Air sebagai medium untuk aktivitas metabolik, air menjadi media penyebaran
yang ideal untuk transportasi produk-produk metabolisme dan produk-produk sisa
metabolism.
Air juga berperan dalam proses pencernaan. Pada kenyataan istilah hydrolisis
digunakan untuk menerangkan proses pencernaan dari substansi komplek.
Sebagai contoh: enzim yang menghidrolisis sukrosa adalah sukrase, air digunakan
dalam proses tersebut :
Air juga mempunyai peranan tertentu, sebagai bagian cairan synovial pelumas
bagi pertautan tulang dan sebagai cairan di sekitar medulla spinalis dan otak,
cairan cerebrospinalis, air berfungsi sebagai bantalan dari system saraf.
Air sebagai penghantar suara di telinga dan juga termasuk dalam proses melihat.
Air menolong pula menjaga homeostasis dengan cara ikut mengambil bagian
dalam reaksi-reaksi dan perubahan-perubahan faali yang mengatur pH, tekanan
osmosis, konsentrasi elektrolit, dan fungsi-fungsi lainnya yang diperlukan untuk
kehidupan.
Air adalah esensial untuk fungsi tubuh yang normal. Ia merupakan zat dasar bagi
darah dan merupakan cairan intraselular dan ekstraselular yang berfungsi
mengankut zat-zat makanan, metabolit, dan zat-zat sisa dari dank e seluruh sel
tubuh.
Air metabolik juga diproduksi di dalam sisntesis protein tubuh, karbohidrat dan
lemak dari beberapa komponen sederhana seperti asam amino, gula sederhana,
dan asam lemak dan gliserol tiap penambahan menghasilkan pembebasan satu
molekul.
Persentase dari air metabolik dari metabolism glukosa, protein dan lemak adalah
kira-kira berturut-turut 60, 42, dan 107.
Lemak
Glukosa
Jika bahan pakan mengandung karbohidrat 55%, protein 10%, dan lemak 20%,
dapat dihitung jumlah air metabolik yang dihasilkannya dari 100 g makanan
tersebut :
Eksresi kotoran sapi lebih basah daripada domba atau kambing sehingga akan
mempunyai perbandingan kehilangan air yang besar melalui saluran pencernaan.
Onta mempunyai feses kering dan mungkin rendah kadar airnya.
Makanan dengan kadar protein dan mineral tinggi akan menaikkan hilangnya air
melalui air kencing. Mineral dapat dilarutkan dalam system fisiologis. Urea
merupakan hasil akhir metabolisme protein merupakan racun jadi harus
diencerkan.
Unggas dan binatang melata memperoduksi asam urat sebagai hasil akhir
metabolism protein dalam bentuk padat, sehingga pengenceran tidak diperlukan.
KEBUTUHAN AIR
Tubuh harus mendapatkan cukup air untuk mengimbangi jumlah yang hilang
disamping jumlah yang diperlukan untuk pembentukan jaringan-jaringan baru
atau hasil-hasil produksi.
pengeluaran N dalam bentuk urea dari sisa metabolisme protein. Lemak yang
tinggi akan menyebabkan diare sehingga kebutuhan air meningkat. Kandungan
garam yang tinggi meningkatkan kebutuhan air. 7) Musim (temperatur dan
kelembaban), suhu 5oC sapi Bos taurus kebutuhan airnya 3 kg/kg konsumsi BK,
sedangkan pada suhu 32oC menjadi 8 kg/kg konsumsi BK, 8) Suhu air minum
mempengaruhi konsumsi, hewan akan lebih banyak mengkonsumsi air hangat
dibandingkan dengan yang dingin.
Pada hewan bunting kebutuhannya untuk 2 organisme induk dan janinnya. Pada
hewan bunting akan lebih sering kencing. Pengeluaran sisa metabolisme yang
lebih intesnif untuk jaminan darah yang lebih bersih untuk janinnya. Kebutuhan
minum susu anak menurun sejalan dengan waktu, karena mulai terpenuhi dari
makanan (rumput) sehingga kebutuhan induk akan air juga menurun.
Pada ayam broiler pengurangan air sebesar 20% atau lebih mengakibatkan
penurunan yang nyata dalam efisiensi penggunaan makanan dan penurunan yang
sebanding dalam laju pertumbuhan. Pengambilan air mengurangi laju pencernaan
dengan cara memperlambat pergerakan makanan dari tembolok.
KUALITAS AIR
Air yang berkualitas baik harus mengandung bahan padat total (total solid) 2,5
mg/L. Toleransi dibolehkan sampai 15 mg/L. Kandungan garam (merupakan
klorida, sulfat, bikarbonat dari mineral Na, K, dan Mg). Kadar garam NaCl lebih
DAFTAR PUSTAKA
1. Angorodi, R. 1990. Ilmu Makanan Ternak Umum. Penerbit Gramedia, Jakarta
2. Cullisson, E.A. 1978. Feeds and Feeding Animal Nutrition. Practice Hall of
India Private Limited, New Dehli.
3. Kristula, M.A. and Sue M. McDonell. 1994. Drinking water temperature
affects consumption of water during cold weather in ponies. Applied Animal
Behaviour Science 41 155-160.
4. Lioyd, B. E. McDonald, E.W. Crampton. 1978. Fundamentals of Nutrition.
W.H. Freeman and Company, San Fransisco.
5. Maynard A.L. and J.K. Loosli. 1973. Animal Nutrition. Reston Publishing
Company, Inc. Reston Virginia.
6. Tillman, A.D., H. Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Prawirokusumo, S.
Lebdosoekojo. 1991. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University
Press, Fakultas Peternakan UGM, Yogyakarta.
kecil dalam ruang asam sampai tidak berbuih. Pemanasan dilanjutkan sampai
cairan dalam labu berwarna jernih, setelah itu didinginkan.
Titrasi
Labu Erlenmeyer yang berisi supernatan dititrasi dengan HCl 1 N. Kadar protein
kasar dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Protein terdiri atas asam-asam amino dan berisi ±16% nitrogen, sehingga untuk
mendapatkan kandungan protein kasar biasanya % nitrogen dalam makanan
dikalikan dengan faktor 6,25.
ditambahkan dan dipanaskan selama 30 menit. Kertas yang telah kering ditimbang
(A). Kertas saring dipasang pada corong Buchner, kemudian disaring
menggunakan pompa vakum, lalu dicuci berturut-turut dengan 50 mL air panas,
100 mL H2SO4 1,25%, kemudian dicuci kembali dengan 100 mL aquades dan
terakhir dengan 25 mL aceton. Kertas saring dan isinya (residu) dimasukkan ke
dalam cawan porselen kemudian dikeringkan dalam oven 105oC selama 1 jam,
didinginkan dalam eksikator, lalu ditimbang beratnya (Y). Kemudian dibakar
pada hot plate sampai tidak berasap lalu dimasukkan dalam tanur listrik sampai
abunya berwarna putih dan ditimbang (Z).
Zat Organik
Karbohidrat
Lemak
Protein
Vitamin
Zat Anorganik
Air
Udara
Mineral
Komponen Proksimat
Sample sebanyak 0,5 g (a gram) dimasukkan ke dalam gelas piala berukuran 500
ml, serta ditambahkan dengan 50 ml larutan NDS dan 0,5 g Na2SO3. Dipanaskan
selama 1 jam. Menimbang kaca masir sebagai b gram. Melakukan penyaringan
dengan bantuan pompa vakum, lalu dibilas dengan air panas dan aceton. Hasil
penyaringan tersebut dikeringkan dalam oven 1050C. Setelah itu dimasukkan lagi
dalam eksikator selama 1 jam, kemudian dilakukan penimbangan akhir sebagai c
gram.
Keterangan :
a = Berat sampel bahan kering
b = Berat sintered glass kosong
c = Berat sintered glass + residu penyaring setelah diovenkan
d = Berat sampel asli
e = Berat sintered glass + lignin + abu tak larut
f = Berat sintered glass + abu tak larut setelah tanur
pada bahan keringnya. Untuk mengetahui zat makanan pada suatau bahan pakan
pada berbagai kondisi dapat dilakukan dengan cara KONVERSI. Beberapa
kondisi bahan makanan berdasarkan bahan keringnya adalah sebagai berikut.
As fed, yaitu bahan pakan dengan kondisi apa adanya saat diberikan dengan
bahan kering bervariasi dari 0-100%.
Air dry (kering udara), merupakan kondisi umum terjadi pada banyak bahan
pakan. Diasumsikan sebagai kondisi bahan dalam keadaan kering, kandungan
bahan kering pada kondisi ini sekitar 90%.
Oven dry (kering oven), adalah suatu kondisi bahan pakan yang bebas air atau
dalam kondisi 100% bahan kering.
Dry matter (bahan kering), adalah bahan yang dipanaskan pada suhu 105oC
sampai berat sampel tidak berubah (sampel bahan kering).
LK (%)
SK (%)
BETN (%)
ABU (%)
Total 100% 100% 100%
Contoh :
Jika suatu bahan pakan mengandung 4,0% protein kasar pada kondisi segar
dengan kandungan air 75% kandungan protein bahan pakan ini dapat
dikonversikan pada kondisi bahan kering lain misalnya pada kondisi kering udara,
yaitu :
Jawab :
100% - 75% = 25% (% BK pada kondisi segar), dengan perbandingan seperti di
atas didapat :
4 = X
25 90
25X = 360
X = 14,4%
X = % Protein bahan pakan pada kondisi kering udara
DAFTAR PUSTAKA
1. Association of Official Analytical Chemists (AOAC). 1980. Official Methods
of Analysis Association of Official Analytical Chemists. 13th Edition.
2. Van Soest, P.J. 1963. Use of detergent in the analysis of fibrous feeds. A rapid
method for the determination of fiber and lignin. J. Assoc. of. Agr. Chem. 46
(5) : 829-835.