Ak Sioma
Ak Sioma
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
Received 12 October 2019; Received in revised form 5 December 2019; Accepted 29 December 2019
Abstrak
Tujuan dalam penelitian adalah untuk mendiskripsikan alat-alat yang digunakan maupun aktivitas yang
dilakukan dalam tradisi makan besaprah pada upacara pernikahan melayu di Kecamatan Sambas.
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif berupa etnografi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi sehingga alat
pengumpul data yang digunakan adalah lembar observasi, lembar wawancara, dan dokumen.
Pemeriksaan keabsahan dalam penelitian ini menggunakan teknik triangulasi sumber. Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan bahwa: (1) Alat yang digunakan dalam makan
besaprah adalah: alas saprah, batel, pinggan saprah, piring laok, pinggan nase’, cawan, baki ae’, baki
laok, sarbet dan berkaitan dengan konsep bangun datar, bangun ruang, pola bilangan, dan geometri. (2)
Adapun aktivitas yang dilakukan dalam makan besaprah yaitu aktivitas persiapan sebelum makan
besaprah yang dilakukan Melayu Sambas ada empat, yaitu merancap, bekaot, nyiapkan sajian saprahan,
besurong.
Abstract
The purpose of this research is to describe the tools used and the activities carried out in the tradition of
eating besaprah at the Malay wedding ceremony in Sambas District. The method used in this research is
qualitative research in the form of ethnography. Data collection techniques used were observation,
interviews, and documentation so that the data collection tools used were observation sheets, interview
sheets, and documents. The validity check in this study uses the source triangulation technique. Based on
the results of research and discussion, it can be concluded that: (1) The tools used in eating besaprah are
alas saprah, batel, pinggan saprah, piring laok, pinggan nase’, cawan, baki ae’, baki laok, sarbet and are
related to the concept geometry and number patterns. (2) As for the activities carried out in eating
besaprah, there are four preparatory activities before eating besaprah by Sambas Melayu: merancap,
bekaot, nyiapkan sajian saprahan, besurong.
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
hilang. Anak-anak lebih suka bermain budaya dan adat istiadat dalam
gadget di rumah dari pada harus memberikan hukum dalam aktivitas
bermain engklek. Anak-anak yang manusia.
sudah masuk SMP/MTs sudah tidak Salah satu tradisi islam yang
mau ke surau atau masjid untuk belajar berkembang di masyarakat Melayu
membaca Al-Qur’an dan lebih memilih Sambas adalah Makan Besaprah pada
berada di depan TV atau laptop. Oleh upacara adat pernikahan, kegiatan
sebab itu, kebudayaan atau tradisi tersebut sudah menjadi ikon dari
seharusnya dilestarikan dan masyarakat khususnya masyarakat
dikembangkan. Salah satunya dengan melayu di daerah tersebut. Sebenarnya
cara memasukkan unsur budaya dan tidak ada referensi yang menyebutkan
tradisi dalam proses pembelajaran di secara pasti sejak kapan tradisi makan
kelas. besaprah ini dimulai, namun banyak
Hubungan antara pendidikan dan pihak yang mengaitkan tradisi ini
budaya, lingkungan sekitar atau alam dengan ajaran Islam sebagai agama
semesta sudah lama disinggung dalam yang dianut masyarakat melayu
Al-Qur’an agar pendidikan dan budaya Sambas.
dapat dijadikan sarana dalam Makan besaprah itu sendiri
mengembangkan kepribadian manusia. sebenarnya sudah ada pada zaman
Seperti dalam Al-Qur’an pada surat Rasulullah SAW dimana Rasulullah
Yunus ayat 101. SAW memerintahkan kepada para
sahabat untuk makan bersama
ض َو َما جُ أغىِي َ ت َو أ
ِ ِۚ ٱۡل أز ْ قُ ِل ٱوظُس
ِ ُوا َما َذا فِي ٱل َّس َٰ َم َٰ َو sebagaimana istilah yang disebut makan
ُ أ َّ ُ
َث َوٱلىُّر ُز عَه ق أو ٖم َّل يُؤ ِمىون
َ ٓ أ
ُ َٱۡل َٰي besaprah. Seperti hadist-hadist di
bawah ini:
Artinya:
Katakanlah: "Perhatikanlah apa َوطَ َعا ُم الثَّالَثَ ِة َكافِى، اَّل ْثىَي ِْه َكافِى الثَّالَثَ ِة ِ طَ َعا ُم
yang ada di langit dan di bumi. اۡلَزْ بَ َع ِة
Tidaklah bermanfaat tanda Artinya:
kekuasaan Allah dan rasul-rasul “Makanan porsi dua orang sebenarnya
yang memberi peringatan bagi cukup untuk tiga, makanan tiga cukup
orang-orang yang tidak beriman". untuk empat.” (HR. Bukhari no. 5392
(10: 101) dan Muslim no. 2059, dari Abu
Dalam ayat tersebut, Al-Qur’an Hurairah). Dalam lafazh Muslim
memerintahkan kepada manusia agar disebutkan,
memperhatikan alam sekitar sehingga اح ِد يَ ْكفِى ا َِّل ْثىَي ِْه
ِ طَ َعا ُم ْال َو
bisa mengambil dan memperoleh َوطَ َعا ُم ا َِّل ْثىَ ْي ِه يَ ْكفِى اۡلَزْ بَ َعةَ َوطَ َعا ُم
pelajaran dan pengetahuan dari alam َاۡلَزْ بَ َع ِة يَ ْكفِى الثَّ َماوِيَة
sekitar tersebut. Alam sekitar tidak Artinya
hanya berupa tata surya, galaksi “Makanan porsi satu orang sebenarnya
maupun mineral yang ada di bumi, cukup untuk dua, makanan dua
tetapi adat istiadat dan budaya termasuk sebenarnya cukup untuk empat, dan
bagian alam sekitar yang seharusnya makanan empat sebenarnya cukup
dipelajari dan diambil manfaatnya untuk untuk delapan.
kepentingan masyarakat, pendidikan Makan besaprah termasuk
khususnya dalam proses pembelajaran. ajaran islam yang diperintahkan oleh
Selain itu, islam sangat memperhatikan Allah SWT melalui Rasulullah SAW
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
Budaya Melayu yang identik dengan dilakukan secara terus menerus dan
Islam turun temurun di masyarakat selanjutnya dikembangkan atau menjadi
maka di Kabupaten Sambas sebagai suatu deskripsian dan rangkuman agar
lokasi penelitian yaitu Kecamatan memperoleh hasil akhir dari penelitian
Sambas khususnya di beberapa desa tersebut.
yaitu desa Durian, desa Tumuk, desa
Dalam kaum. Lokasi ini dipilih karena
desa tersebut terletak di Kecamatan HASIL PENELITIAN DAN
Sambas di samping sebagai Kota Pusat PEMBAHASAN
Kabupaten, juga terdapat banyak Alat-alat pada tradisi makan besaprah
peninggalan bersejarah seperti Istana 1. Alas Saprah
Kerajaan Islam Sambas, Makam para Alas saprah (kain saprah) ini
Sulthan dan Ulama serta masih merupakan kain ukuran pendek 1 × 1
lestarinya tradisi makan besaprah pada meter digunakan sebagai alas dan di
setiap acara pesta pernikahan disamping atasnya diletakkan sajian makanan yang
berakulturasinya dengan pengaruh akan dinikmati oleh para tamu. Alas
modern seperti presmanan yang saprah dapat dilihat pada Gambar 1.
bernuansa modern. Subjek penelitian ini
adalah ustad dan tokoh adat di desa
Durian, desa Dalam Kaum Kecamatan
Sambas dan masyarakat Melayu
Kecamatan Sambas.
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi sehingga
alat pengumpul data yang digunakan
adalah lembar observasi, lembar
wawancara, dan dokumen. Lembar
Gambar 1. Alas saprah
observasi digunakan untuk mengamati
alat yang digunakan dalam acara Unsur matematika: (1)
saprahan, lembar wawancara digunakan mengandung konsep matematika
untuk mewancarai subjek penelitian, bangun datar, (2) memiliki empat sudut,
dan dokumen dalam penelitian ini dan (3) dibuat dari kain dengan ukuran
adalah foto/dokumen mengenai 1 × 1 meter sehingga memiliki bentuk
peralatan maupun aktivitas dalam persegi.
saprahan. Pemeriksaan keabsahan
dalam penelitian ini menggunakan 2. Batel
teknik triangulasi sumber. Sumber Batel adalah wadah yang
penelitian ini adalah tokoh adat, ustad, digunakan untuk mencuci tangan
dan masyarakat. sebelum menyantap makanan. Orang-
Adapun teknik analisis data yang orang terdahulu menamainya dengan
digunakan dalam penelitian ini adalah sebutan batel dan gelas air, karena
analisis data kualitatif. Analisis data antara wadah air dan penampung air
kualitatif adalah bersifat induktif, yaitu bekas cucian tangan terpisah. Tetapi
suatu analisis berdasarkan data yang saat sekarang biasanya sudah menjadi
diperoleh baik itu dari hasil wawancara satu bagian, dan terkadang hanya
maupun hasil pengamatan yang menggunakan mangkuk kecil atau yang
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
4. Piring laok
Piring laok adalah piring yang
digunakan sebagai tempat lauk dengan
menu/jenis lauk sebanyak lima atau
enam piring (berdasarkan kemampuan
masing-masing pelaksana pesta). Piring
lauk dapat dilihat pada Gambar 4.
Gambar 2. Batel
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
8. Baki ae’
Baki ae’ ini bentuknya memiliki
kesamaan dengan baki laok, namun
Gambar 6. Cawan ukurannya lebih kecil. Sehingga
dipergunakan untuk membawa
Unsur matematika: memiliki minuman. Gambar baki ae’ dalam
konsep matematika bangun datar dan berbagai bentuk dapat dilihat pada
bagian alas cawan bentuk Gambar 8.
permukaannya lingkaran.
7. Baki laok
Baki laok ini talam berukuran
besar dan digunakan untuk menyajikan
makanan, nama lain yaitu nampan. Baki
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
media dan alat peraga dalam undangan yang akan hadir berjumlah
pembelajaran di sekolah maupun sekian banyak orang. Pada saprahan
madrasah dan terdapat aktivitas tradisi terdapat beberapa tingkatan kelompok
islam yang juga mengandung unsur maka dari itu perkiraan jumlah pecah
matematika yang bisa dimanfaatkan belah wajib diperhitungkan dengan
dalam pembelajaran matematika. Alat- benar, adapun kelompok saprahan yang
alat tersebut adalah alas saprah, redang pertama ialah saprahan sangat
laok, redang ae’, batel, cawan, pinggan sederhana yang dapat ditemukan ketika
saprah, pinggan nase’, dan piring laok, dalam kegiatan makan bersama di
sarbet adapun materi matematika yang rumah tangga baik itu untuk menjamu
dapat menggunakan alat-alat makan tamu yang berkunjung di rumah
besaprah tersebut adalah bangun datar, ataupun hanya sekedar makan bersama
bangun ruang, dan geometri. keluarga seisi rumah. Selanjutnya
Alat-alat tradisi makan besaprah saprahan sederhana, saprahan ini
tersebut digunakan dalam melakukan dilakukan apabila ada pesta kecil seperti
aktivitas makan besaprah. Dalam selamatan, tepung tawar dan sebagainya
aktivitas makan besaprah juga terdapat yang perlu menyiapkan saprahan
aktivitas matematika yaitu menghitung kurang dari 20 saprah. Yang termasuk
dan mengukur. Aktivitas membilang kedalam saprahan di acara pernikahan
berkaitan dengan pertanyaan “berapa Melayu Sambas ini ialah saprahan
banyak”. Cara membilang ini sering acara pesta dimana tamu yang diundang
digunakan dengan jari. Bahasa yang sebanyak 600 sampai 1000 orang lebih,
digunakan dalam bahasa Melayu mungkin bisa lebih dari itu lagi.
Sambas: satu, dua’, tige, ampat, lima’, Hasil penelitian ini sesuai dengan
anam, tujoh, delapan, sembilan, hasil penelitian Setiyawan, Kadir, &
sepuloh. Bilangan-bilangan tersebut Anggo (2019) bahwa terdapat beberapa
menunjukkan angka satu sampai dengan konsep matematika dalam pernikahan
sepuluh. Adapun bilangan belasan: (kawia’a) masyarakat Binongko.
seballas yang menunjukkan angka Penelitian Dominikus, dkk (2016) yang
sebelas, dua’ ballas menunjukkan mengatakan bahwa terdapat alat dan
angka dua belas begitu seterusnya. aktivitas didalam pernikahan adat yang
Bilangan tersebut digunakan saat mengandung unsur matematika. Ada
menghitung jumlah alat yang diperlukan juga penelitian lainnya yaitu yang
saat mempersiapkan pecah belah makan dilakukan oleh Mun’in (2017) hasil
besaprah dan jumlah pekerja. Aktivitas penelitian menunjukkan bahwa pada
membilang juga muncul pada saat alat dan aktivitas makan besaprah
menyatakan jumlah dalam satu saprah terdapat konsep matematika yang dapat
yaitu berjumlah enam orang dimana digunakan dalam pembelajaran
penyebutannya menjadi sesaprah. matematika di Sekolah terutama
Adapun aktivitas menghitung juga matematika. Selain makan besaprah
muncul saat seksi merancap, meminjam yang biasa dilakukan dalam tradisi
barang pecah belah untuk makan pernikahan, tradisi Islam yang juga
besaprah yang diketuai oleh orang yang mengandung unsur matematika adalah
sudah berkomunikasi kepada tuan rebana (Putri, 2017).
rumah pelaksana acara, dan yang sudah Hasil temuan ini bisa menjadi
mengetahui berapa perkiraan jumlah rujukan untuk penelitian-penelitian
pecah belah yang akan dipinjam apabila berikutnya bahwa tradisi islam yang
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385
DOI: https://doi.org/10.24127/ajpm.v8i3.2385