Anda di halaman 1dari 17

MODUL PROSTODONSIA

GIGI TIRUAN JEMBATAN


(BRIDGE)

Oleh :

Fitri Anggini (1311419001)

Dosen Pembimbing :

drg. Eni Rahmi, Sp. Prostho

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS ANDALAS
2020
Gigi Tiruan Jembatan (Bridge)

Gigi tiruan jembatan disebut juga fixed partial denture adalah suatu protesa (geligi
tiruan) sebagian yang dilekatkan secara tetap pada satu gigi atau lebih dari satu gigi
penyangga dan menggantikan satu atau lebih dari satu gigi yang hilang. Tujuan
pembuatan gigitiruan jembatan adalah mengembalikan fungsi pengunyahan,
memperbaiki penampilan dan fungsi bicara, memelihara kesehatan gigi, serta mencegah
gangguan pada sendi temporomandibula.

Suatu gigi tiruan jembatan harus memenuhi :


a. Persyaratan mekanis
Gigi penyangga harus mempunyai bentuk dan ukuran yang sedemikian rupa
sehingga dapat di preparasi dengan baik untuk memberi pegangan (retensi)
yang cukup bagi retainer. suatu pontik harus mempunyai bentuk yang
mendekati bentuk anatomi gigi asli yang diganti dan harus dapat menahan /
memikul daya kunyah tanpa patah.
b. Persyaratan Fisiologis
Jembatan tidak boleh mengganggu kesehatan gigi penyangga dan jaringan
pendukung lainnya. Preparasi pada gigi vital tidak boleh membahayakan
vitalitas pulpanya. Suatu retainer atau pontik tidak boleh mengiritasi jaringan
lunak (gingiva, lidah, pipi, dan bibir).
c. Persyaratan hygiene
Pada jembatan tidak boleh terdapat bagian yang dapat menyangkut, menimbun
sisa makanan. Diantara pontik dan retainer harus ada sela (embrasures) yang
cukup besar sehingga dapat dibersihkan dengan saliva atau lidah . Diantara
pontik dan gingiva dapat dilalui seutas benang untuk dapat membersihkan
sisa-sisa makanan. semua permukaan jembatan harus dipoles sampai
mengkilat agar mencegah sisa makanan tidak menyangkut.
d. Persyaratan estetik
Setiap jembatan, terutama yang untuk mengganti gigi depan, harus dibuat
menyerupai gigi asli. Akan tetapi untuk mencapai tingkat keaslian tidak boleh
mengorbankan kekuatan dan kebersihan dari jembatan.
e. Persyaratan fonetik
Hal yang harus dipertimbangkan dalam perawatan jembatan ialah :
a. Keadaan kesehatan, kedudukan, kondisi dan tempatnya di rahang dari gigi
yang masih ada, yang akan dipakai sebagai penyangga
b. Jumlah gigi yang akan diganti
c. Umur penderita
d. Keadaan kesehatan gusi, selaput akar dan tulang rahang
e. Kebersihan (hygiene) mulut
f. Indeks karies
g. Oklusi
h. Keadaan / posisi gigi lawan (antagonist)

1. Foto Model Kerja

A. Diagnosis
 Rahang Atas : Klas III Kennedy ( kehilangan gigi 22 )
B. Rencana Perawatan
 Gigi Tiruan Cekat fixed-fixed bridge 3 unit dengan bahan Porcelain Fused to Metal
(PFM) sebagai pengganti gigi 22 dengan gigi penyangga gigi 21 dan 23.

Berdasarkan diagnosis model kerja, yaitu :


 Pada rahang atas Klas III Kennedy, maka akan dibuatkan gigi tiruan cekat
(GTC) berupa crown & bridge sebagai pengganti gigi 22.

GIGI TIRUAN CEKAT (GTC)


a)Komponen Gigi Tiruan Cekat (GTC)
1) Abutmen (penyangga)
Gigi asli yang digunakan sebagai gigi penyangga untuk mendukung retainer
yang merupakan bagian dari komponen GTC.
2) Retainer
Bagian dari GTC yang dilekatkan ke gigi penyangga.
3) Pontik (dummy)
Bagian dari GTC yang digunakan sebagai pengganti gigi asli yang hilang.
4) Konektor (joint)
Bagian GTC sebagai penghubung antara pontik dan retainer.

b) Pemilihan Desain
1) Desain
Desain yang dipilih pada kasus ini adalah GTC jenis fixed bridge (jembatan 3
unit) porselen-metal.
2) Abutment
Penambahan abutment pada gigi 21 dan 23. Gigi 21 & 23 dalam keadaan
baik.
3) Retainer
Tipe ekstra corona, berupa full crown Porcelain Fused to Metal.
4) Connector  Tipe rigid fixed.
5) Pontic
Tipe modified ridge lap pada edentulous gigi 22. Bagian permukaan labial
berkontak dengan residual ridge sedangkan bagian palatal tidak berkontak.

RA : Desain GTC : fixed-fixed bridge 3 unit bahan porcelain fused to metal untuk

mengganti kehilangan gigi 22, gigi abutmen gigi 21 dan 23.


Desain
1. Abutment : 21 dan 23
2. Retainer : Porcelain Fused to Metal (PFM)
3. Pontik : 22 (modified ridge lap)
4. Konektor : rigid fixed bridge
Desain preparasi dengan bentuk akhiran preparasi shoulder pada permukaan labial &
chamfer pada permukaan palatal yang terletak sejajar dengan margin gingiva
(equigingiva).

Hal yang harus diperhatikan terkait kondisi klinis gigi


 Lebar mesiodistal gigi penyangga 21 adalah 8 mm
 Lebar mesiodistal gigi penyangga 23 adalah 8 mm
 Lebar span pada gigi 22 = 8 mm
 Ruangan yang tersedia untuk ketiga gigi (21, 22, dan 23) = 8 mm + 8 mm + 8 mm =
24 mm.
 Ukuran pontik 22 akan dibuat sesuai dengan ukuran gigi 12, yaitu 7 mm. Ukuran
pontik 21 dan gigi 23 dibuat masing-masing dengan ukuran 9 mm dan 8 mm sesuai
dengan gigi 11 dan 13.

1,5 mm 1,5 mm
1,5 mm 1,5 mm

8 mm8mm8 mm8mm 8 mm8mm 8 mm9mm 8 mm8mm 8 mm8mm 8 mm8mm


8 mm9mm

Dalam preparasi akan dilakukan modifikasi untuk mendapatkan ruangan yang cukup,
yaitu:
 Pengurangan gigi 21 dan 23 bagian mesial sebanyak 1,5 mm dan bagian distal sebanyak 1,5
mm.
 Pengurangan insisal pada gigi 21 dan 23 sebanyak 1-1,5 mm.
 Pengurangan labial gigi 21 dan 23 sebanyak 0,5-1,5 mm.
 Pengurangan palatal gigi 21 dan 23 sebanyak 0,5-0,75 mm.
Tahapan Pekerjaan
Kunjungan I
1) Pencetakan Anatomis dengan menggunakan alginate dan sendok cetak fabricated untuk
mendapatkan model studi
2) Cetakan dicor menggunakan gips stone tipe III untuk mendapatkan model studi. Model
studi akan digunakan untuk menentukan rencana perawatan dalam desain gigi tiruan
cekat jembatan yang akan dibuat.
Pemeriksaan model studi dilakukan untuk :
- Mengetahui/menentukan gigi yang akan dijadikan sebagai gigi penyangga
- Mengetahui posisi gigi sebagai gigi penyangga
- Mengetahui arah pasang
- Untuk latihan preparasi
3) Model studi ditanam pada okludator.
Kunjungan II : Preparasi gigi penyangga 21 dan 23
1) Menjelaskan semua prosedur kerja yang akan dilakukan kepada pasien dan
informed consent.
2) Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan untuk preparasi.

Alat: Bahan:
- Diagnostic set - Pehacain
- Pointed tapered cylindrical diamond bur - Spuit 1 cc
- Straight cylindrical diamond bur - Benang retraksi
- Round end tapered cylindrical diamond bur - Alginate
- Flame type diamond bur - Elastomer
- Flat end tapered cylindrical diamond - Gips biru
bur - Gips kuning
- Torpedo/ chamfer bur - Fletcher
- Fine finishing bur - Articulating Paper
- Semen spatel - GIC Luting
- Glass lab - Self cure acrylic resin
- Sendok cetak (powder+liquid)
- Rubber bowl dan spatula

3) Lakukan anestesi infiltrasi bukal dan palatal pada gigi 21 dan 23 yang akan
dilakukan preparasi.
4) Tahap-tahap preparasi :

Alat dan Bahan Tujuan


Diagnostik set
Spuit 1 cc dan pehacaine Melakukan anastesi pada gigi 21 dan 23
Flat-ended tapered cylindrical diamond Pengurangan permukaan proksimal
bur
Flat-ended tapered cylindrical diamond Pengurangan permukaan insisal
bur
Round end tapered cylindrical diamond Pengurangan permukaan labial dan palatal
bur
Flat-ended tapered cylindrical diamond Pembuatan akhiran shoulder
bur
Football/wheel shaped diamond (Flame) Pengurangan daerah palatal pada gigi
anterior (gigi 21 dan 23)
Torpedo Pembuatan akhiran chamfer
Finishing bur
Round end tapered cylindrical Pembulatan sudut-sudut dan penghalusan
diamond bur permukaan setelah preparasi

a. Pengasahan bidang proksimal


Alat : pointed tapered cylindrical diamond bur

Penatalaksanaan :
 Buatlah garis pedoman pada permukaan labial proksimal berjarak 1,5 mm dari
titik kontak dan sejajar sumbu gigi dari tepi gingiva ke servikal. Besar
preparasi proksimal disesuaikan dengan desain yang telah ditentukan.
 Pemotongan dimulai dari marginal ridge di insisal ke servikal.
 Bidang mesial-distal dibuat sedikit mengerucut (konvergen) ke arah insisal
dengan sudut 2-60.
 Arah gerakan bur dari labial ke palatal.
 Lakukan pengasahan sampai titik kontak hilang, lalu dilanjutkan hingga bur
menyinggung garis pedoman.
 Setelah selesai, lakukan pengecekan dengan sonde dengan menjalankan sonde
dari servikal ke insisal untuk merasakan ada atau tidaknya undercut
(kecembungan), apakah hasil preparasi bagian proksimal masih berkontak
atau tidak dengan gigi tetangga.

1,5 mm
1,5 mm 1,5 mm 1,5 mm

b. Pengasahan bidang insisal


Alat : straight cylindrical diamond bur

Penatalaksanaan :
 Buatlah pedoman pengasahan sebesar 1-1.5 mm dari tepi insisal atau dengan
menggunakan pedoman 2-4 groove sedalam 1-1,5 mm dari tepi insisal
menggunakan bur.
 Pengasahan dilakukan dengan kemiringan 45o ke arah palatal.
 Arah gerakan bur dari groove ke mesial atau ke distal.
 Lakukan pengecekan dengan membandingkan ketinggian permukaan insisal hasil
pengasahan pada gerakan artikulasi ke anterior sampai edge to edge, apakah cukup
atau tidak

c. Pengasahan bidang labial


Alat : straight cylindrical diamond bur dan round end tapered cylindrical diamond bur
Penatalaksanaan :
 Membuat pedoman pengasahan berupa groove pada permukaan labial dengan
menggunakan straight cylindrical diamond bur sebanyak 3 buah pada bagian 2/3 insisal
sedalam 1-1,5 mm dan 2 buah pada 1/3 insisal sedalam 0,5 mm, dengan jarak 0,5 dari
tep servikal gigi.

 Pada 2/3 bagian insisal, pengasahan dilakukan dengan round end tapered cylindrical
diamond bur dari pedoman groove ke arah mesial dan distal sesuai dengan bentuk
anatomi mahkota gigi.

 Pada 1/3 servikal, dilakukan dengan round end tapered cylindrical diamond bur sejajar
sumbu gigi sampai dasar groove dengan gerakan ke mesial atau ke distal.

 Lakukan pengecekan seluruh hasil pengasahan menggunakan sonde lengkung, gerakan


dari servikal ke insisal.

d. Pengasahan bidang palatal


Alat :flame type diamond bur, toperdo bur

Penatalaksanaan :
 Tahap pengasahan hampir sama dengan bidang labial. Arah gerakan bur dari marginal
ridge mesial-distal ke pertengahan fossa agar tidak menghilangkan bentuk singulum.

 Pengasahan 1/3 bagian servikal menggunakan torpedo bur. Arah gerakan bur harus
sejajar sumbu gigi dan berjarak 0,5 mm dari batas akhir preparasi.

 Periksa hasil preparasi menggunakan sonde dan kaca mulut saat beroklusi dan
berartikulasi ke anterior dari arah insisal, baik bidang palatal maupun bidang labial
harus sejajar sumbu gigi.

 Pemeriksaan hasil preparasi juga bisa dilakukan dengan menginstruksikan pasien


menggingit wax plate untuk mengetahu apakai preparasi sudah sesuai.
e. Pengasahan servikal
Alat: flat end tapered cylindrical diamond bur, Torpedo / Chamfer bur (palatal)

Penatalaksanaan :

Penatalaksanaan :
 Pengasahan dilakukan dengan posisi bur sejajar sumbu gigi dan terletak sejajar
dengan margin gingiva (equigingiva) untuk membentuk akhiran shoulder pada
permukaan labial dan desain batas akhir preparasi chamfer edge pada permukaan
palatal dengan letak batas akhir supragingiva.
 Lakukan pengecekan dengan sonde lengkung, apakah masih ada jaringan gigi yang
berkontak dengan gigi-gigi sebelahnya dan batas hasil pengasahan harus terlihat jelas di
sekeliling servikal.

f. Finishing
Alat : fine finishing bur berbentuk round end tapered cylindrical diamond bur
Penatalaksanaan :
 Pembulatan sudut-sudut/pertemuan bidang-bidang yang telah dipreparasi dan dihaluskan
menggunakan bur tersebut, bertujuan untuk memudahkan adaptasi permukaan dalam
restorasi
 Lakukan pengecekan hasil pengasahan dengan perabaan menggunakan ujung jari
telunjuk, apakah masih terasa bersudut atau sudah terasa halus permukaannya.

5) Setelah preparasi selanjutnya dilakukan pemeriksaan terhadap kesejajaran preparasi.


6) Cek apakah preparasi sudah memenuhi syarat ideal preparasi :
- Kemiringan dinding aksial: preparasi gigi dibuat dengan kemiringan 2-60, dinding
aksial agak mengecil ke arah koronal untuk memudahkan pemasangan dan agar
kelebihan semen juga mudah mengalir keluar.
- Ketebalan preparasi: jaringan gigi yang diambil apakah sudah cukup untuk bahan GTC
nantinya. Jangan sampai berlebihan karena dapat menyebabakan hipersensitivitas pulpa,
pulpitis, hingga nekrose pulpa. Dan jangan sampai kurang karena dapat mengurangi
retensi akibat perubahan daya kunyah dan tidak estetik.
7) Kesejajaran pada kedua gigi abutment dibandingkan : Menggunakan 2 buah sonde lurus
pada masing-masing dinding aksial distal gigi abutment. Hal ini dilakukan agar terbentuk
1 arah pemasangan pada kedua abutmen. Jika sulit dilakukan pada gigi pasien, gigi yang
dipreparasi dicetak dan dicor dengan gips.
8) Retraksi Gingiva
Agar didapat tepi akhiran preparasi yang jelas di daerah servikal saat pencetakan, maka
dilakukan retraksi gingiva menggunakan benang retraksi. Retraksi gingiva dilakukan
menggunakan benang retraksi. Isolasi gigi yang dipreparasi, lalu potong benang dan
rendam ke dalam adrenalin yang diencerkan 1 : 200.000 atau pehacain 1 ampul yang
dilarutkan dalam 200 cc aquadest. Kemudian lingkarkan benang di sekeliling gigi dan
masukkan dalam sulkus menggunakan instrument yang dimulai dari area proksimal.
8) Apabila hasil preparasi telah tepat dan sesuai dengan prinsip preparasi ideal, maka lakukan
pencetakan menggunakan elastomer dengan teknik double impression.
 Buka benang retraksi
 Pencetakan RA
- Lakukan manipulasi bahan putty dengan teknik melipat hingga warna berubah
menjadi hijau dan homogen, kemudian letakkan di dasar sendok cetak. Setelah keras
dikeluarkan dari mulut pasien. Pada daerah yang dipreparasi harus dicekungkan/
dikerok untuk tempat bahan cetak kedua.
- Aduk base dan catalyst dari light body (perbandingan 1:1), masukkan dalam sendok
cetak tadi (pada daerah yang sudah dikerok) dan sebagian ditaruh ke sekeliling gigi
yang bersangkutan untuk mendapatkan detail yang tajam
- Masukkan kembali sendok cetak ke dalam mulut pasien, tunggu hingga setting.
 Pencetakan RB dengan menggunakan alginate setelah didapatkan dimensi vertikal dan
oklusi sentrik pasien
 Lakukan pengecoran hasil cetakan dengan gips kuning
9) Penentuan warna gigi dengan shade guide. Tentukan warna gigi yang sesuai dengan
gigi pasien yang masih ada. Minta persetujuan kepada pasien mengenai warna gigi yang
dipilih.
10) Pembuatan gigi tiruan sementara :
 Lakukan pencetakan pada model studi yang sudah ada menggunakan elastomer.
 Cetak rahang pasien yang telah dipreparasi mengunakan alginate dengan sendok cetak
sebagian. Kemudian cor menggunakan gips biru.
 Aduk akrilik self curing dan masukkan ke dalam cetakan negatif yang menggunakan
elastomer tadi, kemudian lakukan pencetakan pada model pasca preparasi
 Setelah mengeras, angkat cetakan. Keluarkan mahkota sementara akrilik dari cetakan.
 Lakukan pemotongan bagian yang berlebih dari mahkota sementara dan lakukan
pemolesan.
 Penyemenan mahkota sementara dengan menggunakan fletcher.
 Cek oklusi pasien.
11) Pengiriman ke laboratorium
 Hasil cetakan dengan elastomer dikirim ke lab untuk dibuatkan gigi tiruan cekat
jembatan gigi 22 dengan gigi penyangga 21 dan 23 dengan bahan Porcelain Fused to
Metal

 Pengiriman ke lab disertakan dengan cetakan antagonis yang sudah ditentukan dimensi
vertikal dan oklusi sentrik pasien.

Kunjungan III
Try-in coping logam
 Pemeriksaan adaptasi dan ketepatan pinggir, cek dengan menggunakan sonde apakah
over extenstion atau under extention.
 Pemeriksaan terhadap gingiva apakah memucat atau tidak.
 Pemeriksaan oklusi menggunakan articulating paper untuk melihat traumatik oklusi.
 Pemeriksaan stabilisasi  coping logam tidak longgar atau mudah terlepas.
Kunjungan IV
Try-in gigi tiruan jembatan dengan menggunakan bahan sementasi sementara
a) Hal yang dilakukan saat try- in:
 Periksa kecekatan/ fitness : GTJ akan tetap berada pada posisi yang tepat terhadap gigi
yang dipreparasi tanpa jatuh tanpa semen.
 Pemeriksaan titik kontak : dengan ujung sonde half moon yang tajam, dilakukan pada
permulaan arah serviko insisal mengelilingi servikal gigi. Ujung sonde digerakkan dari
arah akar ke arah mahkota, tidak boleh ada ujung sonde yang masuk atau tersangkut.
 Pemeriksaan stabilisasi  apabila pasien melakukan gerakkan lateral dan protrusif
maka gigi tetap berada diposisinya/ tidak bergerak/ tidak goyang/berputar/terungkit
 Periksa adaptasi (final rest position). : permukaan pontik tidak boleh menekan gusi.
Lakukan pemeriksaan menggunakan PIP : apabila menekan gusi akan terlihat gusi
pucat. Gunakan PIP.
 Pemeriksaan kontak proksimal
- Jika kehilangan kontak akan menyebabkan retensi makanan
- Pemeriksaan dilakukan dengan dental floss : dimasukkan melalui interdental antara
retainer dan gigi sebelahnya. Tekanan saat memasukaan dental floss antara GTC dan
gigi asli tetangganya harus sama dengan tekanan pada titik kontak sesama gigi asli.
- Untuk perbaikan gunakan PIP untuk mengetahui daerah yang menekan dan kurangi
dengan stone pengasah pada PIP yang terhapus
 Pemeriksaan kontak oklusal : Pemeriksaan dengan menggunakan kertas artikulasi
- Periksa oklusi dalam keadaan sentrik untuk melihat kontak prematur. Perbaiki dengan
oklusal adjustment
- Periksa artikulasi dalam keadaan eksentrik: lateral dan protrusif: untuk melihat
sangkutan oklusal. Perbaiki dengan prinsip BULL dan MUDL
 Pemeriksaan kontur. Pemeriksaan kontur bagaian labial dan palatal.
 Penilaian estetik : warna, ukuran, bentuk retainer dan pontik

b) Bila sudah pas lakukan sementing sementara menggunakan fletcher.


c) Bersihkan sisa fletcher pada gigi.
d) Periksa oklusi pasien.
e) Finishing
f) Intruksi pemeliharaan :
- Menghilangkan plak dengan sikat gigi atau alat lain
- Mengurangi makanan asam dan kariogenik
- Mengurangi minuman soda dan minuman berwarna
- Penggunaan obat kumur
- Kontrol rutin 3-6 bulan
g) Pro: kontrol 1 minggu

Kunjungan V
Kontrol 1 minggu :
1. Tanyakan apakah pasien mengalami keluhan atau tidak
2. Periksa keadaan Intraoral
- Keadaan jaringan lunak
- OH pasien
- Oklusi
3. Jika tidak ada keluhan, Lakukan sementasi permanen dengan menggunkan GIC
luting.
- Bersihkan sisa GIC luting pada gigi
- Periksa oklusi kembali
- Finishing
4. Instruksi pemeliharan GTC jembatan
- Menjaga kebersihan rongga mulut
- Mengurangi makanan yang asam dan kariogenik
- Menggunakan alat bantu obat umur
- Lakukan kontrol rutin 3-6 bulan

Anda mungkin juga menyukai