Anda di halaman 1dari 5

RESUME

PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

Resume Ini Di Buat Dalam Rangka


Memenuhi Objective Structured Clinical Examination (OSCE)
Mata Kuliah Keperawatan Maternitas

Dibuat Oleh
Nama : Yulinar Pratiwi
NIM : 32722001D18125

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2020

1
RESUME TINDAKAN KEPERAWATAN PRASAT TINDAKAN
PEMERIKSAAN FISIK POST PARTUM

A. Hari/Waktu kegiatan uji petik


Kamis, 18 Juni 2020 pukul 08.00 WIB
B. Kasus Pemicu
Seorang perempuan usia 27 tahun post partum 6 jam dengan riwayat lahir
spontan dengan keadaan data laporan TD 110/70, N 80x/menit, R 24x/menit,
perdarahan 400ml ada luka episiotomi medio lateral kanan baru dipindahkan
dari ruang bersalin ke ruang perawatan nifas.
C. Intervensi Keperawatan
Tindakan yang dilakukan yaitu pemeriksaan fisik post partum.
D. Link Video Yang dianalisa
https://youtu.be/HBI6rmJDte0
E. Definisi Tindakan
Pemeriksaan fisik post partum adalah rangkaian proses dari pengkajian
keperawatan, prosedur yang dilakukan pada ibu selama perawatan di ruang
nifas melalui teknik inspeksi, palpasi, dan auskultasi. Tujuannya untuk
mengetahui kondisi ibu post partum dengan perubahan yang dialami baik
fisik maupun psikologis sehingga diketahui apakah mampu beradaptasi
dengan baik atau ke arah maladaptif.
F. Prinsip tindakan
Prinsip tindakan adalah bersih terkecuali pada vagina ada luka episiotomi
lakukan steril.
G. Proses Tindakan Keperawatan
1. Fase Orientasi
1) Cuci tangan dilakukan dengan benar.
2) Alat proteksi diri dipakai dengan lengkap tidak dilakukan, hal ini dapat
menyebabkan resiko terjadinya infeksi silang serta terjadinya penularan
kuman, sehingga tidak aman untuk klien dan perawat. Maka dari itu alat
proteksi diri perlu dilakukan agar terhindar dari droplet klien ketika
melakukan tindakan.

2
3) Lingkungan, alat dan bahan disiapkan dilakukan.
4) Kontrak waktu tidak dilakukan, hal ini menyebabkan terhambatnya
kelangsungan interaksi dalam melakukan tindakan keperawatan.
Pentingnya kontrak waktu agar klien tidak merasa cemas dan interaksi
berjalan dengan baik.
2. Fase Kerja
1) Posisi ibu di atur senyaman mungkin tidak dilakukan, maka dapat
menyebabkan ketidaknyamanan yang timbul pada ibu/klien. Sehingga
perlunya mengatur posisi ibu agar ibu/klien merasa nyaman dan
keberlangsungan tindakan berjalan dengan lancar.
2) Tanda-tanda vital ibu diukur dengan benar dilakukan.
3) Pemeriksaan area kepala, mata wajah gigi dan mulut serta leher
dilakukan dengan benar.
4) Pemeriksaan area dada (payudara, jantung dan paru) dilakukan dengan
benar.
5) Pemeriksaan abdomen (striae, linea, TFU, diastasis musculus rectus
abnominalis) dilakukan dengan benar.
6) Pemeriksaan ektremitas atas (kebersihan kuku, CRT, turgor kulit, reflex
bisep trisep) tidak dilakukan dengan benar, hal ini dapat menyebabkan
ketidak akuratan data (data tidak lengkap), yang di dapat pada bagian
ektremitas atas, sehingga perlunya dilakukan pemeriksaan ekstremitas
atas agar terciptanya kelengkapan data dan memudahkan dalam diagnosa.
7) Pemeriksaan ekstremitas bawah (kebersihan kuku, CRT, turgor kulit,
varises, edema, human sign, reflex patella) dilakukan dengan benar.
8) Pemeriksaan genitalia (kebersihan, jenis lochea, adakah luka episiotomy
(jika ada , arah jahitan luka, jumlah jahitan, tanda REEDA) dilakukan
dengan benar.
9) Pemeriksaan anus (adakah hemoroid) dilakukan dengan benar.
10) Alat dirapihkan kembali dilakukan.
11) Cuci tangan setelah tindakan tidak dilakukan dengan benar, hal ini akan
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial, maka mencuci tangan

3
setelah tindakan sangat penting dilakukan untuk mencegah infeksi
nosokomial dan juga mencegah penyebaran penyakit.
3. Fase Terminasi
1) Respon pasien selama tindakan prosedur selalu diobservasi dilakukan.
2) Keamanan dan keselamatan pasien dijaga selama prosedur dilakukan.
3) Komunikasi kepada klien selama prosedur tetap diperhatikan dilakukan.
4) Lama prosedur sesuai kontrak waktu dengan klien tidak dilakukan, maka
dapat menyebabkan kecemasan pada klien dikarenakan tidak adanya
waktu yang disepakati, sehingga pentingnya kontrak waktu agar
menudahkan dalam melakukan tindakan.
H. Evaluasi Diri
a. Pemeriksaan fisik pada video tidak sesuai dengan SOP, ada
beberapa hal yang tidak dilakukan yaitu
1) Alat proteksi diri dipakai dengan lengkap.
2) Kontrak waktu.
3) Pemeriksaan ekstremitas atas.
4) Cuci tangan setelah tindakan.
b. Dan yang tidak ada di sop dilakukan dalam video
1) Mengucapkan salam.
2) Memvalidasi data klien.
3) Memperkenalkan diri.
4) Mengganti handscoon setelah pemeriksaan genitalia.
c. Pemikiran/Saran mahasiswa berkaitan dengan SOP
Semua Prosedur tindakan terkait pemeriksaan fisik post partum yang
disajikan diharapkan dapat dilaksanakan oleh mahasiswa sesuai dengan
yang tertera dalam SOP. Sehingga proses pelaksanaan tindakan dapat
dilakukan secara sistematis. Akan lebih baik lagi jika adanya
penambahan pada sop seperti, perkenalan diri pada klien dan keluarga,
memvalidasi data klien dan mengucapkan salam.

4
I. Referensi
1) Bobak, Lowdermilk, Jensen.2012. Keperawatan Maternitas. Edisi 4.
Jakarta.: EGC.
2) Reeder, Martin, Koniak Griffin.2011. keperawatan maternitas kesehatan
wanita, bayi &keluarga. Jakarta:EGC.
3) Deswani K. 2012. Panduan Praktek Klinik dan Laboratorium. Jakarta:
Salemba medika.
4) UNPAD.1983. Obstetri Fisiologi. Bagian Obstetri & Ginektologi
Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran bandung.

Anda mungkin juga menyukai