Anda di halaman 1dari 17

PARADIGMA PENGEMBANGAN MANAJEMEN PENDIDIKAN

AGAMA ISLAM

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


Manajemen Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Muhammad Irfan, M.Ag.

Disusun oleh Kelompok VI :

1. Izmail NIM: 3200115


2. Andri Gustiawan NIM: 3200056
3. Abdur Rohman NIM: 3200109
4. Aditya Pramudiansyah NIM: 3200100
5. Xenia Novandhyta Rahayu NIM: 3220034
6. Arum Fatmala NIM: 3200172
7. Aisyah Misshelly Azahra NIM: 3200161

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH SEKOLAH TINGGI ILMU TARBIYAH PEMALANG
1445 H / 2023 M
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami bersyukur kepada Allah Subhaanahu Wa Ta'alaa, yang


telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas dalam menyusun makalah yang berjudul : “Paradigma
Pengembangan Manajemen Pendidikan Agama Islam” dengan baik. Tidak lupa
shalawat dan salam semoga terlimpahkan kepada Rasulullah Muhammad Shallallahu
'Alaihi Wasallam, keluarganya, sahabatnya, dan kepada kita selaku umatnya.

Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak , khususnya anggota kelompok
iini yang telah bersedia meluangkan waktu, membantu dengan kegigihan dan kesung-
guhannya dalam menyusun makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada
Bp.Muhammad Irfan, M.Ag.. selaku dosen pembimbing pada mata kuliah Manajemen
Pendidikan Agama Islam ( MPAI ) , yang telah memberikan arahan serta
bimbingannya selama perkuliahan online ini, sehingga penyusunan makalah dapat
dibuat dengan sebaik-baiknya.

Dalam penyusunan makalah ini kami juga menyadari pentingnya akan sumber
bacaan dan referensi dari media online maupun offline yang telah membantu dalam
memberikan informasi yang akan menjadi bahan makalah. Kami menyadari masih
banyak kekurangan dalam penyusunan makalah MPAI ini, sehingga kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi penyempurnaan
makalah ini.

Adapun dalam penyusunan makalah ini dikerjakan secara kelompok, yang


terdiri dari 7 orang anggota :

1. Izmail NIM: 3200115 Selaku ketua kelompok

2. Andri Gustiawan NIM: 3200056 Selaku editor PPT

3. Abdur Rohman NIM: 3200109 Selaku moderator

4. Aditya Pramudiansyah NIM: 3200100 Selaku penyaji materi

5. Xenia Novandhyta Rahayu NIM: 3220034 Selaku penyaji materi

6. Arum Fatmala NIM: 3200172 Selaku editor makalah

7. Aisyah Misshelly Azahra NIM: 3200161 Selaku penyaji materi

1
Kami mohon maaf jika di dalam makalah ini terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan, karena kesempurnaan hanya milik Yang Maha Kuasa yaitu Allah
Subhanahu Wa Ta'ala, dan kekurangan pasti milik kita sebagai manusia. Semoga
Makalah evaluasi pendidikan ini dapat bermanfaat bagi kita semuanya.Aamin.

Pemalang, 10 Oktober 2023

Tim Penyusun

2
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ............................................................................................................... 1

Daftar Isi .......................................................................................................................... 3

Bab I : Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................ 4


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 4
C. Tujuan Penulisan ....................................................................................................... 5

Bab II : Pembahasan

A. Pengertian Paradigma Manajemen Pendidikan Agama Islam................................... 7


B. Paradigma Manusia Sebagai Makhluk Termulia ...................................................... 8
C. Paradigma Keragaman & Keunikan Manusia ........................................................... 9
D. Paradigma Akhlak & Moral Sebagai Dasar ............................................................ 13
E. Paradigma Kebersamaan, Keadilan & Kesejahteraan ............................................ 14
F. Paradigma Tepat Guna atau Menjauhi Mubazir ..................................................... 14
G. Paradigma Tauhid ................................................................................................... 14
H. Paradigma Integralistik ........................................................................................... 14
I. Paradigma Transformatif ........................................................................................ 14
J. Paradigma Pengembangan ...................................................................................... 14

Bab III : Penutup

Kesimpulan ..................................................................................................................... 16

Daftar Pustaka .............................................................................................................. 17

3
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Dalam pandangan ajaran islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar,
tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak boleh
dilakukan secara asal-asalan. Mulai dari urusan terkecil seperti mengatur urusan rumah
tangga sampai dengan urusan terbesar seperti mengatur urusan sebuah negara, dari
berbagai bidang seperti bidang industri, ekonomi, politik , pendidikan, dll, semua itu
diperlukan pengaturan yang baik, tepat dan terarah dalam bingkai sebuah manajemen
agar tujuan yang hendak dicapai bisa diraih dan bisa selesai secara efektif dan efisien.

Aktivitas pendidikan islam ada sejak adanya manusian itu sendiri, bahkan ayat Al-
Quar’an yang pertama kali diturunkan kepada nabi Muhammad adalah bukan perintah
tentang shalat, puasa dan lainya, justru perintah Iqra’ yang artinya bacalah (membaca).
Dari zaman rosulullah, rosulullah senantiasa menanamkan kesadaran para sahabat dan
pengikutnya akan urgensi ilmu dan mendorong umat islam untuk menuntut ilmu,
sampai setelah beliau wafat misi tersebut masih di tanamkan kepada generasi
sesudahnya hingga mendarah daging di kalangan umat islam. Kesadaran urgensi umat
islam tidak lepas dari paradigma pada waktu itu. Kemudian pada masa Umar bin
Khattab mulai adanya majelis khusus untuk mempelajari agama dan mengkaji disiplin
persoalan lain sesuai dengan apa yang di perlukan di masyarakat. Dari sinilah awal mula
diketahui manajemen pendidikan Islam dengan paradigma yang di tanamkan oleh
rosulullah.

Manajemen merupakan terjemahan secara langsung dari kata manajemen yang


berarti pengelolaan, ketatalaksanaan, atau tata pimpinan, yang diterapkan dalam proses
penanaman nilai-nilai keislaman kepada peserta didik sebagai bekal untuk mencapai
kebahagiaan dan kesejahteraan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, manajemen dalam
pendidikan islam dapat di definisikan sebagai proses pemanfaatan semua sumber daya
yang dimiliki (umat Islam, lembaga pendidikan/ lainnya) baik perangkat keras maupun
lunak. pemanfaatan tersebut melalui kerjasama dengan orang lain secara efektif, efisien,
dan produktif untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan, baik di dunia maupun di
akhirat. Dari sejarah singkat dan bentuk pemikiran diatas perlunya memotret
paradigma-paradigma pengembangan pendidikan islam yang akan kita kaji dalam tema
paradigma pengembangan manajemen pendidikan islam.

4
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah yang akan dibahas di
dalam makalah tentang pengetahuan dasar evaluasi pendidikan ini adalah sebagai
berikut:

1. Apa pengertian paradigma ?


2. Apa pengertian manajemen pendidikan agama islam ?
3. Apa pengertian paradigma manajemen pendidikan agama islam ?
4. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma manusia sebagai makhluk termulia
dalam pengembangan MPAI ?
5. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma keragaman dan keunikan manusia dalam
pengembangan MPAI?
6. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma akhlak dan moral sebagai dasar dalam
pengembangan MPAI ?
7. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma kebersamaan, keadilan, dan
kesejahteraan dalam pengembangan MPAI ?
8. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma tepat guna dalam MPAI ?
9. Bagaimana penjelasan mengenai paradigma tauhid, integralistik, transformatif &
pengembangan dalam pengembangan MPAI ?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dalam penulisan makalah paradigma pengembangan manajemen


pendidikan agama islam ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengertian paradigma
2. Untuk mengetahui pengertian manejemen pendidikan islam
3. Untuk mengetahui pengertian paradigma pengembangan manajemen pendidikan
islam
4. Untuk mengetahui macam-macam paradigma dalam pengembangan manajemen
pendidikan islam

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Paradigma Pengembangan Manajemen Pendidikan Agama Islam

Dari segi etimologi dalam kamus bahasa inggris paradigm yang berarti type of
something, model, pettern (bentuk sesuatu, model, pola). Secara terminologi berarti a
total view of problem: a total outlook, not just problem in isolation dan secara sederhana
di artikan sebagai cara pandang dan cara berfikir. Paradigma merupakan fundamental
dari sebuah teori.1
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), paradigma adalah model dalam
teori ilmu pengetahuan. Tak hanya itu saja, dalam percakapan sehari-hari, istilah
paradigma adalah berpikir. Sebab, paradigma merupakan model utama, pola, ataupun
metode untuk meraih beberapa jenis tujuan.2
Paradigma adalah kerangka pikir yang membentuk pola perilaku manajemen.
Dalam sebuah penelitian seringkali harus didahului oleh paradigma, paradigma
merupakan sebuah kebenaran yang tidak perlu dibuktikan, berbeda dengan hipotesa
yang harus dibuktikan. Contoh, "Saya akan sampai ke Jakarta naik mobil selama 6 jam
perjalanan". Apa paradigma yang harus dipakai, yaitu: 1. Mobilnya tidak mogok, 2.
Jalannya baik dan tidak macet.3
Manajemen pendidikan islam adalah suatu proses penataan atau pengelolaan
lembaga pendidikan islam yang melibatkan sumber daya manusia muslim dan
menggerakkannya untuk mencapai tujuan pendidikan islam secara efektif dan efisien.
Dengan demikian , paradigma manajemen pendidikan islam adalah pendekatan atau
kerangka konseptual yang digunakan dalam merencanakan, mengorganisir,
melaksanakan, dan mengawasi pendidikan islam dengan tujuan untuk meningkatkan
kualitas, efisiensi, dan efektifitas proses pendidikan agama islam.4
Pendidikan Agama Islam dengan berbagai jalur, jenjang, dan bentuk yang ada
seperti pada jalur pendidikan formal ada jenjang pendidikan dasar yang berbentuk

1
Khurotin Anggraeni, Makalah : Pengembangan Paradigma Manajemen Pendidikan Agama Islam,
Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018, hlm.3.
2
Tere, Paradigma Adalah Cara Pandang Seseorang, www.gramedia.com, diakses pada 09 Oktober
2023.
3
Kamrani Buseri, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan Islam Paradigma, Teori Dan
Aplikasinya, Yogyakarta : Aswaja Pressindo,hlm.117
4
Endang Listiowaty, Konsep Manajemen Pendidikan Berbasis Islam Dalam Upaya Pencapaian
Tujuan Pendidikan, Tahdzibi, Vol.5 No.2, November 2020, hlm.107.

6
Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs), jenjang pendidikan
menengah ada yang berbentuk Madrasah Aliyah (MA) dan Madrasah Aliyah Kejuruan
(MAK), dan pada jenjang pendidikan tinggi terdapat begitu banyak Perguruan Tinggi
Agama Islam (PTAI) dengan berbagai bentuknya ada yang berbentuk Akademi,
Sekolah Tinggi, Institut, dan Universitas. Pada jalur pendidikan non formal seperti
Kelompok Bermain, Taman Penitipan Anak (TPA), Majelis Ta’lim, Pesantren dan
Madrasah Diniyah. Jalur pendidikan informal seperti pendidikan yang diselenggarakan
didalam kelurarga atau pendidikan yang diselenggarakan oleh lingkungan. Kesemuanya
itu perlu pengelolaan atau manajemen yang sebaik-baiknya, dengan penerapan
paradigma-paradigma islam. Sebab jika tidak, bukan hanya tidak berkembang,
gambaran negatif tentang pendidikan islam yang ada pada masyarakat akan tetap
melekat dan sulit dihilangkan bahkan mungkin pendidikan islam yang hak itu akan
hancur oleh kebathilan yang dikelola dan tersusun rapi yang berada di sekelilingnya. 5
Berkaitan paradigma, harus dipahami bahwa dalam pengembangan manajemen
pendidikan agama islam itu terkait dengan unsur-unsur manajemen yakni terkait dengan
manusia, terkait dengan materi/benda termasuk alat (konvensional atau modern) dan
terkait dengan dana dan waktu. Apa yang bisa dijadikan paradigma dari tinjauan unsur
tersebut sehingga bila paradigma itu dipegang akan melahirkan manajemen pendidikan
yang islami. Bila tidak maka akan menjadi manajemen pendidikan yang tidak islami. 6

B. Paradigma Manusia Sebagai Makhluk Termulia

Pendidikan yang selalu berpapasan dengan manusia sebagai sentral problemanya,


menempatkan manusia sebagai aspek penting dalam pengembangan manajemen
pendidikan. Manusia sebagai subyek pendidik dan subyek didik keduanya memiliki
posisi yang sama yakni sebagai makhluk termulia di sisi Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Oleh sebab itu, dalam penerapan pengembangan manajemen pendidikan islam, tidak
boleh muncul implikasi yang merendahkan martabat dan harkat manusia, sebagai
contoh ekploitasi yang berlebihan dalam mempekerjakan manusia baik sebagai
pendidik, anak didik maupun karyawan yang bertugas melayani keduanya. 7

Ekploitasi terhadap manusia tersebut misalnya tidak memberikan waktu yang


cukup untuk mereka menunaikan tugasnya sebagai hamba Allah , yakni beribadah

5
Rahma.L, Makalah : Paradigma Pengembangan Manajemen Pendidikan Islam, Maros : STAI
Darud Dakwah Wal Irsyad, 2015, hlm.1.
6
Kamrani Buseri, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan Islam Paradigma, Teori Dan
Aplikasinya, Yogyakarta : Aswaja Pressindo,hlm.117
7
Ibid.

7
langsung kepada Allah, atau juga tidak memberikan waktu istirahat yang memadai.
Islam sangat mengharigai prestasi ummatnya, oleh karena itu, dalam hal
pengembangan manajemen pendidikan agama Islam, juga harus menghargai manusia
atas dasar prestasinya menjalankan perintah pimpinan yang tentu saja suatu perintah
yang sesuai dengan ketentuan yang berlaku, juga melaksanakan berbagai aktivitas di
bidangnya yang tidak bertentangan dengan norma, nilai dan ajaran Islam.8
Manajemen pendidikan Islam meletakkan penghargaan terhadap seseorang atas
dasar prestasinya bukan atas dasar kekeluargaan, atau kaitan emosional lainnya, seperti
kecantikan dsb. Jadi bilamana ada usaha merendahkan martabat anak didik seperti
mendongkrak nilai, membantu manjawabkan soal, ini bertentangan dengan paradigma
manusia sebagai makhluk mulia , tetapi justru paradigma menghinakan manusia yang
akan menjadi kenyataan kedepannya.9

C. Paradigma Keragaman dan Keunikan Manusia

Manusia diciptakan beragam dan unik, antara seorang dengan lainnya tidaklah
sama walaupun lahir dari rahim ibu yang sama. Keragaman tersebut akan bertambah
lagi dengan perbedaan lingkungan, budaya dan sejarah kehidupan manusia. Oleh karena
itu manusia tidak bisa dipandang seperti layaknya memandang binatang dan tumbuhan
yang sangat homogin. Manusia memiliki potensi yang sama sekaligus juga berbeda. IQ
manusia yang satu berbeda dengan lainnya, begitu pula tingkat kedalaman emosi,
afeksi, kemauan, motivasi, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya berbeda-beda.10

Selain keragaman, di sisi lain juga manusia memiliki keunikan misalnya ada
seseorang yang tampak bahagia dengan kesusahannya, tetapi ada yang tampak tidak
bahagia walaupun memiliki kekayaan yang banyak. Begitupula ada orang yang
tampilannya sangat sederhana dan bersahaja meskipun kaya, yang lain berpenampilan
perlente meskipun miskin, sehingga seakan-akan dia paksakan untuk memenuhinya.
Itulah gambaran keragaman dan keunikan manusia.11
Dari penjelasan diatas , jelas bahwa dalam menempatkan seseorang disuatu bidang
pekerjaan , harus diketahui potensi diri dan karakter yang dimiliki . Tidak bisa hanya
dengan melihat kesamaan suku atau ras semata. Terlebih lagi dalam pengelolaan suatu
lembaga pendidikan islam yang selalu berhubungan dengan moral pendidik & peserta
didik.

8
Ibid., hlm.118
9
Ibid., hlm.118
10
Ibid., hlm.119
11
Ibid., hlm.119

8
D. Paradigma Akhlak dan Moral Sebagai Dasar

Manajemen pendidikan agama Islam selalu berdasarkan atas penghargaan terhadap


kaidah-kaidah moral, karena inti dari pendidikan Islam adalah tumbuh dan
berkembangnya nilai-nilai Islam itu sendiri. Moral dan akhlak menjadi dasar pijak
manajemen. Untuk mencapai sesuatu harus didasarkan atas cara yang baik, prinsip
machiavelli tidak dibenarkan begitupula prinsip pragmatisme. Pragmatisme yang tidak
menghargai logika absolut, logika formal dan logika intelektual, tetapi mementingkan
sesuatu yang bermanfaat secara praktis dan bermanfaat bagi dirinya meskipun
bertentangan dengan kaedah moral, agama maupun masyarakat. Bagi manajemen
pendidikan agama Islam, segala sesuatu harus dilandasi mindset kualitas, perubahan,
dan kemajuan, juga mindset penegakan kebenaran, kebaikan dan keindahan, sebagai
bagian dari penerapan akhlak Islami.12

Kesuksesan seorang manajer atau seorang leader banyak terkait dengan tiga hal
yakni:

1) Kompetensi kerja atau kerja profesional, yakni menguasai bidang garapan


kepemimpinannya, seperti bidang pendidikan tentunya harus dipimpin oleh
seseorang yang memiliki profesionalisme yang mencakup berbagai kompetensi di
bidang pendidikan.
2) Kompetensi komunikasi yakni kemampuan dalam menjalin komunikasi atau
kemampuan dalam bersilaturrahmi yang dibuktikan dengan adanya berbagai
kerjasama dengan berbagai stakeholders.
3) Kompetensi kepribadian dalam arti luas bukan saja dalam kaitan dengan kejujuran,
benar, amanah, sabar dan ikhlas namun mencakup pula disiplin, etos kerja tinggi,
kerja keras, berorientasi kepada kualitas, sederhana, yang tercermin dalam
keperibadian yang utuh sebagai seorang muslim.13

E. Paradigma Kebersamaan , Keadilan & Kesejahteraan

Manusia itu individu yang cenderung bersosial. Manusia tidak bisa hidup sendirian
untuk mengatasi semua problematikanya. Oleh sebab itu kesadaran hidup bersama harus
selalu hidup dalam dirinya. Kebersamaan dalam menetapkan visi dan misi,
perencanaan, dan lainnya. Musyawarah menjadi bagian dari implementasi paradigma
ini. Sebuah visi dan misi yang mulanya barangkali sebagai visi dan misi pribadi
hendaknya harus lenyap menjadi visi dan misi bersama. Hal itu harus melalui

12
Ibid., hlm.120
13
Ibid., hlm.120

9
musyawarah agar visi misi yang dimaksud bisa diterima dan dirasakan sebagai milik
mereka. Dalam konteks ini maka rasa kebersamaan harus terus tumbuh dalam semua
lapisan organisasi. Rasa kebersamaan itu harus pula didukung oleh rasa kesamaan,
senasib dan sepenanggungan, jangan mau menang sendiri. Manajemen pendidikan islam
adalah manajemen yang sangat memperhatikan karyawannya, karena tanpa dukungan
karyawan, inovasi, disipilin, kerja keras mereka, maka manajemen mustahil bisa
berjalan lancar. Disini komunikasi dan klarifikasi sangat penting terus menerus
dijalankan oleh semua anggota dalam suatu lembaga, salah satunya lembaga pendidikan
islam. Sebab bilamana ada intrik yang bersifat memojokkan akan merugikan
manajemen, oleh sebab itu jauhilah kemungkinan munculnya intrik dan fitnah.14

Paradigma keadilan akan mendukung tumbuhnya rasa kesamaan dan paradigma


kesejahteraan akan mendukung tumbuhnya rasa kebersamaan. Bilamana kedua
paradigma terkhir ini kita fahami, hayati dan praktekkan insya Allah dukungan
anggota/karyawan akan terus tumbuh dan konstan. Dalam penyelenggaraan pendidikan
terutama di suatu sekolah, pada dasarnya semua prinsip-prinsip manajemen di atas perlu
mendapat perhatian, terutama sekali seperti disiplin, tata tertib, keadilan, inisiatif dan
meletakan kepentingan individu harus berada di bawah kepentingan pribadi manajer.
Banyak kemunduran hasil belajar atau hasil pendidikan antara lain disebabkan karena
ketidakdisiplinan terhadap rencana atau program, juga ketidakdisiplinan terhadap
kurikulum, begitu pula kepentingan umum peserta didik sering diabaikan oleh adanya
peserta didik yang mempunyai hubungan keluarga dengan pendidik. Penyelenggaraan
pendidikan di sekolah tak ubahnya seperti menjalankan sebuah perusahaan, karena itu
perlu diperhatikan perhitungan input dan outputnya, bahkan dalam perhitungan output
harus dilakukan secara cermat, sebab hasil pendidikan tidak secara mudah dilihat seperti
hasil perusahaan atau industri. Beberapa hal yang menyebabkan gagalnya pendidikan
perlu mendapat perhatian dari administrator pendidikan.15

F. Paradigma Tepat Guna atau Menjauhi Mubazir

Dalam manajemen umum sering deketengahkan istilah efektif dan efisien. Efektif
lebih berorientasi kepada tujuan, dan bahkan seringkali tidak diperhitungkan berapa
jumlah tenaga, waktu dan dana asalkan tujuan tercapai. Adapun efisien yaitu sedikit
tenaga, waktu, dan dana tetapi tercapai tujuan. Atau dengan tenaga, waktu dan dana
yang standar tetapi mampu mencapai tujuan yang optimal. Artinya penggunaan tenaga,

14
Ibid., hlm.121
15
Ibid., hlm.121-122

10
waktu dan dana tidak boleh terpakai secara sia-sia yakni harus tepat guna. Oleh sebab
itu selalu saja disatukan antara efektif dan efisien.16

Allah menegaskan bahwa orang yang berbuat mubazir itu adalah saudara setan.
Adapun perilaku setan selalu saja bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Allah
kepada manusia. Ketepatan menghitung tenaga, waktu dan dana merupakan kewajiban
bagi manager. Ada beberapa kasus mubazir yang dilakukan oleh masyarakat
pendidikan, tetapi setelah dilakukan perbaikan manajemen semua itupun lambat laun
hilang. Artinya paradigma ini ternyata bisa diterapkan asal ada kemauan dan sistem
yang jelas dan dengan tegas diterapkan. Terkait dengan mubazir ini, Allah tegaskan
dalam surah Al-Israa (17): 26-27 yang artinya : “Dan berikanlah kepada keluarga-
keluarga yang dekat akan hak- nya, kepada orang miskin dan orang yang dalam
perjalanan dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros.
Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan dan syaitan itu
adalah sangat ingkar kepada Tuhannya". 17

Sarana maupun peralatan modern dan mutakhir dapat dipergunakan dalam


pengembangan manajemen pendidikan islam dan mendukung tujuan pendidikan Islam
asal bisa efektif dan efisien atau tidak mubazir. Ada contoh yang sederhana tetapi
menggelitik, yakni membeli sejumlah komputer sementara listriknya belum masuk ke
sekolah atau madrasah tersebut. Ini jelas mubazir karena mungkin saja bertahun-tahun
komputer tersebut tidak bisa dipergunakan yang akhirnya menjadi barang rongsokan.
Dalam konteks manajemen , boros atau mubazir itu dilarang , begitu pula sikap kikir
juga dilatang. Sebagai contoh , terkait kelengkapan sarana pendidikan, ada yang
memang seharusnya dibeli karena memang dibutuhkan dan harus disediakan, sebab
bilamana tidak tersedia sesuatu itu akan menghambat proses pendidikan, namun bagi
seorang pimpinan yang kikir tentu tidak akan membelikannya. 18

Sebagai anggota dalam suatu lembaga pendidikan , khususnya lembaga pendidikan


islam, sudah sepatutnya harus bersikap dan berperilaku tengah-tengah dan proporsional.
Segala peralatan, sarana maupun prasarana yang semestinya tidak dibutuhkan tidak
harus dibeli, begitu jua sebaliknya, sesuatu yang dibutuhkan harus disediakan. Allah
berfirman dalam surat Al-Israa : 29 , yang artinya : “Dan janganlah kamu jadikan

16
Ibid., hlm.122
17
Ibid., hlm.123
18
Ibid., hlm.123

11
tanganmu terbelenggu pada lehermu dan janganlah kamu terlalu mengulurkannya
karena itu kamu menjadi tercela dan menyesal”.19

Selain paradigma-paradigma yang sudah dijelaskan diatas, Prof. Mujamil didalam


bukunya menjelaskan bahwa paradigma manajemen pendidikan islam terbagi menjadi
empat yang menjadi pedoman atau petunjuk yang dapat di artikan dalam bentuk
tatakerja dan pola kegiatan yang dioperasikan dengan bergerak sinergi sehingga tidak
menjadi benturan antara paradigma satu dengan yang lainya. Paradigma tersebut antara
lain : paradigma tauhid, paradigma integralistik, paradigma transformatif, dan
paradigma pengembangan.20

G. Paradigma Tauhid

Paradigma tauhid adalah kerangka berfikir dalam mengatur perilaku organisasi


dalam lembaga pendidikan islam apapun bentuknya baik pesantren, madrasah, sekolah
Islam, perguruan tinggi islam, majelis taklim. Tauhid menyediakan pusat kekuatan,
sumber dan kesatuan yang dapat membantu upaya membangun kembali gambaran
secara menyeluruh yang menyediakan kerangka intelektual untuk memahami kesatuan
kreasi dan eksitensi dan mengajarkan bahwa segala sesuatu itu memiliki sumber yang
sama dan dalam kondisi yang wajar dan keserasia akan terbentuk. Tauhid mendasari
komitmen (niat) dalam berorganisasi atau bekerja, yang memberikan kekuatan hati/jiwa
dalam memajukan pendidikan Islam atas perintah Allah dan bentuk pelaksanaan
kegiatan sebagai ibadah kepada Allah. Tauhid memiliki sikap: meyakini, mengikrarkan,
berfikrah islami. (fikir, amal,aklah secara islami) dan iman yang berdimensi dakwah.
Dan memiliki manfaat diantaranya meningkatkan keimanan, menghindarkan terjadinya
kesesatan, merasakan seluruh tindakan, menumbuhkan sikap hati-hati dalam bersikap,
menyandarkan kepada Allah, mudah berinstropeksi, memperbaiki perilaku organisasi,
meningkatkan hubungan yang harmonis dan selalu meningkatkan ketakwaan.21

H. Paradigma intergralistik

Paradigma integralistik merupakan kerangka berfikir dalam mengelola lembaga


pendidikan islam yang di tempuh dengan cara memadukan dua hal atau lebih, perihal
yang di padukan ini dapat berupa dasar keilmuan menejemen pendidikan islam yaitu
wahyu dengan akal dengan sandaran teologis, rasional, epiris dan teoritis yang

19
Ibid., hlm.124
20
Khurotin Anggraeni, Makalah : Pengembangan Paradigma Manajemen Pendidikan Agama
Islam, Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018, hlm.5.
21
Ibid.

12
berorientasi antara teosentris dan antropesentris menjadi teoantroposentris cita-cita
keberhasilan yang ingin di capai yaitu integrasi antara keunggulan spiritual (iman),
intelektual. amal, ketrampilan dan aklak dan antara pengalaman pengelolaan pendidikan
Islam dan pendidikan timur dengan ciri yang dapat di jadikan pembeda dengan
menejemen pendidikan tetapi masih menerima secara inklusif kaidah atau teori
menejemen pendidikan yang terseleksi. Mengacu pada paradigma integralistik, dapat
memadukan sumber-sumber pendidikan atau belajar dan menyatukan pengalaman guru
sehingga menjadi saling sharing pengalaman hingga menyatukan kekuatan guru dalam
memajukan lembaga pendidikan Islam. Paradigma ini memiliki manfaat antara lain:
menyatukan pegawai. (menyatukan arah, proses dan hasil), mensinergikan langkah
pegawai melakukan pekerjaan, mensinergikan kepentingan untuk memajukan lembaga
pendidikan islam, menyatukan perbedaan menjadi kekuatan, meminimalisir
kecemburuan sosial, meminimalisir pelayanan secara pilih kasih, meminimalisir
konflik, meminimalisir dampak negatif perbedaan latar belakang peserta didik,
membangun semangat kebersamaan.22

I. Paradigma Transformatif

Paradigma Tranformatif merupakan kerangka berfikir dalam mengelola lembaga


pendidikan Islam yang dilakukan melalui cara merubah bentuk pikiran, perilaku, sikap,
watak, kecenderungan, budaya, tradisi, pola pikir, pola kerja dan hal lain yang bersifat
negatif-deduktif, sehingga menejemen pendidikan islam benar-benar potensial dan
fungsional menghasilkan perubahan yang memuasakan semua pihak yang
berkepentingan terhadap keberhasilan pendidikan islam. Paradigma transformatif
mengaktualisasikan ajaran-ajaran islam untuk mempengaruhi kehidupan sosial
bermayarakat secara positif dan di tuntut beradaptasi sekaligus mengantisipasi
perkembangan ilmu dan inovasi teknologi sehingga tetap relevan dan kontektual dengan
kebutuhan zaman, paradigma ini memiliki bobot relevansi yang kuat dengan dinamika
global yang telah menempatkan ilmu dan teknologi sebagai pilar utama dalam berbagai
aspek kehidupan. Paradigma ini menumbuhkan berbagai manfaat antara lain: melatih
komitmen terhadap tanggung jawab, melatih kemapuan merealisasikan keberhasilan
pembimbingan, melatih kemandirian, mendorong tumbuhnya inisiatif dan kreativitas,
mendorong penguatan pada proses pendidikan dan pembelajaran, mendorong pencarian
strategi yang efektif dan efisien dalam mengubah perilaku orang lain khususnya peserta
didik, meminimalisir tindakan-tindakan rutinitas dan pengulangan hal yang sama dan

22
Ibid., hlm.6

13
memfasilitasi tumbuh dan perkembangan semangat dan budaya, mereformasi situasi
pendidikan islam.23

J. Paradigma Pengembangan.

Paradigma pengembangan ini merupakan kerangka berfikir dalam mengelola


lembaga pendidikan islam dengan memperkuat pola-pola pengembangan. Paradigma
pengembangan ini didasarkan pada suatu pemikiran bahwa kondisi lembaga pendidikan
islam selama apapun masih dapat dimajukan jika pengembangan-pengembangan yang
revolusioner dan trobosan-trobosan baru yang berani dilakukan secara continue dan
terprogram dengan rapi. Melalui paradigma pengembangan, semua pelaku pendidikan
islam dapat digerakkan untuk melakukan pengembangan-pengembangan sesuai dengan
tugas dan kapasitas masing-masing. Pengembangan ini di lakukan dalam berbagai aspek
pendidikan dan memiliki beberapa manfaat baik secara individu maupun sosial
diantaranya: melatih keberanian berspekulasi dengan baik, melatih keberanian
melakukan trobosan-trobosan baru, mendorong kemauan keras untuk melakukan
pembaharuan, memupuk naluri produsen, menyuburkan semangat menciptakan kondisi
baru, menumbuhkan sikap proaktif, menyemangati kecendrungan berinovasi,
melakukan keberanian menghadapi dan mengelola resiko, memiliki cita-cita dan target
tinggi dan usaha mewujudkannya, saling menumbuhkan ide-ide dan gagasan- gagasan
berwawasan masa depan.24

23
Ibid., hlm.6-7
24
Ibid., hlm.7-8

14
BAB III

PENUTUP

Kesimpulan
1. Paradigma manajemen pendidikan islam adalah pendekatan atau kerangka
konseptual yang digunakan dalam merencanakan, mengorganisir, melaksanakan,
dan mengawasi pendidikan islam dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas,
efisiensi, dan efektifitas proses pendidikan agama islam.

2. Paradigma manajemen pendidikan islam merupakan pandangan seseorang untuk


mempengaruhi dirinya dan orang lain serta lingkungan dalam berpikir dan bersikap
untuk melakukan perubahan dengan menggunakan sistem yang lebih baik sehingga
memperoleh sumber daya yang berkualitas.

3. Dilihat dari berbagai definisi yang ada, manajemen pendidikan agama islam di
Indonesia tidak lepas dari apa yang menjadi pandangan pendidikan nasional. Dari
sini dapat ditarik sebuah pengertian bahwa manajemen pendidikan agama islam
adalah kerangka berfikir dalam mengelola lembaga pendidikan islam yang
fungsinya sebagai penentu arah atau alur perkembangan maupun kelangsungan
pendidikan islam.

15
DAFTAR PUSTAKA

Anggraeni, Khurotin, 2018, Makalah : Pengembangan Paradigma Manajemen


Pendidikan Agama Islam, Malang : UIN Maulana Malik Ibrahim

Buseri, Kamrani, 2017, Administrasi Dan Manajemen Pendidikan Islam Paradigma,


Teori Dan Aplikasinya, Yogyakarta : Aswaja Pressindo

Listiowaty, Endang, 2020, Konsep Manajemen Pendidikan Berbasis Islam Dalam


Upaya Pencapaian Tujuan Pendidikan, Tahdzibi, Vol.5 No.2

Tere, Paradigma Adalah Cara Pandang Seseorang, www.gramedia.com, diakses pada


09 Oktober 2023.

16

Anda mungkin juga menyukai