Anda di halaman 1dari 34

PADA

MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
DHF merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue yang termasuk
golongan Arbovirus melalui gigitan nyamuk aedes agypti betina. Gejala klinis
DHF (Dengue Hemoragic Fiver) dibagi menjadi 4 tingkatan, yaitu derajat 1
ditandai dengan adanya panas 2-7 hari dengan gejala umum tidak khas, tetapi uji
touniquet positif, derajat 2 sama, seperti derajat1, tetapi sudah ada tanda-tanda
perdarahan spontan, seperti peteki, epitaksis, hematemesis, melena perdarahan
gusi, telinga, dan lain-lain, derajat 3 ditandai adanya kegagalan dalam peredaran
darah, seperti adanya nadi lemah dan cepat serta tekanan darah menurun, derajat 4
ditandai adanya nadi tidak teraba, tekanan darah tidak terukur, akral dingin,
berkeringat, dan adanya sianosis. Kadang-kadang dijumpai gejala seperti
pembesaran hati, adanya nyeri asietas, dan tanda-tanda ensefalopati, seperti
kejang, gelisah, sopor, dan koma.
Kasus DBD di indonesia masih terjadi setiap tahun, sejak ditemukan 1968.
Untuk menekan jumlah dan penderita angka kematian akibat DBD, kementrian
kesehatan terus menggalangkan pemberantasan sarang nyamuk (PSN). Hingga
saat ini PSN masih merupakan upaya paling efektif dalam menekan kasus DBD.
jumlah kasus DBD fluktuatif setiap tahunnya. Data dari direktoran penceghan dan
pengendalian penyakit tular vektor dan zonatik,kemengkes RI,pada tahun 2014
jumlah penderita mencapai 100,347,907 orang diantaranya meninggal.Pada tahun
2015,sebanyak 129,650 penderita dan 1071 kematian. Sedangkan tahun 2016
sebanyak 202,314 penderita dan 1,593 kematian. Ditahun 2017, terhitung sejak
januari hingga mei tercatat sebanyak 17.877 kasus, dengan 115 kematian.
Angka kesakitan atau incidence rate (IR) di 34 provinsi di 2015 mencapai
50,75 per 100 ribu penduduk,dan IR di 2016 mencapai 78,85 per 100 ribu
penduduk. Angka ini lebih tinggi dari target IR nasional yaitu 49 per 100 ribu
penduduk. Untuk mengurangi angka itu, kepala biro komunikasi dan pelayanan
masyarakat,kemenkes RI,drg.Oscar Primadi,MPH mengatakan harus dilakukan
PNS secara optimal melalui gerakan 1 rumah 1 jumantik.

1
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Upaya pemberantasan vektor ini harus dilakukan dengan PNS. PNS paling
efektif dalam mencegah DBD,” kata drg.Oscar , rabu (14/6). PNS dilakukan
dengan 3 langkah. Pertama,menguras/membersihkan tempat yang sering dijadikan
tempat penampungan air seperti drum,kendi,toren air dan lain sebagainya,dan
ketiga, memanfatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang memiliki
potensi untuk jadi tempat kembangbiakan nyamuk DBD.
Selain itu,perlu juga melakukan segala bentuk kegiatan pencegahan lain
seperti diantaranya menaburkan atap meneteskan larvasida (lebih dikenal dengan
abt atau biolavasida) pada tempat penampungan air yang sulit dibersihkan,
menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk, menggunakan kelambu saat
tidur,dan menghidari kebiasaan menggantung pakaian didalam rumah yang bisa
menjadi tempat istirahat nyamuk. Program 3M plus, yakni menguras,menutup dan
mendaur ulang. Masih tetap berlaku dalam kasus ini, melipat baju-baju yang
bergantungan perlu dilakukan mengingat itu menjadi sarang nyamuk disana.
Terlebih lagi yang berada diruangan gelap.

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengkajian DHF pada anak.
2. Untuk mengetahui diagnosa kasus DHF pada anak.
3. Untuk mengetahui intervensi kasus DHF pada anak.
4. Untuk mengetahui evaluasi kasus DHF pada anak.

2
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

BAB II
KONSEP MEDIK

3
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

ETIOLOGI TANDA DAN GEJALA DIAGNOSA


Disebabkan Virus Dengue 1. Mual dan muntah 1. Hipertermi
2. Demam 2. Gangguan rasa nyaman
3. Nyeri (punggung, 3. Ganggan pola tidur
PENCEGAHAN sendi) 4. Nutrisi kurang dari
4. Sakit kepala kebutuhan
1. Gerakan 3 M 5. Gangguan menelan
5. Ruam merah
a. Menguras 6. Resiko pendarahan
6. Sakit saat menelan
b. Menutup 7. Gangguan citra tubuh
7. anoreksia
c. Mengubur   8. Kekurangan volume cairan
2. Fogging (Penyemprotan) 9. Ansietas
10.Intoleransi aktivitas
11.Dehidrasi
12.Nyeri akut
DHF 13.Resiko syok

KOMPLIKASI
1.  Pneumonia
2.  Syok
3.  Perdarahan KLASIFIKASI
 
1. DD : Demam disertai sakit kepala,
nyeri
PENATALKASAAN
2. DHF1 : Trombositopenia kurang dari
1. Fase Demam ( >39oC ) 100.000
Pemberian nutrisi seperti makanan 3. DHF2: Perdarahan spontan
lunak, disertai cairan yang adekuat 4. DHF3:Kegagalan sirkulasi, kulit
2. Fase Kronis dingin, serta gelisah
a. D1 dan D2 rawat inap, beri 5. DHF4 : Syok berat
cairan isotonik, seperti vingger
laknat dan asetat
b. D3 dan D4 pemberian terapi 02 PEMERIKSAAN
dan cairan IV dengan larutan DIAGNOSTIK
klistaloid 20ml/kg BB dengan 1. Laboratorium
tetesan secepatnya (bilas a. Hitung trombosit
selama 10 m) b. Hitung leukosit
c. Pemulihan istirahat, bila terjadi c. Hitung hematrokit
overload diberikan diuretik d. Hitung hemoglobin
furosimid 1 mg/kg BB 2. Radiologi
  3. Rumple leed

4
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

A. Pengertian
Dengue hemorrhagic fever/ DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopictus. Kedua jenis nyamuk ini terdapat hampir diseluruh pelosok Indonesia,
kecuali di tempat-tempat ketinggian lebih dari 1000 m di atas permukaan laut.
Demam dengue /DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam,nyeri otot dan
nyeri sendi yang disertai lekopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan
diathesis hemoragik.
Penyakit DHF mempunyai perjalanan penyakit yang sangat cepat dan sering
menjadi fatal karena banyak pasien yang meninggal akibat penanganan yang
terlambat.Demam berdarah dengue (DBD) disebut juga dengue hemoragic fever
(DHF),Dengue Fever(DF),demam dengue, dan dengue shock sindrom (DSS).

B. Etiologi
Disebabkan oleh virus dengue, yang termasuk dalam genus flavivirus
keluarga floviviridae. Terdapat 4 serotip virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3,
DEN-4, yang semuanya dapat menyebabkan demam berdarah. Virus dengue dapat
beraplikasi pada nyamuk genius Aedes (stegomya) dan toxorhynchites (Sudoyo,
2010).

C. Tanda dan Gejala


Diagnosa penyakit DHF dapat dilihat berdasarkan kriteria diagnosa klinis dan
laboratoris. Berikut ini tanda dan gejala penyakit DHF yang dapat dilihat dari
penderita kasus DHF dengan diagnosa klinis dan laboratoris yaitu:
1. Diagnosa Klinis
Demam tinggi mendadak 2-7 hari dengan suhu tubuh 38-40℃. terjadinya
pendarahan kecil di dalam kulit, pendarahan pada mata, pendarahan pada
hidung, pendarahan gusi, muntah darah, buang air besar bercampur darah,
dan adanya darah dalam urin. Rasa sakit pada otot dan persendian, timbul
bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya pembuluh darah.

5
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Pembesaran hati (hematomegali). mengalami renjatan atau syok. Gejala


klinik lainnya yang sering menyertai yaitu hilangnya selera makan, lemah,
mual, muntah, sakit perut, diare dan sakit kepala.
2. Diagnosa Laboratoris
Trombositopeni pada hari ke 3-7 ditemukan penurunan trombosit hingga
100.000/mmHg. Hemokonsentrasi, meningkatnya hematrokit sebanyak 20%
atau lebih. (Depkes RI, 2005).
DD/DHF Derajat Gejala Laboraturium
DD Demam disertai 2 atau lebih Leukopenia
tanda: sakit kepala, nyeri trombositopenia, tidak ditemukan
retro-orbital, mialgia, bukti kebocoran plasma
artalgia Serologi Dengue Positif
DHF I Gejala di atas ditambah uji Trombositopenia (<100.000/?l),
bendung positif bukti ada kebocoran plasma
DHF II Gejala diatas ditambah Trombositopenia (<100.000/?l),
pendarahan spontan bukti ada kebocoran plasma
DHF III Gejala di atas ditambah Trombositopenia (<100.000/?l),
kegagalan sirkulasi (kulit bukti ada kebocoran plasma
dingin dan lembap serta
gelisah)
DHF IV Syok berat disertai dengan Trombositopenia (<100.000/?l),
tekanan darah dan nadi tidak bukti ada kebocoran plasma
terukur

D. Klasifikasi DHF

Spektrum Klinis Manifestasi Klinis


DD 1. Demam akut selama 2-7 hari, disertai dua atau lebih
(demam dengue) manifestasi berikut: nyeri kepala, nyeri retroorbita,  
mialgia (pegal-pegal), manifestasi perdarahan, dan
leukopenia.
2. Dapat disertai trombositopenia.
3. Hari ke-3-5 ==> fase pemulihan (saat suhu turun), klinis
membaik.
DBD 1. Demam tinggi mendadak selama 2-7 hari disertai nyeri
(demam berdarah dengue) kepala, nyeri retroorbita, mialgia dan nyeri perut.
2. Uji torniquet positif.
3. Ruam kulit : petekiae, ekimosis, purpura.
4. Perdarahan mukosa/saluran cerna/saluran kemih :
epistaksis, perdarahan gusi, hematemesis, melena,
hematuri.
5. Hepatomegali.
6. Perembesan plasma: efusi pleura, efusi perikard, atau
perembesan ke rongga peritoneal.

6
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

7. Trombositopenia.
8. Hemokonsentrasi.
9. Hari ke 3-5 ==> fase kritis (saat suhu turun), perjalanan
penyakit dapat berkembang menjadi syok
SSD 1. Manifestasi klinis seperti DBD, disertai kegagalan
(syok syndrom dengue) sirkulasi (syok).
2. Gejala syok :
a. Anak gelisah, hingga terjadi penurunan kesadaran,
sianosis.
b. Nafas cepat, nadi teraba lembut hingga tidak teraba.
c. Tekanan darah turun, tekanan nadi < 10 mmHg.
d. Akral dingin, capillary refill turun.
e. Diuresis turun, hingga anuria.

Keterangan:

a. Manifestasi klinis nyeri perut, hepatomegali, dan perdarahan terutama


perdarahan GIT lebih dominan pada DBD.
b. Perbedaan utama DBD dengan DD adalah pada DBD terjadi peningkatan
permeabilitas kapiler sehingga terjadi perembesan plasma yang
mengakibatkan haemokonsentrasi, hipovolemia dan syok.
c. Uji torniquet positif : terdapat 10 – 20 atau lebih petekiae dalam diameter
2,8 cm (1 inchi).

E. Mekanisme Penularan Dengue Hemoragic Faver


Seseorang yang didalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penular DHF. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2
hari sebelum demam. Bila penderita DHF digigit nyamuk penular, maka virus
dalam darah akan ikut terhisap masuk kedalam lambung nyamuk. Selanjutnya
virus akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk,
termasuk di dalam kelenjar liurnya. Kira-kira 1 minggu setelah menghisap darah
penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain. Virus ini
akan berada dalam tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Penularan ini terjadi
karena setiap kali nyamuk menusuk (mengigit), sebelum menghisap darah akan
mengeluarkan air liur melalui alat tusuknya (proboscis), agar darah yang dihisap
tidak membeku. Bersamaan air liur tersebut virus dengue dipindahkan dari
nyamuk ke orang lain.
F. Tempat Potensial Bagi Penularan Dengue Hemoragic Faver

7
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

DHF dapat terjadi disemua tempat yang terdapat nyamuk penularannya. Oleh
karena itu tempat potensial untuk terjadi penularan DHF adalah wilayah yang
banyak kasus DHF (rawan atau endemis), tempat-tempat umum yang menjadi
tempat berkumpulnya orang-orang yang datang dari berbagai wilayah sehingga
kemungkinan terjadinya pertukaran beberapa tipe virus dengue yang cukup besar
seperti sekolah, hotel, pertokoan, pasar, restoran, tempat ibadah, rumah sakit atau
puskesmas dan sarana pelayanan kesehatan lainnya. Pemukiman baru dipinggir
kota, peduduk pada lokasi ini umumnya berasal dari berbagai wilayah maka ada
kemungkinan diantaranya terdapat penderita yang membawa tipe virus dengue
yang berbeda dari masing-masing lokasi.

G. Patofisiologi
Virus dengue yang telah masuk ketubuh penderita akan menimbulkan
viremia.Hal tersebut akan menimbulkan reaksi oleh pusat pengatur suhu di
hipotalamus sehingga menyebabkan (pelepasan zat bradikinin, serotinin, trombin,
histamin) terjadinya : peningkatan suhu. Selain itu viremia menyebabkan
pelebaran pada dinding pembuluh darah yang menyebabkan perpindahan cairan
dan plasma dari intravaskular ke intersisial yang menyebabkan
hipovolemia.Trombositopenia dapat terjadi akibat dari,penurunan produksi
trombosit sebagai reaksi dari antibodi melawan virus (Murwani,2011).
Pada pasien dengan trombositopenia terdapat adanya perdarahan baik kulit
seperti ptekie atau perdarahan mukosa di mulut.Hal ini mekanisme hemostatis
secara normal.Hal tersebut dapat menimbulkan perdarahan dan jika tidak
tertangani maka akan menimbulkan syok.Masa virus dengue inkubasi 3-15 hari,
rata-rata 5-8 hari(Soegijanto,2006).
Menurut Ngastiyah (2005) virus akan masuk ke dalam tubuh melalui gigitan
nyamuk aedes aegypty.Pertama tama yang terjadi adalah viremia yang
mengakibatkan penderita mengalami demam,sakit kepala,mual,nyeri otot pegal
pegal di seluruh tubuh,ruam atau bintik-bintik merah pada kulit,hiperemia
tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi pembesaran kelenjar getah
bening,pembesaran hati (hepatomegali).

8
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Kemudian virus bereaksi dengan antibodi dan terbentuklah kompleks virus


antibodi.Dalam sirkulasi dan akan mengativasi sistem komplemen. Akibat
aktivasi C3 dan C5 akan dilepas C3a dan C5a dua peptida yang berdaya untuk
melepaskan histamin dan merupakan mediator kuat sebagai faktor meningkatnya
permeabilitas dinding kapiler pembuluh darah yang mengakibatkan terjadinya
pembesaran plasma ke ruang ekstraseluler.Pembesaran plasma ke ruang
ekstraseluler mengakibatkan kekurangan volume plasma,terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi (peningkatkan hemotokrit > 20 %) menunjukan atau
menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) sehingga nilai hematokrit
menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena (Noersalam,2005).
Adanya kebocoran plasma ke daerah ekstra vaskuler dibuktikan dengan
ditemukan cairan yang tertimbun dalam rongga yaitu rongga peritonium,pleura,
dan pericardium yang ada otopsi ternyata melebihi cairan yang diberikan melalui
infus. Setelah pemberian cairan intravena,peningkatan jumlah trombosit
menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi, sehingga pemberian cairan
intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah terjadinya
edema paru dan gagal jantung,sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang
cukup,penderita akan mengalami kekurangan cairan yang akan mengakibatkaan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan,metabolik asidosis dan
kematian apabila tidak segera diatasi dengan baik.(Murwani.2011)

H. Pencegahan
Untuk mencegah penyakit DBD, nyamuk penularnya (Aedes aegypti) harus
diberantas sebab vaksin untuk mencegahnya belum ada. Cara yang tepat dalam
pencegahan penyakit DBD adalah dengan pengendalian vector , yaitu
nyamuk  Aedes aegypti.
Cara yang tepat untuk memberantas nyamuk  Aedes aegypti adalah
memberantas jentik-jentiknya di tempat berkembang biaknya.
Cara ini dikenal dengan pemberantasan Sarang Nyamuk DBD (PSN-DBD).
Oleh karena tempat-tempat berkembang biaknya terdapat di rumah-rumah dan
tempat-tempat umum maka setiap keluarga harus melaksanakan PSN-DBD secara
teratur sekurang-kurangnya seminggu sekali.

9
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Bagan cara pemberantasan nyamuk (PSN DBD)


Cara Pencegahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1. Kimia
Dengan cara pemberian abatisasi(abate), pengasapan dan fogging.
2. Fisik
a. Dalam sekurang-kurangya seminggu sekali, maka cegahlah dengan cara 3
M plus :
a. Menguras bak mandi
b. Menutup tempat penampungan air
c. Mengubur atau menyingkirkan benda- benda yang dapat digenangi air
seperti ban bekas,kaleng bekas,vas bunga,penampungan air dsb.
b. Menggunakan obat nyamuk sebelum tidur dan sebelum bepergian
c. Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat lainnya yang
sejenis seminggu sekali.
d. Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar / rusak.
e. Menutup lubang pada potongan bambu / pohon dengan tanah.
f. Menaburkan bubuk Larvasida.
g. Memelihara ikan pemakan jentik di kolam / bak penampung air.
h. Memasang kawat kasa.
i. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.
j. Menggunakan kelambu.
k. Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.
3. Biologi
Pengendalian biologis antara lain dengan menggunakan ikan pemakan jentik
(ikan adu/ikan cupang), dan bakteri (Bt.H-14) yaitu agen yang aktif
mengendalikan nyamuk .

10
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

I. Pemeriksaan Diagnostik
1. Laboratorium
Pemeriksaan darah yang rutin dilakukan untuk menapis pasien tersangka
DHF adalah melalui pemeriksaan kadar hemaglobin, hematokrit , jumlah
trombosit dan hapusan darah tepi untuk melihat adanya limfositosis relatif
disertai gambran limfosit plasma biru.
Diagnosis pasti didaptakan dari hasil isolasi virus dengue (cell culture)
ataupun deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (reverse
transcriptase polmense chain reaction). Namun karena teknik yang lebih
rumit, saat ini tes serelogis yang mendeteksi adanya antibodi spsifik terhadap
dengue berupa antibodi total, lgM maupun lgG.
Parameter laboratoris yang dapat diperiksa antara lain:
a. Leukosit: dapat normal atau menurun. Mulain hari ke-3 dapat ditemui
limfositosis relatif (˂45% dari total leukosit) disertai adanya
limfositplasma biru (LPB) ˂15% dari jumlah total leukosit yang pada
fase syok akan meningkat.
b. Trombosit: umumnya terdapat trombositopenia pada hari ke 3-8.
c. Hematokrit: kebocoran plasma dibuktikan dengan ditemukannya
peningkatan hematokrit ≥20% dari hematokrit awal, umumnya dimulai
pada hari ke-3 demam.
d. Hemostatis: dilakukan pemeriksaan PT,APTT, fibronogen, D-Dimer,
atau FDP pada keadaan yang dicurigai terjadi perdarahan atau kelainan
pembekuan darah.
e. Protein/albumin: dapat terjadi hipoproteinemia akibat kebocaran plasma .
f. SGOT/SGPT (serum alanin aminotransferase): daat meningkat.
g. Ureum, kreatinin: bila didapatkan gangguan fungsi ginjal.
h. Elektrolit: sebagai parameter pemantauan pemberian cairan.
i. Golongan darah dan cross match (uji cocok serasi): bila akan diberikan
tranfusi darah atau komponen darah.
j. Imuno serologi dilakukan pemeriksaan lhM dan lgG terhadap dengeu.
1) IgM: terdeteksi mulai hari ke 3-5, meningkat sampai minggu ke-,
menghilang setelah 60-90 hari.

11
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

2) IgG: pada infeksi primer, igG mulai terdeteksi pada hari ke-14 pada
infeksi sekunder igG mulai terdeteksi hari ke-2.
k. Uji Hl: dilakukan pengambilan bahan pada hari pertama serta saat pulang
dari perawatan, uji ini digunakan untuk kepentingan surveilans.
2. Perawatan Radiologis
Pada foto dada didapatkan efusi pluera, terutama pada hemitoraks kanan
tetapi apabila terjadi pembesaran plasma hebat, efusi pluera dapat dijumpai
pada kedua hemitoraks. Pemeriksaan foto rontgen dada sebaiknya dalam
posisi lateral dekubitus kanan (pasien tidur pada sisi badan sebelah kanan).
Asites dan efusi pluera dapat pula dideteksi dengan pemeriksaan USG.

12
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

BAB III
KONSEP ASKEP

A. Pengkajian

Tabel 1.1 Pengkajian


1 Nutrisi Mual, muntah, anoreksia, sakit saat menelan
2 Nyeri pada anggota badan, punggung, sendi, kepala, ulu hati, pegal-
Aktifitas
pegal pada seluruh tubuh, menurunnya aktivitas sehari-hari.
3 Istirahat dan tidur Diare/konstipasi, menelan, oliguris sampai anuria.
4 Eliminasi Diare/konstipasi, menelan, oliguris sampai anuria.
5 Personal Hygiene Meningkatkan ketergangguan kebutuhan perawatan diri.

Adapun pemeriksaan fisik pada anak DHF diperoleh hasil sebagai berikut:
1. Keadaan umum
Berdasarkan tingkatan (grade) DHF keadaan umum adalah sebagai berikut :
Tabel 2.2 Grade pada DHF
Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda – tanda vital
Grade I
dan nadi lemah.
Kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan
Grade II spontan petekia, perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil,
dan tidak teratur.
Keadaan umum lemah, kesadaran apatis, somnolen, nadi lemah, kecil,
Grade III
dan tidak teratur serta tensi menurun.
Kesadaran koma, tanda – tanda vital : nadi tidak teraba, tensi tidak
Grade IV terukur, pernapasan tidak teratur, ekstremitas dingin berkeringat dan
kulit tampak sianosis.

2. Kepala dan leher


Lakrimasi Hyperemia

Epitaksis Mulut kering

13
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Keterangan :
a. Wajah: Kemerahan pada muka, pembengkakan sekitar mata, lakrimasi
dan fotobia, pergerakan bola mata nyeri.
b. Mulut: Mukosa mulut kering, perdarahan gusi, lidah kotor, (kadang-
kadang) sianosis.
c. Hidung: Epitaksis
d. Tenggorokan: Hiperemia
e. Leher: Terjadi pembesaran kelenjar limfe pada sudut atas rahang daerah
servikal posterior.
3. Dada (Thorax).
Nyeri tekan epigastrik, nafas dangkal.
a. Palpasi             : Vocal – fremitus kurang bergetar.
b. Perkusi            : Suara paru pekak.
c. Auskultasi       : Didapatkan suara nafas vesikuler yang lemah.
4. Abdomen.
Saat dipalpasi  teraba pembesaran hati dan limfe, pada keadaan dehidrasi
turgor kulit dapat menurun, suffiing dulness, balote ment point.
5. Anus dan genetalia.
a. Eliminasi alvi : Diare, konstipasi, melena.
b. Eliminasi urin : Dapat terjadi oligouria sampai anuria.
6. Ekstrimitas atas dan bawah.
Tabel 2.3 Ekstremitas
Stadium Keterangan
Stadium I Ekstremitas atas nampak petekie akibat RL test

Stadium II – III Terdapat petekie dan ekimose di kedua ekstrimitas.

Stadium IV Ekstrimitas dingin, berkeringat dan sianosis pada jari tangan


dan kaki (Perry, Potter: 2005)

B. DIAGNOSA

14
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

1. Hipertermia b.d Dehidrasi


2. Gangguan rasa nyaman b.d gejala terkait penyakit
3. Gangguan pola tidur b.d Imobilisasi
4. Nutrisi Ketidakseimbanagan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d
Ketidakmampuan makan
5. Gangguan Menelan b.d abnormalitas laring
6. Resiko perdarahan
7. Gangguan citra tubuh b.d perubahan fungsi tubuh (karena anomali, Penyakit,
medikasi, kehamilan, radiasi,pembedahan,trauma, dll.)
8. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif
9. Ansietas b.d ancaman status terkini
10. Intoleran Aktivitas b.d Fisik tidak bugar
11. Nyeri Akut b.d Agens cedera fisik
12. Resiko Syok Kondisi terkait : hipovolemia

C. INTERVENSI

No NANDA NOC NIC


1 Hipertermia b.d Dehidrasi Hidrasi Perawatan demam
dibuktikan dengan Definisi : Definisi :
Batasan Karakteristik : (Ketersediaan) Air yang cukup Manajemen gejala dan kondisi
a. Ansietas dalam kompartemen intraseluler terkait yang berhubungan dengan
b. Gelisah dan ekstraseluler tubuh peningkatan suhu tubuh dimediasi
c. Menangis oleh pirogen endogen
d. Merasa tidak nyaman Setelah dilakukan tindakan
e. Takut keperawatan klien diharapkan : Aktivitas-aktivitas :
1. Turgor kulit [4] 1. Pantau suhu dan tanda-tanda
2. Intake cairan [4] vital lainnya
3. Output urin [4] 2. Monitor warna kulit dan suhu
4. Haus [4] 3. Monitor asupan dan keluaran,
5. Peningkatan suhu tubuh [4] sadari perubahan kehilangan
cairan yang tak dirasakan
Keterangan skala : 4. Dorong konsumsi cairan
[1] : Sangat terganggu 5. Pastikan langkah keamanan
[2] : Banyak terganggu pasien yang gelisah atau
[3] : Cukup terganggu mengalami delirium
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu Manajemen elektrolit/cairan
Definisi :
Pengaturan dan pencegahan
Kontrol risiko: Hipertermia komplikasi dari perubahan cairan
Definisi : dan/atau elektrolit
Tindakan individu untuk mengerti,
mencegah, mengeliminasi, atau Aktivitas-aktivitas :

15
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

mengurangi ancaman kesehatan 1. Dapatkan spesimen


yang berkaitan dengan suhu tubuh laboratorium untuk
yang tinggi pemantauan perubahan cairan
atau elektrolit ( misalnya,
Setelah dilakukan tindakan hematokrit, BUN, protein,
keperawatan klien diharapkan : natrium, dan kadar kalium ),
1. Mengenali faktor resiko yang sesuai
individu terkait hipertermia [4] 2. Berikan cairan, yang sesuai
2. Memonitor lingkungan terkait 3. Monitor efek samping dari
faktor yang meningkatkan suhu suplemen elektrolit yang
tubuh [4] diresepkan ( misalnya, mual,
3. Mengetahui hubungan usia muntah, diare )
dengan suhu tubuh [4] 4. Monitor kehilangan cairan
4. Memodifikasi intake cairan ( misalnya, perdarahan,
sesuai kebutuhan [4] muntah, diare, keringat dan
5. Melakukan tindakan mandiri takipnea )
untuk mengontrol suhu tubuh
[4] Pengecekan kulit
Definisi :
Keterangan skala : Pengumpulan dan analisis data
[1] : Sangat terganggu pasien untuk menjaga kulit dan
[2] : Banyak terganggu integritas membran mukosa
[3] : Cukup terganggu
[4] : Sedikit terganggu Aktivitas-aktivitas :
[5] : Tidak terganggu 1. Gunakan alat pengkajian
untuk mengidentifikasi pasien
yang berisiko mengalami
kerusakan kulit ( misalnya,
Skala Braden )
2. Monitor kulit adanya ruam
dan lecet
3. Dokumentasikan perubahan
membran mukosa
4. Ajarkan anggota
keluarga/pemberi asuhan
mengenai tanda-tanda
kerusakan kulit, dengan tepat

2 Gangguan rasa nyaman Status Kenyamanan Manajemen Lingkungan:


b.d gejala terkait penyakit Definisi: Kenyamanan
dibuktikan dengan Keseluruhan rasa nyaman dan Definisi :
keamanan individu secara fisik, Manipulasi lingkungan pasien
Batasan Karakteristik : psikospiritual, sosial budaya, dan untuk mendapatkan kenyamanan
a. Ansietas lingkungan. yang optimal.
b. Gelisah
c. Menangis Setelah dilakukan tindakan, Aktivitas-aktivitas :
d. Merasa tidak nyaman diharapkan klien mampu untuk 1. Pertimbangan penempatan
e. Takut memenuhi indikator sebagai pasien di kamar dengan
berikut: beberapa tempat tidur (teman
sekamar dengan masalah
1. Kesejahteraan fisik [4] lingkungan yang sama bila
2. Kontrol terhadap gejala [4] memungkinkan).
3. Kesejahteraan psikologis [4] 2. Hindari gangguan yang tidak
4. Dukungan sosial dari keluarga perlu dan berikan untuk waktu
[4] istirahat.
3. Ciptakan lingkungan yang
tenang dan mendukung.

16
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Keterangan: 4. Sesuaikan suhu ruangan yang


[1] : Sangat terganggu paling menyamankan
[2] : Banyak terganggu individu, jika memungkinkan.
[3] : Cukup terganggu
[4] : Sedikit terganggu
[5] : Tidak terganggu Pengurangan Kecemasan
Definisi :
Tingkat Kecemasan Mengurangi tekanan, ketakutan,
Definisi: firasat, maupun ketidaknyamanan
Keparahan dari tanda-tanda terkait dengan sumber-sumber
ketakutan, ketegangan, atau bahaya yang tidak teridentifikasi.
kegelisahan yang berasal dari
sumber yang tidak dapat Aktivitas-aktivitas :
diidentifikasi. 1. Gunakan pendekatan yang
tenang dan menyakinkan.
Setelah dilakukan tindakan, 2. Berada di sisi klien untuk
diharapkan klien mampu untuk meningkatkan rasa aman dan
memenuhi indikator sebagai mengurangi ketakutan.
berikut: 3. Dorong keluarga untuk
mendampingi klien dengan
1. Tidak dapat beristirahat [4] cara yang tepat.
2. Perasaan gelisah [4] 4. Jauhkan peralatan perawatan
3. Gangguan tidur [4] dari pandangan (klien).
4. Perubahan pada pola makan [4] 5. Puji/kuatkan perilaku yang
baik secara tepat.

Keterangan: Pemberian Obat


[1] : Berat Definisi:
[2] : Cukup berat Mempersiapkan, memberikan dan
[3] : Sedang mengevaluasi efektivitas obat
[4] : Ringan dengan resep dan tanpa resep.
[5] : Tidak ada
Aktivitas-aktivitas :
1. Pertahankan aturan dan
prosedur yang sesuai dengan
keakuratan dan keamanan
pemberian obat-obatan.
2. Ikuti prosedur lima benar
dalam pemberian obat.
3. Verifikasi resep obat-obatan
sebelum pemberian obat.
4. Beritahukan klien mengenai
jenis obat, alasan pemberian
obat, hasil yang diharapkan
dan efek lanjutan yang akan
terjadi sebelum pemberian
obat.
5. Bantu klien dalam pemberian
obat.

3 Gangguan pola tidur b.d Tidur Terapi Relaksasi


Imobilisasi dibuktikan Definisi: Definisi :
dengan Periode alami mengistirahatkan Penggunaan teknik-teknik untuk
kesadaran dalam memulihkan mendorong dan memperoleh
Batasan Karakteristik : tubuh. relaksasi demi tujuan mengurangi
a. Kesulitan jatuh tertidur tanda dan gejala yang tidak
b. Ketidakpuasan tidur Setelah dilakukan tindakan, diinginkan seperti nyeri, kaku
c. Menyatakan tidak diharapkan klien mampu untuk otot, dan ansietas.

17
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

merasa cukup istirahat memenuhi indikator sebagai


d. Perubahan pola tidur berikut: Aktivitas-aktivitas :
normal 1. Gambarkan rasionalisasi dan
1. Pola tidur [4] manfaat relaksasi serta jenis
2. Tempat tidur yang nyaman [4] relaksasi yang tersedia
(misalnya, musik, meditasi,
Keterangan : bernafas dengan ritme,
[1] : Sangat terganggu relaksasi rahang, dan
[2] : Banyak terganggu relaksasi otot progresif).
[3] : Cukup terganggu 2. Minta klien untuk rileks dan
[4] : Sedikit terganggu merasakan sensasi yang
[5] : Tidak terganggu terjadi.
3. Gunakan suara yang lembut
3. Kesulitan memulai tidur [4] dengan irama yang lambat
4. Nyeri [4] untuk setiap kata.
4. Berikan waktu yang tidak
Keterangan: terganggu karena mungkin
[1] : Berat saja klien tertidur.
[2] : Cukup berat
[3] : Sedang Peningkatan Tidur
[4] : Ringan Definisi :
[5] : Tidak ada Memfasilitasi tidur/siklus bangun
yang teratur.

Kelelahan : Efek yang Aktivitas-aktivitas :


menganggu 1. Jelaskan pentingnya tidur
Definisi: yang cukup selama
Keparahan efek gangguan yang kehamilan, penyakit,
diamati atau dilaporkan dari tekanan psikososial, dan
kelelahan kronis terhadap fungsi lain-lain.
sehari-hari. 2. Monitor/catat pola tidur
pasien dan jumlah jam tidur.
Setelah dilakukan tindakan, 3. Monitor pola tidur pasien
diharapkan klien mampu untuk dan catat kondisi fisik
memenuhi indikator sebagai (misalnya, apnea tidur,
berikut: sumbatan jalan nafas,
nyeri/ketidaknyamanan, dan
1. Penurunan energi [4] frekuensi buang air kecil)
2. Gangguan dengan aktivitas dan psikologis (misalnya,
sehari-hari [4] ketakutan atau kecemasan)
3. Nafsu makan menurun [4] keadaan yang menganggu
4. Absen dari sekolah [4] tidur.
4. Fasilitas untuk
Keterangan: mempertahankan rutinitas
[1] : Berat waktu tidur pasien yang
[2] : Cukup berat biasa, tanda-tanda sebelum
[3] : Sedang tidur/alat peraga, dan benda-
[4] : Ringan benda yang lazim digunakan
[5] : Tidak ada (misalnya, untuk anak-anak
selimut/mainan favorit,
ayunan, dot, atau cerita ;
untuk orang dewasa buku
untuk dibaca, dan lain-lain)
yang sesuai.
5. Diskusikan dengan pasien
dan keluarga mengenai
teknik untuk meningkatkan

18
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

tidur.

Manajemen Nyeri
Definisi :
Pengurangan atau reduksi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien.

Aktivitas-aktivitas :
1. Gunakan strategi komunikasi
terapeutik untuk mengetahui
pengalaman nyeri dan
sampaikan penerimaan
pasien terhadap nyeri.
2. Kurangi atau eliminasi
faktor-faktor yang dapat
mencetuskan atau
meningkatkan nyeri
(misalnya ketakutan,
kelelahan, keadaan monoton,
dan kurang pengetahuan).
3. Berikan individu penurun
nyeri yang optimal dengan
peresepan analgesik.
4. Gunakan tindakan
pengontrol nyeri sebelum
nyeri bertmabah berat
5. Libatkan keluarga dalam
modalitas penurun nyeri, jika
memungkinkan.

4 Ketidakseimbanagan Status Nutrisi Manajemen Nutrisi


nutrisi : kurang dari Definisi : Definisi :
kebutuhan tubuh b.d Sejauh mana nutrisi dicerna dan Menyediakan dan meningkatkan
Ketidakmampuan makan diserap untuk memenuhi kebutuhan intake nutrisi yang seimbang
dibuktikan dengan metabolik
Aktivitas-aktivitas :
Batasan Karakteristik : Setelah dilakukan tindakan, 1. Tentukan status gizi pasien
a. Bising usus hiperaktif diharapkan klien mampu untuk dan kemampuan [pasien]
b. Gangguan sensasi rasa memenuhi indikator sebagai untuk memenuhi kebutuhan
c. Ketidak mampuan berikut: gizi
memakan makanan 1. Asupan gizi [4] 2. Intruksikan pasien mengenai
2. Asupan makanan [4] kebutuhan nutrisi (yaitu:
3. Asupan cairan [4] membahas pedoman diet dan
4. Rasio berat badan/tinggi badan piramida makanan)
[4] 3. Tentukan jumlah kalori dan
5. Hidrasi [4] jenis nutrisi yang dibutuhkan
untuk memenuhi persyaratan
Keterangan : gizi
1 = Sangat terganggu 4. Anjurkan pasien terkait
2 = Sebagian besar terganggu dengan kebutuhan makanan
3 = Cukup terganggu tertentu berdasarkan
4 = Sedikit terganggu paerkembangan atau usia
5 = Tidak terganggu ( misalnya, peningkatan
kalsium, protein, cairan dan
Status nutrisi : asupan nutrisi kalori untuk wanita
Definisi : menyusui ; peningkatan

19
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

Asupan gizi untuk memenuhi asupan serat untuk mencegah


kebutuhan-kebutuhan metabolik konstipasi pada orang dewasa
yang lebih tua)
Setelah dilakukan tindakan, 5. Anjurkan pasien untuk
diharapkan klien mampu untuk memantau kalori dan intake
memenuhi indikator sebagai makanan (misalnya, buku
berikut: harian makanan)

1. asupan protein [4] Terapi Nutrisi


2. asupan lemak [4] Definisi :
3. asupan karbohidrat [4] Pemberian makanan dan cairan
4. asupan vitamin [4] untuk membantu proses metabolik
5. asupan serat [4] pada pasien malnutrisi atau
[pasien] yang berisiko tinggi
Keterangan : mengalami malnutrisi
1 = Sangat terganggu
2 = Sebagian besar terganggu Aktivitas-aktivitas :
3 = Cukup terganggu 1. lengkapi pengkajian nutrisi,
4 = Sedikit terganggu sesuai kebutuhan
5 = Tidak terganggu 2. monitor intake
makanan/cairan dan hitung
masukan kalori perhari, sesuai
kebutuhan
3. tentukan jumlah kalori dan
tipe nutrisi yang diperlukan
untuk memnuhi kebutuhan
nutrisi dengan berkolaborasi
bersama ahli gizi, sesuai
kebutuhan
4. motivasi pasien untuk
mengkonsumsi makanan yang
tinggi kalsium, sesuai
kebutuhan
5. anjurkan untuk menghindari
makanan yang mengandung
laktosa, sesuai kebutuhan

Monitor Nutrisi
Definisi :
Pengumpulan dan analisa data
pasien yang berkaitan dengan
asupan nutrisi

Aktivitas-aktivitas :
1. monitor pertumbuhan dan
perkembanagan anak
2. identifikasi abnormalitas kulit
(misalnya, memar berlebihan,
penyembuhan luka buruk dan
perdarahan)
3. identifikasi perubahan nafsu
makan dan aktivitas-aktivitas
akhir ini
4. monitor adanya [warna]
pucat, kemerahan dan
jaringan kongjungtiva yang
kering
5. lakukan pemeriksaan

20
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

laboratorium, monitor
hasilnya (misalnya, kolestrol,
serum albumin, transferin
prealbumin, nitrogen urin
selama 24 jam, BUN,
Kreatinn, Hb, Ht, imunitas
seluler, hitung limfosit total,
dan nilai elektrolit

5 Gangguan Menelan b.d Status Menelan Pencegahan Aspirasi


abnormalitas laring Definisi : Definisi :
dibuktikan dengan jalan lintasan yang aman untuk Pencegahan atau meminimalisir
cairan atau makanan padat dari faktor berisiko pada pasien yang
Batasan Karakteristik : mulut sampai ke perut beresiko yang mangalami
a. Demam dengan etiologi aspirasi.
tidak jelas Setelah dilakukan tindakan,
b. Menolak makanan diharapkan klien mampu untuk Aktivitas-aktivitas :
c. Muntah memenuhi indikator sebagai 1. Monitor tingkat kesadaran,
berikut: reflek batuk, gag reflek,
1. Mempertahankan makanan kemampuan menelan
dimulut [4] 2. Monitor kebutuhan perawatan
2. Kemampuan mengunyah [4] terhadap saluran cerna
3. Menerima makanan [4] 3. Beri makanan dalam jumlah
4. Batuk [4] sedikit
5. Muntah [4] 4. Hindari pemberian cairan atau
pengunaan zat yang kental
Keterangan : 5. Potong makanan menjadi
1 = Sangat terganggu potongan-potongan kecil
2 = Sebagian besar terganggu
3 = Cukup terganggu Pemberian Makanan
4 = Sedikit terganggu Definisi :
5 = Tidak terganggu Menyediakan asupan nutrisi pada
pasien yang tidak mampu untuk
Stasus Menelan: fase esofagus makan sendiri
Definisi :
jalan lintasan yang aman untuk Aktivitas-aktivitas :
cairan atau makanan padat dari 1. Tawarkan kesempatan
faring ke perut mencium makanan untuk
menstimulasi nafsu makan
Setelah dilakukan tindakan, 2. Catat asupan, dengan tepat
diharapkan klien mampu untuk 3. Sediakan sedotan minum,
memenuhi indikator sebagai sesuai kebutuhan atau sesuai
berikut: keinginan
1. Penerimaan makanan [4] 4. Sediakan cemilan (finger
2. Batuk dengan menelan [4] food) yang sesuai
3. Isi lambung mengalir kembali 5. Dorong orang tua atau
[4] keluarga untuk menyuapi
4. Tidak nyaman dengan menelan pasien
[4]
5. Muntah tengah malam [4] Bantuan Perawatan Diri :
Pemberian Makan
Definisi :
Keterangan : Membantu seseorang untuk
1 = Sangat terganggu makan
2 = Sebagian besar terganggu
3 = Cukup terganggu Aktivitas-aktivitas :
4 = Sedikit terganggu 1. Monitor kemampuan pasien
5 = Tidak terganggu untuk menelan

21
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

2. Monitor status hidrasi pasien,


dengan tepat
3. Gunakan alat makan dan kelas
yang tidak mudah pecah dan
tidak berat, sesuai kebutuhan
4. Berikan sedotan minuman,
sesuai kebutuhan atau sesuai
keinginan
5. Sediakan makanan dan
minunan yang disukai, dengan
tepat

6 Resiko Perdarahan Keparahan kehilangan darah Pencegahan perdarahan


Batasan Karakteristik : Definisi : Definisi :
Aneurisme Eparahan tanda dan gejala Pengurangan stimulus yang
perdarahan internal atau eksternal menyebabkan perdarahan atau
perdarahan pada pasien yang
Setelah dilakukan tindakan, berresiko
diharapkan klien mampu untuk
memenuhi indikator sebagai Aktivitas-aktivitas
berikut: 1. monitor dengan ketat resiko
1. Kehilangan darah yang terlihat terjadinya perdarahan pada
[4] pasien
2. Penurunan tekanan darah 2. catat nilai hemoglobin dan
diastolik [4] hematokrit sebelum dan
3. Kehilangan panas tubuh [4] setelah pasien kehilangan
4. cemas [4] darah sesuai indikasi
5. penurunan hemoglobin (Hgb) 3. monitor tanda-tanda vital
[4] ortostatik, termasuk tekanan
darah
Keterangan : 4. pertahankan agar pasien tetap
1 = Sangat terganggu tirah baring jika terjadi
2 = Sebagian besar terganggu perdarahan aktif
3 = Cukup terganggu 5. lindungi pasien dari trauma
4 = Sedikit terganggu yang dapat menyebabkan
5 = Tidak terganggu perdarahan

Status Sirkulasi Pengurangan perdarahan


Definisi : Definisi :
Aliran darah yang searahdan tidak Membatasi hilangnya volume
terhambat dengan aliran yang tepat darah selama episode perdarahan
melalui pembuluh darah besar
sirkuit sistemik dan paru Aktivitas-aktivitas
1. Identifikasi penyebab
Setelah dilakukan tindakan, perdarahan
diharapkan klien mampu untuk 2. Monitor jumlah dan sifat
memenuhi indikator sebagai kehilangan darah
berikut: 3. Monitor fungsi neurologis
1. tekanan darah sitol [4] 4. Atur ketersediaan produk-
2. tekanan darah diastolik [4] produk darah untuk transfusi,
3. PaO2 (tekanan parsial oksigen jika perlu
dalam darah arteri [4] 5. Lakukan hematest semua
4. Saturasi oksigen [4] kotoran dan amati darah pada
5. Perbedaan oksigen arteri-vena emesis, dahak,tinja, urin,
[4] drainase NG, dan drainase
luka, dengan tetap
Keterangan :

22
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

1 = Sangat terganggu
2 = Sebagian besar terganggu
3 = Cukup terganggu Pengurangan perdarahan:
4 = Sedikit terganggu gastrointestinal
5 = Tidak terganggu Definisi :
Pembatasan jumlah kehilanagan
darah dari saluran gastrointestinal
bagian atas dan bawah dan
komplikasi yang terkait

Aktivitas-aktivitas
1. Monitor tanda dan gejala
perdarahan yang terus
menerus (misalnya, periksa
semua sekresi terhadap
adanya darah)
2. Hindari penggunaan
antikoagulan
3. Kaji status nutrisi pasien
4. Lakukan bilas lambungjika
diperlukan
5. Dokumentasikan warna,
jumlah dan karakter dari feses

7 Gangguan citra tubuh b.d Citra Tubuh Peningkatan Citra Tubuh


perubahan fungsi tubuh Definisi : Definisi :
(karena anomali, Penyakit, Persepsi terhadap penampilan dan Meningkatkan persepsi dan sikap
medikasi, kehamilan, fungsi tubuh sendiri pasien yang baik yang disadari
radiasi,pembedahan,traum maupun tidak disadari terhadap
a, dll.) Setelah dilakukan tindakan, tubuhnya
diharapkan klien mampu untuk
Batasan Karakteristik : memenuhi indikator sebagai Aktivitas-aktivitas
gangguan pandangan tentang berikut: 1. tentukan harapan citra tubuh
tubuh seseorang (misalnya, 1. gambaran internal diri [4] pasien didasarkan pada tahap
penampilan, struktur, fungsi) 2. penyesuaian terhadap perkembanagan
perubahan tampilan fisik [4] 2. gunakan bimbingan
3. penyesuaian terhadap antisipasif menyediakan
perubahan fungsi tubuh [4] pasien terkait dengan
4. penyesuaian terhadap perubahan-perubahan citra
perunahan status kesehatan [4] tubuh yang [telah] diprediksi
5. penyesuaian terhadap kan
perubahan tubuh terhadap 3. bantu pasien untuk
cedera [4] mendiskusikan perubahan-
perubahan [bagian tubuh]
Keterangan : disebabkan adanya penyakit
1 = Sangat terganggu atau pembedahan, dengan
2 = Sebagian besar terganggu cara yang tepat
3 = Cukup terganggu 4. monitor apakah pasien
4 = Sedikit terganggu melihat bagian tubuh mana
5 = Tidak terganggu yang berubah
5. fasilitasi kontak dengan
Harga Diri individu yang mengalami
Definisi : perubahan hal yang sama
Penilaian harga diri sendiri dalam hal citra tubuh

Setelah dilakukan tindakan, Peningkatan Harga Diri


diharapkan klien mampu untuk Definisi :

23
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

memenuhi indikator sebagai Membantu pasien untuk


berikut: meningkatkan penilaian pribadi
1. verbalisasi penerimaan diri [4] mengenai harga diri
2. penerimaan terhadap
keterbatasan diri [4] Aktifitas-aktivitas :
3. gambaran diri [4] 1. monitor pernyataan pasien
4. komunikasi terbuka [4] mengenai harga diri
5. perasaan tentang nilai diri [4] 2. bantu pasien untuk
menemukan penerimaan diri
Keterangan : 3. bantu pasien untung
1 = Sangat terganggu mengatasi bullying atau
2 = Sebagian besar terganggu ejekan
3 = Cukup terganggu 4. monitor tingkat harga diri dari
4 = Sedikit terganggu waktu ke waktu dengan tepat
5 = Tidak terganggu 5. buat pernyataan positif
terhadap pasien

Peningkatan koping
Definisi :
Fasilitasi usaha kognitif dan
perilaku untuk mengelola stressor
yang dirasakan, perubahan, atau
ancaman yang mengganggu
dalam rangka memenuhi
kebutuhan hidup dan peran

Aktivitas-aktivitas :
1. berikan penilaian
[kemampuan] penyesuaian
pasien terhadap perubahan-
perubahan dalam citra tubuh,
sesuai dengan indikasi
2. berikan penilaian mengenai
pemahaman pasien terhadap
proses penyakit
3. berikan suasana penerimaan
4. bantu pasien dalam
mengembangkan penilaian
terkait dengan kejadian
dengan lebih objektif
5. dukung pasien untuk
mengidentifikasi kekuatan
dan kemampuan diri

8 Kekurangan volume cairan Keseimbangan cairan Monitor cairan


b/d kehilangan cairan aktif Definisi : Definisi
Keseimbangan cairan didalam Pengumpulan dan analisis data
Batasan karakteristik ruang intraselular dan ekstraselular pasien dalam pengaturan
a. Haus tubuh. keseimbangan cairan.
b. Membram mukosa
kering Setelah dilakukan tindakan Aktivitas –aktivitas :
c. Peningkatan suhu tubuh keperawatan klien diharapkan : 1. Tentukan jumlah dan jenis
d. Kelemahan 1. Keseimbangan intake dan intake/asupan cairan serta
output dalam 24 jam kebiasaan eliminasi.
2. Hematokrit 2. Monitor berat badan
3. Kelembaban membram mukosa 3. Monitor asupan dan
4. Kehausan pengeluaran

24
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

5. Pusing 4. Monitor membran mukosa,


turgor kulit dan respon haus
Keterangan :
1) Sangat terganggu Pemberian makan
2) Benyak terganggu Definisi
3) Cukup terganggu Menyediakan asupan nutrisi pada
4) Sedikit terganggu pasien yang tidak mampu untuk
5) Tidak terganggu makan sendiri.

Keparahan mual dan muntah Aktivitas-aktivitas :


Definisi : 1. Tanyakan pasien apa
Keparahan dari tanda dan gejala makanan yang disukai untuk
mual, muntah-muntah dan muntah. dipesan.
2. Atur makanan sesuai dengan
Setelah dilakukan tindakan kesenangan pasien.
keperawatan klien diharapkan : 3. Beri air minum pada saat
1. Frekuensi mual makan, jika diperlukan
2. Intensitas mual 4. Catat asupan dengan tepat
3. Frekuensi muntah 5. Suapi tanpa terburu-buru
4. Intensitas muntah 6. Dorong orang tua/keluarga
5. Kehilangan berat badan untuk mneyuapi pasien
6. Darah dalam muntahan
Manajemen diare
Keterangan : Definisi :
1) Berat Manajemen dan pnyembuhan
2) Cukup berat diare.
3) Sedang
4) Ringan Aktivitas – aktivitas :
5) Tidak ada 1) Eveluasi kandungan nutrisi
dari makanan yang sudah
dikonsumsi sebelumnya
2) Berikan makanan dalam porsi
kecil dan lebih sering serta
tingkatkan porsi secara
bertahap
3) Monitor tanda dan gejala diare
4) Instruksikan pasien untuk
memberitahu staf setiap kali
mengalami episode diare
5) Timbang pasien secara
berkala
6) Monitor persiapan cairan
makanan yang sama

9 Ansietas b.d ancaman Tingkat kecemasan Teknik menenangkan


status terkini Definisi : Keparahan dari tanda- Definisi :
tanda ketakutan, ketegangan atau Mengurangi ansietas pada pasien
Batasan karakteristik : kegelisahan yang berasal dari dari yang mengalami distres akut
a. Afektif sumber yang tidak dapat
1) gelisah diidentifikasi Aktivitas-aktivitas :
2) ketakutan 1. Pertahankan sikap yang
3) sangat khawatir Setelah dilakukan tindakan tenang dan hati-hati
b. Simpatis: anoreksia keperawatan klien diharapkan : 2. Pertahankan kontak mata
c. Parasimpatis 1. Perasaan gelisah (4) 3. Identifikasi orang-orang
1) perubahan pola tidur 2. Rasa takut yang disampaikan terdekat klien yang bisa
2) pusing secara lisan (4) membantu klien
3) keletihan mual 3. Rasa cemas yang disampaikan 4. Peluk dan beri kenyamanan
4) mual secara lisan (4) pada bayi atau anak

25
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

4. Pusing (4) 5. Bicara dengan lembut atau


5. Gangguan tidur (4) bernyanyi pada bayi/anak
6. Perubahan pada pola makan (4) 6. Tawarkan cairan hangat atau
susu hangat
Keterangan skala :
1. Berat Terapi trauma: Anak
2. Cukup berat Definisi : Penggunaan proses
3. Sedang membantu interaktif untuk
4. Ringan menyelesaikan trauma yang
5. Tidak ada dialami anak

Tingkat rasa takut: Anak Aktivitas-aktivitas :


Definisi : 1. Ajarkan teknik manajemen
Keparahan rasa takut yang stress tertentu sebelum
diwujudkan, ketegangan atau eksplorasi trauma untuk
ketidaknyamanan yang muncul dari mengembalikan kontrol atas
dari sumber yang bisa diidentifikasi pikiran dan perasaan
pada anak berumur 1 tahun hingga 2. Fokuskan terapi pada
berumur 17 tahun pengaturan diri dan
membangun kembali rasa
Setelah dilakukan tindakan aman
keperawatan klien diharapkan : 3. Libatkan orang tua atau
1. Kehilangan berat badan (4) pengasuh dengan tepat dalam
2. Menangis (4) terapi
3. Bertanya terus (4) menerus 4. Edukasi orang tua dalam
4. Perilaku menempel (4) rangka proses terapi dan
5. Ketakutan (4) respon anak terhadap trauma
5. Bantu anak untuk
Keterangan skala : membangun kembali rasa
1. Berat aman dan hal-hal yang dapat
2. Cukup berat diramalkan dalam hidupnya
3. Sedang
4. Ringan Monitor tanda-tanda vital
5. Tidak ada Definisi :
Pengumpulan dan analisis data
kardiovaskular, pernapasan, dan
suhu tubuh untuk menentukan dan
mencegah komplikasi

Aktivitas-aktivitas :
1. Monitor tekanan darah, nadi,
suhu, dan status pernafasan
dengan tepat
2. Inisiasi dan pertahankan
perangkat pemantau suhu
tubuh secara terus-menerus
dengan tepat
3. Monitor dan laporkan tanda
dan gejala hipotermia dan
hipertermia
4. Monitor warna kulit, suhu dan
kelembaban

10 Intoleran Aktivitas b.d Daya Tahan Terapi Aktivitas


Fisik tidak bugar Definisi : Definisi :
Kemampuan untuk Peresepan terkait dengan
Batasan Karakteristik : mempertahankan aktivitas. menggunakan bantuan aktivitas
a. Keletihan fisik, kognisi, social, dan spiritual

26
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

b. Kelemahan umum Setelah dilakukan tindakan untuk meningkatkan frekuensi


keperawatan klien diharapkan : dan durasi dari aktivitas
kelompok.
1. Melakukan aktivitas rutin (4)
2. Aktifitas fisik(4) Aktivitas- aktivitas :
3. Konsentrasi (4)
4. Daya tahan otot (4) 1. Pertimbangkan kemampuan
5. Pemulihan energi setelah klien dalam berpartisipasi
istirahat (4) melalui aktivitas spesifik.
2. Bantu klien untuk
Keterangan : mengeksplorasi tujuan
1 = sangat terganggu personal dari aktivitas-
2 = sebagian besar Terganggu aktivitas yang biasa di
3 = cukup terganggu lakukan ( misalnya, bekerja)
4 = sedikit terganggu dan aktivitas-aktivitas yang
5 = Tidak terganggu disukai.
3. Bantu klien untuk memilih
Tingkat Ketidaknyamanan aktivitas dan pencapaian
Definisi : melalui aktivitas yang
Keparahan ketidaknyamanan konsisten dengan kemampuan
mental atau fisik yang diamati atau fisik, fisiologi, dan social.
dilaporkan. 4. Bantu klien dan keluarga
untuk mengidentifikasi
Setelah dilakukan tindakan kelemahan dalam level
keperawatan klien diharapkan : aktivitas tertentu.
5. Identifikasikan strategi untuk
1. Nyeri (4) meningkatkan partisipasi
2. Rasa takut (4) terkait dengan aktivitas yang
3. Tidak dapat beristirahat (4) diinginkan.
4. Otot pegal (4)
5. Kehilangan nafsu makan (4) Manajemen Energi
Definisi :
Keterangan : Pengaturan energi yang
1 = sangat terganggu digunakan untuk menangani atau
2 = sebagian besar terganggu mencegah kelelahan dan
3 = cukup terganggu mengoptimalkan fungsi.
4 = sedikit terganggu
5 = Tidak terganggu Aktivitas-aktivitas :

1. Kaji status fisiologis pasien


yang menyebabkan kelelahan
sesuai dengan konteks usia
dan perkembangan.
2. Tentukan jenis dan banyaknya
aktivitas yang dibutuhkan
untuk menjaga ketahanan.
3. Monitor intake/asupan nutrisi
untuk mengetahui sumber
energi yang adekuat.
4. Konsulkan dengan ahli gizi
mengenai cara meningkatkan
asupan energi dari makanan.
5. Monitor/catat waktu dan lama
istirahat/tidur pasien.

Peningkatan Tidur
Definisi :
Memfasilitasi tidur/siklus bangun

27
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

yang teratur.

Aktivitas-aktivitas :

1. Tentukan pola tidur/aktivitas


pasien
2. Sesuaikan lingkungan
(misalnya, cahaya,
kebisingan, suhu, Kasur, dan
tempat tidur) untuk
meningkatkan tidur
3. Dorong pasien untuk
menetapkan rutinitas tidur
untuk memfasilitasi
perpindahan dari terjaga
menuju tidur.
4. Monitor makan sebelum tidur
dan intake minuman yang
dapat
memfasilitasi/mengganggu
tidur.
5. Bantu pasien untuk
membatasi tidur siang dengan
menyediakan akivitas yang
meningkatkan kondisi terjaga,
dengan tepat.

11 Nyeri Akut b.d Agens Kontrol nyeri Pengurangan Kecemasan


cedera fisik Definisi : Definisi :
Tindakan pribadi untuk mengontrol Mengurangi tekanan, ketakutan,
Batasan Karakteristik : nyeri. firasat maupun ketidaknyamanan
a. Perubahan selera makan terkait dengan sumber-sumber
b. Diaforesis Setelah dilakukan tindakan bahaya yang tidak teridentifikasi.
c. Perilaku distraksi keperawatan klien diharapkan :
d. Ekspresi wajah nyeri Aktivitas- Aktivitas :
1. Mengenali kapan nyeri terjadi 1. Gunakan pendekatan yang
(4) tenang dan meyakinkan
2. Menggunakan tindakan 2. Nyatakan dengan jelas
pengurangan nyeri tanpa harapan terhadap perilaku
analgesik (4) klien
3. Menggunakan analgesik yang 3. Berada di sisi klien untuk
direkomendasikan (4) meningkatkan rasa aman dan
4. Mengenali apa yang terkait mengurangi ketakutan.
dengan gejala nyeri (4) 4. Dorong keluarga untuk
5. Melaporkan nyeri yang mendampingi klien dengan
terkontrol (4) cara yang tepat.
5. Berikan objek yang
Keterangan : menunjukkan perasaan aman.
1 = sangat terganggu
2 = sebagian besar terganggu Pemberian Analgesik
3 = cukup terganggu Definisi :
4 = sedikit terganggu Penggunaan agen farmakologi
5 = Tidak terganggu untuk mengurangi atau
menghilangkan nyeri.
Tingkat kecemasan
Definisi : Aktivitas- Aktivitas :
Keparahan dari tanda-tanda 1. Tentukan lokasi, karakteristik,

28
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

ketakutan, ketegangan, atau kualitas dan keparahan nyeri


kegelisahan yang berasal dari sebelum mengobati pasien.
sumber yang tidak dapat 2. Cek perintah pengobatan
diidentifikasi. meliputi obat,dosis, dan
frekuensi obat analgesic yang
Setelah dilakukan tindakan diresepkan.
keperawatan klien diharapkan : 3. Cek adanya riwayat alergi
4. Tentukan pilihan obat
1. Tidak dapat beristirahat (4) analgesik (narkotik, non
2. Perasaan gelisah (4) narkotik, atau NSAID),
3. Mengeluarkan rasa marah berdasarkan tipe dan
secara berlebihan (4) keparahan myeri.
4. Gangguan tidur (4) 5. Tentukan analgesik
5. Perubahan pola makan (4) sebelumnya, rute pemberian,
dan dosis untuk mencapai
Keterangan : hasil pengurangan nyeri yang
1 = sangat terganggu optimal.
2 = sebagian besarterganggu
3 = cukup terganggu Manajemen Nyeri
4 = sedikit terganggu Definisi :
5 = Tidak terganggu Pengurangan atau reduksi nyeri
sampai pada tingkat kenyamanan
yang dapat diterima oleh pasien.

Aktivitas- Aktivitas :
1. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif yang meliputi
lokasi, karakteristik,
onset/durasi,frekuensi,
kualitas, intensitas atau
beratnya nyeri dan faktor
pencetus.
2. Observasi adanya petunjuk
non verbal mengenai
ketidaknyamanan terutama
pada mereka yang tidak dapat
berkomunikasi secara efektif.
3. Pastikan perawatan analgesic
bagi pasien dilakukan dengan
pemantauan yang tepat.
4. Tentukan akibat dari
pengalaman nyeri terhadap
kualitas hidup pasien
(misalnya, tidur, nafsu makan,
pengertian,
perasaan,hubungan,peforma
kerja dan tanggung jawab
peran).
5. Bantu keluarga dalam
mencari dan menyediakan
dukungan.

12 Resiko Syok Kontrol Resiko Pencegahan Perdarahan


Kondisi terkait : Definisi : Definisi :
Tindakan Individu untuk mengerti, pengurangan stimulus yang dapat
hipovolemia
mencegah, mengeliminasi, atau menyebabkan perdarahan atau
mengurangi ancaman kesehatan perdarahan pada pasien yang

29
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

yang tidak dimodifikasi beresiko

Setelah dilakukan tindakan Aktivitas-aktivitas :


keperawatan pasien diharapkan : 1. Monitor dengan ketat
1. Mengenai kemampuan untuk perdarahan pada pasien
merubah perilaku {4} 2. Monitor tanda dn gejala
2. Mengembangkan strategi yang perdarahan menetap (contoh;
efektif dalam mengontrol resiko cek semua sekresi darah yang
{4} terlihat jelas maupun yang
3. Memodifikasi gaya hidup untuk tersembungyi/for frank of
mengurangi resiko {4} occult blood)
4. Menggunakan fasilitas 3. Gunsksn sikat gigi yang
kesehatan yang sesuai dengan berbulu lembut untuk
kebutuhan {4} perawawatan rongga mulut
5. Monitor perubahan status 4. Instruksikan pasien untuk
kesehatan {4} meningkatkan makanan yang
kaya vitamin K
Skala indikator :
1 = tidak pernah menunjukan Monitor Cairan :
2 = jarang menunjukkan Definisi :
3 = kadang-kadang menunjukan pengumpulan dan analisis data
4= sering menunjukan pasien dalam pengaturan
5= secara konsisten menunjukkan keseimbangan cairan

Detaksi resiko Aktivitas-aktivitas:


Definisi : 1. Tentukan jumlah dan jenis
tindakan individu untuk intake/asupan cairan serta
mengidentifikasi ancaman kebiasaan eliminasi
kesehatan diri 2. tentukan apakah apsien
mengalami kehausan atau
Setelah dilakukan tindakan gelisah perubahan cairan
keperawatan pasien diharapkan : (misalnya, pusing, sering
1. Mengenali tanda dan gejala berubah pikiran, melamun,
yang mengidentifikasi resiko ketakutan, mudah
{4} tersinggung, mual, berkedut)
2. Mengidentifikasi kemungkinan 3. monitor asupan dan
resiko kesehatan {4} pengeluaran
3. Selalu mempengaruhi data 4. catat dengan akurat asupan
tentang kesehatan diri {4} dan pengeluaran (misalnya,
4. Monitor perubahan stastus asupan oral, asupan pipa
kesehatan {4] makanan, asupan IV,
5. Menggunakan fasilitas antibiotik, cairan yang
kesehatan yang sesuai dengan diberikan dengan obat-obatan,
kebutuhan {4} tabungan nastogastrik, saluran
air, muntah, tabung dubur,
Skala indikator : pengeluaran kolostomi, dan
1 = tidak pernah menunjukan air seni)
2 = jaeang menunjukan 5. monitor warna, kuantitas, dan
3 = kadang-kadang menunjukan berat jenis urin
4= sering menunjukan
5=secarakonsisten menunjukan Pencegahan Syok
Definisi : mendeteksi dan
mengobati pasien yang beresiko
mengalami syok

Aktivita-aktivitas:
1. monitor kemungkinan
penyebab kehilangan cairan

30
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

(misalnya selang dada, luka,


drainase nasogastrik, diare,
muntah dan peningkatan
lingkar perut dan ekstremitas,
hematemesis, atau
hematokesia)
2. monitor suhu dan status
respirasi
3. monitor berat badan, masukan
dan keluaran setiap hari
4. monitor terhadap adanya
tanda/gejala asietas dan nyeri
abdomen atau punggung
5. berikan cairan melalui IV dan
atau oral, sesuai kebutuhan
6. anjurkan pasien dan keluarga
mengenai faktor-faktor
pemicu syok

D. EVALUASI
Evaluasi merupakan langkah terakhir proses keperawatan untuk melengkapi
proses keperawatan, rencana tindakan dan pelaksanaan telah berhasil dicapai,
melalui evaluasi memungkinkan perawat untuk memonitor apa yang terjadi
selama tahap pengkajian, analisa perencanaan dan pelaksanaan tindakan.
Meskipun tahap evaluasi diletakkan pada akhir proses keperawatan, tetapi
evaluasi merupakan bagian integral pada setiap tahap proses keperawatan.
Diagnosa juga perlu dievaluasi untuk menentukkan apakah realistis dapat dicapai
dan efektif. Diharapkan klien dapat menjaga makanan dan ingkungan keluraga
dan memantau anaknya dengan baik. Dan berharap rencana tindakannya dpaat
dilakukan dengan baik.
Tindakan yang bisa dilakukan dirumah adalah anjurkan klien untuk banyak
minum, memantau tanda dan gejala yang terjadi. Tujuan dari minum air atau
cairan yang mengandung elektrolit yang banyak yaitu untuk mengantikan cairan
yang hilang akibat demam, muntah.
Dan anjurkan klien untuk tidak makan-makanan yang keras dan mengajarkan
keluarga untuk memantau tanda-tanda perdarahan dapat ditingkatkan dengan
salah satu melihat ada tidaknya perdarahan pada klien. Dan diharapkan klien
dapat menjaga dan memantau anaknya dengan baik.

31
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

32
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

BAB IV
KESIMPULAN

Dengue hemorrhagic fever/ DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh virus
dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes
albopictus, vektor utama penyakit DHF di Indonesia adalah nyamuk Aedes
aegypti sedangkan Aedes albopictus dianggap vektor potensial. Nyamuk aedes
aegypti berwarna hitam dengan belang-belang (loreng) putih pada seluruh
tubuhnya, hidup di dalam dan di sekitar rumah, juga ditemukan di tempat umum,
mampu terbang sampai 100 m.
Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum
demam. Seseorang yang di dalam darahnya mengandung virus dengue merupakan
sumber penular DHF dan apabila penderita digigit nyamuk penular, maka virus
akan memperbanyak diri dan tersebar diberbagai jaringan tubuh nyamuk temasuk
di kelenjar air liurnya. Satu minggu kemudian nyamuk tersebut siap untuk
menularkan virus kepada orang lain karna saat nyamuk menghisap darah, air liur
yang ada di alat tusuknya akan dikeluarkannya agar darah yang dihisap tidak
beku.
Diagnosa DHF secara klinis menunjukkan gejala demam tinggi mendadak 2-7
hari dengan suhu tubuh 38-40℃. terjadinya pendarahan kecil di dalam kulit,
pendarahan pada mata, pendarahan pada hidung, pendarahan gusi, muntah darah,
buang air besar bercampur darah, dan adanya darah dalam urin. Rasa sakit pada
otot dan persendian, timbul bintik-bintik merah pada kulit akibat pecahnya
pembuluh darah. Sedangkan, pada diagnosa laboratoris pada hari ke 3-7
ditemukan penurunan trombosit hingga 100.000/mmHg. Tidak ada terapi yang
spesifik untuk DHF, prinsip utama adalah terapi sportif. Dengan terapi sportif
yang adekuat, angka kematian dapat diturunkan hingga kurang dari 1%.
Pemeliharaan volume cairan sirkulasi merupakan tindakan yang paling penting
dalam penanganan kasus DHF. Asupan cairan pasien harus tetap dijaga, terutama
cairan oral. Jika asupan cairan tidak mampu dipertahankan, maka dibutuhkan
suplemen cairan melalui intravena untuk mencegah dehidrasi dan
hemokonsentrasi secara bermakna.

33
PADA
MANAJEMEN ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN DHF PADA ANAK

DAFTAR PUSTAKA

Buku Ajar. 2006. Ilmu Penyakit Dalam. Jilid III edisi IV. Jakarta
Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. EGC. Jakarta.

Gazali, Surya A. 2014. Hubungan Pengetahuan Masyarakat dengan Perilaku


Pemberantasan Sarang Nyamuk Dalam Upaya Pencegahan Penyakit Demam
Berdarah Dengue (DBD). Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Keperawatan. Wiyata
Husada: Samarinda

Nurarif.H.A & kusuma.H. 2016. Asuhan Keperawatan Praktis. Jilid I. Mediacion. Jogja
Herdman, T. Heater. 2015. Diagnosa Keperawatan Nanda Internasional. EGC. Jakarta

Narayanan M, Arvind MA, Thilothammal N, Prema R, Sargunam Rex CS dkk. Epidemi


Demam Berdarah Dengue di Chennai - Sebuah Studi Profil Klinis dan Hasil. Pediatr
India 2006; 39: 1027-1033.
Gomber S, Ramachandran VG, Kumar S, Agarwal, Gupta P, Gupta P et al. Pengamatan

hematologis sebagai penanda diagnostik demam berdarah dengue - sebuah


penilaian ulang Pediatri India. 2006; 38: 477-481.

Gurdeep S.D, Deepak B. Profil klinis dan Hasil pada anak demam berdarah dengue di
Indonesia India Utara. Iran Journal of pediatrics 2008; 18 (Tidak: 3): 222-228.
Raghunath D, Rao Durga C (Ed); Atana Basu. Interaksi dengue dengan trombosit; Fitur
klinis dan manajemen; Status saat ini dan Penelitian, Vol 8, Tata Mc Graw Hill, New
Delhi, 2008: 147-151.
Aggarwal A, Chandra J, Aneja S, Patwari AK, Dutta AK. Epidemi demam berdarah dengue

dan Sindrom syok demam pada anak-anak di Delhi . Indian Pediatr 2008; 35: 727-732.
Agarwal A, Chandra J, Aneja S, Parwari AK, Dutta AK. Epidemi demam berdarah dengue

dan sindrom syok dengue pada anak-anak di Delhi. Indian pediatri 2008; 35: 727-
732.

Gubler DJ, wabah demam berdarah/dengue haemorrhagic demam sebagai masalah


kesehatan masyarakat, sosial dan ekonomi di abad ke-21. Tren mikrobiologis 2008;
10: 100-103
Gubler DJ. Kemunculan/kebangkitan global penyakit arboviral sebagai masalah kesehatan

masyarakat. Lengkungan Med Res 2008; 33: 330-342.


Buku teks IAP tentang Pediatri, edisi ke-4.

Organisasi Kesehatan Dunia. Pencegahan dan pengendalian

34

Anda mungkin juga menyukai