FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2014 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kedelai merupakan komoditas tanaman pangan terpenting ketiga
setelah padi dan jagung. Selain itu, kedelai juga merupakan tanaman palawija yang kaya akan protein yang memiliki arti penting dalam industri pangan dan pakan. Kedelai berperan sebagai sumber protein nabati yang sangat penting dalam rangka peningkatan gizi masyarakat karena aman bagi kesehatan dan murah harganya. Kebutuhan kedelai terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan bahan industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai, tauco, snack, dan sebagainya.
Kedelai mempunyai potensi yang amat besar sebagai sumber
utama protein bagi masyarakat Indonesia. Sebagai sumber protein yang tidak mahal, kedelai telah lama dikenal dan dipakai dalam beragam produk makanan, seperti tahu, tempe, tauco, dan kecap. Konsumsi kedelai menyediakan sama banyak, kalau tidak lebih banyak, protein dan kalori dibandingkan dengan produk-produk hewani. Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun selalu meningkat seiring dengan pertambahan penduduk dan peningkatan pendapatan. Peningkatan kebutuhan kedelai ini perlu diimbangi dengan kualitas serta kuantitas dari produksi kedelai dalam negeri. Produksi kedelai yang baik dapat ditentukan oleh berbagai macam faktor, salah satu dari faktor yang perlu diperhatikan ialah proses penangan panen dan pasca panen. Penanganan panen dan pasca panen bisa menjadi salah satu faktor dalam upaya peningkatan jumlah produksi kedelai. Untuk mendapatkan hasil olahan kedelai yang bermutu tinggi dibutuhkan biji kedelai yang bermutu baik pula, sementara kedelai termasuk biji-bijian yang sangat mudah rusak, sehingga penanganan pasca panennya harus dilakukan secara lebih seksama, karena kehilangan dan kerusakan pasca panen kedelai terjadi sejak saat panen sampai siap diperdagangkan atau disimpan. Selain penanganan pasca panen yang tepat, umur panen yang optimal juga menentukan jumlah dan mutu produksi kedelai, sebab panen yang terlalu awal akan menyebabkan banyaknya biji muda yang akan menjadi butir keriput dalam kondisi kering dan mudah rusak selama penyimpanan. B. Tujuan Pembuatan Makalah Pembuatan makalah ini memiliki beberapa tujuan yang ingin dicapai, antara lain : 1. Mahasiswa mampu mengetahui tentang proses panen yang baik yang seharusnya dilakukan untuk tanaman kedelai. 2. Mahasiswa mampu mengetahui tentang proses pasca panen yang tepat untuk dilakukan terhadap tanaman kedelai. 3. Mahasiswa mampu mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh dalam proses panen dan pasca panen. 4. Mahasiswa mampu mengetahu dampak yang muncul saat terjadi proses panen dan pasca panen yang kurang optimal. C. Rumusan Makalah Penyusunan makalah ini memiliki dasar atau rumusan masalah yang akan dijadikan sebagai acuan, yaitu : 1. Bagaimana proses pemanenan yang baik yang seharusnya dilakukan terhadap tanaman kedelai ? 2. Bagaimanan proses pasca panen yang baik yang seharusnya dilakukan terhadap tanaman kedelai ? 3. Apa saja faktor yang dapat dijadikan dasar untuk indikator bahwa kedelai siap dipanen? 4. Apa saja faktor yang diperlukan dalam proses pasca panen ? 5. Bagaimana efek yang muncul apabila proses panen dan pasca panen kurang optimal ? BAB II PEMBAHASAN
1. Definisi Panen dan PascaPanen
Panen merupakan serangkaian kegiatan pengambilan hasil
budidaya tanaman dengan cara dipetik, dipotong, ditebang, dikuliti, disadap dan atau dicabut pada umur atau waktu, cara atau sarana yang tepat. Pascapanen padi adalah kegiatan yang dimulai dari proses panen sampai dengan proses yang menghasilkan beras. Kegiatannya meliputi pengumpulan, penumpukan, perontokan, pembersihan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan dan pengemasan. Sarana pascapanen padi adalah alat dan atau mesin (alsin) pascapanen padi yang antara lain terdiri dari alsin panen (paddy mower, reaper dan stripper), perontokan (power thresher dan pedal thresher), dan revitalisasi penggilingan padi terdiri dari Husker, Separator, Polisher, Paddy Cleaner, dan Moisture tester atau komponen polisher (screen, milling, spiral) ( Pedum Pasca Panen 2012 ). Pascapanen kedelai adalah kegiatan yang dimulai dari proses panen sampai dengan proses yang menghasilkan biji kedelai yang siap dipasarkan. Kegiatannya panen, pengeringan, perontokan, pembersihan biji, dan penyimpanan. Brangkasan kedelai adalah hasil panen kedelai yang terdiri atas batang beserta polongnya. Biji kedelai adalah hasil perontokan brangkasan kedelai dan telah lepas dari kulit polongnya. Sarana pascapanen kedelai adalah alat dan atau mesin (alsin) pascapanen kedelai yang terdiri dari alsin panen (sabit atau sabit bergerigi), perontokan (power thresher dan pedal thresher), dan pengeringan (bed dryer). 2. Metode Panen dan Pasca Panen Kedelai a. Panen Kedelai
Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah
menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. Perlu diperhatikan perbedaan usia pemetikan kedelai untuk bahan konsumsi dan untuk benih. Sebagai bahan konsumsi, kedelai dapat dipetik pada usia 75 hari, dan untuk benih pada umur 100-110 hari. Pemanenan yang terlalu awal, memberikan hasil panen dengan jumlah butir muda yang tinggi sehingga kualitas biji dan daya simpannya rendah, sedangkan pemanenan yang terlambat mengakibatkan penurunan kualitas dan peningkatan kehilangan hasil sebagai akibat pengaruh cuaca yang tidak menguntungkan maupun serangan hama dan penyakit pada lahan. Panen kedelai pada umumnya dilakukan pada saat tidak hujan, dikarenakan agar hasil panen kedelai dapat segera dijemur. Proses panen kedelai pada umumnya memiliki dua cara utama, yaitu (Pustaka Unpad 2009) : 1) Pemungutan dengan cara mencabut Sebelum tanaman dicabut, keadaan tanah perlu diperhatikan terlebih dulu. Pada tanah ringan dan berpasir, proses pencabutan akan lebih mudah. Cara pencabutan yang benar ialah dengan memegang batang poko, tangan dalam posisi tepat di bawah ranting dan cabang yang berbuah. Pencabutan harus dilakukan dengan hati-hati sebab kedelai yang sudah tua mudah sekali rontok bila tersentuh tangan. 2) Pemungutan dengan cara memotong Alat yang biasanya digunakan untuk memotong adalah sabit yang cukup tajam, sehingga tidak terlalu banyak menimbulkan goncangan. Di samping itu dengan alat pemotong yang tajam, pekerjaan bisa dilakukan dengan cepat dan jumlah buah yang 33 rontok akibat goncangan bisa ditekan. Pemungutan dengan cara memotong bisa meningkatkan kesuburan tanah, karena akar dengan bintil-bintilnya yang menyimpan banyak senyawa nitrat tidak ikut tercabut, tapi tertinggal di dalam tanah. Pada tanah yang keras, pemungutan dengan cara mencabut sukar dilakukan, maka dengan memotong akan lebih cepat. b. Pasca Panen Kedelai Proses pasca panen kedelai pada umumnya dilakukan dengan tiga kali proses penanganan utama, yaitu ( Pustaka Unpad 2009 ) : 1) Pengumpulan dan Pengeringan Setelah pemungutan selesai, seluruh hasil panen hendaknya segera dijemur. Kedelai dikumpulkan kemudian dijemur di atas tikar, anyaman bambu, atau di lantai semen selama 3 hari. Penjemuran dilakukan sampai kadar air 10%-15%. Selain itu pengeringan dapat di bagi menjadi beberapa mancam, seperti berikut: a) Pengeringan alami Secara alami brangkasan kedelai dikeringkan dengan energi dari matahari. Dapat di lakukan diatas lantai jemur atau menggunakan alas plastik, sebaiknya dipilih yang berwarna hitam/gelap agar mempercepat proses pengeringan. Brangkasan yang baru di panen jang ditumpuk dalam jumlan yang besar kerika hujan karena dapat menyebabkan kerusakan biji. b) Pengeringan dengan para-para Cara ini dapat dilakukan waktu musim penghujan karena kurang adanya penyinaran matahari. Para-para dibuat bertingkat, kemudian brangasan kedelai di sebarkan diatas para-para tersebut. Dari bawah dialirkan panas dari sekam, untuk menurunkan kadar air. Brangkasan dianggap cukup kering bila kadar air telah mencapai kurang lebih 18%.
Sesudah kering sempurna dan merata, polong kedelai akan
mudah pecah sehingga bijinya mudah dikeluarkan. Agar kedelai kering sempurna, pada saat penjemuran hendaknya dilakukan pembalikan berulang kali. Pembalikan juga menguntungkan karena dengan pembalikan banyak polong pecah dan banyak biji lepas dari polongnya. 2) Penyortiran dan Penggolongan Proses penyortiran dilakukan dengan cara memisahkan biji dari kulit polongan dapat dilakukan secara manual dengan memukul- mukul tumpukan brangkasan kedelai secara langsung dengan kayu atau dirontokkan dengan alat pemotong padi. Setelah biji terpisah, proses selanjutnya adalah penggolongan yakni memisahkan biji dari kotoran, serta memilah-milah antara biji yang baik dan yang buruk. Biji yang baik perlu dijemur kembali hingga kadar airnya mencapai 9-11 %. Pemberbihan untuk kedelai yang telah dirontokkan dapat menggunakan alat mesin pembersih (winower). Mesin ini merupakan kombinasi antara ayakan dengan blowe. 3) Penyimpanan dan pengemasan Sebagai tanaman pangan kedelai dapat disimpan dalam waktu yang lama disimpan dalam karung, kemudian diletakkan di tempat yang kering. Karung-karung tersebut diberi alas kayu agar tidak langsung tersentuh dengan tanah atau lantai. Apabila disimpan dalam waktu lama, maka 2-3 bulan harus dijemur sampai kadar airnya 9-11%. Tempat penyimpanan harus teduh, kering, dan bebas hama atau penyakit. Apabila akan diangkut pada jarak jauh, hendaknya dipilih jenis wadah atau kemasan yang kuat. Apabila kedelai ingin langsung di jual, tidak perlu melewati tahap penyimpanan, cukup melakukan pengemasan yang cukup baik dan benar agar kedelai tidak mengalami kerusakan. Biji kedelai yang digunakan untuk benih dijemur secara terpisah. Penjemuran dilakukan sampai kadar airnya 10%-15% dan biasanya dilakukan pada pagi hari sekitar pukul 10.00 sampai 12.00 siang. Brangkasan kedelai yang baru dipanen tidak boleh ditumpuk dalam timbunan besar, terutama dalam musim hujan. Hal ini untuk mencegah kerusakan biji, karena kelembaban yang tinggi. Keuntungan dari pengemasan yang baik antara lain: a) Melindungi komoditas dari kerusakan, seperti melindungi dari gesekan, tekanan, serta pengaruh lingkungan. b) Memudahkan penanganan, penggunaan berbagai fasilitas pengemasan memudahkan penanganan serta memberikan kesinambungan dalam penanganan yang mengacu pada standarisasi wadah. c) Meningkatkan pelayanan dalam pemasaran, dengan demikian dapat membuat praktis konsumen serta lebih menarik. d) Mengurangi atau menekan biaya transportasi. 3. Faktor-faktor Pengaruh Panen dan Pasca Panen Faktor- faktor yang mempengaruhi pasca panen adalah sebagai berikut : a. Kondisi lingkungan Kondisi iklim inilah yang akan mempengaruhi proses pengeringan kedelai. Kondisi lingkungan yang panas dan tidak hujan akan dibutuhkan untuk mempercepat proses pengeringan. Proses pegeringan yang cepat akan lebih menguntungkan untuk segera dilakukan proses selanjutnya. b. Kandungan air Kandungan air sangat berpengaruh terhadap penanganan pasca panen berupa penyimpanan tanaman kedelai. Kandungan air yang berlebih pada suatu produk pasca panen akan menyebabkan tingginya kelembaban di sekitar produk tersebut. Kondisi lembab ini menyebabkan konidium atau spora jamur untuk tumbuh aktif. Mengatasi hal tersebut dapat digunakan cara penjemuran sebelum penyimpanan agar kandungan air tidak terlalu tinggi. c. Suhu dan kelembaban ruang penyimpanan Suhu dan kelembaban merupakan faktor penting dalam penyimpanan produk pasca panen Karena akan mempengaruhi daya simpannya. Suhu dan kelembaban berperan penting dalam pertumbuhan jamur dan pathogen. Kelembaban 90% dan suhu 5 ̊ C mempengaruhi perkembangan penyakit. Kelembaban yang baik untuk penyimpanan adalah kurang dari 90%. 4. Keuntungan dari Proses Pasca Panen yang Optimal Penanganan pasca panen harus dilakukan secara optimal. Hal ini disebabkan terdapat beberapa manfaat yang diperoleh oleh para petani apabila mampu melakukan proses pasca panen yang optimal. Keuntungan atau manfaat yang dapat diperoleh, yaitu : a. Jumlah pangan yang dapat dikonsumsi lebih banyak b. Resiko kerugian pada pasca panen kecil c. Energi yang digunakan untuk memproduksi hasil dapat dihemat d. Waktu yang diperlukan lebih singkat, yaitu sekitar 1-7 hari setelah perlakuan 5. Dampak yang ditimbulkan apabila Proses Panen dan Pasca Panen kurang Optimal Penanganan proses panen dan pasca panen terkadang masih jauh diperhatikan oleh sebagian besar petani di Indonesia. Hal ini disebabkan karena petani di Indonesia kebanyakan adalah petanig urem yang mereka tidak memperhatikan adanya persaingan dalam hal mutu produk yang dihasilkan, padahal apabila mereka memperhatikan hal tersebut akan memberikan keuntungan yang lebih bagi petani. Dampak yang ditimbulkan apabila proses panen dan pasca panen yang kurang optimal adalah : a. Produk yang dihasilkan kurang bermutu baik. b. Penyimpanan yang tidak memperhatikan pola juga dapat menyebabkan produk diserang jamur yang akan merusak dan mengurangi hasil panen. c. Hasil produk akan kalah saing denganproduk lain utamanya produk dari luar negeri. d. Pendapatan yang dihasilkan akan rendah bahkan bisa saja petani akan mengalami kerugian. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Panen merupakan serangkaian kegiatan pengambilan hasil budidaya tanaman dengan cara dipetik, dipotong, ditebang, dikuliti, disadap dan atau dicabut pada umur atau waktu, cara atau sarana yang tepat. 2. Pasca panen kedelai adalah kegiatan yang dimulai dari proses panen sampai dengan proses yang menghasilkan biji kedelai yang siap dipasarkan. 3. Panen kedelai dilakukan apabila sebagian besar daun sudah menguning, tetapi bukan karena serangan hama atau penyakit, lalu gugur, buah mulai berubah warna dari hijau menjadi kuning kecoklatan dan retak-retak, atau polong sudah mulai kelihatan tua, batang berwarna kuning agak coklat dan gundul. 4. Pemanenan kedelai ada dua yakni, pemungutan dengan cara mencabut dan pemungutan dengan cara memotong. 5. Proses pasca panen kedelai pada umumnya dilakukan dengan tiga kali proses penanganan utama, yaitu: pengumpulan dan pengeringan, pernyortiran dan penggolongan, penyimpanan dan pengemasan. 6. Faktor pengaruh panen dan pasca panen adalah kondisi lingkungan, kandungan air, serta suhu dan kelembaban tempat penyimpanan. B. Saran Proses penanganan panen dan pasca panen yang optimal akan lebih menguntungkan, dengan demikian bagi petani supaya lebih memperhatikan dan meningkatkan mutu dari pada kedelai dengan menggunakan penanganan panen dan pasca panen yang lebih tepat. DAFTAR PUSTAKA
Departemen pertanian 2012. Pedoman umum pasca panen.
http://www.pascapanenkedelaiyangbaik.com. Diakses pada tanggal 20 September 2014. Unpad, pustaka 2009. Budidaya tanaman kedelai. http://www.budidayatanaman.com. Diakses pada tanggal 20 September 2014.