Anda di halaman 1dari 10

Besi tuang Nodular

I. Kegiatan
Kegiatan yang dilakukan pada technical note ini berupa informasi besi tung nodular.

II. Hasil
Berikut data referensi yang telah kami susun :
Grafit pada besi cor nodular menempati 10 – 15% dari volume total material serta tersebar
merata didalam struktur dasar (matriks) yang mirip dengan baja karbon. Oleh karena itu sifat-
sifat mekanik dari besi cor nodular dapat dihubungkan secara langsung dengan mampu tarik
dan keuletan dari matriks yang dimilikinya sebagaimana halnya dengan baja karbon. Namun
demikian karena didalam struktur besi cor nodular juga terdapat grafit, maka mampu tarik,
modulus elastisitas maupun  ketahanan impak secara proporsional akan lebih rendah dari baja
karbon dengan matriks yang serupa. Matriks besi cor nodular bervariasi dari mulai struktur
ferit yang lunak dan ulet sampai dengan struktur perlit yang lebih keras serta kuat bahkan
struktur-struktur yang hanya dapat dicapai melalui penambahan bahan paduan maupun
melalui perlakuan panas seperti martensit dan bainit.
Sifat-sifat mekanik besi cor nodular dalam kaitannya dengan matriks yang dimilikinya dapat
dilihat pada tabel 1.

Tabel 1. Sifat mekanik besi cor nodular.


Mekanisme pembekuan besi cor nodular dapat dijelaskan secara lebih mudah dengan
menggunakan diagram terner Fe-C-Si, dimana akibat pengaruh kandungan Si, maka diagram
Fe-C akan berubah seperti ditunjukkan pada gambar 1 sebagai berikut:

1
Gambar 1. Diagram Fe-C-Si dengan Si 2.4 % (Pseudo Biner).
Pada paduan hipoeutektik, pembekuan dimulai dari tumbuhnya besi padat (austenit) dari
cairan besi. Peristiwa ini berlangsung bersamaan dengan turunnya temperatur cairan hingga
melampaui temperatur eutektik (undercooling) dan naiknya konsentrasi karbon didalam
cairan sisa menuju ke titik eutektik seperti terlihat pada kurva pendinginan spesifik untuk
paduan hipoeutektik (gambar 2).
Jumlah inti pembekuan yang sedikit akan mengakibatkan terjadinya undercooling dibawah
temperatur eutektik. Pada saat pengintian terjadi, energi bebas dilepaskan sebesar energi yang
dipergunakan untuk pencairan. Pelepasan energi ini akan mengakibatkan naiknya kembali
temperatur hingga mencapai temperatur eutektik (rekaleszenz).
Pada tingkat keadaan ini selain austenit tumbuh pula grafit eutektik secara bersamaan (disebut
sel-sel eutektik). Pertumbuhan grafit mengakibatkan berkurangnya konsentrasi karbon
didalam paduan sehingga pada akhirnya akan tersisa grafit bulat diantara butiran-butiran
austenit yang akan tertransformasi menjadi perlit.

Gambar 2. Kurva pendinginan besi cor nodular hipoeutektik.


2
Untuk coran berdinding tebal atau karena suatu pendinginan lambat, maka karbida besi yang
membentuk perlit akan menjadi grafit, sehingga selain perlit disekeliling grafit bulat akan
terdapat struktur ferit. Persentase dari perlit-ferit ini menentukan mampu tarik besi cor
nodular.
Pada paduan hipereutektik pembekuan berlangsung mirip dengan paduan hipoeutektik.
Bedanya adalah, kristal yang pertama tumbuh adalah grafit primer yang berbentuk bulat serta
menurunkan konsentrasi karbon didalam cairan menuju ketitik eutektik. Pembekuan
selanjutnya berlangsung sama seperti pada paduan hipoeutektik.
Gambar 3 adalah kurva yang menunjukkan daerah-daerah komposisi besi cor nodular baik
hipo maupun hipereutektik, dimana dari kurva ini dapat ditentukan komposisi C maupun Si.

Gambar 3. Daerah komposisi besi cor nodular.


Mekanisme pembentukan grafit bulat telah diteliti oleh banyak peneliti, namun demikian
jawaban yang lebih memuaskan tentang fenomena ini masih terus dikembangkan dan
didiskusikan. Dari sekian banyak teori tentang pembulatan grafit, maka teori gelembung gas
(gas bubble theory) memberikan penjelasan yang mudah dipahami serta mencakup beberapa
teori yang lainnya, sebagaimana hasil penelitian dari Haruki Itofuji.
Penelitian dilakukan terhadap suatu cairan besi cor nodular yang dikuens pada saat
pendinginan sehingga pada tempat dimana akan terbentuk grafit bulat, ditemukan gelembung-
gelembung gas yang merupakan gas Mg, gas Ca dan/atau gas N 2 yang terabsorbsi oleh unsure
tanah jarang (rearearth). Pada penelitian tersebut tampak bahwa hanya grafit bulat berukuran
kecil (dibawah 10 mm) yang ditemukan terbentuk didalam cairan.
Untuk partikel yang lebih besar, bentuk grafit ditentukan oleh lapisan austenit yang berada
disekelilingnya. Grafit menjadi bulat bila austenit dapat terbentuk disekelilingnya dengan
sempurna, sebaliknya grafit vermikular tebentuk bila pada austenit, akibat adanya unsur-unsur
3
pengganggu, terjadi kanal-kanal yang menghubungkan grafit dengan cairan. Sedangkan bila
pertumbuhan grafit dalam gelembung gas terhenti serta tumbuh grafit dari inti-inti baru
disekitar austenit, akan terjadi grafit chunky (gambar 4).

Gambar 4. Skematik pembentukan grafit bulat.


Teori lain dikemukakan oleh Marincek B, yaitu teori dengan landasan energi permukaan. Dari
penelitiannya ditemukan bahwa energi permukaan antara grafit dengan cairan pada besi cor
nodular lebih besar dari pada besi cor lamelar. Dengan metode retakan kapiler (capillary rise
method) dipastikan bahwa tegangan permukaan pada grafit lamelar adalah 800 – 1100
dyne/cm, sedangkan pada grafit bulat adalah 1400 dyne/cm (dyne adalah satuan gaya dengan
sistim cgs).
Penelitian ini berhasil menjelaskan, bahwa pembulatan grafit dapat terjadi karena pada
permukaan bulat (sphere) terdapat energi bebas permukaan yang lebih kecil dari pada
permukaan lamelar dengan volume yang sama sehingga perbedaan energi antar permukaan
cairan dengan grafit (interface energy) menjadi besar. Perbedaan yang besar ini memaksa
pertumbuhan kristal grafit, dalam hal ini menurunkan rasio energi/volume, cenderung menjadi
bulat dari pada lamelar.

4
Gambar 5. Variasi energi bebas pembentukan grafit (DG) sebagai fungsi dari interface energi
cairan-grafit (g*SL).
Interface energi antara cairan-grafit merupakan fungsi dari kandungan S. Bila terdapat cukup
kandungan unsur reaktif terhadap S seperti Mg, sehingga S didalam cairan dapat direduksi
sekecil-kecilnya, maka interface energi tersebut akan naik sehingga grafit bulat akan lebih
memungkinkan terbentuk.
Tercatat pula beberapa faktor yang menjadi penghambat terjadinya grafit bulat, antara lain
adanya unsur-unsur pengganggu didalam cairan (Sb, Pb, As dan sebagainya), atau pemanasan
lebih (superheating) serta penahanan cairan setelah Mg-treatment. Faktor-faktor tersebut
secara langsung menurunkan tegangan permukaan. Selanjutnya kenaikan tegangan permukaan
teramati pula sejalan dengan penambahan unsur Mg didalam cairan sebagaimana tampak pada
gambar 6 dan 7.

Gambar 6. Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi waktu penahanan pada T konstan.

Gambar 7. Variasi tegangan permukaan sebagai fungsi Mg-rest.


5
Dari gambar 7 tampak jelas, bahwa tegangan permukaan terbesar yang menghasilkan
pembulatan grafit optimum adalah pada kandungan Mg sebesar 0.01-0.02%. Namun karena
dalam pengukuran sulit untuk membedakan antara Mg dengan MgS maupun MgO, maka
kandungan Mg (Mg-rest) yang dianjurkan adalah 0.015% lebih tinggi dari kandungan
seharusnya (0.025 – 0.035%).
Sifat-sifat Besi Cor Nodular dipengaruhi oleh semua unsur yang terdapat dalam tabel
periodik. Beberapa dari unsur ini memiliki konsentrasi yang sedemikian kecilnya sehingga
sulit dikenali, sedangkan beberapa yang lainnya memiliki pengaruh yang relatif kecil.  Setiap
unsur secara umum berpengaruh sebagai berikut:
 Menyebabkan atau meniadakan karbida.
 Membentuk serta mempengaruhi penyebaran grafit.
 Membentuk struktur dasar.

Gambar 8. Struktur Besi Cor Nodular perlitik dengan sedikit ferit.

Gambar 9. Pertumbuhan grafit yang menembus dinding austenit.


Pengaruh unsur-unsur ini terutama berhubungan erat dengan kecepatan pendinginan
(ketebalan coran), oleh karenanya penentuan komposisi besi cor nodular sangat
6
memperhatikan masalah kecepatan pendinginan ini sehingga akan diperoleh coran dengan
struktur dasar tanpa ledeburit (perlit + karbida bebas.
Didalam besi cor, karbon selalu dipengaruhi oleh silikon sehingga dalam perhitungan
digunakan CE (carbon equivalent) dengan hubungan sebagai berikut:
CE = %C + 0.31 %Si.
CE yang terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya flotasi grafit terutama pada coran yang
cukup tebal, sedangkan CE yang rendah akan memunculkan struktur yang semakin keras
sampai dengan terbentuknya ledeburit. Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran
tertentu dapat dilihat dari gambar 10.

Gambar 10. Harga CE yang dianjurkan untuk ketebalan coran tertentu.


Perbandingan antara karbon dengan silikon ditentukan dengan memperhatikan pengaruh
silikon terhadap sifat-sifat fisik maupun mekanik besi cor nodular sebagai fungsi dari CE atau
dalam hal ini ketebalan coran.
Kandungan silikon pada jumlah tertentu akan meningkatkan keuletan besi cor sampai dengan
4 %, meningkatkan kekerasan terutama pada kondisi anil namun menurunkan ketahanan
impak serta konduktifitas termal, sehingga dengan demikian perlu pembatasan-pembatasan.

7
Tabel 2. Komposisi C dan Si untuk Coran tanpa karbida bebas.
Persentase C dan Si yang dianjurkan untuk ketebalan coran maupun struktur dasar yang
dikehendaki dapat dilihat dari Tabel 2.
Mangan adalah unsur penggiat terbentuknya karbida besi sehingga jumlahnya dalam besi cor
nodular harus sangat dibatasi serta berhubungan dengan kandungan silikon maupun ketebalan
coran. Hubungan ini dapat dilihat pada gambar 11.
Dari gambar 11 dapat dilihat aspek penting lain dari mangan. Pada coran yang tipis sampai
tebal maksimum 25 mm pengaruh mangan dalam membentuk karbida tereliminasi oleh
naiknya kandungan silikon, dimana untuk kandungan Si yang tinggi dapat ditetapkan jumlah
mangan yang cukup tinggi pula. Sedangkan untuk coran yang tebal hal tersebut tidak dapat
dilakukan mengingat kecenderungan akan terjadinya segregasi.

Gambar 11. Mn maksimum yang dianjurkan sebagai fungsi Si dan tebal coran.

8
Mangan akan tersegregasi semakin kuat pada kondisi pendinginan yang lambat, sehingga
pada akhirnya untuk kandungan mangan rata-rata 0.4 % akan naik menjadi 2.5 % atau lebih
dibagian coran yang mengalami pembekuan terakhir. Sedangkan silikon mengalami kejadian
yang sebaliknya dimana ia akan tersegregasi justru pada awal pembekuan.
Unsur yang merupakan penggiat pembentukan karbida besi dengan pengaruh lebih kuat dari
mangan adalah chrom (Cr), vanadium (V), bor (B), telurium (Te) dan molibdenum (Mo).
Sehingga untuk menghindari terbentuknya karbida bebas unsur-unsur tersebut harus dibatasi
sebagai berikut: Cr: 0.05 %, V: 0.03 %, B: 0.003 %, Te: 0.003 %, Mo: 0.01 – 0.75 %.
Grafit bulat hanya mungkin terbentuk pada cairan dengan kandungan sulfur rendah (S<0.01
%), oleh karenanya pada proses produksinya selain digunakan bahan baku dengan kandungan
sulfur rendah, juga dilakukan desulfurisasi dengan memadukan unsur Mg kedalam cairan.
Mg adalah unsur terpenting yang menghasilkan efek pembulatan grafit. Efek ini terjadi bila
terdapat kandungan Mg didalam besi sebesar 0.02% – 0.05%. Namun karena unsur ini
memiliki titik uap hanya 1107 oC disamping kelarutannya didalam besi yang relatif rendah,
maka untuk mencegah kehilangan yang terlalu banyak saat pemaduan, Mg diberikan dalam
bentuk paduan FeSiMg.
Beberapa parameter yang berpengaruh pada pemaduan Mg adalah:
 Jenis paduan Mg.
 Temperatur pemaduan.
 Metode pemaduan.
 Jumlah S maupun O2 didalam cairan dasar (base iron).
Untuk menentukan jumlah Mg yang harus dipadukan kedalam cairan dasar, perlu
diperhatikan jumlah yang diperlukan sekaligus untuk desulfurisasi serta deoksidasi, serta
jumlah yang hilang akibat penguapan sebagai berikut:

Sebuah contoh aplikasi:


Kondisi proses:
Sulfur pada base iron (SB) = 0.02%.
Mg rest yang diharapkan (MgR) = 0.04%
Mg dalam paduan (MgRC) = 10% (FeSiMg10)
Efisiensi ladel (LE) = 26% (T = 1500 oC, berdasarkan percobaan).
Maka:

9
Dengan demikian, misalnya untuk kapasitas ladle treatment 250 kg, diperlukan FeSiMg10
sebanyak:
MgA = 0.018 x 250 kg = 4.5 kg, dengan temperatur treatment = 1500oC

Referensi

https://hapli.wordpress.com/forum-ferro/besi-cor-nodular/

10

Anda mungkin juga menyukai