Anda di halaman 1dari 8

Farmaka

Suplemen Volume 16 Nomor 1 133

REVIEW: PERBEDAAN EMULSI DAN MIKROEMULSI PADA MINYAK NABATI

Yasarah Hisprastin, Rina Fajri Nuwarda


Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran
Jl.Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor 45363
ysrh97@gmail.com

ABSTRAK
Minyak nabati telah secara luas digunakan sebagai sumber daya alam alternatif karena memiliki
sifat yang tidak beracun dan terbarukan. Namun, karena viskositas yang tinggi, minyak nabati
perlu dilakukan modifikasi sebelum digunakan atau diolah menjadi suatu produk. Minyak nabati
banyak digunakan terutama dalam industri makanan yaitu dalam bentuk emulsi. Emulsi
merupakan dasar dari banyaknya produk makanan yang beredar di pasaran tetapi secara
termodinamik, emulsi adalah sistem yang tidak stabil pada waktu tertentu. Stabilitas emulsi
sangat penting karena dapat mempengaruhi kualitas produknya. Sekarang ini, penggunaan emulsi
telah dimodifikasi salah satunya menjadi mikroemulsi. Tujuan dari literatur review ini adalah
untuk mengetahui perbedaan emulsi dan mikroemulsi serta memperkenalkan mikroemulsi
sebagai alternatif untuk pengolahan produk minyak nabati. Teknologi mikroemulsi juga lebih
ekonomis, efisien, dan meyakinkan dalam pengolahan minyak di industri.

Kata Kunci: Emulsi, Mikroemulsi, Minyak Nabati

ABSTRACT
Vegetable oil has been widely used as a natural resource because it has non-toxic and renewable
properties. However, because of its high viscosity, vegetable oils need to be modified before or
being processed into products. Many vegetable oils are used commonly in the food industry such
as emulsions. Emulsions are the basis of food products on the market but thermodynamically,
emulsion is an unstable system for a period of time. Emulsion stability is very important because
it can affect the quality of its products. Recently, the emulsion has been modified into
microemulsions. The purpose of this literature review is to know the difference between emulsion
and microemulsion and to introduce microemulsions as an alternative to the processing of
vegetable oil products. Microemulsion technology is also more economical, efficient, and
convincing in the oil processing in the industry.

Keywords: Emulsion, Microemulsion, Vegetable Oil

Diserahkan: 4 Juli 2018, Diterima 4 Agustus 2018

PENDAHULUAN Sedangkan menurut Formularium Nasional,


Emulsi emulsi adalah sediaan berupa campuran
Ada beberapa definisi emulsi terdiri dari dua fase cairan dalam sistem
diantaranya: menurut Farmakope Indonesia, dispersi fase cairan yang satu terdispersi
emulsi adalah sediaan yang mengandung sangat halus dan merata dalam fase cairan
bahan obat cair atau larutan obat, terdispersi lainnya, umumnya dimantapkan oleh zat
dalam cairan pembawa, distabilkan dengan pengemulsi. Emulsi adalah jenis khusus dari
zat pengemulsi atau surfaktan yang cocok. dispersi koloid, yang memiliki setidaknya
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 134

satu dimensi antara sekitar 1 dan 1000 nm. 4. Water in oil in water (w/o/w): fase air
Fase terdispersi kadang-kadang disebut terdispersi dalam fase air yang
sebagai fase internal, dan kontinu sebagai mengandung polimer kemudian
fase eksternal. Emulsi juga membentuk jenis membentuk emulsi air dalam minyak
sistem koloid yang agak istimewa karena (w/o). Emulsi yang terbentuk kemudian
tetesan sering melebihi ukuran terbatas 1000 ditambahkan ke fasa berair kedua
nm (Schramm, 1992). Emulsi dapat sebagai (mengandung surfaktan) dan diaduk
produk akhir atau selama pemrosesan terus menerus untuk membentuk emulsi
produk dalam berbagai bidang termasuk (Attama et al., 2016).
industri makanan, industri pertanian, Pembuatan emulsi dalam skala kecil
farmasi, kosmetik, dan dalam bentuk dapat menggunakan empat metode (Ansel &
makanan. Loyd, 2014), yaitu:
Dalam suatu emulsi, salah satu fase 1. Metode gom kering (dry gum method)
cair biasanya bersifat polar sedangkan yang atau juga dikenal sebagai 4:2:1 metode
lainnya relatif non polar. Penetuan tipe karena setiap 4 bagian (volume) minyak,
emulsi tergantung pada sejumlah faktor. Jika 2 bagian air, dan 1 bagian gom
rasio volume fasa sangat besar atau sangat ditambahkan dalam pembuatan dasar
kecil, maka fasa yang memiliki volume lebih emulsi. Emulsifying agent dicampurkan
kecil seringkali merupakan fasa terdispersi ke dalam minyak sebelum ditambahkan
(Shelbat-Othman & Bourgeat-Lami, 2009). air.
Berdasarkan tipenya emulsi dibagi menjadi 2. Metode gom basah (wet gum method)
empat yaitu: memiliki proporsi sama untuk minyak,
1. Oil in water (o/w): fase minyak air, dan gom yang digunakan dalam dry
terdispersi sebagai tetesan dalam gum method, tetapi urutan
keseluruhan fase luar air (Winarno, pencampurannya berbeda. Emulsifying
1997). agent ditambahkan ke dalam air (dimana
2. Water in oil (w/o): fase air terdispersi dapat terlarut) untuk membentuk
sebagai tetesan dalam fase luar minyak muchilago, kemudian secara perlahan
(Winarno, 1997). minyak akan tergabung membentuk
3. Oil in water in oil (o/w/o): tetesan emulsi
minyak yang terdispersi dalam tetesan 3. Metode botol (Forbes bottle method)
air yang kemudian terdispersi dalam fasa digunakan untuk minyak yang mudah
minyak kontinyu (Attama et al., 2016). menguap atau kurang kental.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 135

Mikroemulsi secara termodinamik tidak stabil dan


Berdasarkan ukuran partikel yang memiliki masa hidup terbatas setelah emulsi
terdisperi, emulsi dapat diklasifikasikan tersebut rusak (Ashish & Jyotsna, 2013).
menjadi makroemulsi (ukuran tetesan 1,5- Mikroemulsi saat ini menarik bagi ilmuwan
100 μm); nanoemulsion (ukuran droplet 50- farmasi karena potensi mereka yang besar
200 nm) dan mikroemulsi (ukuran tetesan untuk bertindak sebagai drug delivery system
<100 nm) (Roohinejad et al., 2018). dengan menggabungkan berbagai molekul
Mikroemulsi adalah larutan stabil obat khusus BCS Kelas-II dan Kelas-IV
termodinamika yang jernih dan merupakan (Lawrence & Rees, 2000).
campuran isotropik dari minyak, air dan
surfaktan, yang sering dikombinasikan POKOK BAHASAN
dengan kosurfaktan (Flanagan & Harjinder, Perbedaan Emulsi Konvensional dengan
2006). Mikroemulsi unik dari emulsi Mikroemulsi
konvensional dalam banyak hal, perbedaan Perbedaan emulsi dengan
utama adalah bahwa emulsi konvensional mikroemulsi dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Perbedaan emulsi dan mikroemulsi (Kale & Sharada, 2017).

No. Parameter Emulsi Mikroemulsi

1. Penampilan Keruh Transparan

2. Tegangan permukaan Sangat rendah Tinggi

3. Optik isotropi Isotropik Anisotropik

4. Struktur Dinamik 1,5-100 μm

5. Stabilitas Stabil termodinamik, lama Tidak stabil secara

waktu paruhnya termodinamik, stabil secara

kinetik

6. Fase Monofase Bifase

7. Viskositas Rendah Tinggi

8. Preparasi Biaya yang relatif lebih rendah Memerlukan energi yang besar

untuk produksi komersial dan biaya yang mahal


Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 136

Tipe-tipe mikroemulsi sama halnya pada konsentrasi tinggi surfaktan,


dengan emulsi dapat berupa oil in water dimana fase tengahnya memuai dan
(o/w), water in oil (w/o), atau campuran menjadi fase tunggal.
keduanya yang dikenal sebagai fase Berbeda dengan emulsi pembuatan
bikontinu (o/w/o dan w/o/w). Pada tahun mikroemulsi dibagi menjadi dua metode,
1948, Winsor mengidentifikasi empat tipe yaitu:
secara umum fase kesetimbangan, 1. Metode Fase Inversi
berdasarkan hal ini mikroemulsi dibagi Fase inversi mengubah sistem o/w
menjadi empat jenis, yaitu: menjadi w/o yang dibentuk dari penambahan
1. Tipe I: oil-in-water (O/W) mikroemulsi kelebihan fase terdispersi (Fase Inversi
dibentuk dari surfaktan pelarutnya lebih Konsentrasi) atau respon terhadap
disukai pada fase air. Fase air kaya temperatur (Fase Inversi Temperatur) ketika
surfaktan menyertai fase minyak dan surfaktan non ionik digunakan untuk
surfaktan ada sebagai monomer pada mengubah kelengkungan spontan dari
konsentrasi kecil. surfaktan yang membawa sistem mendekati
2. Tipe II: water-in-oil (W/O) mikroemulsi tegangan permukaan minimal dan
dibentuk dari surfaktan pelarutnya lebih membentuk tetesan minyak yang terdispersi.
disukai pada fase minyak. Fasa minyak Metode ini membuat perubahan fisik secara
yang mengandung surfaktan bergabung drastis dalam sistem sepert ukuran partikel
dengan fase air yang lebih rendah dan (Karasulu, 2008).
menciptakan kesetimbangan. 2. Metode Fase Titrasi
3. Tipe III: Surfaktan ditambahkan ke fase Metode fase titrasi dapat juga disebut
bagian tengan yang dikombinasikan sebagai metode emulsifikasi spontan.
dengan fase air dan minyak kemudian Mikroemulsi dibuat dengan mendispersikan
membentuk tiga fase mikroemulsi. jumlah obat yang diperlukan dalam jumlah
Dalam mikroemulsi ini, baik air dan minyak yang tepat yang diperlukan untuk
minyak adalah fase yang kurang pelarutan obat. Mikroemulsi terbentuk
surfaktan. bersama dengan berbagai struktur terkait,
4. Tipe IV: larutan isotropik (single seperti emulsi, misel, kubik, heksagonal dan
micellar) diformulasikan dengan gel berbeda dan dispersi minyaknya (Ghosh
menambahkan surfaktan dan alohol & Murthy, 2006).
(amfifilik) secukupnya. Tipe IV ini Mikroemulsi telah diterapkan banyak
merupakan perpanjangan dari Tipe III aplikasi tetapi aplikasi dalam makanan
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 137

dibatasi oleh jenis surfaktan yang digunakan 2002; Campo et al., 2004). Mikroemulsi
untuk memfasilitasi pembentukan mengandung Tween 20 dalam kombinasi
mikroemulsi. Banyak surfaktan tidak dengan sorbitan monolaurat (Span 20) telah
diizinkan dalam makanan; banyak lagi yang diteliti sebagai sistem pemberian senyawa
hanya dapat ditambahkan pada level rendah bioaktif potensial (Lv et al., 2006).
sekitar 20% dari (Rukmini et al., 2012). Untuk merancang formulasi baru
Mikroemulsi menggunakan ko-surfaktan sangat penting untuk mengidentifikasi
mungkin tidak cocok digunakan dalam formulasi dan parameter-parameternya
makanan karena alkohol rantai pendek atau dalam pembuatan, karena kedua variabel ini
menengah dapat menyebabkan toksisitas dan akan mempengaruhi sifat dan kinerja bentuk
iritasi (Flanagan & Harjinder, 2006) serta sediaan yang dikembangkan. Karakterisasi
ko-surfaktan dapat menyebabkan kerusakan dan evaluasi stabilitas produk yang baru
mikroemulsi pada pengenceran karena diformulasikan sangat penting karena sifat
partisi dari ko-surfaktan keluar dari wilayah awal produk akan berubah seiring waktu.
dalam ke fase kontinu (Warisnoucharoen et
Perbedaan Emulsi dan Mikroemulsi
al., 2000).
dalam Minyak Nabati
Beberapa penelitian telah
Formulasi emulsi cair-cair adalah
menunjukkan bebas ko-surfaktan dalam
umum dalam industri makanan dan farmasi.
mikroemulsi tipe minyak dalam air (o/w)
Memasukkan ekstrak tumbuhan dalam
dengan menggunakan surfaktan nonionik.
bentuk emulsi saat ini lebih menarik
Surfaktan polioksietilena n-alkil eter telah
perhatian di bidang penelitian karena
dipelajari secara ekstensif untuk menyiapkan
pentingnya terapeutik mereka. Minyak
mikroemulsi tanpa bantuan ko-surfaktan
bunga matahari dan wijen digunakan untuk
untuk aplikasi farmasi (Warisnoucharoen et
persiapan emulsi kosmetik karena minyak
al., 2000). Kemudian Cho et al., 2008
ini mengandung persentase tinggi vitamin E.
melaporkan bahwa penggunaan campuran
Emulsi kosmetik yang mengandung vitamin
surfaktan nonionik yaitu kombinasi
E sangat bermanfaat sebagai produk
hidrofobik (Span) dan hidrofilik (Tween)
perawatan kulit karena memiliki daya tahan
surfaktan dapat diformulasikan. Tween
yang sangat baik dalam perawatan kulit
memiliki toksisitas minimal dan secara
(Tanriverdi & Evren, 2017).
komersial murah, sehingga mereka banyak
Penelitian Rahate dan Jayashree
digunakan dalam aplikasi makanan,
tahun 2007 melaporkan selama pengamatan
kosmetik, dan farmasi (Yaghmur et al.,
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 138

enam bulan emulsi minyak nabati seperti trigliseridanya yang kompleks. Rantai alkil
bunga matahari dan minyak wijen yang panjang dan besar membuat trigliserida
menggunakan campuran surfaktan nonionik sangat hidrofobik, sedangkan wilayah ester
(Span 80 dan Tween 20) adalah stabil. dalam molekul menyebabkan polaritas tinggi
Stabilitas maksimum dicapai pada 5% sehingga menyebabkan pelarutan yang
jumlah surfaktan. Konsentrasi surfaktan buruk oleh surfaktan. Hasil penelitian telah
kurang atau lebih dari 5% dapat merusak menunjukkan penggunaan linker
emulsi. Hal ini dapat terjadi: (1) ketika termodifikasi dan sistem surfaktan yang
konsentrasi surfaktan melebihi konsentrasi diperluas dapat membentuk mikroemulsi
misel kritis, itu dapat mengurangi stabilitas. minyak nabati. Formulasinya dapat
(2) ketika dua tetes emulsi mendekati satu membentuk mikrokemulsi yang lebih ramah
sama lain, kejenuhan sementara terjadi di lingkungan dengan berbagai macam minyak,
wilayah antara tetes (Friberg & Mandell, terlepas dari komposisi trigliserida, dan
1970). Alasan-alasan inilah yang dapat menunjukkan parameter solubilisasi
menyebabkan pembentukan misel dalam tinggi, hingga 10 ml/mg.
fase air menurunkan resistensi menjadi Berdasarkan hasil penelitian-
koalesensi tetesan emulsi, yang dapat penelitian diatas, emulsi dan mikroemul
merusak emulsi. simemiliki kelebihan dan kekurangan
Berbeda dengan penelitian yang masing-masing yang dapat dilihat pada
dilakukan oleh Do et al pada tahun 2009, Tabel 2.
mereka mengolah minyak nabati menjadi
mikroemulsi dengan alasan molekul
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 139

Tabel 2. Kelebihan dan Kekurangan Emulsi dengan Mikroemulsi (Kale & Sharada, 2017).

Kelebihan Kekurangan
Emulsi - Untuk melarutkan obat-obatan larut - Kurang stabil dibandingkan dengan
lemak bentuk sediaan lain
- Meningkatkan absorpsi obat - Memiliki waktu simpan yang pendek
- Meningkatkan absorpsi obat secara - Dapat terjadi creaming, cracking,
topikal dan flocculation selama masa
penyimpanan
- Menutupi rasa dan bau yang tidak enak
- Meningkatkan palatabilitas nutrisi
minyak
Mikroemulsi - Merupakan sistem yang sangat baik - Penambahan penggunaan jumlah
untuk menaikkan tingkat penyerapan surfaktan dan ko-surfaktan yang
serta bioavaibilitas dengan berlebih akan meningkatkan biaya
menghilangkan variasi yang
mengganggu
- Meningkatkan kelarutan obat lipofilik - Konsentrasi surfaktan yang
berlebihan dapat menyebabkan
toksisitas mukosa
- Secara termodinamik lebih stabil
disbandingkan emulsi dan lebih cocok
untuk penggunaan jangka panjang
- Merupakan sistem terbaik untuk
meminimalkan first pass metabolism

SIMPULAN Ashish, D.G. & Jyotsna, T.W., 2013. A


Short Review on Microemulsion and its
Review ini menunjukkan
Application in Extraction of Vegetable
mikroemulsi sebagai pilihan alternatif dalam Oil. International Journal of Research
in Engineering and Technology, 3(9),
formulasi minyak nabati. Sistem
pp.2321-7308.
mikroemulsi dapat meningkatkan stabilitas, Attama, A.A., J, N.R.-O., E, M.U. & E,
B.O., 2016. Nanomedicined for the Eye:
dan bioavailabilitas. Teknologi mikroemulsi
Current Status and Future
juga lebih ekonomis, efisien, dan Development. 1st ed. United States:
Academia Press.
meyakinkan dalam pengolahan minyak di
Campo, I. et al., 2004. Five component food-
industri. grade microemulsions: structural
characterization by SANS. Journal of
Colloid Interface Science, 274, pp.251-
DAFTAR PUSTAKA 67.
Cho, Y.H. et al., 2008. Formulation of a
Ansel, H.C. & Loyd, V.A., 2014. Ansel's cosurfactant-free o/w microemulsion
Pharmaceuticals Dosage Forms and using nonionic surfactant mixtures..
Drug Delivery System. 10th ed. USA: Journal of Food Science, 73(3), pp.115-
Lippincott Williams & Wilkins. 21.
Farmaka
Suplemen Volume 16 Nomor 1 140

Departemen Kesehatan RI, 1978. Blend of Nonionic Surfactants for


Formularium Nasonal. 2nd ed. Jakarta: Cosmetic Applications. Journal of
Departemen Kesehatan. Dispersion Science and Technology, 28,
Departemen Kesehatan RI, 1995. pp.1077-80.
Farmakope Indonesia. 5th ed. Jakarta: Roohinejad, S., Indrawati, O., Jingyuan , W.
Departemen Kesehatan RI. & Ralf, G., 2018. Emulsion-based
Do, L.D., Anuradee, W., David, A.S. & system for Delivery of Food Active
Jeffrey, H.H., 2009. Environmentally Compounds. USA: John Wiley & Sons
Friendly Vegetable Oil Microemulsions Ltd.
Using Extended Surfactants and Rukmini, A., Hastuti, P., Raharjo, S. &
Linkers. J Surfact Deterg, 12, pp.91-99. Supriyadi, S., 2012. Formulation and
Flanagan, J. & Harjinder, S., 2006. stability of water-in-virgin coconut oil
Microemulsions: A Potential Delivery microemulsion using ternary food grade
System for Bioactives in Food. Critical nonionic surfactants. International Food
Reviews in Food Science and Nutrition, Research Journal, 19(1), pp.259-64.
46(3), pp.221-37. Schramm, L.L., 1992. Petroleum Emulsions.
Friberg, S. & Mandell, L., 1970. Influence of Advances in Chemistry, 231(1), pp.1-49.
Phase Equilibria on Properties of Shelbat-Othman, N. & Bourgeat-Lami, E.,
Emulsions. Journal of Pharmaceutical 2009. Use of Silica Particles for the
Sciences, 59(7), pp.1001-04. Formation of Organic−Inorganic
Ghosh, P.K. & Murthy, R.S., 2006. Micro Particles by Surfactant-Free Emulsion
emulsions: a potential drug delivery Polymerization. Langmuir, 25(17),
system. Curr Drug Deliv, 3(2), pp.167- pp.10121-33.
80. Tanriverdi, T. & Evren, A.Y., 2017.
Kale, S.N. & Sharada, L.D., 2017. Emulsion Preparation and characterization of
Micro Emulsion and Nano Emulsion: A herbal emulsion formulations. Marmara
Review. Sys Rev Pharm, 8(1), pp.39-47. Pharmaceutical Journal, 21(4), pp.756-
Karasulu, H.Y., 2008. Microemulsion as 61.
novel drug carriers: the formation, Warisnoucharoen, W., Lansley, A.B. &
stability applications and toxicity. Lawrence , J., 2000. onionic oil-in-water
Expert Opin Drug Deliv, 5(1), pp.119- microemulsions: the effect of oil type on
35. phase behavior. International Journal of
Lawrence, M.J. & Rees, G.D., 2000. Pharmaceutics, 198, pp.7-27.
Microemulsion-based media as novel Winarno, F.G., 1997. Kimia Pangan dan
drug delivery system. Adv Drug Deliv Gizi. Gramedia Pustaka.
Rev, 45(6), pp.89-121. Yaghmur, A., Aserin, A. & Garti, N., 2002.
Lv, F.F., Tung, C.H. & Zheng, L.Q., 2006. Phase behavior of microemulsions
Studies on the stability of the based on food-grade nonionic
chloramphenical in the microemulsion surfactants: effect of polyols and short-
free alcohols. European Journal of chain alcohols. Colloids and Surfaces A:
Pharmaceutics and Biopharmaceutics , Physicochemical Engineering Aspects,
62, pp.288-94. 209, pp.71-81.
Rahate, A.R. & Jayashree, M.N., 2007.
Emulsification of Vegetable Oils using a

Anda mungkin juga menyukai