Anda di halaman 1dari 11

Kelompok 4:

1. IRA SURABINA Br TARIGAN (193302040070)


2. LELI ANGELITA MENDROFA (193302040016)
3. LILY ADE MUTIARA MUNTHE (193302040049)
4. MARYUDHA DWI FIRMANSYAH (193302040071)
5. MAYA KHAIRIYAH (193302040037)
6. MARKUS IVAN P.K GIAWA (193302040065)
7. NAVY POPI TRIANI HAREFA (193302040023)
8. NURISA TRI AYU SIAHAAN (193302040027)

1.Apa yang dimaksud dengan sterilisasi?

Steralisasi adalah suatu cara untuk membebaskan sesuatu (alat,bahan,media, dan lain-lain)
dari mikroorganisme yang tidak diharapkan kehadirannya baik yang patogen maupun yang
patogen. Atau bisa juga dikatakan sebagai proses untuk membebaskan suatu benda dari semua
mikroorganisme, baik bentuk vegetative maupun bentuk spora.
Proses sterilisasi dipergunakan pada bidang mikrobiologi untuk mencegah pencernaan
organisme luar, pada bidang bedah untuk mempertahankan keadaan aseptis, pada pembuatan
makanan dan obat-obatan untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh miroorganisme
dan di dalam bidang-bidang lain pun sterilisasi ini juga penting.
Sterilisasi banyak dilakukan di rumah sakit melalui proses fisik maupun kimiawi.
Sterilisasi juga dikatakan sebagai tindakan untuk membunuh kuman patogen atau kuman
apatogen beserta spora yang terdapat pada alat perawatan atau kedokteran dengan cara merebus,
stoom, menggunakan panas tinggi, atau bahkan kimia.

2.Apa yang dimaksud dengan desinfektan?

Desinfektan adalah membunuh mikroorganisme penyebab penyakit dengan bahan kimia atau
secara fisik, hal ini dapat mengurangi kemungkinan terjadi infeksi dengan jalan membunuh
mikroorganisme patogen. Disinfektan yang tidak berbahaya bagi permukaan tubuh dapat
digunakan dan bahan ini dinamakan antiseptik.
Sebelum dilakukan desinfektan, penting untuk membersihkan alat-alat tersebut dari debris
organik dan bahan-bahan berminyak karena dapat menghambat proses disinfektan.
penambahan bahan desinfektan juga dijadikan sebagai salah satu cara dalam proses sterilisasi,
yaitu proses pembebasan kuman. Tetapi pada kenyataannya tidak semua bahan desinfektan dapat
berfungsi sebagai bahan dalam proses sterilisasi.

3.Jelaskan jenis sterilisasidan desinfektan?

A. Jenis-jenis sterilisasi:
1. Sterilisas Panas Kering
Bahan termostabil, contohnya: alat gelas, sediaan farmasi (salep, serbuk dll)
Instrumen logam tidak dianjurkan
Waktu sterilisasi yang umum:
* 160 °C - (60-150) menit
* 170 °C - (20-30) menit

2. Sterilisasi dengan Panas Uap


Sering digunakan di RS karena:
Mudah pelaksanaannya
Diterapkan hampir 80% kebutuhan (intr. bedah, linen, gloves, gelas)
Biaya operasional rendah
Hasil sterilisasi kering
Proses waktu yg relatif pendek
Temperatur dan waktu autoklave:
* 130 °c waktu 2 mnt
* 121 °c waktu 12 mnt
* 116 °c waktu 30 mnt
Ada 2 Jenis:
* Gravity
* Prevacuum (high vacuum)

3. Sterilisasi dengan Ultraviolet


Terdapat keterbatasan daya tembus maka penggunaannya:
* Sterilisasi udara (air hygiene)
* Inaktivasi mikroorganisme pada permukaan bahan atau tersuspensi dalam cairan
* Untuk produk dlm komposisi yang tak stabil yang sulit disterilisasi dengan tata
carakonvensional
Efek max radiasi λ 265 nm
Masih dipakai di RS untuk tujuan:
* Mengurangi kontaminasi
* Manitenance keadaan standar
* Sterilisasi/dekontaminasi supplay air
Contoh : ruangan operasi

4. Sterilisasi Dengan Sinar Pengion


* Sinar beta
* Sinar gamma
* Paling ideal namun proteksi worker terhadap radiasi lebih sulit dan lebih mahal
* Bahan sterilisasi dalam bentuk wadah akhir
* Digunakan untuk alat-alat medis (syringe, benang bedah, bahan-bahan plastik dan karet), dan
obat-obatan

5. Sterilisasi dengan Gas Kimia


Contoh : gas etilen dioksid, formaldehide
Keuntungan:
* Temp rendah (bahan termolabil)
* Kemampuan penetrasi dan absorpsi etilen dioksid yang tinggi pada bbrp jenis pembungkus
(kertas, polietilen)

* Digunakan untuk cateter, peralatan suntik plastik, sarung tangan


Keuntungan gas formaldehide dibanding etilen dioksid:
* Lebih murah
* Kurang berbahaya untuk intoksiskasi
* Tidak mudah meledak
* Kurang meninggalkan residu pada bahan yang disterilkan

6. Sterilisasi dengan Filtrasi


Mensterilkan udara atau bahan dalam bentuk cairan. Contoh : filter udara adalah penggunaan
HEPA (High Efficacy Particulate Air) pada ruang operasi atau ruang isolasi tertentu untuk
menghindari kontaminasi atau cross infection. Filtrasi cairan pada produksi obat-obat steril atau
pada sistem irigasi dalam ruang operasi

7. Sterilisasi dengan Bahan Kimia


* Glutaraldehyd 2% dalam suasana basa
* Selama 20-30 menit
* Potensi bertahan sampai 14 hari

B. Jenis-jenis desinfektan:
1.Klorin
Senyawa klorin yang paling aktif adalah asam hipoklorit. Mekanisme kerjanya adalah
menghambat oksidasi glukosa dalam sel mikroorganisme dengan cara menghambat enzim-enzim
yang terlibat dalam metabolisme karbohidrat . Kelebihan dari disinfektan ini adalah mudah
digunakan, dan jenis mikroorganisme yang dapat dibunuh dengan senyawa ini juga cukup luas,
meliputi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Kelemahan dari disinfektan berbahan
dasar klorin adalah dapat menyebabkan korosi pada pH rendah (suasana asam), meskipun
sebenarnya pH rendah diperlukan untuk mencapai efektivitas optimum disinfektan ini. Klorin
juga cepat terinaktivasi jika terpapar senyawa organik tertentu.

2. Iodin
Iodin merupakan disinfektan yang efektif untuk proses desinfeksi air dalam skala kecil. Dua
tetes iodine 2% dalam larutan etanol cukup untuk mendesinfeksi 1 liter air jernih. Salah satu
senyawa iodine yang sering digunakan sebagai disinfektan adalah iodofor. Sifatnya stabil,
memiliki waktu simpan yang cukup panjang, aktif mematikan hampir semua sel bakteri, tetapi
tidak aktif mematikan spora, nonkorosif, dan mudah terdispersi. Kelemahan iodofor diantaranya
aktivitasnya tergolong lambat pada pH 7 (netral) dan lebih dan mahal. Iodofor tidak dapat
digunakan pada suhu lebih tinggi dari 49 °C.

3. Alkohol

Alkohol disinfektan yang banyak dipakai untuk peralatan medis, contohnya termometer oral.
Umumnya digunakan etil alkohol dan isopropil alcohol dengan konsentrasi 60-90%, tidak
bersifat korosif terhadap logam, cepat menguap, dan dapat merusak bahan yang terbuat dari karet
atau plastik.

4. Amonium Kuartener

Amonium kuartener merupakan garam ammonium dengan substitusi gugus alkil pada beberapa
atau keseluruhan atom H dari ion NH4+nya. Umumnya yang digunakan adalah en:cetyl trimetil
ammonium bromide (CTAB) atau lauril dimetil benzyl klorida. Amonium kuartener dapat
digunakan untuk mematikan bakteri gram positif, tetapi kurang efektif terhadap bakteri gram
negatif, kecuali bila ditambahkan dengan sekuenstran (pengikat ion logam). Senyawa ini mudah
berpenetrasi, sehingga cocok diaplikasikan pada permukaan berpori, sifatnya stabil, tidak
korosif, memiliki umur simpan panjang, mudah terdispersi, dan menghilangkan bau tidak sedap.
Kelemahan dari senyawa ini adalah aktivitas disinfeksi lambat, mahal, dan menghasilkan residu.

5. Formaldehida
Formaldehida atau dikenal juga sebagai formalin, dengan konsentasi efektif sekitar 8%.
Formaldehida merupakan disinfektan yang bersifat karsinogenik pada konsentrasi tinggi namun
tidak korosif terhadap metal, dapat menyebabkan iritasi pada mata, kulit, dan pernapasan.
Senyawa ini memiliki daya inaktivasi mikroba dengan spektrum luas. Formaldehida juga dapat
terinaktivasi oleh senyawa organik.

6. Kalium permanganat
Kalium permanganat merupakan zat oksidan kuat namun tidak tepat untuk disinfeksi air.
Penggunaan senyawa ini dapat menimbulkan perubahan rasa, warna, dan bau pada air. Meskipun
begitu, senyawa ini cukup efektif terhadap bakteri Vibrio cholerae.

7. Fenol
Fenol merupakan bahan antibakteri yang cukup kuat dalam konsentrasi 1-2% dalam air,
umumnya dikenal dengan lisol dan kreolin. Fenol dapat diperoleh melalui distilasi produk
minyak bumi tertentu. Fenol bersifat toksik, stabil, tahan lama, berbau tidak sedap, dan dapat
menyebabkan iritasi, Mekanisme kerja senyawa ini adalah dengan penghancuran dinding sel dan
presipitasi (pengendapan) protein sel dari mikroorganisme sehingga terjadi koagulasi dan
kegagalan fungsi pada mikroorganisme tersebut.

Jenis desinfektan ini dibagi menjadi dua, yaitu :


a. desinfektan kimia yaitu penggunaan disinfektan kimia dalam jangka waktu lama dapat
menimbulkan dampak negatif, karena dalam penggunaannya, bahan kimia dapat meninggalkan
residu yang berpotensi untuk mengganggu kesehatan.
b. desinfektan nabati yaitu tidak menimbulkan residu karena terbuat dari bahan yang ada di alam
sehingga mudah menguap.

4.Jelaskan kegunaan sterilisasi dan desinfektan?


Peranan sterilisasi pada bidang mikrobiologi diantaranya adalah untuk mencegah pencemaran
organisme luar, untuk mempertahankan keadaan aseptis, sedangkan pada pembuatan makanan
dan obat"obatan, sterilisasi berfungsi untuk menjamin keamanan terhadap pencemaran oleh
mikroorganisme .Sterilisasi dalam mikrobiologi adalah suatu proses untuk mematikan
semuaorganisme yang terdapat pada atau didalam sutu benda. ketika melakukan pemindahan
biakkan bakteri secara aseptik. Di dalam pengamatan tentang mikrobiologi, sterilisasimerupakan
bagian yang sangat penting atau merupakan suatu keharusan, baik pada alat maupun media. Hal
ini pentingkarena jika alat atau media tidak steril, akan sulitmenentukan apakah mikroba
merupakan akibat dari percobaan yang dilakukan ataumerupakan kontaminan.
Desinfektan sangat penting bagi rumah sakit dan klinik. Desinfektan akanmembantu mencegah
infeksi terhadap pasien yang berasal dari peralatanmaupun dari staf medis yang ada di rumah
sakit dan juga membantumencegah tertularnya tenaga medis oleh penyakit pasien. Perlu
diperhatikanbahwa desinfektan harus digunakan secara tepat.

Adapun tujuan dari sterilisasi dan desinfektan yaitu:

 Mencegah terjadinya infeksi


 Mencegah makanan menjadi rusak
 Mencegah kontaminasi mikroorganisme dalam industri maupun kesehatan
 Mencegah komtaminasi dalam bahan bahan yang dipakai dalam melakukan biakan murni

5.Jelaskan syarat2 sterilisasi dan desinfektan?


Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam sterilisasi di antaranya:
a.    Sterilisator (alat untuk mensteril) harus siap pakai, bersih, dan masih berfungsi.
b.    Peralatan yang akan di steralisasi harus dibungkus dan diberi label yang jelas dengan
menyebutkan jenis pera;latan, jumlah, dan tanggal pelaksanaan  sterilisasi.
c.    Penataan alat harus berprinsip bahwa semua bagian dapat steril.
d.   Tidak boleh menambah peralatan dalam sterilisator sebelum waktu mensteril selesai.
e.    Memindahklan alat steril ke dalam tempatnya dengan korentang steril
f.     Saat mendinginkan alat steril tidak boleh membuka pembungkusnya, bila terbuka harus
dilakukan steralisasi ulang.

Kriteria desinfeksi yang ideal:

a.   Bekerja dengan cepat untuk menginaktivasi mikroorganisme pada suhu kamar


b. Aktivitasnya tidak dipengaruhi oleh bahan organik, pH, temperatur dan
kelembaban
c. Tidak toksik pada hewan dan manusia
d. Tidak bersifat korosif
e. Tidak berwarna dan meninggalkan noda
f. Tidak berbau/ baunya disenangi
g.  Bersifat biodegradable/ mudah diurai
h.  Larutan stabil
i.  Mudah digunakan dan ekonomis
j.  Aktivitas berspektrum luas
6.Jelaskan limbah2 rumah sakit?
LIMBAH-LIMBAH RUMAH SAKIT

1. Limbah padat rumah sakit adalah semua limbah rumah sakit yang berbentuk padat sebagai
akibat kegiatan rumah sakit yang terdiri dari limbah medis padat dan non medis.

2. Limbah medis padat adalah limbah padat yang terdiri dari limbah infeksius, limbah patologi,
limbah benda tajam, limbah farmasi, limbah Sitotoksis, limbah kimiawi, limbah radioaktif,
limbah kontainer bertekanan, dan limbah dengan kandungan logam berat yang tinggi.

Limbah medis padat tidak diperbolehkan membuang langsung ke tempat pembuangan akhir
limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.

3. Limbah padat non medis adalah limbah padat yang dihasilkan dari kegiatan di rumah sakit di
luar medis yang berasal dari dapur, perkantoran, taman dan halaman yang dapat dimanfaatkan
kembali apabila ada teknologinya.Pewadahan limbah padat non-medis harus dipisahkan dari
limbah medis padat dan ditampung dalam kantong plastik warna hitam.

Setiap tempat pewadahan limbah padat harus dilapisi kantong plastik warna hitam sebagai
pembungkus limbah padat dengan lambang “domestik” warna putih.

4. Limbah cair adalah semua air buangan termasuk tinja yang berasal dari kegiatan rumah sakit
yang kemungkinan mengandung mikroorganisme, bahan kimia beracun dan radioaktif yang
berbahaya bagi kesehatan.Kualitas limbah (efluen) rumah sakit yang akan dibuang ke badan air
atau lingkungan harus memenuhi persyaratan baku mutu efluen sesuai Keputusan Menteri
Lingkungan Hidup Nomor Kep–58/MENLH/12/1995 atau peraturan daerah setempat.

5. Limbah gas adalah semua limbah yang berbentuk gas yang berasal dari kegiatan pembakaran
di rumah sakit seperti insinerator, dapur, perlengkapan generator, anastesi dan pembuatan obat
citotoksik.Standar limbah gas (emisi) dari pengolahan pemusnah limbah medis padat dengan
insinerator mengacu pada Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Nomor Kep-13/MenLH/3/1995
tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak.Monitoring limbah gas berupa NO2, SO2,
logam berat, dan dioksin dilakukan minimal satu kali setahun.

Suhu pembakaran minimum 1.000oC untuk pemusnahan bakteri patogen, virus, dioksin, dan
mengurangi jelaga.

Dilengkapi alat untuk mengurangi emisi gas dan debu.

Melakukan penghijauan dengan menanam pohon yang banyak memproduksi gas oksigen dan
dapat menyerap debu.
6. Limbah infeksius adalah limbah yang terkontaminasi organisme patogen yang tidak secara
rutin ada di lingkungan dan organisme tersebut dalam jumlah dan virulensi yang cukup untuk
menularkan penyakit pada manusia rentan.

7. Limbah sangat infeksius adalah limbah berasal dari pembiakan dan stock bahan sangat
infeksius, otopsi, organ binatang percobaan dan bahan lain yang telah diinokulasi, terinfeksi atau
kontak dengan bahan yang sangat infeksius.Limbah yang sangat infeksius seperti biakan dan
persediaan agen infeksius dari laboratorium harus disterilisasi dengan pengolahan panas dan
basah seperti dalam autoclave sedini mungkin. Untuk limbah infeksius yang lain cukup dengan
cara disinfeksi.

8. Limbah sitotoksis adalah limbah dari bahan yang terkontaminasi dari persiapan dan pemberian
obat sitotoksik untuk kemoterapi kanker yang mempunyai kemampuan untuk membunuh atau
menghambat pertumbuhan sel hidup.Limbah sitotoksis sangat berbahaya dan tidak boleh
dibuang dengan penimbunan (landfill) atau ke saluran limbah umum. Pembuangan yang
dianjurkan adalah dikembalikan ke perusahaan penghasil atau distributornya, insinerasi pada
suhu tinggi, dan degradasi kimia. Bahan yang belum dipakai dan kemasannya masih utuh karena
kadaluarsa harus dikembalikan ke distributor apabila tidak ada insinerator dan diberi keterangan
bahwa obat tersebut sudah kedaluarsa atau tidak lagi dipakai.

Insinerasi pada suhu tinggi sekitar 1.200ºC dibutuhkan untuk menghancurkan semua bahan
sitotoksik. Insinerasi pada suhu rendah dapat menghasilkan uap sitotoksik yang berbahaya ke
udara.

Insinerator pirolitik dengan 2 (dua) tungku pembakaran pada suhu 1.200ºC dengan minimum
waktu tinggal 2 detik atau suhu 1.000ºC dengan waktu tinggal 5 detik di tungku kedua sangat
cocok untuk bahan ini dan dilengkapi dengan penyaring debu.Insinerator juga harus dilengkapi
dengan peralatan pembersih gas. Insinerasi juga memungkinkan dengan rotary kiln yang didesain
untuk dekomposisi panas limbah kimiawi yang beroperasi dengan baik pada suhu di atas 850ºC.
Insinerator dengan satu tungku atau pembakaran terbuka tidak tepat untuk pembuangan limbah
sitotoksis.

Metode degradasi kimia yang mengubah senyawa sitotoksik menjadi senyawa tidak beracun
dapat digunakan tidak hanya untuk residu obat tapi juga untuk pencucian tempat urin, tumpahan
dan pakaian pelindung. Cara kimia relatif mudah dan aman meliputi oksidasi oleh kalium
permanganat (KMnO4) atau asam sulfat (H2SO4), penghilangan nitrogen dengan asam bromida,
atau reduksi dengan nikel dan aluminium.

Insinerasi maupun degradasi kimia tidak merupakan solusi yang sempurna untuk pengolahan
limbah, tumpahan atau cairan biologis yang terkontaminasi agen antineoplastik. Oleh karena itu,
rumah sakit harus berhati-hati dalam menangani obat sitotoksik. Apabila cara insinerasi maupun
degradasi kimia tidak tersedia, kapsulisasi atau inersisasi dapat dipertimbangkan sebagai cara
yang dapat dipilih.
9. Limbah farmasi dalam jumlah kecil dapat diolah dengan insinerator pirolitik (pyrolytic
incinerator), rotary kiln, dikubur secara aman, sanitary landfill, dibuang ke sarana air limbah atau
inersisasi. Tetapi dalam jumlah besar harus menggunakan fasilitas pengolahan yang khusus
seperti rotary kiln, kapsulisasi dalam drum logam, dan inersisasi.

10. Limbah Radioaktif

Pengelolaan limbah radioaktif yang aman harus diatur dalam kebijakan dan strategi nasional
yang menyangkut peraturan, infrastruktur, organisasi pelaksana dan tenaga yang terlatih.

Setiap rumah sakit yang menggunakan sumber radioaktif yang terbuka untuk keperluan
diagnosa, terapi atau penelitian harus menyiapkan tenaga khusus yang terlatih khusus di bidang
radiasi.

Tenaga tersebut bertanggung jawab dalam pemakaian bahan radioaktif yang aman dan
melakukan pencatatan.Instrumen kalibrasi yang tepat harus tersedia untuk monitoring dosis dan
kontaminasi. Sistem pencatatan yang baik akan menjamin pelacakan limbah radioaktif dalam
pengiriman maupun pembuangannya dan selalu diperbarui datanya setiap waktu.Limbah
radioaktif harus dikategorikan dan dipilah berdasarkan ketersediaan pilihan cara pengolahan,
pengkondisian, penyimpanan, dan pembuangan. Kategori yang memungkinkan adalah:Umur
paruh (half-life) seperti umur pendek (short-lived), (misalnya umur paruh <100 hari), cocok
untuk penyimpanan pelapukan,aktifitas dan kandungan radionuklida,bentuk fisika dan kimia,

cair : berair dan organik,tidak homogen (seperti mengandung lumpur atau padatan yang
melayang),

Padat : mudah terbakar/tidak mudah terbakar (bila ada) dan dapat dipadatkan/tidak mudah
dipadatkan (bila ada),sumber tertutup atau terbuka seperti sumber tertutup yang
dihabiskan,Kandungan limbah seperti limbah yang mengandung bahan berbahaya (patogen,
infeksius, beracun).

11. Limbah Klinik

Limbah ini berasal dari pelayanan kepada pasien, khususnya yang berkaitan dengan unit risiko
tinggi dan pembedahan. Risiko infeksi kuman dari limbah jenis ini terbilang tinggi. Karenanya,
limbah klinik ini biasanya diberi label yang jelas. Contoh limbah klinik sendiri di antaranya
adalah perban bekas perawatan, jarum suntik bekas, , kantung urin dan kantung darah, anggota
tubuh yang diamputasi serta cairan tubuh.

12. Limbah Bukan Klinik

Berkebalikan dengan limbah klinik, limbah bukan klinik adalah limbah rumah sakit yang tidak
melakukan kontak dengan cairan tubuh. Limbah jenis ini biasanya lebih banyak berasal dari
kegiatan administratif rumah sakit. Beberapa contoh limbah bukan klinik ini antara lain kantong
plastik dan kertas.

13. Limbah Patologi

Jenis limbah yang satu ini tergolong sebagai limbah dengan risiko bahaya yang tinggi. Karena
itulah, pengelolaan harusnya dilakukan dengan hati-hati. Sebelum keluar dari unit patologi,
limbah ini harus diautoclaf terlebih dahulu. Tidak hanya itu, limbah patologi juga harus diberi
label biohazard.

Anda mungkin juga menyukai