AGAMA ISLAM
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak , khususnya anggota kelompok
iini yang telah bersedia meluangkan waktu, membantu dengan kegigihan dan kesung-
guhannya dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bp.Muhammad Irfan, M.Ag.. selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Manajemen
Pendidikan Agama Islam ( MPAI ) , yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama perkuliahan online ini, sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya.
Dalam penyusunan makalah ini kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi dari media online maupun offline yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah MPAI ini, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.
1
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
Subhanahu Wa Ta'ala, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
Makalah evaluasi pendidikan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.Aamin.
Tim Penyusun
2
DAFTAR ISI
Bab I : Pendahuluan
Bab II : Pembahasan
Kesimpulan ..................................................................................................................... 16
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Aktivitas pendidikan islam ada sejak adanya manusian itu sendiri, bahkan ayat Al-
Quar’an yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad adalah bukan perintah
tentang shalat, puasa dan lainya, justru perintah Iqra’ yang artinya bacalah (membaca).
Dari zaman rosulullah, rosulullah senantiasa menanamkan kesadaran para sahabat dan
pengikutnya akan urgensi ilmu dan mendorong umat islam untuk menuntut ilmu,
sampai setelah beliau wafat misi tersebut masih di tanamkan kepada generasi
sesudahnya hingga mendarah daging di kalangan umat islam. Kesadaran urgensi umat
islam tidak lepas dari paradigma pada waktu itu. Kemudian pada masa Umar bin
Khattab mulai adanya majelis khusus untuk mempelajari agama dan mengkaji disiplin
persoalan lain sesuai dengan apa yang di perlukan di masyarakat. Dari sinilah awal mula
diketahui manajemen pendidikan Islam dengan paradigma yang di tanamkan oleh
rosulullah.
4
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang pengetahuan dasar evaluasi pendidikan ini adalah sebagai
berikut:
C. Tujuan Penulisan
5
BAB II
PEMBAHASAN
Dari segi etimologi dalam kamus bahasa inggris paradigm yang berarti type of
something, model, pettern (bentuk sesuatu, model, pola). Secara terminologi berarti a
total view of problem: a total outlook, not just problem in isolation dan secara sederhana
di artikan sebagai cara pandang dan cara berfikir. Paradigma merupakan fundamental
dari sebuah teori.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma adalah model dalam
teori ilmu pengetahuan. Tak hanya itu saja, dalam percakapan sehari-hari, istilah
paradigma adalah berpikir. Sebab, paradigma merupakan model utama, pola, ataupun
metode untuk meraih beberapa jenis tujuan.2
Paradigma adalah kerangka pikir yang membentuk pola perilaku manajemen.
Dalam sebuah penelitian seringkali harus didahului oleh paradigma, paradigma
merupakan sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan, berbeda dengan hipotesa
yang harus dibuktikan. Contoh, "Saya akan sampai ke Jakarta naik mobil selama 6 jam
perjalanan". Apa paradigma yang harus dipakai, yaitu: 1. Mobilnya tidak mogok, 2.
Jalannya baik dan tidak macet.3
Manajemen pendidikan islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan
lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan
menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.
Dengan demikian , paradigma manajemen pendidikan islam adalah pendekatan atau
kerangka konseptual yang digunakan dalam merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan, dan mengawasi pendidikan islam dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas, efisiensi, dan efektifitas proses pendidikan agama islam.4
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada
seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk
1
Khurotin Anggraeni, Makalah : Pengembangan Paradigma Manajemen Pendidikan Agama Islam,
Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018, hlm.3.
2
Tere, Paradigma Adalah Cara Pandang Seseorang, www.gramedia.com, diakses pada 09 Oktober
2023.
3
Kamrani Buseri, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan Islam Paradigma, Teori Dan
Aplikasinya, Yogyakarta : Aswaja Pressindo,hlm.117
4
Endang Listiowaty, Konsep Manajemen Pendidikan Berbasis Islam Dalam Upaya Pencapaian
Tujuan Pendidikan, Tahdzibi, Vol.5 No.2, November 2020, hlm.107.
6
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan
menengah ada yang berbentuk Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi
Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi,
Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti
Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan
Madrasah Diniyah. Jalur pendidikan informal seperti pendidikan yang diselenggarakan
didalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya
itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, dengan penerapan
paradigma-paradigma islam. Sebab jika tidak, bukan hanya tidak berkembang,
gambaran negatif tentang pendidikan islam yang ada pada masyarakat akan tetap
melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin pendidikan islam yang hak itu akan
hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya. 5
Berkaitan paradigma, harus dipahami bahwa dalam pengembangan manajemen
pendidikan agama islam itu terkait dengan unsur-unsur manajemen yakni terkait dengan
manusia, terkait dengan materi/benda termasuk alat (konvensional atau modern) dan
terkait dengan dana dan waktu. Apa yang bisa dijadikan paradigma dari tinjauan unsur
tersebut sehingga bila paradigma itu dipegang akan melahirkan manajemen pendidikan
yang islami. Bila tidak maka akan menjadi manajemen pendidikan yang tidak islami. 6
5
Rahma.L, Makalah : Paradigma Pengembangan Manajemen Pendidikan Islam, Maros : STAI
Darud Dakwah Wal Irsyad, 2015, hlm.1.
6
Kamrani Buseri, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan Islam Paradigma, Teori Dan
Aplikasinya, Yogyakarta : Aswaja Pressindo,hlm.117
7
Ibid.
7
langsung kepada Allah, atau juga tidak memberikan waktu istirahat yang memadai.
Islam sangat mengharigai prestasi ummatnya, oleh karena itu, dalam hal
pengembangan manajemen pendidikan agama Islam, juga harus menghargai manusia
atas dasar prestasinya menjalankan perintah pimpinan yang tentu saja suatu perintah
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, juga melaksanakan berbagai aktivitas di
bidangnya yang tidak bertentangan dengan norma, nilai dan ajaran Islam.8
Manajemen pendidikan Islam meletakkan penghargaan terhadap seseorang atas
dasar prestasinya bukan atas dasar kekeluargaan, atau kaitan emosional lainnya, seperti
kecantikan dsb. Jadi bilamana ada usaha merendahkan martabat anak didik seperti
mendongkrak nilai, membantu manjawabkan soal, ini bertentangan dengan paradigma
manusia sebagai makhluk mulia , tetapi justru paradigma menghinakan manusia yang
akan menjadi kenyataan kedepannya.9
Manusia diciptakan beragam dan unik, antara seorang dengan lainnya tidaklah
sama walaupun lahir dari rahim ibu yang sama. Keragaman tersebut akan bertambah
lagi dengan perbedaan lingkungan, budaya dan sejarah kehidupan manusia. Oleh karena
itu manusia tidak bisa dipandang seperti layaknya memandang binatang dan tumbuhan
yang sangat homogin. Manusia memiliki potensi yang sama sekaligus juga berbeda. IQ
manusia yang satu berbeda dengan lainnya, begitu pula tingkat kedalaman emosi,
afeksi, kemauan, motivasi, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya berbeda-beda.10
Selain keragaman, di sisi lain juga manusia memiliki keunikan misalnya ada
seseorang yang tampak bahagia dengan kesusahannya, tetapi ada yang tampak tidak
bahagia walaupun memiliki kekayaan yang banyak. Begitupula ada orang yang
tampilannya sangat sederhana dan bersahaja meskipun kaya, yang lain berpenampilan
perlente meskipun miskin, sehingga seakan-akan dia paksakan untuk memenuhinya.
Itulah gambaran keragaman dan keunikan manusia.11
Dari penjelasan diatas , jelas bahwa dalam menempatkan seseorang disuatu bidang
pekerjaan , harus diketahui potensi diri dan karakter yang dimiliki . Tidak bisa hanya
dengan melihat kesamaan suku atau ras semata. Terlebih lagi dalam pengelolaan suatu
lembaga pendidikan islam yang selalu berhubungan dengan moral pendidik & peserta
didik.
8
Ibid., hlm.118
9
Ibid., hlm.118
10
Ibid., hlm.119
11
Ibid., hlm.119
8
D. Paradigma Akhlak dan Moral Sebagai Dasar
Kesuksesan seorang manajer atau seorang leader banyak terkait dengan tiga hal
yakni:
Manusia itu individu yang cenderung bersosial. Manusia tidak bisa hidup sendirian
untuk mengatasi semua problematikanya. Oleh sebab itu kesadaran hidup bersama harus
selalu hidup dalam dirinya. Kebersamaan dalam menetapkan visi dan misi,
perencanaan, dan lainnya. Musyawarah menjadi bagian dari implementasi paradigma
ini. Sebuah visi dan misi yang mulanya barangkali sebagai visi dan misi pribadi
hendaknya harus lenyap menjadi visi dan misi bersama. Hal itu harus melalui
12
Ibid., hlm.120
13
Ibid., hlm.120
9
musyawarah agar visi misi yang dimaksud bisa diterima dan dirasakan sebagai milik
mereka. Dalam konteks ini maka rasa kebersamaan harus terus tumbuh dalam semua
lapisan organisasi. Rasa kebersamaan itu harus pula didukung oleh rasa kesamaan,
senasib dan sepenanggungan, jangan mau menang sendiri. Manajemen pendidikan islam
adalah manajemen yang sangat memperhatikan karyawannya, karena tanpa dukungan
karyawan, inovasi, disipilin, kerja keras mereka, maka manajemen mustahil bisa
berjalan lancar. Disini komunikasi dan klarifikasi sangat penting terus menerus
dijalankan oleh semua anggota dalam suatu lembaga, salah satunya lembaga pendidikan
islam. Sebab bilamana ada intrik yang bersifat memojokkan akan merugikan
manajemen, oleh sebab itu jauhilah kemungkinan munculnya intrik dan fitnah.14
Dalam manajemen umum sering deketengahkan istilah efektif dan efisien. Efektif
lebih berorientasi kepada tujuan, dan bahkan seringkali tidak diperhitungkan berapa
jumlah tenaga, waktu dan dana asalkan tujuan tercapai. Adapun efisien yaitu sedikit
tenaga, waktu, dan dana tetapi tercapai tujuan. Atau dengan tenaga, waktu dan dana
yang standar tetapi mampu mencapai tujuan yang optimal. Artinya penggunaan tenaga,
14
Ibid., hlm.121
15
Ibid., hlm.121-122
10
waktu dan dana tidak boleh terpakai secara sia-sia yakni harus tepat guna. Oleh sebab
itu selalu saja disatukan antara efektif dan efisien.16
Allah menegaskan bahwa orang yang berbuat mubazir itu adalah saudara setan.
Adapun perilaku setan selalu saja bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Allah
kepada manusia. Ketepatan menghitung tenaga, waktu dan dana merupakan kewajiban
bagi manager. Ada beberapa kasus mubazir yang dilakukan oleh masyarakat
pendidikan, tetapi setelah dilakukan perbaikan manajemen semua itupun lambat laun
hilang. Artinya paradigma ini ternyata bisa diterapkan asal ada kemauan dan sistem
yang jelas dan dengan tegas diterapkan. Terkait dengan mubazir ini, Allah tegaskan
dalam surah Al-Israa (17): 26-27 yang artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan hak- nya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya". 17
16
Ibid., hlm.122
17
Ibid., hlm.123
18
Ibid., hlm.123
11
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.19
G. Paradigma Tauhid
H. Paradigma intergralistik
19
Ibid., hlm.124
20
Khurotin Anggraeni, Makalah : Pengembangan Paradigma Manajemen Pendidikan Agama
Islam, Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018, hlm.5.
21
Ibid.
12
berorientasi antara teosentris dan antropesentris menjadi teoantroposentris cita-cita
keberhasilan yang ingin di capai yaitu integrasi antara keunggulan spiritual (iman),
intelektual. amal, ketrampilan dan aklak dan antara pengalaman pengelolaan pendidikan
Islam dan pendidikan timur dengan ciri yang dapat di jadikan pembeda dengan
menejemen pendidikan tetapi masih menerima secara inklusif kaidah atau teori
menejemen pendidikan yang terseleksi. Mengacu pada paradigma integralistik, dapat
memadukan sumber-sumber pendidikan atau belajar dan menyatukan pengalaman guru
sehingga menjadi saling sharing pengalaman hingga menyatukan kekuatan guru dalam
memajukan lembaga pendidikan Islam. Paradigma ini memiliki manfaat antara lain:
menyatukan pegawai. (menyatukan arah, proses dan hasil), mensinergikan langkah
pegawai melakukan pekerjaan, mensinergikan kepentingan untuk memajukan lembaga
pendidikan islam, menyatukan perbedaan menjadi kekuatan, meminimalisir
kecemburuan sosial, meminimalisir pelayanan secara pilih kasih, meminimalisir
konflik, meminimalisir dampak negatif perbedaan latar belakang peserta didik,
membangun semangat kebersamaan.22
I. Paradigma Transformatif
22
Ibid., hlm.6
13
memfasilitasi tumbuh dan perkembangan semangat dan budaya, mereformasi situasi
pendidikan islam.23
J. Paradigma Pengembangan.
23
Ibid., hlm.6-7
24
Ibid., hlm.7-8
14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1. Paradigma manajemen pendidikan islam adalah pendekatan atau kerangka
konseptual yang digunakan dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan,
dan mengawasi pendidikan islam dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
efisiensi, dan efektifitas proses pendidikan agama islam.
3. Dilihat dari berbagai definisi yang ada, manajemen pendidikan agama islam di
Indonesia tidak lepas dari apa yang menjadi pandangan pendidikan nasional. Dari
sini dapat ditarik sebuah pengertian bahwa manajemen pendidikan agama islam
adalah kerangka berfikir dalam mengelola lembaga pendidikan islam yang
fungsinya sebagai penentu arah atau alur perkembangan maupun kelangsungan
pendidikan islam.
15
DAFTAR PUSTAKA
16