Dia benar-benar akan menu-
kar (keadaan) mereka sesudah mereka berada dalam ketakutan men-
jadi aman sentosa. Mereka tetap menyembahKu dengan tiada mem-
persekutukan sesuatu apa pun dengan Aku. Barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji itu), maka mereka itulah orang-orang yang fasik.”
(An Nuur 55)
D. Agama yang sempurna dalam aturan
Agama Islam merupakan aqidah dan syariat. Islam adalah agama
yang sempurna dalam aqidah dan syariat, karena:
a. Memerintahkan bertauhid dan melarang syirik.
b. Memerintahkan bersikap jujur dan melarang berbuat bohong/
dusta.
c. Memerintahkan berbuat adil dan melarang perbuatan lalim. Adil
artinya menyamakan yang sama dan membedakan yang berbe-
da, atau meletakkan sesuatu pada tempatnya. Makna adil bu-
kan persamaan secara mutlak seperti yang dikatakan sebagian
orang yang mengatakan bahwa Islam adalah agama persamaan

26 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


yang mutlak. Kita tahu adil itu baik namun untuk bersikap adil
kita butuh bimbingan yaitu wahyu. Sebab untuk mendudukkan
sesuatu sesuai dengan tempatnya merupakan hal yang tidak
bisa dilakukan manusia.
d. Memerintahkan untuk bersikap amanat dan melarang khianat.
e. Memerintahkan untuk menepati janji dan melarang ingkar janji.
f. Memerintahkan berbakti kepada ibu-bapak serta melarang men-
yakitinya.
g. Memerintahkan bersilaturahmi/menyambung hubungan dengan
kerabat dekat, serta melarang memutuskannya.
h. Memerintahkan berbuat baik dengan tetangga melarang berbuat
jahat kepada mereka.
Secara umum Islam memerintahkan agar bermoral baik dan mela-
rang bermoral buruk. Islam juga memerintahkan setiap perbuatan baik,
dan melarang perbuatan yang buruk. Allah berfirman:
ِ ‫ع ِن ْالفَحْ شَاءِ َو ْال ُم ْنك َِر َو ْالبَ ْغي‬
َ ‫ان َوإِيتَاءِ ذِي ْالقُ ْربَى َويَ ْن َهى‬
ِ ‫س‬ ِ ْ ‫للاَ يَأ ْ ُم ُر بِ ْالعَ ْد ِل َو‬
َ ْ‫الح‬ َّ ‫إِ َّن‬
َ‫ظ ُك ْم لَعَلَّ ُك ْم ت َ َذ َّك ُرون‬ُ ‫يَ ِع‬

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyuruh (kamu) berlaku adil dan


berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang
dari perbuatan keji, kemungkaran dan permusuhan. Dia memberi peng-
ajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.” (An Nahl 90)

5. Agama yang seimbang dalam ruhiyah dan badaniyah

Ajaran Islam terdiri dari 2 hal aqidah dan syariah. Adapun yang di-
maksud dengan aqidah yaitu setiap perkara yang dibenarkan oleh jiwa,
yang dengannya hati menjadi tenteram serta menjadi keyakinan bagi
para pemeluknya, tidak ada keraguan dan kebimbangan di dalamnya
dan disebut itiqadiyah. Artinya ajaran aqidah adalah ajaran yang akan
mengatur hati manusia agar ia dapat menjadi manusia yang mukhlis.
Adapun yang dimaksud syariah adalah tugas-tugas pekerjaan yang
dibebankan oleh Islam, seperti shalat, zakat, puasa, berbakti kepada
orang tua, dan lain sebagainya. Ajaran syariat adalah ajaran-ajaran
yang mengatur perbuatan manusia atau yang disebut amaliyah. Se-
bagaimana hadits jibril, yang menjelaskan tentang apa itu islam? Islam
adalah bersyahadatain kemudian menegakkan sholat, menunaikan
zakat, berpuasa di bulan romadhan dan terakhir haji ke baitullah bagi
yang mampu. Semua ini berkaitan dengan amaliyah (amal perbuatan
badan). Sedangkan iman hal-hal yang berkaitan dengan ’itiqat (keya-
kinan). Yaitu beriman kepada Allah, kepada para malaikat, kepada ki-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 27


tab-kitab Allah, kepada para rosul, kepada hari akhir dan terakhir kepa-
da takdir baik dan takdir buruk. Setelah rosul menjelaskan itu semua,
diakhir hadits dijelaskan bahwa orang yang datang tersebut adalah
jibril dengan tujuan mengajarkan agama islam.

RANGKUMAN

Ruanglingkup bahasan ajaran islam sangat luas dan mendalam me-


liputi masalah ketuhanan, kemanusiaan, lingkungan/alam, penciptaan
dan keselamatan. Masalah ketuhanan merupakan masalah yang pent-
ing sebab fitrah manusia adalah beribadah. Oleh karena itu islam mem-
bahas masalah ketuhanan ini sebab islam merupakan agama fitrah.
Kedua masalah kemanusiaan, bahasan ajaran islam yang kedua
berkaitan dengan kemanusiaan. Manusia hidup harus saling tolong
menolong, saling mengenal, saling memberi, saling membantu. Bukan
hidup dalam persaingan, dimana yang kuat menekan yang lemah. Ke-
tiga masalah lingkungan atau alam, tugas kedua setelah beribadah ke-
pada Allah adalah manusia menjadi khalifah di muka bumi ini. Sebagai
khalifah maka sikap manusia terhadap lingkungan dan alam atau bumi
adalah mengayomi, apa yang dibutuhkan oleh alam yang menjadi per-
hatian manusia dan dipenuhi oleh manusia.
Manusia harus memperhatikan apa yang menjadi kebutuhan lingkun-
gan alam. Ajaran islam mengajarkan tentang bagaimana kita bisa men-
jadi khalifah yang sukses di dunia ini. Keempat masalah penciptaan.
Banyak ayat dan hadits nabi yang menceritakan peristiwa penciptaan.
Hal ini untuk memperdalam iman kita kepada Allah, memberi ketenan-
gan kepada hati kita dengan cara kita memahami bahwa Allah per-
lindung kita memiliki kemampuan yang tidak terbatas. Bahasan yang
terakhir (kelima) adalah keselamatan. Ajaran islam banyak berbicara
masalah kehidupan neraka dan surge. Ketika kita taat terhadap aturan
Allah maka kita akan memperoleh keselamatan di dunia dan di surge.

28 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan berikut dan diskusikan bersama kelompok!
1. Sebutkan 5 karakteristik agama Islam?
2. Sebutkan 5 ruanglingkup bahasan ajaran Islam?
3. Jelaskan runglingkup bahasan kemanusiaan dalam ajaran Islam?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1 - 3) silahkan dipelajari


Ruanglingkup dan karakteristik Islam.

TES FORMATIF 2

Pilihlah jawaban yang paling benar !

1.Manusia terlahir dalam keadaan fitrah. Yang dimaksud fitrah adalah :


a. Naluri hidup atau dorongan untuk hidup
b. Kemampuan sejak lahir yang dimiliki oleh seorang, seperti kec-
erdasan atau IQ.
c. Manusia diciptakan Allah memiliki naluri tauhid, naluri beribadah
bertauhid.
1. Manusia diciptakan Allah bersuku-suku dan berbangsa-bangsa,
agar ….
a. Mereka dapat saling bersaing, manakah yang terkuat dan
manakah yang lemah, dimana yang kuat akan berkuasa
b. Manusia bisa berperang saling adu kekuatan siapa negara maju
dan siapa negara terbelakang
c. Manusia bisa saling mengenal untuk bisa saling membantu dan
bekerja sama.
2. Bagaimana sikap kita terhadap alam ?
a. Manusia sebagai khalifah, maka manusia harus bisa mengay-
omi alam ini, dengan memperhatikan kebutuhan mereka, men-
jaga mereka.
b. Manusia sebagai khalifah, maka manusia bisa mempergunakan
alam ini untuk memenuhi keinginan Hasrat manusia.
c. Manusia sebagai khalifah, maka manusia bisa menguasai alam
ini sekehendak hati mereka.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 29


3. Karakteristik Islam adalah?
a. Agama yang sempurna dalam aturan
b. Agama yang bebas dalam aturan
c. Agama yang tidak ada aturan
4. Karakteristik Islam adalah?
a. Untuk seluruh manusia
b. Untuk sebagian manusia
c. Untuk suku Jawa
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;

• 90-100 = baik sekali


• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. C
2. A
3. B
4. C
5. C

30 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


6. B
7. C

TES FORMATIF 2
1. B
2. C
3. A
4. A
5. A

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 31


DAFTRA PUSTAKA

Abdurrahim Mu’thi, Abu Ihsan AI-Atsari. Tafsir Ibnu Katsir. Terj, M.


Abdul Ghoffar E.M., Bogor: Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2004.
Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura, 1990
Agus Sholahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis. Bandung: Pustka Se-
tia, 2009
Amin, Muhammad Suma, Ulumul Quran. Jakarta: Rajawali Press,
2013
Anwar, Rosihan, Ulmul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Ash-Shiddieqy, T. M Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqih. Semarang: Pusta-
ka Rizki Utama, 1999Penerbirt pustaka, 1984
Basri, Rusdaya. Ushul fikih 1. Pare-pare: IAIN Parepare Nusantara
Press, 1999
Hasan, Ahmad. Terj. Agah Garnadi. Pintu Ijtihad Sebelum ditutup.
Bandung: Pustaka, 1984
Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY, 2011
Kaelany HD. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma
Press, 2015.
Mu’allim, Amir. Ijtihad Suatu Contoversi: Antara Teori Dan Fungsi.
Jakarta: Titian Ilahi Press, 1997
Qardhawy, Yusuf. Terj. Muhammad Zaky. Membumikan Syariat Is-
lam. Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.
Qaththan, Manna al, terj. Mifadhol Abdurrahman. Pengatar Studi
Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2005.
Rahaman, Fazlur. Terj. Anas Mahyudin. Tema Pokok Al-Quran.
Bandung: Pustaka, 1979.
_____________. Terj. Anas Muhyidin. Membuka Pintu Ijtihad. Band-
ung: Pustaka. 1995
Saefuddin, A M. Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim. Jakarta: Gema
Insani Press, 1996.
Syaltut, Muhammad. Al-Islam, Aqidah wa Syariah. T.kp. Darul Ka-
lam. 1996.
Wasik, Moh. Ali. “Islam Agama Semua Nabi” dalam Perspektif Al-
Qur’an”. ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin. Yogyakarta: UIN Su-
nan Kalijaga. 2016
Zaini, Syahminan. Hakekat Agama dalam Kehidupan Manusia.
Surabaya: Al-Ikhlas, 1999.

32 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


MODUL 2
HAKEKAT MANUSIA DALAM PANDANGAN
ISLAM
Mahmud Muhsini, M.PI

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul ke-2 dari 9 modul mata kuliah AIK 1.
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan oleh
Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu kon-
sekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi ini
dan beribadah kepada Allah. Dalam al-quran istilah manusia ditemu-
kan 3 kosa kata yang berbeda dengan makna manusia, akan tetapi
memilki substansi yang berbeda yaitu kata basyar, insan dan an-nas.
Kata ini juga menunjukkan kepada karakteristik manusia senantiasa
berada dalam keadaan labil. Sifat ketergantungan mereka pada lainn-
ya sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Kata ini juga menunjuk-
kan sifat mudah terpengaruh atau bersifat labil. Sebagai makhluk sosial
manusia membutuhkan bantuan dari lainnya, ia harus hidup Bersama
tidak bisa hidup sendirian. Al-quran menyatakan dengan tegas baha-
wa manusia diciptakan dari tanah dengan berbagai istilah seperti debu
(Surah Ali Imran: 59), tanah kering dan lumpur hitam (Surah Al-hijr: 28),
tanah liat (Surah Ash shafat: 11), sari pati tanah (Surah Al-shad: 71)
dan sebagainya. Semasa penciptaan Adam, Allah telah berfirman bah-
wa “Jadilah,maka jadilah ia” (Surah Ali Imran: 59).
Manusia dibekali Allah dengan 2 potensi, potensi baik dan poten-
si buruk. Di dalam rohani setiap manusia tersimpan potensi-potensi
negatif yang jika tidak diatasi dan disentuh dengan nilai-nilai Islam,
maka potensi-potensi negatif itu akan tumbuh berkembang kemudian
bisa mengkristal menjadi sebuah penyakit. Masing-masing kajian ini
akn dibahas tersendiri secara mendalam pada modul ini.
Dalam modul ini kita akan mengkaji hakikat, asal usul manusia dan
potensi kelebihan dan kelemahan manusia. Setelah menguasai modul
pertama ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami hakikat,
asal usul manusia dan potensi kelebihan dan kelemahan manusia.

33
Secara lebih khusus setelah mempelajari modul ini anda diharapkan
dapat menjelaskan dan memahami:
• Hakikat Manusia, Asal asul manusia
• Potensi kelebihan manusia
• Kelemahan manusia
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
Kegiatan belajar 1 : Hakikat & Asal Asul Manusia
Kegiatan belajar 2 : Potensi kelebihan dan kelemahan Manusia
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
• Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
• Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
• Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
• Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.
“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman
Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”

34 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Hakikat Dan Asal Usul Manusia

A. Hakikat Manusia
Manusia adalah makhluk paling sempurna yang pernah diciptakan
oleh Allah swt. Kesempurnaan yang dimiliki manusia merupakan suatu
konsekuensi fungsi dan tugas mereka sebagai khalifah di muka dumi
ini dan beribadah kepada Allah.
Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda
dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbeda
yaitu kata basyar, insan dan an-nas.
1. Kata basyar dalam al-quran bermakna bahwa manusia adalah
makhluk biologis serta memiliki sifat-sifat yang ada di dalamnya,
seperti makan, minum, perlu hiburan, sexs dan lain sebagainya.
Sebagaimana firman Allah :

َ ‫ي أَنَّ َما ِإلَ ُه ُك ْم ِإلَهٌ َواحِ ٌد فَ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ِلقَا َء َر ِبّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل‬
َ ‫ع َم ًل‬
‫صا ِل ًحا َو َل‬ َّ َ‫قُ ْل ِإنَّ َما أَنَا بَش ٌَر مِ ثْلُ ُك ْم يُو َحى ِإل‬
‫يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َدةِ َر ِبّ ِه أ َ َحدًا‬
Artinya : Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seper-
ti kamu, yang diwahyukan kepadaku: “Bahwa sesungguhnya Tuhan
kamu itu adalah Tuhan yang Esa.” Barangsiapa mengharap perjump-
aan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang
saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya.” (QS. Al Kahfi : 110)
Ayat terakhir surat al kahfi ini menjelaskan bahwa Nabi Muhammad
SAW itu hanyalah seorang manusia biasa sama dengan kalian (orang-
orang quraisy). Sebagaimana umumnya manusia Nabi Muhammad
SAW membutuhkan makan, minum, istirahat dan kebutuhan manusia
sebagaimana umumnya.
2. Kata insan disebutkan dalam al-quran sebanyak 65 kali. Kon-

35
sep insan selalu dihubungkan pada sifat psikologis atau spiritual.
Manusia sebagai makhluk yang berpikir, diberi ilmu, dan memi-
kul amanah. Sebagaimana firman Allah :

‫ض َو ْال ِجبَا ِل فَأَبَيْنَ أ َ ْن يَحْ مِ ْلنَ َها َوأ َ ْشفَ ْقنَ مِ ْن َها َو َح َملَ َها‬
ِ ‫ت َو ْال َ ْر‬ َ َ‫ضنَا ْال َ َمانَة‬
َّ ‫علَى ال‬
ِ ‫س َم َاوا‬ ْ ‫ع َر‬َ ‫ِإنَّا‬
ً ‫ظلُو ًما َج ُه‬
‫ول‬ َ َ‫سانُ ِإنَّهُ َكان‬ ِْ
َ ‫ال ْن‬
Artinya : Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat
kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya
enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan
mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.
Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, (al-
ahzab : 72).

Firman Allah :

‫سانَ َما لَ ْم يَ ْعلَ ْم‬ ِ ْ ‫علَّ َم‬


َ ‫ال ْن‬ َ
Artinya : Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.
(al Alaq : 5)
3. Kata an-nas. Kata an naas merupakan bentuk jamak dari kata al
insan. Konsep an-naas menunjuk pada semua manusia sebagai
makhluk social atau secara kolektif.
Kata ini juga menunjukkan kepada karakteristik manusia senantiasa
berada dalam keadaan labil. Sifat ketergantungan mereka pada lainn-
ya sehingga disebut sebagai makhluk sosial. Kata ini juga menunjuk-
kan sifat mudah terpengaruh atau bersifat labil. Sebagai makhluk sosial
manusia membutuhkan bantuan dari lainnya, ia harus hidup Bersama
tidak bisa hidup sendirian. Oleh sebab itu islam mensyariatkan ma-
nusia untuk hidup berkeluarga, bermasyarakat dan bernegara. Aturan
dan ajaran islam mencakup semua itu, tidak hanya mengajarkan ma-
nusia untuk berakhlak baik menjalin hubungan baik dengan Allah saja,
namun islam juga mengatur bagaimana kita hidup berkeluarga, hidup
bertetangga, hidup bermasyarakat hingga hidup bernegara.
Bisa kita pahami bahwa manusia merupakan ciptaan Allah yang is-
timewa. Sebagai makhluk yang istimewa manusia memiliki 3 ciri khas,
yaitu : (1) Manusia memiliki jasmani yang menjadikan ia makhluk yang
membutuhkan hal-hal yang bersifat biologis. (2) Manusia memiliki ruhi-
yah yang menjadikan ia makhluk yang membutuhkan spiritualitas dan
sifat psikologis. (3) manusia makhluk sosial yang harus hidup Bersa-
ma, bermasyarakat dan bernegara.

36 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


A. Asal-usul Penciptaan Manusia
Al-quran menyatakan dengan tegas bahawa manusia diciptakan dari
tanah dengan berbagai istilah seperti debu (Surah Ali Imran: 59), tanah
kering dan lumpur hitam (Surah Al-hijr: 28), tanah liat (Surah Ash sha-
fat: 11), sari pati tanah (Surah Al-shad: 71) dan sebagainya. Semasa
penciptaan Adam, Allah telah berfirman bahwa “Jadilah,maka jadilah
ia” (Surah Ali Imran: 59).
Proses penciptaan manusia dijelaskan dalam al quran dalam 3 taha-
pan, yaitu :
Pertama, Allah telah menciptakan manusia pertama dari tanah
Adam, yaitu Nabi Adam. Allah berfirman :
َ ‫) فَإِ َذا‬82( ‫ون‬
‫س َّو ْيتُهُ َونَف َْختُ فِي ِه مِ ْن‬ َ ‫ص ْل‬
ٍ ُ‫صا ٍل مِ ْن َح َمإٍ َم ْسن‬ ٌ ‫َوإِ ْذ قَا َل َربُّكَ ل ِْل َم َلئِ َك ِة إِنِّي خَال‬
َ ‫ِق بَش ًَرا مِ ْن‬
َ‫اجدِين‬ ِ ‫س‬َ ُ‫وحي فَقَعُوا لَه‬ ِ ‫ُر‬
 “.. Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat,
Sesungguhnya, Aku akan menciptakan seorang manusia dari tanah liat
kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Maka, apa-
bila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke
dalamnya ruh (ciptaan)-Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan
bersujud” (QS. Al Hijr: 28-29). 
Allah menciptakan manusia pertama Nabi Adam dari tanah dan
dibentuk. Kemudian diberi ruh sehingga menjadi hidup.
• Kedua, penciptaan manusia kedua, yang bahan bakunya manu-
sia pertama. Manusia kedua ini adalah Hawa, Istri Adam. Allah
berfirman :
َّ َ‫اس اتَّقُوا َربَّ ُك ُم الَّذِي َخلَقَ ُك ْم مِ ْن نَ ْف ٍس َواحِ َدةٍ َو َخلَقَ مِ ْن َها زَ ْو َج َها َوب‬
ً ‫ث مِ ْن ُه َما ِر َج‬
ً ‫ال َكث‬
‫ِيرا‬ ُ َّ‫يَا أَيُّ َها الن‬
)1( ‫علَ ْي ُك ْم َرقِيبًا‬َ َ‫ان‬ َ
‫ك‬ ‫للا‬
َ َّ َّ
‫ن‬ ‫إ‬ ‫ام‬
ِ َ َ‫ح‬ ‫ر‬ْ َ ْ
‫ال‬ ‫و‬
َ ِ ‫ه‬
ِ ‫ب‬ َ‫ون‬ُ ‫ل‬ ‫ء‬ ‫ا‬
َ َ ‫س‬َ ‫ت‬ ‫ِي‬ ‫ذ‬َّ ‫ال‬ ‫للا‬
َ َّ ‫وا‬ُ‫سا ًء َواتَّق‬
َ ِ‫َون‬
Artinya : “Hai sekalian manusia, bertaqwalah kepada Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah men-
ciptakan isterinya, dan daripada keduanya Allah memperkembangbiak-
kan laki-laki dan perempuan yang sangat banyak...” (QS. An Nisaa (4)
: 1)
Ayat ini menjelaskan bahwa Allah telah menciptakan manusia dari
satu jiwa, yaitu Adam. Dan dari Adam, Allah menciptakan isterinya, yai-
tu Hawa yang diciptakan dari tulang rusuk Adam bagian kiri dari be-
lakang. Di saat Adam tidur, lalu sadar dari tidurnya, maka ia melihat
Hawa yang cukup menakjubkan. Hingga muncul rasa cinta dan kasih

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 37


sayang di antara keduanya.
Sebagaimana Rosulullah SAW :
َ‫ِيم لَك‬
َ ‫ضلَعٍ لَ ْن ت َ ْستَق‬ ْ َ‫ « إِ َّن ْال َم ْرأَة َ ُخ ِلق‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫للا‬
ِ ‫ت مِ ْن‬ ِ َّ ‫سو ُل‬ ُ ‫ع ْن أَبِى ه َُري َْرة َ قَا َل قَا َل َر‬ َ
َ ‫علَى‬
‫ط ِريقَ ٍة فَإِ ِن ا ْست َْمتَعْتَ بِ َها ا ْست َْمتَعْتَ بِ َها َوبِ َها ع َِو ٌج‬ َ
Artinya : Dari Abu Hurairah berkata : Bersabda Rosulullah SAW :
“Sesungguhnya wanita diciptakan dari tulang rusuk. Dan tulang ru-
suk yang paling bengkok adalah bagian yang paling atas. Jika eng-
kau memaksakan untuk meluruskannya, maka engkau akan mema-
tahkannya. Tetapi jika engkau bersenang-senang dengannya, maka
bersenang-senanglah dengannya, sedangkan padanya terdapat ke-
bengkokan.” (HR. Bukhari-Muslim)
Ketiga, penciptaan manusia dari bahan baku manusia pertama
(Adam) dan manusia kedua (Hawa). Sebagaimana telah dijelaskan di
surat an nisa ayat 1 di atas. Proses yang ketiga ini melalui proses da-
lam kandungan ibu.
Allah berfirman :
ْ ُّ‫) ث ُ َّم َخلَ ْقنَا الن‬31( ‫ِين‬
َ‫طفَة‬ ْ ُ‫) ث ُ َّم َجعَ ْلنَاهُ ن‬21( ‫ين‬
ٍ ‫طفَةً فِي قَ َر ٍار َمك‬ ٍ ِ‫س َللَ ٍة مِ ْن ط‬ َ ‫ال ْن‬
ُ ‫سانَ مِ ْن‬ ِ ْ ‫َولَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
ُ‫للا‬
َّ َ‫ارك‬ ً ْ ْ ْ َ ُ َ
َ َ‫ام لحْ ًما ث َّم أنشَأنَاهُ خَلقا آخ ََر فَتَب‬ َ ْ َ َ
َ ‫ضغَة ِعظا ًما فَ َك‬ ْ ْ َ ً
ْ ‫ضغَة فَ َخلقنَا ال ُم‬ َ ْ
ْ ‫علَقَةً فَ َخلَ ْقنَا العَلقَة ُم‬
َ
َ ‫س ْونَا ال ِعظ‬ َ
َ‫سنُ ْالخَا ِلقِين‬ َ ْ‫أَح‬
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia itu dari suatu
saripati (berasal) dari tanah. Kemudian Kami jadikan saripati itu air mani
(yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim). Kemudian air mani
itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal darah itu kami jadikan
segumpal daging, dan segumpal daging itu Kami jadikan tulang be-
lulang, lalu tulang belulang itu Kami bungkus dengan daging. Kemudi-
an Kami jadikan ia makhluk yang (berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah
Allah, Pencipta Yang Paling Baik.” (QS. Al Muminuun (23) : 12-14)
Dan juga dijelaskan oleh Rosulullah dalam sebuah hadits shahih

َ َ‫ط ِن أ ُ ِ ّم ِه أ َ ْربَعِينَ يَ ْو ًما ث ُ َّم يَ ُكونُ فِى َذلِك‬


‫علَقَةً مِ ثْ َل‬ ْ َ‫صدُوقُ « ِإ َّن أ َ َح َد ُك ْم يُجْ َم ُع خ َْلقُهُ فِى ب‬ ْ ‫صا ِدقُ ْال َم‬
َّ ‫َوه َُو ال‬
‫ب ِر ْزقِ ِه‬ِ ْ‫ت بِ َكت‬ ُّ ‫س ُل ْال َملَكُ فَيَ ْنفُ ُخ فِي ِه‬
ٍ ‫الرو َح َويُؤْ َم ُر بِأ َ ْربَعِ َك ِل َما‬ َ ‫ضغَةً مِ ثْ َل َذلِكَ ث ُ َّم ي ُْر‬
ْ ‫َذلِكَ ث ُ َّم يَ ُكونُ فِى َذلِكَ ُم‬
‫سعِي ٌد‬ َ ‫ى أ َ ْو‬
ٌّ ‫ش ِق‬ َ ‫َوأ َ َج ِل ِه َو‬
َ ‫ع َم ِل ِه َو‬
Artinya : “Telah bersabda Rasulullah SAW dan dialah yang benar
dan dibenarkan. Sesungguhnya seorang diantara kamu dikumpulkan-
nya pembentukannya (kejadiannya) dalam rahim ibunya (embrio) sela-
ma empat puluh hari. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari) di-
jadikan segumpal darah. Kemudian selama itu pula (empat puluh hari)
dijadikan sepotong daging. Kemudian diutuslah beberapa malaikat un-

38 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


tuk meniupkan ruh kepadanya (untuk menuliskan/menetapkan) empat
kalimat (macam) : rezekinya, ajal (umurnya), amalnya, dan buruk baik
(nasibnya).” (HR. Bukhari-Muslim)

Demikianlah asal-usul manusia. Sebagai makhluk Allah yang sem-


purna, manusia diciptakan oleh Allah pertama kalinya langsung oleh
kedua tangan Nya dibentuk dan ditiupkan ruh dari Nya. Kemudian Allah
menciptakan manusia kedua dari manusia pertama Nabi Adam. Ma-
nusia kedua ini adalah Hawa. Setelah itu penciptaan manusia melalui
proses berpasangan laki-laki dan perempuan. Dan dibentuklah manu-
sia dalam perut ibu sebagaimana dijelaskan dalam al quran dan hadits.

RANGKUMAN

Dalam al-quran istilah manusia ditemukan 3 kosa kata yang berbeda


dengan makna manusia, akan tetapi memilki substansi yang berbe-
da yaitu kata basyar, insan dan an-nas. Manusia merupakan makhluk
istimewah, Allah telah menjadikan manusia mempunyai keistimewaan
yang khas. Hal itu bisa kita fahami dari 3 kata, yaitu basyar, insan dan
an-naas. Manusia adalah makhluk sosial yang diciptakan dari unsur
jasmani dan unsur rohani.
Asal usul manusia berasal dari manusia pertama yaitu Nabi Adam,
yang diciptakan Allah dari tanah dibentuk dan ditiupkan ruh. Kemudi-
an Allah manusia kedua yaitu hawa, diciptakan dari adam. Kemudian
proses penciptaan manusia melalui hubungan laki-laki dan perempuan,
berproses dari janin dalam kandungan hingga lahir, anak-anak, remaja
dan dewasa.

LATIHAN

Untuk memperdalam materi, kerjakanlah soal-soal dibawah ini dan


diskusikan bersama kelompok anda!
1. Jelaskan makna kata Basyar dalam Al Quran ?
2. Jelaskan makna kata Insan dalam Al Quran ?
3. Jelaskan makna kata an-naas dalam Al Quran ?
4. Sebutkan ayat alquran yang menjelaskan tentang asal usul
manusia ?

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 39


5. Bagaimana Allah menciptakan manusia pertama ?

PETUNJUK JAWABAN

Untuk menjawab pertanyaan no. 1 — 5 silahkan dibaca tentang haki-


ket da nasal usul manusia

TES FORMATIF 1
1. Manusia diciptakan Allah dari :
a. Tanah
b. Api
c. Cahaya
2. Manusia berasal dari :
a. Kera
b. Monyet
c. Nabi Adam
3. Makna kata an-naas adalah :
a. Manusia adalah ciptaan Allah
b. Manusia terdiri dari jasmani dan rohani
c. Manusia adalah makhluk sosial
4. Makna kata insan adalah
a. Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan
makan, minum, istirahan
b. Manusia merupakan makhluk yang membutuhkan hal-
hal yang bersifat psikologis, ilmu dan spiritual.
c. Manusia adalah ciptaan Allah
5. Takwa bertempat di
a. Jasmani manusia
b. Hawa nafsu
c. Hati
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

40 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Arti tingkat penguasaan;
• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 41


KEGIATAN BELAJAR 2

Potensi & Kelemahan Manusia

A. Potensi-potensi Manusia

Manusia dibekali Allah dengan 2 potensi, potensi baik dan potensi


buruk. Sebagaimana dalam al quran Allah berfirman :
َ ‫) فَأ َ ْل َه َم َها فُ ُج‬7( ‫س َّواهَا‬
‫ورهَا َوت َ ْق َواهَا‬ َ ‫َونَ ْف ٍس َو َما‬
Artinya : dan jiwa serta penyempurnaannya (ciptaannya), maka Al-
lah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya.
(QS. Asy Syams : 7-8)
Setiap ruh yang ditiupkan ke dalam janin, diberi Allah 2 potensi, yaitu
jalan kefasikan dan jalan ketakwaan. Ada 2 potensi yang diberikan oleh
Allah yaitu baik dan buruk.
1. Potensi baik
Pertama bahwasanya manusia diciptakan sebagai makhluk terbaik.
Manusia memiliki jasmani yang baik dan sempurna. Allah berfirman :

َ ْ‫سانَ فِي أَح‬


‫س ِن ت َ ْق ِو ٍيم‬ ِ ْ ‫لَقَ ْد َخلَ ْقنَا‬
َ ‫ال ْن‬
Artinya : Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang se-
baik-baiknya” (QS. Al-Tin : 4)
Manusia merupakan makhluk yang paling kompleks di alam semes-
ta, baik dalam hal sel-selnya, jaringan-jaringannya maupun organ-or-
gannya. Semua organ tubuh manusia amat detail, rumit, akurat dan
sempurna, sehingga sulit dipahami konstruksi dan cara kerjanya oleh
ilmuwan terhebat sekalipun.

42
Kedua adalah akal. Pada diri manusia terdapat akal yang menyim-
pan berbagai prinsip dan aksioma, pengetahuan, analisis dan kreati-
vitas sehingga menjadikan manusia pemuka seluruh makhluk. Allah
berfirman,
‫ِير مِ َّم ْن َخلَ ْقنَا‬ َ ‫ت َوفَض َّْلنَا ُه ْم‬
ٍ ‫علَى َكث‬ َّ َ‫َولَقَ ْد ك ََّر ْمنَا بَنِي آ َد َم َو َح َم ْلنَا ُه ْم فِي ْالبَ ِ ّر َو ْالبَحْ ِر َو َرزَ ْقنَا ُه ْم مِ ن‬
ِ ‫الط ِيّبَا‬
‫يل‬ ً ‫ض‬ ِ ‫ت َ ْف‬
Artinya : “Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak-anak Adam,
Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka Rezeki
dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.” (QS.
Al-Isra’: 70).
Akal adalah suatu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk
membedakan yang salah dan yang benar serta menganalisis sesuatu.
Kemampuan akal sangat tergantung luas pengalaman dan tingkat pen-
didikan, formal maupun informal, dari manusia pemiliknya. Jadi, akal
bisa didefinisikan sebagai salah satu peralatan rohaniah manusia yang
berfungsi untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apa-
kah sesuai benar atau salah.
Ketiga, hati nurani. Rosulullah bersabda :

‫ِي ْالقَ ْلب‬ َ ‫س َد ْال َج‬


َ ‫س ُد ُكلُّهُ أ َ َل َوه‬ َ َ‫ت ف‬
ْ ‫س َد‬ َ ‫صلَ َح ْال َج‬
َ َ‫س ُد ُكلُّهُ َو ِإ َذا ف‬ َ ‫ت‬ َ ‫ضغَةً ِإ َذا‬
ْ ‫صلَ َح‬ َ ‫أ َ َل َو ِإ َّن فِي ْال َج‬
ْ ‫س ِد ُم‬
Artinya : ”Sesungguhnya di dalam tubuh manusia terdapat segump-
al daging. Jika ia sehat, maka seluruh tubuh pun akan sehat, jika ia
sakit maka seluruh tubuh pun akan sakit. Itulah hati.” (HR. Bukhari)
Ibnu Qayyim rahimahullah berkata, “Ketahuilah, sesungguhnya
seorang hamba yang mampu menempuh langkah-langkah perjalanan
menuju Allah adalah karena tekad hati serta hasratnya, bukan karena
tubuhnya. Pada hakekatnya, takwa adalah takwanya hati, bukan tak-
wanya anggota tubuh. Allah Taala berfirman,
ِ ‫للا فَإِنَّ َها مِ ْن ت َ ْق َوى ْالقُلُو‬
‫ب‬ ِ َّ ‫شعَائ َِر‬ ّ ِ َ‫َذلِكَ َو َم ْن يُع‬
َ ‫ظ ْم‬
Artinya : Demikianlah (perintah Allah). Dan barangsiapa menga-
gungkan syiar-syiar Allah, maka sesungguhnya itu timbul dari ketak-
waan hati. (QS. Al-Hajj: 32)
2. Potensi buruk manusia adalah hawa nafsu.
Sebagaimana Allah swt berfirman:
َ ُ‫أ َ َرأَيْتَ َم ِن ات َّ َخ َذ إِلَ َههُ ه ََواهُ أَفَأ َ ْنتَ ت َ ُكون‬
ً ‫علَ ْي ِه َوك‬
‫ِيل‬

Artinya : “Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 43


hawa nafsunya sebagai tuhannya, maka apakah kamu dapat menjadi
pemelihara atasnya?” (Q.S. Al-Furqon 43.)
Dan firman Allah swt:

‫ِي ْال َمأ ْ َوى‬


َ ‫ع ِن ْال َه َوى فَإِ َّن ْال َجنَّةَ ه‬ َ ‫ام َر ِبّ ِه َونَ َهى النَّ ْف‬
َ ‫س‬ َ ‫َوأ َ َّما َم ْن خ‬
َ َ‫َاف َمق‬
Artinya : “Dan adapun orang-orang yang takut kepada kebesaran
Tuhannya dan menahan diri dari keinginan hawa nafsunya, maka se-
sungguhnya surgalah tempat tinggal(nya).”(Q.S. An-Naziaat 40- 41.)
Hawa nafsu terdiri dari 2 kata : al hawa dan nafsu. Al hawa adalah
kumpulan berbagai keinginan dalam jiwa manuisia yang menuntut pe-
menuhan secara intensif. Bila tuntutannya terpenuhi, ia dapat memberi
manusia kenikmatan tersendiri. Sedangkan nafsu adalah secara eti-
mologi berarti jiwa. Adapun nafsu secara terminologis ilmu tasawwuf
akhlaq adalah dorongan-dorongan alamiah manusia yang mendorong
pemenuhan kebutuhan hidupnya.
Pengertian hawa nafsu adalah dorongan-dorongan alamiah manu-
sia yang bersifat jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi. Nafsu
yang bersifat jasmani yaitu sesuatu yang berkaitan dengan tubuh kita
seperti makanan, minum, dan kebutuhan biologis lainnya, Nafsu yang
bersifat maknawi yaitu, nafsu yang berkaitan dengan kebutuhan rohani
seperti, nafsu ingin diperhatikan orang lain, ingin dianggap sebagai
orang yang paling penting, paling pinter, paling berperan, paling hebat,
nafsu ingin disanjung dan lain-lain termasuk ketertarikan kita terhadap
kesenangan-kesenangan dunia seperti : senang dengan emas, uang,
keuntungan, dan lainnya. Hawa nafsu inilah yang mengakibatkan pen-
garuh buruk / negatif bagi manusia. Hawa nafsu ini dibutuhkan manu-
sia, namun harus dikendalikan. Jika potensi-potensi baik berupa hati
Nurani dan akal tidak bisa mengendalikan hawa nafsu maka ia akan
merusak manusia dan menjadikan manusia berprilaku buruk. Oleh
karena itu untuk menghilangkan pengaruh buruk dan negatif dari hawa
nafsu, maka kita harus bisa mengendalikannya.
B. Kelemahan-kelemahan Manusia

Di dalam rohani setiap manusia tersimpan potensi-potensi negat-


if yang jika tidak diatasi dan disentuh dengan nilai-nilai Islam, maka
potensi-potensi negatif itu akan tumbuh berkembang kemudian bisa
mengkristal menjadi sebuah penyakit. Sifat-sifat buruk manusia ini tel-
ah dijelaskan Allah sebagai peringatan bagi manusia untuk mengatasi
sifat-sifat tersebut diantaranya : aniaya dan mengingkari nikmat, san-
gat banyak membantah, dan suka berkeluh kesah.

44 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Tidak berterima kasih. Alah berfirman :
ٌ َّ‫ظلُو ٌم َكف‬
‫ار‬ َ َ‫سانَ ل‬ ِ ْ ‫صوهَا ِإ َّن‬
َ ‫ال ْن‬ ِ َّ َ‫سأ َ ْلت ُ ُموهُ َو ِإ ْن تَعُدُّوا ِن ْع َمت‬
ُ ْ‫للا َل تُح‬ َ ‫َوآت َا ُك ْم مِ ْن ُك ِّل َما‬
“Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dari segala
apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nik-
mat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya
manusia itu, sangat lalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS.
Ibrahim : 34)
Allah telah memberikan semuanya yang kita perlukan di dalam hidup
kita, telah disediakan oleh Allah, “Dan jika kamu hitunglah nikmat Allah,
tidaklah akan dapat kamu menghitungnya.” Kenikmatan yang diberi
Allah kepada kita sangat banyak hingga manusia tidak dapat meng-
hitungnya. Tetapi “Sungguh manusia itu sangat lalim dan tidak kenal
terima kasih.” Kelaliman manusia karena mereka tidak berterima kasih
kepada Allah sebagai Dzat yang melimpahkan kebutuhan manusia. Si-
fat buruk manusia disini adalah mudah tidak berterima kasih terutama
kepada Allah.
1. Banyak membantah, Allah berfirman :
َ َ ‫ال َوأ‬
‫ع ُّز نَف ًَرا‬ ً ‫صاحِ ِب ِه َوه َُو يُ َحا ِو ُرهُ أَنَا أ َ ْكث َ ُر مِ ْنكَ َم‬
َ ‫َو َكانَ لَهُ ث َ َم ٌر فَقَا َل ِل‬
“Dan sesungguhnya Kami telah mengulang-ulangi bagi manusia da-
lam Al Quran ini bermacam-macam perumpamaan. Dan manusia ada-
lah makhluk yang paling banyak membantah.” (QS. Al-Kahfi : 34)
Manusia telah dijelaskan berbagai hal lewat wahyu Allah tentang
kekuasaan Allah, dan juga berbagai kisah pelajaran, perumpamaan-pe-
rumpamaan dan lainnya. Namun manusia sering membatah itu semua.
Ini merupakan sifat kritis yang berlebihan, akhirnya menjadi sifat banyak
membantah, yang bisa berkembang terus menjadi sifat mau menang
sendiri tidak menerima nasehat orang lain.
2. Kelemahan manusia lainnya berkeluh kesah. Allah berfirman :
‫سهُ ْال َخي ُْر َمنُوعًا‬
َّ ‫ش ُّر َج ُزوعًا َو ِإ َذا َم‬ َّ ‫سانَ ُخلِقَ َهلُوعًا ِإ َذا َم‬
َّ ‫سهُ ال‬ ِ ْ ‫ِإ َّن‬
َ ‫ال ْن‬
“Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi ki-
kir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah, dan apabila ia
mendapat kebaikan ia amat kikir” (QS. Al-Maarij : 19-21)
Allah menjelaskan kepada kita bahwa manusia itu sangat mudah
berkeluh kesah terhadap berbagai hal, yang dalam Bahasa jawa dise-
but sambatan. Jika manusia mendapatkan masalah, musibah atau kes-
usahan maka ia akan berkeluh kesah, bersedih, tidak ada senyuman di
wajahnya. Tapi jika sebaliknya ia mendapatkan kebaikan, kesuksesan,
maka ia menjadi lupa diri, beranggapan bahwa kebaikan dan kesuk-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 45


sesan yang ia dapatkan karena kemampuan ia seorang, ia menjadi
amat kikir dan sombong.
3. Tergesa-gesa. Allah berfirman :
ً ‫ع ُج‬
‫ول‬ َ ُ‫سان‬ ِ ْ َ‫عا َءهُ ِب ْال َخي ِْر َو َكان‬
َ ‫ال ْن‬ َّ ‫سانُ ِبال‬
َ ‫ش ِ ّر ُد‬ ِْ ‫ع‬
َ ‫ال ْن‬ ُ ‫َويَ ْد‬
Artinya : Dan manusia mendoa untuk kejahatan sebagaimana ia
mendoa untuk kebaikan. Dan adalah manusia bersifat tergesa-gesa.
(al Isra : 11)
Allah menjelaskan sifat tergesa-gesa. Manusia mempunyai sifat
tergesa-gesa dalam berbagai hal dalam ayat ini Allah menjelaskan
banyak sekali manusia yang berdoa untuk keburukan atau kebaikan
bagi dirinya atau orang lain dengan keinginan agar segera dikabulkan.
Jika Allah mengabulkan segala jenis doa tersebut maka manusia akan
binasa. Sebagaimana dijelaskan dalam tafsir ibnu kastir : Allah men-
ceritakan tentang ketergesaan umat manusia dan do’ anya yang buruk
berupa kematian, kebinasaan, kehancuran, laknat dan lain sebagain-
ya yang mereka panjatkan pada beberapa kesempatan, terhadap diri
mereka, anak, atau harta kekayaan mereka sendiri. Karena jika se-
andainya Rabb mereka mengabulkan, niscaya mereka akan binasa
karena do’anya tersebut. Sebagaimana yang difirmankan oleh Allah
dalam surat yunus ayat 11 yang artinya: ‘’Dan kalau sekiranya Allah
menyegerakan kejahatan bagi manusia, “. Ibnu ‘Abbas, Muj ahid dan
Qatadah, menjelaskan bahwa yang membawa anak cucu Adam kepa-
da hal yang demikian itu, karena jiwa mereka yang mudah tergoncang
dan ketergesaan mereka.
Di ayat lainnya Allah menjelaskan sifat tergesa-gesa ini. Allah ber-
firman :
ِ ُ‫سأ ُ ِري ُك ْم آيَاتِي فَ َل ت َ ْست َ ْع ِجل‬
‫ون‬ َ ‫سانُ مِ ْن‬
َ ‫ع َج ٍل‬ ِ ْ َ‫ُخلِق‬
َ ‫ال ْن‬
Artinya : Manusia telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa. Kelak
akan Aku perIihatkan kepadamu tanda-tanda azab-Ku. Maka jangan-
lah kamu minta kepada-Ku mendatangkannya dengan segera. (QS. Al
Anbiya : 37)
Ayat ini membahas sifat tergesa-gesa yang terjadi pada orang-orang
beriman. Ketika orang-orang islam dihina dan diolok-olok kaum kafir
quraisv. Mereka berharap agar kaum kafir quraisy segera mendapa-
tkan azab dari Allah karena berani menghina Nabi Allah dan ajaran
Nya. Allah kemudian menegur kaum muslim agar mereka jangan terge-
sa-gesa.

46 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


RANGKUMAN

Potensi-potensi manusia dapat dibagi menjadi 2 bagian, yaitu poten-


si baik dan potensi buruk. Potensi baik diantaranya : bentuk jasmani
manusia, hati Nurani dan akal. Sedangkan potensi buruk adalah hawa
nafsu. Kelemahan-kelemahan manusia diantaranya mudah tidak ber-
terima kasih terutama kepada Allah, banyak membantah dan banyak
berkeluh kesah.

LATIHAN

Untuk memperdalam materi, kerjakanlah soal-soal dibawah ini dan


diskusikan bersama kelompok anda!

1. Sebutkan ayat al quran yang menjelaskan 2 potensi manusia


dari Allah ?
2. Jelaskan potensi-potensi baik manusia ?
3. Jelaskan potensi-potensi buruk manusia ?
4. Sebutkan ayat al quran yang menerangkan sifat berkeluh kesah
?
5. Sebutkan ayat al quran yang menerangkan sifat banyak mem-
bantah ?

PETUNJUK JAWABAN

• Untuk menjawab pertanyaan no. 1 -5 silahkan dibaca tentang


potensi kebaikan dan kelemahan manusia

TES NORMATIF 2
Pilihlah jawaban yang paling tepat !
1. Salah satu hal yang menjadi kelebihan manusia adalah :
a. Hawa nafsu
b. Berkeluh kesah
c. Jasmani manusia
2. Diantara kelemahan-kelemahan manusia
a. Akal, hati Nurani dan jasmani manusia
b. Hawa nafsu dan hati
c. Mudah berkeluh kesah

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 47


3. Potensi negative manusia adalah
a. Hawa nafsu
b. Akal
c. Jasmani
4. Makna hawa nafsu adalah
a. Dorongan-dorongan alamiah manusia yang bersifat
jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi.
b. Bisikan-bisikan jiwa
c. Salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi
untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis,
menilai apakah sesuai benar atau salah.
5. Makna akal adalah
a. Dorongan-dorongan alamiah manusia yang bersifat
jasmani maupun nafsu yang bersifat maknawi.
b. Bisikan-bisikan jiwa
c. Salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi
untuk mengingat, menyimpulkan, menganalisis,
menilai apakah sesuai benar atau salah.
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

48 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KUNCI JAWABAN TES NORMATIF

TES NORMATIF 1
1. C. Agama para nabi, sejak nabi Adam (manusia pertama) sam-
pai nabi terakhir Nabi Muhammad saw.
2. A. Sebagai pedoman hidup manusia. Allah menurunkan agama
islam untuk menjadi pedoman hidup manusia, agar kehidupann-
ya bisa baik di dunia dan di akhirat
3. B. Firman Allah SWT diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW
penutup para nabi dan rasul dengan perantara malaikat Jibril
as, ditulis kepada mushaf-mushaf yang kemudian disampaikan
kepada kita dengan cara mutawatir. Membaca dan mempelajari
Al Quran adalah ibadah.
4. A. Kekhalifahan Abu Bakar
5. C. Kabar atau Riwayat yang berisikan tentang ucapan rosulullah
atau perbuatannya atau persetujuan beliau.
6. C. Manusia diciptakan Allah memiliki naluri tauhid, naluri berib-
adah bertauhid.
7. C. Manusia bisa saling mengenal untuk bisa saling membantu
dan bekerja sama.
8. A. Manusia sebagai khalifah, maka manusia harus bisa mengay-
omi alam ini, dengan memperhatikan kebutuhan mereka, men-
jaga mereka.
9. C. Pengerahan segenap kesanggupan dari seorang ahli fiqih
atau mujtahid untuk memperoleh pengertian tingkat dhann terh-
adap sesuatu hukum syara’ (hukum Islam).
10. C. Istihsan, qiyas dan ijma

TES NORMATIVE 2
1. A. tanah
2. C. nabi adam
3. C. manusia adalah makhluk sosial
4. B. manusia merupakan makhluk yang membutuhkan hal-hal
yang bersifat psikologis, ilmu dan spiritual
5. C. jasmani manusia
6. C. hati
7. C. mudah berkeluh kesah

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 49


8. A. hawa nafsu
9. A. Dorongan-dorongan alamiah manusia yang bersifat jasmani
maupun nafsu yang bersifat maknawi
10. C. Salah satu peralatan rohaniah manusia yang berfungsi untuk
mengingat, menyimpulkan, menganalisis, menilai apakah sesuai
benar atau salah
11.

50 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


DAFTAR PUSTAKA

Hamka, Tafsir Al Azhar, Pustaka Nasional Pte Ltd Singapura, 1990


Agus Sholahudin, Agus Suyadi, Ulumul Hadis. Bandung: Pustka Se-
tia, 2009
Amin, Muhammad Suma, Ulumul Quran. Jakarta: Rajawali Press,
2013
Anwar, Rosihan, Ulmul Quran, Bandung: Pustaka Setia, 2013
Ash-Shiddieqy, T. M Hasbi, Pengantar Ilmu Fiqih. Semarang: Pusta-
ka Rizki Utama, 1999Penerbirt pustaka, 1984
Basri, Rusdaya. Ushul fikih 1. Pare-pare: IAIN Parepare Nusantara
Press, 1999
Hasan, Ahmad. Terj. Agah Garnadi. Pintu Ijtihad Sebelum ditutup.
Bandung: Pustaka, 1984
Ilyas, Yunahar. Kuliah Aqidah Islam. Yogyakarta: LPPI UMY, 2011
Kaelany HD. Islam Agama Universal. Jakarta: Midada Rahma
Press, 2015.
Mu’allim, Amir. Ijtihad Suatu Contoversi: Antara Teori Dan Fungsi.
Jakarta: Titian Ilahi Press, 1997
Qardhawy, Yusuf. Terj. Muhammad Zaky. Membumikan Syariat Is-
lam. Surabaya: Dunia Ilmu, 1997.
Qaththan, Manna al, terj. Mifadhol Abdurrahman. Pengatar Studi
Ilmu Hadis. Jakarta: Pustaka al-Kausar, 2005.
Rahaman, Fazlur. Terj. Anas Mahyudin. Tema Pokok Al-Quran.
Bandung: Pustaka, 1979.
_____________. Terj. Anas Muhyidin. Membuka Pintu Ijtihad. Band-
ung: Pustaka. 1995
Saefuddin, A M. Ijtihad Politik Cendekiawan Muslim. Jakarta: Gema
Insani Press, 1996.
Syaltut, Muhammad. Al-Islam, Aqidah wa Syariah. T.kp. Darul Ka-
lam. 1996.
Wasik, Moh. Ali. “Islam Agama Semua Nabi” dalam Perspektif Al-
Qur’an”. ESENSIA: Jurnal Ilmu-Ilmu Ushuluddin. Yogyakarta: UIN Su-
nan Kalijaga. 2016
Zaini, Syahminan. Hakekat Agama dalam Kehidupan Manusia.
Surabaya: Al-Ikhlas, 1999.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 51


52 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)
MODUL 3
PERJALANAN HIDUP MANUSIA
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.Pd.I

Pendahuluan

Kehidupan manusia merupakan perjalanan panjang, melelahkan,


penuh lika-liku, dan melalui tahapan demi tahapan. Berawal dari alam
arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, sampai pada alam akh-
irat yang berujung pada tempat persinggahan terakhir bagi manusia,
surga atau neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan setiap
fase dari perjalanan panjang manusia itu.
Al-Quran diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad berfungsi untuk
memberikan pedoman bagi umat manusia tentang perjalanan (rihlah)
tersebut. Suatu rihlah panjang yang akan dilalui oleh setiap manusia,
tanpa kecuali. Manusia yang diciptakan Allah dari tidak ada menjadi
ada akan terus mengalami proses panjang sesuai rencana yang telah
ditetapkan Allah.
Dalam modul ini kita akan mengkaji perjalanan hidup manusia dari
alam ruh hingga Hari Akhirat, ragam orientasi hidup manusia, tujuan
dan fungsi penciptaan manusia, dan hidup sukses dalam pandangan
al-Quran. Setelah menguasai modul ini, mahasiswa dapat memahami
dan menjelaskan:
• Perjalanan hidup manusia dari alam ruh hingga Hari Akhirat
• Ragam orientasi hidup manusia
• Tujuan dan fungsi penciptaan manusia
• Hidup sukses dalam pandangan al-Quran
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Perjalanan hidup manusia dari alam ruh
hingga Hari Akhirat, dan ragam orientasi hidup manusia
2. Kegiatan belajar 2 : Tujuan dan fungsi penciptaan manusia, dan
hidup sukses dalam pandangan al-Quran.

53
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
• Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya.
• Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada.
• Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar.
• Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga menjadi ilmu yang bermanfaat”

54 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh Hingga


hari Akhirat, Ragam Orientasi Hidup Manusia

A. Perjalanan Hidup Manusia dari Alam Ruh hingga Hari


Akhirat

Allah berfirman: “Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu


tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dima-
tikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu
dikembalikan?”(QS. Al-Baqarah: 28).
Ayat tersebut menjelaskan tentang perjalanan hidup manusia yang
berawal dari tidak ada hingga Allah bangkitkan kembali. Tidak ada ma-
nusia yang ada dengan sendirinya atau terbebas dari kematian, karena
semua harus melalui proses yang telah ditetapkan oleh Allah. Banyak
ilmuwan yang berusaha untuk menghalangi ketuaan dan kematian,
akan tetapi hasilnya juga sama. Mereka tidak juga dapat menemukan
jalannya. Hal ini karena Allah pada dasar penciptaan manusia telah
menetapkan bahwa Allah tidak akan membuat obat yang bisa mengha-
langi serta mengundurkan ketuaan dan kematian. Jaringan sel manusia
dalam organ tubuhnya telah dibuat langsung oleh Allah mulai dari tum-
buh kembang, lalu memiliki kekuatan, dan akhirnya menemui ketuaan
yang disusul dengan kematian yang pasti akan terjadi. Selamanya tidak
akan bisa lari dari keduanya, sekalipun ilmu pengetahuan berkembang
pesat dan teknologi kian modern sampai mencapai puncaknya yang
paling tinggi yang bisa diraih akal pikiran manusia (Al-Shufi, 2008: 18).
Dalam perjalanan hidupnya manusia akan melalui beberapa tahap
perjalanan hingga akhirnya mendapat kemenangan bertemu dengan
Allah di surga atau terpuruk di lembah neraka. Berikut tahapan-taha-
pannya:

55
1. Alam Arwah
Manusia merupakan makhluk terakhir yang diciptakan Allah setelah
sebelumnya Allah telah menciptakan makhluk lain seperti malaikat, jin,
bumi, langit dan seisinya. Allah menciptakan manusia dengan diper-
siapkan untuk menjadi makhluk yang paling sempurna. Karena, ma-
nusia diciptakan untuk menjadi khalifah (pemimpin) di muka bumi dan
memakmurkannya.
Persiapan pertama, Allah mengambil perjanjian dan kesaksian dari
calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia yang berada di alam arwah. Allah
mengambil sumpah kepada mereka sebagaimana disebutkan dalam
Al-Quran: “Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan
anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian ter-
hadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhanmu?”
Mereka menjawab: “Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi.”
(Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak men-
gatakan: “Sesungguhnya kami (Bani Adam) adalah orang-orang yang
lengah terhadap ini (keesaan Tuhan).” (QS. Al-Araf: 172).
Dengan kesaksian dan perjanjian ini maka seluruh manusia lahir ke
dunia sudah memiliki nilai, yaitu nilai fitrah beriman kepada Allah dan
agama yang lurus. “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan ma-
nusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah. (Itulah)
agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” (QS.
Ar-Ruum: 30). Rasulullah bersabda: “Setiap anak dilahirkan secara fi-
trah. Maka kedua orang tuannya yang menjadikan Yahudi atau Nashra-
ni atau Majusi.” (HR Bukhari)

2. Alam Rahim

Rihlah pertama yang akan dilalui manusia adalah kehidupan di alam


rahim: 40 hari berupa nutfah, 40 hari berupa alaqah (gumpalan darah),
dan 40 hari berupa mudghah (gumpalan daging), kemudian ditiupkan
ruh dan jadilah janin yang sempurna. Setelah kurang lebih sembilan
bulan, maka lahirlah manusia ke dunia.
Allah berfirman: “Hai manusia, jika kamu dalam keraguan tentang
kebangkitan (dari kubur), maka (ketahuilah) sesungguhnya Kami telah
menjadikan kamu dari tanah, kemudian dari setetes mani, kemudian
dari segumpal darah, kemudian dari segumpal daging yang sempur-
na kejadiannya dan yang tidak sempurna, agar Kami jelaskan kepa-
da kamu dan Kami tetapkan dalam rahim, apa yang Kami kehendaki

56 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


sampai waktu yang sudah ditentukan, kemudian Kami keluarkan kamu
sebagai bayi, kemudian (dengan berangsur-angsur) kamu sampailah
kepada kedewasaan, dan di antara kamu ada yang diwafatkan dan
(ada pula) di antara kamu yang dipanjangkan umurnya sampai pikun,
supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang dahulunya telah
diketahuinya. Dan kamu lihat bumi ini kering, kemudian apabila tel-
ah Kami turunkan air di atasnya, hiduplah bumi itu dan suburlah dan
menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah.” (Al-
Hajj: 5)
Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya seseorang dari kalian dikum-
pulkan penciptaannya di perut ibunya 40 hari nutfah, kemudian alaqoh
selama hari yang sama, kemudian mudghoh selama hari yang sama.
Kemudian diutus baginya malaikat untuk meniupkan ruh dan ditetap-
kan 4 kalimat; ketetapan rizki, ajal, amal, dan sengsara atau bahagia.”
(HR Bukhari dan Muslim)
Seluruh manusia di dunia apapun kondisi sosialnya diingatkan ten-
tang awal kejadiannya yang berasal dari benda yang hina, yaitu sper-
ma lelaki dan sel telur wanita. Manusia sebelumnya belum dikenal, be-
lum memiliki kemuliaan dan kehormatan. Lalu apakah manusia akan
bangga, congkak, dan sombong dengan kondisi sosial yang dialami
sekarang jika mengetahui asal muasal mereka?
Setelah mencapai 6 bulan sampai 9 bulan atau lebih, dan pers-
yaratan untuk hidup normal sudah lengkap, seperti indra, akal, dan
hati, maka lahirlah manusia ke dunia dalam keadaan telanjang. Belum
bisa apa-apa dan tidak memiliki apa-apa.
3. Alam Dunia

Di dunia perjalanan manusia melalui proses panjang. Dari mulai bayi


yang hanya minum air susu ibu lalu tubuh menjadi anak-anak, rema-
ja dan baligh. Selanjutnya menjadi dewasa, tua dan diakhiri dengan
meninggal. Proses ini tidak berjalan sama antara satu orang dengan
yang lainnya. Kematian akan datang kapan saja menjemput manusia
dan tidak mengenal usia. Sebagian meninggal saat masih bayi, seba-
gian lagi saat masa anak-anak, sebagian yang lain ketika sudah remaja
dan dewasa, sebagian lainnya ketika sudah tua bahkan pikun.
Di dunia inilah manusia bersama dengan jin mendapat taklif (tugas)
dari Allah, yaitu ibadah. Dan dalam menjalani taklifnya di dunia, manu-
sia dibatasi oleh empat dimensi; dimensi tempat, yaitu bumi sebagai
tempat beribadah; dimensi waktu, yaitu umur sebagai sebuah kesem-
patan atau target waktu beribadah; dimensi potensi diri sebagai modal

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 57


dalam beribadah; dan dimensi pedoman hidup, yaitu ajaran Islam yang
menjadi landasan amal.
Allah telah melengkapi manusia dengan perangkat pedoman hidup
agar dalam menjalani hidupnya di muka bumi tidak tersesat. Allah telah
mengutus rasulNya, menurunkan wahyu Al-Quran dan hadits sebagai
penjelas, agar manusia dapat mengaplikasikan pedoman itu secara
jelas tanpa keraguan. Sayangnya, banyak yang menolak dan ingkar
terhadap pedoman hidup tersebut. Banyak manusia lebih memper-
turutkan hawa nafsunya ketimbang menjadikan Al-Quran sebagai pe-
tunjuk hidup, akhirnya mereka sesat dan menyesatkan.
Maka, orang yang bijak adalah orang yang senantiasa mengukur ke-
terbatasan-keterbatasan dirinya untuk sebuah produktifitas yang tinggi
dan hasil yang membahagiakan. Orang-orang yang beriman adalah
orang-orang yang senantiasa sadar bahwa detik-detik hidupnya adalah
karya dan amal shalih. Kehidupannya di dunia sangat terbatas sehing-
ga tidak menyia-nyiakannya untuk hal-hal yang sepele, remeh apalagi
perbuatan yang dibenci (makruh) dan haram.
Dunia dengan segala kesenangannya merupakan tempat ujian bagi
manusia. Apakah yang dimakan, dipakai, dan dinikmati sesuai dengan
aturan Allah atau menyimpang dari ajaran-Nya? Apakah segala fasili-
tas yang diperoleh manusia dimanfaatkan sesuai perintah Allah atau ti-
dak? Dunia merupakan medan ujian bagi manusia, bukan medan untuk
pemuas kesenangan sesaat. Rasulullah memberikan contoh bagaima-
na hidup di dunia. Ibnu Masud menceritakan bahwa Rasulullah tidur di
atas tikar, ketika bangun ada bekasnya. Maka kami bertanya: “Wahai
Rasulullah, bagaimana kalau kami sediakan untukmu kasur.” Rasulu-
lah bersabda: “Untuk apa (kesenangan) dunia itu? Hidup saya di dunia
seperti seorang pengendara yang berteduh di bawah pohon, kemudian
pergi dan meninggalkannya.” (HR At-Tirmidzi)
Perjalanan hidup manusia di dunia akan berakhir dengan kematian.
Semuanya akan mati, apakah itu pahlawan ataukah selebriti, orang
beriman atau kafir, pemimpin atau rakyat, kaya atau miskin, tua atau
muda, lelaki atau perempuan. Mereka akan meninggalkan segala
sesuatu yang telah dikumpulkannya. Semua yang dikumpulkan oleh
manusia tidak akan berguna, kecuali amal shalihnya berupa sedekah
yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang shalih. Kematian
adalah penghancur kelezatan dan gemerlapnya kehidupan dunia. Ke-
matian bukanlah akhir kesudahan manusia, bukan pula tempat istirahat
yang panjang. Tetapi, kematian adalah akhir dari kehidupannya di dun-
ia dengan segala yang telah dipersembahkannya dari amal perbuatan
untuk kemudian melakukan rihlah atau perjalanan hidup berikutnya.

58 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Bagi orang beriman, kematian merupakan salah satu fase dalam ke-
hidupan yang panjang. Batas akhir dari kehidupan dunia yang pendek,
sementara, melelahkan, dan menyusahkan untuk menuju akhirat yang
panjang, kekal, menyenangkan, dan membahagiakan. Di surga penuh
dengan kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar
oleh telinga, dan belum terlintas oleh pikiran manusia. Sementara bagi
orang kafir, berupaya menghindar dari kematian dan ingin hidup di dun-
ia 1.000 tahun lagi. Tetapi, sikap itu adalah sia-sia. Utopia belaka. Kare-
na, kematian pasti datang menjumpainya. Suka atau tidak suka.
4. Alam Barzakh

Fase berikutnya manusia akan memasuki alam kubur atau alam bar-
zakh. Di sana mereka tinggal sendiri. Yang akan menemaninya adalah
amal mereka sendiri. Kubur adalah taman dari taman-taman surga atau
lembah dari lembah-lembah neraka. Manusia sudah akan mengetahui
nasibnya ketika mereka berada di alam barzakh. Apakah termasuk ahli
surga atau ahli neraka. Jika seseorang menjadi penghuni surga, maka
dibukakan baginya pintu surga setiap pagi dan sore. Hawa surga akan
mereka rasakan. Sebaliknya jika menjadi penghuni neraka, pintu ner-
aka pun akan dibukakan untuknya setiap pagi dan sore dan dia akan
merasakan hawa panasnya neraka.
Al-Barra bin Azib menceritakan hadits yang panjang yang diriwayat
Imam Ahmad tentang perjalanan seseorang setelah kematian. Seorang
mukmin yang akan meninggal dunia disambut ceria oleh malaikat den-
gan membawa kafan surga. Kemudian datang malaikat maut duduk
di atas kepalanya dan memerintahkan ruh yang baik untuk keluar dari
jasadnya. Selanjutnya disambut oleh malaikat dan ditempatkan di kain
kafan surga dan diangkat ke langit. Penduduk langit dari kalangan
malaikat menyambutnya, sampai di langit terakhir bertemu Allah dan
Allah memerintahkan pada malaikat: “Catatlah kitab hambaku ke da-
lam illiyiin dan kembalikan kedunia.” Maka dikembalikan lagi ruh itu
ke jasadnya dan datanglah dua malaikat yang bertanya: Siapa Tuhan-
mu? Apa agamamu? Siapa lelaki yang diutus kepadamu? Siapa yang
mengajarimu? Hamba yang beriman itu dapat menjawab dengan baik.
Maka kemudian diberi alas dari surga, mendapat kenikmatan di kubur
dengan selalu dibukakan baginya pintu surga, dilapangkan kuburnya,
dan mendapat teman yang baik dengan wajah yang baik, pakaian yang
baik, dan aroma yang baik. Lelaki itu adalah amal perbuatannya.
5. Alam Akhirat (Hari Akhir)

Dan rihlah berikutnya adalah kehidupan di hari akhir dengan sega-


la rinciannya. Kehidupan hari akhir didahului dengan terjadinya Kia-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 59


mat, berupa kerusakan total seluruh alam semesta. Peristiwa setelah
kiamat adalah mahsyar, yaitu seluruh manusia dari mulai nabi Adam
sampai manusia terakhir dikumpulkan dalam satu tempat. Di sana ma-
nusia dikumpulkan dalam keadaan tidak beralas kaki, telanjang, dan
belum dikhitan. Saat itu matahari sangat dekat jaraknya sekitar satu
mil, sehingga mengalirlah keringat dari tubuh manusia sesuai dengan
amalnya. Ada yang sampai pergelangan kaki, ada yang sampai lutut,
ada yang sampai pusar, ada yang sampai dada, bahkan banyak yang
tenggelam dengan keringatnya.
Dalam kondisi yang berat ini manusia berbondong-bondong men-
datangi para nabi untuk meminta pertolongan dari kesulitan yang maha
berat itu. Tetapi semuanya tidak ada yang dapat menolong. Dan ter-
akhir, hanya Rasulullah yang dapat menolong mereka dari kesulitan
mahsyar. Rasulullah sujud di haribaan Allah. di bawah Arasy dengan
memuji-muji-Nya. Kemudian Allah berfirman: “Tegakkan kepalamu,
mintalah niscaya dikabulkan. Mintalah syafaat, pasti diberikan.” Kemu-
dian Rasululullah mengangkat kepalanya dan berkata: “Ya Rabb, uma-
tku.” Dan dikabulkanlah pertolongan tersebut dan selesailah mahsyar
untuk kemudian melalui proses berikutnya.
Peristiwa berikutnya adalah hisab (perhitungan amal) dan mizan
(timbangan amal) bagi manusia. Ada yang mendapatkan proses hisab
dengan cara susah-payah karena dilakukan dengan sangat teliti dan
rinci. Sebagian yang lain mendapatkan hisab yang mudah dan hanya
sekadar formalitas. Bahkan sebagian kecil dari orang beriman bebas
hisab.
Di antara pertanyaan yang akan diberikan pada manusia di hari His-
ab terkait dengan masalah prinsip dalam hidupnya. Rasulullah bers-
abda: “Tidak akan melangkah kaki anak Adam di hari kiamat sehingga
ditanya 5 hal di sisi Allah: tentang umurnya untuk apa dihabiskan, ten-
tang masa mudanya untuk apa digunakan, tentang hartanya dari mana
mencarinya, dan ke mana menginfakkannya, dan apa yang diamalkan
dari ilmunya.” (HR At-Tirmidzi). Di masa ini juga dilakukan proses qi-
shash, orang yang dizhalimi meng-qishash orang yang menzhalimi.
Kejadian selanjutnya manusia harus melalui shirath, yaitu sebuah
jembatan yang sangat tipis dan mengerikan karena di bawahnya ner-
aka jahanam. Semua manusia akan melewati jembatan ini dari mulai
yang awal sampai yang akhir. Shirath ini lebih tipis dari rambut dan
lebih tajam dari pedang. Kemampuan manusia melewati jembatan itu
sesuai dengan amalnya di dunia. Ada yang lewat dengan cepat seper-
ti kecepatan kilat, ada yang lewat seperti kecepatan angin, ada yang
lewat seperti kecepatan burung, tetapi banyak juga yang berjalan mer-

60 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


angkak, bahkan mayoritas manusia jatuh ke neraka jahanam.
Bagi orang-orang yang beriman, akan minum telaga Rasulullah yang
disebut Al-Kautsar. Rasulullah bersabda: “Telagaku seluas perjalanan
sebulan, airnya lebih putih dari susu, aromanya lebih wangi dari misik,
dan gayungnya sebanyak bintang di langit. Siapa yang meminumnya,
maka tidak akan pernah haus selamanya.” (Muttafaqun alaihi)
6. Surga dan Neraka

Pada fase yang terakhir dari rihlah manusia di hari akhir adalah se-
bagian mereka masuk surga dan sebagian masuk neraka. Surga tem-
pat orang-orang bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir. Kedua
tempat tersebut sekarang sudah ada dan disediakan. Bahkan, surga
sudah rindu pada penghuninya untuk siap menyambut dengan se-
baik-baiknya sambutan. Neraka pun sudah rindu dengan penghuninya
dan siap menyambut dengan hidangan neraka. Al-Quran dan Sunnah
telah menceritakan surga dan neraka secara detail. Penyebutan ini
agar menjadi pelajaran bagi kehidupan manusia tentang persinggahan
akhir yang akan mereka diami.
Orang-orang kafir, baik dari kalangan Yahudi, Nashrani mau-
pun orang-orang musyrik, jika meninggal dunia dan tidak bertobat,
maka tempatnya adalah neraka. Neraka adalah tempat penuh den-
gan siksaan. Percikan apinya jika ditaruh di dunia dapat membakar
semua penghuni dunia. Minuman penghuni neraka adalah nanah dan
makanannya zaqum (buah berduri). Manusia di sana tidak hidup kare-
na penderitaan yang luar biasa, dan juga tidak mati karena jika mati
akan hilang penderitaannya.
Orang-orang beriman akan mendapatkan surga karena kesabaran
mereka. Dalam surga mereka duduk-duduk bersandar di atas dipan,
tidak merasakan panas teriknya matahari dan dingin yang sangat.
Mereka dinaungi pohon-pohon surga dan buahnya sangat mudah un-
tuk dipetik. Mereka juga mendapatkan bejana-bejana dari perak dan
piala-piala minuman yang sangat bening. Mereka akan minum minu-
man surga yang rasanya sangat nikmat seperti minuman jahe yang
didatangkan dari mata air surga bernama Salsabila. Di surga juga ada
banyak sungai yang berisi beraneka macam minuman, sungai mata air
yang jernih, sungai susu, sungai khamr, dan sungai madu.
Penghuni surga akan dilayani oleh anak-anak kecil yang jika dilihat
sangat indah bagaikan mutiara yang bertaburan. Surga yang penuh
dengan kenikmatan dan kerajaan yang besar. Orang beriman di surga
memakai pakaian sutra halus berwarna hijau dan sutra tebal, juga me-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 61


makai gelang terbuat dari perak dan emas. Allah memberikan minuman
kepada mereka minuman yang bersih.
Dan yang tidak kalah nikmatnya yaitu istri-istri dan bidadari surga.
Mereka berwarna putih bersih berseri, bermata bulat, pandangannya
pendek, selalu gadis sebaya belum pernah disentuh manusia dan jin.
Tidak mengalami haidh, nifas, dan buang kotoran. Puncak dari semua
kenikmatan di surga adalah melihat Sang Pencipta, Allah yang Maha
Indah, Sempurna, dan Perkasa, sebagaimana manusia dapat melihat
bulan di saat purnama.
Allah akan memasukkan hamba—Nya ke dalam surga dengan rah-
mat-Nya, dan surga adalah puncak dari rahmat-Nya. Allah Taala akan
memasukan hamba-Nya ke dalam rahmat (surga) berdasarkan rah-
mat-Nya juga. Disebutkan dalam hadits shahih: “Sesungguhnya Allah
Taala memiliki 100 rahmat. Diturunkan (ke dunia) satu rahmat untuk jin,
manusia, dan binatang. Dengan itu mereka saling simpati dan kasih
sayang. Dengan satu rahmat itu pula binatang buas menyayangi anak-
nya. Dan Allah menyimpan 99 rahmat bagi hamba-Nya di hari kiamat.”
(Muttafaqun alaihi) .
Maka, sejatinya nikmat surga itu jauh dari apa yang dibayangkan ma-
nusia. Rasulullah saw. bersabda: “Allah berfirman, “Aku telah siapkan
bagi hambaKu yang shalih sesuatu yang belum dilihat mata, belum
didengar telinga, dan belum terlintas pada hati manusia” (Muttafaqun
alaihi) (Santoso, 2007).

A. Ragam Orientasi Hidup Manusia


Orientasi berarti pandangan yang mendasari pikiran, perhatian atau
kecenderungan. Manusia sebagai khalifatullah menempati posisi gan-
da (double position) di ruang publik yang sangat luas, mengelokkan
dan menggiurkan siapapun yang memandangnya secara makro. Di
satu sisi manusia merupakan agen pencerahan, namun pada saat ber-
samaan ia justru menjadi agen kerusakan. Gambaran ini menunjukkan
konsekuensi manusia sebagai salah satu makhluk Allah yang dikaruni-
ai beberapa potensi, secara tidak langsung menghantarkan kesadaran
manusia akan keAgungan Allah dan keterbatasan hamba-Nya sebagai
makhluk-Nya. Untuk itu diperlukan penyikapan yang tegas dalam men-
empuh perjalanan hidup ini, agar kehidupan dapat mendapat manfaat
bagi dirinya dan orang lain, sehingga dapat memperoleh kebahagiaan
dan keselamatan hidup di dunia maupun akhirat.
Ada dua hal yang harus diperhatikan oleh setiap orang untuk men-

62 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


yikapi orientasi hidup, yaitu:
1. Orientasi hidup yang salah

Sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran QS. Al-Baqarah ayat 200


menyebutkan bahwa ada di antara manusia yang orientasi hidupnya di
dunia hanya mengejar kenikmatan duniawi, sehingga ia lupa bahkan
tidak pernah memikirkan nasib hidupnya di akhirat kelak. Hal ini sesuia
dengan firmn Allah dalam QS. Al-Baqarah ayat 200.
Yang Artinya: “Apabila kamu telah menyelesaikan ibadah hajimu,
maka berdzikirlah dengan menyebut Allah, sebagaimana kamu menye-
but-nyebut (membangga-banggakan) nenek moyangmu, atau (bahkan)
berdzikirlah lebih banyak dari itu. Maka di antara manusia ada orang
yang bendoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami (kebaikan) di dunia”, dan
tiadalah baginya bahagian (yang menyenangkan) di akhirat”.
Obsesinya hanya mengejar kenikmatan dunia, baik berupa wanita,
anak, harta benda (seperti : emas, perak, kendaraan, binatang ternak,
sawah, ladang dll), karena kenikmatan dunia itu merupakan daya tar-
ik bagi mereka. Oleh karena itu, mereka tidak memperdulikan waktu
lagi, dimana siang dan malam hanya digunakan untuk mengejar dan
memperbanyak kesenangan hidup. Hal ini sesuai dengan firman Allah
dalam QS. Ali Imran ayat 14. Yang Artinya: ”Dijadikan indah pada (pan-
dangan) manusia kecintaan pada apa-apa yang diingini, yaitu : wani-
ta-wanita, anak-anak harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda
pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan
hidup di dunia, dan di sisi Allah lah tempat kembali yang baik (surga)”.
Bertambahnya ambisi untuk memperbanyak kesenangan hidup dun-
iawi manakala melihat orang lain memiliki kekayaan di atas dirinya. Hal
ini dapat dipahami dari perilaku teman-teman Qarun di saat melihat ke-
megahan Qarun. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Qashshash
ayat 76. Yang Artinya : “Maka keluarlah Qarun pada kaumnya dalam
kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan
dunia: “moga-moga kiranya kita mempempunyai seperti apa yang tel-
ah diberikan kepada Qarun, sesungguhnya ia benar-benar mempunyai
keberuntungan yang besar”.
Ayat ini menjelaskan dan mengingatkan pada seluruh manusia
tentang Qarun ketika keluar dari istananya dengan diiring-iringi pa-
sukan keamanan yang lengkap, terdiri dari pengawal, hamba saha-
ya, orang-orang sebagai kaki tangannya, para kerabatnya, istri dan
dayang-dayangnya, anak keturunannya. Hal ini dilakukan dengan tu-
juan untuk memperlihatkan kemegahannya kepada kaumnya. Dalam

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 63


kondisi demikian, sebagian di antara manusia ada yang berdoa dan
berkeinginan agar kehidupan didunianya seperti yang diberikan oleh
karun.
Di zaman modern ini, banyak manusia yang tertuntut untuk meng-
umpulkan dan menumpuk harta sebanyak-banyaknya agar bisa hid-
up layak dan tenang menghadapi masa depan diri dan anak cucun-
ya. Mereka tidak peduli lagi dari mana harta didapatkan. Hal ini sesuai
dengan sabda Rasulullah saw: “Akan datang suatu masa, orang-orang
tidak peduli dari mana harta dihasilkan, apakah dari jalan yang halal
atau dari jalan yang haram.”(HR. Bukhari).
Mereka yang orientasinya hanya kesenangan dunia tersebut sudah
tidak pernah peduli dengan kaidah Rabbani dalam mencapai tujuan
mencari harta. Maka hendaknya mereka memeriksa kembali aqidah
mereka dimana mereka telah menjadikan dinar dan dirham (uang) se-
bagai tuhannya dan tidak mengindahkan peraturan Allah agar mere-
ka tidak terjerumus ke dalam kesengsaraan dunia dan akhirat, karena
Rasulullah saw bersabda: “Celakalah hamba dinar, celakalah hamba
dirham, dan celakalah hamba pakaian.”(HR. Bukhari).
Mereka bukan lagi hamba Allah yang patuh dan tunduk dengan per-
intah-Nya, karena tautan hati mereka terhadap harta menyamai bah-
kan melebihi hubungan mereka terhadap Allah, bila berbenturan antara
keuntungan niaga dengan syariat Allah niscaya perintah Allah mereka
kesampingkan.
Mereka tidak meyakini lagi rezeki mereka berasal dari Allah, mereka
mengira bahwa pencapaian-pencapaian dunia mereka murni keahlian
mereka, mereka berujar seperti ucapan Qarun dalam firman Allah QS.
Al-Qashshash ayat 78: “Qarun berkata: “Sesungguhnya aku hanya
diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.”(Tarmizi, 2019: 27).
2. Orientasi hidup yang benar
Allah tidak menghendaki kehidupan di dunia yang dilakukan oleh
manusia sangat memberatkan, bahwa sebaliknya yang dikehendaki
Allah adalah kehidupan yang mudah. Untuk itu Allah memberi petunjuk
kepada mereka pada jalan yang harus dilaluinya, sebagaimana firman
Allah dalam QS.Al-Baqarah ayat 256.
Artinya : “Tidak ada paksaan untuk (memasuki ) agama (islam); se-
sungguhnya telah jelas jalan yang benar daripada jalan yang sesat,
karena itu barang siapa yang ingkar kepada thaghut (syaitan dan apa
saja yang disembah selain Allah) dan beriman kepada Allah, maka se-
sungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang amat kuat yang

64 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


tidak akan putus. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Ayat ini dengan jelas bahwa Allah telah menunjukkan jalan ke-
hidupan yang dilalui oleh setiap manusia, yaitu jalan menuju kebenaran
dan jalan menuju kesesatan. Di antara kedua jalan ini, Allah memper-
tegaskan perbedaannya, begitu juga dengan konsekwensi bagi setiap
manusia yang menempuh jalan ini.
Siapapun orangnya yang mengikuti jalan yang benar, maka ia terma-
suk golongan orang-orang yang cerdas. Salah satu indikatornya adalah
mampu memanfaatkan potensi- potensi pemberian Allah kepada dirin-
ya mana yang harus digunakan dan mana yang tidak harus digunakan,
sehingga membawa manfaat bagi dirinya dan orang-orang di sekelilin-
gnya. Di samping itu, dia selalu menghitung dan mempertimbangkan
secara cermat dan berhati-hati untung dan ruginya terhadap aktivitas
yang dilakukannya, karena dia memahami resiko yang dilakukannya
akan berdampak pada kehidupan di dunia, di alam kubur dan di alam
akhirat. Dia pun menyadari sepenuhnya bahwa apa yang  dilakukan
tidak akan terlewati oleh pantauan Allah yang tercatat secara rapi oleh
malaikat Raqib dan Atib yang bertugas mencatat amal perbuatanya,
dan di akhirat nanti harus dipertanggung jawaban.
Kehidupan dunia merupakan kehidupan sementara dan kehidupan
akherat adalah kehidupan abadi. Kehidupan sementara harus sejalan
dengan kehidupan abadi. Jika tidak, maka akan terjadi kerugian yang
nyata. Akhirat tentunya akan menjadi orientasi utama orang mukmin,
namun dia tidak akan menyia-nyiakan kehidupan dunianya. Ia akan
mengurus dan membangun dunianya sebaik-baiknya karena tugas dia
adalah menjadi khalifatullah dan agar bisa maksimal dalam beribadah,
karena ada banyak ibadah yang tidak bisa ditunaikan kecuali jika kita
memiliki harta seperti ibadah zakat, haji, umroh dan lainnya. Oleh kare-
na itu dia akan selalu berdoa agar diberikan kebaikan dunia dan akh-
irat sebagaimana firman-Nya: “Dan di antara mereka ada orang yang
berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan
di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” Mereka itulah orang-
orang yang mendapat bahagian daripada yang mereka usahakan; dan
Allah sangat cepat perhitungan-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 201-202).
Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk mengisi dan memanfaat-
kan kehidupan ini dengan sebaik-baiknya agar mendapatkan kebaha-
giaan dunia dan akhirat. Seorang muslim orientasi hidupnya adalah
menggapai kesuksesan akhirat dengan tidak lupa memakmurkan dun-
ianya untuk bisa maksimal dalam beribadah. Ada beberapa hal yang
bisa menunjang keberhasilan orientasi akhiratnya tersebut, yang paling
tidak meliputi tiga hal:

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 65


a. Orientasi kemanfaatan (kemaslahatan)
Manusia yang baik adalah manusia yang bisa menyibukkan diri
dengan hal-hal yang bermanfaat bagi dirinya baik di dunia maupun di
akhirat, serta memberi kemanfaatan (kemaslahatan) yang sebesar-be-
sarnya bagi orang lain. Oleh karena itu, segala potensi yang kita miliki
harus kita gunakan untuk memberi kemanfaatan kebaikan yang sebe-
sar-besarnya, bila ini yang dilakukan manusia, maka banyak persoalan
bisa kita pecahkan dan banyak kemajuan yang bisa kita capai. Namun,
yang amat kita sayangkan adalah banyak manusia yang belum bisa
memberi kemanfaatan kepada orang lain, bahkan dirinya sendiri saja
bermasalah. Oleh karena itu, segala bentuk kesia-siaan akan diting-
galkan oleh setiap mukmin yang ingin meraih keberuntungan dalam
kehidupannya di dunia dan akhirat. Allah berfirman: ”Sesungguhnya
beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu) orang-orang yang
khusyu’ dalam shalatnya. Dan orang-orang yang menjauhkan diri dari
(perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna”. (QS. Al-Muminun,
23:1-3)
b. Orientasi kepedulian

Sebagai muslim sudah pastinya harus memiliki rasa kepedulian.


Contohnya, kita membantu terhadap kesulitan hidup yang dialami
orang lain dan kita akan berusaha menjadi bagian dari solusinya. Mak-
sudnya yaitu apabila ada orang yang sedang kesulitan kita memban-
tunya agar kesulitan yang dialaminya dapat terselesaikan dengan ce-
pat. Inilah kebajikan yang harus kita tunjukkan dalam kehidupan nyata
agar mendapatkan kebajikan yang melimpah yang bisa dinikmati di
akhirat kelak, sebagaimana firman Allah:
”Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan, mereka itu-
lah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka itulah orang-orang
yang bertakwa”. (QS. Al-Baqarah, 2:177)
c. Orientasi kedisiplinan

Seorang Muslim senantiasa dituntut untuk disiplin dalam melak-

66 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


sanakan nilai-nilai kebenaran yang datang dari Allah dan telah dibimb-
ing dengan diturunkannya Al-Quran sebagai petunjuknya sehingga
bisa membedakan mana jalan hidup yang benar dan mana yang salah,
Allah SWT. berfirman: ”(beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan
Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) Al-Quran
sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai
petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil)”. (QS.
Al-Baqarah, 2:185)
Bagi orang mukmin, standar nilai yang harus diacu tentu saja sangat
jelas, yaitu wahyu. Apa yang diperintahkan oleh Allah pastilah baik dan
apa yang dilarang-Nya tentulah buruk. Apa yang menurut Allah benar
pastilah benar dan apa yang menurut-Nya salah tentulah salah. Oleh
karena itu dia akan disiplin melaksanakan perintah padawaktunya dan
menjauhi larangan, serta di akan secara tegas menolak segala yang
bertentangan dengan perintah Allah dan Rasul-Nya.

RANGKUMAN
Dalam perjalanan hidupnya manusia akan melalui beberapa tahap
perjalanan hingga akhirnya mendapat kemenangan bertemu dengan
Allah di surga atau terpuruk di lembah neraka. Tahapan-tahapan terse-
but adalah: alam arwah, alam rahim, alam dunia, alam barzakh, alam
akhirat, serta surga atau neraka. Surga adalah tempat orang-orang
bertakwa dan neraka tempat orang-orang kafir dan yang membang-
kang terhadap aturan Allah. Kedua tempat tersebut sekarang sudah
ada dan disediakan. Bahkan, surga sudah rindu pada penghuninya un-
tuk siap menyambut dengan sebaik-baiknya sambutan. Neraka pun su-
dah rindu dengan penghuninya dan siap menyambut dengan hidangan
neraka. Al-Quran dan Sunnah telah menceritakan surga dan neraka
secara detail. Penyebutan ini agar menjadi pelajaran bagi kehidupan
manusia tentang persinggahan akhir yang akan mereka diami.
Di antara manusia ada yang orientasi hidupnya di dunia hanya
mengejar kenikmatan duniawi, sehingga ia lupa bahkan tidak pernah
memikirkan nasib hidupnya di akhirat kelak. Ini adalah orientasi hidup
yang salah karena akan berujung kerugian yang abadi. Akhirat tentun-
ya menjadi orientasi utama orang mukmin, namun dia tidak akan meny-
ia-nyiakan kehidupan dunianya. Ia akan mengurus dan membangun
dunianya sebaik-baiknya karena tugas dia adalah menjadi khalifatullah
dan agar bisa maksimal dalam beribadah, karena ada banyak ibadah
yang tidak bisa ditunaikan kecuali jika kita memiliki harta seperti ibadah

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 67


zakat, haji, umroh dan lainnya. Oleh karena itu dia akan selalu berdoa
agar diberikan kebaikan dunia dan akhirat sebagaimana firman-Nya:
“Dan di antara mereka ada orang yang berdoa: “Ya Tuhan kami, berilah
kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami
dari siksa neraka.” Mereka itulah orang-orang yang mendapat baha-
gian daripada yang mereka usahakan; dan Allah sangat cepat perhitun-
gan-Nya.”(QS. Al-Baqarah: 201-202).

LATIHAN
1. Jelaskan tahapan-tahapan yang dilalui manusia dari alam ruh
hingga Hari Akhirat!
2. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang Allah mengambil per-
janjian dan kesaksian dari calon manusia, yaitu ruh-ruh manusia
yang berada di alam arwah!
3. Berapa lama proses yang dilalui manusia di alam rahim berupa
nutfah, alaqah, dan mudghah?
4. Apa yang dimaksud dengan alam barzakh?
5. Jelaskan tahapan alam akhirat yang dilalui manusia!
6. Apa yang dimaksud dengan orientasi?
7. Jelaskan macam-macam orientasi hidup manusia!
8. Sebutkan ayat yang menjelaskan orientasi hidup yang salah!
9. Sebutkan ayat yang menjelaskan orientasi hidup yang benar!
10. Jelaskan hubungan antara orientasi akhirat dan tugas manusia
di dunia!

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN


1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4, 5,) silahkan kaji
kembali perjalanan hidup manusia.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali ragam orientasi hidup manusia.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut tahapan-tahapan yang dilalui manusia, kecuali?

68 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


a. Alam arwah
b. Alam ghaib
c. Alam barzakh
2. Ayat yang menjelaskan tentang Allah mengambil perjanjian dan
kesaksian dari calon manusia di alam arwah adalah?
a. QS. Al-Anfal: 172
b. QS. Al-Anam: 172
c. QS. Al-Araf: 172
3. Apa yang dimaksud dengan nuthfah?
a. Air mani
b. Gumpalan darah
c. Gumpalan daging
4. Apa yang dimaksud dengan alaqah?
a. Air mani
b. Gumpalan darah
c. Gumpalan daging
5. Apa yang dimaksud dengan mudghah?
a. Air mani
b. Gumpalan darah
c. Gumpalan daging
6. Alam barzakh adalah?
a. Alam ghaib
b. Alam kubur
c. Alam arwah
7. Surga diperoleh dengan?
a. Amal ibadah
b. Amal thoat
c. Rahmat Allah
8. Arti orientasi hidup yaitu?
a. pegangan hidup
b. pandangan hidup
c. pedoman hidup
9. Ayat yang menjelaskan orientasi hidup yang salah adalah?
a. QS. Al-Baqarah: 200
b. QS. Al-Baqarah: 201
c. QS. Al-Baqarah: 202
10. Ayat yang menjelaskan orientasi hidup yang benar adalah?
a. QS. Al-Baqarah: 200
b. QS. Al-Baqarah: 201
c. QS. Al-Baqarah: 202

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 69


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x


100%
Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan;
• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

70 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 2

Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia, Hidup Suk-


ses dalam Pandangan Al-Quran

A. Tujuan dan Fungsi Penciptaan Manusia

Allah menciptakan segala sesuatu baik alam maupun manusia tiada


yang sia-sia, segalanya memiliki maksud dan tujuan. Sebagaimana fir-
man Allah: “Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami
menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak
akan dikembalikan kepada Kami?”(QS. Al-Mukminun: 115).
Dalam Surat Ali Imran ayat 191, Allah berfirman: “(yaitu) orang-orang
yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi
(seraya berkata): “Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini
dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa
neraka.” Dan dalam surat al-Anbiya ayat 16, Allah berfirman: “Dan ti-
daklah Kami ciptakan Iangit dan bumi dan segala yang ada di antara
keduanya dengan bermain-main.”
Kandungan ayat-ayat di atas menjelaskan bahwasanya Allah men-
ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada di antara keduanya itu ada-
lah dengan maksud dan tujuan yang mengandung hikmat (pelajaran).
Tidaklah maksud dan tujuan tersebut kecuali untuk kesempurnaan
makhluk bukan bagi kesempurnaan zatNya (Allah SWT). Oleh karena
itu, tujuan dari penciptaan, menyampaikan pada semua makhluk-Nya
akan kesempurnaan-Nya, tanpa manfaat bagiNya sehingga tidaklah
menjadikan perbuatan Allah sia-sia.
Adapun tujuan penciptaan manusia, terdapat beberapa ayat yang
memiliki indikasi tentang maksud atau tujuan penciptaan manusia, in-
dikasi tersebut antara lain termuat dalam ungkapan seperti; al-ibadah,
al-khilafah (khalifah) dan al-amanah. Ketiga ungkapan kata tersebut
tertuang dalam beberapa ayat al-Quran.

71
1. Al-Ibadah
Ungkapan kata al-Ibadah beserta musytaq-nya dalam al-Quran ter-
ulang sebanyak 275 kali (Abdul Baqiy, 1992.:560-565). Namun demiki-
an di sini hanya akan dipaparkan beberapa ayat yang paling relevan
dengan pokok kajian, yaitu:
1. QS. Al-Baqarah ayat 21: “Hai manusia, sembahlah Tuhanmu
yang telah menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertakwa.”
2. QS. Al-Dzariyat ayat 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan ma-
nusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.”
Ayat 21 dari surat al-Baqarah merupakan ajakan untuk mengham-
bakan diri hanya kepada Allah. Ayat-ayat sebelumnya menggambar-
kan beberapa kelompok manusia, yaitu kelompok orang-orang kafir
yang menolak hidayah dan kelompok orang-orang munafik yang ma-
sih dalam keadaan ragu-ragu. Lalu pada ayat ini manusia diajak untuk
memeluk agama tauhid, yaitu dengan menghambakan diri pada Allah,
Tuhan satu-satunya, tunduk serta mengikhlaskan diri pada-Nya. Kemu-
dian mereka diingatkan bahwa Allah-lah Tuhan yang telah mencipta,
mengatur urusan dengan sunnah-Nya serta menganugerahi mereka
hidayah dan jalan untuk bertaqarrub. Maka dari itu tidak ada yang layak
dan pantas untuk disembah selain Dia, sebab mensyarikatkan-Nya ha-
nya akan mendatangkan azab dan kehancuran. Lalu dijelaskan bahwa
penghambaan diri kepada-Nya serta sesuai dengan ketentuan yang
telah digariskan, dapat menghantarkan mereka kepada taqwa (Al-Mar-
aghiy, 2005: juz I/ 63).
Kemudian pada ayat 56 surat al-Dzariyat dijelaskan bahwa tujuan
hakiki dari penciptaan jin dan manusia adalah dalam rangka berubudi-
yah kepada-Nya. Pada ayat sebelumnya diungkapkan bagaimana
pengingkaran orang-orang Quraisy terhadap kerasulan Muhammad
bahwa mereka menuding bahwa Muhammad adalah tukang sihir dan
se- bagainya. Hal itu bukanlah sesuatu yang baru, karena umat-umat
sebelumnya juga berbuat serupa ketika menolak para nabi yang diutus.
Lalu Nabi Muhammad diajak untuk berpaling dari mereka serta hen-
daklah ia senantiasa berzikir, sebab itulah yang dapat mendatangkan
manfaat bagi kaum beriman.

2. Al-Khilafah

Lafaz al-khalifah dan yang semakna dengannya (al-khalifah, al-

72 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


khalaif dan alkhulafa) terulang dalam al-Quran sebanyak 9 kali, yaitu
dalam al-Quran Surat al-Baqarah ayat 30, surat al- Anam ayat 165,
surat al-Araf ayat 69 dan 74, surat Yunus ayat 14 dan 73,surat al-Namal
ayat 62, surat Fathir ayat 39 dan surat Shad ayat 26. (Abdul Baqiy,
1992.: 305). Dalam hal ini akan dikemukakan beberapa ayat yaitu:
1. QS. al-Baqarah ayat 30: “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman
kepada para Malaikat: “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan
seorang khalifah di muka bumi.” Mereka berkata: “Mengapa En-
gkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, pada-
hal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan men-
sucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya Aku meng-
etahui apa yang tidak kamu ketahui.”
2. QS. al-Anam ayat 165: “Dan Dia lah yang menjadikan kamu
penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebahagian
kamu atas sebahagian (yang lain) beberapa derajat, untuk men-
gujimu tentang apa yang diberikan-Nya kepadamu. Sesung-
guhnya Tuhanmu amat cepat siksaan-Nya dan sesungguhnya
Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Ayat 30 dari surat al-Baqarah adalah informasi bagi para malaikat
bahwa Allah menciptakan khalifah (Adam dan keturunannya) di muka
bumi. Ayat ini dan ayat-ayat sebelumnya mengungkapkan betapa ban-
yaknya nikmat yang dianugerahkan kepada manusia beriman, dima-
na mereka berpaling serta menghindarkan diri dari kemaksiatan dan
kekafiran sekaligus mengajak manusia lainnya menuju keimanan dan
ketaqwaan. Adapun ayat-ayat sesudahnya mengungkapkan bagaima-
na pertumbuhan manusia dalam bentuk dialog dan dis- kusi, dimana
semua itu menggambarkan rahasia dan hikmah yang agung.
Khalifah adalah pengganti Allah yang mengatur urusan-Nya di ten-
gah-tengah kehidupan manusia. Di samping itu khalifah juga dapat
dipahami sebagai “suatu regenerasi yang silih berganti dimana mereka
bertugas untuk memakmurkan dan mensejahterakan bumi” (al-Himshi,
2010: 6). Dengan demikian khalifah adalah hamba Allah yang ditugas-
kan untuk menjaga kemaslahatan dan kesejahteraan dunia.
Adanya “protes” Malaikat kepada Tuhan tentang pengukuhan Adam
sebagai khalifah adalah sebuah isyarat dan gambaran bahwa Adam
dan keturunannya memiliki keistimewaan yang khas. Namun satu hal
yang tidak dapat dipungkiri adalah bahwa di antara keturunan Adam
terdapat segolongan umat yang lari dari fitrahnya, dimana mereka
menyalahi kemaslahatan dan kebijaksanaan serta berbuat kerusakan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 73


dan onar di muka bumi. Namun demikian, Allah akan mengirimkan il-
ham (wahyu) agar mereka tunduk dan berserah kepada-Nya. Sehingga
dengan ikhtiar-nya, mereka mampu mengendalikan dan meminimalisir
kecendrungan negatif untuk berbuat kerusakan. Semua itu mengand-
ung hikmah yang sangat tinggi tentang keagungan dan kemahakua-
saan Sang Khaliq.
Pada ayat ini ditegaskan bahwa Allah akan menobatkan manusia
sebagai khalifah di muka bumi. Pengukuhan manusia sebagai khali-
fah ini mencakup khilafah (kepemimpinan) antar sesama mereka serta
khilafah terhadap makhluk lainnya di alam ini. Khilafah antar sesaman-
ya di antaranya adalah berupa penugasan Allah terhadap beberapa
hamba-Nya yang terpilih (nabi dan rasul) untuk menyampaikan syari-
at (wahyu) kepada manusia, juga menjadikannya sebagai pemimpin
bagi yang lain. Sedangkan khilafah manusia terhadap makhluk lainnya
adalah berupa pengendaliannya terhadap alam secara umum, baik di
darat, laut maupun di udara serta juga mencakup bagaimana pengen-
daliannya terhadap hewan, tumbuh-tumbuhan atau barang-barang
tambang yang tersimpan di dalam bumi. Dalam hal ini manusia dengan
kekuatan akalnya mengatur dan mengendalikan bumi sesuai dengan
sunnah yang digariskan. Namun demikian, tidak semua manusia dapat
menjalankan misi tersebut, karena di antara mereka banyak yang ber-
buat kerusakan serta menumpahkan darah, sehingga semua itu akan
menganggu stabilitas dan kemakmuran bumi. Namun di balik semua
itu terkandung hikmah yang cukup dalam akan kekuasaan dan keagun-
gan Sang Pencipta.
Adanya perusakan dan kemaksiatan serta pertumpahan darah di
bumi menimbulkan protes dari Malaikat, padahal mereka adalah makh-
luk yang taat serta senantiasa mensucikan dan mengagungkan Allah.
Maka Allah menjawab banyak hal yang tidak dapat mereka ketahui di
balik semua ciptaan-Nya, sebab Dia menciptakan alam ini penuh den-
gan hikmah, rahasia dan kesempurnaan yang tidak dapat diketahui
oleh semua makhluk. (Al-Maraghiy, 2005: juz 1/ 77-81).
QS al-Baqarah/2 ayat 30 ini adalah informasi awal tentang akan
dinobatkannya manusia sebagai khalifah, sedangkan QS al-Anam/ 6
ayat 165 adalah penobatan dan pengukuhan manusia sebagai khali-
fah. Ayat-ayat sebelumnya berbicara dalam konteks pokok-pokok ag-
ama (ushul al-din), yaitu penolakan terhadap aqidah orang-orang mu-
syrik serta pengingkaran terhadap kemaksiatan. Kemudian dijelaskan
bahwa millah Muhammad adalah melanjutkan millah Ibrahim sebel-
umnya. Shalat, seluruh penghambaan serta hidup dan matinya hanya
untuk dan karena Allah. Tidaklah pantas bagi seseorang untuk meng-

74 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


hambakan diri kepada yang lain. Lalu ditegaskan lagi bahwa seseo-
rang akan menerima ganjaran sesuai dengan amal dan perbuatannya
masing-masing serta seseorang tidak akan mewarisi dosa atau pahala
orang lain.
Setelah itu, pada ayat ini Allah ungkapkan bahwa dia telah men-
gangkat manusia sebagai klalaif al-ardh, di mana mereka melanjutkan
kedudukan, pekerjaan dan kekuasaan orang-orang sebelumnya. Dalam
menjalankan khilafah tersebut, terdapat ibrah dan pelajaran berharga
bagi mereka yang mau merenungi dan mendalaminya. Kemudian Allah
mengangkat derajat sebagian mereka dari yang lainnya, sehingga ada
yang kaya dan ada yang miskin, ada yang kuat dan ada yang lemah
serta ada yang alim dan ada yang bodoh. Semua itu dimaksudkan se-
bagai ujian dan cobaan dimana kelak mereka akan memperoleh bal-
asan sesuai dengan amal dan perbuatan masing-masing. Itu semua
adalah sunnah yang digariskan Allah bagi kehidupan dunia. Kemudi-
an ditegaskan bahwa azab dan iqab Allah siap menanti bagi mereka
yang kafir, menolak kenabian (Muhammmad), melangar syariat serta
menyimpang dari sunnah yang telah diciptakan untuk kemaslahatan
dan kedamaian dunia. Azab itu akan berlaku baik di dunia maupun di
akhirat. Azab dunia adalah seperti kecelakaan dan kehancuran, akal
yang tidak berfungsi untuk kebaikan, tidak punya harga diri, kehilangan
harta, keresahan dan lain-lain sebagainya.
Kemudian Allah memberi berita gembira bahwa Dia Maha Pengam-
pun bagi mereka yang bertaubat serta senantiasa mengasihi kaum
beriman dan orang-orang yang senantiasa berbuat kebajikan.(Al-Mar-
aghiy, 2005: juz III/ 93- 94).

3. Al-Amanah

Ungkapan kata al-amanah terulang dalam al-Quran sebanyak 6 kali


yang juga terdapat dalam enam ayat. Kata tersebut dalam bentuk mu-
frad (tunggal/ singular) terulang sebanyak dua kali, sedangkan dalam
bentuk jamak/ plural terulang sebanyak empat kali. Ayat-ayat tersebut
terdapat dalam Al-Quran surat al-Baqarah ayat 283, surat al-Nisaayat
58, surat al-Anfal ayat 27, surat al- Mukminun ayat 8, surat al-Ahzab
ayat 72 dan surat al-Maarij ayat 32.
Dalam pembahasan ini akan dikemukakan QS al-Ahzab ayat 72
mengingat bahwa ayat ini sangat terkait erat dengan pokok permas-
alahan, khususnya tentang tugas yang diemban oleh manusia. Ayat
tersebut ialah: “Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat ke-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 75


pada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk
memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan
dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat
zalim dan amat bodoh.”
Dua ayat sebelumnya mengutarakan perintah Allah kepada kaum
beriman agar senantiasa bertaqwa kepada Allah serta juga senantia-
sa mengungkapkan perkataan yang benar (qaulan sadidan). Dengan
mematuhi kedua hal tersebut, Allah akan mengarahkan kaum beriman
pada amal shaleh, mengampuni dosa serta menjauhkannya dari azab.
Selanjutnya Allah jelaskan bahwa siapa saja yang mentaati Dia dan
Rasul-Nya, maka kelak mereka akan memperoleh balasan yang agung
serta kemuliaan di hari akhir. Dari hal ini dapat disimpulkan bahwa
dalam kedua ayat ini terdapat dua buah perintah Allah, yaitu berka-
ta benar dan senantiasa berbuat kebaikan. Dengan melakukan kedua
hal ini berarti mereka telah bertaqwa kepada-Nya sekaligus menjauhi
iqab-Nya. Kemudian Allah memotivasi dan memberikan kabar gembira
bagi kaum beriman dengan menjanjikan dua hal, pertama, Allah akan
memuliakan amalan mereka, sebab taqwa dengan sendirinya akan
memperindah amalan seseorang, sedangkan amalan akan mengang-
kat kedudukan pelakunya ke tempat yang lebih tinggi, dimana di sana
mereka akan memperoleh kesenangan dan kebahagian yang abadi.
Kedua, Allah menjanjikan mereka berupa ampunan. Di samping itu,
Allah juga akan menutup aibnya serta juga terbebas dari azab yang
maha dahsyat.(Al-Maraghiy, 2005: juz VIII/ 45).
Selanjutnya pada ayat 72 ini Allah menjelaskan tentang bagaima-
na susah dan sulitnya menanggung beban dalam rangka mencapai
taqwa, qaulan sadidan serta ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Adapun kaitan (munasabah) yang signifikan antara ayat ini dengan
kedua ayat sebelumnya adalah bahwa pada dua ayat sebelumnya Al-
lah menerangkan betapa mulia dan agungnya ketaqwaan dan keta-
atan kepada-Nya, lalu pada ayat ini Allah jelaskan bagaimana susahn-
ya mengemban amanah yang diberikan kepada makhluq-Nya hingga
langit, bumi dan gunung-gunung yang begitu gagah dan kekar menolak
untuk mengemban amanah tersebut.
Kemudian pada ayat selanjutnya Allah menerangkan bahwa Dia
akan mengazab kaum munafik dan musyrik serta memberi ampunan
bagi kaum beriman. Adapun kaitan ayat ini dengan ayat sebelumnya
adalah bahwa tidak banyak manusia yang mampu dan lulus dalam
menjalankan amanah yang begitu berat sebagaimana diterangkan
pada ayat sebelumnya.
Pada ayat ini Allah menjelaskan bahwa sesungguhnya Dia tidaklah

76 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


menciptakan langit dan bumi dimana keduanya memiliki fisik yang be-
sar serta kekuatan terpendam untuk mampu mengemban beban tak-
lif, yaitu berupa perintah, larangan serta kearifan dalam menjaga ke-
maslahatan agama dan dunia. Kenyataan adalah bahwasanya Allah
memberikan beban itu semua kepada manusia, yaitu untuk menerima
dan menjalankannya plus dengan segala kekurangan yang ia miliki. Di
samping itu, manusia juga sering dikalahkan oleh hasutan yang senan-
tiasa membawa pada nafsu amarah, sehingga manusia sering berbuat
zalim sesamanya. Selanjutnya manusia juga sering ditunggangi oleh
nafsu syahwat serta kecendrungan untuk lepas tangan dari tanggung
jawab, sehingga mendatangkan akibat fatal dan kerusakan dari semua
apa yang mereka lakukan. Maka dari itu Allah membebankan taklif ke-
pada manusia agar ia mampu mematahkan semua bentuk kekerasan
(kekejaman), meminimalisir pengaruhnya serta membendung hawa
nafsu agar manusia terhindar dari per- buatan dan kejadian yang mem-
bawa kehancuran (Al-Maraghiy, 2005:. juz VIII/ 45).
Selain pendapat di atas, ada juga yang memahami bahwa yang
dimaksud dengan amanah dalam ayat tersebut adalah thaah,sebab
ketaatan itu harus ada sebagaimana halnya dengan al-amanah dima-
na ia harus ditunaikan dan dibayarkan. (al-Zamakhsyariy,1995: juz III/
546-547).
Dari ayat tersebut ada dua hal yang dapat diilustrasikan. Pertama,
ayat ini menggambarkan akan ketaatan dan ketundukan langit, bumi
dan gunung-gunung (al-jumadat) kepada Allah. Kondisi ini memungk-
inkan bagi langit, bumi ataupun gunung-gunung untuk mengemban
tugas yang cukup berat tersebut, sebab mereka tidak memiliki kecen-
drungan negatif, melenceng atau kecendrungan untuk berkhianat. Hal
ini membuat mereka lebih pantas dan layak dalam mengemban serta
memikul tugas itu. Adapun manusia, keadaannya tidak persis sama dan
setaat al-jumadat tersebut, sehingga pada dasarnya manusia tidaklah
pantas untuk mengemban tugas yang cukup berat tersebut. Keunggu-
lan al-jumadat dalam mengemban tugas tersebut adalah majas atau
kiasan akan ketundukan dan ketaatannya. Lalu tugas berat tersebut
diemban oleh manusia, akhirnya manusia diberi gelar sebagai makhluq
yang zalim karena ia seringkali lalai dalam menunaikan amanah. Di
samping itu ia juga diberi gelar sebagai makhluq yang bodoh karena ia
seringkali tersalah dan khilaf dalam menjalankan amanah.
Adapun ilustrasi kedua dari ayat ini adalah berupa gambaran atau
kiasan betapa beratnya beban yang diemban manusia, dimana pada
mulanya beban berat ini akan dipikulkan kepada langit, bumi dan
gunung-gunung yang kuat, kokoh dan tangguh, namun mereka meno-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 77


lak dan enggan untuk memikul beban itu. Akhirnya beban berat terse-
but diemban oleh manusia yang sangat lemah dan loyo. Selanjutnya
Allah menegaskan bahwa manusia adalah makhluq yang zalim dan
bodoh, sebab manusia sering tidak mampu atau tidak sempurna dalam
menjalankan amanah serta sering berkhianat dengan jaminan dan janji
yang diberikan.(al-Zamakh- syariy,1995: juz III/ 546-547).
Kemudian ada juga yang memahami bahwa al-amanah adalah “se-
suatu yang dititipkan kepada orang agar dijaga dan dipelihara untuk
kemudian dikembalikan lagi kepada yang menitipkan sebelumnya”. Al-
Amanah yang disebutkan dalam ayat ini adalah “sesuatu yang diper-
cayakan Allah kepada manusia agar dipelihara dan dijalankan dengan
penuh ketekunan dan istiqomah untuk kemudian hari dikembalikan
kepada Allah yang telah menitipkan semuanya kepada manusia”.(Tha-
ba-Thabaiy, 1991: juz VII/ 254).
Berdasarkan penafsiran di atas, al-amanah dalam ayat tersebut
juga bisa diumpamakan sebagai “ujian dan tanggung jawab”. Hal ini
seiring dengan taklif (pemberian kewajiban oleh Allah), pemberian hak
kebebasan bertindak dan tanggung jawab dalam menentukan pilihan.
Alam seisinya selain manusia bergerak sesuai dengan ketentuan hu-
kum alam, tanpa harus mempertanggungjawabkan perbuatannya. Se-
andainya langit menghantam bumi dengan semburan gunturnya dan
menghasilkan curahan air alirannya, lalu tanaman dan pekarangan
merenggas karena kekeringan, atau seandainya langit kembali men-
curahkan hujan lalu bumi hidup kembali setelah mati, tetap saja mer-
eka tidak akan ditanya macam- macam mengenai perbuatannya itu.
Seandainya bumi bergoncang, lalu segala yang hidup musnah, atau
seandainya gunung-gunung hancur berhamburan dan pecahan-peca-
hannya menimpa suatu negeri yang aman dan sentosa. Maka langit,
bumi dan gunung-gunung tersebut tidak akan dihisab atas segala per-
buatannya, yang baik maupun ulah buruknya tersebut. Hanya manusi-
alah yang diminta pertanggungjawabannya atas segala perbuatannya,
dihisab untuk menerima imbalan pahala dan balasan azab. Tidak seo-
rang pun dapat menggantikan kedudukan orang lain untuk memper-
tanggungjawabkan perbuatannya dan tidak seorang pun lolos tanpa
pembalasan (Binti Syati, 1999: 52- 53).
Dengan demikian, ada dua hal menarik terkait dengan makna al-
amanah dalam al-Quran, khususnya pada ayat yang sedang dibahas
ini yaitu: al-thaah (taat) dan tanggung jawab. Makna althaah nampak-
nya lebih melihat kepada korelasi (munasabah) pada ayat-ayat sebe-
lum dan sesudahnya. Sedangkan makna kedua (tanggung jawab) lebih
mengarah kepada kesatuan dan keutuhan makna pada satu ayat ter-

78 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kait, sebab tanggung jawab ini amat terkait dengan pembalasan (hisab)
di akhirat kelak. Adapun makhluq yang akan mempertanggungjawab-
kan seluruh amal perbuatannya adalah manusia dan ini juga terkait
dengan misinya sebagai khalifah di bumi. Maka dari itu penulis lebih
cenderung kepada kedua pendapat tersebut. Namun demikian, bukan
berarti kiranya pendapat yang lainnya harus ditolak atau tidak dipakai
sama sekali, sebab semuanya sangat terkait serta saling menguatkan
dan menyempurnakan.
Berdasarkan penjelasan di atas maka tujuan penciptaan manusia
yang pertama adalah untuk mengabdi dan menghambakan diri kepada
Allah (ibadah). Tujuan ini mendidik manusia untuk senantiasa mening-
katkan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah, karena ibadah dapat
dikatakan sempurna apabila dilaksanakan atas dasar landasan iman
kepada-Nya. Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang, maka sema-
kin tinggi pula kualitas ibadah yang dilakukan. Allah dan Rasul-Nya me-
merintahkan seseorang untuk senantiasa meningkatkan dan memper-
baharui keimanan, karena iman dapat mengalami pasang naik maupun
pasang surut.
Tujuan penciptaan manusia yang kedua adalah Allah menempatkan
manusia sebagai khalifah fi al-ardh, yaitu manusia yang diberi derajat
tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang
ada dimuka bumi. Keadaan ini mendidik manusia untuk selalu berfikir
ke arah pengembangan pengelolaan seluruh potensi yang ada sehing-
ga tercipta sumber daya manusia (SDM) yang professional. Terpilihn-
ya manusia sebagai pemimpin di muka bumi mendidik mereka untuk
memberikan takaran yang seimbang bagi manusia itu sendiri bahwa
di satu sisi ia harus bertanggungjawab terhadap dirinya, masyarakat
dan alam semesta, dan di sisi lain ia tidak dapat melepaskan dirinya
sebagai hamba yang harus patuh terhadap cosmos Ilahiyyah (Arief:
2005, 166).
Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban
amanah, yaitu kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diber-
ikan oleh Allah. Hal ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu
memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut. Amanah yang
sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah
dan Rasul-Nya maupun amanah antara sesama manusia. Di samping
itu, manusia juga dididik untuk bertanggungjawab atas segala perbua-
tannya. Karena kelak di akhirat akan dihisab untuk menerima imbal-
an pahala atau balasan azab. Tak seorang pun dapat menggantikan
kedudukan orang lain untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dan tak seorang pun lolos tanpa pembalasan. (Satriadi, 2009: 33-41)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 79


A. Hidup Sukses dalam Pandangan Al-Quran

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata “sukses” memiliki arti


berhasil atau beruntung. Di dalam al-Quran istilah beruntung terdapat
dalam dua kata yang sepadan yaitu al-falah dan al-fauz.
1. Al-Falah
Al-falah berarti memperoleh apa yang diinginkan atau dengan
kata lain kebahagiaan. Seorang baru bisa merasakan bahagia jika
mendapatkan apa yang diinginkan, akan tetapi sesuatu yang dianggap
sebagai kebahagiaan tidak akan menjadi kebahagiaan kecuali jika ia
merupakan sesuatu yang didambakan serta sesuai dengan kenyataan
dan substansinya. Sebagaimana firman Allah: “Sesungguhnya berun-
tunglah orang-orang yang beriman.”(QS. Al-Mukminun: 1).
Kata al-falah terambil dari kata al-falh yang berarti membelah, dari
sini petani dinamai al-fallah karena dia mencangkul untuk membelah
tanah lalu menanam benih. Benih yang ditanam petani menumbuhkan
buah yang diharapkannya. Dari sini agaknya sehingga memperoleh
apa yang diharapkan dinamai falaah dan hal tersebut tentu melahir-
kan kebahagiaan yang juga menjadi salah satu makna falaah (Syihab,
2002: juz 23/146).
Senada ayat di atas Allah berfirman dalam QS. Al-Hajj ayat 77: “Hai
orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah kamu, sembahlah
Tuhanmu dan perbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenan-
gan.”
Firman-Nya “supaya kamu mendapat kemenangan” mengandung
isyarat bahwa amal-amal yang diperintahkan itu hendaknya dilaku-
kan dengan harapan memperoleh al-falah (keberuntungan) yakni apa
yang diharapkan di dunia dan akhirat. Kata laalla (semoga) yang ter-
tuju kepada para pelaksana kebaikan itu, memberi kesan bahwa bu-
kan amal-amal kebaikan itu yang menjamin perolehan harapan dan
keberuntungan apalagi surga, tetapi surga adalah anugerah Allah dan
semua keberuntungan merupakan anugerah dan atas izin-Nya sema-
ta. Sedang kata tuflihun terambil dari kata falaha yang juga digunakan
dalam arti bertani. Al-fallah adalah petani. Penggunaan kata itu mem-
beri kesan bahwa seorang yang melakukan kebaikan, hendaknya jan-
gan segera mengharapkan tibanya hasil dalam waktu yang singkat. Ia
harus merasakan dirinya sebagai petani yang harus bersusah payah
membajak tanah, menanam benih, menyingkirkan hama dan menyira-

80 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


mi tanamannya, lalu harus menunggu hingga memetik buahnya (Sy-
ihab, 2002: juz 23/133).
Menurut Ahmad Musthafa al-Maraghi, keberuntungan adalah ter-
capainya tujuan yang dicita-citakan, berkat ilham yang diberikan Allah
pada orang-orang yang bertakwa untuk menuju jalan keberhasilan
(al-Maraghi, 1986: juz 28/62).
Dalam QS. Al-Maidah: 35, Allah berfirman: “Hai orang-orang yang
beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah jalan yang mendekat-
kan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu
mendapat keberuntungan.”
Allah menghendaki dengan ayat ini seruan untuk orang-orang beri-
man untuk senantiasa taat pada-Nya dan memperteguh keimanan dan
kepercayaan kepada Allah dan nabi-Nya dengan berbuat amal kebajik-
an, mencari jalan untuk mendekatkan diri kepada-Nya, serta memper-
juangkan agama-Nya agar mendapatkan kesuksesan dan keberuntun-
gan baik di dunia maupun di akhirat.
Dalam beberapa ayat yang lain, Allah menjelaskan tentang orang-
orang yang tidak beruntung akibat mengerjakan perbuatan yang meny-
impang dari petunjuk. Di antaranya firman Allah QS. Al-Kahfi ayat 20:
“Sesungguhnya jika mereka dapat mengetahui tempatmu, niscaya
mereka akan melempar kamu dengan batu, atau memaksamu kembali
kepada agama mereka, dan jika demikian niscaya kamu tidak akan
beruntung selama lamanya.”
Selanjutnya dalam firman-Nya QS. Al-Anam: 21 tentang orang-
orang yang mendustakan ayat-ayat Allah tidak akan mendapatkan
kesuksesan: “Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang
membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan
ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak
mendapat keberuntungan.”
Selanjutnya firman-Nya QS. Al-Anam: 135, QS. Yusuf: 23, dan QS.
Al-Qashshash: 37. Berbicara tentang orang-orang aniaya dan dzalim
tidak akan mendapatkan kesuksesan. Berikut ayatnya secara berurut:
“Katakanlah: “Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
sesungguhnya akupun berbuat (pula). Kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dun-
ia ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapa-
tkan keberuntungan.”
“Dan wanita (Zulaikha) yang Yusuf tinggal di rumahnya menggoda
Yusuf untuk menundukkan dirinya (kepadanya) dan dia menutup pin-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 81


tu-pintu, seraya berkata: “Marilah ke sini.” Yusuf berkata: “Aku berlind-
ung kepada Allah, sungguh tuanku telah memperlakukan aku dengan
baik.” Sesungguhnya orang-orang yang zalim tiada akan beruntung.”
“Musa menjawab: “Tuhanku lebih mengetahui orang yang (patut)
membawa petunjuk dari sisi-Nya dan siapa yang akan mendapat ke-
sudahan (yang baik) di negeri akhirat. Sesungguhnya tidaklah akan
mendapat kemenangan orang-orang yang zalim.”
Selanjutnya ayat-ayat yang menjelaskan bahwa tidak akan mendapa-
tkan kesuksesan orang-orang yang bergulat dalam sihir dan tukang
sihir. Berapa banyak ayat di dalam Kitabullah yang berbicara tentang
sihir dan tukang sihir, dan mengabarkan tentang kesesatan dan ker-
ugian mereka di dunia dan di akhirat. Sebagaimana firman-Nya QS.
Yunus: 77, dan QS. Thaha: 69.
“Musa berkata: “Apakah kamu mengatakan terhadap kebenaran
waktu ia datang kepadamu, sihirkah ini?” padahal ahli-ahli sihir itu tida-
klah mendapat kemenangan.”
“Dan lemparkanlah apa yang ada ditangan kananmu, niscaya ia
akan menelan apa yang mereka perbuat. “Sesungguhnya apa yang
mereka perbuat itu adalah tipu daya tukang sihir (belaka). Dan tidak
akan menang tukang sihir itu, dari mana saja ia datang.”
Kemudian orang-orang yang sama sekali tidak akan mendapatkan
kesuksesan adalah orang-orang kafir dan orang-orang yang menging-
kari nikmat Allah. Sebagaimana firman-Nya QS. Al-Mukminun: 117,
dan QS. Al-Qashshash: 82.
“Dan barangsiapa menyembah tuhan yang lain di samping Allah, pa-
dahal tidak ada suatu dalilpun baginya tentang itu, maka sesungguhn-
ya perhitungannya di sisi Tuhannya. Sesungguhnya orang-orang yang
kafir itu tiada beruntung.”
“Dan jadilah orang-orang yang kemarin mencita-citakan kedudukan
Karun itu, berkata: “Aduhai, benarlah Allah melapangkan rezki bagi sia-
pa yang Dia kehendaki dari hamba-hambanya dan menyempitkann-
ya; kalau Allah tidak melimpahkan karunia-Nya atas kita benar-benar
Dia telah membenamkan kita (pula). Aduhai benarlah, tidak beruntung
orang- orang yang mengingkari (nikmat Allah).”

2. Al-Fauz
Al-fauz menurut bahasa adalah keberhasilan memperoleh kebaikan
dan terlepas dari keburukan, dan juga berarti keberuntungan (Sukard-
ja, 2002: 1). Dalam kamus al-Munawwir, kata al-fauz berasal dari kata

82 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


faaza yang berarti memperoleh kemenangan, kesuksesan, selamat,
dan terhindar (Munawwir, 1997: 1077).
Menurut M Quraisy Syihab, al-fauz adalah keberuntungan atau ke-
menangan. Kata fauz dalam berbagai bentuknya digunakan al-Quran
untuk pengampunan dosa, keterhindaran dari neraka dan perolehan
surga. Allah berfirman dalam QS. Ali Imran: 185, QS. Al-Hasyr: 20, QS.
An-Nisa: 73.
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya
pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa di-
jauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam syurga, maka sungguh
ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenan-
gan yang memperdayakan.”
“Tidaklah sama penghuni-penghuni neraka dengan penghuni-pen-
ghuni jannah; penghuni-penghuni jannah itulah orang-orang yang be-
runtung.”
“Dan sungguh jika kamu beroleh karunia (kemenangan) dari Allah,
tentulah dia (orang munafiq) mengatakan seolah-oleh belum pernah
ada hubungan kasih sayang antara kamu dengan dia: “Wahai kiranya
saya ada bersama-sama mereka, tentu saya mendapat kemenangan
yang besar (pula).”
Dalam al-Quran ditemukan sebanyak 29 kali akar kata fauz dalam
berbagai bentuknya, tetapi hanya sekali dalam bentuk tunggal personal
pertama (afuuz/aku beruntung), yakni hanya dalam QS. An-Nisa: 73.
Kata ini seperti terbaca adalah rekaman dari ucapan orang-orang mu-
nafiq yang menyesal karena tidak memperoleh harta rampasan perang
akibat tidak ikut perang bersama kaum mukminin dalam peperangan.
Perolehan harta rampasan mereka sebagai fauz (keberuntungan) dan
itu hanya ingin dinikmatinya sendiri, sebagaimana dikesankan oleh
penggunaan bentuk tunggal itu. Di sisi lain, patut ditambahkan bahwa
kalau menurut pandangan si munafiq keberuntungan adalah perolehan
materi, maka dalam bahasa al-Quran, kandungan makna kata fauz (ke-
beruntungan) dalam berbagai bentuknya adalah keberuntungan meraih
surga dan pengampunan ilahi (Syihab, 2002: juz 5/483).
Maka dapat disimpulkan bahwa hidup sukses menurut al-Quran
adalah manakala manusia mendapatkan hasil yang baik atau kebe-
runtungan di akhirat sebagai imbalan dari menjadi seorang muslim dan
taat dengan aturan Allah dan rasul-Nya. Hasil baik itu adalah kesenan-
gan surga dan terhindar dari siksaan neraka. Hasil baik juga akan dira-
sakan di dunia sebagaimana yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya:
“Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun per-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 83


empuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami ber-
ikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami
beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa
yang telah mereka kerjakan.”(QS. An-Nahl: 97).
Dan juga firman-Nya: “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang
yang beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh
bahwa Dia sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa
dimuka bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebe-
lum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mere-
ka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar
akan menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan
menjadi aman sentausa. Mereka tetap menyembahku-Ku dengan tia-
da mempersekutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa
yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang
yang fasik.”(QS. An-Nuur: 55).

RANGKUMAN

Tujuan penciptaan manusia yang pertama adalah untuk mengabdi


dan menghambakan diri kepada Allah (ibadah). Tujuan ini mendidik
manusia untuk senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan
kepada Allah, karena ibadah dapat dikatakan sempurna apabila dilak-
sanakan atas dasar landasan iman kepada-Nya. Semakin tinggi tingkat
keimanan seseorang, maka semakin tinggi pula kualitas ibadah yang
dilakukan. Allah dan Rasul-Nya memerintahkan seseorang untuk sen-
antiasa meningkatkan dan memperbaharui keimanan, karena iman
dapat mengalami pasang naik maupun pasang surut.
Tujuan penciptaan manusia yang kedua adalah Allah menempatkan
manusia sebagai khalifah fi al-ardh, yaitu manusia yang diberi derajat
tinggi untuk mengatur, mengelola dan mengolah semua potensi yang
ada dimuka bumi. Keadaan ini mendidik manusia untuk selalu berfikir
ke arah pengembangan pengelolaan seluruh potensi yang ada sehing-
ga tercipta sumber daya manusia (SDM) yang professional. Terpilihn-
ya manusia sebagai pemimpin di muka bumi mendidik mereka untuk
memberikan takaran yang seimbang bagi manusia itu sendiri bahwa
di satu sisi ia harus bertanggungjawab terhadap dirinya, masyarakat
dan alam semesta, dan di sisi lain ia tidak dapat melepaskan dirinya
sebagai hamba yang harus patuh terhadap cosmos Ilahiyyah.
Tujuan penciptaan manusia yang ketiga adalah mengemban

84 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


amanah, yaitu kesanggupan manusia memikul beban taklif yang diber-
ikan oleh Allah. Hal ini mendidik orang-orang beriman supaya selalu
memelihara amanah dan mematuhi perintah tersebut. Amanah yang
sudah ditetapkan tersebut agar tidak dikhianati, baik amanah dari Allah
dan Rasul-Nya maupun amanah antara sesama manusia. Di samping
itu, manusia juga dididik untuk bertanggungjawab atas segala perbua-
tannya. Karena kelak di akhirat akan dihisab untuk menerima imbal-
an pahala atau balasan azab. Tak seorang pun dapat menggantikan
kedudukan orang lain untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Dan tak seorang pun lolos tanpa pembalasan.
Hidup sukses menurut al-Quran adalah manakala manusia
mendapatkan hasil yang baik atau keberuntungan di akhirat sebagai
imbalan dari menjadi seorang muslim dan taat dengan aturan Allah dan
rasul-Nya. Hasil baik itu adalah kesenangan surga dan terhindar dari
siksaan neraka. Hasil baik juga akan dirasakan di dunia sebagaimana
yang dijanjikan Allah dalam firman-Nya: “Barangsiapa yang mengerja-
kan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beri-
man, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan
yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mere-
ka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerja-
kan.”(QS. An-Nahl: 97).

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 85


LATIHAN

1. Jelaskan tujuan penciptaan manusia?


2. Apa yang dimaksud dengan ibadah?
3. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang misi ibadah!
4. Apa yang dimaksud dengan khilafah/kholifah?
5. Sebutkan ayat yang menjelaskan misi sebagai khalifah!
6. Jelaskan konsep hidup sukses menurut al-Quran!
7. Apa yang dimaksud dengan al-falah?
8. Apa yang dimaksud dengan al-fauz?
9. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang al-falah!
10. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang al-fauz!

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1,2,3,4,5) silahkan kaji


kembali tema tentang tujuan dan fungsi penciptaan manusia.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali tema tentang hidup sukses dalam pandangan al-Quran.

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut tujuan penciptaan manusia, kecuali?
a. Beribadah
b. Menjadi khalifah
c. Berkarya
2. Arti ibadah adalah?
a. Bekerja
b. Berusaha
c. Mengabdi
3. Ayat yang menjelaskan misi ibadah adalah?
a. QS. Al-Dzariyat : 56
b. QS. Al-Adiyat : 56
c. QS. Al-Qiyamat : 56

86 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


4. Arti khalifah yaitu?
a. Pejabat
b. Pemimpin
c. Penasehat
5. Ayat yang menjelaskan misi menjadi khalifah adalah?
a. QS. al-Baqarah ayat 20
b. QS. al-Baqarah ayat 30
c. QS. al-Baqarah ayat 40
6. Ayat yang menjelaskan misi pengemban amanah adalah?
a. QS al-Ahzab ayat 52
b. QS al-Ahzab ayat 62
c. QS al-Ahzab ayat 72
7. Arti al-falah yaitu?
a. Kesenangan
b. Kebahagiaan
c. Kecintaan
8. Ayat yang menjelaskan tentang al-falah adalah?
a. QS. Al-Furqan: 1
b. QS. Al-Mukminun: 1
c. QS. Al-Mukmin: 1
9. Arti al-fauz yaitu?
a. Kepintaran
b. Keberhasilan
c. Kemujuran
10. Ayat yang menjelaskan tentang al-falah adalah?
a. QS. Ali Imran: 175
b. QS. Ali Imran: 185
c. QS. Ali Imran: 195

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 87


Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa


dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. b. Alam ghaib
2. c. QS. Al-Araf: 172
3. a. Air mani
4. b. Gumpalan darah
5. c. Gumpalan daging
6. b. Alam kubur
7. c. Rahmat Allah
8. b. pandangan hidup
9. a. QS. Al-Baqarah: 200
10. b. QS. Al-Baqarah: 201

TES FORMATIF 2
1. c. Berkarya
2. c. Mengabdi

88 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


3. a. QS. Al-Dzariyat : 56
4. b. Pemimpin
5. b. QS. al-Baqarah ayat 30
6. c. QS al-Ahzab ayat 72
7. b. Kebahagiaan
8. b. QS. Al-Mukminun: 1
9. b. Keberhasilan
10. b. QS. Ali Imran: 185

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 89


DAFTAR PUSTAKA

Abdul Baqi, Muhammad Fuad (1992). Mujam al-Fahrasy li al-Fazh


al- Quran al-Karim, Beirut: Dar al- Fikr.
Arief, Armai (2005). Reformulasi Pendidikan Islam, Jakarta: CRSD
Press,
Bintu Syati, Aisyah (1999). Manusia dalam Perspektif al-Quran, terj:
Ali Zawawi, judul asli: Maqal fi al-Insan, Dirasah Quraniyyah, Jakarta:
Pustaka Firdaus.
Himshi (al), Muhammad Hasan (2010), Mufradat al-Quran, Tafsir wa
Bayan, Beirut: Dar al-Fikr.
Maraghiy (al), Ahmad Musthafa (2005). Tafsir al-Maraghiy, Mesir:
Musthafa al-Bab al-Halabiy.
……… (1986), Tafsir al-Maraghi, terj. Anwar Rasyidi, Semarang:
Toha Putra.
Munawwir, Ahmad Warson (1997), al-Munawwir, Kamus Arab Indo-
nesia, Surabaya: Pustaka Progressif.
Satriadi, Inong (2009), Tujuan Penciptaan Manusia dan Nilai Edu-
kasinya, Jurnal Tadib, vol 12, no 1.
Shufi (al), Mahir Ahmad (2008), al-Batsu wa al-Nutsur, terj. Muham-
mad Hambal Shafwan, Solo: Aqwam.
Sukardja, Ahmad dkk (2002), Ensiklopedi al-Quran Kajian Kosakata
dan Tafsirnya, Jakarta: Yayasan Bimantara.
Syihab, M Quraisy (2002), Tafsir al-Misbah Pesan Kesan dan Keser-
asian al-Quran, Jakarta: lentera Hati.
Tarmizi, Erwandi (2019), Harta Haram Muamalat Kontemporer, Bo-
gor: Berkat Mulia Insani.
Thaba-Thabaiy, Muhammad Husein 1991. al-Mizan fi Tafsir al-Qu-
ran, Beirut: Muassasah a-Alami li al- Mathbuat.
Yunus, Mahmud (2010), Kamus Arab Indonesia, Jakarta: PT. Mah-
mud Yunus wa Dzurriyyah.
Zamakhsyariy (al), Abu al-Qasim Jar Allah Muhammad ibn Umar
ibn Muhammad (1995). al-Kasysyaf an Haqaiq al-Tanzil wa al-Uyun al-
Aqawil fi Wujuh al-Tawil, Beirut: Dar al-Fikr.

90 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


MODUL 4
IMAN DAN PENGARUHNYA DALAM KE-
HIDUPAN
Dr. Din Muhammad Zakariya, M.Pd.I

Pendahuluan

Iman bukan merupakan kata benda yang statis, tetapi iman adalah
energi spiritual yang mengendalikan dan mengarahkan ego seseorang
untuk mengerti, memilih dan menjalani kebenaran. Karena itu iman
tidak berhenti pada pengakuan atau pernyataan akan kepercayaan
adanya Tuhan saja, lebih jauh lagi iman adalah aktualisasi dalam amal
kesalehan, sehingga iman yang tidak melahirkan kesalehan bertindak
adalah dusta. Hal tersebut karena ayat-ayat al-Quran dan hadits-hadits
selalu mengaitkan iman dengan amal saleh dan akhlak.
Maka karakter orang beriman adalah keimanannya tidak hanya ber-
henti pada pembenaran di hati (tashdiq bi al-qalb) semata, tetapi ia
mengikuti keimanannya dengan keterlibatan lisan (iqrar bi al-lisan) dan
aktualisasi perbuatan (amal bi al-arkan). Demikianlah pengertian iman
secara terminologi, yaitu pembenaran dengan hati, pengakuan dengan
lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Dalam modul ini kita akan mengkaji hakekat Iman, hubungan iman,
ilmu dan amal, karakteristik dan sifat orang beriman, dan hal-hal yang
dapat merusak dan meniadakan iman. Setelah menguasai modul ini,
mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan:
• Hakekat Iman
• Hubungan iman, ilmu dan amal
• Karakteristik dan sifat orang beriman
• Hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman

91
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Hakekat Iman, dan hubungan iman, ilmu
dan amal
2. Kegiatan belajar 2 : Karakteristik dan sifat orang beriman, dan
hal-hal yang dapat merusak dan meniadakan iman.
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya.
2. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada.
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar.
4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga menjadi ilmu yang bermanfaat”

92 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Hakekat Iman, Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

A. Hakekat Iman

1. Pengertian Iman

Term iman berasal dari Bahasa Arab dari kata dasar amana
yuminu-imanan. Artinya beriman atau percaya. Percaya dalam Bahasa
Indonesia artinya meyakini atau yakin bahwa sesuatu (yang dipercaya)
itu memang benar atau nyata adanya. Menurut bahasa kata iman juga
berasal dari tiga huruf dasar a-m-n (hamzah-mim-nun) mengandung
makna tentram, tenang, amar, jujur dapat dipercaya dan tidak khianat.
Adapun îmân merupakan kata nominal dari kata dasar âmana-yuminu,
yaitu perubahan bentuk kata dasar a-m-n yang ditambah huruf hamzah
pada bagian fa fiilnya (tsulatsi mazid bi harf wahid) yang berarti memili-
ki rasa aman atau menjadikannya aman (Dhaif, 2011: 28).
Kata dasar iman ini mempunyai dua asal makna yang saling berdeka-
tan, yaitu amanah sebagai lawan dari khiyanah yang berarti ketenan-
gan hati (sukun al-qalb) dan at-tashdîq yang bermakna membenarkan,
lawan dari kata kufr (pengingkaran) (Zakariya, 1994: 89).
Dari sini dapat kita pahami bahwa seorang muknin adalah yang
memiliki ketenangan jiwa. Ia selalu merasa aman, baik lahir maupun
batinnya. Itu karena memang ia bersikap jujur dan tidak pernah berlaku
khianat pada dirinya sendiri dan orang lain, apalagi kepada Tuhan.
Bila kita perhatikan penggunaan kata Iman dalam AlQuran, akan
mendapatinya dalam dua pengertian dasar, yaitu:
1. Iman dengan pengertian membenarkan (tashdiq) adalah mem-
benarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Da-
lam salah satu hadits shahih diceritakan bahwa Rasulullah keti-
ka menjawab pertanyaan Jibril tentang Iman yang artinya bahwa
yang dikatakan Iman itu adalah engkau beriman kepada Allah,

93
malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan
engkau beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah.
2. Iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal :
segala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan
hukum yang telah digariskan oleh syara. Firman Allah: Artinya:
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya,
kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berji-
had) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka
Itulah orang-orang yang benar.”(QS. Al-Hujurat: 15).
Dari ayat tersebut, dapat dikatakan bahwa Iman adalah membenar-
kan Allah dan Rasul-Nya tanpa keraguan, berjihad di jalan Allah dengan
harta dan jiwa. Pada akhir ayat tersebut “mereka Itulah orang-orang
yang benar” merupakan indikasi bahwa pada waktu itu ada golongan
yang mengaku beriman tanpa bukti, golongan ini sungguh telah ber-
dusta dan mereka tidak dapat memahami hakikat iman dengan sebe-
narnya. Mereka menganggap bahwa iman itu hanya pengucapan yang
dilakukan oleh bibir, tanpa pembuktian apapun.
Pengertian iman secara istilah adalah pembenaran dengan hati,
pengakuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan.
Demikianlah pendapat mayoritas ulama, bahkan imam Syafii men-
ceritakan bahwa ini adalah ijma para sahabat, tabiin, dan generasi
setelah mereka yang bertemu dengan mereka dalam keadaan beriman
(al-Fauzan, 2016: 147).
Abu Bakar Jabir al-Jazairi menuturkan bahwa iman adalah mem-
benarkan dan meyakini Allah sebagai tuhan yang memiliki dan yang
disembah. Iman juga menuntut aktif menggapai hidayah, mendekatkan
diri kepada-Nya, dan beraktifitas selayaknya aktifitas para kekasih-Nya
(hamba-Nya yang saleh) (al-Jazairi, 1998: 31).
Menurut al-Qardawi, iman ialah kepercayaan yang meresap ke da-
lam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak (ragu), serta
memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku dan perbuatan
sehari-hari. Jadi, iman itu bukanlah semata-mata ucapan lidah, bukan
sekedar perbuatan dan bukan pula merupakan pengetahuan tentang
rukun iman.
Sesungguhnya iman itu bukanlah semata-mata pernyataan ses-
eorang dengan lidahnya, bahwa dia orang beriman (mukmin), kare-
na banyak pula orang-orang munafik (beriman palsu) yang mengaku
beriman dengan lidahnya, sedang hatinya tidak percaya (al-Qardhawi,
2017: 25).

94 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Iman itu membentuk jiwa dan watak manusia menjadi kuat dan posi-
tif, yang akan mengejawantah dan diwujudkan dalam bentuk perbuatan
dan tingkah laku. Akhlakiah manusia sehari-hari adalah didasari/diwar-
nai oleh apa yang dipercayainya. Kalau kepercayaannya benar maka
baik pula perbuatannya, dan begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu,
mendapatkan petunjuk sehingga menjadi orang yang beriman, adalah
kenikmatan terbesar yang dimiliki oleh seseorang.
Keimanan itu bukanlah semata-mata ucapan yang keluar dari bibir
dan lidah saja atau semacam keyakinan dalam hati saja. Tetapi kei-
manan yang sebenar-benarnya adalah merupakan suatu akidah atau
kepercayaan yang memenuhi seluruh isi hati nurani, dari situ timbul
bekas-bekas atau kesan-kesannya, seperti cahaya yang disorotkan
oleh matahari.
Iman bukan sekedar ucapan lisan seseorang bahwa dirinya ada-
lah orang mukmin. Sebab orang-orang munafik pun dengan lisannya
menyatakan hal yang sama, namun hatiya mengingkari apa yang din-
yatakan itu. Firman Allah: Artinya: “Di antara manusia ada yang men-
gatakan: “Kami beriman kepada Allah dan hari kemudian,” pada hal
mereka itu Sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman. Mereka
hendak menipu Allah dan orangorang yang beriman, Padahal mere-
ka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar.”(QS.
Al-Baqarah: 8-9).
Iman juga bukan sekedar amal perbuatan saja yang secara lahiriyah
merupakan ciri khas perbuatan orang-orang beriman. Sebab orang-
orang munafik pun tak sedikit yang secara lahiriyah mengerjakan amal
ibadah dan berbuat baik, sementara hati mereka bertolak belakang
dengan perbuatan lahirnya, apa yang dikerjakan bukan didasari keikh-
lasan mencari Ridha Allah (al-Qardhawi, 2005: 27-28).

2. Unsur-Unsur Iman

Unsur-unsur iman atau disebut juga sebagai rukun iman. Rukun


iman itu ada enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah,
kitab-kitab Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Kiamat dan takdir baik buruk
itu dari Allah.
1) Iman Kepada Allah

Beriman kepada Allah, yakni membenarkan keberadaan Rabb Ta-


baaraka wa Taala dan bahwasanya Dia Azza wa Jalla adalah pencipta
langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui segala sesuatu yang ghaib

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 95


dan yang nyata, Pemelihara dan Pemilik segala sesuatu, tiada illah
(sesembahan yang berhak diibadahi) selain Dia, tiada Rabb selain Dia,
dan bahwasanya Dia Jalla wa Ala disifati dengan seluruh kesempur-
naan, Mahasuci dari segala kekurangan.
Landasan dari keimanan semacam itu di samping didasarkan ke-
pada ayat dan hadits, juga didasarkan kepada: Pertama, adanya alam
raya dan beraneka ragam makhluk yang ada di dalamnya merupakan
saksi atas keberadaan Sang Khaliq, yaitu Allah Taala. Sebab tak seo-
rang pun di alam semesta yang mengaku-aku telah menciptakan alam
raya ini beserta seluruh isinya selain Allah. Di samping itu, akal manusia
pun menganggap mustahil adanya sesuatu tanpa adanya pihak yang
mengadakannya, bahkan akal manusia juga memustahilkan adanya
sesuatu yang paling sederhana sekalipun tanpa adanya pihak yang
mengadakannya, seperti keberadaan makanan tanpa adanya orang
yang memasaknya atau adanya hamparan di lantai tanpa adanya yang
menghamparkannya.
Maka bagaimana halnya dengan alam raya yang luar biasa besarn-
ya yang berwujud langit dan apa yang ada di dalamnya berupa orbit-or-
bit yang teratur, bulan, matahari, dan planet-planet serta benda langit
lainnya, yang semuanya memiliki ukuran, kadar, jarak dan perjalanan
yang berbeda-beda.
Dan bagaimana pula dengan bumi dan segala makhluk Allah yang
ada di dalamnya semisal manusia, jin, dan hewan yang jenisnya be-
raneka ragam. Di mana di antara masing-masing jenis dan individu
tersebut memiliki perbedaan warna, bahasa, akal, pemahaman, dan
ciri khasnya. Dan apa saja yang tersimpan di dalam perut bumi sep-
erti barang tambang yang memiliki warna dan manfaat yang beraneka
ragam. Selanjutnya, apa saja yang mengalir di atas bumi yakni sun-
gai-sungai, dan juga daratan yang dilingkupi oleh lautan, dan apa saja
yang tumbuh di atas muka bumi berupa tumbuh-tumbuhan dan pepo-
honan yang berbuah, warna, rasa, dan baunya beraneka macam serta
perbedaan sifat dan kegunaannya.
Kedua, keberadaan firman Allah yang selalu kita baca, atau renungi
dan pahami maknanya. Ini merupakan bukti dari eksistensi Allah, kare-
na mustahil firman itu ada tanpa ada yang memfirmankannya. Mustahil
ada ucapan tanpa ada yang mengucapkannya.
Dengan demikian, firman Allah merupakan bukti nyata akan adanya
Allah. Di dalam firman Allah ini, terdapat undang-undang syariat yang
paling kuat bagi umat manusia. Ia merupakan undang-undang yang
paling bijaksana yang mewujudkan kebaikan yang banyak bagi umat

96 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


manusia, di dalamnya juga terkandung teori-teori ilmiah yang paling ter-
percaya. Ia memaparkan berbagai masalah ghaib dan peristiwa-peristi-
wa sejarah yang telah pasti kebenarannya. Tak satu pun hukum syari-
at dalam al-Quran yang menjadi usang dalam mewujudkan berbagai
manfaatnya sepanjang zaman, kendati ruang dan waktu telah berubah.
Tidak ada satu pun teori ilmiah dalam al-Quran —meski yang paling
sederhana- yang menjadi batal. Tidak ada satu pun persoalan ghaib
yang telah diberitakan al-Quran kemudian terlewatkan (tidak terjadi).
Tidak seorang pun ahli sejarah yang berani menggugurkan keabsa-
han satu kisah pun di dalam al-Quran dengan mendustakannya, atau
memperkuat opini orang yang mendustakan atau mengingkari sebuah
peristiwa yang diisyaratkan atau dikisahkan secara rinci oleh al-Quran.
Firman yang bijaksana dan benar dalam al-Quran ini membuat akal
manusia menganggap mustahil bila firman dalam al-Quran itu dinisbat-
kan kepada manusia, karena ia diluar batas kemampuan dan pengeta-
huan manusia. Jika penisbatan firman itu kepada manusia merupakan
sebuah kebatilan yang gugur, maka tiada lain ia adalah kalam Sang
Pencipta, Yang telah menciptakan manusia. Dengan demikian, al-Qu-
ran itu menjadi sebuah dalil atas eksistensi Allah, ilmu, kekuasaan dan
kebijaksanaan-Nya.
Ketiga, adanya sistem yang sangat cermat dan teratur rapi yang
tercermin dalam berbagai sunnah kauniah (sunnatullah atau hukum
alam) di dalam penciptaan, pembentukan, pertumbuhan dan perkem-
bangan makhluk hidup. Sesungguhnya makhluk itu tunduk pada sistem
yang telah ditentukan Allah (sunnatullah) dan terikat dengannya, mer-
eka tidak bisa memisahkan diri darinya, apapun keadaannya. Manu-
sia misalnya, awalnya ia berbentuk sperma yang menempel di dalam
rahim, setelah itu terjadilah beberapa fase yang mengagumkan. Tidak
ada intervensi manusia pada proses itu, hanya Allah sajalah yang ber-
peran. Kemudian lahirlah seorang manusia yang sempurna. Inilah yang
terjadi pada manusia dalam proses penciptaan dan pembentukannya.
Demikian pula halnya pada proses pertumbuhan dan perkembangan-
nya. Dari bayi, kanak-kanak, kemudian menjadi pemuda dan pemudi,
lalu menjadi orang dewasa dan terus berproses hingga menjadi tua.
Berbagai sunnah umum yang berlaku bagi manusia dan binatang,
juga berlaku bagi pepohonan dan tumbuh-tumbuhan. Demikian pula
ruang angkasa dan benda-benda langit yang ada di dalamnya, semua
tunduk pada aturan-aturan, ketentuan-ketentuan, dan sunnah-sunnah
yang telah ditetapkan, tidak pernah menyimpang atau pun keluar dari
jalur yang semestinya. Sungguh seandainya terjadi penyimpangan dari
jalur yang semestinya atau ada sekumpulan planet yang keluar dari

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 97


garis edarnya, niscaya alam semesta ini hancur berkeping-keping dan
seluruh kehidupan pun akan berakhir.
Keimanan kepada Allah meliputi tiga hal:
a) Iman Pada Rububiyah Allah terhadap Segala Sesuatu
Yakni beriman bahwa Allah sebagai pencipta, pengelola, pengatur,
dan pemelihara segala sesuatu. Hal tersebut didasarkan pada: per-
tama, berita yang disampaikan oleh Allah sendiri tentang kerububi-
yahan-Nya terhadap segala sesuatu. Allah Taala berfirman: “Segala
puji bagi Allah, Rabb semesta alam.”(QS. Al-Fatihah: 2). “Katakanlah:
siapakah Rabb langit dan bumi? Jawablah: Dialah Allah.”(QS. Ar-Rad:
16). “Rabb yang memelihara langit dan bumi dan apa yang ada di an-
tara keduanya, jika kamu adalah orang yang meyakini. Tidak ada illah
(yang berhak disembah) melainkan Dia, yang menghidupkan dan yang
mematikan. Dialah Rabb-mu dan Rabb bapak-bapakmu yang terdahu-
lu.”(QS. Ad-Dukhan: 7-8). Dan firman-Nya tatkala mengingatkan ma-
nusia pada perjanjian yang pernah mereka ambil saat masih berada di
dalam tulang sulbi bapak mereka, yakni janji bahwa mereka beriman
kepada rububiyah Allah terhadap mereka dan akan beribadah kepa-
da-Nya tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun. Firman-Nya: “Dan
(ingatlah), ketika Rabb-mu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam
dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mere-
ka (seraya berfirman): Bukankah aku ini Rabb-mu? Mereka menjawab:
betul (Engkau Rabb kami), kami menjadi saksi.”(QS. Al-Araf: 172). Dan
firman Allah Taala ketika menegakkan hujjah terhadap orang-orang
musyrik dan menegakkan hujjah itu terhadap mereka: “Katakanlah:
siapakah Rabb langit yang tujuh dan Rabbnya Arsy yang besar? Mere-
ka menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah: Maka apakah kamu tidak
bertakwa?”(QS. Al-Mukminun: 86-87).
Kedua, berita yang disampaikan oleh para nabi dan rasul tentang
rububiyah Allah, kesaksian dan pengakuan mereka terhadapnya. Nabi
Adam as di dalam doanya beliau mengucapkan: “Ya Rabb kami, kami
telah menganiaya diri kami sendiri, dan jika Engkau tidak mengampuni
kami dan memberi rahmat kepada kami, niscaya pastilah kami terma-
suk orang-orang yang merugi.”(al-Araf: 23). Nabi Nuh as saat mengadu
kepada Allah mengucapkan: “Wahai Rabbku, sesungguhnya mereka
telah mendurhakaiku dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian bela-
ka.”(QS. Nuh: 21). Ucapan Nabi Ibrahim as saat mendoakan Mekah,
dirinya serta anak keturunannya: “Wahai Rabbku, jadikanlah negeri ini
(Mekah) negeri yang aman, dan jauhkanlah aku beserta anak cucuku

98 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


daripada menyembah berhala-berhala.”(QS. Ibrahim: 35). Ucapan
Nabi Yusuf as dalam pujian dan doanya kepada Allah: “Wahai Rabbku,
sesungguhnya Engkau telah menganugerahkan kepadaku sebagian
kerajaan dan telah mengajarkan kepadaku sebagian tabir mimpi. Pen-
cipta langit dan bumi. Engkaulah Pelindungku di dunia dan di akhirat,
wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan
orang-orang yang shalih.”(QS. Yusuf: 101). Nabi Musa as berseru da-
lam sebuah doanya: “Wahai Rabbku, lapangkanlah untukku dadaku,
dan mudahkanlah untukku urusanku, dan lepaskanlah kekakuan dari
lidahku, supaya mereka mengerti perkataanku, dan jadikanlah untuk-
ku seorang pembantu dari keluargaku.”(QS. Thaha: 25-29). Nabi Ha-
run as berkata kepada bani Israil: “Sesungguhnya Rabbmu ialah Yang
Maha pemurah, maka ikutilah aku dan taatilah perintahku.”(QS. Thaha:
90). Ucapan Nabi Zakaria as saat memohon belas kasih Allah: “Wa-
hai Rabbku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku telah
ditumbuhi uban, dan aku belum penah kecewa dalam berdoa kepada
Engkau, wahai Rabbku.”(QS. Maryam: 4). Nabi Isa as berkata kepada
kaumnya: “Wahai bani israil, sembahlah Allah Rabbku dan Rabbmu,
sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempatnya
ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang dzalim itu seorang peno-
long pun.”(QS. Al-Maidah: 72). Nabi Muhammad saw apabila ditimpa
kesulitan (musibah) beliau berdoa: “Tiada illah (yang berhak disembah)
kecuali Allah, Yang Maha Agung lagi Maha Penyantun, tiada illah (yang
berhak disembah) selain Allah, Rabb bagi Arsy yang agung, tiada illah
(yang berhak disembah) selain Allah, Rabb bagi langit dan bumi dan
Rabb bagi Arsy yang mulia.”(HR. Muslim).

b) Iman Pada Ketuhanan (uluhiyah) Allah

Yakni beriman kepada ketuhanan (uluhiyah) Allah bagi seluruh


makhluk yang paling awal hingga yang paling akhir, dan bahwasanya
tiada tuhan selain Allah, tiada sesembahan yang berhak untuk diibada-
hi selain Dia. Faktor utama sebelum yang lainnya adalah hidayah Allah.
Sebab, siapa saja yang diberi hidayah oleh Allah, dialah orang yang
mendapat hidayah, dan siapa saja orang yang disesatkan oleh Allah,
maka tiada seorang pun yang dapat memberikan petunjuk kepadan-
ya. Hal tersebut didasarkan pada beberapa dalil berikut: pertama, ke-
saksian Allah, kesaksian para malaikat dan orang-orang yang berilmu
(yakni para ulama) atas ketuhanan Allah. Sebagaimana firman-Nya:
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada illah melainkan Dia (yang
berhak disembah), Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 99


orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tiada
illah melainkan Dia (yang berhak disembah), Yang Maha Perkasa lagi
Maha Bijaksana.”(QS. Ali Imran: 18).
Kedua, berita yang disampaikan oleh Allah tentang ketuhanan-Nya
dalam sejumlah ayat al-Quran. Di antaranya adalah firman Allah Taala:
“Allah, tidak ada illah (yang berhak disembah) melainkan Dia yang hid-
up kekal lagi terus-menerus mengurus (makhluk-Nya), tidak mengan-
tuk dan tidak tidur.”(QS. Al-Baqarah: 255).
Ketiga, berita yang disampaikan oleh para rasul tentang ketuhanan
Allah dan ajakan mereka kepada umatnya untuk mengakui ketu-
hanan-Nya dan hanya melakukan peribadahan kepada Allah semes-
ta, tidak kepada orang lain. Nabi Nuh berkata kepada kaumnya: “Hai
Kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada illah bagimu selain dari-
Nya. Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya?”(QS. Al-Araf:
59). Sebagaimana Nabi Nuh, para nabi yang lain yakni nabi Hud, nabi
Shalih dan nabi Syuaib juga mengatakan kepada kaumnya: “Hai kaum-
ku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada illah bagimu selain dari-Nya.
Maka mengapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya.”(QS. Al-Araf: 65).
Perkataan Nabi Musa: “Patutkah aku mencari illah untuk kamu yang
selain daripada Allah, Padahal Dialah yang telah melebihkan kamu
atas segala umat.”(QS. Al-Araf: 140) Perkataan tersebut merupakan
jawaban nabi Musa kepada bani israil saat mereka meminta kepadan-
ya agar membuatkan sesembahan berwujud patung untuk mereka
sembah. Dalam tasbihnya nabi Yunus mengucapkan: “Tidak ada illah
selain Engkau. Maha Suci Engkau, sesungguhnya aku adalah terma-
suk orang-orang yang dzalim.”(QS. Al-Anbiya: 87). Nabi Muhammad
dalam tasyahhud beliau mengucapkan: “Aku bersaksi bahwa sanya
tiada illah (yang berhak disembah) selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya.”
Keempat, sesungguhnya kerububiyahan Allah yang telah kukuh dan
tidak dapat diperdebatkan lagi itu merupakan sesuatu yang mewajib-
kan keuluhiahan-Nya. Sehingga Rabb Yang Maha Esa dalam meng-
hidupkan dan mematikan, memberi dan menahan rezeki, mendatang-
kan manfaat dan bahaya, Dia-lah yang berhak diibadahi oelh seluruh
makhluk. Dia pulalah yang wajib dipertuhankan, ditaati dan dicintai, dia-
gungkan dan disucikan, diharapkan dan ditakuti oleh seluruh makhluk.
Kelima, apabila segenap makhluk ini berada di bawah pemeliharaan
Allah, yakni Dialah yang mencipta, memberi rezeki, mengatur dan
mengelola seluruh keadaan dan urusan mereka, maka masuk akalkah
bila makhluk yang sangat bergantung kepada-Nya itu dipertuhankan di
samping Allah? Apabila penuhanan terhadap para makhluk telah gugur
dan batil adanya, maka Dzat Yang telah menciptakan para makhluk

100 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


itulah tuhan yang sesungguhnya dan sesembahan yang benar-benar
berhak diibadahi.
Keenam, Allah Azza wa Jalla mempunyai sifat-sifat yang sempurna
secara mutlak dan sifat-sifat itu tidak dimiliki oleh selain oleh-Nya. Mis-
alnya adalah sifat dan keadaan Allah sebagai Dzat Yang Maha Kuat
lagi Maha Kuasa, Maha Tinggi lagi Maha Besar, Maha mendengar lagi
Maha melihat, Maha Penyantun lagi Maha Penyayang, Maha Halus
lagi Maha Mengetahui. Hal ini mewajibkan manusia untuk mengham-
bakan hati kepada-Nya dengan rasa cinta dan tadzim (pengagungan).
Dan mengharuskan mereka menghambakan seluruh anggota badann-
ya kepada-Nya dengan ketaatan dan ketundukan.
c) Iman Kepada Asma dan Sifat Allah

Yakni beriman kepada asmaul husna (nama-nama yang paling ba-


gus) dan sifat-sifat yang paling agung yang dimiliki oleh Allah Taala.
Tidak mempersekutukan Alalh dengan siapapun dalam asmaul hus-
na dan sifat-sifat-Nya. Dan tidak menakwilkan nama dan sifat-Nya itu
sehingga akhirnya jatuh ke dalam tathil (mengingkari sifat-sifat Allah
tersebut). Tidak melakukan tasybih (penyamaan) nama dan sifat Allah
dengan sifat-sifat para makhluk, tidak pula melakukan takyif (mengkha-
yalkan dan menanyakan hakikat) atau tamtsil (menyerupakan) atasn-
ya, karena itu merupakan perkara yang mustahil.
Menetapkan semua nama dan sifat yang telah ditetapkan oleh Al-
lah Taala bagi diri-Nya dan apa yang telah ditetapkan oleh Rasulullah
saw untuk-Nya, meniadakan segala aib dan kekurangan yang telah di-
nafikan oleh Allah dari diri-Nya atau dinafikan oleh Rasulullah saw dari
diri-Nya, secara global ataupun terperinci. Allah Taala berfirman: “Han-
ya milik Allah asmaul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang meny-
impang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mer-
eka akan mendapat balasan terhadap apa yang mereka kerjakan.”(QS.
Al-Araf: 180). “Katakanlah, serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Den-
gan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai asmaul husna
(nama-nama yang terbaik).”(QS. Al-Isra: 110).

2) Iman Kepada Para Malaikat Allah

Beriman kepada para malaikat Allah, yakni meyakini bahwa mereka


adalah makhluk-Nya yang paling mulia dan hamba-hamba-Nya yang
dimuliakan di antara para hamba-Nya. Allah menciptakan mereka dari
nur (cahaya), sebagaimana Dia menciptakan manusia dari tanah, dan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 101


menciptakan jin dari nyala api yang tidak ada asap di dalamnya. Dan
meyakini bahwa Allah memberikan tugas kepada para malaikat kemudi-
an mereka pun melaksanakannya. Di antara para malaikat itu ada yang
diberi tugas untuk menjaga hamba-hamba-Nya, ada yang mendapat
tugas mencatat amal perbuatan manusia, ada yang tugasnya menjaga
surga dan kenikmatannya, ada yang bertugas menjaga neraka dan sik-
sanya, ada di antara mereka yang tugasnya selalu bertasbih siang dan
malam tiada henti-henti.
Dan meyakini pula bahwa Allah telah memberikan keutamaan kepa-
da sebagian malaikat di atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada
yang disebut sebagai al-muqarrabun (didekatkan kepada Allah Taala)
yakni malaikat Jibril, Mikail, dan Israfil, adapun para malaikat lainnya
memiliki derajat di bawah mereka, demikian seterusnya.
Landasan dari keimanan semacam itu didasarkan pada: Pertama,
perintah Allah untuk beriman kepada para malaikat dan berita yang dis-
ampaikan oleh Allah tentang mereka di dalam beberapa firman-Nya,
di antaranya: “Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-ma-
laikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari kemudian, maka
sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”(QS. An-Nisa:
136).
Kedua, berita yang disampaikan oleh Rasulullah tentang para ma-
laikat dalam doa yang beliau panjatkan saat melakukan shalat malam:
“Wahai Allah, Rabb-nya Jibril, Rabb-nya Mikail, Rabb-nya Israfil. Pen-
cipta langit dan bumi, Yang mengetahui alam ghaib dan alam nyata,
Engkau memutuskan di antara hamba-hamba-Mu dalam apa yang
mereka perselisihkan, berilah aku petunjuk kepada kebenaran yang
mereka berselisih di dalamnya dengan izin-Mu, karena Engkau mem-
beri petunjuk siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.”(HR.
Muslim)
Ketiga, penglihatan sebagian besar sahabat yang ikut dalam perang
Badar kepada sosok para malaikat, dan penglihatan mereka secara be-
ramai-ramai kepada malaikat jibril yang terjadi lebih dari sekali, karena
sekali waktu malaikat Jibril datang dalam wujud seseorang yang mirip
dengan Dihyah al-Kalbi dan dapat disaksikan langsung oleh para sa-
habat. Adapun kisah yang paling masyhur dalam hal ini adalah hadits
Umar bin al-Khaththab yang termaktub dalam shahih Muslim yakni ke-
tika Rasulullah saw bersabda, ”apakah kalian mengetahui siapa sebe-
narnya penanya tadi?” Para sahabat menjawab: Allah dan Rasul-Nya
yang lebih tahu.” Rasulullah saw bersabda: “Dia adalah malaikat Jibril.
Dia datang kepada kalian untuk mengajarkan agama kepada kalian.”

102 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Keempat, keimanan miliaran kaum mukminin yang menjadi pengi-
kut para Rasul di seluruh zaman dan tempat kepada para malaikat
dan pembenaran mereka terhadap berita yang dibawa oleh para rasul
tersebut tanpa adanya rasa ragu-ragu dan bimbang.

3) Iman Kepada Kitab-Kitab Allah

Beriman kepada kitab-kitab Allah, yakni mengimani seluruh kitab


yang diturunkan Allah dan juga seluruh lembaran wahyu (shuhuf) yang
telah diberikan kepada sebagian rasul-Nya, dan meyakini bahwa itu
semua adalah firman Allah Taala yang diwahyukan kepada para ra-
sul-Nya supaya mereka menyampaikan syariat dan agama-Nya.
Di antara itu terdapat empat kitab yang paling besar, yakni al-Quran
yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw, Taurat yang diturunkan
kepada Nabi Musa as, Zabur yang diturunkan kepada Nabi Daud as,
dan Injil yang diturunkan kepada Nabi Isa as.
Dan kitab yang paling agung di antara keempat kitab tersebut ada-
lah al-Quran, yang mana ia adalah barometer sekaligus penyempurna
seluruh syariat dan hukum-hukum yang ada pada kitab-kitab sebelum-
nya.
Landasan dari keimanan ini adalah: pertama, perintah Allah Taala
untuk beriman kepada seluruh kitab-Nya sebagaimana firman-Nya:
“Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan
Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya,
serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barang siapa yang kafir
kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya
dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat se-
jauh-jauhnya.”(QS. An-Nisa: 136).
Kedua, berita yang disampaikan oleh Allah Taala tentang kitab-ki-
tab-Nya dalam firman-Nya: “Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak dis-
embah) melainkan Dia. Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus
makhluk-Nya. Dia menurunkan Al Kitab (Al Qur’an) kepadamu dengan
sebenarnya; membenarkan kitab yang telah diturunkan sebelumnya
dan menurunkan Taurat dan Injil. Sebelum (Al Qur’an), menjadi pe-
tunjuk bagi manusia, dan Dia menurunkan Al Furqaan. Sesungguhn-
ya orang-orang yang kafir terhadap ayat-ayat Allah akan memperoleh
siksa yang berat; dan Allah Maha Perkasa lagi mempunyai balasan
(siksa).”(QS. Ali Imran: 2-4).
Ketiga, berita yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang ki-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 103


tab-kitab-Nya itu dalam banyak hadits. Di antaranya: “Janganlah kalian
membenarkan ahli kitab dan jangan pula mendustakan mereka. Na-
mun ucapkanlah: kami beriman kepada apa yang diturunkan kepada
kami dan diturunkan kepada kalian, dan illah kita dan illah kalian adalah
satu, dan kami hanya menyerahkan diri kepada-Nya.”(HR. Bukhari).
Beliau juga bersabda: “Seandainya Musa atau Isa masih hidup, maka
tidak dibenarkan baginya kecuali mengikutiku.”(HR. Abu Yala)
Keempat, keimanan jutaan ulama, para hukama (orang-orang bijak),
dan orang-orang beriman di setiap zaman dan tempat, serta keyakinan
mereka yang kuat bahwa Allah telah menurunkan kitab-kitab yang di-
wahyukan kepada para rasul dan juga manusia terbaik yang menjadi
pilihan-Nya (Nabi Muhammad).
Kelima, kondisi manusia yang penuh kelemahan dan sangat mem-
butuhkan campur tangan Allah dalam meperbaiki keadaan jasmani dan
ruhaninya itu mendesak untuk diturunkannya kitab-kitab Allah yang
berisi hukum-hukum syariat dan perundang-undangan yang dapat
mewujudkan kesempurnaan hidup manusia serta apa saja yang mere-
ka butuhkan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Keenam, para rasul adalah perantara antara Allah dengan para
hamba-Nya. Mereka sama dengan manusia lainnya yang hidup sela-
ma beberapa waktu yang telah ditentukan, kemudian meninggal dunia.
Seandainya ajaran-ajaran mereka itu tidak diabadikan dalam kitab ter-
tentu, niscaya ajaran mereka itu hilang bersamaan dengan kematian
mereka. Sehingga orang-orang yang hidup sepeninggal mereka hid-
up tanpa adanya risalah para nabi dan tanpa para perantara. Jika itu
terjadi, maka hilanglah tujuan semula dari adanya wahyu dan risalah.
Tak diragukan lagi, keadaan inilah yang menuntut untuk diturunkannya
kitab-kitab illahi.
Ketujuh, apabila seorang rasul itu menyeru kepada Allah tanpa
membawa sebuah kitab yang datang dari Rabb-nya, yang isinya men-
cakup undang-undang, petunjuk, dan kebaikan, manusia akan dengan
mudah mendustakan dan mengingkari risalahnya. Keadaan inilah yang
menghendaki diturunkannya kitab-kitab illahi untuk menegakkan hujjah
atas manusia.

4) Iman Kepada Para Rasul Allah

Beriman kepada para rasul Allah, yakni beriman bahwa Allah tel-
ah memilih para rasul di antara manusia dan mewahyukan syariat-Nya
kepada mereka serta menugaskan mereka untuk menyampaikannya

104 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kepada manusia untuk memutus hujjah mereka pada hari kiamat. Dia
juga telah mengutus mereka dengan bukti-bukti yang nyata dan men-
guatkan mereka dengan berbagai mukjizat, dimulai dari nabi Nuh dan
ditutup dengan nabi Muhammad.
Keimanan seperti ini didasarkan pada beberapa hal, yakni: pertama,
berita yang disampaikan oleh Allah tentang para rasul-Nya, pengutu-
san mereka, dan berbagai risalah yang mereka bawa, sebagaimana
firman-Nya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada ti-
ap-tiap umat (untuk menyerukan): sembahlah Allah (saja), dan jauhilah
thaghut.”(QS. An-Nahl: 36). “Sesungguhnya Kami telah mengutus
rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah
Kami turunkan bersama mereka al-Kitab dan neraca (keadilan) supaya
manusia dapat melaksanakan keadilan.”(QS. Al-Hadid: 25).
Kedua, berita yang disampaikan oleh Rasulullah saw tentang dirin-
ya dan saudara-saudaranya dari kalangan para nabi dan rasul dalam
sabda beliau: “Tidaklah Allah mengutus seorang nabi kecuali dia pasti
memperingatkan kaumnya dari al-masih ad-Dajjal.”(HR. Bukhari Mus-
lim)
Ketiga, keimanan miliaran manusia dari kaum muslimin dan selain
mereka dari kalangan ahli kitab (yahudi dan nasrani) terhadap para
rasul Allah dan pembenaran mereka yang mutlak terhadap risalah yang
dibawa oleh para rasul, juga keyakinan mereka bahwa para rasul itu
memiliki kesempurnaan dan merupakan pribadi-pribadi yang dipilih
oleh Allah.
Keempat, rububiyah Allah dan rahmat-Nya menuntut adanya peng-
utusan para rasul dari sisi-Nya kepada para makhluk-Nya agar mereka
mengenalkan mereka pada Rabb Yang mencipta dan memelihara mer-
eka, membimbing mereka pada sesuatu yang dapat membawa mereka
menjadi manusia yang sempurna dan mendapatkan kebahagiaan hid-
up di dunia dan akhirat.
Kelima, tujuan Allah menciptakan makhluk-Nya adalah agar mereka
beribadah kepada-Nya. Maka hal ini menuntut adanya pemilihan para
rasul dan pengutusan mereka kepada manusia untuk mengajari mere-
ka cara yang benar dalam mengibadahi dan mentaati Allah, karena dua
hal itu adalah tujuan mereka diciptakan di dunia.
Keenam, sesungguhnya pahala yang didapatkan karena ketaatan,
dan siksa yang ditimpa karena kemaksiatan, adalah perkara yang
mengharuskan pengutusan para rasul dan nabi, supaya pada hari kia-
mat manusia tidak berkata: “wahai Rabb kami, sesungguhnya kami
belum mengetahui bagaimana cara menaati-Mu sehingga kami dapat

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 105


menaati-Mu dengan benar. Kami juga tidak mengetahui perbuatan
mana saja yang termasuk kemaksiatan kepada-Mu sehingga kami
menjauhinya. Dan pada hari ini tidak ada kedzaliman di sisi-Mu, maka
janganlah Engkau siksa kami.” Jika itu yang terjadi, maka orang-orang
itu tentu mempunyai alasan di hadapan Allah. Oleh karena itu, keadaan
ini menuntut diutusnya para rasul untuk membatalkan alasan seperti di
atas.

5) Iman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir, yakni meyakini bahwa kehidupan dunia


ini mempunyai detik-detik penghabisan di mana setelah itu tiada detik
lagi di sana, dan akan ada hari terakhir di mana setelah itu tiada hari lagi
setelahnya. Kemudian akan datang kehidupan yang kedua, yakni hari
akhir di kampung akhirat. Di sana Allah akan membangkitkan seluruh
makhluk-Nya dengan sebuah pembangkitan, dan mengumpulkan mer-
eka semuanya kepada-Nya untuk dihisab. Maka Dia membalas orang-
orang yang berbakti dengan berbagai kenikmatan abadi di surga, dan
orang-orang jahat dengan siksaan yang menghinakan di dalam neraka.
Dan bahwasanya semua itu diawali dengan berbagai tanda-tanda
kiamat sebelumnya, seperti keluarnya al-masih Dajjal, Yajuj dan Majuj,
turunnya Isa as, keluarnya binatang bumi (yang bisa bicara), terbitn-
ya matahari dari arah barat, dan tanda-tanda lainnya. Kemudian dit-
iuplah terompet pertama yaitu tiupan kehancuran dan kematian seluruh
makhluk dan dilanjutkan dengan peniupan yang kedua, yakni tiupan
kebangkitan, penghimpunan, dan berdiri di hadapan Rabb semes-
ta alam. Kemudian dibagikanlah buku-buku catatan amal, maka ada
orang-orang yang menerima catatan amalannya dengan tangan kanan
dan ada pula yang menerimanya dengan tangan kiri. Selanjutnya dile-
takkanlah timbangan amal, lalu dilanjutkan dengan proses hisab (per-
hitungan amal), setelah itu dibentangkanlah titian shirat, dan semua itu
berakhir dengan tinggalnya ahli surga di dalam surga dan ahli neraka
di dalam neraka.
Landasan dari keimanan ini adalah sebagai berikut: pertama, beri-
ta yang disampaikan oleh Allah tentang semua peristiwa itu dalam fir-
man-Nya: “Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal
Dzat Rabb-mu Yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.”(QS.
Ar-Rahman: 26-27). “Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang
manusia pun sebelum kamu (Muhammad). Maka jikalau kamu mati,
apakah mereka akan kekal? Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan
mati. Kami akan menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan se-

106 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


bagai cobaan (yang sebenar-benarnya). Dan hanya kepada kamilah
kamu dikembalikan.”(QS. Al-Anbiya: 34-35).
Kedua, berita yang dibawa oleh rasulullah dalam beberapa sabda
beliau, di antaranya: “Sesungguhnya kiamat tidak akan terjadi hingga
terjadi sepuluh tanda, yaitu: gempa bumi di timur, di barat, dan di ja-
zirah Arab, asap, Dajjal, binatang (yang keluar dari perut bumi), Yajuj
dan Majuj, terbitnya matahari dari barat, dan api yang keluar dari lem-
bah Aden yang menggiring manusia, serta turunnya Nabi Isa as.”(HR.
Muslim). “Kedua telapak kaki seorang hamba tidak akan bergeser pada
hari kiamat samapi ditanya tentang umurnya untuk apa dia habiskan,
tentang ilmunya untuk apa ia amalkan, tentang hartanya dari mana ia
peroleh dan untuk apa ia pergunakan, serta tentang tubuhnya untuk
apa ia ia gunakan.”(HR. Tirmidzi).
Ketiga, mengembalikan makhluk-Nya setelah mereka binasa ada-
lah sesuatu yang sangat mudah dan layak bagi kekuasaan Allah Azza
wa Jalla, karena mengembalikan makhluk itu tidak lebih sulit daripada
menciptanya pertama kali tanpa contoh sebelumnya.
Keempat, wujud kehidupan dunia dengan berbagai kenikmatan dan
kesengsaraan di dalamnya merupakan saksi akan adanya kehidupan
lain di alam yang lain yang di dalamnya terdapat keadilan, kebaikan,
kesempurnaan, kebahagiaan dan juga kesengsaraan yang jauh leb-
ih besar dan utama. Di mana kehidupan dunia dan apa yang ada di
dalamnya berupa kebahagiaan dan kesengsaraan tidak dapat meng-
gambarkan kehidupan akhirat kecuali hanya semisal lukisan istana
di bandingkan dengan istana-istana yang megah atau seperti sehelai
daun kecil dibandingkan dengan kebun-kebun yang lebat penuh tana-
man buah.

6) Iman Kepada Qadha dan Qadar

Beriman kepada qadha dan qadar, yakni meyakini qadha dan qadar
yang telah ditetapkan oleh Allah, serta hikmah dan kehendak-Nya, se-
hingga percaya bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi di alam wu-
jud —termasuk segala perbuatan hamba yang dilakukan atas kemauan
sendiri- kecuali atas sepengetahuan dan takdir Allah Taala. Juga mey-
akini bahwasanya Allah Maha adil dalam qadha dan qadar-Nya, Maha
bijaksana dalam tindakan dan pemeliharaan-Nya. Dan bahwasanya ke-
bijaksanaan-Nya mengikuti kehendak-Nya, apa yang dikehendaki-Nya
pasti terjadi, dan apa yang tidak dikendaki-Nya pasti tidak terjadi. Tidak
ada daya dan kekuatan melainkan atas (kehendak) Allah Yang Maha

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 107


luhur dan Maha agung.
Landasan keyakinan tersebut adalah: pertama, berita yang disam-
paikan oleh Allah Taala tentang hal itu dalam firman-Nya: “Sesungguhn-
ya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”(QS. Al-Qamar:
49) “Tiada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (lauhul mah-
fudz) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian
itu adalah mudah bagi Allah.”(QS. Al-Hadid: 22).
Kedua, berita yang disampaikan Rasulullah saw tentang hal itu da-
lam sabda beliau: “Pertama kali yang Allah ciptakan adalah pena, lalu
Allah berfirman kepadanya: Tulislah! Pena menjawab: wahai Rabb,
apa yang harus aku tulis? Allah menjawab: Tulislah semua takdir yang
akan terjadi hingga datangnya hari kiamat.”(HR. Ahmad dan Tirmidzi).
Beliau bersabda tentang definisi iman: “Iman adalah engkau beriman
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para Rasul-Nya, hari
akhir, dan beriman dengan takdir yang baik maupun yang buruk.”(HR.
Muslim)
Ketiga, keimanan ratusan juta ulama, hukama (orang-orang bijak),
dan orang-orang shalih dari umat Muhammad saw dan selain mereka
kepada qadha, takdir, kebijaksanaan, dan kehendak Allah Taala. Mere-
ka yakin bahwa segala sesuatu telah didahului oleh ilmu-Nya dan takdir
Allah berlaku atasnya, segala sesuatu tidak akan terjadi dalam kera-
jaan-Nya kecuali atas kehendak-Nya, segala sesuatu yang dikehen-
daki oleh Allah pasti terjadi, segala sesuatu yang tidak dikendaki-Nya
pasti tidak terjadi, dan bahwa pena takdir itu berlaku sesuai dengan
kadar segala sesuatu hingga datangnya hari kiamat (al-Jazairi, 2017:
25-100).

B. Hubungan Iman, Ilmu dan Amal

Kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam al-Qu-
ran. Hal ini menunjukkan bahwa Islam sangat menganggap penting
ilmu bagi kehidupan seorang mukmin, karena setiap perkataan dan
perbuatan harus dilandasi ilmu agar benar sesuai dengan petunjuk.
Kata ilmu digunakan dalam arti proses pencapaian pengetahuan dan
objek pengetahuan. Ilm dari segi bahasa berarti kejelasan, karena itu
segala yang terbentuk dari akar katanya mempunyai ciri kejelasan.
Islam merupakan ajaran agama yang sempurna, kesempurnaannya

108 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


dapat tergambar dalam keutuhan inti ajarannya. Ada tiga inti ajaran
Islam yaitu Iman, Islam dan Ihsan. Ketiga inti ajaran itu terintegrasikan
di dalam sebuah sistem ajaran yang disebut Dinul Islam.
Dalam pandangan Islam, antara agama Islam, ilmu pengetahuan, te-
knologi dan seni terdapat hubungan yang harmonis dan dinamis yang
terintegrasi ke dalam suatu sistem yang disebut dinul Islam. Di dalamn-
ya terdapat tiga unsur pokok, yaitu aqidah, Syariah, dan akhlak dengan
kata lain iman, ilmu, dan amal shalih.
Di dalam al-Quran suarat Ibrahim, Allah telah memberikan ilustrasi
indah tentang integrasi antara Iman, ilmu dan amal: “Tidakkah kamu
perhatikan bagaimana Allah telah membuat perumpamaan kalimat
yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya
(menjulang) ke langit, pohon itu memberikan buahnya pada setiap mu-
sim dengan seizin Tuhannya. Allah membuat perumpamaan-perump-
amaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”(QS. Ibrahim:
24-25).
Ayat tersebut menggambarkan keutuhan antara iman, ilmu dan amal
atau aqidah, Syariah dan akhlak dengan menganalogikan bangunan
dinul Islam bagaikan sebatang pohon yang baik. Iman diidentikkan
dengan akar sebuah pohon yang menopang tegaknya ajaran Islam.
Ilmu bagaikan batang pohon yang mengeluarkan dahan-dahan dan
cabang-cabang ilmu pengetahuan, sedangkan amal ibarat buah dan
pohon identik dengan teknologi dan seni.
IPTEKS yang dikembangkan di atas nilai-nilai iman dan ilmu akan
menghasilkan amal shalih. Selanjutnya perbuatan baik, tidak akan ber-
nilai amal shalih apabila perbuatan baik tersebut tidak dibangun di atas
nilai iman dan nilai yang benar. IPTEKS yang lepas dari keimanan dan
ketakwaan tidak akan bernilai ibadah serta tidak akan menghasilkan
kemaslahatan bagi umat manusia dan alam lingkungannya bahkan
akan menjadi malapetaka bagi kehidupan manusia (Tholhah, 2018:
73).

RANGKUMAN

Iman secara bahasa berarti percaya, yaitu meyakini atau yakin bah-
wa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya.
Sedang secara istilah, iman berarti pembenaran dengan hati, penga-
kuan dengan lisan, dan pengamalan dengan anggota badan. Penggu-
naan kata Iman dalam Al-Quran mengandung dua pengertian dasar,

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 109


yaitu: Iman dengan pengertian membenarkan (tashdiq) yang berarti
membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya, dan
iman dengan pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal yaitu se-
gala perbuatan kebajikan yang tidak bertentangan dengan hukum yang
telah digariskan oleh syara. Jadi iman ialah kepercayaan yang mere-
sap ke dalam hati, dengan penuh keyakinan, tidak bercampur syak
(ragu), serta memberi pengaruh bagi pandangan hidup, tingkah laku
dan perbuatan sehari-hari.
Unsur-unsur iman atau disebut juga sebagai rukun iman itu ada
enam, yaitu: iman kepada Allah, malaikat-malaikat Allah, kitab-kitab
Allah, Rasul-Rasul Allah, Hari Kiamat dan takdir baik buruk itu dari Al-
lah. Beriman kepada Allah, yakni membenarkan keberadaan Rabb Ta-
baaraka wa Taala dan bahwasanya Dia Azza wa Jalla adalah pencipta
langit dan bumi, tiada illah (sesembahan yang berhak diibadahi) selain
Dia, dan bahwasanya Dia Jalla wa Ala disifati dengan seluruh kesem-
purnaan, Mahasuci dari segala kekurangan. Beriman kepada para ma-
laikat Allah, yakni meyakini bahwa mereka adalah makhluk-Nya yang
paling mulia dan hamba-hamba-Nya yang dimuliakan di antara para
hamba-Nya. Allah menciptakan mereka dari nur (cahaya), dan mey-
akini bahwa Allah memberikan tugas kepada para malaikat kemudi-
an mereka pun melaksanakannya. Beriman kepada kitab-kitab Allah,
yakni mengimani seluruh kitab yang diturunkan Allah dan juga seluruh
lembaran wahyu (shuhuf) yang telah diberikan kepada sebagian ra-
sul-Nya, dan meyakini bahwa itu semua adalah firman Allah Taala yang
diwahyukan kepada para rasul-Nya supaya mereka menyampaikan
syariat dan agama-Nya.
Beriman kepada para rasul Allah, yakni beriman bahwa Allah tel-
ah memilih para rasul di antara manusia dan mewahyukan syariat-Nya
kepada mereka serta menugaskan mereka untuk menyampaikann-
ya kepada manusia untuk memutus hujjah mereka pada hari kiamat.
Beriman kepada hari akhir, yakni meyakini bahwa kehidupan dunia ini
mempunyai detik-detik penghabisan di mana setelah itu tiada detik lagi
di sana, dan akan ada hari terakhir di mana setelah itu tiada hari lagi
setelahnya. Kemudian akan datang kehidupan yang kedua, yakni hari
akhir di kampung akhirat. Di sana Allah akan membangkitkan seluruh
makhluk-Nya dengan sebuah pembangkitan, dan mengumpulkan mer-
eka semuanya kepada-Nya untuk dihisab. Maka Dia membalas orang-
orang yang berbakti dengan berbagai kenikmatan abadi di surga, dan
orang-orang jahat dengan siksaan yang menghinakan di dalam neraka.
Beriman kepada qadha dan qadar, yakni meyakini qadha dan qadar
yang telah ditetapkan oleh Allah, serta hikmah dan kehendak-Nya, se-

110 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


hingga percaya bahwa segala sesuatu tidak akan terjadi di alam wu-
jud —termasuk segala perbuatan hamba yang dilakukan atas kemauan
sendiri- kecuali atas sepengetahuan dan takdir Allah Taala. Juga mey-
akini bahwasanya Allah Maha adil dalam qadha dan qadar-Nya, Maha
bijaksana dalam tindakan dan pemeliharaan-Nya.

LATIHAN

• Jelaskan makna iman secara bahasa dan istilah!


• Jelaskan pengertian kata iman yang biasa digunakan dalam
al-Quran!
• Apa hubungan keimanan antara pembenaran hati dan perbua-
tan anggota badan?
• Sebutkan unsur-unsur iman!
• Keimanan kepada Allah meliputi apa saja?
• Apa yang dimaksud dengan beriman kepada malaikat Allah?
• Sebutkan nama-nama kitab Allah yang harus diimani!
• Apa yang dimaksud dengan beriman kepada Hari Akhir?
• Jelaskan kedudukan ilmu dalam Islam!
• Jelaskan hubungan iman, ilmu dan amal!

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8) silah-


kan kaji kembali hakekat iman.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (9, 10) silahkan kaji kembali
hubungan antara iman, ilmu dan amal.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Arti iman menurut bahasa adalah?
a. Percaya
b. Mengesakan
c. mentauhidkan
2. Arti iman menurut istilah adalah?

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 111


a. a.Mengakui adanya Allah
b. Mengikrarkan syahadat
c. Pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan,
dan pengamalan dengan anggota badan
3. Ada berapa macam-macam rukun iman?
a. 5 macam
b. 6 macam
c. 2 macam
4. Apa hubungan keimanan antara pembenaran hati dan perbuatan
anggota badan?
a. Tidak ada hubungan
b. Bukti keimanan cukup dengan mengaku diri sebagai
seorang muslim
c. Semuanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan
5. Berikut ini termasuk cakupan keimanan kepada Allah, kecuali?
a. Tauhid Uluhiyah
b. Tauhid Rububiyah
c. Tauhid Kauni
6. Berikut ini termasuk nama kitab-kitab Allah, kecuali?
a. Al-Quran
b. As-Sunnah
c. Taurat
7. Malaikat diciptakan dari?
a. Api
b. Tanah
c. Cahaya
8. Arti qadar yaitu?
a. Perintah Allah
b. Aturan Allah
c. Ketetapan Allah
9. Bagaimana kedudukan ilmu di dalam Islam?
a. Ilmu yang diakui hanyalah ilmu agama
b. Ilmu yang diakui hanyalah ilmu sains
c. Islam sangat menganggap penting ilmu bagi kehidupan
seorang mukmin, baik ilmu agama maupun sains,
oleh karena itu kata ilmu dengan berbagai bentuknya
terulang 854 kali dalam al-Quran.
10. Ayat yang menjelaskan hubungan iman, ilmu dan amal adalah?
a. QS. Al-Baqarah: 24-25
b. QS. Al-Maidah: 24-25
c. QS. Ibrahim: 24-25

112 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa


dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 113


KEGIATAN BELAJAR 2

Karakteristik dan Sifat Orang Beriman, Hal-hal yang


Dapat Merusak dan Meniadakan Iman

A. Karakteristik dan Sifat Orang Beriman

Penjelasan tentang karakter-karakter orang beriman dapat kita temu-


kan baik dalam al-Quran maupun Hadits. Di dalam al-Quran misalnya
dijelaskan secara rinci dalam surat al-Muminun: 1-11, surat al-Hujurat
: 15, dan surat al-Baqarah : 177. Berikut ini terjemahan dari ayat-ayat
tersebut:
“Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, (yaitu)
orang-orang yang khusyu dalam shalatnya, Dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,
Dan orang-orang yang menunaikan zakat, Dan orang-orang yang men-
jaga kemaluannya, Kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak
yang mereka miliki; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal Ini tiada
terceIa. Barangsiapa mencari yang di balik itu, Maka mereka Itulah
orang-orang yang melampaui batas. Dan orang-orang yang memeli-
hara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. Dan orang-orang
yang memelihara sembahyangnya. Mereka Itulah orangorang yang
akan mewarisi, (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka
kekal di dalamnya.” (QS. al-Muminun: 1-11).
“Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-
orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, Kemudian
mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta
dan jiwa mereka pada jalan Allah. mereka Itulah orang-orang yang be-
nar.” (QS. al-Hujurat : 15)
Berdasarkan penjelasan di dalam surat al-Hujurat : 15 dapat kita pa-
hami bahwa karakter orang beriman adalah bahwa keimanannya tidak

114
hanya berhenti pada pembenaran di hati (tashdiq bi al-qalb) semata,
tetapi diikuti dengan keterlibatan lisan (iqrar bi al-lisan) dan aktualisasi
perbuatan (amal bi al-arkan) (Yusuf, 2008: 39).
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu
suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman
kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi
dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak
yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan)
dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba
sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang
yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar
dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itu-
lah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang
yang bertakwa.” (QS. al-Baqarah: 177).
Di antara karakteristik orang yang beriman menurut surat al-Baqar-
ah:177 adalah Mukmin yang mau berjuang dengan jiwa dan hartanya,
termasuk di dalamnya kegiatan yang menuntut pengorbanan jiwa dan
hartanya. Dari kutipan beberapa ayat al-Quran di atas nampak bahwa
dalam menerangkan iman, al-Quran menjelaskannya dengan penyebu-
tan sifat-sifat yang dimiliki orang mukmin, bukan sekedar keyakinan
belaka.
Demikian juga menurut penjelasan hadits Nabi saw, bahwa karak-
teristik orang beriman adalah mengamalkan cabang-cabang keimanan
yang dijelaskan dalam hadits dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasûlullâh
bersabda, “Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih, atau enam puluh
cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ ilâha illallâh, dan
yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari jalan.Dan malu
itu termasuk bagian dari iman.”(HR. Bukhari Muslim).
Hadits yang berasal dari Abu Hurairah tersebut memberi informasi
bahwa iman memiliki 60an atau 70an bagian (cabang). Tauhid la ilaha
illa Allah diposisikan sebagai iman yang paling tinggi (utama), semen-
tara iman yang terendah diungkapkan dengan bahasa “menyingkirkan
bahaya di jalan”. Berdasarkan logika matematis, masih ada cabang
iman sebanyak antara 61-69 atau 71-79 (bidun wa sittun aw wa sabun
syubah) bagian iman di antara interval iman tertinggi dan terendah itu,
di antaranya adalah rasa malu, bersikap adil, jujur, dermawan, toleran,
cinta damai, menghormati tamu, memberi rasa aman kepada tetangga
dan sebagainya (Yusuf, 2008: 55).
Menurut Ibn Hajar dalam kitab Fath al-Bârî mengatakan bahwa ber-
dasarkan informasi dari Ibn Hibban Ia mengatakan bahwa cabang kei-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 115


manan dibagi beberapa cabang berdasarkan pengelompokan: perilaku
hati, perbuatan lisan, dan perbuatan badan. Perilaku hati yang berkai-
tan dengan keyakinan dan niat terbagi menjadi 23 cabang keimanan,
cabang keimanan yang berkaitan dengan amal lisan ada 7 cabang dan
perbuatan badan ada 39 cabang keimanan. Berikut uraian tentang
cabang-cabang keimanan:
Amalan-amalan yang berhubungan dengan Hati mencakup 23 ma-
cam: (1) Beriman kepada Allah (2) Beriman kepada Malaikat Allah (3)
Beriman kepada kitab-kitab Allah (4) Beriman kepada Rasul-Rasul Al-
lah (5) Beriman terhadap taqdir Allah (6) Beriman terhadap hari kiamat
(7) Cinta kepada Allah (8) Cinta dan benci karena Allah (9) Cinta kepa-
da Rasulullah (10) Ikhlas (11) Taubat (12) Takut akan adzab Allah (13)
Mengharap ridha dan pahala dari Allah (14) Syukur kepada Allah (15)
Memenuhi janji untuk taat kepada Allah (16) Sabar (17) Ridha terhadap
ketentuan/takdir Allah (18) Tawakkal kepada Allah (19) Kasih sayang
(20) Tawadhu hormat kepada yang lebih tua dan sayang kepada yang
lebih muda (21) Meninggalkan perangai sombong (22) Meninggalkan
dengki (23) Meninggalkan perangai marah.
Amalan Lisan mencakup 7 macam: (1) Melafalkan kalimat tauhid la
ilaha illallah (2) Membaca (mengagungkan dan memulyakan) al-Quran
(3) Menuntut ilmu (4) Mengajarkan ilmu (5) Berdoa (6) Berdzikir ter-
masuk istighfar (7) Menjauhi perkara-perkara yang tidak bermanfaat/
senda gurau.
Amalan Badan/anggota tubuh, mencakup 39 macam, dengan rincian
sebagai berikut. Amalan badan yang berkaitan dengan individu/pribadi
mencakup 15 macam: (1) Mensucikan diri secara lahir maupun hukum,
termasuk menjauhi perkara-perkara najis (2) Menutup aurat (3) Shalat
wajib dan sunnah (4) Zakat (5) Berbuat baik terhadap karib/keluarga
dekat (6) Derma termasuk memberi makan orang lain atau memuliakan
tamu (7) Puasa wajib dan sunnah (8) Haji dan umrah (9) Thawaf (10)
Itikaf (11) Berusaha / mencari mendapatkan malam lailatul qadar (12)
Hijrah karena ajaran agama, termasuk hijrah dari kampung kesyirikan
menuju kampung yang muslim (13) Memenuhi nadzar (14) Berupaya
untuk meraih tingkatan-tingkatan iman (15) Membayar kaffarat/denda.
Amalan badan yang berhubungan dengan ittiba Rasulullah ada 7
macam : (1) Berupaya untuk menikah (2) Melaksanakan hak-hak kelu-
arga (istri, anak dan lainnya) (3) Berbakti kepada orang tua, termasuk
tidak boleh durhaka kepada orang tua (4) Mendidik anak (5) Menyam-
bung tali kekerabatansilaturrahmi (6) Taat kepada pemimpin (7) Ber-
lemah lembut kepada orang lain.

116 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Amalan badan yang berhubungan dengan kemasyarakatan, ada 17
macam : (1) Menegakkan kepemimpinan yang adil (2) Mengikuti al-ja-
maah/kebenaran (3) Taat kepada pemerintah muslim (4) Mendamaikan
antara pihak yang bertikai atau sebagai mediator untuk perdamaian (5)
Tolong menolong dalam kebaikan termasuk amar maruf nahi munkar
(6) Menegakkan hudud atau hokum-hukum Allah (7) Jihad termasuk
berjaga-jaga di perbatasan musuh (8) Menyampaikan amanat yang
dibebankan kepadanya (9) Pinjam meminjam dengan orang lain (10)
Membantu memuliakan tetangga (11) Berbuat baik dalam bermua-
malah, termasuk mengumpulkan harta yang halal (12) Menginfakkan
harta kepada yang berhak menerima (13) Menjawab salam (14) Men-
doakan orang bersin (15) Menolak gangguan dari orang lain (16) Men-
jauhi hal-hal yang tidak ada manfaatnya (17) Menyingkirkan duri dari
jalan. Keseluruhan jumlahnya ada 69 cabang iman, bisa juga dihitung
menjadi 79 kalau bagian-bagiannya dimasukkan pula (Al-Asqalani,
2015: 52—53).
Namun kita dapat mengambil pengertian lain dari jumlah cabang iman
yang banyak itu. Jumlah itu merupakan tanda dari keluasan jangkauan
atau ruang lingkup iman. Bisa dikatakan bahwa iman meliputi seluruh
dimensi lini dan nafas kehidupan manusia, baik ketika melakukan rela-
si dengan Tuhannya maupun relasi sesama hamba dan lingkungann-
ya, secara individual maupun kolektif. Maka demikianlah seharusnya
karakteristik seorang mukmin. Dia bukan hanya shalih secara pribadi
dalam hubungannya dengan Penciptanya, namun juga shalih terhadap
lingkungannya, baik dalam hubungannya dengan orang tua, kerabat,
tetangga, masyarakat, dan juga kepada alam sekitarnya (Shofaussa-
mawati, 2016).

A. Hal-Hal yang Dapat Merusak dan Meniadakan Iman


Iman seseorang itu kadang naik, kadang turun. Iman naik dengan
mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, dan akan turun disebabkan
perbuatan maksiat. Keimanan seseorang bisa turun terus sehingga
akhirnya lenyap dan hatinya pun gersang tanpa memiliki iman. Pada-
hal orang yang seperti inilah yang akan menghuni neraka. Oleh karena
itu, kita haruslah tetap waspada dan hati-hati dalam menjaga iman,
sehingga iman kita akan terhindari hal-hal yang merusak.
Adapun hal-hal yang merusak keimanan adalah :
1. Syirik
Syirik adalah menyamakan selain Allah dalam hal-hal yang seha-
rusnya ditujukan khusus untuk Allah, seperti berdoa meminta kepada

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 117


selain Allah, atau memalingkan suatu ibadah tertentu seperti dzabh
(penyembelihan kurban), bernazar, doa, dan lain sebagainya kepada
selain Allah.
Barangsiapa yang beribadah kepada selain Allah berarti ia telah
meletakkan ibadah tidak pada tempatnya dan memberikannya kepa-
da yang tidak berhak menerimanya. Allah berfirman: “Sesungguhnya
mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang be-
sar.”(QS. Luqman: 13).
Allah tidak akan mengampuni orang musyrik yang mati di atas kes-
yirikannya. Allah berfirman: “Sesungguhnya Allah tidak akan men-
gampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain
dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang
mempersekutukan Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang be-
sar.”(QS. An-Nisa: 48).
Selain itu, surga juga diharamkan atas orang musyrik. Allah berfir-
man: “Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan)
Allah, maka pasti Allah mengharamkan kepadanya surga, dan tempat-
nya ialah neraka, tidaklah ada bagi orang-orang zalim itu seorang pe-
nolongpun.”(QS. Al-Maidah: 72).
Kesyirikan juga akan menghapus seluruh amal kebajikan. Allah
berfirman: “Seandainya mereka mempersekutukan Allah, niscaya len-
yaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan.”(QS. Al-Anam:
88). “Dan sesungguhnya telah diwahyukan kepadamu dan kepada (na-
bi-nabi) yang sebelummu. “Jika kamu mempersekutukan (Tuhan), nis-
caya akan hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk orang-orang
yang merugi.”(QS. Az-Zumar: 65) (al-Fauzan, 2016: 329).

2. Kufur
Kufur secara bahasa berarti penutup. Sedang menurut istilah berarti
tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, baik dengan mendustakan-
nya ataupun tidak. Kufur akbar dapat mengeluarkan pelaku dari agama
Islam. Kufur jenis ini terbagi menjadi lima:
1) Kufur takdzib (kafir karena mendustakan). Allah berfirman: “Dan
siapakah yang lebih zalim daripada orang-orang yang mengada-
adakan kedustaan terhadap Allah atau mendustakan yang hak
tatkala yang hak itu datang kepadanya? Bukankah dalam neraka
Jahannam itu ada tempat bagi orang-orang yang kafir?”(QS. Al-
Ankabut: 68).
2) Kufur iba wa istikbar maa tashdiq (kafir karena menolak dan
sombong, tapi disertai dengan pembenaran). Allah berfirman: “Dan

118 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


(ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat: “Sujudlah
kamu kepada Adam,” maka sujudlah mereka kecuali Iblis; ia enggan
dan takabur dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang
kafir.”(QS. Al-Baqarah: 34).
3) Kufur Syakk (kafir karena ragu). Allah berfirman: “Dan dia memasuki
kebunnya sedang dia zalim terhadap dirinya sendiri; ia berkata:
“Aku kira kebun ini tidak akan binasa selama-lamanya, dan aku
tidak mengira hari kiamat itu akan datang, dan jika sekiranya aku
kembalikan kepada Tuhanku, pasti aku akan mendapat tempat
kembali yang lebih baik dari pada kebun-kebun itu.” Kawannya
(yang mukmin) berkata kepadanya - sedang dia bercakap-cakap
dengannya: “Apakah kamu kafir kepada (Tuhan) yang menciptakan
kamu dari tanah, kemudian dari setetes air mani, lalu Dia menjadikan
kamu seorang laki-laki yang sempurna? Tetapi aku (percaya
bahwa): Dialah Allah, Tuhanku, dan aku tidak mempersekutukan
seorangpun dengan Tuhanku.”(QS. Al-Kahfi: 35-38).
4) Kufur Iradh (kafir karena berpaling). Allah berfirman: “Dan orang-
orang yang kafir berpaling dari apa yang diperingatkan kepada
mereka.”(QS. Al-Ahqaf: 3).
5) Kufur Nifaq (kafir karena nifaq). Allah berfirman: “Yang demikian
itu adalah karena bahwa sesungguhnya mereka telah beriman,
kemudian menjadi kafir (lagi) lalu hati mereka dikunci mati; karena
itu mereka tidak dapat mengerti.”(QS. Al-Munafiqun: 3) (al-Fauzan,
2016: 338).

3. Nifaq
Secara bahasa, kata nifaq berasal dari kata nafiqa; lobang tempat
keluar hewan sejenis tikus (yarbu) dari sarangnya, jika hendak ditang-
kap dari satu lobang maka ia akan berlari ke lobang lainnya dan keluar
darinya. Ada yang berpendapat, nifaq berasal dari kata nafaq; lobang
terowongan yang digunakan untuk bersembunyi. Sedang menurut isti-
lah, nifaq ialah menampakkan keislaman dan kebaikan serta menyem-
bunyikan kekafiran dan keburukan.
Nifaq yang merusak iman adalah nifaq i’tiqadi (nifaq keyakinan),
disebut juga nifaq besar. Yaitu menampakkan keislaman dan menyem-
bunyikan kekafiran. Nifaq jenis ini dapat menyebabkan pelakunya kel-
uar dari agama Islam secara total dan Allah menempatkannya di ner-
aka yang paling bawah. Allah mensifati kelakuannya dengan segala
sifat buruk, kafir, tidak mempunyai iman, tindakan mengolok-olok dan
mengejek Islam dan pemeluknya, serta kecenderungan total kepada
musuh-musuh Islam karena keikutsertaan mereka dalam memusuhi
Islam.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 119


Mereka akan senantiasa ada di setiap masa. Terlebih saat Islam kuat
dan mereka tidak mampu melawannya secara terang-terangan. Dalam
kondisi seperti ini mereka akan berusaha menyusup ke dalam Islam
untuk melancarkan tipu daya yang ditujukan kepada Islam dan kaum
muslimin dan agar mereka dapat hidup berdampingan dengan orang-
orang Islam serta mengamankan darah (nyawa) dan harta mereka.
Seorang munafiq akan menampakkan keimanan kepada Allah,
para malaikat, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya dan keimanan pada
Hari Akhir. Padahal dalam batinnya ia terlepas dari itu semua dan
mendustakannya.
Nifaq jenis ini ada empat macam:
1. Mendustakan rasul atau mendustakan sebagian ajaran yang be-
liau bawa.
2. Membenci rasul atau membenci sebagian ajaran yang beliau
bawa.
3. Senang jika melihat agama Islam mengalami kemunduran.
4. Tidak senang melihat Islam menang (al-Fauzan, 2016: 343).

4. Murtad
Murtad adalah isim fail dari kata riddah yang berarti kembali. Secara
istilah kata riddah berarti kafir setelah sebelumnya Islam. Allah berfir-
man: “Barangsiapa yang murtad di antara kamu dari agamanya, lalu
dia mati dalam kekafiran, maka mereka itulah yang sia-sia amalannya
di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka
kekal di dalamnya.”(QS. Al-Baqarah: 217).
Riddah ada empat macam:
1. Riddah karena ucapan. Contoh, menjelek-jelekkan Allah, rasul-
Nya, para malaikat-Nya, atau salah seorang utusan-Nya.
2. Riddah karena perbuatan. Contoh, sujud pada patung, pohon, batu
dan kuburan, serta menyembelih hewan untuk dipersembahkan
kepadanya.
3. Riddah karena aqidah (keyakinan). Contoh, meyakini adanya
sekutu bagi Allah, atau meyakini hukum melakukan shalat tidak
wajib.
4. Riddah karena meragukan sesuatu yang telah ditetapkan hukumnya
oleh al-Quran dan Sunanh. Contoh, orang yang meragukan
keharaman syirik, zina dan khomer (al-Fauzan, 2016: 350).

5. Sihir
Secara bahasa, sihir adalah segala hal yang halus dan lembut se-

120 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


babnya. Disebut dengan sihir karena terjadi dengan perkara yang
tersembunyi yang tidak dapat diketahui oleh penglihatan manusia.
Secara istilah, sihir berarti azimah, jampi-jampi, buhul-buhul,
mantera, dan asap yang dihembuskan. Sihir adalah perbuatan se-
tan. Kebanyakannya hanya dapat terlaksana dengan kesyirikan dan
mendekatkan diri kepada ruh-ruh jahat dengan melakukan hal-hal yang
diinginkannya dan kemanfaatannya dengan menyekutukannya dengan
Allah. Karenanya, Nabi menyandingkannya dengan syirik. Beliau bers-
abda: “Hindarilah tujuh hal yang dapat membawa kehancuran.” Para
sahabat bertanya, Apa tujuh hal itu? Beliau menjawab: “Menyekutukan
Allah, sihir, …”(HR. Bukhari Muslim).
Sihir termasuk dalam kategori syirik ditinjau dua sisi:
1. Karena di dalamnay menggunakan bantuan jin, ketergantungan
dan taqarrub kepada mereka dengan melakukan hal-hal yang
mereka inginkan agar mereka bersedia membantu pelaku (tu-
kang sihir). Jadi, sihir merupakan ajaran setan. Allah berfirman:
“Setan-setan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka menga-
jarkan sihir kepada manusia.”(QS. Al-Baqarah: 102).
2. Karena di dalamnya terdapat pengakuan mengetahui hal yang
ghaib, dan pengakuan dapat menyamai Allah dalam hal men-
getahui yang ghaib. Ini adalah sebuah kekufuran dan kesesa-
tan. Allah berfirman: “Dan mereka mengikuti apa yang dibaca
oleh syaitan-syaitan pada masa kerajaan Sulaiman (dan mereka
mengatakan bahwa Sulaiman itu mengerjakan sihir), padahal
Sulaiman tidak kafir (tidak mengerjakan sihir), hanya setan-se-
tan lah yang kafir (mengerjakan sihir). Mereka mengajarkan sihir
kepada manusia dan apa yang diturunkan kepada dua orang
malaikat di negeri Babil yaitu Harut dan Marut, sedang keduan-
ya tidak mengajarkan (sesuatu) kepada seorangpun sebelum
mengatakan: “Sesungguhnya kami hanya cobaan (bagimu), se-
bab itu janganlah kamu kafir”. Maka mereka mempelajari dari
kedua malaikat itu apa yang dengan sihir itu, mereka dapat
menceraikan antara seorang (suami) dengan isterinya]. Dan
mereka itu (ahli sihir) tidak memberi mudharat dengan sihirn-
ya kepada seorangpun, kecuali dengan izin Allah. Dan mereka
mempelajari sesuatu yang tidak memberi mudharat kepadanya
dan tidak memberi manfaat. Demi, sesungguhnya mereka tel-
ah meyakini bahwa barangsiapa yang menukarnya (kitab Allah)
dengan sihir itu, tiadalah baginya keuntungan di akhirat, dan
amat jahatlah perbuatan mereka menjual dirinya dengan sihir,
kalau mereka mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 102) (al-Fauzan,

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 121


2016: 358).

6. Perdukunan
Perdukunan dan paranormal keduanya sama-sama berarti penga-
kuan mengetahui ilmu ghaib dan mengetahui perkara yang ghaib, sep-
erti peristiwa yang akan terjadi di muka bumi dan akibatnya, dan tem-
pat di mana barang yang hilang berada. Semuanya diketahui melalui
bantuan setan yang mencuri pendengaran dari langit. Allah berfirman:
“Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa syaitan- syaitan
itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak
dosa, mereka menghadapkan pendengaran (kepada syaitan) itu, dan
kebanyakan mereka adalah orang-orang pendusta.”(QS. Asy-Syuara:
221-223).
Setan mencuri kalimat yang diucapkan malaikat, lalu ia menyam-
paikannya ke telinga dukun. Kemudian dukun tersebut menambahi
kalimat itu dengan ratusan kedustaan. Tapi manusia tetap memper-
cayainya lantaran satu kalimat yang didengar setan dari langit itu.
Allah satu-satunya Dzat Yang Mengetahui perkara ghaib. Maka ba-
rangsiapa mengaku dapat menyamai-Nya dalam mengetahui perkara
yang ghaib, baik dengan perdukunan maupun selainnya, atau mem-
percayai orang yang mengaku mengetahuinya, berarti ia telah menjad-
ikan sekutu bagi Allah dalam hal-hal yang khusus bagi-Nya.
Perdukunan tidak bisa dilepaskan dari kesyirikan. Sebab ia merupa-
kan taqarrub kepada setan dengan melakukan hal-hal yang disenang-
inya. Perdukunan adalah perbuatan syirik rububiyah karena mengaku
menyamai ilmu Allah, dan syirik uluhiyah karena bertaqarrub kepada
selain Allah dengan suatu ibadah. Abu Hurairah meriwayatkan dari
Nabi, beliau bersabda: “Barangsiapa mendatangi dukun lalu ia mem-
percayai apa yang dikatakannya, sungguh ia telah kafir (mengingkari)
ajaran yang telah diturunkan kepada Muhammad.”(HR. Abu Daud)
(al-Fauzan, 2016: 361).

RANGKUMAN

Penjelasan tentang karakter-karakter orang beriman dapat kita temu-


kan baik dalam al-Quran maupun Hadits, bahwa orang beriman ha-
rus memiliki karakter-karakter mulia baik kepada Allah, dirinya sendiri,
orang tua, keluarga, masyarakat dan alam sekitar. Hal tersebut karena

122 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


iman meliputi seluruh dimensi lini dan nafas kehidupan manusia, baik
ketika melakukan relasi dengan Tuhannya maupun relasi sesama ham-
ba dan lingkungannya, secara individual maupun kolektif. Hal terse-
but terangkum dalam hadits: “Iman itu ada tujuh puluh cabang lebih,
atau enam puluh cabang lebih. Yang paling utama yaitu perkataan Lâ
ilâha illallâh, dan yang paling ringan yaitu menyingkirkan gangguan dari
jalan.Dan malu itu termasuk bagian dari iman.”(HR. Bukhari Muslim).
Iman seseorang itu kadang akan naik, kadang turun. Iman akan naik
dengan mentaati perintah Allah dan Rasul-Nya, dan akan turun dise-
babkan perbuatan maksiat. Keimanan seseorang bisa turun terus se-
hingga akhirnya lenyap dan hatinya pun akan gersang tanpa memiliki
iman. Adapun hal-hal yang merusak keimanan adalah : syirik, kufur,
nifaq, murtad, sihir, dan perdukunan

LATIHAN

1. Jelaskan karakter seorang mukmin?


2. Sebutkan ayat yang menjelaskan karakter orang beriman!
3. Apa hubungan iman dan akhlak?
4. Sebutkan hadits yang menjelaskan tentang cabang-cabang kei-
manan!
5. Ada berapakah cabang keimanan?
6. Apa yang menjadikan keimanan naik?
7. Apa yang menjadikan keimanan turun?
8. Sebutkan hal-hal yang bisa merusak iman?
9. Apa yang dimaksud dengan kufur?
10. Apa yang dimaksud dengan nifaq?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1,2,3,4,5) silahkan kaji


kembali tema tentang karakter dan sifat orang beriman.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali tema tentang hal-hal yang merusak dan meniadakan
iman.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 123


TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Berikut karakter seorang mukmin, kecuali?
a. Berkata baik
b. Berkata sopan
c. Berkata dusta
2. Ayat yang menjelaskan karakter orang beriman adalah?
a. QS. Ibrahim: 1-11
b. QS. Al-Mukminun: 1-11
c. QS. Al-Mukmin: 1-11
3. Ada berapakah cabang keimanan?
a. 20an atau 30an cabang
b. 40an atau 50an cabang
c. 60an atau 70an cabang
4. Apa hubungan iman dan akhlak?
a. Tidak ada hubungan
b. Iman cukup percaya
c. Bagus dan tidaknya iman seseorang tercermin dalam akhlaknya
5. Tujuan utama diutusnya Rasul?
a. Berdagang ke Syam
b. Berperang
c. Menyempurnakan akhlak sebagai cermin keimanan
6. Iman akan naik dengan?
a. Maksiat
b. Taat
c. Melarat
7. Iman akan turun dengan?
a. Maksiat
b. Taat
c. Melarat
8. Sihir adalah?
a. azimah, jampi-jampi, buhul-buhul, mantera, dan asap yang
dihembuskan
b. kafir setelah sebelumnya Islam

124 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


c. menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran
9. Nifaq adalah?
a. azimah, jampi-jampi, buhul-buhul, mantera, dan asap yang
dihembuskan
b. kafir setelah sebelumnya Islam
c. menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran
10. Murtad adalah?
a. azimah, jampi-jampi, buhul-buhul, mantera, dan asap yang
dihembuskan
b. kafir setelah sebelumnya Islam
c. menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 125


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. a. percaya
2. c. Pembenaran dengan hati, pengakuan dengan lisan, dan pen-
gamalan dengan anggota badan
3. b. 6 macam
4. c. Semuanya saling terkait dan tidak bisa dipisahkan
5. c. Tauhid Kauni
6. b. As-Sunnah
7. c. Cahaya
8. c. Ketetapan Allah
9. c. Islam sangat menganggap penting ilmu bagi kehidupan seo-
rang mukmin, baik ilmu agama maupun sains, oleh karena itu
kata ilmu dengan berbagai bentuknya terulang 854 kali dalam
al-Quran
10. c. QS. Ibrahim: 24-25

TES FORMATIF 2
1. c. Berkata dusta
2. b. QS. Al-Mukminun: 1-11
3. c. 60an atau 70an cabang
4. c. Bagus dan tidaknya iman seseorang tercermin dalam akhlak-
nya
5. c. Menyempurnakan akhlak sebagai cermin keimanan
6. b. Taat
7. a. Maksiat
8. a. azimah, jampi-jampi, buhul-buhul, mantera, dan asap yang
dihembuskan
9. c. menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekafiran
10. b. kafir setelah sebelumnya Islam

126 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


DAFTAR PUSTAKA

Asqalani (al), Ibnu Hajar (2015). Fath al-Bari: Syarah Sahih al-Imam
Abu Abdullah ibn Ismail al-Bukhari. Beirut: al-Muktabah al-Salafiyah.
Dhaif, Syauqi (2011). al-Mujam al-Wasit. Kairo: Dar al-Maarif.
Fauzan (al), Shalih bin Fauzan (2016), Kitab Tauhid, Jakarta: Ummul
Qura.
Ismail, M. S. (1987). Hadis Nabi yang Tekstual dan Kontekstual, Tel-
aah Maan al-Hadis Tentang Ajaran Islam yang Universal, Temporal dan
Lokal. Bandung: Bulan Bintang.
Jazairi (al), Abu Bakar Jabir (1998), Aqidatul Mumin, Kairo: Makta-
bah Kulliyah al-Azhariyah.
………. (2017), Minhaj al-Muslim, Jakarta: Ummul Qura.
Qardhawy (al), Yusuf (2017), Iman dan Kehidupan, Jakarta: Bulan
Bintang.
........... (2005), Merasakan Kehadiran Tuhan, Yogakarta: Pustaka
Pelajar Offset.
Shofaussamawati (2016), Iman dan Kehidupan Sosial. Riwayah:
Jurnal Studi Hadits, Vol. 2, No. 2.
Tholhah, Moch, M Arfan Muammar, Moch Kalam Mollah (2018), Pen-
didikan Agama Islam untuk Perguruan Tinggi Umum, Surabaya: ITATS.
Yusuf, M. (2008). Metode dan Aplikasi Pemaknaan Hadits Relasi
Iman dan Sosial Humanistik Paradigma Integrasi Interkoneksi. Yogya-
karta: Bidang Akademik UIN Yogya.
Zakariyya, Abu al-Husain (1994). Mujam al-Maqayis fi al-Lughah.
Beirut: Dar alFikr.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 127


128 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)
MODUL 5
TAUHID DAN URGENSINYA BAGI KEHIDUPAN
MUSLIM
Dr. Muhammad Hambal Shafwan, Lc, M.Pd.I

Pendahuluan

Tauhid menjadi tema yang sangat penting dalam pandangan Islam


karena tema ini berbicara tentang Allah yang notabene merupakan
pusat segala sesuatu. Konsep tauhid mengandung implikasi doktrinal
lebih jauh bahwa tujuan hidup manusia haruslah dalam kerangka berib-
adah kepada Allah. Doktrinal inilah yang merupakan kunci dari seluruh
ajaran Islam. Sebab, dari konsep tauhid inilah akan muncul standar
yang sangat penting dalam konsep pendidikan Islam, yaitu standar akh-
lak (standar nilai) yang esensinya adalah baik-buruk dan benar-salah.
Bagi orang mukmin, standar nilai yang harus diacu tentu saja san-
gat jelas, yaitu wahyu. Apa yang diperintahkan oleh Allah pastilah baik
dan apa yang dilarang-Nya tentulah buruk. Apa yang menurut Allah be-
nar pastilah benar dan apa yang menurut-Nya salah tentulah salah. Di
sinilah konsep tauhid memainkan perannya yang sangat sentral se-
bagai penyatu pandangan kaum mukminin.
Dalam modul ini kita akan mengkaji pengertian tauhid, makna kalimat
la ilaaha illallah dan konsekuensinya dalam kehidupan, tauhid sebagai
landasan bagi semua aspek kehidupan, dan jaminan Allah bagi orang
yang bertauhid mutlak. Setelah menguasai modul ini, mahasiswa dapat
memahami dan menjelaskan:
• Pengertian Tauhid
• Makna kalimat la ilaaha illallah dan konsekuensinya dalam ke-
hidupan
• Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek kehidupan
• Jaminan Allah bagi orang yang bertauhid mutlak

129
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
• Kegiatan belajar 1 : Pengertian tauhid, makna kalimat la ilaaha
illallah dan konsekuensinya dalam kehidupan
• Kegiatan belajar 2 : Tauhid sebagai landasan bagi semua aspek
kehidupan dan Jaminan Allah bagi orang yang bertauhid mutlak.
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai anda
memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana cara mempe-
lajarinya.
1. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada.
2. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar.
3. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga menjadi ilmu yang bermanfaat”

130 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Pengertian Tauhid, Makna Kalimat La ilaaha illallah


dan Konsekuensinya dalam Kehidupan

A. Pengertian Tauhid

Tauhid menurut bahasa: berasal dari bahasa Arab yaitu masdar dari
wahhada-yuwahhidu-tauhȋdan- artinya mengesakan atau menjadikan
satu. Makna wahhadtullaha adalah saya beritiqad keesaaNya pada
dzat dan sifat-sifat yang tidak ada tandingan dan kesamaan bagi-Nya.
Dikatakan juga makna wahhadtuhu adalah saya tahu Dia Esa. Dika-
takan maknanya juga adalah meniadakan al-kaifiyyah (berbentuk ter-
tentu) dan al-kammiyah (berjumlah) bagi-Nya, maka Dia itu Esa pada
Dzat yang tidak terbagi, pada sifat yang tidak ada yang menyerupai-
Nya, pada ketuhanan, kerajaan dan pengaturan yang tidak ada seku-
tu bagi-Nya, Tidak ada Rabb selain-Nya, dan tidak ada pencipta se-
lain-Nya”.
Tauẖîd secara istilah adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang
menjadi kekhususan Allah. Apa saja hal-hal yang menjadi kekhususan
Allah? Maka secara garis besar, tauẖîd dibagi menjadi tiga macam,
yaitu Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid asma wa sifat:
1) Tauhid Rububiyah

Pengertian tauẖîd ini ialah mempercayai bahwa pencipta alam se-


mesta ini adalah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian keesaan Allah
di samping dalam masalah khalq (penciptaan) juga dalam masalah al-
mulk (kekuasaan) dan tadbîr (pengaturan) alam beserta isinya (Ibn Tai-
miyah, 1404H: I/22). Sedangkan ulama yang lain menamakan tauẖîd
ini sebagai tauẖîd afal. Pengakuan terhadap tauẖîd ini yaitu dengan
mempercayai bahwasanya Allah adalah al-Khâliq (pencipta), ar-Râziq
(pemberi rezeki), al-Muthi al-Mâni (pemberi dan penolak), al-Muhyi al-

131
Mumît (yang menghidupkan dan yang mematikan), dan sebagainya
(al-Sili, 1993: 29). Ini adalah berdasarkan ayat: “Bagi-Nyalah hak pen-
ciptaan dan pengaturan (alam ini).”(QS. Al-Araf: 54). “Hanya bagi Al-
lah-lah kekuasaan di langit dan di bumi.”(QS. Al-Jatsiyah: 27).
Pencipta alam ini adalah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Tauẖîd ini
sangat masyhur di kalangan musyrikin Arab. Mereka walaupun dalam
kondisi musyrik masih mengakui bahwa Allah adalah Tuhan segala
sesuatu dan Pencipta-nya, dan al-Quran telah mencatat hal ini dalam
ayat: “Jika engkau bertanya kepada mereka siapa yang menciptakan
mereka, maka pasti mereka menjawab: Allah.”(QS. Az-Zumar: 86).
Bahkan pada umumnya mereka yang menyekutukan Allah dengan
beribadah kepada selain-Nya mengakui bahwa yang mereka sembah
adalah milik dan diciptakan oleh pencipta alam ini. Kebanyakan amalan
syirik yang terjadi di dunia ini adalah menyembah banyak tuhan selain
Allah, dan mengakui adanya wasâit (perantara) antara Allah dan makh-
luk-Nya.
Menurut akidah Ibn Taimiyah, tauẖîd rububiyah atau tauẖîd afal saja
yang diakui oleh banyak orang dan ditetapkan oleh mayoritas kaum
mutakallimin. Padahal sebenarnya hal itu tidak cukup untuk menen-
tukan keshahihan akidah. Ini karena sebagian di antara mereka yang
mengakui tauẖîd rububiyah masih melakukan kemusyrikan di dalam
ibadah dan uluhiyah dan mengingkari asma Allah dan sifat-sifat-Nya
(Ibn Taimiyah, 1404H: 37-38). Sebagaimana dijelaskan oleh Allah da-
lam firman-Nya: “Tidaklah kebanyakan mereka yang beriman kepada
Allah melainkan mereka berbuat syirik.”(QS. Yusuf: 106).
Ibn Taimiyah menegaskan bahwa tauẖîd rububiyah yang diakui oleh
manusia tidak cukup untuk mengukur keshahihan akidah. Ia juga tidak
dapat membebaskan manusia dari api neraka dan memasukkan sese-
orang ke dalam surga, serta tidak pula dapat mengeluarkan seseorang
dari kemusyrikan (Ibn Taimiyah, 1432H: 53). Maka perlu ada aqidah
yang benar untuk menolak syirik dan melakukan ibadah secara ikhlas
kepada Allah. Hal ini bisa dilakukan dengan: pertama, penafian terle-
bih dahulu; kedua, pengitsbatan atau pengakuan terhadap kandungan
kalimat tauẖîd lâ ilâha illallah, atau yang terutama harus melakukan
pengingkaran terhadap thâghût, baru kemudian beriman kepada Allah.
Dengan demikian, ia telah berpegang kepada aqidah Islam yang benar
(al-Sili, 1993: 40). Ini sesuai dengan firman Allah: “Barangsiapa kafir
terhadap thaghut dan beriman kepada Allah, maka ia telah berpegang
teguh dengan tali yang sangat kuat.”(QS. Al-Baqarah: 256).
Sebenarnya tauẖîd afal yang dimaksudkan oleh mayoritas kaum mu-

132 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


takallimin mempunyai arti dan maksud yang sama dengan tauẖîd rubu-
biyah. Hal itu karena tauẖîd ini membicarakan Allah sebagai Pencipta,
Raja dan Yang mengatur alam semesta. Sementara yang mereka ing-
kari adalah tauẖîd uluhiyah yang merupakan pengakuan hamba untuk
hanya beribadah kepada Allah saja. Maka tauẖîd uluhiyah adalah yang
membedakan antara orang yang beriman dan orang musyrik, karena
orang musyrik pada hakikatnya mengakui bahwa yang menciptakan
langit dan bumi adalah Allah sebagaimana yang dijelaskan dalam ayat
di atas. Akan tetapi mereka masih melakukan kemusyrikan dalam iba-
dah.
Semua orang musyrik mengakui bahwa Allah adalah pencipta segala
sesuatu di alam semesta ini, dan Dia-lah penguasa alam semesta yang
luas ini. Walaupun mereka mengakui tauẖîd rububiyah namun mereka
tetap tergolong ke dalam orang-orang musyrik. Hal itu karena mereka
tidak menjalankan pengakuan sebagai seorang muslim yaitu tidak ada
sesembahan yang berhak disembah kecuali Allah, yang terkandung di
dalamnya makna ibadah (Ibn Taimiyah, 1432: 53). Ini merupakan ruh
al-Quran yang karenanya Allah mengutus para rasul, dan menurunkan
kitab-kitab-Nya, serta menetapkan pahala dan dosa bagi manusia, dan
dengannya akan tercapai keikhlasan dalam beragama (Ibn Taimiyah,
1980: II/62).
Untuk menetapkan tauẖîd rububiyah, Ibn Taimiyah menggunakan
manhaj wijdanî atau metode fitri, bahwa manusia secara fitrah meng-
akui bahwa Allah adalah penciptanya, dan hanya Dialah yang berhak
untuk disembah (Ibn Taimiyah, 1982: II/364).
Sudah dimaklumi bahwa dalam tabiat jiwa manusia terdapat peng-
akuan terhadap adanya Tuhan sebagai al-Khâliq (Pencipta) lebih dahu-
lu sebelum adanya pengakuan kepada Tuhan sebagai al-Mabûd (yang
berhak disembah). Hal itu karena jiwa manusia sangat memerlukan
dan mengharapkan adanya Dzat yang mampu melindungi dan menjadi
tempat sandaran dirinya ketika menghadapi musibah-musibah.
Pengetahuan fitrah ini telah tertanam pada setiap jiwa orang mukmin
dan orang kafir. Fitrah inilah yang dinyatakan oleh Rasulullah dalam
sabdanya: “Setiap anak itu dilahirkan dalam keadaan fitrah, maka ke-
dua orang tuanyalah yang menjadikannya yahudi atau nashrani atau
majusi.”(HR. Bukhari)
Hadits tersebut mengandung pengertian: Pertama: Sesungguhnya
manusia kadang-kadang pada suatu saat menemukan di dalam dirinya
beberapa keyakinan dan kemauan, di antaranya ada yang benar dan
ada juga yang batil, ada yang bermanfaat dan ada juga yang memba-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 133


hayakan. Ketika itu, apabila ia berusaha menyimak apa yang ada di
dalam pemikirannya itu, maka manusia lebih cenderung untuk memilih
apa yang dicenderungi fitrahnya yaitu yang membawa manfaat bagi
dirinya dan menolak apa yang buruk darinya. Ini merupakan bukti yang
kuat bahwa fitrah manusia selalu mengajak untuk mengakui suatu ke-
benaran dan hal-hal yang bermanfaat. Dari sini nampak bahwa setiap
jiwa manusia mempunyai fitrah untuk mengakui pencipta dan sebagai
jawaban terhadap apa yang telah tertanam di dalam dirinya untuk men-
cari setiap kebenaran dan mengakuinya (Ibn Taimiyah, 1982: IV/83).
Kedua: Kadang-kadang manusia mengalami berbagai macam peru-
bahan akibat rusaknya fitrah tersebut. Ketika itu, ia memerlukan orang
lain yang menunjukkannya ke jalan yang benar. Dalam konteks inilah,
Allah mengutus para nabi dan rasul dan menurunkan kitab-kitab-Nya
agar manusia dapat kembali menyempurnakan fitrahnya yang lazimn-
ya cenderung kepada kebenaran dan mengingatkannya jika ia melaku-
kan penyimpangan. Seorang bayi ketika dilahirkan maka ia tidak mem-
punyai kemampuan berfikir, tetapi di dalam dirinya telah tertanam fitrah
ini. Apabila ia menjadi dewasa dan bertambah pengetahuannya ten-
tang perkara yang bermanfaat, maka bertambah pula pengetahuann-
ya tentang Pencipta-nya dan ia akan mencintai-Nya. Inilah dalil yang
menunjukkan bahwa di dalam jiwa-jiwa tersebut telah tertanam suatu
fitrah untuk mengakui Pencipta-nya (Ibn Taimiyah, 1982: IV/83).
Ketiga: tidak diragukan lagi bahwa jiwa-jiwa itu mendapatkan ilmu
pengetahuan sebatas apa yang didapati dari luar inderanya. Jika se-
tiap jiwa tidak mempunyai kekuatan untuk mengetahui ilmu-ilmu ini
maka tidak mungkin ia mengetahui sesuatu darinya. Sebagai contah,
jika kita mengajar hewan-hewan maka pasti hewan-hewan tersebut ti-
dak akan mendapat ilmu sebagaimana manusia memperolehnya. Ini
menjadi dalil yang jelas bahwa di dalam jiwa manusia terdapat kekua-
tan untuk mencari kebenaran yang lebih kuat dibanding makhluk yang
lain. Dari sini kita dapat memahami rahasia penggunaan metode yang
digunakan al-Quran dalam mendalilkan atas kewujudan Allah yang di-
gunakan dalam bentuk larangan dan perintah, dan hal ini menguatkan
hujjah bahwa fitrah yang benar cukup untuk menjadikan manusia men-
gakui adanya Pencipta (Ibn Taimiyah, 1982: IV/84).
Keempat: Jika fitrah belum dianggap cukup dan masih dibutuhkan
seorang guru atau pembimbing dari luar dirinya maka di dalam setiap
jiwa terdapat naluri yang dapat mendorong untuk menerima kebenaran
dan menolak kebatilan yang datang dari luar dirinya. Ini merupakan
dalil bahwa telah tertanam dalam fitrah manusia kecenderungan jiwa
untuk mengakui kebenaran (Ibn Taimiyah, 1982: IV/84).

134 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Kelima: bahwa setiap jiwa jika ia belum mendapatkan seorang pem-
bimbing atau ia dipengaruhi unsur perusak dari luar dirinya, maka ia
dapat berusaha mencari sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya dan
berusaha menolak apa yang membahayakannya. Contohnya, seorang
bayi secara fitrah pasti terdorong untuk mendapatkan susu ibunya, ke-
cuali ada suatu penyakit yang menghalanginya untuk berbuat demiki-
an. Hal ini mengandung makna bahwa kecintaan manusia terhadap se-
suatu yang berguna baginya sejak awal telah tertanam dalam dirinya,
maka tidak diragukan lagi bahwa kecintaan hamba kepada Tuhan-nya
juga telah tertanam di dalam dirinya dan kecintaannya terhadap-Nya
tentu lebih besar daripada kecintaannya kepada susu ibunya. Inilah
dalil yang menunjukkan bahwa di dalam jiwa manusia tertanam fitrah
untuk mencari sesuatu yang bermanfaat khususnya kebenaran (Ibn
Taimiyah, 1982: IV/85).
Keenam: Setiap jiwa tidak mungkin kosong dari perasaan terha-
dap penciptanya dan terhadap keberadaannya. Ini karena setiap jiwa
pasti memiliki keinginan dan perasaan. Apabila jiwa mempunyai suatu
keinginan, maka ia akan berusaha untuk mengetahui dan mendapa-
tkannya. Setiap jiwa mempunyai keinginan-keinginan yang banyak
dan bermacam-macam. Dengan demikian, pastinya semua keinginan
tersebut akan tertumpu pada satu keinginan saja, di mana keinginan
jiwa tersebut hanya tertuju kepadanya dan bukan kepada yang lainn-
ya. Tumpuan keinginan-keinginan tersebut adalah tertuju kepada Allah,
maka Dialah yang diinginkan seluruh hati dan dicari oleh jiwa-jiwa (Ibn
Taimiyah, 1982: IV/86).
Kemudian Ibn Taimiyah menghubungkan pengetahuan fitrah ini
dengan perjanjian antara Allah sebagai pencipta dengan hamba-ham-
ba-Nya sejak zaman azali. Sebagaimana dalam firman Allah: “Dan
(ingatlah) ketika Tuhan-mu mengeluarkan dari sulbi (tulang belakang)
anak cucu Adam keturunan mereka dan Allah mengambil kesaksian ter-
hadap ruh mereka (seraya berfirman), “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?”
Mereka menjawab, “Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” (Kami
lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan,
“Sesungguhnya ketika itu kami lengah terhadap ini,” atau agar kamu
tidak mengatakan, “Sesungguhnya nenek moyang kami telah mem-
persekutukan Tuhan sejak dahulu, sedang kami adalah keturunan yang
(datang) setelah mereka. Maka apakah Engkau akan membinasakan
kami karena perbuatann orang-orang (dahulu) yang tersesat?”(QS. Al-
Araf: 172-173).
Allah telah mengadakan persaksian terhadap hamba-hamba-Nya
sejak zaman azali. Maka tidak diragukan lagi bahwa persaksian seo-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 135


rang hamba terhadap dirinya merupakan pengakuan yang paling kuat.
Ini karena siapa pun yang telah mempersaksikan kebenaran atas dirin-
ya maka ia telah membenarkan kebenaran itu. Kesaksian mereka balâ
syahidnâ “(Betul (Engkau Tuhan kami), kami bersaksi.” Merupakan
pengakuan mereka terhadap rububiyah Allah yaitu sebagai pencipta
mereka, dan mereka diciptakan atas fitrah itu, yakni diciptakan untuk
mengakui Tuhan yang telah menciptakannya, dan kewujudan-Nya.
Pengakuan inilah yang menjadi alasan Allah pada hari Kiamat untuk
meminta pertanggungjwaban mereka atas segala amalan mereka di
dunia. Dia akan menagih janji-Nya terhadap hamba-Nya dan atas pen-
gakuan yang pernah dipersaksikan oleh mereka sendiri.
Perjanjian ini tidak bisa dipungkiri oleh mereka, atau mereka beral-
asan bahwa mereka telah lupa akan hal itu, karena persaksian ini mer-
upakan perkara penting bagi setiap manusia yang tidak mungkin hilang
dari ingatannya. Berbeda dengan pengetahuan lainnya yang terkadang
hilang dari ingatan manusia seperti ilmu matematika dan lainnya. Pen-
gakuan dan persaksian ini merupakan fitrah yang tertanam dalam diri
setiap hamba-Nya yang tidak akan sirna. Oleh karena itu, al-Quran
ketika berbicara tentang fitrah manusia selalu menggunakan ungka-
pan tadzkîr dan tadzakkur. Seperti ungkapan “Laallahum tadzakkarûn,”
atau “Inna fî dzâlika ladzikrâ,” atau “Innamâ anta mudzakkir,” atau “Inna
hadzihi tadzkirah,” dan lain sebagainya. Maka semua ayat ini menuntut
manusia untuk selalu ingat dengan persaksiannya dan selalu menga-
kui Pencipta-nya.
Inilah dalil-dalil samiyah yang sekaligus juga merupakan dalil-dalil
aqliyah, dzauqiyah (perasaan), dan psikologis, maka tidak ada alasan
lagi bagi akal untuk tidak menerimanya, dan bagi perasaan untuk tidak
menghayati isinya.
Jika fitrah ini tidak dijadikan sebagai asas yang menjadi sandaran
akal dalam mengakui Allah sebagai pencipta, maka tidak mungkin
diturunkan risalah kenabian. Hal itu karena risalah diturunkan un-
tuk mengingatkan tentang rububiyah Allah dan mengajak manusia
menyembah Allah (tauẖîd uluhiyah). Inilah yang dijadikan alasan kuat
bagi Allah meminta pertanggungjawaban manusia di hari akhirat nanti.
Dari sinilah Ibn Taimiyah melarang umat Islam mengikuti pemikiran mu-
takallimin dan falâsifah dalam bidang akidah, yang menurutnya lebih
banyak menghasilkan keraguan daripada keyakinan. Karena mayoritas
mereka dalam manhaj pemikiran lebih cenderung kepada akal daripa-
da naql, maka pemikiran mereka tentang akidah lebih banyak tunduk
kepada persepsi akal, dan mengabaikan naql, seperti dalam pembaha-
san masalah konsep tauẖîd, pelaku dosa besar, kebangkitan pada hari

136 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kiamat, keadilan Tuhan, sifat ilahiyah, dan perbuatan manusia.
Sebaliknya selama fitrah masih tertanam dalam diri manusia maka
sudah cukup untuk dipakai sebagai dalil adanya Tuhan. Allah Taala ber-
firman:“Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Is-
lam); (sesuai) fitrah Allah disebabkan Dia telah menciptakan manusia
menurut (fitrah) itu. Tidak ada perubahan pada ciptaan Allah. (Itulah)
agama yag lurus, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.”(QS.
Al-Rum: 30).
Demikian penjelasan tentang tauẖîd rububiyah yang mana menurut
Ibn Taimiyah bahwa bagi seorang muslim tidak cukup hanya memper-
cayai tauẖîd ini, akan tetapi harus ditambah dengan tauẖîd yang lain
yaitu tauẖîd uluhiyah.
2) Tauhid Uluhiyah

Dalam uraian di atas dijelaskan bahwa seseorang tidak cukup hanya


mengakui tauẖîd rububiyah untuk bisa diakui sebagai seorang mukmin
atau muslim. Hal itu karena orang-orang musyrik dan para penyembah
berhala yang lain juga mengakui tauẖîd rububiyah, sebagaimana dite-
rangkan dalam surah al-Anbiya ayat 22. Demikian juga kaum falasifah
dan mutakallimin yang mengakui bahwa ada Tuhan Yang Maha Kua-
sa yang menciptakan alam semesta dan keajaiban di dalamnya. Akan
tetapi dalam buku-buku mereka tidak didapati pembahasan tetang tau-
ẖîd uluhiyah. Hal tersebut karena pembahasan masalah akidah (Ilmu
Kalam) adalah masalah pemikiran yang bersifat teoritis, sedangkan
tauẖîd uluhiyah adalah di samping bersifat teoritis juga bersifat praktis.
Maka bisa difahami mengapa mereka tidak membahasnya.
Mereka mengartikan uluhiyah dengan kekuasaan dan kekuatan
mencipta dan menjadikan sesuatu, dan menurut mereka kata ilah ada-
lah bermakna yang mencipta bukan yang disembah (al-mabûd). Mere-
ka telah salah dalam menggunakan dilâlah al-Quran yang berkenaan
dengan tauẖîd uluhiyah (Ibn Taimiyah, 1982: IV/86). Oleh karena itu
dalam menafsirkan ayat: “Seandainya pada keduanya (di langit dan di
bumi) ada tuhan-tuhan selain Allah, tentu keduanya telah binasa.”(QS.
Al-Anbiya: 22).
Menurut mereka, ayat di atas adalah alasan kemustahilan adanya
dua pencipta, dan dalil ini lebih dikenal mereka sebagai dalil tamânu.
Sementara menurut Ibn Taimiyah, ayat tersebut menerangkan penola-
kan adanya banyak Tuhan yang berhak disembah, dan penolakan ter-
hadap penyembahan selain Allah, sebab tauẖîd rububiyah telah diakui
oleh mereka dan tidak perlu diterangkan di sini. Mereka memerlukan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 137


penjelasan bahwa barangsiapa mengakui Allah sebagai Pencipta-nya
(tauẖîd rububiyah) maka ia harus hanya menyembah Dia saja (Ibn Tai-
miyah, 1980: II/68).
Tauẖîd Uluhiyah ialah tauẖîd yang mengarahkan seorang muslim
untuk hanya menyembah kepada Allah saja dan tidak menyembah se-
lain-Nya, atau mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba ber-
dasarkan niat taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban,
raja, tawakkal, taqwa, ibadah dan inâbah (kembali/taubat) (Ibn Taimiy-
ah, 1980: II/54). Tauẖîd ini terkandung di dalamnya tauẖîd yang pert-
ama, maka setiap tauẖîd uluhiyah adalah tauẖîd rububiyah dan bukan
sebaliknya. Dengan ketentuan seperti ini maka jika seseorang telah
melafadzkan kalimat tauẖîd lâ ilâha illallah, maka ia tidak boleh meny-
ekutukan Allah dengan yang lain dalam beribadah, dan hendaklah ia
melaksanakan ajaran agama hanya untuk Allah saja.
Tauẖîd uluhiyah merupakan konsekuensi dari tauẖîd rububiyah. Hal
itu karena barangsiapa yang mengakui Allah sebagai penciptanya,
yang menciptakan alam semesta dan mengaturnya maka sudah sepat-
utnya hanya Dia yang patut disembah, dan tidak ada selain-Nya yang
patut disembah.
Sesungguhnya tauẖîd uluhiyah telah merangkumi tauẖîd rububiyah.
Ia merangkumi berbagai aspek tauẖîd, tauẖîd fi al-ilmi wa fi al-qaul se-
perti yang tertera dalam surah al-Ikhlas, bahwa tauẖîd ini membicar-
akan sifat-sifat yang sempurna bagi Allah dan menetapkannya. Juga
membicarakan nama-nama Allah yang agung. Dalam surah ini, al-
Quran tidak menggunakan kata-kata yang bersifat umum atau makna
dan istilah-istilah yang sukar difahami keumuman orang sebagaimana
yang dikemukakan oleh para mutakallimin. Ia juga merangkumi tauẖîd
iradah dan amal seperti yang diterangkan dalam surah al-Kafirun yang
merangkumi perlunya pengakuan diri dalam mengikhlaskan diri dalam
beragama hanya bagi Allah saja.
Sebagian ahli tafsir mengatakan bahwa surah al-Ikhlas telah me-
rangkumi sepertiga al-Quran. Hal itu karena surah ini menggambar-
kan barâah (bebas) dari tathîl (penolakan terhadap sifat-sifat Allah na-
ma-nama-Nya) dan barâah dari syirik dengan ikhlas beribadah hanya
bagi Allah saja (Ibn Taimiyah, 1980: II/143).
Sesungguhnya para nabi dan rasul diutus ke bumi untuk mengajak
manusia agar hanya menyembah Allah saja dan meninggalkan peny-
embahan selain-Nya. Artinya, mereka semua sejak nabi Adam as sam-
pai nabi Muhammad saw sama-sama membawa misi tauẖîd uluhiyah
sebagaimana dijelaskan dalam firman Allah QS. Al-Nahl: 36, QS. Al-An-

138 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


biya’: 25, QS. Al-Ankabut: 16, QS. Al-Zumar: 11, al-Mukminun: 23.
Bagi mereka yang mengamati ayat-ayat al-Quran tentang tauẖîd
maka ia akan mendapati semuanya berkisar tentang penetapan jenis
tauẖîd yang seperti ini, sebab itu merupakan pola keimanan yang pen-
ting, di mana iman seseorang tidak akan terealisasi kecuali dengan
mengakuinya dan menghayatinya dalam perkataan dan amalan.
Apabila tauẖîd uluhiyah dijadikan sebagai pola beriman kepada Allah
dan Rasul-Nya maka al-Quran telah mengemukakan dalil-dalil rasion-
al dan hujjah-hujjah yang benar untuk menetapkannya. Hal itu karena
kemusyrikan melanda semua umat khususnya yang terkait dengan pe-
nyimpangan jenis tauẖîd ini. Mereka mempercayai tauẖîd rububiyah,
tetapi melupakan tauẖîd uluhiyah dengan cara menyekutukan Allah
dan melakukan ibadah kepada sesembahan selain-Nya.
Hal ini telah terjadi di kalangan orang-orang musyrikin Arab, di mana
mereka tidak mengingkari dakwah yang dibawa oleh Nabi Muhammad
dalam hal mengakui Tuhan Yang Maha Esa sebagai pencipta alam,
akan tetapi mereka menolak dakwah beliau karena beliau mengajak
mereka untuk meninggalkan peribadatan kepada tuhan-tuhan mereka
dan hanya beribadah kepada Allah saja. Ini adalah sebagaimana yang
diungkapkan oleh Abu Lahab, “Apakah engkau akan menggantikan tu-
han-tuhan kami dengan satu Tuhan?” Inilah yang ditolak oleh kaum
musyrikin ketika itu, karena kebanyakan mereka menyembah berha-
la-berhala, bahkan setiap kabilah mempunyai berhala masing-masing.
Tauẖîd uluhiyah adalah tauẖîd ibadah yang menghendaki manusia
hanya menyembah Allah saja, maka lawan dari tauẖîd ini adalah syi-
rik. Pengertian syirik adalah menyekutukan Allah dengan melakukan
perbuatan atau amalan yang sepatutnya ditujukan kepada Allah, akan
tetapi ditujukan kepada yang lain selain dari-Nya, menjadikan Tuhan
selain Allah, menyembahnya, mentaatinya, meminta pertolongan ke-
padanya, dan mencintainya, atau melakukan perbuatan lain seperti
itu yang tidak boleh dilakukan kecuali kepada Allah saja. Itulah yang
disebut syirik besar yang mengakibatkan amal kebaikannya tidak dite-
rima atau sia-sia. Hal itu karena syarat utama diterimanya amal adalah
dilakukan dengan niat ikhlas kepada Allah (Ibn Taimiyah, 1383H: II/22).

3) Tauhid asma wa sifat

Tauẖîd asma wa sifat adalah dengan mempercayai bahwa hanya


Allahlah yang mempunyai asma dan sifat-sifat yang maha sempurna.
Kemudian Ibn Taimiyah berpendapat bahwa seorang muslim wajib

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 139


mengimani dan menetapkan asma dan sifat-sifat Allah sesuai dengan
apa yang ditetapkan oleh Allah tentang diri-Nya di dalam al-Quran, dan
yang ditetapkan oleh Rasul-Nya di dalam hadits beliau baik dalam pe-
nolakan (nafyu) maupun penetapan (itsbat). Oleh karena itu, hendaklah
setiap mukmin menetapkan sifat sesuai dengan apa yang Alah tetap-
kan tentang diri-Nya, dan meniadakan apa yang ditiadakan Allah dari
diri-Nya. Para ulama salaf menetapkan sifat Allah sebagaimana yang
Allah tetapkan tanpa taẖrîf (perubahan) atau tathîl (peniadaan sifat),
tanpa takyîf (menjelaskan bagaimana), tanpa tamtsîl (perumpamaan).
Demikian juga mereka menolak apa yang Allah tolak dari diri-Nya, dan
menetapkan sifat-sifat-Nya tanpa ilẖâd (penyimpangan dari kebenaran)
yang tidak ada dalam asma-Nya dan bukan juga dalam ayat-ayat-Nya
(Ibn Taimiyah, 1432H: 4). Allah Taala berfirman:“Dan Allah memiliki
asma al-husna (nama-nama yang terbaik) maka bermohonlah kepa-
da-Nya dengan menyebut asma al-husna itu dan tinggalkanlah orang-
orang yang melakukan ilhad (menyalah artikan nama-nama-Nya). Mer-
eka kelak akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.”(QS. Al-Araf: 180).
Tauẖîd asma wa sifat adalah percaya bahwa Allah adalah dzat yang
bersifat dengan sifat-sifat-Nya, maka asma Allah bukanlah nama yang
kosong dari sifat-sifat-Nya yang terkandung di dalamnya (Ibn Qayyim,
1982: II/262). Kemudian syariat dan akal menetapkan bahwa tidak ada
sesuatu yang menyerupai Allah, baik pada dzat-Nya, sifat-sifat-Nya,
maupun afal-Nya, sebagaimana firman Allah: “Tidak ada sesuatu
yang menyerupai-Nya (sebanding dengan-Nya),”(QS. Al-Syura: 11),
dan ayat: “Apakah engkau mengetahui ada sesuatu yang sama den-
gan-Nya.”(QS. Maryam: 65), dan ayat: “Karena itu janganlah kamu
mengadakan tandingan-tandingan bagi Allah, padahal kamu menge-
tahui.”(QS. Al-Baqarah: 22), dan ayat: “Dan tidak ada sesuatu yang
setara dengan Dia.”(QS. Al-Ikhlas: 4).
Seseorang yang meyakini tauẖîd asma wa sifat masih diharuskan
untuk mengimani tauẖîd rububiyah dan tauẖîd uluhiyah. Dalam pemba-
hasan masalah sifat ini, Ibn Taimiyah pernah dituduh sebagai seorang
mujassim dan musyabbih. Oleh karena itu, beliau membahas masalah
sifat-sifat ilahiyah dan beliau telah menjelaskanya dalam bukunya yang
berjudul al-Risâlah al-Tadlmuriyah dan menjawab tuduhan-tuduhan ter-
sebut secara objektif.
Hubungan antara ketiga jenis tauẖîd tersebut adalah dalam bentuk
korelatif dan komprehensif. Oleh karena itu, tauẖîd rububiyah merupa-
kan keharusan dari tauẖîd uluhiyah, sedangkan tauẖîd rububiyah mer-
upakan mukaddimah dari tauẖîd uluhiyah. Kalau seseorang mengeta-

140 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


hui bahwa Allah adalah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya
dalam rububiyah-Nya, maka ibadah adalah hak-Nya, bukan bagi yang
lain-Nya. Oleh karena itu, al-Quran banyak mengemukakan ayat-ayat
yang berkaitan dengan tauẖîd rububiyah, kemudian menyeru manu-
sia agar mereka menerima tauẖîd uluhiyah. Al-Quran menjadikan yang
pertama sebagai burhan (hujjah) bagi yang kedua, yaitu menjelaskan
kepada mereka bahwa kewajiban manusia adalah beribadah kepa-
da-Nya karena Dialah yang menciptakan dan yang memberi rezeki.
Allah Taala berfirman: “Wahai manusia, sembahlah Tuhanmu yang
telah menciptakan kamu dan orang-orang sebelum kamu, agar kamu
bertakwa. Dialah yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu
dan langin sebagai atap, dan Dialah yang menurunkan air (hujan) dari
langit, lalu Dia hasilkan dengan (hujan) itu buah-buahan sebagai rezeki
untukmu. Karena itu, janganlah kamu mengadakan tandingan-tandin-
agn bagi Allah, padahal kamu mengetahui.”(QS. Al-Baqarah: 21-22).
Adapun tauẖîd uluhiyah, maka telah terkandung di dalamnya tauẖîd
rububiyah, artinya bahwa tauẖîd rububiyah termasuk di dalam tauẖîd
uluhiyah. Siapa pun yang menyembah Allah, tidak menyekutukan-Nya,
maka ia telah memiliki keyakinan bahwa Allah adalah Tuhannya, Raja-
nya yang mana tidak ada tuhan selain-Nya.
Adapun tauẖîd asma wa sifat, maka turut terkandung di dalamnya
pula kedua jenis tauẖîd tersebut, artinya orang yang mengesakan Allah
dengan segala yang dimiliki-Nya dari al-asma al-husna dan sifat yang
mulia yang tidak dimiliki kecuali oleh-Nya maka dengan sendirinya ia
mengakui tauẖîd rububiyah dan uluhiyah.
Secara umum Allah Tuhan Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya
di dalam rububiyah-Nya, dan juga tiada sekutu bagi-Nya di dalam
uluhiyah, maka nama “Rabb” secara mutlak tidak disandang kecuali
oleh-Nya, dan hanya Dia sendiri yang memiliki hak rububiyah terhadap
seluruh makhluk-Nya. Demikian juga dengan nama “Allah”, tidak boleh
digunakan kecuali hanya untuk-Nya, dan ia memiliki hak uluhiyah ter-
hadap seluruh makhluk-Nya.
Maka hubungan antara ketiga jenis tauẖîd ini bersifat korelatif dan
komprehensif, di mana ia saling menyempurnakan antara satu dengan
lainnya, dan tidak ada manfaat salah satunya kecuali ada yang lain.
Oleh karena itu, tidak bermanfaat tauẖîd rububiyah tanpa tauẖîd uluhiy-
ah, demikian juga sebaliknya tauẖîd uluhiyah tidak dapat dibenarkan
tanpa tauẖîd rububiyah, maka tidak akan sempurna salah satu tauẖîd
tersebut kecuali kesemua jenis tauẖîd tersebut tergabung antara satu
sama lain.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 141


A. Makna kalimat la ilaaha illallah dan konsekuensinya dalam
kehidupan
1. Makna kalimat la ilaaha illallah

Kalimat la ilaaha illallah mengandung dua makna, yaitu makna peno-


lakan segala bentuk sesembahan selain Allah, dan makna penetapan
bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia semata.
Berkaitan dengan kalimat ini Allah berfirman: “Maka ketahuilah (ilmui-
lah) bahwasannya tidak ada sesembahan yang benar selain Allah”.
(QS. Muhammad : 19).
Makna syahadat la ilaaha illallah adalah meyakini dan mengikrarkan
bahwa tidak ada yang berhak disembah dan menerima ibadah kecuali
Allah, menaati hal tersebut dan mengamalkannya. La ilaaha menafikan
hak penyembahan dari selain Allah, siapa pun orangnya. illallah adalah
penetapan hak Allah semata untuk disembah (Fauzan, 2016: 43).
Hakikat kalimat tauẖîd tidak sekedar cukup dengan melafadzkan
dan menghafalkannya, namun harus mengerjakan syarat-syarat yang
dituntut dari kalimat tauẖîd tersebut, yang mana tidak ada artinya kali-
mat tauẖîd bagi seseorang kecuali jika syarat-syarat itu terpenuhi. Yaitu
sebagaimana yang diterangkan oleh imam Wahb bin Munabbih ketika
ada seseorang yang datang bertanya kepadanya, “Bukankah lâ ilâha
illallah adalah kunci surga?” Ia menjawab, Benar, namun tidak ada satu
kunci pun kecuali mempunyai gigi-gigi. Jika engkau menggunakan kun-
ci yang bergigi, maka pintu surga akan terbuka. Jika tidak, maka tidak
akan terbuka”.
Menurut al-Qahthani (2005: 30) bahwa gigi-gigi tersebut adalah sy-
arat-syarat lâ ilâha illallah berikut: Syarat Pertama, mengetahui makna
yang dimaksudkan, baik penafian maupun penetapan, sebagaimana
firman-Nya QS. Muhammad: 19. Dalam shahih Muslim disebutkan
riwayat dari Utsman yang mengatakan bahwa Rasulullah saw bersab-
da: “Barangsiapa meninggal, sedang ia mengetahui bahwa tidak ada
tuhan yang berhak diibadahi selain Allah, maka ia masuk surga.”
Syarat kedua, keyakinan yang dapat menghilangkan keraguan. Art-
inya, orang yang mengatakannya harus benar-benar meyakini kandun-
gan kalimat ini dengan keyakinan yang kokoh, karena dalam hal iman
yang berguna hanyalah ilm al-yaqin (pengetahuan yang pasti) bukan
sekedar ilm al-dzan (asumsi), sebagaimana firman-Nya QS. Al-Hujurat:
15.
Dalam shahih Muslim disebutkan riwayat dari Abu Hurairah ra yang
mengatakan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Aku bersaksi bahwa

142 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


tidak ada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah dan bahwa aku ada-
lah utusan Allah. Tidak ada seorang hamba yang bertemu Allah dengan
kedua kalimat ini dan tidak ragu-ragu tentang keduanya, kecuali masuk
surga.”
Dalam riwayat lain disebutkan, “Tidak ada seorang hamba yang ber-
temu Allah dengan kedua kalimat itu dan ia tidak ragu tentangnya, yang
terhalang dari masuk surga” (HR. Muslim).
Syarat ketiga, menerima konsekuensi kalimat ini dengan hati dan
lisannya. Allah Taala menceritakan tentang berita orang-orang yang
terdahulu berupa penyelamatan orang yang menerimanya dan pen-
yiksaan orang yang menolak dan mengabaikannya, sebagaimana fir-
man-Nya QS. Al-Zukhruf: 23-25, Yunus: 103, al-Shaffat: 35-36.
Syarat keempat, tunduk kepada apa yang dikandungnya dan me-
nolak meninggalkannya, sebagaimana firman-Nya QS. Al-Zumar: 54,
al-Nisa’: 125, Luqman: 22. Rasulullah saw bersabda: “Tidaklah beri-
man salah seorang di antara kalian, sehingga hawa nafsunya tunduk
kepada ajaran yang aku bawa”(HR. al-Khotib, al-hakim dan Ibnu Abi
Ashim).
Dan itulah kesempurnaan dan puncak ketundukan itu. Allah Taala
berfirman: “Maka demi Tuhanmu, pada hakikatnya mereka itu tidak
beriman sebelum menjadikan kamu sebagai hakim terhadap perkara
yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak mendapati suatu
keberatan pun di dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu ber-
ikan, lalu mereka menerima sepenuhnya”(QS. An-Nisa: 65).
Menurut Ibnu Katsir (Ibnu Katsir, 1998: 2/306), bahwa dalam ayat
ini Allah Taala bersumpah dengan Dirinya Yang Mulia lagi Suci, bah-
wasanya seseorang belum beriman sebelum ia menjadikan Rasul saw
sebagai hakim dalam segala persoalan. Apa saja yang diputuskan oleh
Nabi saw adalah kebenaran yang wajib dipatuhi secara lahir dan ba-
tin. Karena itu Allah mengatakan, “Kemudian mereka tidak mendapa-
ti suatu keberatan pun di dalam hati mereka terhadap putusan yang
kamu berikan, lalu mereka menerima sepenuhnya.”
Artinya, jika mereka berhakim kepadamu, mereka menaati da-
lam batin mereka, lalu tidak mendapati di dalam hati mereka rasa
keberatan sedikitpun terhadap apa yang engkau putuskan. Mereka
mematuhi hukum itu secara lahir dan batin sehingga mereka tunduk
pasrah kepadanya sepenuhnya tanpa perlawanan dan penentangan
sebagaimana disebutkan dalam hadits, “Demi Dzat yang jiwaku ada
di tangan-Nya. Tidaklah beriman salah seorang kalian hingga kecend-
erungannya tunduk kepada ajaran yang aku bawa”.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 143


Syarat kelima, jujur dalam mengucapkannya. Artinya, ia mengucap-
kannya secara jujur dari hatinya, lidahnya sejalan dengan hatinya, se-
bagaimana firman-Nya QS. Al-Ankabut: 1-3, al-Baqarah: 8-10.
Dalam shahih Bukhari dan Muslim disebutkan riwayat dari Muadz
bin Jabal bahwa Nabi saw bersabda: “Tak seorang pun yang bersak-
si bahwa tiada tuhan yang berhak diibadahi selain Allah dan bahwa
Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya dengan jujur dari hatinya,
kecuali Allah mengharamkannya disentuh api neraka.”
Menurut Ibnu Qayyim bahwa membenarkan lâ ilâha illallah menun-
tut adanya ketundukan dan pengakuan akan hak-haknya, yaitu syariat
Islam yang merupakan penjabaran kalimat tauẖîd ini, dengan mem-
benarkan seluruh berita-beritanya, menunaikan perintah-perintahnya,
dan menjauhi larangan-larangannya. Orang yang membenarkan ka-
limat ini, pada hakikatnya adalah orang yang melakukan itu semua.
Adalah sudah maklum bahwa terpeliharanya harta dan darah secara
mutlak, tidak akan ada kecuali dengan kalimat itu dan dengan menu-
naikan haknya. Demikian juga keselamatan dari adzab secara mutlak,
tidak akan terjadi kecuali dengan kalimat ini dan dengan menunaikan
haknya (al-Jauziyah, 1995: 43).
Dalam hadits disebutkan bahwa Rasulullah saw bersabda: “Sya-
fa’atku adalah untuk orang yang bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang
berhak diibadahi selain Allah secara tulus ikhlas, hatinya membenar-
kan lisannya dan lisannya membenarkan hatinya”(HR. Hakim).
Menurut Ibnu Rajab bahwa orang yang mengucapkan lâ ilâha illallah
dengan lisannya, kemudian ia menaati setan, kecenderungannya ada-
lah bermaksiat dan menentang Allah, maka sebenarnya perbuatannya
itu telah mendustakan perkataannya. Kesempurnaan tauẖîd-nya terku-
rangi sesuai dengan kadar kemaksiatannya kepada Allah itu dalam me-
nuruti setan dan hawa nafsunya.” Allah Taala berfirman: “Dan siapakah
yang lebih sesat dibanding orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa
petunjuk dari Allah”(QS. Al-Qashash: 50).
Syarat keenam, ikhlas. Yaitu memurnikan amal perbuatan dari berb-
agai noda kemusyrikan dengan niat yang baik. Allah Taala berfirman:
“Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari kemu-
syrikan.”(QS. Az-Zumar: 3).
Dalam shahih Bukhari disebutkan hadits dari Abu Hurairah bahwa
Nabi saw bersabda: “Orang yang paling bahagia dengan syafa’atku
adalah orang yang mengucapkan lâ ilâha illallah secara tulus ikhlas
dari hatinya atau dari jiwanya.”

144 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Dalam shahih Muslim disebutkan riwayat dari Utban bin Malik, bah-
wa Rasulullah saw bersabda: “Sesungguhnya Allah mengharamkan
atas api neraka, orang yang mengucapkan la ilaha illallah dengan mak-
sud mengharapkan ridha Allah.”
Syarat ketujuh, mencintai kalimat ini, apa yang menjadi konsekuen-
sinya, dan kandungan-kandungannya, mencintai orang-orang yang
memiliki, mengamalkan, dan komitmen dengan syarat-syaratnya, ser-
ta membenci segala yang dapat menggugurkan hal itu, sebagaimana
firman-Nya QS. Al-Baqarah: 165, al-Maidah: 54. Dalam hadits dise-
butkan: “Tiga hal, barangsiapa dalam dirinya ada ketiganya, akan
mendapatkan manisnya iman; Allah dan Rasul-Nya lebih ia cintai dar-
ipada selain keduanya, seseorang mencintai seseorang yang lain, ia
tidak mencintainya kecuali karena Allah, dan ia tidak ingin kembali ke-
pada kekufuran setelah Allah menyelamatkan dirinya dari kekufuran itu
sebagaimana ia tidak ingin dijebloskan ke dalam neraka”(HR. Bukhari).
Menurut Hafidz al-Hakami bahwa indikasi kecintaan seorang ham-
ba kepada Tuhannya adalah mendahulukan cinta-Nya sekalipun hawa
nafsunya menentangnya; membenci apa yang dibenci oleh Tuhannya,
sekalipun hawa nafsunya cenderung kepadanya; memberikan loyali-
tas kepada orang yang loyal kepada Allah dan Rasul-Nya; memusuhi
orang yang memusuhi-Nya; mengikuti Rasul-Nya; meniti jalan-Nya dan
menerima petunjuk-Nya (al-Hakami, 2003: 1/383).
Demian juga Ibnu Qayyim al-Jauziyah menjelaskan bahwa syarat
kecintaan adalah engkau sejalan dengan siapa yang kau cintai demi
cintanya tanpa ada mendurhakainya. Jika engkau mengaku mencin-
tainya tapi engkau menentang hal yang dicintainya, berarti engkau dus-
ta. Pantaskah engkau mencintai musuh kekasihmu, sementara engkau
mengaku mencintainya? Itu tidak mungkin. Selain itu engkau juga seri-
us memusuhi orang-orang yang dicintainya. Bukanlah ibadah jika tidak
menyatukan kecintaan, disertai ketundukan hati dan anggota badan
(al-Jauziyah, 1398: 158).
Ketujuh syarat inilah yang difahami oleh generasi sahabat ketika
mengucapkan kalimat tauẖîd lâ ilâha illallah, sehingga apabila salah
seorang di antara mereka masuk Islam, maka seketika itu ia menang-
galkan segala masa lalunya di era jahiliyah dan berpindah sejauh-
jauhnya dari dunia yang hitam pekat, menuju kehidupan yang luas
membentang, dunia yang penuh dengan cahaya Allah. Maka pendidi-
kan tauẖîd akan membuahkan karakter yang baik pada anak didik, dan
merupakan solusi terbaik untuk mengobati kerusakan moral yang telah
mengakar dan menjadi problematika umat hari ini.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 145


2. Konsekuensi kalimat tauhid dalam kehidupan

Konsekuensi syahadat la ilaaha illallah yaitu meninggalkan ibadah


kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai
keharusan dari peniadaan pada kalimat la ilaaha illallah (tidak ada tu-
han yang berhak disembah). Dan keharusan beribadah kepada Allah
semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan ka-
limat illallah (kecuali Allah) (Fauzan, 2016: 52).
Tauẖîd bukan hanya pernyataan seorang hamba bahwa tidak ada
pencipta selain Allah dan bahwa Allah adalah Tuhan dan Pemilik se-
gala sesuatu, akan tetapi tauẖîd meliputi kecintaan kepada Allah, tun-
duk kepada-Nya, merendahkan diri kepada-Nya, kepatuhan penuh
dalam mentaati-Nya, memurnikan ibadah kepada-Nya, dan menharap
ridha-Nya dengan segenap perkataan dan perbuatan, serta cinta dan
benci yang akan menghindarkan pelakunya dari faktor-faktor yang
menjerumuskannya kepada kemaksiatan dan terus-menerus dalam
kemaksiatan (al-Qahthani, 2005: 46).
Menurut al-Maududi, bahwa kalimat tauẖîd akan memberikan bebe-
rapa pengaruh dalam kehidupan seorang muslim. Di antaranya: Pert-
ama, orang yang beriman dengan kalimat tauẖîd tidak akan sempit
pandangan. Berbeda dengan orang yang mengakui banyak tuhan atau
mengingkarinya.
Kedua, keimanan terhadap kalimat tauẖîd ini akan menumbuhkan
kebanggaan dan kebesaran jiwa yang tidak mungkin terjadi tanpanya.
Karena tidak ada yang dapat memberi manfaat selain Allah, tidak ada
yang bisa menimpakan madharat kecuali Allah. Dia yang menghidup-
kan dan mematikan. Dialah pemilik hukum, kekuasaan, dan kepemim-
pinan. Karena itu, segala rasa takut akan hilang dari hati, kecuali rasa
takut kepada-Nya. Dengan itu ia tidak akan menundukkan kepala di
depan sesama makhluk, tidak akan merendahkan diri kepadanya, tidak
akan mengemis kepadanya, serta tidak akan merasa gentar karena
keangkuhan dan kebesarannya. Allahlah yang Maha Agung dan Maha
Kuasa.
Ketiga, di samping menumbuhkan kebanggaan dan kebesaran jiwa,
iman kepada kalimat ini juga akan menumbuhkan kerendahan hati tan-
pa kehinaan, dan ketinggian hati tanpa keangkuhan.
Keempat, orang yang beriman dengan kalimat tauẖîd ini mengetahui
secara yakin bahwa tidak ada jalan menuju keselamatan dan kebe-
runtungan kecuali dengan mensucikan jiwa dan amal shalih, sehingga

146 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


berbeda dengan orang-orang musyrik dan kafir yang menghabiskan
hidupnya di atas angan-angan kososng.
Kelima, orang yang mengucapkan kalimat tauẖîd ini tidak akan
dihinggapi oleh keputusasaan. Ia percaya bahwa Allah adalah Pemi-
lik segala perbendaharaan langit dan bumi. Karena itu, ia selalu bera-
da dalam ketentraman, ketenangan, dan harapan, meskipun ia diusir,
dihinakan, atau mengalami kesulitan hidup.
Keenam, keimanan terhadap kalimat tauẖîd ini mendidik orang den-
gan kekuatan besar yang berupa tekad yang kuat, kemauan keras,
keberanian, kesabaran, keteguhan, dan tawakkal dalam menghadapi
urusan-urusan yang besar dalam rangka mencari ridha Allah. Ia mera-
sakan bahwa di belakangnya ada kekuatan Penguasa langit dan bumi,
sehingga keteguhan, ketegaran, dan ketangguhan yang terlahir dari
konsepsi ini bagaikan gunung yang kokoh.
Ketujuh, kalimat tauẖîd ini mendorong orang untuk mengisi hatinya
dengan keberanian. Yang menyebabkan seseorang jadi pengecut dan
bertekad lemah ada dua hal, yaitu kecintaannya kepada diri, harta dan
keluarga, atau keyakinannya bahwa ada seseorang selain Allah yang
bisa mematikan manusia. Keimanan seseorang terhadap kalimat tau-
ẖîd akan menghilangkan kedua hal ini dari hatinya dan menjadikannya
yakin bahwa hanya Allah-lah yang menjadi Pemilik diri dan hartanya.
Saat itulah ia akan siap berkorban dengan segala yang dimilikinya, baik
yang mahal maupun yang murah, demi keridhaan Tuhannya. Di sam-
ping itu, kalimat tauẖîd ini juga akan menghilangkan rasa takut dari
dalam hatinya. Sebab, tidak ada yang kuasa menghilangkan jiwanya,
baik manusia, hewan, bom, senjata, pedang selain atas izin Allah.
Kedelapan, iman kepada kalimat tauẖîd akan mengangkat harkat
manusia, menumbuhkan kebanggaan, kepuasaan, dan rasa cukup,
mensucikan hati dari sifat tamak, rakus, dengki, dan sifat-sifat buruk
lainnya.
Kesembilan, dan yang terpenting dalam hal ini adalah bahwa kei-
manan kepada kalimat tauẖîd ini akan menjadikan seseorang berko-
mitmen dan menjaga syariat Allah. Orang beriman yakin sepenuhnya
bahwa Allah Maha Mengetahui segala hal. Allah lebih dekat kepadanya
dibanding urat lehernya sendiri. Kalaupun ia bisa lepas dari kekuasaan
orang lain, ia tidak akan bisa melepaskan diri dari Allah. Sejauh mana
keimanan ini menancap di dalam hati seseorang, maka sejauh itu pula
ia mengikuti hukum-hukum Allah dan disiplin dengan batasan-bata-
san-Nya. Ia tidak akan berani melanggar larangan Allah, bergegas me-
nuju kebaikan, dan beramal sesuai dengan perintah Allah.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 147


Karena itulah, iman kepada kalimat tauẖîd ini dijadikan sebagai pilar
pertama dan yang terpenting agar seorang menjadi muslim. Seorang
muslim adalah hamba yang taat dan patuh kepada Allah. Dia tidak akan
menjadi demikian kecuali jika beriman dengan hatinya bahwa tidak ada
tuhan yang disembah selain Allah. Inilah akar islam dan sumber kekua-
tannya. Keyakinan dan hukum-hukum islam lainnya dibangun di ata-
snya (al-Maududi, 1397: 87).

RANGKUMAN

Tauẖîd secara istilah adalah mengesakan Allah dalam hal-hal yang


menjadi kekhususan Allah. Tauẖîd dibagi menjadi tiga macam, yaitu
Tauhid Rububiyah, Tauhid Uluhiyah, dan Tauhid asma wa sifat. Peng-
ertian tauẖîd ini ialah mempercayai bahwa pencipta alam semesta ini
adalah Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Kemudian keesaan Allah swt di
samping dalam masalah khalq (penciptaan) juga dalam masalah al-
mulk (kekuasaan) dan tadbîr (pengaturan) alam beserta isinya. Tauẖîd
Uluhiyah ialah tauẖîd yang mengarahkan seorang muslim untuk hanya
menyembah kepada Allah saja dan tidak menyembah selain-Nya, atau
mengesakan Allah dengan perbuatan para hamba berdasarkan niat
taqarrub yang disyariatkan seperti doa, nadzar, kurban, raja, tawak-
kal, taqwa, ibadah dan inâbah (kembali/taubat). Tauẖîd asma wa sifat
adalah dengan mempercayai bahwa hanya Allahlah yang mempuny-
ai asma dan sifat-sifat yang maha sempurna. Seorang muslim wajib
mengimani dan menetapkan asma dan sifat-sifat Allah sesuai dengan
apa yang ditetapkan oleh Allah tentang diri-Nya di dalam al-Quran, dan
yang ditetapkan oleh Rasul-Nya di dalam hadits beliau baik dalam pe-
nolakan (nafyu) maupun penetapan (itsbat).
Kalimat la ilaaha illallah mengandung dua makna, yaitu makna peno-
lakan segala bentuk sesembahan selain Allah swt, dan makna peneta-
pan bahwa satu-satunya sesembahan yang benar hanyalah Dia sema-
ta. Konsekuensi syahadat la ilaaha illallah yaitu meninggalkan ibadah
kepada selain Allah dari segala macam yang dipertuhankan sebagai
keharusan dari peniadaan pada kalimat la ilaaha illallah (tidak ada tu-
han yang berhak disembah). Dan keharusan beribadah kepada Allah
semata tanpa syirik sedikit pun, sebagai keharusan dari penetapan ka-
limat illallah (kecuali Allah).

148 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan pengertian tauhid menurut bahasa dan istilah!
2. Jelaskan pengertian tauhid rububiyah!
3. Jelaskan pengertian tauhid uluhiyah!
4. Jelaskan pengertian tauhid asma wa shifat!
5. Jelaskan hubungan ketiga tauhid tersebut!
6. Jelaskan makna kalimat la ilaaha illallah!
7. Sebutkan syarat-syarat la ilaaha illallah!
8. Jelaskan konsekuensi kalimat tauhid dalam kehidupan muslim!
9. Jelaskan pengaruh kalimat tauhid dalam kehidupan muslim
menurut al-Maududi!
10. 10. Sebutkan ayat yang memerintahkan agar kita bertauhid!

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4, 5) silahkan kaji


kembali pengertian tauhid.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali makna kalimat la ilaaha illallah dan konsekuensinya da-
lam kehidupan muslim.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Arti tauhid menurut bahasa adalah?
a. Menduakan
b. Mengesakan
c. mensekutukan
2. Arti tauhid menurut istilah adalah?
a. Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhususan-
Nya
b. berserah hati
c. berserah jiwa

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 149


3. Ada berapa macam-macam tauhid?
4. 5 macam
5. 3 macam
6. 2 macam
4. Tauhid apakah yang paling utama?
A. Tauhid Rububiyah
B. Tauhid Uluhiyah
C. Semuanya saling terkait dan tidak boleh dipisahkan
5. Tauhid apakah yang masih diakui oleh orang musyrik?
a. Uluhiyah
b. Rububiyah
c. Asma wa sifat
6. Arti la ilaaha adalah?
a. Penetapan
b. Peniadaan
c. Pengakuan
7. Arti illallah adalah?
a. Penetapan
b. Peniadaan
c. Pengakuan
8. Apakah tauhid hanya cukup mengikrarkan kalimat laa ilaaha illah?
a. Cukup
b. Tidak cukup
c. Sangat cukup
9. Apakah konsekuensi kalimat tauhid?
a. Mengikrarkan syahadat
b. Menjalankan rukun islam
c. Beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk
syirik
10. Maksud bayi dilahirkan dalam keadaan fitrah adalah?
a. Mengetahui orang tuanya
b. Putih bersih
c. Mengakui bahwa Allah adalah pencipta alam semesta beserta
isinya

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,

150 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa


dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 151


KEGIATAN BELAJAR 2

Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek Ke-


hidupan dan Jaminan Allah Bagi Orang yang Ber-
tauhid Mutlak

A. Tauhid sebagai Landasan bagi Semua Aspek Kehidupan

Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi se-


tiap aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan
luasnya pandangan, timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap
optimistik. Sehingga tauhid dapat digambarkan sebagai sumber segala
perbuatan (amal shalih) manusia.
Sebetulnya formulasi tauhid terletak pada realitas sosial. Adapun
bentuknya, tauhid menjadi titik sentral dalam melandasi dan mendasari
aktivitas. Tauhid harus diterjemahkan ke dalam realitas historis-empiris.
Tauhid harusnya dapat menjawab semua problematika kehidupan mo-
dernitas, dan merupakan senjata pamungkas yang mampu memberi-
kan alternatif yang lebih anggun dan segar.
Tujuan tauhid adalah memanusiakan manusia. Itu sebabnya, dehu-
manisasi merupakan tantangan tauhid yang harus dikembalikan kepa-
da tujuan tauhid, yaitu memberikan perubahan terhadap masyarakat.
Perubahan itu didasarkan pada cita-cita profetik yang diderivasikan
dari misi historis sebagaimana tertera dalam firman Allah: Artinya :“En-
gkau adalah umat terbaik yang diturunkan di tengah manusia untuk
menegakkan kebaikan, mencegah kemungkaran dan beriman kepada
Allah”.(QS. AliImran: 110).
Konsep tauhid mengandung implikasi doktrinal lebih jauh bahwa tu-
juan hidup manusia haruslah dalam kerangka beribadah kepada Al-
lah. Doktrinal inilah yang merupakan kunci dari seluruh ajaran Islam.
Sebab, dari konsep tauhid inilah akan muncul standar yang sangat

152
penting dalam konsep pendidikan Islam, yaitu standar akhlak (standar
nilai) yang esensinya adalah baik-buruk dan benar-salah. Bagi orang
mukmin, standar nilai yang harus diacu tentu saja sangat jelas, yaitu
wahyu. Apa yang diperintahkan oleh Allah pastilah baik dan apa yang
dilarang-Nya tentulah buruk. Apa yang menurut Allah benar pastilah
benar dan apa yang menurut-Nya salah tentulah salah. Di sinilah kon-
sep tauhid memainkan perannya yang sangat sentral sebagai penyatu
pandangan kaum mukminin.
Tauhid hendaknya menjadi basis dalam pendidikan sebagaimana
yang sudah diajarkan oleh Allah melalui seorang ahli hikmah yang
namanya diabadikan sebagai salah satu nama surah dalam Al-Quran,
yakni Luqman. Konsep pendidikan ala Luqman ini menjadikan keiman-
an kepada Allah (tauhid) sebagai pelajaran pertama.
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu
ia memberi pelajaran kepada anaknya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kedzaliman yang besar.”(QS. Luqman: 13).
Ayat di atas menegaskan tauhid atau akidah sebagai basis pendi-
dikan. Setelah itu, dalam ayat-ayat berikutnya, barulah Luqman mem-
berikan pelajaran akhlak dan ibadah kepada anaknya, seperti perintah
untuk berbakti kepada orang tua, larangan untuk tidak sombong, perin-
tah mendirikan shalat, dan sebagainya. Dalam konsep pendidikan ala
Luqman ini, tauhid dijadikan sebagai fondasi atau dasar, sebab darin-
yalah aspek-aspek lain (ibadah dan akhlak) dilahirkan. Dalam Al-Qu-
ran, Allah membuat tamsil yang sangat indah mengenai ketiga aspek
(akidah-ibadah-akhlak) tersebut.
“Tidaklah kamu perhatikan bagaimana Allah telah membuat perump-
amaan kalimat yang baik seperti pohon yang baik, akarnya teguh dan
cabangnya (menjulang) ke langit? Pohon itu memberikan buahnya
pada setiap musim dengan seizin Tuhanya. Allah membuat perump-
amaan-perumpamaan itu untuk manusia supaya mereka selalu ingat.”
(QS. Ibrahim: 24-25).
Dalam ayat di atas, iman (aspek akidah) diibaratkan akar sebuah
pohon yang amat rindang, dengan tauhid sebagai akar tunggangn-
ya. Batang, dahan, dan rantingnya adalah Islam (aspek ibadah), se-
mentara buahnya adalah ihsan (aspek akhlak). Akar ini tidak hanya
merupakan penentu kekukuhan sebatang pohon, tetapi juga menjadi
sumber kehidupan, kekuatan, kesuburan, bahkan kualitas buah pohon
tersebut, sebab darinyalah pohon itu menerima asupan gizi dan nutrisi.
Demikianlah akidah menjadi penentu kualitas ibadah dan keindahan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 153


akhlak seorang Muslim.
Karena pentingnya tauhid dalam pendidikan Islam itulah, Rasulullah
saw mengajarkan kepada kita untuk mengumandangkan azan di tel-
inga bayi yang baru lahir, dengan harapan agar kalimat yang pertama
didengar dan direkam oleh si bayi adalah kalimat tauhid. Oleh karena
itu pula, Rasulullah saw menghabiskan sebagian besar waktunya da-
lam perjuangan dakwah di Mekah untuk membangun akidah umat.
Kemudian kalau kita tilik lebih jauh, jumlah surah-surah Makkiyah
—yang berbicara masalah akidah/tauhid- jauh lebih banyak dibanding
surah-surah Madaniyah. Sebagian ulama menyebut jumlah 94 surah
Makkiyah dan 20 surah Madaniyah, sebagian yang lain menyebut
jumlah 84 surah Makkiyah dan 30 surah Madaniyah. Ada pula yang
menyebut 85 Makkiyah dan 29 Madaniyah (Sutrisno, 2012: 25).
Ahmad Tafsir ketika berbicara tentang manusia dan perilakunya.
Menurut beliau, bahwa berbicara tentang manusia yang baik berarti
kita berbicara tentang budi pekerti atau akhlak. Akhlak ialah kepribadi-
an, tingkah laku atau budi pekerti adalah sebagian dari isi kepribadian.
Karena akhlak itu adalah kepribadian maka isi kurikulum pastilah meng-
utamakan akhlak. Bahkan akhlak itulah yang menjadi core kurikulum
(kurikulum inti). Akhlak yang baik harus memiliki penjamin, penjamin
terkuat adalah iman yang kuat. Modal kurikulum untuk menghasilkan
lulusan yang baik yaitu lulusan yang beriman dan beramal shalih. Amal
shalih itu berdasarkan imannya (Tafsir, 2010: 100).
Dengan demikian, iman merupakan core (inti) dari manusia. Jika
keimanan benar maka akan melahirkan perilaku yang benar. Jadi inti
manusia adalah imannya. Manusia dikendalikan oleh world view (pan-
dangan hidup)nya. Karena iman adalah suatu world view maka ma-
nusia dikendalikan oleh imannya. Jadi, inti manusia adalah imannya.
Karena iman itu di kalbu, maka dapat juga kita mengatakan inti manu-
sia adalah kalbunya. Kalau begitu kalbu itulah yang menjadi sasaran
pendidikan untuk diisi dengan iman (Tafsir, 2012: 107).
Maka pendidikan dalam pandangan Islam merupakan upaya penge-
jawantahan nilai-nilai Islam secara ontologism, epistemologis, maupun
aksiologisnya (Tobroni, 2008: 13). Tugas pendidikan pada kerangka ini
adalah menginternalisasikan nilai-nilai Islam agar dapat diimplementa-
sikan oleh manusia dalam melaksanakan tugas hidupnya sebagai ham-
ba Allah maupun sebagai khalifah di bumi. Manusia dalam posisinya
sebagai hamba Allah memiliki fungsi untuk mengabdi kepada-Nya (QS.
Al-Dzariyat: 56) sehingga segala aktivitas kehidupan layaknya bermu-
ara dan bermakna sebagai pengabdian kepada-Nya. Sesuai dengan

154 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kedudukannya sebagai khalifah di bumi, manusia juga telah dianuge-
rahi potensi-potensi yang wajib dikembangkan dalam rangka menyem-
purnakan tugas hidup dan menunaikan amanatt sebagai rahmat bagi
seluruh alam (QS. Al-Taubah: 122; al-Anbiya’: 107). Pendidikan deng-
an demikian merupakan instrumen pengembangan potensi dan pem-
budayaan nilai-nilai untuk menjadikan mansuia berakhlak mulia dalam
rangka membangun tatanan dan peradaban dunia yang bermartabat.
Kalau kita menapaktilasi sejarah Islam pada periode-periode awal,
khususnya sejarah dakwah nabi saw, tampak bahwa yang menjadi
tujuan utama pendidikannya adalah mendidik manusia menjadi ham-
ba yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Perjuangan beliau
menanamkan akidah tauhid selama hampir tiga belas tahun di Mekah,
kemudian strategi dakwah beliau selama kurang lebih sepuluh tahun di
Madinah, hampir semuanya bermuara pada pembentukan umat yang
rela mendedikasikan dirinya untuk mengabdi kepada Allah. Dari situlah
kemudian terbentuk generasi pilihan yang setiap perkataan, perbuatan,
tingkah laku, dan segala peri kehidupannya ditujukan sebagai bentuk
pengabdian kepada-Nya. Kalau merujuk pada Al-Quran, generasi ben-
tukan Rasulullah ini sangat sesuai dengan gambaran yang diberikan
oleh Allah dalam surah al-Dzariyat, ayat 56 yang menjelaskan tentang
tujuan utama diciptakan manusia di muka bumi.
Dalam kaitan ini, penting juga diingat bahwa satu-satunya tugas
yang diembankan kepada seluruh rasul adalah menyeru manusia ke-
pada tauhid. Artinya, benang merah yang menghubungkan antara satu
rasul dengan rasul lainnya dalam tugas mereka mendidik umat adalah
membentuk pribadi-pribadi yang rela mengabdikan dirinya kepada Al-
lah.

B. Jaminan Allah bagi Orang yang Bertauhid Mutlak

Tidak diragukan lagi bawa tauhid memiliki kedudukan yang sangat


agung dalam  Islam. Oleh karena itu, bagi siapa yang mampu  mereal-
isasikan tauhid dengan benar akan mendapat beberapa keistimewaan.
Bagi orang-orang yang termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak
sekali kebahagiaan, baik di dunia, lebih-lebih di akhirat. Itu semua han-
ya khusus diberikan bagi ahli tauhid.
1. Ahli Tauhid Mendapatkan Keamanan dan Petunjuk
Seorang yang bertauhid dengan benar akan mendapatkan rasa
aman dan petunjuk. Allah menegaskan dalam firman-Nya : Artinya :
“Orang-orang yang beriman dan  tidak mencampuradukan  iman mera-
ka dengan kezhaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat keaman-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 155


an dan  mereka itu adalah —orang-orang yang mendapatkan petun-
juk”. (QS. Al-Anam: 82).
Kezhaliman  meliputi tiga perkara, yaitu kezhaliman terhadap hak 
Allah yaitu dengan berbuat syirik, kezhaliman seseorang terhadap dir-
inya sendiri yaitu dengan berbuat maksiat, dan kezhaliman seseorang
terhadap orang lain yaitu dengan menganiaya orang lain. Kezhaliman
adalah menempatkan  sesuatu  tidak  pada tempatnya. Kesyirikan dise-
but kezhaliman karena menujukan ibadah  kepada yang  tidak berhak
menerimanya. Ini merupakan kezhaliman yang paling zhalim. Hal ini
karena pelaku syirik menujukan ibadah kepada yang tidak berhak me-
nerimanya, mereka menyamakan Al-Khaliq (Sang Pencipta) dengan
makhluk, menyamakan yang lemah dengan  Maha Perkasa.
Yang dimaksud  dengan kezhaliman dalam ayat di atas adalah syirik,
sebagaimana dijelaskan oleh Rasulallah ketika menafsirkan ayat ini.
Ibnu Masud mengatakan, “Ketika ayat ini turun,terasa beratlah di hati
para sahabat, mereka mengatakan siapakah di antara kita yang tidak
pernah menzhalimi diri sendiri (berbuat maksiat), maka Rasulallah saw
bersabda : “Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di
waktu ia memberi pelajaran kepadanya: “Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, Sesungguhnya , mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezhaliman yang besar.”(QS. Lukman : 13).
Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukan keimanan
mereka dengan kezhaliman (kesyirikan). Mereka akan mendapatkan
rasa aman di dunia dan di akhirat serta mendapatkan keamanan di
dunia berupa ketenangan hati, dan keamanan di akhirat dari hal-hal
yang ditakuti yang akan terjadi di Hari Akhir. Petunjuk yang mereka
dapatkan di dunia berupa ilmu yang bermanfaat dan amal shalih, se-
dangkan petunjuk di akhirat berupa petunjuk yang mereka dapatkan
sesuai dengan kadar tauhidnya. Semakin sempurna Tauhid seseorang,
semakin besar keamanan dan petunjuk yang akan diperoleh.

2. Ahli Tauhid Dijamin Masuk Surga.

Rasulullah SAW bersabda :


ُ‫سولُه‬ ِ َّ ‫ع ْب ُد‬
ُ ‫للا َو َر‬ َ ‫سى‬َ ‫سولُهُ َوأ َ َّن عِي‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬َ ‫للاُ َوحْ َدهُ َل ش َِريكَ لَهُ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا‬ َّ ‫ش ِه َد أ َ ْن َل ِإلَهَ ِإ َّل‬َ ‫َم ْن‬
‫علَى َما َكانَ مِ ْن ْالعَ َم ِل‬َ َ‫للاُ ْال َجنَّة‬ ُ َّ‫َو َك ِل َمتُهُ أ َ ْلقَاهَا ِإلَى َم ْريَ َم َو ُرو ٌح مِ ْنهُ َو ْال َجنَّةُ َح ٌّق َوالن‬
َّ ُ‫ار َح ٌّق أ َ ْد َخلَه‬
Artinya :”Barangsiapa yang bersyahadat (bersaksi) bahwa tidak ada
ilah (sesembahan) yang berhak disembah selain Allah semata, tidak

156 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


ada sekutu bagi-Nya, dan saksi bahwa Muhammad  adalah  hamba
dan rosul-Nya, dan Isa adalah  hamba dan rasul-Nya, dan kalimat yang
disampaikan-Nya kepada Maryam  serta ruh dari-Nya dan bersaksi
bawha surga dan neraka benar adanya, maka Allah akan memasuk-
kannya ke dalam surga, sesuai amal yang telah dikerjakannya”.(HR.
Bukhari Muslim).
Ini merupakan janji dari Allah untuk ahli Tauhid bahwa mereka akan
dimasukkan ke dalam surga. Ahli Tauhid adalah mereka yang bersya-
hadat (bersaksi) dengan persaksian  yang disebut dalam  hadis di atas.
Maksud syahadat yang benar harus terkandung tiga hal, yaitu men-
gucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan mengamalkan
segala konsekuensinya. Tidak cukup hanya sekedar mengucapkan
saja.
Sesuai amal yang telah dikerjakannya ada dua tafsiran :
Pertama, mereka akan masuk surga walaupun memiliki dosa-do-
sa selain syirik karena dosa-dosa selain syirik tersebut tidak men-
ghalanginya untuk masuk ke dalam surga, baik masuk surga secara
langsung maupun sempat diazab di neraka lalu akhirnya masuk surga.
Ini merupakan keutamaan tauhid yang dapat menghapuskan dosa-do-
sa dengan izin Allah.
Kedua, mereka akan masuk surga, namun kedudukan mereka da-
lam surga sesuai dengan amalan mereka, karena kedudukan seseo-
rang di surga bertingkat-tingkat sesuai amal shalihanya.

3. Ahli Tauhid Diharamkan dari Neraka

Sungguh, neraka adalah seburuk-buruk tempat kembali. Betapa ba-


hagianya seseorang yang tidak menjadi penghuni neraka. Hal ini akan
didapatkan oleh sesorang yang bertauhid dengan benar.

Sabda Rasullalah saw:

‫للا‬ َّ َّ‫ار َم ْن قَا َل الَ إِلَهَ إِال‬


ِ َّ َ‫للاُ يَ ْبت َ ِغ ْي بِ َذلِكَ َوجْ ه‬ ِ َّ‫علَى الن‬
َ ‫للا قَ ْد َح َّر َم‬
َ َّ ‫فَإِ َّن‬.
Artinya : “Sesungguhnya Allah mengharamkan neraka bagi orang
yang mengatakan La ilaaha illa-Allah, yang di ucapkan ikhlas meng-
harapkan wajah Allah.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Pengharaman dari neraka ada dua bentuk. Pertama, diharamkan
masuk neraka secara mutlak dalam arti dia tidak akan pernah masuk

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 157


neraka sama sekali. Boleh jadi dia mempunyai dosa, lalu Allah men-
gampuninnya atau  dia termasuk golongan orang-orang yang masuk
surga tanpa hisab dan tanpa azab. Kedua, diharamkan kekal masuk
neraka dalam arti dikeluarkan dari neraka setelah sempat dimasukkan
ke dalamnya selama beberapa waktu.

4. Ahli Tauhid Diampuni Dosa-dosanya.

Hidup kita tidak luput dari gelimang dosa dan maksiat. Karena itu
pengampunan dosa adalah sesuatu yang sangat kita harapkan. Den-
gan melaksanakan tauhid secara benar, menjadi sebab terbesar dapat
menghapus dosa-dosa kita. Rasulallah saw bersabda:
‫ ألَت َ ْيتُكَ بِقُرابِها َم ْغف َِرة‬: ‫ ثم لَقِيت َني ال ت ُ ْش ِركُ بي شيئا‬، ‫طايا‬
َ ‫ب األرض َخ‬
ِ ‫يا ابنَ آدم إِنَّكَ لو أتيتني بِقُرا‬
Artinya : “Allah berfirman : Wahai anak adam, sesungguhnya sekira-
nya kamu datang pada-Ku dengan kesalahan sepenuh bumi, kemu-
dian kamu datang kepada-Ku tanpa menyekutukan sesuatu pun den-
gan-Ku, maka aku akan mendatangimu dengan ampun sepenuh bumi
pula”. (HR. Tirmidzi)
Dalam hadits ini Rasulullah mengabarkan tentang luasnya
keutamaan dan rahmat Allah. Allah akan menghapus dosa-dosa yang
besar sekalipun selama itu bukan dosa syirik. Semakna dengan hadist
ini seperti difirmankan Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang lain dari (syirik) itu, bagi sia-
pa yang dikehendaki-Nya, Barangsiapa siapa yang mempersekutukan
Allah, maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar”. (QS. An-Ni-
saa:48)

5. Jaminan bagi Masyarakat yang Bertauhid

Kebaikan tauhid ternyata tidak hanya bermanfaat bagi individu.


Jika sesuatu masyarakat benar-benar merealisasikan tauhid dalam
kehidupan mereka, Allah akan memberikan jaminan bagi mereka. Se-
bagaimana firman-Nya yang
Artinya : “Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman
di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia
sungguh-sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di muka bumi,
sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka

158 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka agama
yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan me-
nukar(keadaan) mereka, sesudah mereka dalam ketakutan menjadi
aman sentosa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada memperse-
kutukan sesuatu apapun dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap)
kafir sesudah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik”.
(QS. An-Nur:55)
Dalam ayat di atas Allah memberikan beberapa jaminan bagi sesuatu
masyarakat yang mau mengimplementasikan nilai-nilai ketauhidan da-
lam kehidupan, yaitu mendapat kekuasaan di muka bumi, mendapat
kemantapan dan keteguhan dalam beragama, serta mendapat kea-
manan dan dijauhkan rasa takut.
Demikian sebagian di antara jaminan yang akan didapatkan oleh ahli
tauhid. Mengutip penjelasan Syaikh Abdurrahman As-Sadi, termasuk
keutamaan Tauhid adalah :
1. Dapat menghapus dosa-dosa.
2. Merupakan faktor terbesar dalam melapangkan berbagai kesu-
suhan serta bisa menjadi penangkal dari berbagai akibat buruk
dalam kehidupan dunia dan akhirat.
3. Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam hati ha-
nya tertanam keimanan sebesar biji sawi. Juga mencegah ma-
suk neraka secara mutlak bila dia menyempurnakan dalam hati.
4. Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah
dan pahala-Nya. Orang yang paling bahagia dalam memperoleh
syafaat Rasulallah adalah yang mengucapkan laa ilaaha illallah
dengan ikhlas dari hatinya.
5. Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak dan
yang tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demiki-
an pula penyempurnaan dan pemberian ganjarannya. Perka-
ra-perkara ini menjadi sempurna dan lengkap tatkala tauhid dan
keikhlasan kepada Allah menguat.
6. Memudahkan seorang hamba untuk melakukan kebaikan-ke-
baikan dan meninggalkan kemungkaran-kemungkaran serta
menghibur tatkala menghadapi berbagai musibah. Sesorang
yang ikhlas kepada Allah dalam beriman dan bertauhid akan
merasa ringan untuk melakukan ketaatan-ketaatan karena dia
menghadapkan pahala dan keridhaan Rabb-Nya.
7. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Allah menjadikan-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 159


nya mencintai keimanan. Kemudian Allah menjadikan orang
tersebut membenci kekafiran,  kefasikan, dan kemaksiatan.
Juga Allah akan menggolongkan ke dalam orang-orang yang
terbimbing.
8. Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai
dengan penyempurnaan tauhid dan iman yang dilakukan oleh
seorang hamba. Sesuai pula dengan sikap seseorang hamba
saat menerima segala kesulitan dan rasa sakit dengan hati yang
lapang, jiwa yang tenang, dan ridha terhadap ketentuan-keten-
tuan-Nya.
9. Melepaskan seorang hamba dari ketergantungan dan penghara-
pan kepada makhluk. Inilah keagungan dan kemuliaan yang
hakiki. Bersamaan dengan itu dia hanya beribadah dan meng-
hambakan diri kepada Allah, dengan mengharap hanya kepa-
da  Allah.
10. Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi leng-
kap dengan  keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah men-
jadi banyak. Segenap amal dan ucapan berlipat ganda tanpa
batas dan hitungan. Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timban-
gan amal sehingga tidak terimbangi oleh langit dan bumi beserta
seluruh penghuninya.
11. Allah menjamin kemenangan, pertolongan, kemuliaan, kemuda-
han dan petunjuk di dunia bagi pemilik tauhid. Cukup banyak
dalil yang menguatkan keterangan ini baik dari Al- Quran mau-
pun As-Sunnah.
Dengan demikian cukup besar dan banyak keutamaan yang Allah
limpahkan  bagi para hamba-Nya yang bertauhid, maka sangat be-
runtung orang yang bisa menggapai seluruh keutamaannya. Namun
keberhasilan total hanya milik orang-orang yang mampu menyempur-
nakan tauhid sepenuhnya. Tentu manusia bertingkat-tingkat dalam
wujud tauhid kepada Allah. Mereka tidak berada pada satu tingkatan.
Masing-masing menggapai keutamaan tauhid sesuai dengan prestasi
dalam menerapkan tauhid.

RANGKUMAN

Tauhid dalam pandangan islam merupakan akar yang melandasi se-


tiap aktivitas manusia. Kekokohan dan tegaknya tauhid mencerminkan
luasnya pandangan, timbulnya semangat beramal dan lahirnya sikap

160 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


optimistik. Sehingga tauhid dapat digambarkan sebagai sumber sega-
la perbuatan (amal shalih) manusia. Dalam al-Quran, tauhid diibarat-
kan akar sebuah pohon yang amat rindang, dengan tauhid sebagai
akar tunggangnya. Batang, dahan, dan rantingnya adalah Islam (as-
pek ibadah), sementara buahnya adalah ihsan (aspek akhlak). Akar
ini tidak hanya merupakan penentu kekukuhan sebatang pohon, tetapi
juga menjadi sumber kehidupan, kekuatan, kesuburan, bahkan kualitas
buah pohon tersebut, sebab darinyalah pohon itu menerima asupan
gizi dan nutrisi. Demikianlah akidah menjadi penentu kualitas ibadah
dan keindahan akhlak seorang Muslim.
Tauhid memiliki kedudukan yang sangat agung dalam  Islam. Oleh
karena itu, bagi siapa yang mampu  merealisasikan tauhid dengan be-
nar akan mendapat beberapa keistimewaan. Bagi orang-orang yang
termasuk ahli tauhid, Allah janjikan banyak sekali kebahagiaan, baik di
dunia, lebih-lebih di akhirat.
Di antara keutamaan tauhid menurut Syaikh Abdurrahman As-Sa-
di adalah : (1) Dapat menghapus dosa-dosa; (2) Merupakan faktor
terbesar dalam melapangkan berbagai kesusuhan serta bisa menja-
di penangkal dari berbagai akibat buruk dalam kehidupan dunia dan
akhirat; (3) Mencegah kekekalan dalam api neraka meskipun dalam
hati hanya tertanam keimanan sebesar biji sawi. Juga mencegah ma-
suk neraka secara mutlak bila dia menyempurnakan dalam hati; (4)
Merupakan sebab satu-satunya untuk menggapai ridha Allah SWT dan
pahala-Nya. Orang yang paling bahagia dalam memperoleh syafaat
Rasulallah adalah mengucapkan laa ilaaha illa-Allah dengan ikhlas dari
hatinya; (5) Penerimaan seluruh amalan dan ucapan baik yang tampak
dan yang tersembunyi tergantung kepada tauhid seseorang. Demikian
pula penyempurnaan dan pemberian ganjarannya; (6) Memudahkan
seorang hamba untuk melakukan kebaikan-kebaikan dan meninggal-
kan kemungkaran-kemungkaran serta menghibur tatkala menghadapi
berbagai musibah; (7) Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang, Al-
lah menjadikannya mencintai keimanan. Kemudian Allah menjadikan
orang tersebut membenci kekafiran, kefasikan, dan kemaksiatan; (8)
Meringankan segala kesulitan dan rasa sakit. Semua itu sesuai dengan
menyempurnakan tauhid dan iman yang dilakukan oleh seorang ham-
ba. Sesuai pula dengan sikap seseorang hamba saat menerima segala
kesulitan dan rasa sakit dengan hati yang lapang, jiwa yang tenang,
dan ridha terhadap ketentuan-ketentuan-Nya; (9) Melepaskan seorang
hamba dari ketergantungan dan pengharapan kepada makhluk; (10)
Bila tauhid sempurna dalam hati seseorang dan terealisasi lengkap
dengan  keikhlasan, amal yang sedikit akan berubah menjadi banyak.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 161


Segenap amal dan ucapan berlipat ganda tanpa batas dan hitungan.
Kalimat ikhlas menjadi berat dalam timbangan amal sehingga tidak ter-
imbangi oleh langit dan bumi beserta seluruh   penghuninya.

LATIHAN

1. Mengapa tauhid harus dijadikan sebagai landasan bagi semua


aspek kehidupan?
2. Sebutkan ayat yang menjelaskan tujuan penciptaan manusia!
3. Apa hubungan tauhid dan akhlak?
4. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang tauhid yang menum-
buhkan buah akhlak mulia!
5. Sebutkan ayat yang menjelaskan tentang pentingnya pendi-
dikan berbasis tauhid!
6. Jelaskan jaminan Allah bagi orang yang bertauhid mutlak!
7. Apa kedzaliman yang paling besar?
8. Tauhid yang bagaimana yang menjamin pelakunya masuk sur-
ga?
9. Pengharaman ahli tauhid dari neraka ada dua bentuk. Jelaskan!
10. Jelaskan beberapa jaminan Allah bagi suatu masyarakat yang
mau mengimplementasikan nila-nilai ketauhidan dalam ke-
hidupan?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

1. Untuk menjawab pertanyaan nomor (1,2,3,4,5) silahkan kaji


kembali tema tentang tauhid sebagai landasan bagi semua as-
pek kehidupan.
2. Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali tema tentang jaminan Allah bagi yang bertauhid mutlak.

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Apa yang harus menjadi landasan utama dalam semua aspek
kehidupan?
a. Sekulerisme

162 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


b. Sosialisme
c. Tauhid
2. Mengapa tauhid menjadi misi utama dakwah para nabi dan rasul?
a. Karena materinya mudah dijelaskan
b. Karena jika tauhid beres maka akhlak dan muamalah seseorang
akan bagus
c. Karena tauhid mudah difahami dan diamalkan
3. Lawan dari tauhid adalah?
a. Nifaq
b. Maksiat
c. Syirik
4. Kedzaliman apa yang paling besar?
a. Curang dalam jual beli
b. Mensekutukan Allah
c. Korupsi
5. Tujuan utama diciptakan manusia adalah?
a. Bekerja
b. Bermain
c. Beribadah
6. Apa maksud syahadat?
a. Cukup mengikrarkan kalimat tauhid
b. Mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya
c. Cukup meyakini kebenaran kalimat tauhid
7. Yang masuk kategori ahli tauhid mutlak adalah?
a. Yang mengikrarkan syahadat
b. Yang rajin bershalawat
c. Yang mengimplementasikan konsekuensi tauhid dan menjauhi
syirik dan maksiat
8. Ayat yang menjelaskan tujuan diciptakan manusia adalah?
a. QS. Al-Dzariyat: 56
b. QS. Al-Isra: 1
c. QS. Al-Alaq: 1-5
9. Ayat yang menjelaskan tentang pentingnya pendidikan tauhid
adalah?

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 163


a. QS. Al-Qiyamah: 5
b. QS. Al-Baqarah: 35
c. QS. Luqman: 13
10. Ayat yang menjelaskan tentang hubungan antara tauhid dan akhlaq
adalah?
a. QS. Al-Mukminun: 20-25
b. QS. Ibrahim: 24-25
c. QS. Al-Alaq: 1-5

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa


dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. b. mengesakan
2. a. Mengesakan Allah dalam hal-hal yang menjadi kekhusu-

164 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


san-Nya
3. b. 3 macam
4. c. Semuanya saling terkait dan tidak boleh dipisahkan
5. b. Rububiyah
6. b. Peniadaan
7. a. Penetapan
8. b. Tidak cukup
9. c. Beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala ben-
tuk syirik
10. c. Mengakui bahwa Allah adalah pencipta alam semesta beserta
isinya

Tes Formatif 2
1. c. Tauhid
2. b. Karena jika tauhid beres maka akhlak dan muamalah seseo-
rang akan bagus
3. c. Syirik
4. b. Mensekutukan Allah
5. c. Beribadah
6. b. Mengucapkannya dengan lisan, memahami maknanya, dan
mengamalkan segala konsekuensinya
7. c. Yang mengimplementasikan konsekuensi tauhid dan men-
jauhi syirik dan maksiat
8. a. QS. Al-Dzariyat: 56
9. c. QS. Luqman: 13
10. b. QS. Ibrahim: 24-25

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 165


DAFTAR PUSTAKA

Fauzan (al), Shalih bin Fauzan (2016), Kitab Tauhid, Jakarta: Ummul
Qura.
Hakami (al), H.A. (2003). Maarij al-Qabul. Kairo: Dar Ibnu al-Hait-
sam.
Ibn Taimiyah (1982). Darut taarud alaql wa al-naql. Riyadh: Jamiah
al-Imam al-Islamiyah.
___________ (1404H). Majmu fatawa. Mekah: Maktabah an-Nah-
dhah al-Haditsah.
___________ (1980). Minhaj as-Sunnah al-Nabawiyah. Kairo: Dar
al-Marifah.
___________ (1432H). al-Risalah al-Tadmuriyah. Kairo: Matbaah
al-Salafiyah.
Jauziyah (al), I.Q. (2011). Ighatsatul lahfan. Terj. Hawin Murtadha.
Solo: al-Qowam.
___________ (1982). Madarij al-Salikin. Kairo: al-Hayah al-Mishri-
yah al-Ammah lil kitab.
____________ (1995). al-Tibyan fi Aqsam al-Quran. Beirut: al-Mak-
tabah al-Islamiyah.
_____________(1398 H). al-Qashaid an-Nuniyah. Pakistan: Idarah
Turjuman as-Sunnah.
Maududi (al), A.A. (1397 H). Mabadi al-Islam. Beirut: Muassasah
al-Risalah.
____________ (1967). Islamic Way of Life. Terj. Usman Raliby. Ja-
karta: Bulan Bintang.
Qahthani (al), M.S. (1994). Memurnikan laa ilaaha illallah. Terj. Abu
Fahmi. Jakarta: Gema Insani Press.
_______________ (2005). al-Wala wal-Bara fil Islam. Mekah: Dar
at-Tauzi wan Nasyr al-Islamiyah.
Sadi (al), Abdurrahman bin Nashir (2010), al-Qaul al-sadid Syarh Ki-
tab al-Tauhid, Mekah: Maktabah al-Maarif.
Sili (al), S.A.A. (1993). Al-Aqidah al-Salafiyah Baina Imam Ibn Ham-
bal dan Imam Ibn Taimiyah. Kairo: Dar al-Manar.
Sutrisno (2012). Pendidikan Islam Berbasis Sosial. Yogyakarta:
ar-ruzz media.

166 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


MODUL 6
KONSEP AQIDAH DALAM ISLAM
Dr.Muhammad Hambal Shafwan, Lc, M.Pd.I

Pendahuluan

Keyakinan merupakan prasyarat dari keimanan seseorang. Orang


yang beriman haruslah orang yang yakin, dan keyakinan yang ha-
ruslah mencapai tingkat paling tinggi, yang disebut dengan i‟tiqad jaz-
im (keyakinan utuh/aqidah). Hal ini terkait dengan definisi iman, yaitu
pembenaran dalam hati, pengakuan dengan lidah, dan pengamalan
dengan anggota badan. Adanya ketiga unsur ini merupakan bukti beta-
pa keyakinan haruslah inheren (melekat) dalam iman. Keyakinan itu
tempatnya di dalam hati, diketahui melalui manifestasinya, yang diung-
kapkan dalam bentuk ungkapan dan tindakan. Adanya pembenaran,
ungkapan, dan tindakan sebagai pilar dari iman, merupakan gambaran
dari keyakinan utuh tersebut. Keyakinan harus seperti ini, tidak boleh
dihinggapi purbasangka (zhann), apalagi keraguan (syakk).
Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Sema-
kin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi
yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk,
dan tidak ada bangunan tanpa pondasi. Maka keberadaan aqidah Is-
lam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem te-
ologi agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang
terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh
sistem teologi atau aqidah yang dianutnya.
Dalam modul ini kita akan mengkaji konsep aqidah dan ruang lingk-
up pembahasan aqidah, sumber dan fungsi aqidah, dan prinsip-prinsip
aqidah islam. Setelah menguasai modul ini, mahasiswa dapat mema-
hami dan menjelaskan:
• Konsep aqidah dan ruang lingkup pembahasan aqidah
• Sumber dan fungsi aqidah

167
• Prinsip-prinsip aqidah islam
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Konsep aqidah dan ruang lingkup pembaha-
san aqidah, sumber dan fungsi aqidah
2. Kegiatan belajar 2 : Prinsip-prinsip aqidah islam.
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mempelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya.
2. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada.
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar.
4. Mantapkan pemahaman anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga menjadi ilmu yang bermanfaat”

168 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Konsep Aqidah Dan Ruang Lingkup Pembahasan


Aqidah, Sumber Dan Fungsi Aqidah

A. Konsep Aqidah dan Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

1. Konsep Aqidah Islam

Pengertian aqidah secara bahasa adalah bentuk masdar dari kata


aqoda-yaqidu-aqidan-aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, perjan-
jian, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan
(Munawir, 1997: 954). Relevansi antara arti kata aqdan dan aqidah
adalah keyakinan itu tersimpul dengan kokoh di dalam hati, bersifat
mengikat dan mengandung perjanjian.
Sedangkan menurut istilah aqidah terdapat beberapa definisi dian-
taranya: Menurut Dr. Shalih bin Fauzan al-Fauzan, aqidah adalah iman
kepada Allah, para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para rasul-Nya, Hari
Akhir, dan qadar yang baik ataupun yang buruk. Hal ini disebut juga
sebagai rukun iman (al-Fauzan, 2016: 1).
Menurut Abu Bakar Jabir al-Jazairy, aqidah adalah sejumlah kebe-
naran yang dapat diterima secara umum oleh manusia berdasarkan
akal, wahyu, dan fitrah. Kebenaran itu dipatrikan di dalam hati dan di-
yakini kesahihan dan keberadaannya secara pasti, dan ditolak segala
sesuatu yang bertentangan dengan kebenaran itu (Ilyas, 1993: 1-2).
Sedangkan ulama fiqh mendefinisikan aqidah sebagai sesuatu yang
diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman
berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman
kepada Allah, para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul
Allah, adanya qadar baik dan buruk, dan adanya hari akhir (Ahmad,
2018: 116).
Dengan merujuk pada pengertian aqidah yang dipaparkan di atas.

169
maka aqidah dapat didefinsikan suatu perkara yang yang dibenarkan
oleh hati terpatri kuat ke dalam lubuk jiwa yang tumbuh dari suatu sum-
ber yang jelas, memaksa manusia mempercayai suatu ketentuan yang
telah dijelaskan dalil dan tidak dapat digoncangkan dengan badai sub-
hat. Hal itu dapat menimbulkan rasa tentram dan tenang serta keyak-
inan dalam hati. Kepercayaan dan keyakinan itu nantinya akan menjadi
landasan dan pegangan dalam melakukan aktifitas yang lain, sehingga
dalam melaksanakan aktifitas tidak bertentangan dengan kepercayaan
dan keyakinannya.
Syariat terbagi menjadi dua, yaitu itiqadiyah dan amaliyah. Itiqadiyah
adalah hal-hal yang tidak berhubungan dengan tata cara amal. Misaln-
ya itiqad (kepercayaan) terhadap rububiyah Allah dan kewajiban berib-
adah kepada-Nya, juga ber-itiqad terhadap rukun-rukun iman yang
lain. Hal ini disebut ashliyah (pokok agama).
Amaliyah adalah segala apa yang berhubungan dengan tata cara
amal. Misalnya shalat, zakat, puasa, dan seluruh hukum-hukum amali-
yah. Bagian ini disebut fariyah (cabang agama), karena ia dibangun di
atas itiqadiyah. Benar dan rusaknya amaliyah tergantung dari benar
dan rusaknya i’tiqadiyah. Maka aqidah yang benar adalah fondasi bagi
bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal, sebagaimana
firman Allah: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhann-
ya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah
ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhann-
ya.”(QS. Al-Kahfi: 110) (al-Fauzan, 2016: 2).
Esensi aqidah Islam adalah tauhid, diformulasikan dalam dua kali-
mat syahadat: asyhadu an la ila illa Allah; wa asyhadu anna Muham-
madar Rasulullah. Aqidah yang tidak sesuai dengan la ilaha illa Allah
berarti menyimpang dari aqidah Islam.
Karena itu, Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw, antara lain
untuk meluruskan aqidah umat terdahulu yang sudah mengalami
penyimpangan, seperti: anggapan kalangan Yahudi, Uzair anak Allah;
dan keyakinan kaum Nashrani, Nabi Isa anak Allah, padahal Isa putra
Maryam.
Aqidah tauhid harus dimaknai secara komprehensif dan menjadi
komitmen teologis Muslim sebagaimana tercermin dalam Iyyaka nab-
udu wa iyyaka nastain (Hanya kepada Engkau kami beribadah, dan
hanya kepada Engkau pula kami memohon pertolongan).
Komitmen berimplikasi mendasar bahwa Muslim tidak boleh melaku-
kan perselingkuhan teologis (syirik). Misalnya saja kita rajin shalat,
tetapi dalam waktu bersamaan kita masih percaya kepada selain-Nya

170 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


seperti: tempat-tempat yang diyakini keramat, klenik, benda-benda ter-
tentu yang diyakini bisa membawa peruntungan, dan sebagainya.

2. Ruang Lingkup Pembahasan Aqidah

Pembahasan aqidah mencakup:

1. Illahiyyat (ketuhanan). Yaitu yang memuat pembahasan yang


berhubungan dengan Illah (Tuhan, Allah) dari segi sifat-sifat-Nya,
nama-nama-Nya, dan af‟al Allah. Juga dipertalikan dengan itu
semua yang wajib dipercayai oleh hamba terhadap Tuhan.
2. Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang segala
sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai
sifat-sifat mereka, kema‟shum-an mereka, tugas mereka, dan
kebutuhan akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu
sesuatu yang bertalian dengan para wali, mukjizat, karamah,
dan kitab-kitab samawi.
3. Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu pembahasan tentang segala se-
suatu yang berhubungan dengan alam bukan materi (metafisika)
seperti jin, malaikat, setan, iblis, dan ruh.
4. Sam‟iyyat (masalah-masalah yang hanya didengar dari syara).
Yaitu pembahasan yang berhubungan dengan kehidupan di
alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan alam kubur,
tanda-tanda hari kiamat, bats (kebangkitan dari kubur), mahsyar
(tempat berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza‟ (pembala-
san) (al-Banna, 2008: 14).
Ruang lingkup aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal
sebagai rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk dida-
lamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada
para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah (Ilyas,
1993: 5-6).
1. Beriman Kepada Allah

Beriman kepada Allah mengandung pengertian percaya dan mey-


akini akan sifat-sifat-Nya yang sempurna dan terpuji. Dasar-dasar ke-
percayaan ini digariskan-Nya melalui rasul-Nya, baik langsung dengan
wahyu atau dengan sabda rasul.
Iman kepada Allah adalah mempercayai bahwa Dia itu maujud (ada)
yang disifati dengan sifat-sifat keagungan dan kesempurnaan, yang

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 171


suci dari sifat-sifat kekurangan. Dia Maha Esa, tempat bergantung para
makhluk, tidak ada yang setara dengan Dia, pencipta segala makhluk,
yang melakukan segala yang dikehendaki-Nya, dan mengerjakan da-
lam apa yang dikehendaki-Nya.
Beriman kepada Allah juga bisa diartikan berikrar dengan macam-
macam tauhid yang tiga serta beritiqad (berkeyakinan) dan beramal
dengannya, yaitu Tauhid Rububiyyah, Tauhid Uluhiyyah, dan Tauhid
Asma‟ wa Sifat. Iman kepada Allah mengandung empat unsur:
a. Beriman akan adanya Allah

Mengimani adanya Allah ini bisa dibuktikan dengan pertama, adanya


dalil fitrah, bahwa manusia mempunyai fitrah mengimani adanya Tuhan
tanpa harus didahului dengan berfikir dan mempelajari sebelumnya.
Fitrah ini tidak akan berubah kecuali ada sesuatu pengaruh lain yang
mengubah hatinya (al-Utsaimin, 2000: 139). Sebagaimana hadits dari
Abi Hurairah, ia berkata: Nabi saw bersabda “Setiap anak terlahir da-
lam keadaan suci, kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Sebagaimana binatang ternak memperanakkan
seekor binatang (yang sempurna anggota tubuhnya). Apakah anda
mengetahui di antara binatang itu ada yang cacat atau putus (teling-
anya atau anggota tubuhnya yang lain)? Maka hadapkanlah wajahmu
dengan lurus kepada agama (Allah), (tetaplah atas) fitrah Allah yang
telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan
pada fitrah Allah. Itulah agama yang lurus, tetapi kebanyakan manusia
tidak mengetahui.” (HR. Muslim).
Kedua, adanya dalil aqli bahwa semua makhluk di dunia ini tidak
muncul begitu saja secara kebetulan, akan tetapi segala sesuatu yang
wujud pasti ada yang mewujudkan yang tidak lain adalah Allah, Tu-
han semesta alam. Allah berfirman: “Apakah mereka diciptakan tanpa
sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri)?”
(Q.S. At}-Tur [52: 35]).
Ketiga, adanya dalil syar‟i yang menunjukkan adanya Allah adalah
seluruh kitab-kitab samawi membicarakan tentang adanya Allah. De-
mikian pula hukum serta aturan dalam kitab-kitab tersebut yang men-
gatur kehidupan demi kemaslahatan manusia menunjukkan bahwa ki-
tab-kitab tersebut berasal dari Tuhan Yang Maha Esa.
Keempat, adanya dalil indrawi tentang adanya Allah seperti orang-
orang yang dikabulkan doanya. Ditolongnya orang-orang yang sedang
mengalami kesulitan, ini menjadi bukti-bukti kuat adanya Allah. Allah
berfirman: “Dan (ingatlah kisah) Nuh, sebelum itu ketika dia berdo‟a,

172 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


dan Kami memperkenankan doanya, lalu Kami selamatkan dia beserta
keluarganya dari bencana yang besar.” (Q.S. al-Anbiya [21: 76]).
Dan tentang adanya tanda-tanda kenabian seorang utusan
yang disebut mukjizat adalah suatu bukti kuat adanya Dzat yang
mengutus mereka yang tidak lain Dia adalah Allah Azza wa Jalla (al-
Utsaimin, 2000: 141-142).

b. Mengimani sifat rububiyah Allah

Yaitu mengimani sepenuhnya bahwa Allahlah Rabb (Tuhan) yang


Maha Esa, yang tidak ada sekutu dan penolong baginya. Allah dzat
yang memiliki hak menciptakan, berkuasa, dan hak memerintah. Tidak
ada pencipta yang hakiki, tidak ada penguasa yang mutlak, serta tidak
ada yang berhak memerintah kecuali Allah.
c. Mengimani sifat uluhiyah Allah (Tauhid Uluhiyah)

Yaitu mengimani hanya Dia-lah sesembahan yang tidak ada seku-


tu bagi-Nya. mengesakan Allah melalui segala ibadah yang memang
disyariatkan dan diperintahkan-Nya dengan tidak menyekutukan-Nya
dengan sesuatu apapun baik seorang malaikat, nabi, wali, maupun
yang lainnya. Tauhid rububiyah saja tanpa adanya tauhid uluhiyah
belum bisa dikatakan beriman kepada Allah karena kaum musyrikin
pada zaman Rasulullah juga mengimani tauhid rububiyah saja tanpa
mengimani tauhid uluhiyah, mereka mengakui bahwa Allah yang mem-
beri rizki dan mengatur segala urusan, tetapi mereka juga menyembah
sesembahan selain Allah (al-Utsaimin, 2000: 143-146).
Allah berfirman: “Katakanlah: Siapakah yang memberi rezki kepada-
mu dari langit dan bumi, atau siapakah yang Kuasa (menciptakan)
pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang
hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan
siapakah yang mengatur segala urusan? Maka mereka akan men-
jawab: Allah. Maka Katakanlah: Mangapa kamu tidak bertakwa kepa-
da-Nya)?” (Q.S.Yunus [10: 31]).
Dan Allah berfirman: “Dan sebagian besar dari mereka tidak beriman
kepada Allah, melainkan dalam keadaan mempersekutukan Allah (den-
gan sembahan-sembahan lain).” (Q.S.Yusuf [12: 106])
d. Mengimani Asma‟ dan Sifat Allah (Tauhid Asma‟ wa Sifat)

Yaitu menetapkan apa-apa yang ditetapkan Allah untuk dzat-Nya


yang terdapat dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya baik itu berke-
naan dengan nama-nama maupun sifat-sifat Allah tanpa tahrif (penye-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 173


lewengan), ta‟til (penghapusan), takyif (menanyakan bagaimana), dan
tamsil (pengumpamaan) (al-Utsaimin, 2000: 149). Firman Allah: “Han-
ya milik Allah asma-ul husna. Maka bermohonlah kepada-Nya dengan
menyebut asmaa-ul husna itu. Dan tinggalkanlah orang-orang yang
menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nan-
ti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka
kerjakan.” (Q.S. al-A‟raf [7: 180])
Beriman kepada Allah merupakan ajaran pokok aqidah dalam Is-
lam, yaitu mengesakan Allah bahwa tidak ada Tuhan melainkan Allah
(tauhid). Ke-Esa-an Allah menurut al-Quran berarti bahwa Allah itu
satu dalam diri-Nya (Dzat-Nya), satu dalam sifat-Nya, dan satu dalam
perbuatan-Nya. Satu dalam diri-Nya berarti bahwa Allah itu tidak ber-
bilang-bilang atau lebih dari satu. Satu dalam sifat-Nya berarti bahwa
tidak seorangpun yang memiliki sifat Allah yang sangat sempurna. Dan
satu dalam perbuatan-Nya berarti bahwa tidak seorangpun yang dapat
mengerjakan sesuatu yang telah atau yang dikerjakan oleh Allah.

2. Beriman Kepada Malaikat Allah

Secara etimologis Malaikah (dalam bahasa Indonesia disebut Ma-


laikat) adalah bentuk jamak dari malak, berasal dari masdar al-alukah
artinya ar-risalah : misi, pesan. Sedangkan secara terminologis ma-
laikat adalah makhluk ghaib yang diciptakan Allah dari cahaya dengan
wujud dan sifat-sifat tertentu dan senantiasa beribadah kepada Allah
(Ilyas, 1993: 83).
Beriman kepada malaikat berarti percaya bahwa Allah mempunyai
makhluk yang dinamai “Malaikat” yang tidak pernah durhaka kepa-
da-Nya dan senantiasa taat menjalankan tugas yang dibebankan den-
gan sebaikbaiknya (Zuhdi, 2008: 25).
Diciptakan dari cahaya dan diberikan kekuatan untuk mentaati dan
melaksanakan perintah dengan sempurna. Rasulullah pernah bersab-
da: “Malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari api yang men-
yala-nyala, dan Adam diciptakan dari apa yang telah disifatkan kepada
kalian”. (HR. Muslim).
Beriman kepada malaikat mengandung empat unsur:

a. Mengimani wujud mereka, bahwa mereka benar-benar ada bukan


hanya khayalan, halusinasi, imajinasi, tokoh fiksi, atau dongeng
belaka. Dan mereka jumlahnya sangat banyak, dan tidak ada yang
bisa menghitungnya kecuali Allah. Seperti dalam kisah miraj-nya

174 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Nabi Muhammad bahwa ketika itu Nabi diangkat ke Baitul Mamur
di langit, tempat para malaikat shalat setiap hari, jumlah mereka
tidak kurang dari 70.000 malaikat. Setiap selesai shalat mereka
keluar dan tidak kembali lagi.
b. Mengimani nama-nama malaikat yang kita kenali, misalnya Jibril,
Mikail, Israfil, Maut. Adapun yang tidak diketahui namanya, kita
mengimani keberadaan mereka secara global. Dan penamaan
ini harus sesuai dengan dalil dari al-Quran dan Hadits Rasulullah
yang shahih.
c. Mengimani sifat-sifat malaikat yang kita kenali, misalnya, memiliki
sayap, ada yang dua, tiga atau empat. Dan juga khususnya
Malaikat Jibril -sebagaimana yang pernah dilihat oleh Nabi- yang
mempunyai 600 sayap yang menutupi seluruh ufuk semesta alam
(al-Utsaimin, 2000: 153). Allah berfirman: “Segala puji bagi Allah
Pencipta langit dan bumi, yang menjadikan malaikat sebagai
utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam urusan) yang
mempunyai sayap, masing-masing (ada yang) dua, tiga dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendaki-Nya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Q.S. Fatir
[35: 1]).
Malaikat bisa menjelma menjadi seorang laki-laki, seperti saat
diutus oleh Allah kepada Maryam, Nabi Ibrahim, Nabi Luth. Juga
saat diutusnya Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad ketika
beliau berkumpul dengan para sahabat dalam satu mejelis untuk
mengajarkan agama kepada para sahabat Nabi.
d. Mengimani tugas-tugas yang diperintahkan Allah kepada mereka
yang sudah kita ketahui, seperti membaca tasbih dan beribadah
kepada Allah siang dan malam tanpa merasa lelah dan bosan (al-
Utsaimin, 2000: 154). Dan di antara mereka ada yang mempunyai
tugas-tugas tertentu, misalnya:
1. Malaikat Jibril bertugas untuk menyampaikan wahyu Allah kepa-
da para Nabi dan Rasul.
2. Malaikat Mikail yang diserahi mengatur pembagian rezeki kepa-
da semua makhluk Allah.
3. Malaikat Isrofil yang diserahi tugas meniup sangkakala tatkala
terjadi peristiwa hari kiamat dan manusia dibangkitkan dari alam
kubur.
4. Malaikat Izrail yang diserahi tugas untuk mencabut nyawa ses-
eorang.
5. Malaikat Ridwan dan Malik yang diserahi tugas menjaga Surga
dan Neraka.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 175


6. Malaikat Rokib dan Atid yang diserahi menjaga dan menulis
semua perbuatan manusia. Setiap orang yang dijaga oleh dua
malaikat, yang satu pada sisi kanan dan yang satunya lagi pada
sisi kiri.
7. Malaikat Munkar dan Nakir yang diserahi tugas menanyai mayit,
yaitu apabila mayit telah dimasukkan ke dalam kuburnya, maka
akan datanglah dua malaikat yang bertanya kepadanya tentang
Rabb-nya, agamanya dan Nabinya (Zuhdi, 2008: 29-34).

3. Beriman Kepada Kitab-kitab Allah

Beriman kepada kitab Allah berarti meyakini bahwa Allah telah


menurunkan beberapa kitab-Nya kepada beberapa Rasul untuk men-
jadi pegangan dan pedoman hidupnya guna mencapai kebahagiaan
di dunia dan akhirat (Zuhdi, 2008: 43). Allah berfirman: “Wahai orang-
orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya
dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya, serta kitab
yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Al-
lah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul- Nya, dan hari
Kemudian, maka Sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya.”
(Q.S. an-Nisa [4: 136]).
Di antara kitab-kitab itu ada yang merupakan pembicaraan Allah
dengan rasul tanpa perantara (rasul malaikat), di antaranya ada yang
disampaikan melalui seorang rasul malaikat kepada seorang rasul ma-
nusia, dan ada juga yang ditulis oleh Allah. Sebagaimana firman-Nya:
“Dan tidak mungkin bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-ka-
ta dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau dibelakang tabir
atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan ke-
padanya dengan seizin-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya
Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.” (Q.S. asy-Syura [42: 51]).
Kitab-kitab suci yang diturunkan Allah sesuai dengan jumlah rasulN-
ya. Hanya di dalam al-Qur‟an dan Hadits tidak disebutkan secara jelas
semua nama kitab Allah dan jumlahnya yang diturunkan kepada rasul.
Yang disebut namanya secara jelas dalam al-Qur‟an ada empat buah
yaitu:
a. Taurat, yang diturunkan kepada Nabi Musa. Firman Allah: “Dan
Sesungguhnya Kami telah memberikan al-Kitab (Taurat) kepada
Musa dan Kami telah menjadikan Harun saudaranya, menyertai
Dia sebagai wazir (pembantu).” (Q.S. al-Furqan [25: 35]).
b. Zabur, yang diturunkan kepada Nabi Daud. Firman Allah: “Dan

176 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Tuhan-mu lebih mengetahui siapa yang (ada) di langit dan di
bumi. Dan Sesungguhnya telah Kami lebihkan sebagian na-
bi-nabi itu atas sebagian (yang lain), dan Kami berikan Zabur
kepada Daud”. (Q.S. al- Isra [17: 55]).
c. Injil, yang diturunkan kepada Nabi Isa. Firman Allah: “Kemudian
Kami iringi di belakang mereka dengan Rasul-rasul Kami dan
Kami iringi (pula) dengan Isa putra Maryam. Dan Kami berikan
kepadanya Injil dan Kami jadikan dalam hati orang-orang yang
mengikutinya rasa santun dan kasih sayang. Dan mereka men-
gada-adakan rahbaniyyah padahal Kami tidak mewajibkannya
kepada mereka tetapi (mereka sendirilah yang mengada-ada-
kannya) untuk mencari keridhaan Allah, lalu mereka tidak me-
meliharanya dengan pemeliharaan yang semestinya. Maka
Kami berikan kepada orangorang yang beriman di antara mere-
ka pahalanya dan banyak di antara mereka orang-orang fasik”.
(Q.S. al-Hadid [57: 27]).
d. Al-Quran yang diturunkan kepada Nabi Muhammad. Firman Al-
lah: “Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan al-Quran, dan
sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Q.S. al-Hijr
[15: 9]).
Selain empat kitab tadi, ada dua yang berbentuk suhuf, yaitu suhuf
Ibrahim dan Musa. Firman Allah: “Sesungguhnya ini benar-benar ter-
dapat dalam Kitab-kitab yang dahulu, (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan
Musa.” (Q.S. al-Ala [87: 18-19]).
Semua Kitab Allah, baik yang empat kitab tersebut di atas maupun
yang lainnya, adalah membawa prinsip yang sama, yaitu: mengajak
manusia ke jalan yang benar dan memberi petunjuk kepada manusia
untuk mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat (Zuhdi, 2008:
43).

4. Beriman Kepada Rasul-rasul Allah

Iman kepada rasul berarti meyakini bahwa Allah telah memilih di


antara manusia, beberapa orang yang bertindak sebagai utusan Al-
lah (rasul) yang ditugaskan untuk menyampaikan segala wahyu yang
diterima dari Allah melalui malaikat Jibril, dan menunjukkan mereka ke
jalan yang lurus, serta membimbing umatnya ke jalan yang benar agar
selamat di dunia dan akhirat.
Pengertian rasul dan nabi berbeda. Rasul adalah manusia pilihan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 177


yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri dan mempunyai ke-
wajiban untuk menyampaikan kepada umatnya. Sedangkan Nabi ada-
lah manusia pilihan yang diberi wahyu oleh Allah untuk dirinya sendiri
tetapi tidak wajib menyampaikan pada mumatnya. Dengan demikian
seorang rasul pasti nabi tetapi nabi belum tentu rasul. Meskipun de-
mikian kita wajib meyakini keduanya (Zuhdi, 2008: 63). Firman Allah:
“Dan sungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat (un-
tuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”.
Maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh
Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesa-
tan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah
bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).”
(Q.S. an-Nahl[16: 36]).
Iman kita terhadap para Nabi dan Rasul itu cukup secara global atau
umum saja. Artinya kita hanya wajib percaya bahwa Allah telah meng-
utus beberapa Nabi dan Rasul sebelum Nabi Muhammad, tetapi kita
tidak wajib mengetahui berapa jumlah seluruhnya, siapa nama-naman-
ya, dan di mana masing-masing dari mereka bertugas (Zuhdi, 2008:
43). Firman Allah: “Dan (kami telah mengutus) Rasul-rasul yang sung-
guh telah Kami kisahkan tentang mereka kepadamu dahulu, dan Ra-
sul-rasul yang tidak Kami kisahkan tentang mereka kepadamu. dan
Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung.” (Q.S. an-Nisa
[4: 164]).

5. Beriman Kepada Hari Akhir

Beriman kepada hari akhir adalah percaya bahwa sesudah ke-


hidupan ini berakhir masih ada kehidupan yang kekal yaitu hari akhir,
termasuk semua proses dan peristiwa yang terjadi pada hari itu, mulai
dari kehancuran alam semesta dan seluruh isinya serta berakhirnya
seluruh kehidupan (qiyamah), kebangkitan seluruh umat manusia dari
alam kubur (bats), dikumpulkannya seluruh umat manusia di padang
Mahsyar (hasyr), perhitungan seluruh amal perbuatan manusia di dun-
ia (hisab), penimbangan amal perbuatan tersebut untuk mengetahui
perbandingan amal baik dan amal buruk (wazn), sampai kepada pem-
balasan dengan surga atau neraka (jaza) (Ilyas, 1993: 158). Firman Al-
lah: “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami
menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang
mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam kitab
induk yang nyata (Lauh Mahfuzh).” (Q.S. Yasin [36: 12]).

178 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


6. Beriman Kepada Qadla dan Qadar

Secara etimologis, qadha bentuk mashdar dari qadha yang berarti


kehendak atau ketetapan hukum. Dalam hal ini qadha adalah kehen-
dak atau ketetapan hukum Allah terhadap segala sesuatu. Sedangkan
qadar bentuk mashdar dari qadara yang berarti ukuran atau ketentuan.
Yaitu aturan atau ketentuan Allah terhadap segala sesuatu. Beriman
kepada qadha dan qadar yaitu percaya bahwa segala ketentuan, un-
dang-undang, peraturan, dan hukum ditetapkan pasti oleh Allah untuk
segala yang ada, yang mengikat antara sebab dan akibat atas segala
sesuatu yang terjadi.
Firman Allah:
“Apa saja yang Allah anugerahkan kepada manusia berupa rahmat,
maka tidak ada seorangpun yang dapat menahannya. Dan apa saja
yang ditahan oleh Allah maka tidak seorangpun yang sanggup mele-
paskannya sesudah itu. Dan Dialah yang Maha Perkasa lagi Maha Bi-
jaksana”. (Q.S. Fatir [35: 2]).
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula)
pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfu-
zh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah”. (Q.S. al-Hadid [57: 22])

B. Sumber dan Fungsi Aqidah


1. Sumber/Dasar Aqidah

Dasar aqidah adalah al-Quran dan as-Sunnah Artinya apa saja yang
disampaikan Allah dalam al-Quran dan oleh rasul-Nya dalam sunnahn-
ya wajib diimani dan diamalkan (Ilyas, 1993: 6).
a. Al-Quran

Aqidah adalah masalah tauqifiyah (berdasarkan wahyu semata). Ia


tidak bisa ditetapkan kecuali dengan dalil syari serta tidak ada medan
ijtihad dan pendapat di dalamnya. Karena itulah sumber-sumbernya
terbatas pada apa yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Se-
bab tidak seorang pun yang lebih mengetahui tentang Allah, tentang
apa yang wajib bagi-Nya dan apa yang harus disucikan dari-Nya me-
lainkan Allah sendiri. Dan tidak seorang pun sesudah Allah yang lebih
mengetahui tentang Allah selain Rasulullah. Oleh karena itu, manhaj
salafush shalih dan para pengikutnya dalam mengambil aqidah terba-
tas pada al-Quran dan as-Sunnah.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 179


Mereka mengimani, meyakini dan mengamalkan segala yang ditun-
jukkan oleh al-Quran dan as-Sunnah tentang hak Allah. Sementara apa
yang tidak ditunjukkan oleh al-Quran dan as-Sunnah, mereka menolak
dan menafikannya dari Allah. Karena itu tidak ada pertentangan di an-
tara mereka di dalam i’tiqad. Bahkan aqidah mereka adalah satu dan
jamaah mereka juga satu. Sebab, Allah telah menjamin orang yang
berpegang teguh dengan al-Quran dan Sunnah Rasulullah dengan ke-
satuan kata, kebenaran aqidah, dan kesatuan manhaj. Allah berfirman:
“Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan
janganlah kamu bercerai berai.”(QS. Ali Imran: 103) (al-Fauzan, 2016:
4).
Al-Quran merupakan sumber utama. Di dalamnya terdapat petunjuk
bagi orang beriman. Siapa yang berpegang teguh kepadanya, dia tidak
akan tersesat dan celaka. Sebagaimana Ibnu Abbas berkata, “Allah ta-
ala telah menjamin siapa yang membaca al Quran dan mengamalkan
isinya tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat”
(Ibnu Abil Izz, 2015: 126).
Al-Quran dijadikan sumber aqidah yang pertama dan utama karena
ia memiliki nilai absolut yang diturunkan dari Tuhan. Menciptakan ma-
nusia dan Dia pula yang mendidik manusia. Al-Quran bukan rekayasa
manusia, ia semata-mata firman Allah yang diturunkan kepada nabi
Muhammad saw ajarannya mencakup keseluruhan ilmu pengetahuan.
Ia merupakan sumber yang mulia yang esensinya tidak dimengerti ke-
cuali bagi orang yang berjiwa suci dan berakal cerdas. Nilai esensi da-
lam al-Quran selamanya abadi dan selalu relevan pada setiap waktu
dan zaman, tanpa ada perubahan sama sekali (Mudzakir, 2006: 33).
Al-Quran adalah petunjuk-Nya yang apabila dipelajari akan mem-
bantu kita menemukan nilai-nilai yang dapat dijadikan pedoman bagi
penyelesaian pelbagai persoalan kehidupan. Apabila dihayati dan dia-
malkan akan menjadi buah pikiran, rasa dan karsa kita mengarah ke-
pada realitas keimanan yang dibutuhkan bagi stabilitas dan ketentra-
man hidup pribadi dan masyarakat (Shihab, 2004: 13).

b. As-Sunnah

Adapun As-Sunnah, maka Allah telah menjadikannya sebagai pen-


damping daripada Al-Quran. Allah berfirman, “Dan Dia mengajarkan
mereka al Kitab (Al Quran) dan Al Hikmah (Sunnah)” (QS. Al Baqoroh
: 129). Rosulullah bersabda, “sesungguhnya aku diberi Al Quran dan
yang semisalnya (As-Sunnah)”(HR. Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).

180 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Allah mensejajarkan keduanya dikarenakan baik Al-Quran maupun
As-Sunnah berasa dari wahyu (QS. An Najm : 3). As-Sunnah merupa-
kan sabda Rasulullah yang mana Allah telah menjaga beliau dari kes-
alahan dalam menyampaikan risalah-Nya, sehingga semua perkataan
beliau wajib diterima. Dan tidak ada yang menyandang sifat ini setelah
beliau.
Kemudian para sahabat telah bersungguh sungguh menyampaikan
dan menyebarkan As-Sunnah yang mereka dapatkan dari Rasulullah
kepada generasi selanjutnya. Begitu juga seterusnya secara turun ter-
umurun dari generasi ke generasi. Kaum muslimin berusaha menjaga
dan menyebarkan As-Sunnah, sehingga sampai pada masa penulisan,
dan As-Sunnah menjadi terbukukan dalam kitab-kitab sunnah seperti
Shahih Bukhari, Muslim, Sunan An Nasai dan sebagainya.
Namun sebagiamana diketahui, tidak semua hadits yang ditulis
dalam buku-buku sunnah bernilai shahih bersumber dari Rasulullah.
Adanya campur tangan para pendusta dalam periwayatan hadits men-
jadi sebab munculnya hadis hadits lemah (dhaif) bahkan palsu (maud-
hu). Yang karenanya para ulama memilih hadits shahih saja yang
dijadikan sumber dalam masalah aqidah. Merekapun berusaha mem-
bedakan antara hadits-hadits yang shahih dengan yang dhoif melalui
metode takhrij yang mutabar di kalangan ulama hadits.
Dalam memahami Al-Quran maupun As-Sunnah tentang aqidah
hendaklah dikembalikan kepada pemahaman para salafussalih, teruta-
ma para Sahabat Nabi. Hal ini dikarenakan wahyu turun di tengah-ten-
gah mereka dan dengan bahasa mereka. Menjadikan merekalah orang
yang paling mengerti tentang makna yang benar dari Al Quran dan
Sunnah. Sebagaimana perkataan Ibnu Masud ketika bercerita tentang
sifat para sahabat, “mereka adalah umat ini yang paling baik hatin-
ya, paling dalam ilmunya, paling tidak berlebih lebihan (takalluf), pal-
ing lurus petunjuknya, paling bagus keadaannya, mereka adalah suatu
kaum yang Allah telah memilih mereka menjadi sahabat-sahabat Nabi”.
Sedangkan akal tidaklah menjadi sumber aqidah, tetapi hanya
berfungsi memahami nash-nash yang terdapat dalam kedua sumber
tersebut dan mencoba kalau diperlukan- membuktikan secara ilmiah
kebenaran yang disampaikan oleh al-Quran dan sunnah. Itupun harus
didasari oleh suatu kesadaran bahwa kemampuan akal sangat terba-
tas, sesuai dengan terbatasnya semua makhluk Allah. Akal tidak akan
mampu menjangkau masail ghaibiyah (masalah ghaib), bahkan akal ti-
dak akan mampu menjangkau sesuatu yang tidak terikat dengan ruang
dan waktu. Oleh Karena itu akal tidak boleh dipaksa memahami hal-hal
ghaib tersebut (Haitami, 2004: 11).

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 181


2. Fungsi Aqidah

Aqidah adalah dasar, fondasi untuk mendirikan bangunan. Sema-


kin tinggi bangunan yang akan didirikan, harus semakin kokoh fondasi
yang dibuat. Kalau fondasinya lemah bangunan itu akan cepat ambruk,
dan tidak ada bangunan tanpa pondasi. Maka keberadaan aqidah Is-
lam sangat menentukan bagi seorang muslim, sebab dalam sistem te-
ologi agama ini diyakini bahwa sikap, perbuatan dan perubahan yang
terjadi dalam perilaku dan aktivitas seseorang sangat dipengaruhi oleh
sistem teologi atau aqidah yang dianutnya. Oleh sebab itu mempelajari
aqidah islam sangatlah bermanfaat, karena Aqidah Islamiyah bersum-
ber dari Allah yang mutlak, maka kesempurnaannya tidak diragukan
lagi. Makanya seorang mukmin harus yakin kebenaran Aqidah lslami-
yah sebagai poros dari segala pola laku dan tindakannya yang akan
menjamin kebahagiannya dunia akherat.
Maka manfaat dari aqidah islam di antaranya adalah:
1. Memperoleh petunjuk hidup yang benar
2. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa keru-
sakan dan jauh dari kebenaran.
3. Memperoleh ketenangan hidup yang hakiki karena ada hubun-
gan batin dengan sang pencipta.
4. Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar,
yang kekal adalah akherat.
5. Mendapat jaminan surga jika aqidahnya tak tercampur dengan
syirik dan selamat dari kekalnya Neraka.
6. Membebaskan dirinya dari ubudiyah/penghambaan kepada se-
lain Allah, baik bentuknya kekuasaan, harta, pimpinan maupun
lainnya.
7. Membentuk pribadi yang seimbang yaitu selalu kepada Allah
baik dalam keadaan suka maupun duka.
8. Dia merasa aman dari berbagai macam rasa takut dan cemas.
Takut kepada kurang rizki, terhadap jiwa, harta, keluarga, jin
dan seluruh manusia termasuk takut mati. Sehingga dia penuh
tawakkal kepada Allah.
9. Aqidah memberikan kekuatan kepada jiwa, sekokoh gunung.
Dia hanya berharap kepada Allah dan ridho terhadap segala
ketentuan Allah.
10. Aqidah Islamiyah adalah asas persaudaraan/ukhuwah dan per-

182 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


samaan. Tidak beda antara miskin dan kaya, antara pintar dan
bodoh, antara pejabat dan rakyat jelata, antara kulit putih dan
hitam dan antara Arab dan bukan, kecuali takwanya di sisi Allah.

RANGKUMAN
Pengertian aqidah secara bahasa adalah bentuk masdar dari kata
aqoda-yaqidu-aqidan-aqidatan yang berarti simpulan, ikatan, perjanji-
an, dan kokoh. Setelah terbentuk menjadi aqidah berarti keyakinan.
Sedangkan menurut istilah aqidah sesuatu yang diyakini dan dipegang
teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil
yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah, para
Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, dan Rasul-rasul Allah, adanya qadar
baik dan buruk, dan adanya hari akhir.
Pembahasan aqidah mencakup: (1) Illahiyyat (ketuhanan). Yaitu
yang memuat pembahasan yang berhubungan dengan Illah (Tuhan,
Allah) dari segi sifat-sifat-Nya, nama-nama-Nya, dan af‟al Allah. Juga
dipertalikan dengan itu semua yang wajib dipercayai oleh hamba terh-
adap Tuhan. (2) Nubuwwat (kenabian). Yaitu yang membahas tentang
segala sesuatu yang berhubungan dengan Nabi dan Rasul mengenai
sifat-sifat mereka, kema‟shum-an mereka, tugas mereka, dan kebutu-
han akan keputusan mereka. Dihubungkan dengan itu sesuatu yang
bertalian dengan para wali, mukjizat, karamah, dan kitab-kitab samawi.
(3) Ruhaniyyat (kerohanian). Yaitu pembahasan tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan alam bukan materi (metafisika) seperti jin,
malaikat, setan, iblis, dan ruh. (4) Sam‟iyyat (masalah-masalah yang
hanya didengar dari syara). Yaitu pembahasan yang berhubungan den-
gan kehidupan di alam barzakh, kehidupan di alam akhirat, keadaan
alam kubur, tanda-tanda hari kiamat, bats (kebangkitan dari kubur),
mahsyar (tempat berkumpul), hisab (perhitungan), dan jaza‟ (pembala-
san). Ruang lingkup aqidah dapat diperinci sebagaimana yang dikenal
sebagai rukun iman, yaitu iman kepada Allah, malaikat (termasuk dida-
lamnya: jin, setan, dan iblis), kitab-kitab Allah yang diturunkan kepada
para utusan-Nya, Nabi dan Rasul, hari akhir, dan takdir Allah.
Sumber utama aqidah adalah al-Quran dan as-Sunnah Artinya apa
saja yang disampaikan Allah dalam al-Quran dan oleh rasul-Nya da-
lam sunnahnya wajib diimani dan diamalkan. Sedangkan akal tidaklah
menjadi sumber aqidah, tetapi hanya berfungsi memahami nash-nash
yang terdapat dalam kedua sumber tersebut dan mencoba kalau diper-
lukan- membuktikan secara ilmiah kebenaran yang disampaikan oleh
al-Quran dan sunnah. Akal tidak menjadi sumber utama aqidah karena
akal tidak akan mampu menjangkau masalah ghaib.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 183


Aqidah adalah dasar dan fondasi dalam beragama. Di antara man-
faat dari aqidah islam adalah: (1) Memperoleh petunjuk hidup yang
benar. (2) Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa
kerusakan dan jauh dari kebenaran. (3) Memperoleh ketenangan hid-
up yang hakiki karena ada hubungan batin dengan sang pencipta. (4)
Tidak mudah terpengaruh dengan dunia yang sifatnya sebentar, yang
kekal adalah akherat. (5) Mendapat jaminan surga jika aqidahnya tak
tercampur dengan syirik dan selamat dari kekalnya Neraka.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan berikut!
1. Jelaskan pengertian aqidah menurut bahasa dan istilah!
2. Apa yang dimaksud dengan syariat i’tiqadiyah?
3. Apa yang dimaksud dengan syariat amaliyah?
4. Jelaskan ruang lingkup pembahasan aqidah!
5. Apa yang dimaksud dengan beriman dengan qadha dan qadar?
6. Sebutkan sumber utama aqidah Islam!
7. Apa yang dimaksud dengan tauqifiyah?
8. Mengapa akal tidak dijadikan sumber utama dalam beraqidah?
9. Jelaskan fungsi aqidah!
10. Sebutkan 5 manfaat aqidah Islam!

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1, 2, 3, 4, 5) silahkan kaji


kembali konsep aqidah dan ruang lingkup pembahasan aqidah.
• Untuk menjawab pertanyaan nomor (6, 7, 8, 9, 10) silahkan kaji
kembali sumber dan fungsi aqidah.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1. Arti aqidah menurut bahasa adalah?

184 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


a. Keputusan
b. Keyakinan
c. kejelasan
2. Arti ilahiyat adalah?
a. Kepercayaan
b. Keyakinan
c. ketuhanan
3. Arti nubuwat adalah ?
a. Kenabian
b. Utusan
c. nabi
4. Berikut yang tidak termasuk sumber utama aqidah?
a. Al-Quran
b. As-Sunnah
c. Akal
5. Lawan dari aqidah islamiah adalah?
a. ilahiyah
b. Ruhaniyah
c. Keyakinan yang menyimpang
6. Fungsi dari aqidah islam adalah?
a. Menjadi panduan bekerja
b. Menjadi undang-undang dalam bernegara
c. Dasar dan fondasi dalam beragama
7. Berikut yang tidak termasuk manfaat dari aqidah Islam?
a. Memperoleh petunjuk hidup yang benar
b. Terjerumus ke dalam kepercayaan takhayyul dan khurafat
c. Selamat dari pengaruh kepercayaan yang akan membawa keru-
sakan dan jauh dari kebenaran
8. Arti itiqadiyah adalah?
a. Peribadatan
b. Syariah
c. Kepercayaan/keyakinan
9. Arti amaliyah adalah?
a. Mengikrarkan syahadat
b. segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 185


c. Beribadah hanya kepada Allah dan meninggalkan segala bentuk
syirik
10. Ayat yang menjelaskan aqidah yang benar adalah fondasi bagi
bangunan agama serta merupakan syarat sahnya amal adalah?
a. QS. Ali Imron : 110
b. QS. Al-Kahfi : 110
c. QS. Al-Isra : 110

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

186 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 2

Prinsip-Prinsip Aqidah Islam

A. Prinsip-Prinsip Aqidah Islam

Aqidah sebagaimana yang dijelaskan dalam pembahasan sebelum-


nya merupakan keimanan atau keyakinan yang pasti (tidak ada ker-
aguan sedikitpun) kepada masalah-masalah ghaib dan dasar-dasar
ajaran Islam (ushuluddin) yang diberitakan oleh ayat-ayat al-Quran
dan hadits-hadits shahih. Prinsip-prinsip aqidah secara keseluruhan
tercakup dalam sejumlah prinsip dari seluruh sistem agama Islam, yai-
tu suatu sistem yang serasi, koheren, dan terjalin dengan baik. Berikut
prinsip-prinsip dasar aqidah Islam:
1. Pengakuan dan keyakinan bahwa Allah adalah Maha Esa,
beribadah kepada Allah dan tidak menyekutukan-Nya.
2. Pengakuan bahwa para Nabi telah diangkat dengan se-
benarnya oleh Allah untuk menuntun umatnya. Keyakinan
bahwa para Nabi adalah utusan Allah sangat penting, sebab
kepercayaan yang kuat bahwa Nabi itu adalah utusan Allah,
mengandung konsekuensi bahwa setiap orang harus meyakini
apa yang dibawa oleh para Rasul utusan Allah tersebut berupa
kitab suci. Keyakinan kebenaran kitab suci menjadikan orang
memiliki pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
3. Kepercayaan adanya hari kebangkitan. Keyakinan seperti
ini memberikan kesadaran bahwa kehidupan dunia bukanlah
akhir dari segalanya. Setiap orang pada hari akhir nanti diban-
gkitkan dan dimintai pertanggungjawaban selama hidupnya di
dunia.
4. Keyakinan bahwa Allah adalah Maha Adil. Jika keyakinan sep-
erti ini tertanam di dalam hati, maka akan menumbuhkan
keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan mendapatkan bal-
asan dari Allah. Orang yang berbuat kebaikan mendapatkan
balasan yang baik, seberapapun kecilnya kebaikan itu. Seba-

187
liknya perbuatan jelek sekecil apapun mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah.
Adapun secara rinci, prinsip-prinsip aqidah Ahlussunnah wal jamaah
dijelaskan oleh Al-Allamah Hujjatul Islam Abu Jafar Al-Warraq Ath-Tha-
hawi dalam kitab Aqidah Thahawiyah:
“Inilah penuturan keterangan tentang aqidah Ahlus Sunnah wal Ja-
maah, menurut mahdzab para ahli fiqih Islam: Abu Hanifah An-Numan
bin Tsabit Al-Kufi, Abu Yusuf Yaqub bin Ibrahim Al-Anshari dan Abu
Abdillah Muhammad bin Al-Hasan Asy-Syaibani Ridwanallahu alaihim
ajmain, beserta pokok-pokok keagamaan yang mereka yakini dan mer-
eka gunakan untuk beribadah kepada Allah Rabbil alamin.”
1. Kami menyatakan tentang tauhid kepada Allah, berdasarkan
keyakinan semata-mata berkat taufiq Allah: Sesungguhnya Allah
itu Maha Tunggal, tiada sekutu bagi-Nya.
2. Tiada sesuatupun yang menyamai-Nya.
3. Tiada sesuatupun yang dapat melemahkan-Nya.
4. Tiada yang berhak untuk diibadahi selain diri-Nya.
5. Yang Maha Terdahulu tanpa berawal, yang Maha Kekal tanpa
pernah berakhir.
6. Tak akan pernah punah ataupun binasa.
7. Tak ada sesuatupun yang terjadi, melainkan dengan kehen-
dak-Nya.
8. Tidak menyerupai makhluk-Nya.
9. Yang Maha Hidup tak pernah mati, yang Maha Terjaga dan tak
pernah tertidur.
10. Mencipta tanpa merasa membutuhkan (kepada ciptaan-Nya),
membagi rezeki tanpa mengharapkan imbalan.
11. Mematikan tanpa gentar dan Membangkitkan (setelah mati) tan-
pa kesulitan.
12. Dia telah memiliki sifat-sifat itu semenjak dahulu, sebelum men-
cipta. Dengan terciptanya para makhluk, tak bertambah sedikit-
pun sifat-sifat-Nya. Yang selalu tetap dengan sifat-sifat- Nya
semenjak dahulu tanpa berawal, dan akan terus kekal deng-
an-Nya, sifat-sifat-Nya selamanya.
13. Dia menciptakan makhluk dengan ilmu-Nya.

188 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


14. Dia menentukan takdir atas mereka.
15. Dia menuliskan ajal kematian bagi mereka.
16. Tiada sesuatupun yang tersembunyi bagi-Nya sebelum Dia
menciptakan mereka. Bahkan Dia mengetahui apa yang akan
mereka kerjakan, juga sebelum menciptakan mereka.
17. Dia memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk taat dan melarang
mereka melakukan maksiat.
18. Segala sesuatu berjalan sesuai dengan takdir dan kehen-
dak-Nya, sedangkan kehendak-Nya itu pasti terlaksana. Tidak
ada kehendak bagi hamba-Nya melainkan memang apa yang di-
kehendaki-Nya. Apa yang Dia kehendaki, pasti terjadi. Dan apa
yang tidak Dia kehendaki tak akan terjadi.
19. Dia memberi petunjuk siapa saja yang Dia kehendaki, memeli-
hara dan mengayominya karena keutamaan-Nya. Dia juga me-
nyesatkan siapa yang Dia kehendaki, menghinakan seseorang
dan menghukumnya berdasarkan keadilan-Nya.
20. Seluruh makhluk berada di bawah kendali kehendak Allah di an-
tara kemurahan, keutamaan, dan keadilan-Nya.
21. Tak seorang pun mampu menolak takdir-Nya, menolak keteta-
pan hukum-Nya, atau mengungguli urusan-Nya.
22. Kita mengimani semua itu, dan kita pun meyakini bahwa segala-
nya datang daripada-Nya.
23. Sesungguhnya Muhammad shallallahu ’alaihi wa sallam adalah
hamba-Nya yang terpilih, Nabi-Nya yang terpandang, dan Ra-
sul-Nya yang diridlai.
24. Sesungguhnya beliau adalah penutup para Nabi Alaihimu
As-Sallam.
25. Segala pengakuan sebagai Nabi sesudah beliau adalah kesesa-
tan dan hawa nafsu.
26. Beliau diutus kepada golongan jin secara umum dan kepada se-
genap umat manusia, dengan membawa kebenaran, petunjuk
dan cahaya yang terang.
27. Sesungguhnya Al-Quran adalah Kalamullah; berasal dari-Nya
sebagai ucapan yang tak diketahui kaifiyah (bagaimana)nya,
diturunkan kepada Rasul-Nya sebagai wahyu. Diimani oleh
kaum mukminin dengan sebenar-benarnya. Mereka meyakini-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 189


nya sebagai kalam Ilahi yang sesungguhnya. Bukanlah seba-
gai makhluk sebagaimana ucapan hamba-Nya. Barangsiapa
yang mendengarnya (mendengar bacaan Al-Quran) dan men-
ganggap itu sebagai ucapan makhluk, maka ia telah kafir. Allah
sungguh telah mencelanya, menghinanya, dan mengancamnya
dengan Naar (Neraka) Saqar. Allah berfirman: “Aku akan me-
masukkan ke dalam (Naar) Saqar.” (QS. Al-Muddatsir: 26). Allah
mengancam mereka dengan Naar Saqar tatkala mereka men-
gatakan: “Ini (Al-Quran) tidak lain hanyalah perkataan manusia.”
(QS. Al-Muddatsir : 25). Dengan itu kita pun mengetahui bahwa
Al-Quran itu adalah kalam (ucapan) Pencipta manusia dan tidak
menyerupai ucapan manusia.
28. Barangsiapa yang mensifati Allah dengan kriteria-kriteria manu-
sia, maka dia sungguh telah kafir. Barangsiapa yang memaha-
mi hal ini niscaya dia dapat mengambil pelajaran. Akan dapat
menghindari ucapan yang seperti perkataan orang-orang kafir,
dan mengetahui bahwa Allah dengan sifat-sifat-Nya tidaklah se-
perti makhluk-Nya.
29. Melihat Allah adalah hak pasti (benar adanya) bagi Ahli Jannah
(penduduk surga) tanpa dapat dijangkau oleh ilmu manusia, dan
tanpa manusia mengetahui bagaimana memahami hal itu seba-
gaimana dinyatakan Rabb kita dalam Al-Quran: “Wajah-wajah
(orang mukmin) pada waktu itu berseri-seri. Mereka betul-betul
memandang kepada Rabb mereka.” (QS. Al-Qiyamah: 22-23).
Pengertian (sebenar)nya, adalah sebagaimana yang dikehenda-
ki dan diketahui oleh Allah. Setiap hadits shahih yang diriwayat-
kan dalam persoalan itu, pengertian sesungguhnya adalah se-
bagaimana yang dikehendaki Allah. Tidak pada tempatnya kita
terlibat untuk mentakwilkannya dengan pendapat-pendapat kita,
atau menduga-duga saja dengan hawa nafsu kita.
30. Sesungguhnya seseorang tidak akan selamat dalam agamanya,
sebelum ia berserah diri kepada Allah dan Rasul-Nya, dan me-
nyerahkan ilmu yang belum jelas baginya kepada orang yang
mengetahuinya.
31. Sesungguhnya Islam hanyalah berpijak di atas pondasi peny-
erahan diri dan kepasrahan kepada Allah.
32. Maka menjadilah ia orang yang terombang-ambing antara kei-
manan dan kekufuran, pembenaran dan pendustaan, pengikra-
ran dan pengingkaran. Selalu kacau, bimbang, tidak bisa dika-
takan ia membenarkan dan beriman, tidak juga dapat dikatakan

190 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kafir dan ingkar.
33. Sesungguhnya Allah yang Maha Tinggi lagi Maha Mulia, tersifati
dengan sifat Wahdaniyah (Maha Tunggal), tersifati dengan sifat
Fardaniyah (ke-Maha Esa-an). Tak seorangpun dari hamba-Nya
yang menyamai sifat-sifat tersebut.
34. Maha suci diri-Nya dari batas-batas dan dimensi makhluk atau
bagian dari makhluk, anggota tubuh dan perangkat-Nya. Dia ti-
dak terkungkungi oleh enam penjuru arah yang mengungkungi
makhluk ciptaan-Nya.
35. Miraj (naiknya Nabi ke Sidratul Muntaha) adalah benar adanya.
Beliau telah diperjalankan dan dinaikan (ke langit) dengan tu-
buh kasarnya (jasmani) dalam keadaan sadar, dan juga ke tem-
pat-tempat yang dikehendaki Allah di atas ketinggian. Allah-pun
memuliakan beliau dan mewahyukan kepadanya apa yang hen-
dak Dia wahyukan. “Tidaklah hatinya mendustakan apa yang
dilihatnya.” (QS. An-Najm: 11). Semoga Allah melimpahkan sha-
lawat dan salam atas diri beliau di dunia dan di akhirat.
36. Haudh (telaga) Al-Kautsar yang dijadikan Allah kemuliaan ba-
ginya -dan pertolongan bagi umatnya- adalah benar adanya.
37. Syafaat yang diperuntukkan Allah bagi mereka adalah benar
adanya sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadits.
38. Perjanjian yang diikatkan Allah atas diri Adam dan anak cucunya
(sebelum mereka dilahirkan adalah benar adanya.
39. Semenjak zaman yang tak berawal, Allah telah mengetahui jum-
lah hamba-Nya yang akan masuk Jannah dan yang akan masuk
Naar secara keseluruhan. Jumlah itu tak akan bertambah atau
berkurang. Demikian juga halnya perbuatan-perbuatan mereka
yang telah Allah ketahui apa yang akan mereka perbuat itu (juga
tak akan berubah).
40. Setiap pribadi akan dimudahkan menjalani apa yang sudah
menjadi kodratnya, sedangkan amalan-amalan itu (dinilai) baga-
imana akhirnya. Orang yang bahagia adalah orang yang berba-
hagia dengan ketentuan kodratnya. Demikian juga orang yang
celaka adalah yang celaka dengan ketentuan kodratnya.
41. Asal dari takdir adalah rahasia Ilahi yang tak diketahui ham-
ba-hamba-Nya. Tak dapat diselidiki baik oleh malaikat yang
dekat dengan-Nya, ataupun Nabi yang diutus-Nya. Membe-
rat-beratkan diri menyelidiki hal itu adalah sarana menuju ke-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 191


hinaan, tangga keharaman, dan mempercepat penyelewengan.
Waspadai dan waspadailah seluruh pendapat-pendapat, pemiki-
ran-pemikiran, dan bisikanbisikan tentang takdir tersebut. Se-
sungguhnya Allah menutupi ilmu tentang takdir-Nya agar tidak
diketahui makhluk-Nya dan melarang mereka untuk mencoba
menggapainya. Sebagaimana yang difirmankan-Nya: “Dia (Al-
lah) tidak ditanya tentang apa yang diperbuat-Nya, dan mereka-
lah yang akan ditanya.” (QS. Al-Anbiyaa: 23). Barangsiapa yang
bertanya: “Kenapa Dia lakukan itu?”, berarti ia menolak hukum
Al- Quran. Barangsiapa menolak hukum Al-Quran, berarti ia ter-
masuk orang-orang kafir.
42. Kita juga mengimani adanya Al-Lauh Al-Mahfudz, Al-Qalam, dan
segala yang tercatat di dalamnya.
43. Seandainya seluruh makhluk bersepakat terhadap suatu urusan
yang telah Allah tetapkan untuk terjadi, agar urusan itu batal,
mereka tak akan mampu untuk mengubahnya. Sebaliknya sean-
dainya mereka berkumpul menghadapi urusan yang telah Allah
tetapkan untuk tidak terjadi, agar urusan itu terjadi, merekapun
tidak akan mampu mengubahnya. Qalam (catatan) Allah telah
ditetapkan untuk segala sesuatu yang akan terjadi sampai da-
tangnya Hari Kiamat.
44. Sesuatu yang -ditakdirkan- tidak akan menimpa seorang hamba,
maka tidak akan menimpanya. Dan yang akan mengenainya,
maka tidak akan meleset.
45. Hendaknya seorang hamba tahu bahwa ilmu Allah telah menda-
hului segala sesuatu yang akan terjadi pada makhluk-Nya. Dia
telah menentukan takdir yang baku yang tak bisa berubah. Tak
ada seorang makhluk pun baik di langit maupun di bumi yang
dapat membatalkan, meralatnya, menghilangkannya, mengu-
bahnya, menggantinya, mengurangi, ataupun menambahnya.
46. Itulah buhul ikatan keimanan dan dasar-dasar marifat dan peng-
akuan terhadap ke-Esa-an dan ke-Rububiyyah-an Allah Azza wa
Jalla. Sebagaimana yang difirmankan dalam Al-Quran: “Dan Dia
telah menciptakan segala sesuatu, dan Dia menetapkan uku-
ran-ukurannya dengan serapi-rapinya.” (QS. Al-Furqan : 2). Dan
firman-Nya: “Dan ketetapan Allah itu suatu ketetapan yang pasti
berlaku.” (QS. Al-Ahzab : 38).
47. Maka celakalah orang yang betul-betul menjadi musuh Allah da-
lam persoalan takdir-Nya. Dan mengikutsertakan hatinya yang
sakit untuk membahasnya. Karena lewat praduganya ia telah

192 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


mencari-cari dan menyelidiki ilmu ghaib yang merupakan rahas-
ia tersembunyi. Akhirnya ia kembali dengan membawa dosa dan
kedustaan.
48. Arsy dan Kursiy-Nya adalah benar adanya.
49. Dia tidak membutuhkan Arsy-Nya itu dan apa yang ada di
bawahnya. Dia menguasai segala sesuatu dan apa-apa yang
ada di atasnya. Dan Dia tidak memberi kemampuan kepada
makhluk-Nya untuk menguasai segala sesuatu.
50. Kita mengimani para Malaikat, para Nabi, dan kitab-kitab yang
diturunkan kepada para Rasul. Kita pun bersaksi, bahwa mereka
berada di atas kebenaran yang nyata.
51. Kita tidak mempergunjingkan Allah dan tidak membantah (aja-
ran) dien Allah.
52. Kita tidak menyanggah Al-Quran, dan bersaksi bahwa ia adalah
Kalam Rabbul Alamin, diturunkan dengan perantaraan Ruhul
Amin (Malaikat Jibril), lalu diajarkan kepada Penghulu para Nabi
yaitu Muhammad shallallahu ’alaihi wa ala alaihi ajmain (sa-
laaman tasliman katsiran). Ia adalah Kalam Ilahi yaitu yang tak
akan dapat diserupakan dengan ucapan makhlukmakhluk- Nya.
Kita pun tidak mengatakannya sebagai makhluk dan (dengan
itu) tidak akan menyelisihi Jamaah kaum muslimin.
53. Kita tidak mengafirkan Ahli Kiblat (kaum muslimin) hanya karena
suatu dosa, selama dia tidak menganggapnya sebagai sesuatu
yang dihalalkan. Namun kita juga tidak mengatakan bahwa dosa
itu sama sekali tidak berbahaya bagi orang yang melakukannya
selama ia masih beriman.
54. Kita mengharapkan agar orang-orang yang berbuat fajir dari ka-
langan mukminin dapat diampuni dosa-dosa mereka dan dima-
sukkan Jannah karena rahmat-Nya, namun kita tidak mengang-
gap mereka aman dari siksa-Nya.
55. Iman adalah [pembenaran dalam hati], pengakuan dengan lidah,
dan pembuktian dengan (amalan) anggota badan.
56. Seluruh yang diriwayatkan dengan shahih dari Rasulullah shal-
lallahu ’alaihi wa sallam berupa ajaran syariat adalah benar ada-
nya.
57. Yang paling mulia di antara mereka adalah yang paling taat dan
paling ittiba dengan ajaran Al-Quran.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 193


58. Pengertian Iman adalah: Beriman kepada Allah, para Malaikat,
Kitab-Kitab-Nya, para Rasul- Nya, Hari Akhir, dan Takdir baik
maupun buruk, manis maupun pahit. Dan bahwa kesemuanya
berasal dari Allah.
59. Kita mengimani semua itu. Kita tidak membeda-bedakan seo-
rang pun di antara para Rasul. Kita membenarkan mereka se-
mua beserta apa yang mereka bawa.
60. Para pelaku dosa besar di kalangan umat Muhammad shallalla-
hu ’alaihi wa sallam (bisa) masuk Naar, namun mereka tak akan
kekal di dalamnya kalau mereka mati dalam keadaan bertauhid.
Meskipun mereka belum bertaubat namun mereka menemui Al-
lah (mati) dengan menyadari dosa mereka. Mereka diserahkan
kepada kehendak dan keputusan Allah. Kalau Dia menghenda-
ki, maka mereka dapat diampuni dan dimaafkan dosa-dosa me-
reka dengan keutamaan-Nya, sebagaimana yang difirmankan
Allah Azza wa Jalla: “Dan Dia mengampuni dosa selain (syirik)
itu bagi siapa yang Dia kehendaki.” (QS. An-Nisa: 48,116). Dan
jikalau Dia menghendaki, mereka diadzab-Nya di Naar dengan
keadilan-Nya. Kemudian Allah akan mengeluarkan mereka dari
dalamnya dengan rahmat-Nya dan syafaat orang yang berhak
memberi syafaat di kalangan hamba-Nya yang taat. Lalu me-
reka pun diangkat ke Jannah-Nya. Hal itu karena Allah adalah
Wali bagi siapa yang bermarifah kepada-Nya, maka Dia pun ti-
dak menjadikan keadaan mereka di dunia dan di akhirat sama
seperti mereka yang tidak bermarifah kepada-Nya. Yaitu mere-
ka yang luput, tak mendapatkan petunjuk-Nya, dan tidak dapat
memperoleh hak kewalian-Nya. Wahai Dzat yang menjadi Wali
bagi Islam dan pemeluknya, teguhkanlah kami bersama Islam
sehingga kami datang menghadap ke haribaan-Mu.
61. Kami menganggap sah shalat (jamaah) di belakang Imam, baik
yang shalih maupun yang fasik dari kalangan Ahli Kiblat. Dan
menshalatkan siapa saja yang meninggal di antara mereka.
62. Kita tak dapat memastikan mereka, masuk Jannah atau Naar.
63. Kita tak bisa bersaksi bahwa mereka itu kafir, musyrik, maupun
munafik, selama semua itu tidak tampak nyata dari diri mereka.
Kita menyerahkan rahasia hati mereka kepada Allah Taala.
64. Kita tidak boleh mengangkat pedang (berperang/menumpahkan
darah) terhadap seorang pun dari ummat Muhammad shallalla-
hu ’alaihi wa sallam, kecuali terhadap mereka yang wajib dipe-
rangi.

194 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


65. Kita pun mengimani adanya adzab kubur bagi orang yang ber-
hak mendapatkannya dan juga pertanyaan Malaikat Munkar dan
Nakir kepadanya di dalam kubur tentang Rabb dan agamanya
berdasarkan riwayat-riwayat dari Rasulullah shallallahu ’alai-
hi wa sallam serta para sahabat Ridwanullahu alaihim ajmain.
Alam kubur adalah taman-taman Jannah atau kubangan-kuban-
gan Naar.
66. Kita juga mengimani Hari Baats dan balasan amal perbuatan
pada hari kiamat, kita juga mengimani pendedahan (penyingka-
pan) amal perbuatan, hisab, pembacaan catatan amal, ganjaran
baik dan siksa, shirat dan al-mizan di Hari Kiamat.
67. Jannah dan Naar adalah dua makhluk Allah yang kekal, tak akan
punah dan binasa. Allah telah menciptakan keduanya sebelum
penciptaan makhluk lain dan Allah-pun menciptakan penghuni
bagi keduanya.
68. Barangsiapa yang dikehendaki-Nya untuk masuk Jannah, maka
itu adalah keutamaan dari- Nya. Dan barangsiapa yang dikehen-
daki-Nya untuk masuk Naar, maka itu adalah keadilan dari-Nya.
Masing-masing akan beramal sesuai dengan apa yang menjadi
ketetapan dari-Nya dan akan kembali kepada apa yang menjadi
kodratnya. Kebaikan dan keburukan seluruhnya telah ditetapkan
atas hamba-hamba-Nya.
69. Amal perbuatan hamba adalah makhluk Allah, namun juga hasil
usaha hamba itu sendiri.
70. Allah hanya membebani mereka sebatas yang mereka mampu.
Dan mereka pun memang tidak akan mampu melainkan seba-
tas apa yang dibebankan Allah atas mereka. Itulah pengertian
kalimat Laa haula wa laa quwwata illa billah. Kita mengatakan:
tiada jalan bagi seorang hamba dan tidak pula ia memiliki kebe-
basan beraktivitas, dan beranjak meninggalkan maksiat melain-
kan dengan pertolongan Allah. Dan seorang pun tidak memiliki
kekuatan untuk melaksanakan dan bertahan dalam ketaatan ke-
pada Allah, melainkan dengan taufik-Nya.
71. Segala sesuatu berlaku menurut kehendak, ilmu, keputusan dan
takdir-Nya. Dia berbuat sekehendak-Nya, namun tidaklah seka-
li-kali Dia mendzhalimi hamba-Nya. “Tidaklah Dia ditanya ten-
tang apa yang Dia perbuat, tetapi merekalah yang akan ditanya
tentang (apa yang mereka perbuat).” (QS. Al-Anbiyaa: 23).
72. Kita mencintai para sahabat Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam,

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 195


namun tidak berlebihan dalam mencintai salah seorang di anta-
ranya. Tidak juga kita bersikap meremehkan terhadap seorang
pun dari mereka. Kita membenci siapa-siapa yang membenci
mereka dan siapa-siapa yang menyebutkan mereka dengan
kejelekan. Kita pun hanya menyebut mereka dalam kebaikan.
Mencintai mereka adalah pengamalan ad-dien (agama), keima-
nan, dan ihsan. Sementara membenci mereka adalah kekufur-
an, kemunafikan, dan melampaui batas.
73. Kita mengakui kekhalifahan sepeninggal Rasulullah shallallahu
’alaihi wa sallam. Yang pertama adalah Abu Bakr As-Shiddiq rad-
liyallahu ’anhu sebagai sikap mengutamakan dan mengunggul-
kan dirinya atas semua umat Islam.Kemudian Umar bin Al-Khat-
tab radliyallahu ’anhu.Setelah itu Utsman bin Affan radliyallahu
’anhu.Kemudian Ali bin Abi Thalib radliyallahu ’anhu. Merekalah
yang disebut dengan Al-Khulafa Ar-Rasyidun dan para imam
yang mendapat petunjuk.
74. Kita tidak mempercayai (ucapan) dukun maupun peramal, demi-
kian juga setiap orang yang mengakui sesuatu yang menyelisihi
Al-Kitab dan As-Sunnah serta Ijma kaum muslimin.
75. Ad-Dien (agama) Allah di langit dan di bumi hanyalah satu, yaitu
dienul Islam, Allah berfirman: “Sesungguhnya agama (yang di-
ridhlai) di sisi Allah hanyalah Al-Islam.” (QS. Ali Imran: 19). Dia
juga berfirman: “Dan telah Aku ridlai Islam sebagai agama ba-
gimu.” (QS. Al-Maidah: 3).
76. Inilah agama dan keyakinan kami lahir maupun batin. Kami ber-
lepas diri --dengan kembali kepada Allah-- dari setiap yang me-
nyelisihi apa yang kami sebutkan dan kami jelaskan. Kita memo-
hon kepada Allah untuk menetapkan diri kita di atas keimanan,
mematikan kita dengan keyakinan itu, memelihara kita dari pen-
garuh hawa nafsu yang bermacam-macam..

196 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


RANGKUMAN

Aqidah merupakan keimanan atau keyakinan yang pasti (tidak ada


keraguan sedikitpun) kepada masalah-masalah ghaib dan dasar-dasar
ajaran Islam (ushuluddin) yang diberitakan oleh ayat-ayat al-Quran
dan hadits-hadits shahih. Prinsip-prinsip aqidah secara keseluruhan
tercakup dalam sejumlah prinsip dari seluruh sistem agama Islam, yai-
tu suatu sistem yang serasi, koheren, dan terjalin dengan baik. Beri-
kut prinsip-prinsip dasar aqidah Islam: (1) Pengakuan dan keyakinan
bahwa Allah adalah Maha Esa, beribadah kepada Allah dan ti-
dak menyekutukan-Nya. (2) Pengakuan bahwa para Nabi telah di-
angkat dengan sebenarnya oleh Allah untuk menuntun umatnya.
Keyakinan bahwa para Nabi adalah utusan Allah sangat penting,
sebab kepercayaan yang kuat bahwa Nabi itu adalah utusan Allah,
mengandung konsekuensi bahwa setiap orang harus meyakini apa
yang dibawa oleh para Rasul utusan Allah tersebut berupa kitab suci.
Keyakinan akan kebenaran kitab suci menjadikan orang memiliki
pedoman dalam menjalani kehidupan di dunia ini. (3) Kepercayaan
adanya hari kebangkitan. Keyakinan seperti ini memberikan kesada-
ran bahwa kehidupan dunia bukanlah akhir dari segalanya. Setiap
orang pada hari akhir nanti dibangkitkan dan dimintai pertanggung-
jawaban selama hidupnya di dunia. (4) Keyakinan bahwa Allah ada-
lah Maha Adil. Jika keyakinan seperti ini tertanam di dalam hati,
maka akan menumbuhkan keyakinan bahwa apa yang dilakukan
akan mendapatkan balasan dari Allah. Orang yang berbuat kebaikan
mendapatkan balasan yang baik, seberapapun kecilnya kebaikan itu.
Sebaliknya perbuatan jelek sekecil apapun mendapatkan balasan
yang setimpal dari Allah.

LATIHAN

1. Keyakinan yang pasti terhadap masalah-masalah ghaib dan


dasar-dasar ajaran Islam disebut apa?
2. Jelaskan prinsip-prinsip dasar aqidah Islam!
3. Mengapa tauhid menjadi prinsip paling utama dalam aqidah Is-
lam?
4. Jelaskan implikasi keimanan kepada Allah!
5. Jelaskan implikasi keimanan kepada nabi!
6. Jelaskan implikasi keimanan kepada kitab!

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 197


7. Jelaskan implikasi keimanan kepada Hari Akhir?
8. Jelaskan implikasi keimanan bahwa Allah Maha Adil?
9. Siapakah pengarang kitab Aqidah Thahawiyah?
10. Berapa jumlah prinsip aqidah Islam yang dijelaskan dalam kitab
Aqidah Thahawiyah?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1,2,3,4,5, 6, 7, 8) silahkan


kaji kembali prinsip dasar aqidah Islam.
• Untuk menjawab pertanyaan nomor (9 dan 10) silahkan kaji
kembali prinsip-prinsip aqidah Islam.

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. keyakinan yang pasti terhadap masalah-masalah ghaib dan dasar-
dasar ajaran Islam disebut apa?
a. Tauhid
b. Keimanan
c. Aqidah
2. Ada berapa prinsip dasar aqidah Islam yang telah dijelaskan?
a. 2 prinsip
b. 4 prinsip
c. 5 prinsip
3. Masalah apakah yang menjadi prinsip paling utama dalam aqidah
Islam?
a. syirik
b. ibadah
c. Tauhid
4. Implikasi keimanan kepada Allah adalah?
a. Menunaikan zakat
b. Beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya
c. Rajin bersedekah

198 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


5. Implikasi keimanan kepada nabi adalah?
a. Percaya kepada hari akhir
b. Rajin beribadah
c. Menjadikan nabi sebagai teladan dan beriman kepada kitab
yang diturunkan
6. Implikasi keimanan kepada kitab Allah adalah?
a. Percaya kepada nabi
b. Menjadikannya sebagai pedoman hidup
c. Beriman kepada Allah
7. Implikasi keimanan kepada Hari Akhir adalah?
a. Rajin bekerja
b. beriman kepada qadha dan qadar
c. Adanya kesadaran bahwa dunia bukanlah akhir dari
segalanya, serta manusia nanti akan dibangkitkan dan akan
dimintai pertanggungjawaban
8. Implikasi keimanan kepada Allah Maha Adil adalah?
a. Adanya keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan
mendapatkan balasan dari Allah
b. Mentauhidkan Allah
c. beriman kepada qadha dan qadar
9. Siapakah pengarang kitab Aqidah Thahawiyah?
a. Abu Bakar al-Jazairi
b. Abu Abdillah al-Falisitini
c. Abu Jakfar al-Thahawi
10. Berapa jumlah prinsip aqidah Islam yang dijelaskan dalam kitab
Aqidah Thahawiyah?
a. 50 prinsip
b. 91 prinsip
c. 75 prinsip

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 2


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 2.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 199


Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa


dapat meneruskan dengan Modul selanjutnya. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 2,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. b. keyakinan
2. c. ketuhanan
3. a. kenabian
4. c. Akal
5. c. Keyakinan yang menyimpang
6. c. Dasar dan fondasi dalam beragama
7. b. Terjerumus ke dalam kepercayaan takhayyul dan khurafat
8. c. Kepercayaan/keyakinan
9. b. segala apa yang berhubungan dengan tata cara amal
10. b. QS. Al-Kahfi : 110

200 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


TES FORMATIF 2

1. c. Aqidah
2. b. 4 prinsip
3. c. Tauhid
4. b. Beribadah kepada Allah dan tidak mensekutukan-Nya
5. c. Menjadikan nabi sebagai teladan dan beriman kepada kitab
yang diturunkan
6. b. Menjadikannya sebagai pedoman hidup
7. c. Adanya kesadaran bahwa dunia bukanlah akhir dari se-
galanya, serta manusia nanti akan dibangkitkan dan akan di-
mintai pertanggungjawaba
8. a. Adanya keyakinan bahwa apa yang dilakukan akan
mendapatkan balasan dari Allah
9. c. Abu Jakfar al-Thahawi
10. b. 91 prinsip

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 201


DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, Muhammad Abdul Qadir (2018), Metodologi Pengajaran Ag-


ama Islam, terj. H.A. Mustofa, Jakarta: Rineka Cipta.
Banna (al), Hasan (2008), Aqidah Islam, terj. M. Hasan Baidaei,
Bandung: Al-Ma‟arif.
Fauzan (al), Shalih bin Fauzan (2016), Kitab Tauhid, Jakarta: Ummul
Qura.
Haitami, Munzir (2004), Mengonsep Kembali Pendidikan Islam, Pe-
kanbaru: Infinite Press.
Ibn Abil Izz (2015), Syarah akidah At Tohawiyah, Beirut: al-Risalah.
Ilyas, Yunahar (1993), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Munawir, Ahmad Warson (1997), Kamus al-Munawir, Surabaya:
Pustaka Progressif
Mudzakir, Abdul Mujib dan Yusuf (2006), Ilmu Pendidikan Islam, Ja-
karta: Kencana Prenada Media.
Shihab, M. Quraish (2004), Wawasan al-Quran, Bandung: PT: Mizan
Pustaka.
Thohawi (al), Abu Jakfar (2010), Aqidah Thahawiyah, Beirut: al-Ri-
salah.
Utsaimin, Muhammad bin Shalih (2000), Ulasan Tuntas Tentang
Tiga Prinsip Pokok, Jakarta: Yayasan al-Shofwa.
Zuhdi, Masjfuk (2008), Studi Islam: Aqidah, Jakarta: CV. Rajawali.

202 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


MODUL 7
KONSEP IBADAH, DAN MANFAATNYA BAGI
KEHIDUPAN MANUSIA
Dr. Sholihul Huda, M.Fil.I

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul Ke-7 dari 9 modul mata kuliah AIK-1.
Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin dan
manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada Al-
lah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ket-
ergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah
kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia
adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah ke-
pada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).
Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua
kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah. Pada
yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang
kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah
utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membe-
narkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita
beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam mela-
rang kita dari hal-hal baru atau bidah. Beliau Shallallahu alaihi wa sal-
lam mengatakan bahwa semua bidah itu sesat.
Adapun  Manfaat Ibadah Dalam Islam adalah sebagai berikut
: Sebagai kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia
dan akhirat. Sebagai solusi dalam menghadapai masalah. Sebagai
pendekatan diri kepada Allah. Sebagai Bentuk ketaatan. Sarana ber-
syukur kepada Allah SWT. Sarana menabung amal sholeh. Menambah

203
keimanan kita. Bertobat, Bentuk terimakasih kepada orangtua dari seo-
rang anak dengan cara mendoakan orang tua. Masing-masing kajian
ini akn dibahas tersendiri secara mendalam pada modul ini.
Dalam modul ini kita akan mengkaji konsep ibadah, syarat ibadah di-
eterima, pilar-pilar ibadah, keutamaan ibadah dan manfaat ibadah bagi
kehidupan manusia. Setelah menguasai modul pertama ini, mahasiswa
dapat menjelaskan dan memahami konsep ibadah, syarat ibadah diet-
erima, pilar-pilar ibadah, keutamaan ibadah dan manfaat ibadah bagi
kehidupan manusia. Secara lebih khusus setelah mempelajari modul
ini anda diharapkan dapat menjelaskan dan memahami:
• Konsep Ibadah
• Syarat diterima ibadah
• Pilar dan keutamaan Ibadah
• Manfaat ibadah
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
• Kegiatan belajar 1 : Konsep Ibadah dalam Islam
• Kegiatan belajar 2 : Manfaat Ibadah Bagi Manusia
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
1. Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
2. Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
3. Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
4. Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman


Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”

204 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Konsep Ibadah Dalam Islam

A. Pengertian Ibadah

Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendah-


kan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), ibadah
mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah:
1. Ibadah adalah taat kepada Allah dengan melaksanakan perin-
tah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya.
2. Ibadah adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla,
yaitu tingkatan tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa
mahabbah (kecintaan) yang paling tinggi.
3. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa yang dicin-
tai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini
adalah definisi yang paling lengkap.
Ibadah terbagi menjadi ibadah hati, lisan, dan anggota badan. Rasa
khauf (takut), raja (mengharap), mahabbah (cinta), tawakkal (keter-
gantungan), raghbah (senang), dan rahbah (takut) adalah ibadah qa-
lbiyah (yang berkaitan dengan hati). Sedangkan tasbih, tahlil, takbir,
tahmid dan syukur dengan lisan dan hati adalah ibadah lisaniyah qal-
biyah (lisan dan hati). Sedangkan shalat, zakat, haji, dan jihad adalah
ibadah badaniyah qalbiyah (fisik dan hati). Serta masih banyak lagi
macam-macam ibadah yang berkaitan dengan amalan hati, lisan dan
badan. Ibadah inilah yang menjadi tujuan penciptaan manusia.
Allah berfirman:
َّ ‫ون إِ َّن‬
َ‫للا‬ ِ ‫ُط ِع ُم‬ ٍ ‫ُون َما أ ُ ِري ُد مِ ْن ُهم ِ ّمن ِ ّر ْز‬
ْ ‫ق َو َما أ ُ ِري ُد أَن ي‬ ِ ‫نس إِ َّل ِليَ ْعبُد‬
َ ‫ال‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
ُ‫الر َّزاقُ ذُو ْالقُ َّوةِ ال َمتِين‬
ْ َّ ‫“ه َُو‬

205
Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan
supaya mereka beribadah kepada-Ku. Aku tidak menghendaki rizki
sedikit pun dari mereka dan Aku tidak menghendaki supaya mereka
memberi makan kepada-Ku. Sesungguhnya Allah Dia-lah Maha Pem-
beri rizki Yang mempunyai kekuatan lagi sangat kokoh.” [Adz-Dzaari-
yaat: 56-58]

Allah Azza wa Jalla memberitahukan bahwa hikmah penciptaan jin


dan manusia adalah agar mereka melaksanakan ibadah hanya kepada
Allah Azza wa Jalla. Dan Allah Mahakaya, tidak membutuhkan ibadah
mereka, akan tetapi merekalah yang membutuhkan-Nya, karena ket-
ergantungan mereka kepada Allah, maka barangsiapa yang menolak
beribadah kepada Allah, ia adalah sombong. Siapa yang beribadah
kepada-Nya tetapi dengan selain apa yang disyariatkan-Nya, maka ia
adalah mubtadi (pelaku bidah). Dan barangsiapa yang beribadah ke-
pada-Nya hanya dengan apa yang disyariatkan-Nya, maka ia adalah
mukmin muwahhid (yang mengesakan Allah).

B. Pilar-Pilar Ibadah Yang Benar

Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok,


yaitu: Hubb (cinta), Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri.
Khauf (takut), sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja, Raja
(harapan). Dalam setiap ibadah harus terkumpul unsur-unsur ini. Allah
berfirman tentang sifat hamba-hamba-Nya yang mukmin:
ُ‫يُحِ بُّ ُه ْم َويُحِ بُّونَه‬
Artinya: “Dia mencintai mereka dan merekapun mencintai-Nya.”
[Al-Maa-idah: 54]
َ َ ‫َوالَّذِينَ آ َمنُوا أ‬
ِ َّ ّ ِ ‫ش ُّد ُحبًّا‬
‫ل‬
Artinya: “Adapun orang-orang yang beriman sangat besar cinta-nya
kepada Allah.” [Al-Baqarah: 165]
َ‫غبًا َو َر َهبًا ۖ َوكَانُوا لَنَا خَا ِشعِين‬ ِ ‫ارعُونَ فِي ْال َخي َْرا‬
َ ‫ت َويَ ْدعُونَنَا َر‬ ِ ‫س‬َ ُ‫إِنَّ ُه ْم كَانُوا ي‬
Artinya: “Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang selalu
bersegera dalam (mengerjakan) kebaikan dan mereka berdoa kepa-
da Kami dengan penuh harap dan cemas. Dan mereka adalah orang-
orang yang khusyu kepada Kami.” [Al-Anbiya: 90]

Sebagian Imam Salaf berkata “Siapa yang beribadah kepada Allah

206 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


dengan rasa cinta saja, maka ia adalah zindiq, siapa yang beribadah
kepada-Nya dengan raja saja, maka ia adalah murji. Dan siapa yang
beribadah kepada-Nya hanya dengan khauf, maka ia adalah haruriy.
Barangsiapa yang beribadah kepada-Nya dengan hubb, khauf, dan
raja, maka ia adalah mukmin muwahhid.”

C. Syarat Diterimanya Ibadah

Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk iba-
dah yang disyariatkan kecuali berdasarkan Al-Qur-an dan As-Sunnah.
Apa yang tidak disyariatkan berarti bidah mardudah (bidah yang dito-
lak) sebagaimana sabda Nabi Shallallahu alaihi wa sallam :
‫علَ ْي ِه أ َ ْم ُرنَا فَ ُه َو َر ٌّد‬ َ ‫ع َمالً لَي‬
َ ‫ْس‬ َ ‫ َم ْن‬.
َ ‫عمِ َل‬
Artinya: “Barangsiapa yang beramal tanpa adanya tuntunan dari
kami, maka amalan tersebut tertolak.”

Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu
tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
1. Ikhlas karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Syarat yang pertama merupakan konsekuensi dari syahadat laa
ilaaha illallaah, karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya
kepada Allah dan jauh dari syirik kepada-Nya.
2. Ittiba, sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa
sallam. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari sya-
hadat Muhammad Rasulullah, karena ia menuntut wajibnya taat
kepada Rasul, mengikuti syariatnya dan meninggal-kan bidah
atau ibadah-ibadah yang diada-adakan

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:

ِ َ‫علَ ْي ِه ْم َو َل ُه ْم يَحْ زَ نُون‬ ٌ ‫ِن فَلَهُ أَجْ ُرهُ عِن َد َربِّه َو َل خ َْو‬
َ ‫ف‬ ِ َّ ِ ُ‫لَ ٰى َم ْن أ َ ْسلَ َم َوجْ َهه‬
ٌ ‫ل َوه َُو ُمحْ س‬

Artinya: Tidak demikian) bahkan barangsiapa yang menyerahkan


diri sepenuhnya kepada Allah, dan ia berbuat kebajikan, maka baginya
pahala di sisi Rabb-nya dan tidak ada rasa takut pada mereka dan
mereka tidak bersedih hati.” [Al-Baqarah: 112]

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 207


Aslama wajhahu (menyerahkan diri) artinya memurnikan ibadah ke-
pada Allah. Wahua muhsin (berbuat kebajikan) artinya mengikuti Ra-
sul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Syaikhul Islam mengatakan, “Inti
agama ada dua pilar yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya kepada
Allah, dan kita tidak beribadah kecuali dengan apa yang Dia syariatkan,
tidak dengan bidah.”
Sebagaimana Allah berfirman:

‫صا ِل ًحا َو َل يُ ْش ِر ْك ِب ِعبَا َد ِة َر ِبّ ِه أ َ َحدًا‬ َ ‫“فَ َمن َكانَ يَ ْر ُجو ِلقَا َء َر ِبّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل‬
َ ‫ع َم ًل‬

Artinya: Maka barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Rabb-


nya maka hendaknya ia mengerjakan amal shalih dan janganlah ia
mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Rabb-nya.”
[Al-Kahfi: 110]

Hal yang demikian itu merupakan manifestasi (perwujudan) dari dua


kalimat syahadat Laa ilaaha illallaah, Muhammad Rasulullah. Pada
yang pertama, kita tidak beribadah kecuali kepada-Nya. Pada yang
kedua, bahwasanya Muhammad Shallallahu alaihi wa sallam adalah
utusan-Nya yang menyampaikan ajaran-Nya. Maka kita wajib membe-
narkan dan mempercayai beritanya serta mentaati perintahnya. Beliau
Shallallahu alaihi wa sallam telah menjelaskan bagaimana cara kita
beribadah kepada Allah, dan beliau Shallallahu alaihi wa sallam mela-
rang kita dari hal-hal baru atau bidah. Beliau Shallallahu alaihi wa sal-
lam mengatakan bahwa semua bidah itu sesat. Bila ada orang yang
bertanya: “Apa hikmah di balik kedua syarat bagi sahnya ibadah terse-
but?” Jawabnya adalah sebagai berikut:
1. Sesungguhnya Allah memerintahkan untuk mengikhlaskan iba-
dah kepada-Nya semata. Maka, beribadah kepada selain Al-
lah di samping beribadah kepada-Nya adalah kesyirikan. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman: ‫“ َنيِّدلا ُهَّل اًصِلْخُم َهَّللا ِدُبْعاَف‬Maka
sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya.”
[Az-Zumar: 2]
2. Sesungguhnya Allah mempunyai hak dan wewenang Tasyri
(memerintah dan melarang). Hak Tasyri adalah hak Allah se-
mata. Maka, barangsiapa beribadah kepada-Nya bukan dengan
cara yang diperintahkan-Nya, maka ia telah melibatkan dirinya
di dalam Tasyri.

208 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


3. Sesungguhnya Allah telah menyempurnakan agama bagi kita
[8]. Maka, orang yang membuat tata cara ibadah sendiri dari di-
rinya, berarti ia telah menambah ajaran agama dan menuduh
bahwa agama ini tidak sempurna (mempunyai kekurangan).
4. Dan sekiranya boleh bagi setiap orang untuk beribadah dengan
tata cara dan kehendaknya sendiri, maka setiap orang menjadi
memiliki caranya tersendiri dalam ibadah. Jika demikian halnya,
maka yang terjadi di dalam kehidupan manusia adalah kekacau-
an yang tiada taranya karena perpecahan dan pertikaian akan
meliputi kehidupan mereka disebabkan perbedaan kehendak
dan perasaan, padahal agama Islam mengajarkan kebersa-
maan dan kesatuan menurut syariat yang diajarkan Allah dan
Rasul-Nya.

D. Keutamaan Ibadah

Ibadah di dalam syariat Islam merupakan tujuan akhir yang dicintai


dan diridhai-Nya. Karenanyalah Allah menciptakan manusia, mengutus
para Rasul dan menurunkan Kitab-Kitab suci-Nya. Orang yang melak-
sanakannya dipuji dan yang enggan melaksanakannya dicela. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:

َ‫سيَ ْد ُخلُونَ َج َهنَّ َم دَاخِ ِرين‬ َ َ‫َوقَا َل َربُّ ُك ُم ا ْدعُونِي أ َ ْست َِجبْ لَ ُك ْم ۚ ِإ َّن الَّذِينَ يَ ْست َ ْك ِب ُرون‬
َ ‫ع ْن ِعبَا َدتِي‬

Artinya: “Dan Rabb-mu berfirman, Berdoalah kepada-Ku, niscaya


akan Aku perkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang
sombong tidak mau beribadah kepada-Ku akan masuk Neraka Jahan-
nam dalam keadaan hina dina.” [Al-Mumin: 60]
Ibadah di dalam Islam tidak disyariatkan untuk mempersempit atau
mempersulit manusia, dan tidak pula untuk menjatuhkan mereka di
dalam kesulitan. Akan tetapi ibadah itu disyariatkan untuk berbagai
hikmah yang agung, kemashlahatan besar yang tidak dapat dihitung
jumlahnya. Pelaksanaan ibadah dalam Islam semua adalah mudah.
Di antara keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa
dan membersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menu-
ju kesempurnaan manusiawi. Termasuk keutamaan ibadah juga bah-
wasanya manusia sangat membutuhkan ibadah melebihi segala-galan-
ya, bahkan sangat darurat membutuhkannya. Karena manusia secara
tabiat adalah lemah, fakir (butuh) kepada Allah. Sebagaimana halnya
jasad membutuhkan makanan dan minuman, demikian pula hati dan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 209


ruh memerlukan ibadah dan menghadap kepada Allah. Bahkan kebu-
tuhan ruh manusia kepada ibadah itu lebih besar daripada kebutuhan
jasadnya kepada makanan dan minuman, karena sesungguhnya esen-
si dan subtansi hamba itu adalah hati dan ruhnya, keduanya tidak akan
baik kecuali dengan menghadap (bertawajjuh) kepada Allah dengan
beribadah.
Maka jiwa tidak akan pernah merasakan kedamaian dan ketentera-
man kecuali dengan dzikir dan beribadah kepada Allah. Sekalipun ses-
eorang merasakan kelezatan atau kebahagiaan selain dari Allah, maka
kelezatan dan kebahagiaan tersebut adalah semu, tidak akan lama,
bahkan apa yang ia rasakan itu sama sekali tidak ada kelezatan dan
kebahagiaannya. Adapun bahagia karena Allah dan perasaan takut
kepada-Nya, maka itulah kebahagiaan yang tidak akan terhenti dan
tidak hilang, dan itulah kesempurnaan dan keindahan serta kebaha-
giaan yang hakiki. Maka, barangsiapa yang menghendaki kebahagiaan
abadi hendaklah ia menekuni ibadah kepada Allah semata. Maka dari
itu, hanya orang-orang ahli ibadah sejatilah yang merupakan manusia
paling bahagia dan paling lapang dadanya.
Tidak ada yang dapat menenteramkan dan mendamaikan serta
menjadikan seseorang merasakan kenikmatan hakiki yang ia lakukan
kecuali ibadah kepada Allah semata. Imam Ibnul Qayyim rahimahullah
berkata, “Tidak ada kebahagiaan, kelezatan, kenikmatan dan kebaikan
hati melainkan bila ia meyakini Allah sebagai Rabb, Pencipta Yang
Maha Esa dan ia beribadah hanya kepada Allah saja, sebagai puncak
tujuannya dan yang paling dicintainya daripada yang lain
Termasuk keutamaan ibadah bahwasanya ibadah dapat meringank-
an seseorang untuk melakukan berbagai kebajikan dan meninggalkan
kemunkaran. Ibadah dapat menghibur seseorang ketika dilanda musi-
bah dan meringankan beban penderitaan saat susah dan mengala-
mi rasa sakit, semua itu ia terima dengan lapang dada dan jiwa yang
tenang. Termasuk keutamaannya juga, bahwasanya seorang hamba
dengan ibadahnya kepada Rabb-nya dapat membebaskan dirinya dari
belenggu penghambaan kepada makhluk, ketergantungan, harap dan
rasa cemas kepada mereka. Maka dari itu, ia merasa percaya diri dan
berjiwa besar karena ia berharap dan takut hanya kepada Allah saja.
Keutamaan ibadah yang paling besar bahwasanya ibadah merupakan
sebab utama untuk meraih keridhaan Allah, masuk Surga dan selamat
dari siksa Neraka.

210 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


RANGKUMAN

Definisi Ibadah Ibadah secara bahasa (etimologi) berarti merendah-


kan diri serta tunduk. Sedangkan menurut syara (terminologi), iba-
dah mempunyai banyak definisi, tetapi makna dan maksudnya satu.
Definisi itu antara lain adalah: Ibadah adalah taat kepada Allah den-
gan melaksanakan perintah-Nya melalui lisan para Rasul-Nya. Ibadah
adalah merendahkan diri kepada Allah Azza wa Jalla, yaitu tingkatan
tunduk yang paling tinggi disertai dengan rasa mahabbah (kecintaan)
yang paling tinggi. Ibadah adalah sebutan yang mencakup seluruh apa
yang dicintai dan diridhai Allah Azza wa Jalla, baik berupa ucapan atau
perbuatan, yang zhahir maupun yang bathin. Yang ketiga ini adalah
definisi yang paling lengkap.
Sesungguhnya ibadah itu berlandaskan pada tiga pilar pokok, yaitu:
Hubb (cinta), Rasa cinta harus disertai dengan rasa rendah diri. Khauf
(takut), sedangkan khauf harus dibarengi dengan raja, Raja (harapan).
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu
tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat: Ikhlas
karena Allah semata, bebas dari syirik besar dan kecil. Ittiba, sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam. Di antara
keutamaan ibadah bahwasanya ibadah mensucikan jiwa dan mem-
bersihkannya, dan mengangkatnya ke derajat tertinggi menuju kesem-
purnaan manusiawi.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!
1. Jelasakan makna Ibadah?
2. Jelaskan pilar-pilar ibadah?
3. Syarat ibadah diterima adalah?
4. Keutamaan ibadah adalah?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1) silahkan kaji kembali


konsep, syarat dan keuatamaan Ibadah

TES FORMATIF 1
1. Apa arti Ibada secara etimologi?
a. Tunduk

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 211


b. Sabar
c. Syukur
2. Apa arti Ibadah secara terminology?
a. Merendahkan diri kepada Allah
b. Merendahkan diri kepada Allah, dengan rasa mahabbah
(kecintaan) yang paling tinggi
c. Merendahkan diri kepada Allah, dengan rasa sombong
3. Ibadah terbagi menjadi tiga yaitu?
a. Ibadah hati,lisan, anggota badan
b. Ibadah pikir,lisan, anggota badan
c. Ibadah rasa,lisan, anggota badan
4. Jelaskan tiga pilar pokok ibadah
a. Cinta, takut, syukur
b. Cinta, takut, harapan
c. Cinta, sabar, harapan
5. Syarat Ibadah diterima adalah?
a. Ikhlas dan Ittiba
b. Ikhlas
c. Ittiba
6. Keutamaan ibadah bahwasanya adalah?
a. Mensucikan jiwa dan membersihkannya, dan mengangkatnya
ke derajat tertinggi menuju kesempurnaan manusiawi.
b. Agar tidak sombong
c. Agar bersyukur
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal
Arti tingkat penguasaan;
• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

212 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 2

Manfaat Ibadah Bagi Kehidupan Manusia

A. Manfaat Ibadah Dalam Kehidupan Manusia

Seperti yang kita ketahui bahwa ibadah merupakan tugas dan ke-
wajiban kita sebagai manusia. Bahkan kita senantiasa diingatkan oleh
orang tua kita sejak kecil dalam kewajiban kita untuk beribadah kare-
na ada begitu banyak pesan yang berguna bagi kita sebagai manusia
dalam menjalani proses kehidupan. Dalam proses kehidupan, tentun-
ya begitu banyak tantangan yang dihadapi sehingga kita memerlukan
pendekatan kepada Sang Pencipta melalui kegiatan ibadah.
Adapun ibadah merupakan sebuah kata yang diambil dari bahasa
Arab yang memiliki arti yang sesuai dan tersirat di dalam Al-Qur’an,
maka pengertian ibadah dapat dipamahi atau dapat diartikan sebagai
berikut :
1. Manusia itu diciptakan oleh Allah SWT untuk menghamba kepa-
da Allah, atau dengan kata lain beribadah kepada Allah (Adz-Dz-
aariyaat QS. 51:56). 
2. Manusia yang menjalani kehidupan beribadah kepada Allah itu
tiada lain adalah manusia yang berada pada shiraathal mus-
taqiem atau jalan yang lurus (Yaasiin QS 36:61). 
3. Sedangkan manusia yang berpegang teguh kepada apa
yang diwahyukan Allah, maka ia berada pada shiraathal mus-
taqiem atau jalan yang lurus (Az Zukhruf QS. 43:43).
Adapun pengertian tentang ibadah secara lebih lengap adalah ses-
uai oleh pendapat seorang tokoh bernama Syaikhul Islam Ibnu Taimi-
yah. Dia rahimahullah mengatakan, “Ibadah adalah suatu istilah yang
mencakup segala sesuatu yang dicintai Allah dan diridhai-Nya, baik be-
rupa perkataan maupun perbuatan, yang tersembunyi (batin) maupun
yang nampak (lahir). 

213
Setelah memahami tentang pengertian ibadah, maka kita tidak in-
gin manusia kemudian hanya menjadlani proses ibadah sebagai suatu
pelaksanaan yang rutinitas tanpa adanya pemahanan atau esensi
dasar dari ibadah tersebut sehingga penulis mencoba untuk memba-
has tentang manfaat dari ibadah yang kita lakukan. Adapun berbagai
macam kegiatan ibadah yang kita lakukan atau sudah lakukan, maka
hal tersebut juga tidak akan terlihat manfaatnya secara langsung di
dunia ini, karena kegiatan ibadah yang kita lakukan itu ibaratnya sep-
erti halnya makanan,minuman ataupun bantuan orang  lain terhadap
kita dimana makanan ataukah minuman serasa tidak berguna bagi kita
ketika kita dalam keadan kenyang. Akan tetapi makanan atau minuman
tersebut sangat berguna bagi kita ketika kisa sedang dalam keadaaan
kondisi kelaparan dan kehausan, dan seperti itulah manfaat dari berib-
adah kepada Allah SWT.
Ibadah yang kita lakuakn juga tidak akan secara wah langsung men-
datangkan kekayaan kepada kita yang beribadah dan juga tentunya
tidak dapat di lihat manfaatnya secara langsung di dunia, engapa  kare-
na Allah SWT telah menjamin kehidupan kepada semua makhluk cip-
taanya yang beribadah kepada Allah selama hidup didunia. Nah seka-
rang sungguh jelas bahwa ibadah yang kita lakukan tidak bermanfaat
di dunia ini akan tetapi ibadah itu akan berharga bagi kita ketika kita
mengalami kematian sebagai akhir dari proses kehidupan dan menuju
ke akhirat kelak sebagaimana firman Allah SWT :

‫صا ِل ًحا فَلَ ُه ْم‬


َ ‫عمِ َل‬ َ ‫صا ِبئِينَ َم ْن آ َمنَ ِباللَّـ ِه َو ْاليَ ْو ِم ْالخِ ِر‬
َ ‫و‬  َّ ‫ار ٰى َوال‬ َ ‫ص‬َ َّ‫ِإ َّن الَّذِينَ آ َمنُوا َوالَّذِينَ هَادُوا َوالن‬
َ ‫أَجْ ُر ُه ْم عِن َد َر ِبّ ِه ْم َو َل خ َْوف‬ 
  َ‫علَ ْي ِه ْم َو َل ُه ْم يَحْ زَ نُون‬

Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahu-


di, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara
mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan
beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, ti-
dak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka berse-
dih hati.”
Salah satu hal dimana manusia seringkali gagal dalam memahami
hakikat ibadah adalah ketika mempelajarinya dan dalam proses melak-
sanakannya. Adapun pendekatan dalam kita belajar beribadah sebai-
knya tidak dalam  pendekatan kewajiban atau beban, tetapi melalui
pendekatan fungsi dan manfaat agar ibadah menjadi kebutuhan.
Adapun  Manfaat Ibadah Dalam Islam adalah sebagai berikut :

214 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


1. Sebagai kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dun-
ia dan akhirat. 
2. Sebagai solusi dalam menghadapai masalah. 
3. Sebagai pendekatan diri kepada Allah 
4. Sebagai Bentuk ketaatan 
5. Sarana bersyukur kepada Allah SWT 
6. Sarana menabung amal sholeh 
7. Menambah keimanan kita
8. Bertobat 
9. Bentuk terimakasih kepada orangtua dari seorang anak dengan
cara mendoakan orang tua.
Setelah kita mengetahui manfaat ibadah tersebut diatas, maka tu-
gas kita adalah menyampaikannya kepada sesama kita baik dean cara
langsung maupun tidak langsung. Ada berbagai macam cara unik di
era modern seperti sekarang yang didukung oleh kecanggihan teknolo-
gi dan lingkup pergaulan yang berbeda, dimana kita dapat menyam-
paikan pesa tersebut lewat berbagai media yang ada seperti media so-
sial contohnya. Ada berbagai pesan yang teman-teman dapat bagikan
seperti Artikel Tentang Islam, ataukah Tentang Khutbah Jumat dan lain
sebagainya.
Kita juga dapat menyampaikan pesan dengan cara yang sederhana
dengan menggunakan kaos muslim dimana sekarang begitu marak-
nya penjualan yang berhubungan dengan Jual Kaos Muslim dan lain
sebagainya.

RANGKUMAN

Adapun  Manfaat Ibadah Dalam Islam adalah sebagai berikut


: Sebagai kebahagiaan dan kesenangan hidup yang hakiki di dunia
dan akhirat. Sebagai solusi dalam menghadapai masalah. Sebagai
pendekatan diri kepada Allah. Sebagai Bentuk ketaatan. Sarana ber-
syukur kepada Allah SWT. Sarana menabung amal sholeh. Menambah
keimanan kita. Bertobat. Bentuk terimakasih kepada orangtua dari seo-
rang anak dengan cara mendoakan orang tua.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 215


1. Mengapa Ibadah memiliki manfaat yang sangat besar bagi ke-
hidupan manusia

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1) silahkan kaji kembali


manfaat ibadah bagi kehidupan manusia

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Pilihlah mana yang termasuk manfaat dari Ibadah?
a. solusi dalam menghadapai bencana
b. solusi dalam menghadapai ganguan
c. solusi dalam menghadapai masalah
2. Pilihlah mana yang termasuk manfaat dari Ibadah?
a. kebahagiaan hakiki di dunia dan akhirat
b. kebahagiaan hakiki di dunia
c. kebahagiaan hakiki di akhirat
3. Pilihlah mana yang termasuk manfaat dari Ibadah?
a. pendekatan diri kepada Allah 
b. pendekatan diri kepada Manusia 
c. pendekatan diri kepada Alam 
4. Pilihlah mana yang termasuk manfaat dari Ibadah?
a. Sarana bersyukur kepada Manusia 
b. Sarana bersyukur kepada Allah SWT 
c. Sarana bersyukur kepada Nabi Muhammad 
5. Pilihlah mana yang termasuk manfaat dari Ibadah?
a. Menambah keimanan kita
b. Menambah keislaman kita
c. Menambah keibadahkita

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

216 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%
Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. A
2. B
3. A
4. B
5. A
6. A
TES FORMATIF 2

1. C
2. A
3. A
4. B
5. A

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 217


DAFTAR PUSTAKA

Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Prinsip Dasar Islam Menutut Al-Quran
dan As-Sunnah yang Shahih, Bogor: Penerbit Pustaka At-Taqwa,
Sunardi, 2013. Falsafah Ibadah Mengungkap Kembali Keluasan dan
Kedalaman Makna Ibadah Kepada Allah, Bandung: Pustaka al-Kasaf,
Ash Shidiqy, Teungku Muhammad Hasbi, Kuliah Ibadah, Semarang :
PT. Pustaka Rizqi Putra, 2011
Alim, Muhammad, Pendidikan Agama Islam, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2006.
Muhaimin. Tadjab. Mujib, Abdul, Dimensi-Dimensi Studi Islam, Sura-
baya : karya Ab ditama, 1994
https://almanhaj.or.id/2267-pengertian-ibadah-dalam-islam.html

218 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


MODUL 8
SYIRIK DAN BAHAYANYA BAGI MANUSIA
Asrori, M.Pd.I

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul Ke-8 dari 9 modul mata kuliah AIK-1. Sy-
irik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu selain
Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan uluhiyyah.
Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-hal yang
merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah,
atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyembelih (kurban),
bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya. Secara umum,
syirik dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu Syirik besar dan Syirik
kecil. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu bentuk ibadah kepada
selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah atau mendekatkan diri
kepadanya dengan penyembelihan kurban atau nadzar untuk selain
Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau mengharap sesuatu
selain Allah, yang tidak kuasa memberikan manfaat maupun mudharat.
Syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan perbuatan. Dalam bentuk
ucapan misalnya, bersumpah dengan nama selain Allah.
Faktor terjadinya Syirik, mengagumi dan mengagungkan sesuatu.
Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang
agung dan luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk men-
gagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu
itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keimanan. Bahkan
dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau menghor-
mati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau
menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan
mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala
mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang membawa
kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya dimi-
liki Allah kepada makhluk.
Syirik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah menyamakan se-

219
lain Allah dengan Allah dalam hal rububiyah atau uluhiyah-Nya. Atau
dengan kata lain syirik adalah menyekutukan Allah. Sedangkan modern
adalah masa dimana kita berada saat ini, dengan berbagai kemajuan di
segala bidang. Perbuatan syirik tidak hanya terjadi di masa lalu, dima-
na belum adanya teknologi seperti sekarang ini, namun di zaman serba
canggih seperti sekarang pun masih terjadi perbuatan syirik.Syirik yang
berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu memperseku-
tukan Allah secara terang-terangan. Namun syirik yang berkembang
dimasa modern  ini   adalah syirik khafi yaitu mempersekutukan Allah
secara tidak sadar. Masing-masing kajian ini akn dibahas tersendiri se-
cara mendalam pada modul ini.
Dalam modul ini kita mengkaji pengertian syirik, bentuk-bentuk syir-
ik, faktor terjadinya syirik dan syirik zaman modern. Setelah menguasai
modul pertama ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan memahami kon-
sep pengertian syirik, bentuk-bentuk syirik, faktor terjadinya syirik dan
syirik zaman modern bagi kehidupan manusia. Secara lebih khusus
setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat menjelaskan dan
memahami:
• Definisi syirik
• Bentuk-bentuk syirik
• Faktor terjadinya syirik
• Syirik Zaman modern
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Konsep, Bentuk Dan Faktor Terjadinya Syirik
2. Kegiatan belajar 2 : Syirik Zaman Modern
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
• Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
• Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
• Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
• Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.
“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman
Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”

220 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Definis, Bentuk Dan Faktor Terjadinya Syirik

A. Pengertian Syirik

Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu


selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan
uluhiyyah. Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-
hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada
selain Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyem-
belih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya.
Menurut Ibnu Manzur, kata syirik berasal dari “syaraka” yangbermakna
bersekutu dua orang misalnya seseorang berkata asyraka billah‫كرشا‬
‫اب‬artinya bahwa dia sederajat dengan allah SWT.
Syirik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti menyekutu-
kanAllah SWT dengan yang lain. Misalnnnnya pengakuan kemampuan
ilmu daripada kemampuan dan kekuatan Allah SWT, peribadatan se-
lain kepada AllahSWT. Atau salah satunnnya, jika seorang hamba mey-
akini bahwa ada sangpencipta atau sang penolonnng selain Allah SWT,
maka ia telah musyrik.
Syirik ada sebahagian yang sudah diketahui seperti menyembeli-
h,bernadzar, berdoa, meminta dihilangkan musibah kepada selain Al-
lah, dan terdapat juga bentuk syirik yang sangat sulit dikenali (sangat
samar). Syirik dalam niat dan tujuan, ini termasuk perbuatan yang sa-
mar karena niat terdapatdalam hati dan yang mengetahuinya hanya
Allah SWT, seperti seseorang shalat yang ingin dilihat atau di dengar
orang lain, tidak ada yang mengetahuiperbuatan seperti ini kecuali al-
lah SWT.Adapunsyirik yang tidak diketahui

B. Bentuk-Bentuk Syirik

Secara umum, syirik dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu Sy-


irik besar dan Syirik kecil :

221
1. Syirik Besar
Syirik besar bisa mengeluarkan pelakunya dari agama Islam dan
menjadikannya kekal di dalam Neraka, jika ia meninggal dunia dan be-
lum bertaubat kepada Allah. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu
bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Allah
atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban atau
nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan, atau
mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan man-
faat maupun mudharat.
Bentuk-bentuk syirik besar:
• Syirik Do’a, yaitu di samping dia berdo’a kepada Allah Subhana-
hu wa Ta’ala, ia juga berdo’a kepada selainNya.
• Syirik Niat, Keinginan dan Tujuan, yaitu ia menunjukkan suatu
ibadah untuk selain Allah Subhanahu wa Ta’ala.
• Syirik Ketaatan, yaitu mentaati kepada selain Allah dalam hal
maksiyat kepada Allah
• Syirik Mahabbah (Kecintaan), yaitu menyamakan selain Allah
dengan Allah dalam hal kecintaan.

2. Syirik Kecil
Syirik kecil tidak menjadikan pelakunya keluar dari agama Islam,
tetapi ia mengurangi tauhid dan merupakan wasilah (perantara) kepa-
da syirik besar.
Bentuk-bentuk syirik kecil:
• Syirik Zhahir (Nyata), yaitu syirik kecil yang dalam bentuk uca-
pan dan perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah
dengan nama selain Allah.
Rasulullah bersabda:
“Barangsiapa bersumpah dengan nama selain Allah, maka ia telah
berbuat kufur atau syirik.”  HR. At-Tirmidzi (No.1535), Al-Hakim (I/18,
IV/297), Ahmad (II/34, 69, 86) dari Abdullah bin Umar r.a
Syirik dalam bentuk ucapan, yaitu perkataan.”Kalau bukan karena
kehendak Allah dan kehendak fulan”. Ucapan tersebut salah, dan yang
benar adalah.”Kalau bukan karena kehendak Allah, kemudian karena
kehendak si fulan”. Kata kemudian menunjukkan tertib berurutan, yang
berarti menjadikan kehendak hamba mengikuti kehendak Allah.
• Syirik Khafi (Tersembunyi), yaitu syirik dalam hal keinginan dan
niat, seperti riya (ingin dipuji orang) dan sum’ah (ingin didengar

222 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


orang) dan lainnya.
Rasulullah bersabda:[8]
“Sesungguhnya yang paling aku takutkan atas kalian adalah syir-
ik kecil. “Mereka (para sahabat) bertanya: “Apakah syirik kecil itu, ya
Rasulullah?” .Dia menjawab: “Yaitu riya’” HR. Ahmad (V/428-429) dari
sahabat Mahmud bin Labid r.a
Pembagian syirik dibagi menjadi dua bagian yaitu pembagian secara
kuantitas dan kualitas.
Pertama, pembagian syirik secara kuantitas, dapat dibagi tiga
yaitu :

1. Syirik Uluhiiya, yaitu meyukutukan allah swt dalam arti menyak-


ini adanyatuhan lain selain dia, sebagaipencipta alam semesta.
2. Syirik Rububiyyah, yaitu menyekutukan Allah SWT dalam arti
menyakiniadanya tuhan lain selain Dia, sebagai pemelihara dan
pengatur alamsemesta.
3. Syirik Ubudiyyah, yaitu menyekutukan allah Swt dalam arti men-
yakiniadanya tuhanselain dia, sebagai yang disembah. Dengan
kata lain,seseorang menyembah allah swt sekaligus menyem-
bah tuhan-tuhan yanglain .

C. Faktor Terjadinya Syirik

1. Mengagumi dan mengagungkan sesuatu


Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu
yang agung dan luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan un-
tuk mengagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan mengagungkan
sesuatu itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keiman-
an. Bahkan dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau
menghormati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagung-
kan atau menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah
saw. dan mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi
manakala mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang
membawa kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang
hanya dimiliki Allah kepada makhluk.
Dari penyimpangan inilah banyak timbul kemusyrikan dalam seja-
rah umat manusia. Sebagai contoh kaum Nabi Nuh as. mempunyai
beberapa patung berhala yang mereka jadikan tuhan yang disembah,
seperti Yaghuts, Ya’uq dan Nasr. Yaghuts, Ya’uq dan Nasr ini dulunya
nama orang-orang sholeh yang hidup di antara zaman nabi Adam dan

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 223


nabi Nuh. Mereka punya para pengikut yang meneladani kehidupan
mereka. Setelah mereka wafat, para pengikutnya itu berkata : Sean-
dainya mereka kita gambar atau kita bikin patung, tentu kita akan lebih
khusyu’ dalam beribadah jika kita ingat mereka. Lalu para pengikut itu-
pun membuat gambar atau patung orang-orang shaleh tersebut. Ketika
para pengikut itu meninggal dunia, datanglah generasi berikutnya.
Kepada generasi ini, Iblis membisikkan dengan mengatakan :
Orang-orang tua kamu dulu menyembah mereka dan meminta hujan
kepada mereka. Akhirnya merekapun menyembah gambar-gambar
atau patunpatung yang dibikin orang-orang tua mereka. Dalam hal ini
Allah berfirman:

ً ‫) َو َمك َُروا َم ْك ًرا ُكب‬12( ‫ارا‬


‫َّارا‬ ً ‫س‬ َ ‫ص ْونِي َواتَّبَعُوا َم ْن لَ ْم يَ ِز ْدهُ َمالُهُ َو َولَ ُدهُ ِإ َّل َخ‬ َ ‫ع‬ َ ‫قَا َل نُو ٌح َربّ ِ ِإنَّ ُه ْم‬
‫وث َويَعُوقَ َونَس ًْرا‬ َ ُ‫س َواعًا َو َل يَغ‬ ُ ‫) َوقَالُوا َل ت َ َذ ُر َّن آ َ ِل َهت َ ُك ْم َو َل ت َ َذ ُر َّن َودًّا َو َل‬22(

Artinya: Nuh berkata: “Ya Tuhanku, sesungguhnya mereka telah


mendurhakai-ku, dan telah mengikuti orang-orang yang harta dan
anak-anaknya tidak menambah kepadanya melainkan kerugian bela-
ka, dan melakukan tipu-daya yang amat besar”. Dan mereka berkata:
“Jangan sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan) tuhan-tuhan
kamu dan jangan pula sekali-kali kamu meninggalkan (penyembahan)
wadd, dan jangan pula suwaa`, yaghuts, ya`uq dan nasr”. (QS. Nuh/71
: 21-23)

2. Cenderung Mengimani Yang Konkrit Dan Lalai Mengimani Yang


Abstrak
Dalam diri manusia terdapat dua kecenderungan fitrah yang
sempurna:
Pertama, kecenderungan mengimani yang bersifat nyata atau konk-
rit, yakni yang dapat ditangkap oleh indera baik penglihatan, pendeng-
aran, ciuman, rasa atau sentuhan. Kedua, kecenderungan mengimani
yang ghaib, yakni yang tidak tertangkap oleh indera. Kalau kecend-
erungan pertama di atas selain dimiliki oleh manusia, juga oleh makh-
luk lain, namun kecenderungan kedua khusus dimiliki oleh manusia.
Inilah karunia, kemuliaan dan sekaligus keistimewaan yang diberikan
Allah kepada manusia yang tidak diberikan kepada makhluk lain. Na-
mun fitrah manusia yang mempunyai kecenderungan untuk mengima-
ni yang ghaib ini sedikit demi sedikit akan pudar jika tidak diperhati-

224 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kan dan diberikan santapan yang baik berupa dzikir kepada Allah dan
taqarrub kepada-Nya melalui amal shaleh. Dengan demikian manusia
mulai lalai mengimani yang ghaib dan sedikit demi sedikit cenderung
hanya mengimani yang bersifat nyata.
Pada tahap pertama dari kelalaian ini, seorang musyrik tidak
mengingkari adanya Allah, tapi ia mencari bentuk nyata yang menurut
khayalannya bisa ditambahkan sebagian sifat-sifat Allah seperti mem-
berikan manfaat dan bahaya, mengetahui yang ghaib, mengendalikan
urusan bersama-sama dengan Allah. Sekalipun ia mengetahui bahwa
Allah adalah Pencipta, tidak ada satu makhlukpun yang menyamainya,
namun ia mengklaim bahwa seseorang ( Nabi, wali Allah, atau orang
shalih), malaikat, jin, atau berhala mampu memberikan manfaat atau
bahaya, mengabulkan permohonan, melapangkan rezeki bagi yang
dikehendakinya, mengetahui yang ghaib dan menyampaikannya kepa-
da orang yang mampu menerimanya.
Contoh bentuk di atas adalah orang-orang Arab jahiliyah, mer-
eka mengetahui bahwa Allah itu ada dan sebagai Pencipta, namun
mereka menyekutukan Allah dengan jin, malaikat, berhala yang mere-
ka sembah, mereka menyangka bahwa sembahan-sembahan itu dapat
mendekatkan diri kepada Allah. Begitu juga orang-orang Yahudi dan
Nasrani yang mengklaim bahwa Uzair dan Isa bin Maryam adalah anak
Allah.
Dan pada tahap akhir, kelalaian di atas dapat membawa ses-
eorang untuk mengingkari adanya Allah. Hal ini seperti yang terjadi
pada orang-orang Mesir Kuno pada zaman Firaun yang mengklaim
bahwa dewa Ra adalah sebagai pencipta, pemberi rezeki, yang meng-
hidupkan dan mematikan, dan yang membangkitkan dan menghisab
manusia pada hari kiamat. Begitu juga kepercayaan orang-orang Ma-
jusi yang mengatakan bahwa Ahura Mazda adalah Allah. Sama dengan
itu juga orang-orang Nasrani yang mengatakan bahwa Isa bin Maryam
adalah Allah. Juga orang-orang Yahudi yang berkata kepada nabi
Musa bahwa nereka tidak beriman kepada beliau sebelum melihat Al-
lah secara terang-terangan. Mereka juga menyembah anak sapi dan
menjadikannya sebagai tuhan.

3. Dikuasai nafsu
Di antara penyakit yang meninmpa fitrah manusia dan membawa
kepada kemusyrikan ialah selalu mengikuti kehendak hawa nafsu. Hal
ini karena ketika fitrah manusia bersih dan lurus, ia akan menerima se-
gala ajaran Allah denga ridha, dan berusaha dengan sungguh-sungguh

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 225


untuk melaksanakannya sebagai bentuk penghambaan kepada Allah
dan mengharapkan ridha-Nya.
Namun ketika seseorang dapat dikalahkan hawa nafsunya, maka
iapun merasa sempit untuk menerima dan melaksanakan ajaran-aja-
ran Allah dan lebih cenderung untuk mengikuti hawa nafsunya. Mer-
eka cenderung menolak pedoman ajaran-ajaran yang bersumber dari
Allah sekalipun hati kecil mereka mengakuinya bahwa itu adalah be-
nar. Karena kalau mereka mengakui, mereka harus melaksanakan aja-
ran-ajaran Allah itu, sedangkan mereka tidak suka melaksanakannya,
karena hawa nafsu menguasai mereka sehingga mereka merasa berat
melaksanakannya.
Oleh karena itu mereka mengingkari bahwa ajaran Allah itu benar,
dan membuat ajaran atau aturan yang tidak ditentukan Allah, kemudian
mereka mengklaim atau mengaku bahwa ajaran yang mereka buat itu
adalah ajaran yang benar, dan lebih tepat untuk diikuti dari pada aja-
ran atau hukum yang ditetapkan Allah. Dengan demikian mereka jatuh
pada bentuk syirik taat dan mengikuti.
Dalam hal ini Allah berfirman :

‫للا َل‬
َ َّ ‫للا ِإ َّن‬ َ َ ‫فَإِ ْن لَ ْم يَ ْست َِجيبُوا لَكَ فَا ْعلَ ْم أَنَّ َما يَت َّ ِبعُونَ أ َ ْه َوا َء ُه ْم َو َم ْن أ‬
ِ َّ َ‫ض ُّل مِ َّم ِن اتَّبَ َع ه ََواهُ ِبغَي ِْر ُهدًى مِ ن‬
َّ ‫يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم‬
َ‫الظا ِل ِمين‬
Artinya: Maka jika mereka tidak menjawab (tantanganmu), keta-
huilah bahwa sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu
mereka (belaka). Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang
mengikuti hawa nafsunya dengan tidak mendapat petunjuk dari Allah
sedikitpun. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-
orang yang zalim. (QS. Al-Qashash/28 : 50)

4. Sombong dalam beribadah kepada Allah


Sombong juga merupakan penyakit yang dapat menimpa fitrah ma-
nusia sehingga ia menyimpang dari bentuknya yang lurus dan
menjatuhkannya dalam kemusyrikan. Sombong ada beberapa derajat,
dimulai dari menganggap remeh terhadap manusia dan berakhir den-
gan tidak mau beribadah kepada Allah.
Pada umumnya sifat sombong terdapat pada jiwa orang yang ber-
hasil memperoleh kesenangan kehidupan dunia, seperti harta, jabatan,
kekuasaan, ilmu pengetahuan dan semacamnya. Namun sifat som-
bong bisa juga menimpa setiap jiwa yang sakit sekalipun dari kalangan
orang yang paling rendah.

226 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Al-Quran menjelaskan kepada kita bahwa kesombongan dapat
menyebabkan kufur dan syirik, sebagaimana dalam kisah Namrudz :

‫ي الَّذِي يُحْ يِي َويُمِ يتُ قَا َل أَنَا‬ َ ّ‫للاُ ْال ُم ْلكَ إِ ْذ قَا َل إِب َْراهِي ُم َر ِب‬
َّ ُ‫ِيم فِي َر ِبّ ِه أ َ ْن آَت َاه‬َ ‫أَلَ ْم ت ََر إِلَى الَّذِي َحا َّج إِب َْراه‬
َّ ‫ب فَبُ ِهتَ الَّذِي َكف ََر َو‬
ُ‫للا‬ ِ ْ ‫ق فَأ‬
ِ ‫ت بِ َها مِ نَ ْال َم ْغ ِر‬ ِ ‫ش ْم ِس مِ نَ ْال َم ْش ِر‬ َّ ‫للا يَأْتِي بِال‬ ََّ ‫أُحْ يِي َوأُمِ يتُ قَا َل إِب َْراهِي ُم فَإِ َّن‬
َّ ‫َل يَ ْهدِي ْالقَ ْو َم‬
َ‫الظالِمِ ين‬
Artinya: Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat
Ibrahim tentang Tuhannya (Allah) Karena Allah Telah memberikan ke-
pada orang itu pemerintahan (kekuasaan). ketika Ibrahim mengatakan:
“Tuhanku ialah yang menghidupkan dan mematikan,” orang itu berka-
ta: “Saya dapat menghidupkan dan mematikan”. Ibrahim berkata: “Se-
sungguhnya Allah menerbitkan matahari dari timur, Maka terbitkanlah
dia dari barat,” lalu terdiamlah orang kafir itu; dan Allah tidak memberi
petunjuk kepada orang-orang yang zalim. (QS. Al-Baqarah/2 : 258)
Tentang kisah Firaun, Allah berfirman :

)91( ‫) َوأ َ ْه ِديَكَ ِإلَى َر ِبّكَ فَت َْخشَى‬81( ‫) فَقُ ْل ه َْل لَكَ ِإلَى أ َ ْن ت َزَ َّكى‬71( ‫طغَى‬ َ ‫ا ْذهَبْ ِإلَى ف ِْر‬
َ ُ‫ع ْونَ ِإنَّه‬
‫) فَقَا َل أَنَا‬32( ‫) فَ َحش ََر فَنَا َدى‬22( ‫) ث ُ َّم أ َ ْدبَ َر يَ ْسعَى‬12( ‫صى‬ ‫ع‬
َ َ َ َ‫و‬ ‫ب‬ َّ ‫ذ‬ َ
‫ك‬ َ ‫ف‬ )02( ‫ى‬ َ ‫فَأ َ َراهُ ْالَيَةَ ْال ُكب‬
‫ْر‬
‫للاُ نَكَا َل ْالَخِ َر ِة َو ْالُولَى‬َّ ُ ‫ه‬ َ
‫ذ‬ َ
‫خ‬ َ ‫أ‬َ ‫ف‬ )42( ‫َربُّ ُك ُم ْال َ ْعلَى‬

Artinya: “Pergilah kamu kepada Fir’aun, Sesungguhnya dia Telah


melampaui batas, Dan Katakanlah (kepada Fir’aun): “Adakah keingi-
nan bagimu untuk membersihkan diri (dari kesesatan)”. Dan kamu
akan kupimpin ke jalan Tuhanmu agar supaya kamu takut kepa-
da-Nya?” Lalu Musa memperlihatkan kepadanya mukjizat yang besar.
Tetapi Fir´aun mendustakan dan mendurhakai. Kemudian dia berpaling
seraya berusaha menantang (Musa)) Maka dia mengumpulkan (pem-
besar-pembesarnya) lalu berseru memanggil kaumnya. (seraya) ber-
kata:”Akulah Tuhanmu yang paling tinggi”.Maka Allah mengazabnya
dengan azab di akhirat dan azab di dunia. (QS. An-Naziat/79: 17-25)

Al-Quran juga menjelaskan bahwa kesombongan merupakan


fenomena umum :
ِ َّ ‫ُور ِه ْم ِإ َّل ِكب ٌْر َما ُه ْم ِببَا ِلغِي ِه فَا ْست َ ِع ْذ ِب‬
‫الل‬ ِ ‫صد‬ُ ‫ان أَت َا ُه ْم ِإ ْن فِي‬
ٍ ‫ط‬َ ‫س ْل‬ ِ ‫ِإ َّن الَّذِينَ يُ َجا ِدلُونَ فِي آَيَا‬
ِ َّ ‫ت‬
ُ ‫للا ِبغَي ِْر‬
‫ير‬
ُ ‫ص‬ِ َ‫ِإنَّهُ ه َُو السَّمِ ي ُع ْالب‬
Artinya: Sesungguhhnya orang-orang yang memperdebatkan ten-
tang ayat-ayat Allah tanpa alasan yang sampai kepada mereka tidak
ada dalam dada mereka melainkan hanyalah (keinginan akan) kebesa-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 227


ran yang mereka sekali-kali tiada akan mencapainya, Maka mintalah
perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya dia Maha mendengar lagi
Maha Melihat. (QS. Ghafir/40 : 56)

5. Adanya para penguasa yang memperbudak manusia untuk


kepentingan mereka sendiri.
Di antara penyebab syirik yang terpenting dalam sejarah kehidupan
manusia adalah adanya para penguasa diktator atau penguasa yang
berbuat sewenang-wenang (thaghut), yang ingin memperbudak dan
menundukkan manusia untuk kepentingan dan hawa nafsu mereka
sendiri. Dengan demikian mereka menolak untuk berhukum dengan hu-
kum dan aturan Allah. Merekapun membuat hukum dan aturan sendiri
yang tidak disyari’atkan Allah, sehingga mereka menentukan halal dan
haram sesuai dengan keinginan dan kehendak hawa nafsu mereka.
Kemudian hukum dan aturan yang mereka buat itu dipaksakan kepada
manusia karena kekuasaan yang mereka miliki.
Para penguasa tersebut ketika mereka membuat aturan dan hukum
yang dipaksakan untuk dilaksanakan rakyatnya, pada kenyataannya
mereka menjadikan diri mereka sebagai tuhan-tuhan yang disembah
selain Allah; karena hanya Allah lah yang berhak menentukan hukum
dan aturan, di mana hanya Allah lah yang menciptakan dan hanya Dia
yang Maha Mengetahui.
Jadi Allah SWT. dengan penciptaan dan pengendalian-Nya terha-
dap seluruh makhluk, dan dengan ilmu-Nya yang sempurna terhadap
segala sesuatu adalah yang paling berhak mengatakan ini halal dan
itu haram, ini baik dan itu tidak baik, ini boleh dan itu tidak boleh. Jika
ada seseorang yang mengaku bahwa dirinya mempunyai hak untuk
menentukan halal dan haram, boleh dan tidak boleh, maka berarti telah
menjadikan dirinya sebagai sekutu Allah, bahkan telah menjadikan di-
rinya sebagai tuhan selain Allah. Dan orang yang mengikutinya dalam
hal itu berarti ia telah mempersekutukannya dalam beribadah bersama
Allah, atau menyekutukannya selain Allah.
Para penguasa yang disebut al-Qur’an dengan “ al-mala’ “ atau
para para pemuka inilah yang pertama kali mendustakan para rasul
seperti para pembesar dari kaum nabi Hud sebagaimana disebutkan
dalam surat al-A’raf : 65-66 :

َ‫) قَا َل ْال َم َل ُ الَّذِين‬56( َ‫غي ُْرهُ أَفَ َل تَتَّقُون‬ َ َّ ‫عا ٍد أَخَا ُه ْم هُودًا قَا َل يَا قَ ْو ِم ا ْعبُدُوا‬
َ ‫للا َما لَ ُك ْم مِ ْن ِإلَ ٍه‬ َ ‫َو ِإلَى‬
)66( َ‫ظنُّكَ مِ نَ ْالكَا ِذبِين‬ ُ َ‫سفَا َه ٍة َو ِإنَّا لَن‬
َ ‫َكف َُروا مِ ْن قَ ْومِ ِه ِإنَّا لَن ََراكَ فِي‬

228 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Artinya: Dan (Kami telah mengutus) kepada kaum `Aad saudara
mereka, Hud. Ia berkata: “Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali ti-
dak ada Tuhan bagimu selain-Nya. Maka mengapa kamu tidak bertak-
wa kepada-Nya?” Pemuka-pemuka yang kafir dari kaumnya berkata:
“Sesungguhnya kami benar-benar memandang kamu dalam keadaan
kurang akal dan sesungguhnya kami menganggap kamu termasuk
orang-orang yang berdusta”. (QS. Al-Arof/7 : 65-66)

A. Tindakan Rasulluallah Menangkal Syirik


Cara-Cara untuk membentengi diri dari Syirik
1. Mengikhlaskan ibadah hanya untuk Allah azza wa jalla dengan
senantiasa berupaya memurnikan tauhid.
2. Menuntut ilmu syari.
3. Mengenali dampak kesyirikan dan menyadari bahwasanya syirik
itu akan menghantarkan pelakunya kekal di dalam Jahanam dan
menghapuskan amal kebaikan.
4. Menyadari bahwasanya syirik akbar tidak akan diampuni oleh
Allah kecuali bertaubat.
5. Tidak berteman dengan orang-orang yang bodoh yang hanyut
dalam berbagai bentuk kesyirikan.

Maka berhati-hatilah dari syirik dengan seluruh macamnya, dan


ketahuilah bahwasanya syirik itu bisa berbentuk ucapan, perbuatan
dan keyakinan. Terkadang satu kata saja bisa menghancurkan ke-
hidupan dunia dan akhirat seseorang dalam keadaan dia tidak men-
yadarinya. Rasul shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Apakah ka-
lian tahu apa yang difirmankan Rabb kalian?” Mereka (para sahabat)
mengatakan, “Allah dan Rasul-Nya lebih tahu”. Dia bersabda, “Pada
pagi hari ini ada di antara hamba-Ku yang beriman dan ada yang kafir
kepada-Ku. Orang yang berkata, Kami telah mendapatkan anugerah
hujan berkat keutamaan Allah dan rahmat-Nya maka itulah yang beri-
man kepada-Ku dan kafir terhadap bintang. Adapun orang yang berka-
ta, Kami mendapatkan curahan hujan karena rasi bintang ini atau itu,
maka itulah orang yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang.’”
(Muttafaq alaih)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 229


Hal-Hal yang mencegah Pada Perbuatan Syirik. Agar tidak
terjebak pada dosa besar dan kehinaan dihadapan Allah, perbuatan
syirik tentunya harus kita hindari dan jangan sampai terjebak pada
perilaku syirik tersebut. Untuk itu berpegang teguh pada rukun islam
dan rukun iman adalah hal yang mutlak untuk dilakukan. Berikut
adalah hal-hal atau cara yang bisa kita lakukan untuk mencegar dan
mengindari perbuatan syirik.
a) Menghayati Ciptaan Allah
Untuk menghindari perbuatan syirik kita bisa menghayati berbagai
ciptaan Allah yang ada di alam semesta ini mulai dari makro kosmos
hingga mikro kosmos. Bahkan, diri kita sendiri pun bisa menjadi peng-
hayan tersendiri untuk menemukan kemahabesaran Allah, kemaha
Agungan Allah, dan Sifat Allah yang Sangat Maha Kuasa.
b) Menghayati Hukum dan Sunnatullah
Hukum dan Sunnatullah yang Allah ciptakan, sejatinya adalah hu-
kum-hukum keadilan dan keseimbangan agar manusia tidak tersesat
dalam hidupnya. Jika manusia tersesat dan hidupnya tanpa arah, maka
tentu saja manusia akan jatuh pada keterpurukan dan tidak akan ada
kesejahteraan dalam kehidupannya di dunia. Untuk itu, Allah ciptakan
hukum dan aturan agar manusia bisa terbebas dari kesesartan. Jika
manusia benar-benar memilkirkan dan memahami sunnatullah terse-
but, maka tentu saja akan mudah ia tunduk kepada Allah dan tidak
akan lagi menyembah, memohon, atau bahkan bersjud kepada selain
Allah. Karena hanya Allah lah yang mampu membuat hukum, aturan,
dan sunnatulalh yang membuat manusia hidup adil juga seimbang.
c) Mengikuti Segala Perintah Allah
Mengindari dossa syirik tentu saja dengan cara mengikuti segala
perintah Allah. Jika perintah Allah kita laksanakan maka kita akan mu-
dah untuk mendapatkan kenikmatan juga pencerahan diri yang mem-
buat kita semakin menikmat dalam menjalankan perintah Allah.
d) Berdzikir
Bedzikir artinya adallah mengingat Allah. Jika kita selalu ingat Allah
tentunya kita akan memahami bahwa tidak ada Tuhan yang layak dis-
embah dan diduakan, selain dari Allah. Hanya satu Tuhan dan tempat
kita bergantung dalam hidup yaitu Allah yang layak untuk disembah.
“(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram
dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah
hati menjadi tenteram.” (QS Ar Rad : 28)
e) Melaksanakan Shalat
Shalat adalah satu aktivitas untuk menjauhkan dari perbuatan

230 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


keji dan munkar. Selain itu, shalat juga membuat kita senantiasa
menyebut-nyebut nama Allah, mengingat Allah baik Asma Allah,
hukum-hukum dan peringatan dari Allah. Orang yang shalat akan ingat
bahwa Allah lah tempat ia Bergantung bukan pada yang lainnya.
“Bacalah apa yang telah diwahyukan kepadamu, yaitu Al Kitab (Al
Quran) dan dirikanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan- perbuatan) keji dan mungkar. Dan sesungguhnya mengin-
gat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat
yang lain). Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS Al
Ankabut : 45)
f) Menjauhi Ilmu atau Hukum Hitam
Salah satu hal yang bisa mendekatkan kita pada kesyirikan adalah
percaya pada sesuatu yang bertentangan dengan sunnatullah dan ber-
bau supranatural. Misalnya saja mempercayai ramalan bintang, pergi
ke dukun untuk meminta pertolongan, atau cara-cara lain yang bisa
mencelakakan atau membahayakan manusia. Allah telah menetapkan
untuk bisa sukses maka manusia harus berikhtiar dan berdoa. Jika hal
tersebut dilakukan maka manusia akan mendapatkan kesuksesan. Se-
dangkan jika melalui jalan-jalan pintas tersebut tentu akan mudah ter-
kena syirik atau terjebak perbuatan yang bisa menduakan Allah. Untuk
itu kembalilah pada ilmu yang sesuai dengan fungsi agama. Tentunya
pendidikan islam, tujuan pendidikan islam. dan  Pendidikan Anak da-
lam Islam menginginkan umat manusia menjadi umat dan peradaban
yang cerdas jauh dari ilmu klenik atau ghaib yang bisa menyesatkan.
g) Berpikir Rasional
Berpikir rasional artinya kita berpikir secara benar dan tidak asal-as-
alan. Orang yang berpikir dan menggunakan akalnya secara benar
akan memahami bahwa tidak ada lagi Tuhan yang layak untuk disem-
bah dan juga digantungkan tempat memohon pertolongan selain Allah
SWT. Tanpa berpikir yang rasional biasanya manusia akan mudah un-
tuk tergelincir, dan terjebak bisikan syetan atau hawa nafsu.
h) Menyadari Kelemahan Zat atau Makhluk Allah
Untuk menghindari syirik maka kita harus pahami bahwa tidak ada
satupun majkhluk Allah yang sempurna. Untuk itu, tidak ada gunanya
bergantung hidup dan menjadikan makhluk yang diciptakan sebagai
tempat kita hidup dan memohon keselamatan. Hal ini dikarenakan
hakikatnya makhluk Allah juga adalah membutuhkan tempat bergan-
tung untuk hidup di atas kelemahan dirinya.
i) Mengikuti Jalan Hidup Para Rasul
Mengindari syirik bisa juga kita lakukan dengan menjalankan sun-
nah rasul atau mengikuti jalan hidup para rasul. Jalan hidup para rasul

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 231


adalah jalan-jalan yang mengarahkan kepada Allah. Tidak ada satupun
Rasul yang berlaku syirik atau menduakan Allah. Untuk itu, ikutilah apa
yang pernah Rasul-Rasul lakukan agar kita selamat di dunia dan akhi-
rat, terhindari dari kesyirikan.
j) Berbangga Diri Sebagai Seorang Muslim
Kita bisa juga berbaganga diri sebagai seorang muslim. Hal ini
dikarenakan jika kita berbangga maka kita akan merasa cinta dan taat
kepada Allah. Kita akan bahagia dengan sujud dan menyembah Allah,
dengan begitu tidak akan berpaling atau meninggalkan Allah atau
menjadikan Makhluk lain sebagai sesuatu yang menandingi Allah SWT.

RANGKUMAN

Syirik adalah itikad ataupun perbuatan yang menyamakan sesuatu


selain Allah dan disandarkan pada Allah dalam hal rububiyyah dan
uluhiyyah. Umumnya, menyekutukan dalam Uluhiyyah Allah yaitu hal-
hal yang merupakan kekhususan bagi Allah, seperti berdo’a kepada
selain Allah, atau memalingkan suatu bentuk ibadah seperti menyem-
belih (kurban), bernadzar, berdo’a dan sebagainya kepada selainNya.
Secara umum, syirik dimasukkan ke dalam dua kelompok, yaitu Sy-
irik besar dan Syirik kecil. Syirik besar adalah memalingkan sesuatu
bentuk ibadah kepada selain Allah, seperti berdo’a kepada selain Al-
lah atau mendekatkan diri kepadanya dengan penyembelihan kurban
atau nadzar untuk selain Allah, baik untuk kuburan, jin atau syaitan,
atau mengharap sesuatu selain Allah, yang tidak kuasa memberikan
manfaat maupun mudharat. Syirik kecil yang dalam bentuk ucapan dan
perbuatan. Dalam bentuk ucapan misalnya, bersumpah dengan nama
selain Allah.
Faktor terjadinya Syirik, mengagumi dan mengagungkan sesuatu.
Secara fitrah manusia suka mengagumi kepahlawanan, sesuatu yang
agung dan luar biasa. Dari rasa kagum ini muncul keinginan untuk men-
gagungkan. Pada dasarnya mengagumi dan mengagungkan sesuatu
itu bukanlah suatu cacat dan tidak membahayakan keimanan. Bahkan
dalam beberapa hal mengagumi dan mengagungkan atau menghor-
mati itu diperintahkan, seperti mengagumi dan mengagungkan atau
menghormati kedua orang tua, mengagungkan Rasulullah saw. dan
mengagungkan ulama. Namun penyimpangan akan terjadi manakala
mengagungkan itu dilakukan secara berlebih-lebihan yang membawa
kepada kultus, yaitu memberikan sebagian sifat-sifat yang hanya dimi-
liki Allah kepada makhluk.

232 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai


materi di atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok
berikut!

1. Jelaskan konsep syirik dalam Islam?


2. Jelaskan bentuk-bentuk syirik?
3. Mengapa terjadi syirik dalam kehidupan manusia?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1-3) silahkan kaji kembali


konsep, bentuk dan faktor terjadinya syirik

TES FORMATIF 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!


1. Apa arti syirik secara etimologi?
a. Sekutu
b. Sejajar
c. Sepadan
2. Apa arti syirik secara terminology?
a. MenyekutukanAllah SWT dengan yang lain.
b. Membandingan Allah dengan yang lain
c. Menyamakan Manusia dengan Allah
3. Syirik ada dua jenis sebutkan?
a. Syirik uluhiyah dan rububiyah
b. Syirik ibadiyah dan syariah
c. Syirik maaliyah dan rububiyah
4. Syirik ada dua bentuk sebutkan?
a. Syirik besar dan kecil
b. Syirik besar dan sedang
c. Syirik besar dan kecil
5. Jelaskan faktor terjadinya syirik?
a. Mengagumi dan mengagungkan sesuatu
b. Menduakan sesuatu
c. Menyalahkan sesuatu

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 233


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

234 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 2

Syirik Zaman Modern

A. Pengertian Syirik Modern

Syirik sebagaimana yang telah kita ketahui adalah menyamakan se-


lain Allah dengan Allah dalam hal rububiyah atau uluhiyah-Nya. Atau
dengan kata lain syirik adalah menyekutukan Allah. Sedangkan mod-
ern adalah masa dimana kita berada saat ini, dengan berbagai kema-
juan di segala bidang. Perbuatan syirik tidak hanya terjadi di masa lalu,
dimana belum adanya teknologi seperti sekarang ini, namun di zaman
serba canggih seperti sekarang pun masih terjadi perbuatan syirik. Se-
bagaimana yang dijelaskan dalam Al Quran bahwa perbuatan syirik ti-
dak diampuni oleh Allah. Allah swt berfirman:
Artinya: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik,
dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu, bagi sia-
pa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang  besar. (QS. An-Nisaa: 48)
Syirik yang berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu
mempersekutukan Allah secara terang-terangan. Namun syirik yang
berkembang dimasa modern ini  adalah syirik khafi yaitu memperseku-
tukan Allah secara tidak sadar.

B. Bentuk-bentuk Syirik Pada Masa Modern

Ada beberapa bentuk syirik zaman modern adalah:


Menganggap yang menyembuhkan penyakit adalah dokter, tabib
atau obat yang  diminum. Padahal dokter, tabib atau obat hanyalah
washilah/sarana, yang menyembuhkan adalah Allah. Sebagaimana
dalam firman-Nya: “Dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuh-
kanku.” [QS Asy Syuara: 80]
Menganggap tubuh tetap sehat dan bugar karena pola makan yang

235
seimbang atau olah raga yang teratur. Sedangkan hakikatnya yang
memberikan kesehatan adalah Allah
1. Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau ke-
piawaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. Jabatan diper-
oleh karena atas kehendak Allah
2. Panen melimpah, karena keprofesionalannya mengolah tanah
pertanian. Yang menumbuhkan tanaman adalah Allah
3. Anak-anaknya pintar karena gizi yang diberikan memenuhi stan-
dar gizi yang ditentukan. Allah Maha kuasa mencerdaskan ses-
eorang
4. Ia bisa sampai ke tujuannya tepat waktu, karena kepintarannya
menyetir kendaraan. Jika Allah tidak berkehendak maka sepin-
tar apapun kita menyetir, tidak akan sampai ke tujuan
5. Mempertuhankan undang-undang buatan manusia atau syirik
undang-undang. Dengan mengesampingkan undang-undang
Allah

Adapula bentuk lain dari syirik modern juga sebagai berikut:


1. Kesyirikan dalam ramalan horoskop dan Fengshui
2. Ramalan melalui perbintangan. Ramalan model ini digandrun-
gi oleh kaum remaja dan pemuda untuk meramal masa depan
mereka, terutama soal karir dan percintaan. Padahal fenom-
ena ramalan bintang berasal dan tradisi mitologi Yunani yang
menuhankan dewi-dewi mereka yang berwujud bintang-bintang.
Demikian pula ramalan ala fengshui yang mengaitkan kondisi
rumah dengan nasib seseorang di masa mendatang. Sebagai
seorang Muslim, perbuatan seperti ini tidak boleh dilakukan
karena yang mengatur rezeki, nasib, jodoh dan maut adalah Al-
lah SWT.
3. Perbuatan syirik melalui sms
4. Dengan cara mengirim sms: -ketik reg (spasi) jodoh kirim ke….-
Ketik reg (spasi) mama kirim ke….Kemudian akan diberitahu
tentang jodoh atau masa depannya
5. Penayangan film-film horor yang merusak keimanan
6. Fenomena kesyirikan di layar televisi yang menayangkan se-
jumlah acara film horor yang berbau mistis. Berbagai film horor
itu kebanyakan mengisahkan tentang para hantu yang mena-

236 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


kut-nakuti dan meneror manusia, bahkan hantu-hantu itu sampai
ingin membunuh. Ini merupakan pembodohan sekaligus mene-
bar kesesatan  ke tengah-tengah masyarakat. Padahal setiap
orang mati tidak mungkin bangkit kembali, mereka disibukkan
dengan urusan besar mereka di alam kubur.

C. Cra Menanggulangi Syirik di Zaman Modern

Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari sy-


irik,antara lainnya:
1. Dengan Memperdalam keimanan kita kepada Allah dan Rasulnya
serta Ajaran Agama Allah  yaitu Islam. Rasulullah ‫صلى هللا عليه‬
‫وسلم‬ bersabda
ِ ‫للاُ بِ ِه َخي ًْرا يُفَ ِقّ ْههُ فِي ال ِد‬
‫ّين‬ َّ ‫َم ْن ي ُِر ْد‬

“Barangsiapa yang Allah menghendaki padanya kebaikan maka


Allah akan memahamkannya di dalam perkara agama.”[HR Al
Bukhari dan Muslim]
Hadits di atas dengan jelas menunjukkan bahwa kunci untuk
mendapatkan kebaikan agama adalah dengan mempelajari ilmu
agama, dan ilmu yang paling pokok adalah tauhid.
2. Terbiasa dengan kerja keras & Berdoa pada Allah dalam setiap
Pekerjaan yang kita lakukan dan mengharapkan hasil yang terbaik
hanya kepada Allah. Janganlah kita terbuai dengan rayuan untuk
meraih kesuksesan secara instan dengan melakukan cara-cara
yang melanggar syariat. Spt: mempelajari ilmu pesugihan, ilmu
pelet, dsb

3. Meyakini bahwa tidak ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih


besar dibandingkan dengan kekuasaan dan kekuatan Allah. Oleh
karena itu kita dianjurkan agar selalu mengucapkan kalimat:
Laa hawla walaa quwwata illa billah Artinya: tidak ada daya dan
kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah

4. Banyak Mengingat ALLAH SWT. Dengan Banyak Mengingat ALLAH


SWT(Berzikir) Berarti Kita Berusaha Menjauhi Atau Menghindari
Perbuatan Syirik. Berzikir Merupakan Cara Mengagungkan Nama
Allah Swt , Menyucikan Dan MengEsakan Nya. Dengan banyak

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 237


berzikir Dapat Menghilangkan keraguan Akan Ke Esaan Allah Swt.
Bahkan memperkuat keyakinan dan keimanan Serta membuat hati
kita tenang.
Allah Subhanahu wa Taala berfirman,   

ْ ‫للا‬
                                         ‫القُلُوب‬ ِ ِ َّ ‫الَّذِينَ آ َمنُوا َوت َْط َمئ ُِّن قُلُوبُ ُه ْم بِ ِذ ْك ِر‬
َّ ‫للا أَال بِ ِذ ْك ِر‬
‫ت َْط َمئِن‬
Artinya: “Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi ten-
teram dengan berzikir (mengingat) Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah hati menjadi tenteram” (Qs. ar-Radu: 28).
5. Ikhlas dalam Melakukan amal Kebaikan. Segala perbuatan
ibadah yang disertai dengan riya termasuk syirik. Agar terhindar
dari perbuatan ini maka setiap melakukan amal baik hendaklah
dilakukan dengan penuh keikhlasan (Hanya Mengharap keridhoan
Allah Semata). Perbuatan yang dilakukan dengan penuh keikhlasan
pastilah akan mendapat pahala di akhirat. Adapun perbuatan baik
yang dilakukan dengan riya, amal perbuatan tersebut sia-sia
karena tidak bernilah di hadapan Allah Swt.

D. Bahaya Syirik Bagi Kehidupan Manusia

1. Adapun bahaya syirik bagi kehidupan manusia , antara lain:


2. Menghancurkan seluruh amal. Firman Allah Taala (yang terjema-
hannya): “Sesungguhnya jika engkau berbuat syirik, niscaya ha-
puslah amalmu, dan benar-benar engkau termasuk orang yang
rugi“. (QS. Az-Zumar: 65).
3. Jika meninggal dalam keadaan syirik, maka tidak akan diam-
puni oleh Allah Subhanahu wa Taala. Firman Allah Taala: Ses-
ungguhnya, Allah tidak akan mengampuni jika disekutukan, dan
Dia akan mengampuni selain itu (syirik) bagi siapa yang (Dia)
kehendaki. (QS. An-Nisa: 48, ).
4. Pelakunya diharamkan masuk surga. Firman Allah Taala: “Ses-
ungguhnya barang siapa menyekutukan Allah, maka pasti Allah
mengharamkan jannah baginya dan tempatnya adalah neraka,
dan tidak ada bagi orang-orang zhalim itu seorang penolong
pun“. (QS. Al-Maidah: 72).
5. Kekal di dalam neraka. Firman Allah Taala (yang ): Sesungguhn-

238 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


ya orang kafir, yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (akan
masuk) ke neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya. Mereka
itu adalah seburuk-buruk makhluk“. (QS. Al-Bayyinah: 6).
6. Perkara pertama yang diharamkan oleh Allah. Allah Subhanahu
wa Taala berfirman: “Katakanlah: Rabbku hanya mengharamkan
perbuatan yang keji, baik yang nampak ataupun tersembunyi,
dan perbuatan dosa, melanggar hak manusia tanpa alasan yang
benar, (mengharamkan) mempersekutukan Allah dengan ses-
uatu yang Allah tidak menurunkan hujjah untuk itu dan (mengha-
ramkan) mengadaadakan terhadap Allah apa yang tidak kamu
ketahui“. (QS. Al-Araaf: 33).
7. Sulit menerima kebenaran. Firman Allah SWT: “Allah telah men-
gunci hati dan pendengaran mereka, penglihatan mereka telah
tertutup, dan mereka akan mendapat adzab yang berat.” (QS.
Al-Baqarah: Hati orang-orang syirik tertutup untuk menerima
kebenaran yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Menurut
Ibnu Jarir, ketertutupan hati orang syirik itu lantaran dari sifat
kesombongan dan penentangannya terhadap kebenaran yang
disampaikan kepadanya. Orang-orang syirik yang mendustakan
ayat-ayat Allah diberi peringatan atau tidak, sama saja bagi mer-
eka, karena hati mereka buta.
8. Munculnya perasaan bimbang dan ragu. Firman Allah SWT: “Da-
lam hati mereka ada penyakit, lalu Allah menambah penyakitnya
itu, dan mereka mendapat adzab yang pedih, karena mereka
berdusta.” (QS. Al-Baqarah: Menurut pendapat Ibnu Abbas,
penyakit hati orang syirik adalah perasaan bimbang dan ragu
(syak), kegoncangan batin seperti inilah yang menjadikan mer-
eka merasa gelisah. Hatinya tidak pernah tenang, merasa tidak
puas dengan harta, jabatan yang mereka miliki.
9. Hanya akan memperoleh kesenangan sementara. Kesenangan
hidup di dunia yang diperoleh orang-orang musyrik sifatnya se-
mentara, di akhirat kelak akan mendapatkan siksa yang pedih.
Meskipun ketika hidup di dunia mereka dalam keadaan miskin
dan sengsara, lebih-lebih jika mereka kaya, bagi mereka hal itu
tetap merupakan keuntungan dan kesenangan karena mereka
mengikuti hawa nafsunya.
10. Amalan dan harta yang yang dinafkahkan sia-sia.
Harta yang dinafkahkan orang-orang musyrik adalah sia-sia (tidak
diberi pahala oleh Allah), apa yang dimilikinya tidak akan dapat digu-
nakan untuk menebus siksa di akhirat kelak, sebagaimana firman Allah

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 239


SWT:
Artinya: Perumpaan harta yang mereka infakkan di dalam kehidupan
dunia ini, ibarat angin yang mengandung hawa sangat dingin yang
menimpa tanaman (milik) suatu kaum yang menzalimi diri sendiri, lalu
angin itu merusaknya. Allah tidak menzalimi mereka, tetapi mereka
yang menzalimi diri sendiri.” (QS. Ali Imran: 117).

RANGKUMAN

Syirik yang berkembang pada jaman dahulu adalah syirik jali yaitu
mempersekutukan Allah secara terang-terangan. Namun syirik yang
berkembang dimasa modern ini  adalah syirik khafi yaitu memperseku-
tukan Allah secara tidak sadar.
Ada beberapa bentuk syirik zaman modern adalah: Mengang-
gap yang menyembuhkan penyakit adalah dokter, tabib atau obat yang 
diminum. Padahal dokter, tabib atau obat hanyalah washilah/sarana,
yang menyembuhkan adalah Allah. Menganggap tubuh tetap sehat
dan bugar karena pola makan yang seimbang atau olah raga yang
teratur. Sedangkan hakikatnya yang memberikan kesehatan adalah
Allah. Jabatan yang diperoleh karena kepintaran, kedekatan atau kepi-
awaiannya memanfaatkan bantuan orang lain. Jabatan diperoleh kare-
na atas kehendak Allah. Panen melimpah, karena keprofesionalannya
mengolah tanah pertanian. Yang menumbuhkan tanaman adalah Allah.
Anak-anaknya pintar karena gizi yang diberikan memenuhi.
Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari sy-
irik,antara lainnya: Dengan Memperdalam keimanan kita kepada
Allah dan Rasulnya serta Ajaran Agama Allah  yaitu Islam. Terbiasa
dengan kerja keras & Berdoa pada Allah dalam setiap Pekerjaan yang
kita lakukan dan mengharapkan hasil yang terbaik hanya kepada Al-
lah. Janganlah kita terbuai dengan rayuan untuk meraih kesuksesan
secara instan dengan melakukan cara-cara yang melanggar syariat.
Spt: mempelajari ilmu pesugihan, ilmu pelet, dsb. Meyakini bahwa tidak
ada kekuatan dan kekuasaan yang lebih besar dibandingkan dengan
kekuasaan dan kekuatan Allah. Oleh karena itu kita dianjurkan agar
selalu mengucapkan kalimat: Laa hawla walaa quwwata illa billah Art-
inya: tidak ada daya dan kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah.
Banyak Mengingat ALLAH SWT. Dengan banyak berzikir Dapat Meng-
hilangkan keraguan Akan Ke Esaan Allah Swt. Bahkan memperkuat
keyakinan dan keimanan Serta membuat hati kita tenang.
Adapun bahaya syirik bagi kehidupan manusia , antara lain:
Menghancurkan seluruh amal. Jika meninggal dalam keadaan syirik,

240 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


maka tidak akan diampuni oleh Allah Subhanahu wa Taala. Pelakunya
diharamkan masuk surga. Kekal di dalam neraka.
LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!
1. Mengapa manusia modern muda terjebak pada perbuatan syirik
yang tidak disadarinya?
2. Bagaimana cara menanggulangi syirik di zaman modern?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1-2) silahkan kaji kembali


syirik zaman modern

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Apa arti dari Syirik khafi?
a. Mempersekutukan Allah secara tidak sadar
b. Mempersekutukan Allah secara sadar
c. Mempersekutukan Allah secara sengaja
2. Bentuk syirik zaman modern adalah?
a. Menganggap yang menyembuhkan penyakit adalah dokter
b. Bakar kemayan
c. Pergi ke dukun
3. Ada beberapa upaya yang bisa dilakukan untuk menghindari syirik?
a. Memperdalam keimanan kita kepada Allah
b. Sholat yang khusuk
c. Puasa secara rajin
4. Adapun bahaya syirik bagi kehidupan manusia, antara lain:
a. Menghancurkan seluruh amal
b. Memberbayak amal saleh
c. Memberbayak kebaikan
5. Syirik masuk ke dalam katagori dosa?
a. Yang sulit diampuni
b. Yang muda diampuni

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 241


c. Yang kekal
Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

KUNCI JAWABAN

TES FORMATIF 1
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A

TES FORMATIF 2
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A

242 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


DAFTAR PUSTAKA

Yusuf Qardhawi,Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, Terj.


Musyaffa,(Jakarta : Robbani Press, 2005).
Yusuf Qardhawi,Al-Quran BerbicaraTentang Akal danIlmuPengeta-
huan, Terj :Abdul Hayyie Al-Qattani,(Jakarta : GemaInsani Press,2001).
Wahid Abdussalam Baali,Noda-Noda Perusak Aqidah dalamKe-
hidupan Sehari-hari, (Bogor : Pustaka Ibnu Umar, 2009).
Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Syarah Aqidah Ahlus Sunnah walJa-
maah,(Bogor : Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2006)
Muhammad Shalih al-Munajjid,Dosa-dosa yang Diremehkan Manu-
sia,(Solo : Zamzam, 2012)
M. Quraish Shihab, “Membumikan al-Quran”Fungsi dan Peran
Wahyudalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung :Pt.Mizan Pustaka,
2009).M.Yusuf
Abdurrahman,Tamparan-Tamparan Keras Bagi PelakuDosa-Dosa
Besar, (Jogjakarta : Safirah, 2012).
Muhammad Imaduddin Abdulrahim,Kuliah Tauhid,(Jakarta :GemaIn-
sani Press, 2002)
Harifuddin Cawidu,Konsep Kufr dalam al-Quran, Suatu KajianTeolo-
gis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 243


244 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)
MODUL 9
MAKNA DAN MANFAAT MEMPELAJARI ILMU
TAUHID
Asrori, M.Pd.I

Pendahuluan

Modul ini merupakan modul Ke-9 dari 9 modul mata kuliah AIK-1.
Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Sebab
Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan mur-
ni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hid-
up sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa yang
disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Ilmu tauhid memba-
has ajaran dasar dari agama Islam. Betapa pentingnya Tauhid bagi ke-
hidupan manusia, sehingga Tauhid ditempatkan pada bagian pertama
dan utama oleh semua agama, khususnya agama samawi. Oleh kare-
na itu, sangat penting sekali apa sebenarnya tentang sumber, man-
faat, dan tujuan Tauhid, bagi kehidupan manusia, sehingga dijadikan
sebuah tujuan utama dari diutusnya para Nabi dan Rasul.
Sumber utama ilmu Tauhid adalah Al-Quran dan Al-Hadits yang
banyak menjelaskan tentang wujud Tuhan dan sifat-sifatNya dan juga
persoalan ilmu Tauhid lainnya. Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan
keyakinan atau kepercayaan agama dengan jalan akal fikiran disamp-
ing kemantapan hati bagi seseorang yang percaya padaNya dengan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan tersebut dan berusaha
menghilangkan berbagai keraguan yang masih melekat atau sengaja
dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu. Manfaat Tauhid antara
lain ialah : Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari segala per-
budakan dan penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang mencip-
takan dengan bentuk yang sempurna. Tauhid dapat membantu dalam
pembentukan kepribadian yang kokoh, arah hidup menjadi jelas, dan

245
tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya kepada Allah SWT dan se-
bagainya. Masing-masing kajian ini akn dibahas tersendiri secara men-
dalam pada modul ini.
Dalam modul ini kita mengkaji sumber ilmu tauhid, tujuan mempe-
lajari ilmu tauhid dan manfaat mempelajari ilmu tauhid. Setelah men-
guasai modul pertama ini, mahasiswa dapat menjelaskan dan mema-
hami konsep sumber ilmu tauhid, tujuan mempelajari ilmu tauhid dan
manfaat mempelajari ilmu tauhid bagi kehidupan manusia. Secara leb-
ih khusus setelah mempelajari modul ini anda diharapkan dapat men-
jelaskan dan memahami:
• Sumber Ilmu tauhid
• Tujuan mempelajari ilmu tauhid
• Manfaat belajar Ilmu Tauhid
Modul ini dibagi dalam 2 Kegiatan Belajar (KB):
1. Kegiatan belajar 1 : Sumber dan Tujuan Mempelajari Ilmu Tauhid
2. Kegiatan belajar 2 : Manfaat mempelajari ilmu tauhid
Agar dapat berhasil dengan baik dalam mmepelajari modul ini, ikuti-
lah petunjuk belajar sebagai berikut:
• Bacalah dengan cermat bagian pendahuluan modul ini sampai
anda memahami untuk mempelajari modul ini, dan bagaimana
cara mempelajarinya
• Bacalah modul ini secara seksama dan kerjakan semua latihan
yang ada
• Perhatikan contoh-contoh yang diberikan pada setiap kegiatan
belajar
• Mantapkan pemahaman Anda melalui diskusi dengan kelompok
belajar anda.

“Selamat belajar semoga Anda diberi kemudahan pemahaman


Allah SWT dan ilmunya bermanfaat bagi semuanya”

246 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 1

Sumber dan Tujuan Mempelajari Tauhid

A. Sumber Mempelajari Tauhid

Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Sebab
Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan mur-
ni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijaksana.
Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tujuan hid-
up sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, siapa yang
disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Ilmu tauhid memba-
has ajaran dasar dari agama islam. Karena itu, setiap orang muslim
berkeinginan mengenali seluk beluk agamanya secara mendalam
melalui ilmu tersebut.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S Al-Anbiya: 25, yang art-
inya:
“Dan tidaklah kami mengutus seorang Rasul pun sebelum engkau
(Muhammad) melainkan kami wahyukan kepadanya, bahwa tidak ada
Tuhan yang berhak disembah selain Aku, maka sembahlah Aku”.
Betapa pentingnya Tauhid bagi kehidupan manusia, sehingga Tauhid
ditempatkan pada bagian pertama dan utama oleh semua agama, khu-
susnya agama samawi. Oleh karena itu, sangat penting sekali apa se-
benarnya tentang sumber, manfaat, dan tujuan Tauhid, bagi kehidupan
manusia, sehingga dijadikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para
Nabi dan Rasul.
Sumber utama ilmu Tauhid adalah Al-Quran dan Al-Hadits yang
banyak menjelaskan tentang wujud Tuhan dan sifat-sifatNya dan juga
persoalan ilmu Tauhid lainnya. Sumber yang lain tidak kalah pentin-
gnya dalam perkembangan ilmu Tauhid adalah dalil-dalil akan fikiran
yang telah dipersubur dengan filsafat Yunani dan filsafat-filsafat lainn-
ya. Bahasa Arab sebagai alat memahami Al-Quran dan Al-Hadits (yang

247
merupakan sumber ilmu Tauhid), keduanya juga sangat penting. Oleh
karena itu, ilmu Tauhid selalu berdasarkan pada dua hal yakni dalil naq-
li (Al-Quran dan Al-Hadits) dan dalil aqli (fikiran-fikiran murni).
Sumber-sumber tauhid adalah sebagai berikut :

1. Al-Quran
Sebagai sumber tauhid, Al-Quran banyak menyinggung hal-hal yang
bekaitan dengan ketauhidan, antara lain :
“Tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
beribadah kepada-Ku.” (Q.S. Adz-Dzariyat; 56)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah penciptaan jin dan manusia
hanyalah untuk beribadah kepada Allah SWT. Dan yang menciptakan
itulah yang berhak untuk diibadahi, sekaligus membantah orang-orang
yang menyembah kepada berhala-berhala dan semacamnya. Oleh
karena itu mempelajari tauhid merupakan kebutuhan setiap individu.
“Sungguh , Kami telah mengutus kepada setiap umat seorang Rasul
yang mengajak: Sembahlah Allah dan jauhilah Thagut.” (Q.S. An-Nahl:
36)
Ayat diatas menjelaskan bahwa hikmah diutusnya seorang Rasul
yakni untuk mendakwahkan tauhid, serta membawa misi dakwah un-
tuk mengajak bertauhid dan menjauhi sifat syirik, yang disertai dengan
pengingkaran terhadap thagut dan sesembahan selain Allah SWT.
“Rabbmu memerintahkan kepadamu, agar kamu tidak beribadah
kecuali hanya kepada-Nya, dan berbaktilah kepada kedua orang tua.”
(Q.S. Al-Israa: 23)
Ayat diatas menjelaskan bahwa Allah SWT. memerintahkan kepada
umatnya tentang, hak Allah adalah yang paling penting yang harus di-
tunaikan, karena hak-haknya Allah SWT. adalah sebagai sikap tauhid
kita kepada yang Maha Menciptakan, yang dilanjutkan dengan sikap
pengagungan terhadap hak-hak kedua orang tua untuk selalu berbakti
kepadanya.
2. Hadist
Adapun hadits-hadits yang menjadi salah satu sumber tauhid yang
menjelaskan tentang keutamaan tauhid, adalah :
Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka men-
gatakan bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah, tatkala mereka menga-
takannya maka mereka telah menjaga darah mereka dan harta mereka

248 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


dariku, dan hisab mereka tanggung jawab Allah” (HR. Bukhori —mus-
lim).

A. Tujuan Mempelajari Tauhid


Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan keyakinan atau kepercayaan
agama dengan jalan akal fikiran disamping kemantapan hati bagi
seseorang yang percaya padaNya dengan mempertahankan keper-
cayaan-kepercayaan tersebut dan berusaha menghilangkan berbagai
keraguan yang masih melekat atau sengaja dilekatkan oleh lawan-la-
wan kepercayaan itu.
Lebih tegasnya tujuan ilmu Tauhid adalah mengangkat keyakinan
seseorang dari lembah taqlid kepada puncak keyakinan. Di situlah ilmu
tauhid berperan untuk memberi pedoman dan arah, agar manusia se-
lalu tetap sadar akan kewajibannya sebagai makhluk terhadap khali-
kNya. Karena itu, tujuan ilmu tauhid dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Agar kita memperoleh kepuasan batin, keselamatkan dan ke-
bahagian hidup di dunia dan di akhirat, sebagaimana yang dic-
ita-citakan. Kalau hanya mengandalkan kemampuan akal saja,
belum pasti dan tidak akan pernah berhasil mencapai kepuasan
dan kebahagian. Sebagai bukti ialah bahwa kekacauan dunia di-
mana-mana ditimbulkan oleh mereka yang tidak bertauhid. Ban-
yak pemerkosaan, pembunuhan, perampokan, bunuh diri, ma-
buk-mabukan hingga menjadi gila dan sebagainya. Semua itu
adalah akibat karena orang tidak memberkati diri dengan iman
dan tauhid. Manusia yang tidak memperhatikan segi-segi moral
dan spiritual atau akidah dan hanya kehidupan lahir saja adalah
manusia yang dihinggapi sikap batin yang beku (akalnya tidak
berfungsi atau bekerja menurut semestinya). Oleh karena itu,
manusia perlu penghidupan batinnya dengan iman dan tauhid,
agar mau dan mampu mengikuti petunjuk Allah yang tidak mun-
gkin salah, sehingga tujuan mencari kepuasan dan kebahagian
itu benar-benar terjadi. Sebagaimana firman Allah SWT. dalam
Q.S. Al-Baqarah: 189, yakni: “Dan bertakwalah kamu kepada Al-
lah, supaya kamu berbahagia”
2. Agar kita terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang menye-
satkan, yang sebenarnya hanya hasil pikiran atau kebudayaan
semata-mata, atau hasil perubahan yang dilakukan terhadap
seseorang Nabi dan Rasul yang sebenarnya. Sedangkan tu-
juan perubahan itu semata-mata politik, sehingga karenanya di
dunia ini selalu terjadi perebutan pengaruh diantara penganut
agama-agama yang berbeda-beda. Di satu pihak ingin menye-

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 249


barluaskan serta mempertahankan kebenaran dan kejujuran da-
lam beragama, dilain pihak ingin mempertahankan pengaruhnya
dalam masyarakat, Sebagaimana firman Allah SWT. dalam Q.S.
Al-Baqarah: 213, yakni: “Manusia itu adalah umat yang satu
(setelah timbul perselisihan, maka Allah mengutus para Nabi,
sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi ganjaran dan pem-
beri peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka kitab
yang benar, untuk memberi keputusan diantara manusia tentang
perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang
kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mer-
eka kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-ket-
erangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri.”
3. Agar terhindar dari pengaruh faham-faham yang dasarnya ha-
nya teori kebendaan (materi) semata. Seperti kapitalisme, ko-
munisme, sosialisme, materialism, kolonialisme dan sebagainya
yang semuanya itu bertujuan hanya mengumpulkan dan mem-
perebutkan harta. Sehingga dengan berpegang kepada iman
yang benar dan tauhid, terhindarlah dari pengaruh ajaran yang
menyesatkan.

RANGKUMAN

Ilmu Tauhid merupakan ilmu yang sangat vital didalam Islam. Se-
bab Ilmu Tauhid adalah sebagian dari tanda-tanda agama sejati dan
murni yang diturunkan oleh Allah yang Maha Kuasa dan Maha Bijak-
sana. Tanpa mengetahui Ilmu Tauhid, kita tidak akan menemukan tu-
juan hidup sebenarnya, sebab seorang hamba harus tahu benar, sia-
pa yang disembah dan dimana kita berdiam setelah mati. Ilmu tauhid
membahas ajaran dasar dari agama Islam. Betapa pentingnya Tauhid
bagi kehidupan manusia, sehingga Tauhid ditempatkan pada bagian
pertama dan utama oleh semua agama, khususnya agama samawi.
Oleh karena itu, sangat penting sekali apa sebenarnya tentang sumber,
manfaat, dan tujuan Tauhid, bagi kehidupan manusia, sehingga dijad-
ikan sebuah tujuan utama dari diutusnya para Nabi dan Rasul.
Sumber utama ilmu Tauhid adalah Al-Quran dan Al-Hadits yang
banyak menjelaskan tentang wujud Tuhan dan sifat-sifatNya dan juga
persoalan ilmu Tauhid lainnya. Tujuan ilmu Tauhid ialah memantapkan
keyakinan atau kepercayaan agama dengan jalan akal fikiran disamp-
ing kemantapan hati bagi seseorang yang percaya padaNya dengan
mempertahankan kepercayaan-kepercayaan tersebut dan berusaha
menghilangkan berbagai keraguan yang masih melekat atau sengaja

250 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


dilekatkan oleh lawan-lawan kepercayaan itu

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!
1. Jelaskan konsep, sumber ilmu tauhid dan tujuan mempelajari
Ilmu Tauhid?
2. Apa yang terjadi jika manusia tidak memiliki ilmu tauhid dalam
kehidupanya?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1-2) silahkan kaji kembali


konsep, sumber dan tujuan ilmu tauhid.

TES FORMATIF 1
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Sumber ilmu tauhid adalah?
a. Al-Quran-hadis
b. Tajdid-Qiyas
c. IJtihad-al-Quran
2. Ilmu tauhid adalam Islam memiliki posisi yang?
a. Biasa saja
b. Sangat penting
c. Tidak perlu dikaji
3. Tujuan mempelajari Ilmu tauhid adalah?
a. Memantapkan keyakinan
b. Membersihkan hati
c. Memperdalam filsafat
4. Apa yang terjadi jika orang tidak memiliki Ilmu tauhid?
a. Semakin bahagiah
b. Semakin sabar
c. Terombang ambing hidupnya
5. Tujuan dari belajar ilmu tauhid adalah?
a. Agar kita terhindar dari pengaruh akidah-akidah yang
menyesatkan
b. Biar semakin terkenal
c. Biar semakin hebat

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 251


Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1
yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

252 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


KEGIATAN BELAJAR 2

Manfaat Mempelajari Tauhid 

A. Manfaat Mempelajari Tauhid

Manfaat Tauhid antara lain ialah :


1. Tauhid dapat memerdekakan umat manusia dari segala perbu-
dakan dan penghambaan kecuali kepada Allah SWT. Yang men-
ciptakan dengan bentuk yang sempurna.
2. Tauhid dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang
kokoh, arah hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan
kecuali hanya kepada Allah SWT. Kepada-Nya tempat mengh-
adap, baik dalam kesendirian atau di tengah keramaian orang,
dan selalu memohon kepada-Nya dalam keadaan sempit mau-
pun lapang.
3. Tauhid dapat memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya
dengan penuh harap kepada Allah SWT. Dan selalu bertawakal,
ridha atas ketentuan-Nya, dan sabar terhadap musibah.
4. Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan sifat syirik (
menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya terbagi-bagi untuk tu-
han-tuhan dan sesembahan yang banyak, yakni sesaat mengh-
adap dan menyembah yang hidup, dan suatu saat menghadap
dan menyembah kepada yang mati. Dalam firman-Nya Allah
SWT. Menjelaskan : “Hai penghuni penjara, manakah yang leb-
ih baik tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu, ataukah Allah
Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa?”. (Q.S Yusuf: 39).
5. Tauhid sebagai pondasi manusia dalam menjalani perintah dan
menjauhi segala larangan-Nya, sebagai hamba yang mulia un-
tuk membentuk pribadi yang beriman dan bertaqwa.
6. Sebagai sumber dan motivator perbuatan kebajikan dan
keutamaan.

253
7. Membimbing manusia ke jalan yang benar, sekaligus mendorong
mereka untuk mengerjakan ibadah dengan penuh keikhlasan.
8. Mengeluarkan jiwa manusia dari kegelepan, kekacauan, dan
kegoncangan, hidup yang menyesatkan.
9. Mengantarkan umat manusia kepada kesempurnaan lahir dan
batin.
 
Dalam hal yang sama, Dr. Umar bin Suud al-Led dalam bukunya
Tauhid: Urgensi dan Manfaatnya, menyatakan bahwa diantar manfaat
tauhid adalah sebagai berikut:
1. Tauhid merupakan sebab paling utama terhapusnya dosa dan
kesalahan. Seperti hadits Nabi Shallallahu alaihi wassalam, be-
liau bersabda: “siapa yang bersaksi (bersyahadat) bahwa tidak
ada Tuhan yang disembah selain Allah semata, tidak ada seku-
tu bagi-Nya, dan (bersaksi) bahwa Muhammad adalah hamba
dan Rasul-Nya kepada Maryam dan roh dari-Nya, dan (bersak-
si) bahwa surga adalah haq, neraka adalah haq. Maka, Allah
akan masukkan dia ke dalam surga-Nya apapun amal yang ada
padanya.” (HR. Bukhori, no. 3435). Hadits ini menunjukkan bah-
wa Allah mengampuni dosa-dosa seorang hamba dengan sebab
tauhidnya yang murni.
2. Tauhid membebaskan seorang hamba dari perbudakan makhluk
dan ketergantungan, ketakutan, dan kepasrahan terhadap mer-
eka serta beramal untuk mereka.
3. Tauhid merupakan satu-satunya sebab untuk menggapai ridho
Allah Taala, cinta dan pahala-Nya.
4. Tauhid yang telah tertanam mantap dalam hati seseorang ham-
ba akan meringankannya dari segala kesulitan, musibah, kepe-
dihan, dan kesedihannya.

Menurut Syekh Ibrahim ibn Muhammad al-Baijuri dalam Tuhfatul


Murid ala, pengertian ilmu tauhid adalah
‫سب مِ ْن أَدِلَّتِ َها ْاليَ ِق ْينِيَّ ِة‬
َ َ ‫ب ْالعَقَائِ ِد ال ِ ّد ْينِيَّ ِة ُم ْكت‬ َ ‫ه َُو ع ِْل ٌم يقتدر ب ِه‬
ِ ‫ع ْن إِثْبَا‬

Artinya:“Ilmu Tauhid adalah ilmu yang dengannya mampu menetap-


kan aqidah-aqidah keagamaan yang diperoleh dari dalil-dalil meyak-
inkan.”

254 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Ilmu tauhid adalah ilmu yang paling pertama harus dipelajari oleh
seorang Muslim. Ilmu tauhid mengajarkan keesaan kepada Allah SWT.
Ada banyak manfaat yang bisa didapatkan dari mempelajari ilmu tauhid.
Berikut ini adalah beberapa manfaat dari mempelajari ilmu tauhid:
1. Menjalankan tujuan hidup yang sebenarnya
Allah menciptakan manusia tidak lain dan tidak bukan hanyalah un-
tuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman,
ِ ‫س إِ َّل ِليَ ْعبُد‬
‫ُون‬ ِ ْ ‫َو َما َخلَ ْقتُ ْال ِج َّن َو‬
َ ‫ال ْن‬

Artinya: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan


supaya mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat: 56).
2. Mendapat surga
Dari Ubadah bin Ash-Shamit radhiyallahu anhu, ia berkata bahwa
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫سولُه‬ ِ َّ ‫ع ْب ُد‬
ُ ‫للا َو َر‬ َ ‫سى‬َ ‫ َوأ َ َّن عِي‬، ُ‫سولُه‬ َ ‫ َوأ َ َّن ُم َح َّمدًا‬، ُ‫للاُ َوحْ َدهُ الَ ش َِريكَ لَه‬
ُ ‫ع ْب ُدهُ َو َر‬ َّ َّ‫ش ِه َد أ َ ْن الَ ِإلَهَ ِإال‬
َ ‫َم ْن‬
َ‫علَى َما َكانَ مِ ن‬ َ َ‫للاُ ْال َجنَّة‬
َّ ُ‫ أ َ ْد َخلَه‬، ‫ار َح ٌّق‬ ُ َّ‫ َو ْال َجنَّةُ َح ٌّق َوالن‬، ُ‫ َو ُرو ٌح مِ ْنه‬، ‫ أ َ ْلقَاهَا ِإلَى َم ْريَ َم‬، ُ‫َو َك ِل َمتُه‬
:‫ْالعَ َملِقفهىغش‬

“Barangsiapa bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang berhak


disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, juga bersak-
si bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya; begitu juga ber-
saksi bahwa Isa adalah hamba Allah dan Rasul-Nya, serta kalimat-Nya
(yaitu Allah menciptakan Isa dengan kalimat kun, -pen) yang disam-
paikan pada Maryam dan ruh dari-Nya; juga bersaksi bahwa surga dan
neraka benar adanya; maka Allah akan memasukkan-Nya dalam surga
apa pun amalnya.” (HR. Bukhari, no. 3435 dan Muslim, no. 28)
Dalam sebuah riwayat Al Hasan pernah berkata kepada Al
Farazdaq, ketika ia sedang menguburkan istrinya:

ِ‫ “نعم العدة لكن لـ‬: ‫ فقال الحسن‬،‫ شهادة أن ال إله إال هللا منذ سبعين سنة‬: ‫ما أعددتَ لهذا اليوم ؟ قال‬
‫« ال إله إال هللا » شروطا ً ؛ فإياك وقذف المحصنات‬

Artinya: “apa yang engkau persiapkan untuk hari ini (hari kematian-
mu kelak)? Al Farazdaq berkata: syahadat Laa ilaaha illallah sejak 70
tahun yang lalu. Lalu Al Hasan berkata: iya benar, itulah bekal. Na-
mun Laa ilaaha illallah memiliki syarat-syarat. Maka hendaknya engkau
jauhi perbuatan menuduh zina wanita yang baik-baik“ (Majmu Rasail
Ibnu Rajab, 3/47).

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 255


3. Diberikan kecukupan dunia dan akhirat
Allah Taala berfirman,
ِ َّ ‫علَى‬
ُ‫للا فَ ُه َو َح ْسبُه‬ َ ‫َو َم ْن يَت ََو َّك ْل‬
Artinya: “Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya
Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS. Ath-Thalaq: 3)
Rasul bersabda,
َّ ُ‫للا َو َكلَه‬
ُ‫للا‬ ِ َّ ِ‫س َخط‬ ِ َّ‫ضا َء الن‬
َ ‫اس ِب‬ َ ‫اس َو َم ِن ْالت َ َم‬
َ ‫س ِر‬ ِ َّ‫للاُ ُمؤْ نَةَ الن‬ ِ َّ‫س َخطِ الن‬
َّ ُ‫اس َكفَاه‬ ِ َّ ‫ضا َء‬
َ ‫للا ِب‬ َ ‫َم ِن ْالت َ َم‬
َ ‫س ِر‬
ِ َّ‫ِإلَى الن‬
‫اس‬
Artinya: “Barangsiapa yang mencari ridha Allah saat manusia tidak
suka, maka Allah akan cukupkan dia dari beban manusia. Barangsiapa
yang mencari ridha manusia namun Allah itu murka, maka Allah akan
biarkan dia bergantung kepada manusia.” (HR. Tirmidzi, no. 2414)

4. Syarat diterimanya amalan


Allah Taala berfirman,

‫صا ِل ًحا َو َل يُ ْش ِر ْك بِ ِعبَا َدةِ َربِّ ِه أ َ َحدًا‬ َ ‫فَ َم ْن َكانَ يَ ْر ُجو ِلقَا َء َربِّ ِه فَ ْليَ ْع َم ْل‬
َ ‫ع َم ًل‬

Artinya: “Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan


Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih
dan janganlah ia mempersekutukan seorang pun dalam
beribadah kepada Rabbnya.” (QS. Al-Kahfi: 110)
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan,
“Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih”, maksudnya
adalah mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu
alaihi wa sallam, pen.). Dan “janganlah ia mempersekutukan seorang
pun dalam beribadah kepada Rabbnya”, maksudnya selalu mengharap
wajah Allah semata dan tidak berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun
diterimanya ibadah, yaitu harus ikhlas karena Allah dan mengikuti
petunjuk Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam.” (Tafsir Al-Quran Al-
Azhim, 5:201-202)

5. Jauh dari dosa besar


Salah satu dosa besar dan tidak terampuni dalam Islam adalah dosa
syirik. Dengan mempelajari ilmu tauhid, maka kita akan terhindar dari
dosa besar tersebut.
Allah Taala berfirman,

َ‫ظ ْل ٍم أُولَئِكَ لَ ُه ُم ْال َ ْمنُ َو ُه ْم ُم ْهتَدُون‬ ُ ‫الَّذِينَ آ َ َمنُوا َولَ ْم يَ ْل ِب‬


ُ ‫سوا ِإي َمانَ ُه ْم ِب‬

256 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


Artinya: “Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan
iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah yang mendapat
keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petun-
juk.” (QS. Al-Anam: 82).
Ketika turun ayat tersebut, para sahabat pun menanyakan pada
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Mereka berkata,

ْ َ‫أَيُّنَا الَ ي‬
َ ‫ظ ِل ُم نَ ْف‬
ُ‫سه‬

Artinya: “Siapa yang tidak menzalimi dirinya sendiri?”


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam lantas berkata,

َ ‫ظ ْل ٌم‬
‫عظِ ي ٌم‬ ُ َ‫ش ْركَ ل‬ ِ َّ ‫ى الَ ت ُ ْش ِر ْك ِب‬
ّ ِ ‫الل ِإ َّن ال‬ ُ َ ‫ْس ه َُو َك َما ت‬
َّ َ‫ظنُّونَ ِإنَّ َما ه َُو َك َما قَا َل لُ ْق َمانُ الِ ْب ِن ِهيَا بُن‬ َ ‫لَي‬

Artinya: “Itu bukan seperti yang kalian sangkakan. Yang


dimaksud dengan zalim di situ adalah seperti perkataan
Lukman pada anaknya, “Wahai anakku, janganlah engkau
berbuat syirik pada Allah karena syirik adalah kezaliman yang
amat besar.“ (HR. Bukhari, no. 4776 dan Muslim, no. 124).
6. Mendapat syafaat Rasulullah saw
Abu Hurairah radhiyallahu anhuberkata, ada yang bertanya
kepada Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam,

‫ لقد‬: ‫هللا صلَّى هللاُ عليه وسلَّم‬


ِ ‫يوم القيام ِة ؟ قال رسو ُل‬ َ ‫الناس بشَفاعتِك‬ ِ ‫ َمن أسعَ ُد‬، ‫هللا‬ ِ ‫يا رسو َل‬
‫رصك على‬ِ ِ‫ح‬ ‫من‬ ُ‫رأيت‬ ‫ا‬ ِ‫لم‬ ، ‫منك‬ ‫ل‬ َ ‫أو‬ ٌ
‫د‬ ‫أح‬ ‫ث‬ِ ‫الحدي‬ ‫هذا‬ ‫عن‬ ‫ني‬ َ ‫ل‬َ ‫سأ‬ َ ‫ي‬ ‫ال‬ ‫أن‬ — َ ‫ة‬ ‫ير‬
َ َ‫ُر‬
‫ه‬ ‫أبا‬ ‫يا‬ — ُ‫ظنَنت‬
‫ أو نفسِه‬، ‫صا من قل ِبه‬ ً ‫خال‬ ، ُ ‫هللا‬ ‫إال‬ َ ‫ه‬ ‫إل‬ ‫ال‬ ‫قال‬ ‫ن‬ ‫م‬ ،
َ ِ ‫ة‬ ‫القيام‬ ‫يوم‬
َ ‫تي‬ ‫ع‬ َ ‫َفا‬
‫ش‬ ‫ب‬ ‫الناس‬
ِ ُ
‫د‬ َ ‫ع‬ ‫أس‬ ، ‫ث‬
ِ ‫الحدي‬.

Artinya: “Katakanlah wahai Rasulullah, siapa yang berbahagia kare-


na mendapat syafaatmu pada hari kiamat kelak?” Nabi shallallahu alai-
hi wa sallammenjawab, “Wahai Abu Hurairah, aku merasa tidak ada
yang bertanya kepadaku tentang hal ini selain engkau. Yang aku lihat,
ini karena semangatmu mempelajari hadits. Yang berbahagia dengan
syafaatku pada hari kiamat nanti adalah yang mengucapkan laa ilaha
illallah dengan ikhlas dalam hatinya.” (HR. Bukhari, no. 99)
Itulah 6 manfaat mempelajari ilmu tauhid dalam Islam. Bukan hanya
sekedar ilmu agama saja, namun tauhid adalah esensi dari Islam dan
tujuan hidup bagi seluruh manusia di dunia.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 257


RANGKUMAN

Manfaat Tauhid antara lain ialah : Tauhid dapat memerdekakan umat


manusia dari segala perbudakan dan penghambaan kecuali kepada
Allah SWT. Yang menciptakan dengan bentuk yang sempurna. Tauhid
dapat membantu dalam pembentukan kepribadian yang kokoh, arah
hidup menjadi jelas, dan tidak mempercayai Tuhan kecuali hanya ke-
pada Allah SWT. Kepada-Nya tempat menghadap, baik dalam kesendi-
rian atau di tengah keramaian orang, dan selalu memohon kepada-Nya
dalam keadaan sempit maupun lapang. Tauhid dapat memberikan
kekuatan jiwa kepada pemiliknya dengan penuh harap kepada Allah
SWT. Dan selalu bertawakal, ridha atas ketentuan-Nya, dan sabar ter-
hadap musibah. Tauhid yang baik dan benar dapat menghilangkan sifat
syirik ( menyekutukan Allah SWT ) yang hatinya terbagi-bagi untuk tu-
han-tuhan dan sesembahan yang banyak dan sebagainya.

LATIHAN

Untuk memperdalam pemahamana Mahasiswa mengenai materi di


atas, kerjakanlah latihan dan diskusikan bersama kelompok berikut!
1. Apa manfaat dari belajar ilmu tauhid?
2. Mnegapa ilmu tauhid sangat penting dalam menjalani ke-
hidupan?

PETUNJUK JAWABAN LATIHAN

• Untuk menjawab pertanyaan nomor (1) silahkan kaji kembali


manfaat ilmu tahudi

TES FORMATIF 2
Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!
1. Apa yang dimaksud dengan Ilmu Tauhid?
a. ilmu yang dengannya mampu menetapkan aqidah-aqidah
keagamaan yang diperoleh dari dalil-dalil meyakinkan
b. ilmu yang dengannya mampu menetapkan aqidah-aqidah
keagamaan
c. ilmu yang dengannya mampu menetapkan ajaran keagamaan

258 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


2. Apa manfaat dari memiliki ilmu tauhid?
a. Memerdekakan umat manusia dari segala perbudakan
b. Memperbudak manusia
c. Menyengsarakan manusia
3. Apa manfaat dari memiliki ilmu tauhid?
a. Memberikan kekuatan jiwa kepada pemiliknya
b. Memperlemah jiwa manusia
c. Mengombang-ambingkan jiwa manusia
4. Apa manfaat dari ilmu tauhid menurut Syekh Ibrahim ibn Muhammad
al-Baijuri?
a. Diberikan kecukupan dunia dan akhirat
b. Diberikan kesesangraan dunia akhirat
c. Diberikan kebahagiahan dunia
5. Ilmu tauhid tauhid mengajarkan tentang?
a. KeEsaan Allah
b. Kenabian Muhammad
c. Studi al-Quran

Cocokkanlah jawaban anda dengan kunci jawaban Tes Formatif 1


yang terdapat dibagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar,
kemudian gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat pengua-
saan Mahasiswa terhadap materi kegiatan belajar 1.

Tingkat penguasaan = Jumlah jawaban yang benar x 100%


Jumlah soal

Arti tingkat penguasaan;


• 90-100 = baik sekali
• 80-89 = baik
• 70-79 = cukup
• < 70 % = kurang
Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, mahasiswa
dapat meneruskan dengan kegiatan belajar 2. Bagus. Jika masih
dibawah 80% mahasiswa harus mengulangi materi kegiatan belajar 1,
terutama bagian yang belum dikuasai.

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 259


KUNCI JAWABAN TES FORMATIF

TES FORMATIF 1
1. A
2. B
3. A
4. A
5. A

TES FORMATIF 2
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A

260 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


DAFTAR PUSTAKA

Romas, A. Ghofir. 1997. Ilmu Tauhid. Semarang: Fakultas Dakwah.


Zainuddin. 1992. IlmuTauhid Lengkap. Jakarta: Rineka Cipta.
Ilyas, Yunahar (1993), Kuliah Aqidah Islam, Yogyakarta: Lembaga
Pengkajian dan Pengamalan Islam (LPPI) Universitas Muhammadiyah
Yogyakarta.
Munawir, Ahmad Warson (1997), Kamus al-Munawir, Surabaya:
Pustaka Progressif
Mudzakir, Abdul Mujib dan Yusuf (2006), Ilmu Pendidikan Islam, Ja-
karta: Kencana Prenada Media.
Shihab, M. Quraish (2004), Wawasan al-Quran, Bandung: PT: Mizan
Pustaka.
Thohawi (al), Abu Jakfar (2010), Aqidah Thahawiyah, Beirut: al-Ri-
salah.
Utsaimin, Muhammad bin Shalih (2000), Ulasan Tuntas Tentang
Tiga Prinsip Pokok, Jakarta: Yayasan al-Shofwa.
Zuhdi, Masjfuk (2008), Studi Islam: Aqidah, Jakarta: CV. Rajawali.
Yusuf Qardhawi,Hakikat Tauhid dan Fenomena Kemusyrikan, Terj.
Musyaffa,(Jakarta : Robbani Press, 2005).
Yusuf Qardhawi,Al-Quran BerbicaraTentang Akal danIlmuPengeta-
huan, Terj :Abdul Hayyie Al-Qattani,(Jakarta : GemaInsani Press,2001).
Wahid Abdussalam Baali,Noda-Noda Perusak Aqidah dalamKe-
hidupan Sehari-hari, (Bogor : Pustaka Ibnu Umar, 2009).
Yazid bin Abdul Qadir Jawas,Syarah Aqidah Ahlus Sunnah walJa-
maah,(Bogor : Pustaka Imam Asy-SyafiI, 2006)
Muhammad Shalih al-Munajjid,Dosa-dosa yang Diremehkan Manu-
sia,(Solo : Zamzam, 2012)
M. Quraish Shihab, “Membumikan al-Quran”Fungsi dan Peran
Wahyudalam Kehidupan Masyarakat, (Bandung :Pt.Mizan Pustaka,
2009).M.Yusuf
Abdurrahman,Tamparan-Tamparan Keras Bagi PelakuDosa-Dosa
Besar, (Jogjakarta : Safirah, 2012).
Muhammad Imaduddin Abdulrahim,Kuliah Tauhid,(Jakarta :GemaIn-
sani Press, 2002)
Harifuddin Cawidu,Konsep Kufr dalam al-Quran, Suatu KajianTeolo-
gis dengan Pendekatan Tafsir Tematik, (Jakarta : Bulan Bintang, 1991)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 261


PROFIL PENULIS AIK 1

1. Nama: Mahmud Muhsinin

Tempat/Tgl Lahir: Malang 19 Februari 1978


Alamat Rumah : Jl Raya Sawunggaling 212 Sidoarjo
Pekerjaan: Dosen
Jabatan Di Kampus: Sekprodi Studi Agama-agama
Pengampu Mata Kuliah:
1. Aik 1
2. Agama dan Hermeneutika
Terima Kasih.

2. Nama : Dr Din Muhammad ZAKARIYA M.Pd.I

Tempat/tgl lahir: Surabaya 25 desember 1970


Alamat: Sidomulyo 4B/15 .rt/rw 006/005
Kel/Desa : Sidotopo wetan
Kecamatan: kenjeran
Pekerjaan : Dosen pasca
Jabatan : kosong
Pengampu materi :
1. Studi al qur an
2. Tafsir tarbawi
3. Sejarah pendidikan islam
4. Sejarah peradaban islam
5. Bahasa arab 2.
Kariya tulis :
1. Mendidik karakter robbani di pesantren.
2. Pendidikan tauhid unsur utama character building.
3. Sejarah peradaban islam.

262 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)


3. Nama: MUHAMMAD HAMBAL

Tempat/Tgl Lahir: Lamongan, 26 mei 1978


Alamat Rumah : Bengkel yamaha KLJ sedayulawas
brondong lamongan
Pekerjaan: Dosen
Jabatan Di Kampus: Dosen
Pengampu Mata Kuliah:
1. Studi Hadits
2. Tafsir Tarbawi
Karya tulis:
Shohih-dhoif nailil author, shohih-dhoif bulughul maram, riyadhus
sholihin untuk hafalan, umdatul ahkam untuk hafalan, arbain untuk ha-
falan, sejarah pendidikan islam, ensiklopedi khatib, studi ilmu hadits

4. Nama: Dr. Sholihul Huda, M.Fil.I


Alamat : Grand Masangan Blok C2 No. 3
Pekerjaan: Dosen SAA FAI UMSurabaya
Jabatan Di Kampus: Kepala PPAIK UMSurabaya
Pengampu Mata Kuliah:
1. Filsafat Islam
2. Fenomenologi
3. Politik Islam
4. Hubungan Antar Agama
5. AIK
Karya tulis:
1. The Clash of Ideologi Muhammadiyah (Buku, 2017)
2. Manifesto Politik Kaum Muda Indonesia Anti Kekerasan
Agama ( Buku, 2018)
3. The Inclusive Village In Indonesia ( Buku, 2019)

Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan) 263


264 Aik 1(Kemanusiaan Dan Keimanan)

Anda mungkin juga menyukai