Anda di halaman 1dari 12

JURNAL KOMPLIKASI ANESTESI

VOLUME 2 NOMOR 1, NOVEMBER 2014

TINJAUAN PUSTAKA

TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

Muhammad Iqbal*, Sudadi, I Gusti Ngurah**


*Residen Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fak. Kedokteran UGM Yogyakarta- RSUP Dr. Sardjito
**Staf Bagian Anestesiologi dan Terapi Intensif Fak. Kedokteran UGM Yogyakarta

ABSTRAK
Anestesi umum idealnya dapat memberikan induksi yang cepat dan tenang, kehilangan kesadaran yang
dapat diprediksi, kondisi intraoperatif yang stabil, efek samping minimal, pemulihan refleks proteksi dan
fungsi psikomotor yang cepat dan lancar. Anestesi umum telah mengalami banyak perkembangan dan
modifikasi, begitu pula yang terjadi dengan anestesi intra vena sejak diperkenalkan pertama kalinya dalam
praktek klinis yang telah berubah dari hanya sebagai induksi pada anestesi umum menjadi anestesi intra
vena seluruhnya (Total Intravenous Anesthesia) [TIVA]. TIVA adalah teknik anestesi umum di mana induksi
dan pemeliharaan anestesi didapatkan dengan hanya menggunakan kombinasi obat-obatan anestesi yang
diberikan melalui jalur intra vena tanpa penggunaan anestesi inhalasi termasuk N2O untuk mencapai 4
komponen penting dalam anestesi yaitu ketidaksadaran, analgesia, amnesia dan relaksasi otot.
Kata Kunci :Anestesi Umum, TIVA, analgesia, relaksasi.

ABSTRACT
General anesthesia ideally should provide quick and pleasant induction,predictable loss of consciousness,
stable intraoperative condition, minimal adverse effects, rapid and smooth recovery of protective reflexes
and psychomotor functions. General anesthesia has undergone many developments and modifications, as
well as that occurs with intravenous anesthesia-since it was introduced at the first time in clinical practice-
has changed from simply as induction of general anesthesia become entirely intravenous anesthesia
(total intravenous anesthesia [TIVA]. TIVA is a general anesthesia technique in which the induction and
maintenance of anesthesia obtained only using a combination of anesthetic drugs inserted through
intravenous lines without the use of inhaled anesthetics agent including N2O to achieve four important
components in anesthesia that are unconsciousness, analgesia, amnesia and muscle relaxation.
Key Words: General anesthesia, TIVA, analgesia, relaxation.

61
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

PENDAHULUAN TINJAUAN PUSTAKA


Anestesi umum yang ideal dapat menyediakan A. Total Intra Venous Anesthesia (TIVA)
induksi yang cepat dan tenang, kehilangan TIVA (Total Intra Venous Anesthesia) adalah
kesadaran yang dapat diprediksi, kondisi teknik anestesi umum di mana induksi dan
intraoperatif yang stabil, efek samping yang pemeliharaan anestesi didapatkan dengan hanya
minimal, pemulihan refleks proteksi dan fungsi menggunakan kombinasi obat-obatan anestesi
psikomotor yang cepat dan lancar. Anestesi umum yang dimasukkan lewat jalur intra vena tanpa
telah mengalami banyak perkembangan dan penggunaan anestesi inhalasi termasuk N2O.4,5
modifikasi, begitu pula yang terjadi dengan total TIVA dalam anestesi umum digunakan untuk
intravenous anesthesia (TIVA) sejak diperkenalkan mencapai 4 komponen penting dalam anestesi
pertama kalinya dalam praktek klinis.1 yaitu ketidaksadaran, analgesia, amnesia dan
Konsep anestesi intra vena telah berubah relaksasi otot. Namun tidak ada satupun obat
dari hanya sebagai induksi pada anestesi umum tunggal yang dapat memenuhi kriteria di atas,
menjadi anestesi intra vena total.2 Di banyak sehingga diperlukan pemberian kombinasi
pusat kesehatan di Eropa dan Amerika Selatan, dari beberapa obat untuk mencapai efek yang
peran TIVA menjadi lebih populer sebagai general diinginkan tersebut.4
anesthesia dibandingkan tehnik balance anesthesia Farmakokinetik barbiturat yang digunakan
klasik maupun anestesi inhalasi.2 sebagai anestesi intravena pertama kali tidak
Pengenalan tiopental dalam praktek klinis di memenuhi kriteria ideal untuk pemeliharaan
tahun 1934, menandai munculnya anestesi intra anestesi, walaupun ditambah dengan
vena modern. Walaupun thiopental dan barbiturat pemberian meperidin atau morphine yang dapat
lainnya bukan merupakan agen anestesi intra vena mengganggu nafas spontan pasien. Sehingga saat
yang ideal karena hanya berfungsi sebagai hipnosis. diperkenalkannya anestesi inhalasi modern yang
Obat anestetik intra vena yang ideal adalah yang di awali oleh halothane di tahun 1956, membuat
mampu menyediakan hipnosis, amnesia, analgesia anestesiologist meninggalkan penggunaan
dan relaksasi otot tanpa pengaruh depresi pada anestesi intra vena untuk pemeliharaan anestesi.4
fungsi sirkulasi dan respirasi.3 Dikarenakan tidak Pada tahun 1975, Savege et al,
tersedianya obat tunggal yang ideal, maka di mengkombinasikan agen steroid Altesin dengan
dalam praktek digunakan kombinasi obat-obatan meperidine yang berguna untuk menjaga
tersebut yang bertujuan untuk mendapatkan efek suplemen oksigen pada pasien dengan nafas
yang diinginkan.3 spontan. Menjadikan titik tolak perkembangan dan
Meskipun thiopental terbukti secara klinis ketertarikan anestesiologist terhadap tehnik TIVA,
bermanfaat, aman dan diterima secara luas selama yang diikuti dengan perkembangan dan penemuan
beberapa dekade, penggunaannya telah digantikan obat lainnya seperti tiopental, metohexital,
oleh berbagai agen dari kelompok obat yang lain. etomidat, propofol dan ketamin. Kecuali ketamin,
Obat sedatif hipnotik yang ditemukan setelahnya obat anestesi intra vena yang lain tidak mempunyai
(midazolam, ketamine, etomidat, propofol) efek analgesia.4 Sifat fisik dan farmakologis
telah terbukti sangat berguna dalam situasi klinis anestetika intra vena yang ideal meliputi2,4 :
tertentu.3 Pemahaman tentang sirkulasi darah 1. Larut dalam air dan stabil di dalam larutan
sangatlah penting sebelum obat dapat diberikan 2. Tidak menimbulkan nyeri saat
secara langsung ke dalam aliran darah, kedua hal penyuntikkan dan tidak merusak jaringan
tersebut yang menjadi dasar pemikiran sebelum saat digunakan ekstravaskuler maupun
akhirnya anestesi intravena berhasil ditemukan. intra arteri.
3. Tidak melepas histamin atau mencetuskan
reaksi hipersensitifitas

62
TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

4. Onset hipnotis yang cepat dan lembut Jika diberikan secara bolus intermitent untuk
tanpa menimbulkan aktifitas eksitasi memenuhi kedalaman anestesi yang diinginkan
5. Metabolisme inaktivasi metabolit obat akan terjadi fluktuasi konsentrasi obat. Sedangkan
yang cepat pada metode infus kontinyu dapat mengurangi
6. Memiliki hubungan dosis dan respon yang terjadinya fluktuasi konsentrasi obat ini dan juga
curam untuk meningkatkan kefektifan dapat mencegah terjadinya kekurangan ataupun
titrasinya dan meminimalisir akumulasi kelebihan dosis selama pemberian. Keuntungan
obat di jaringan lainnya berupa stabilitas hemodinamik yang
7. Depresi pada respirasi dan jantung yang lebih baik, mengurangi penggunaan obat-obatan
minimal reversal, dan suport ventilasi post operatif,
8. Menurunkan metabolisme serebral dan mengurangi efek samping obat dan menurunkan
tekanan intra kranial dosis total obat hingga 25-30% dari pada pemberian
9. Pemulihan kesadaran dan kognitif yang secara bolus, yang akhirnya akan menghemat
cepat dan lembut biaya.4
10. Tidak menimbulkan postoperative Dikarenakan obat anestesi intra vena
nausea and vomiting (PONV), amnesia, modern memiliki efek farmakologik yang dalam
reaksi psikomimetik, pusing, nyeri kepala dan berdurasi kerja singkat, kerap diperlukan
maupun waktu sedasi yang memanjang penambahan dosis obat secara bolus untuk
(hangover effects) memenuhi kebutuhan efek anestesinya dalam
mengatasi variasi intensitas stimuli noksius
Beberapa keuntungan dari farmakologi TIVA yang diterima selama pembedahan1,3,4.
bila dibandingkan dengan agen anestesi inhalasi Tersedia beberapa manual skema pemberian
yaitu4 : anestesi intra vena melalui infus kontinyu
1. Induksi anestesi yang lebih lembut tanpa yang telah dikembangkan, seperti regimen
batuk ataupun cegukan pemberian propofol yang dipaparkan oleh
2. Mudah dalam mengendalikan kedalaman Roberts et al, berdasarkan protokol infus untuk
anestesi ketika menggunakan obat mempertahankan kadar propofol plasma di kisaran
dengan waktu kesetimbangan darah-otak 3 μg/ml, diawali dengan pemberian dosis induksi
yang singkat 1mg/kg, dilanjutkan 10mg/kg/jam untuk 10 menit,
3. Hampir semua agen TIVA memilki onset 8 mg/kg/jam untuk 10 menit berikutnya dan dosis
yang cepat dan dapat diprediksi dengan pemeliharaan 6 mg/kg/jam. Sering diperlukan
efek hangover yang minimal penambahan bolus propofol dan atau opioid pada
4. Angka kejadian PONV yang rendah pembedahan abdominal dan mayor lainnya. Selain
5. Sebagian besar menurunkan CBF dan itu tersedia juga protokol pemberian midazolam
CMRO2 sehingga ideal untuk bedah saraf dengan infus kontinyu, Persson et al, menggunakan
6. Tingkat toksisitas organ yang rendah dosis induksi midazolam 0,25 mg/kg diikuti dengan
infus cepat 0,65 mg/kg/jam dalam 15 menit dan
Metode pemberian obat hipnotik, analgesik dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan 0,13 mg/
dan relaksan otot yang merupakan komponen kg/jam. Metode ini menyediakan konsentrasi
dari TIVA dapat dilakukan dengan beberapa cara, plasma hipnotik dikisaran 300 dan 400 ng/ml.4
yaitu4: Salah satu kemajuan pesat dalam tehnik
1. Bolus intermiten TIVA saat ini adalah penemuan target controlled
2. Infus kontinyu menggunakan syringe infusions (TCI) yang memungkinkan ahli anestesi
infusion pumps atau sejenisnya dapat menentukan target kadar obat anestetik
3. Dengan target controlled infusion system yang dibutuhkan baik di dalam darah maupun
(TCI) lokasi efek obat di otak (effect-site).4,5 Dengan

63
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

target pada effect-site, sistem TCI memanipulasi dan efek yang ditimbulkan, adalah sesuai untuk
konsentrasi darah untuk memberikan konsentrasi mengkaitkan antara konsentrasi obat dalam
effect-site yang diinginkan secepat mungkin. plasma dengan efek yang timbul pada biophase
Ketika target konsentrasi effect-site meningkat, dan selanjutnya mengkalkulasikan volume
sistem TCI menghitung konsentrasi puncak yang distribusi dari efek kompartemen ini. Lebih
optimal dalam darah yang menyebabkan gradient lanjut lagi dengan menggunakan manipulasi
konsentrasi antara darah dan effect-site yang cukup matematika yang kompleks keadaan “histeresis”
untuk menghasilkan peningkatan konsentrasi ini dapat hilang, sehingga terjadi hubungan yang
effect-site secara cepat, tetapi tidak melampaui linear antara konsentrasi dan efek obat yang
target konsentrasi effect-site.4,5,6 menunjukkan kadar kesetimbangan konsentrasi
obat di dalam plasma dan biophase yang disebut
B. Prinsip farmakologi TIVA keo (blood-brain equilibration rate constant).4 Waktu
Rancangan skema tehnik infus pada TIVA untuk tercapainya kesetimbangan otak dan darah
didasarkan pada dua persamaan penting yang (t1/2keo) juga menunjukkan waktu puncak efek obat.
ditentukan oleh loading dose dan laju infus dosis Untuk mencapai dosis optimal obat, ahli anestesi
pemeliharaan.4 perlu mengetahui waktu efek puncak obat ketika
Loading dose = Vd × Cp memberikan obat IV baik untuk sedasi, induksi
Maintenance infusion rate = Cp × Cl maupun pemeliharaan anestesi.4
Vd : volume distribusi awal
Cl : klirens sistemik obat C. INDUKSI ANESTESI TIVA
Cp : konsentrasi plasma yang diinginkan Ada beberapa faktor yang mempengaruhi
Namun perhitungan di atas memiliki kecepatan induksi dengan metode TIVA, meliputi
beberapa kecacatan karena plasma bukanlah dosis induksi dan interaksi dari kombinasi obat
merupakan tempat aksi obat IV, lokasi di mana yang digunakan. Onset efek anestesi ditentukan
obat menimbulkan efek adalah di otak (biophase). oleh konsentrasi obat di otak, dapat dicapai
Untuk mencapai biophase, obat mengalami secara cepat maupun perlahan. Pencapaian yang
redistribusi dari darah ke otak. Di saat yang sama, cepat biasanya dapat disertai efek samping yang
obat juga mengalami redistribusi ke jaringan nyata seperti hipotensi, bradikardia dan depresi
lain tubuh. Oleh karena kebutuhan akan loading pernafasan. Semakin besar gradien konsentrasi
dose untuk menghasilkan efek farmakologik antara darah dan otak, semakin lama waktu yang
yang diinginkan pada umumnya tidak dapat dibutuhkan untuk tercapainya induksi anestesi.3,4
dikalkulasikan berdasarkan volume distribusi Perpindahan obat dari darah ke effect-site terjadi
obat inisial (utamanya volume darah), tetapi melalui proses difusi sederhana dan waktu yang
seharusnya berdasarkan pada volume distribusi di dibutuhkan untuk proses perpindahan ini beragam,
mana obat telah mencapai kesetimbangan dengan tergantung pada gradien konsentrasi dan keo.4
biophasenya.3,4 Laju infus dosis induksi adalah salah satu
Ketika obat diberikan dengan infus yang penentu yang mengatur besarnya dosis induksi. Laju
cepat, maka akan terjadi efek farmakologik yang infus yang bertujuan hanya untuk mendapatkan
simultan, namun penilaian dari efek obat berupa konsentrasi effect-site yang diinginkan akan
perubahan tekanan darah, ventilasi semenit EEG menimbulkan kehilangan kesadaran tetapi dengan
tidak selalu berbanding lurus dengan cepatnya onset yang lambat. Hilangnya kesadaran hanya
peningkatan dan penurunan konsentrasi obat di sesaat dan durasinya bertahan selama target
plasma. Hal ini menunjukkan “histeresis” dalam konsentrasi effect-site-nya terjaga. Pada laju infus
hubungan antara konsentrasi obat dan efek.7 yang cepat menyebabkan onset anestesi yang
Pada penelitian dengan pengukuran kontinyu cepat dan durasi kehilangan kesadaran yang lebih
dari hubungan konsentrasi obat dalam plasma lama tetapi juga disertai efek samping yang lebih

64
TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

nyata karena penggunaan dosis induksi yang lebih obat yang besar saat intubasi pasien dan rendah
besar.4 saat preparasi pembedahan dan draping. Laju
Variasi pada dosis induksi ini juga dapat infus perlu ditingkatkan kembali sesaat sebelum
disebabkan perbedaan farmakokinetik dan insisi dilakukan, selanjutnya selama pembedahan,
farmakodinamik masing-masing individu yang laju titrasi dosis obat disesuaikan dengan respon
dipengaruhi oleh umur, jenis kelamin, cardiac gerakan pasien, status hemodinamik, dan
output, perokok, obat-obatan yang dikonsumsi respon otonom. Dalam keadaan tidak timbulnya
dan penyakit yang sudah diderita sebelumnya3,4 respon-respon tersebut, ahli anestesi perlu
Dikarenakan tidak adanya obat IV yang mempertimbangkan penurunan laju infus sebesar
dapat memberikan efek hipnotik, amnesia 15-20%.4
dan analgesi sekaligus (kecuali ketamin) maka Dalam penggunaan tehnik TIVA, kombinasi
diperlukan kombinasi dari beberapa obat anestetik dari beberapa obat akan menimbulkan pertanyaan,
intra vena.1,3,4 Sebagian besar obat IV anestesi obat mana yang akan dinaikkan atau diturunkan
bekerja secara sinergis di dalam kombinasinya. dosisnya dan atas alasan apa. Pada umumnya,
Keuntungannya adalah terjadinya kedalaman pemberian dosis opioid bertujuan untuk mencapai
anestesi yang adekuat terhadap stimuli noksius konsentrasi obat analgesik di effect-site, sedangkan
akibat laringoskopi dan intubasi tanpa depresi titrasi infus agen hipnotik harus disesuaikan
kardiovaskuler yang signifikan2,3,4. Seperti halnya dengan kebutuhan individual pasien dan intensitas
penggunaan opioid sebagai pre treatment yang stimulasi pembedahan. Pada akhir pembedahan,
akan mengurangi dosis agen hipnotik untuk di saat penutupan kulit, ahli anestesi harus
menghilangkan kesadaran dan menghasilkan efek mengurangi laju infus obat hipnotik dan analgesik
analgesi untuk mencegah stimulus adrenergik untuk mengembalikan pernafasan spontan yang
akibat dari intubasi maupun pemasangan LMA.1,4 adekuat.1,4
Karena opioid tunggal bukan merupakan obat
anestetik yang lengkap, dalam praktek klinis E. OBAT-OBATAN ANESTESI INTRA VENA
diperlukan obat anestetik kedua, seperti agen 1. Barbiturat
hipnotik IV untuk menginduksi dan menimbulkan Barbiturat yang biasa digunakan adalah
efek amnesia pada pasien. Durasi efek obat thiopental, methohexital dan thiamylal.(barash,
anestesi IV diterminasi secara dominan oleh proses miller). Ketiganya tersedia dalam bentuk garam
redistribusi obat dari otak dan darah ke jaringan sodium dan harus dilarutkan ke dalam larutan
yang miskin pembuluh darah.2,3,4 isotonik NaCl (0,9%) atau air untuk mendapatkan
larutan thiopental 2,5%, methohwxital 1-2% dan
D. PEMELIHARAAN ANESTESI DENGAN TIVA thiamylal 2%. Jika barbiturat dicampurkan ke
Dalam anestesi modern, dosis obat hipnotik dalam cairan ringer laktat atau larutan bersifat
dan analgesik diberikan secara titrasi untuk asam yang mengandung obat lainnya yang larut
mencapai efek klinis yang diinginkan yang dapat air, maka akan terjadi presipitasi dan menyumbat
diukur melalui efek pada sistem kardiovaskuler kateter vena. Walaupun thiopental 2,5% bersifat
ataupun EEG.1,4 Sebagian besar agen anestesi sangat alkalis (pH 9) dan dapat mengiritasi
IV, meningkatkan kedalaman anestesi akan jaringan jika disuntikkan ekstravaskuler, ia tidak
menurunkan denyut jantung dan tekanan darah menyebabkan nyeri dan iritasi pada vena saat
(kecuali ketamin).3,4,8 Namun, dari semua penanda disuntikkan. Sebaliknya, methohexital 1% sering
anestesi yang tidak adekuat, gerakan yang menyebabkan nyeri saat penyuntikkan di vena
ditimbulkan pasien tetap menjadi penanda yang kecil. Injeksi thiobarbiturat intra arterial dapat
utama.4 Laju titrasi infus yang diberikan harus dapat menyebabkan komplikasi yang serius berupa
mencegah timbulnya gerakan pasien dari stimulus pembentukkan kristal di arteriola dan kapiler,
yang diterima. Pada umumnya diperlukan dosis menimbulkan vasokonstriksi berat, thrombosis

65
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

dan bahkan nekrosis jaringan.2 aksi GABA dalam meningkatkan durasi


Barbiturat menekan sistem aktivasi retikuler di bukaan kanal ion klorida spesifik yang
batang otak yang mengontrol banyak fungsi vital menghasilkan hiperpolarisasi membran
termasuk kesadaran.2,3,8 Pada dosis klinis barbiturat sel post sinaptik.3,9
lebih kuat mempengaruhi fungsi sinaps dari pada 2) Memblokade aksi sinaptik neurotransmiter
akson serabut saraf. Mekanisme kerjanya pada eksitasi (glutamat dan asetilkolin)
sistem saraf pusat terbagi menjadi dua kategori3, Barbiturat secara khusus memblokade
yaitu : transmisi eksitasi sistem saraf pusat pada
1) Meningkatkan kerja sinaptik sinaptik kanal ion sistem glutaminergik-
neurotransmiter inhibitor (GABA) NMDA. Pada penelitian terhadapa korteks
GABA merupakan neurotransmiter pre frontal tikus, thiopental tampak
inhibitor utama pada sistem saraf pusat menurunkan kadar glutamat ekstra seluler
dan barbiturat bekerja dengan berikatan di sistem saraf pusat dan menghambat
dengan reseptor γ-aminobutyric acid type aktivitas eksitasi saraf melalui aksi inhibisi
A (GABAA). Barbiturat mempotensiasi pada reseptor NMDA.3

Tabel 1. Dosis obat barbiturat yang biasa digunakan

Farmakokinetik (pada keadaan asidosis) konsentrasi obat pada


a) Absorbsi jantung dan otak akan berlipat pada dosis biasa
Dalam praktek anestesi, thiopental, thiamylal yang diberikan. Redistribusi ke kompartemen
dan methohexytal sering diberikan melalui perifer (terutama pada otot) akan menurunkan
jalur intra vena untuk induksi anestesi umum konsentrasi dalam plasma dan otak sebesar
pada anak dan dewasa.9 Pulih sadar setelah 10% dalam waktu 20-30 mnt.9 Pada usia lanjut,
pemberian intra vena dosis tunggal thiopental, di mana proses redistribusi berjalan lebih
thiamylal dan methohexytal mencerminkan lambat, diperlukan dosis yang lebih kecil.9
proses redistribusi dari obat-obat tersebut dari
otak ke jaringan inaktif.8
b) Distribusi
Durasi pada dosis tidur barbiturat larut
dalam lemak (thiopental, thiamylal dan
methohexytal) tergantung pada proses
redistribusinya bukan pada metabolisme dan
eliminasi. Walaupun thiopental sangat terikat
dengan protein (80%), tetapi keterlarutannya
yang tinggi dalam lemak dan fraksi non
ionisasi yang tinggi (60%) berperan dalam
ambilan otak yang cepat (dalam 30 dtk). Jika
kompartemen pusat mengecil (pada keadaan
syok hipovolemik), serum albumin yang
rendah dan fraksi non ionisasi meningkat Gambar 1. Distribusi thiopental setelah injeksi

66
TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

c) Biotransformasi dan eksresi oleh barbiturat dari sedasi ringan hingga


Barbiturat mengalami biotransformasi via hilangnya kesadaran tergantung pada dosis
oksidasi hepar menjadi metabolit in aktif yang diberikan. Barbiturat tidak memiliki efek
yang larut dalam air dan dieksresikan melalui analgesia dan relaksasi otot.8,9
ginjal, kecuali methohexital yang dieksresikan d) Ginjal
melalui feses.2,3,8,9 Barbiturat menurunkan aliran darah ke ginjal
dan laju filtrasi glomerolus terkait dengan
Efek pada sistem organ penurunan pada tekanan darah.4,8,9
a) Kardiovaskuler e) Hepar
Dosis induksi bolus barbiturat iv menyebabkan Menurunkan aliran darah ke hepar. Barbiturat
penurunan tekanan darah dan peningkatan mendorong pembentukan asam aminolevulinic
denyut jantung. Depresi pada pusat vasomotor yang merangsang pembentukan porfirin
medulla menghasilkan vasodilatasi pembuluh (mediator pembentukan heme). Hal ini dapat
darah kapasitans perifer sehingga terjadi memicu terjadinya porfiria intermiten akut.9
pooling darah di perifer yang akan diikuti
dengan takikardi sebagai reflek vagolitik 2. Benzodiazepin
sentral dan respon terhadap penurunan Benzodiazepin mengikat reseptor yang
tekanan darah. Cardiac output tetap terjaga sama dengan barbiturat di sistem saraf pusat,
karena adanya peningkatan denyut jantung tetapi berikatan dilokasi yang berbeda. Berikatan
dan kontraktilitas otot jantung karena adanya dengan reseptor GABAA, sehingga terjadi terjadi
kompensasi dari reflek baroresptor.9 peningkatan frekuensi pembukaan kanal ion Cl.9
b) Respirasi Midazolam mempunyai keunggulan
Barbiturat menekan pusat pernafasan dibandingkan diazepam dan lorazepam untuk
di tingkat medulla, menurunkan respon induksi anestesi, karena ia mempunyai onset yang
pernafasan terhadap hiperkapnia dan lebih cepat. Kecepatan onset midazolam dan
hipoksia. Sedasi dalam barbiturat sering barbiturat lainnya ketika digunakan untuk induksi
menyebabkan obstruksi jalan nafas atas, anestesi ditentukan oleh dosis, kecepatan injeksi,
apnea (pada dosis induksi). Volume tidal tingkat premedikasi sebelumnya, umur, status
dan laju respirasi menurun saat induksi fisik ASA dan kombinasi obat anestetik lain yang
dengan barbiturat. Barbiturat menekan digunakan. Pada pasien yang sehat yang telah
refleks jalan nafas tidak komplet terhadap diberi premedikas sebelumnya, midazolam 0,2
respon laringoskopi dan intubasi yang dapat mg/kg dengan kecepatan injeksi 5-15 detik akan
menyebabkan bronkospasme (pada pasien menginduksi pasien dalam waktu 28 detik. Pasien
ashma) maupun laringospasme pada pasien dengan usia lebih dari 55 tahun dan dengan status
yang masih teranestesi dangkal.9 fisik ASA III memerlukan pengurangan dosis
c) Otak midazolam sebesar 20% atau lebih untuk induksi
Barbiturat menyebabkan vasokonstriksi anestesi.3
pembuluh darah otak yang menimbulkan
Tabel 2. Dosis obat benzodiazepin yang biasa
penurunan cerebral blood flow (CBF), cerebral
digunakan
blood volume dan tekanan intra kranial.
Penurunan intra kranial lebih bermakna
dari pada penurunan tekanan darah arteri
sehingga cerebral perfusion pressure (CPP)
akan meningkat. Barbiturat menurunkan
konsumsi oksigen otak (hingga 50% dari
normal). Tingkatan depresi sistem saraf pusat

67
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

Farmakokinetik anestesi umum, kecuali jika diberikan bersama


a) Absorbsi dengan opioid. Jika diberikan tunggal, akan
Benzodiazepin umumnya diberikan secara menurunkan tekanan darah arteri, cardiac
oral, intra muskular dan intra vena untuk output dan resistensi pembuluh darah perifer
menghasilkan efek sedasi dan jarang yang ringan, terkadang dapat meningkatkan
digunakan untuk induksi. denyut jantung.4,9 Midazolam IV menurunkan
b) Distribusi tekanan darah dan tahanan pembuluh darah
Diazepam relatif larut dalam lemak dan perifer yang lebih besar daripada diazepam.
mudah menembus sawar darah otak, Variasi perubahan denyut jantung selama
walaupun midazolam larut dalam air pada pH sedasi dengan midazolam disebabkan oleh
rendah, cincin imidazolenya mendekati pH penurunan tonus vagal.9
fisiologis yang meningkatkan kelarutannya b) Respirasi
di dalam lemak. Redistribusi cukup cepat Benzodiazepin IV menurunkan respon
pada benzodiazepin (distribusi awal waktu pernafasan terhadap CO2, utamnya jika
paruhnya 3-10 menit). Seperti pada barbiturat, dikombinasikan dengan obat depresan
redistribusi berperan dalam terminasi efek nafas yang lainnya. Meskipun apnea relatif
obat. Midazolam dapat digunakan sebagai jarang pada induksi dengan benzodiazepin,
agen induksi, yang dapat menyamai onset pemberian dosis kecil IV dapat menyebabkan
cepat dan durasi pendeknya propofol atau respiratory arrest.7 Ventilasi harus selalu
bahkan thiopental. Midazolam sangat trikat diawasi pada semua pasien yang mendapatkan
dengan protein (90-98%).9 benzodiazepin IV dan peralatan resusitasi
c) Biotransformasi dan eksresi harus selalu tersedia.
Biotransformasi benzodiazepin menjadi c) Otak
produk akhir glukoronidase yang larut air Benzodiazepin menurunkan kebutuhan
tergantung pada pada hepar. Metabolit fase oksigen otak, CBF dan tekanan intra
I diazepam merupakan metabolit yang aktif. kranial tetapi tidak sebanyak barbiturat.2,4,9
Ekstraksi hepatik yang lambat dan Vd yang Menimbulkan relaksasi otot ringan yang
besar menyebabkan eliminasi waktu paruh bekerja pada tingkatan corda spinalis bukan
yang panjang pada diazepam. Vd midazolam pada neuromuscular junction.9 Pada dosis
serupa dengan diazepam, tetapi eliminasi rendah menimbulkan efek anti cemas,
waktu paruhnya pendek (2 jam) karena amnesia, dan sedasi, sedangkan pada dosis
tingginya rasio ekstraksi hepatiknya. Metabolit besar akan menimbulkan efek stupor sampai
benzodiazepin utamanya dieksresikan hilangnya kesadaran. Tidak mempunyai efek
melalui urin. Sirkulasi enterohepatik pada analgesik dan bila dibandingkan dengan
diazepam, menyebabkan peningkatan propofol dan thiopental, mempunyai onset
sekunder konsentrasi plasmanya 6-12 jam yang lebih lambat dan durasi yang lebih lama.9
setelah pemberian. Gagal ginjal menyebabkan
pemanjangan waktu sedasi pasien yang 3. Ketamin
menerima dosis besar midazolam karena Derivat phencyclidine ini diformulasikan
akumulasi dari metabolit terkonjugasinya dalam bentuk campuran racemic. Di antara agen
(α-hydroxymidazolam).9 anestetik lainnya ketamin mempunyai keunggulan
dengan menimbulkan efek hipnotik dan analgesi
Efek pada sistem organ sekaligus berkaitan dengan dosis yang diberikan.4
a) Kardiovaskuler Ketamin memiliki efek yang beragam
Benzodiazepin memiliki efek depresi kardio- pada sistem saraf pusat, menghambat refleks
vaskuler yang minimal meskipun pada dosis polisinaptik di medulla spinalis dan neurotransmiter

68
TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

eksitasi di area tertentu otak. Ketamin memutus efek anestesi. Ekstraksi hepatiknya tinggi,
hubungan thalamus (penghubung impuls sensoris sehingga memiliki waktu paruh eliminasi yang
dari sistem aktivasi retikuler ke korteks serebri) relatif pendek (2 jam). Produk akhir ketamin
dengan korteks limbus (berperan pada sensasi dieksresikan oleh ginjal.9
waspada), secara klinis disebut juga anestesi
disosiasi, di mana pasien tampak sadar (mata Efek pada sistem organ
terbuka, reflek menelan dan kontraksi otot) tetapi a) Kardiovaskuler
tidak mampu mengolah dan merespon input Ketamin meningkatkan tekanan darah arteri,
sensorisnya.9 Ketamin juga merupakan antagonis denyut jantung dan cardiac output, terutama
reseptor NMDA (N-methyl-D-aspartate). Pada setelah injeksi bolus cepat. Efek tersebut
dosis sub anestesi ketamin dapat menimbulkan disebabkan oleh stimulasi sentral pada sistem
halusinasi yang dapat dicegah dengan pemberian saraf simpatis dan inhibisi pada reuptake
midazolam ataupun agen hipnotik lainnya.4,9 norepinephrine setelah dilepaskan pada
Didahului dengan premedikasi benzodiazepin, terminal saraf.9
ketamin 1-2 mg/kg IV dapat digunakan untuk b) Respirasi
induksi anestesi dengan durasi sekitar 10-20 menit Ventilatory drive sedikit dipengaruhi oleh
setelah dosis tunggal induksi, dengan tambahan ketamin dosis induksi, walaupun dengan
waktu 60-90 menit untuk pulih sadar dengan pemberian bolus IV cepat atau kombinasi
orientasi yang utuh.2 Efek analgesik mulai timbul dengan opioid dapat menyebabkan apnea.
pada dosis sub anestetik antara 0,1-0,5 mg/kg IV Ketamin racemic merupakan bronkodilator
dan konsentrasi plasma antara 85-160 ng/ml. Dosis yang poten, sehingga berguna sebagai agen
rendah dengan infus sebesar 4 μg/kg/mnt IV telah induksi untuk pasien ashma, sedangkan
dilaporkan dapat menghasilkan efek analgesi post ketamin S(+) mempunyai efek bronkodilator
operatif yang sama dengan infus morphin 2 mg/ yang minimal. Refleks saluran nafas atas
jam IV.2 terjaga dengan baik, walaupun juga dapat
terjadi obstruksi parsial, sehingga pasien
Farmakokinetik dengan resiko aspirasi (lambung penuh)
a) Absorbsi sebaiknya diintubasi selama anestesi umum
Ketamin dapat diberikan secara oral, nasal, dengan ketamin. Hipersalivasi akibat ketamin
rektal, subkutan dan epidural. Tapi secara dapat diatasi dengan premedikasi agen
umum di dalam klinis biasanya diberikan antikolinergik seperti glycopyrrolate.9
secara IV atau IM. Kadar puncak pada plasma c) Otak
tercapai dalam waktu 10-15 menit setelah Ketamin meningkatkan konsumsi oksigen
injeksi intra muskular.9 otak, CBF dan tekanan intra kranial,
b) Distribusi sehingga penggunaannya dihindari pada
Ketamin lebih laarut dalam lemak dan kurang keadaan space occupying intracranial lesions
terikat dengan protein dibandingkan dengan seperti yang terjadi pada trauma kepala.
thiopental, sehingga uptake-nya oleh otak Tetapi dari penelitian-penelitian terakhir,
dan proses redistribusinya berlangsung dengan bukti yang kuat bila dikombinasikan
cepat (waktu paruhnya 10-15 menit).9 dengan benzodiazepin (atau agen lain yang
Terminasinya akibat dari redistribusi dari otak bekerja pada sistem reseptor GABA yang
ke kompartemen perifer.2,4,9 sama) dan dengan kontrol ventilasi tetapi
c) Biotransformasi dan eksresi tanpa menggunakan N2O, ketamin tidak
Ketamin mengalami proses biotransformasi di menyebabkan peningkatan tekanan intra
hati yang menghasilkan beberapa metabolit, kranial. Ketamin meningkatkan aktivitas listrik
salah satunya norketamin yang masih memiliki subkortikal sehingga menimbulkan gerakan

69
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

myoklonik. Efek samping psikomimetik akibat Efek pada sistem organ


ketamin jarang terjadi jika dikombinasikan a) Kardiovaskuler
dengan benzodiazepin ataupun ketamin pada Mempunyai efek yang minimal pada sistem
tehnik TIVA.9 kardiovaskuler. Menurunkan secara minimal
tahanan pembuluh darah perifer sehingga
4. Etomidat terjadi sedikit penurunan tekanan darah arteri.
Etomidat mendepresi sistem aktivasi Kontraktilitas otot jantung dan cardiac output
retikuler dan meniru efek inhibisi GABA. Secara umumnya tidak mengalami perubahan.4,9
spesifik mengikat sub unit reseptor GABAA yang Etomidat tidak melepas histamin
akan meningkatkan afinitas reseptor terhadap b) Respirasi
GABA.3,4,7 Etomidat memiliki efek disinhibisi pada Dibandingkan dengan barbiturat dan
mekanisme sistem saraf yang mengontrol aktivitas benzodiazepin, ventilasi sedikit dipengaruhi
motorik ekstrapyramidal, sehingga menyebabkan oleh etomidat. Pada dosis induksi
timbulnya efek gerakan myoklonik pada sekitar 30- tidak menyebabkan apnea kecuali bila
60% pasien yang diinduksi dengan etomidat.9 dikombinasikan dengan opioid.9
Dosis induksi 0,2-0,4 mg/kg menghasilkan c) Otak
durasi efek hipnosis sekitar 5-15 menit, dengan Etomidat menurunkan laju metabolisme otak,
sedikit perubahan pada status kardiovaskuler pada CBF, dan tekanan intra kranial. Karena hanya
pasien yang sehat maupun dengan penyakit katup sedikit mempengaruhi kardiovaskuler, CPP
atau penyakit jantung iskemik. Etomidat dapat dapat terjaga dengan baik. Etomidat tidak
menimbulkan nyeri saat penyuntikkan dan angka mempunyai efek analgesik.2,4,9
kejadian PONV yang tinggi.4 d) Endokrin
Dosis induksi etomidat menghambat enzim
Farmakokinetik yang terlibat dalam sintesis kortisol dan
a) Absorbsi aldosteron. Infus jangka panjang etomidat
Etomidate hanya dapat diberikan secara dan efeknya pada supresi adrenokortikal akan
IV dan utamanya digunakan untuk induksi meningkatkan angka mortalitas pada pasien
anestesi umum. Terkadang juga digunakan critically ill (terutama pasien sepsis).2,4,9
untuk sedasi dalam sesaat sebelum melakukan
blokade retrobulbar.9 5. Propofol
b) Distribusi Propofol mengikat reseptor GABAA, sehingga
Etomidat sangat terikat dengan protein, meningkatkan afinitas ikatan GABA dengan
meskipun demikian onsetnya cepat, reseptor GABAA, yang akan menyebabkan
dikarenakan etomidat sangat larut dalam hiperpolarisasi membran saraf.9 Injeksi propofol
lemak dan fraksi non ionisasinya tinggi pada IV akan menimbulkan nyeri yang dapat dikurangi
pH fisiologis. Proses redistribusi berperan dengan pemberian injeksi lidokain sebelumnya
dalam lamanya durasi etomidat.3,9 atau dengan mencampurkan lidokain 2%
c) Biotransformasi dan eksresi dengan 18 ml propofol sebelum penyuntikkan.
Etomidat cepat dihidrolisis oleh enzim Formulasi propofol mudah terkontaminasi dengan
mikrosomal hati dan plasma esterase menjadi pertumbuhan bakteri, sehingga harus digunakan
metabolit inaktif yang akan dieksresikan oleh dengan tehnik yang steril dan tidak boleh dipakai
ginjal.3,4,9 setelah 6 jam pembukaan ampul.3,8
Induksi anestesi dengan propofol berlangsung
dengan lembut dengan hanya sedikit menimbulkan
efek samping eksitasi. Dosis 1-2,5 mg/kg
(tergantung pada usia dan status fisik pasien serta

70
TIVA (Total Intravenous Anesthesia)

penggunaan premedikasi) menghasilkan induksi b) Respirasi


anestesi dalam waktu 30 detik. Pada pasien Pada dosis induksi propofol menekan
dengan penyakit kardiovaskuler harus diberikan secara dalam fungsi pernafasan hingga
dosis induksi yang lebih rendah.4 menyebabkan apnea. Meski hanya dengan
dosis sub anestetik propofol menghambat
Farmakokonetik. respon normal terhadap hiperkarbia. Propofol
a) Absorbsi menekan refleks jalan nafas atas melebihi
Propofol hanya tersedia dalam bentuk thiopental sehingga tindakan intubasi,
pemberian secara IV untuk induksi dan endoskopi dan pemasangan LMA dapat
pemeliharaan anestesi. dilakukan tanpa blokade neuromuskular.4,7
b) Distribusi Walaupun melepaskan histamin, timbulnya
Onset kerja propofol cepat, begitu pula dengan wheezing pada pasien ashma yang diinduksi
durasinya yang pendek pada pemberian dengan propofol jarang terjadi.9
bolus dosis tunggal dikarenakan pendeknya c) Otak
distribusi waktu paruhnya (2-8 menit). Pada Propofol menurunkan CBF, cerebral metabolit
lansia direkomendasikan pengurangan dosis rate dan tekanan intra kranial. Ketika dosis
induksi dan laju infus propofol yang diberikan, besar diberikan, efek penurunan tekanan
karena Vd mereka yang lebih kecil.9 darah sistemik yang nyata dapat menurunkan
c) Biotransformasi dan eksresi CPP. Autoregulasi pembuluh darah otak dalam
Propofol dimetabolisme dengan cepat menjadi merespon perubahan tekanan darah arteri
metabolit inaktif dan dieksresikan melalui dan reaksi CBF terhadap perubahan tekanan
ginjal. Laju klirens propofol (20-30 ml/kg/ CO2 tidak mengalami perubahan. Propofol
mnt) melampaui aliran darah hepar, sehingga memiliki kemampuan yang sama dengan
diduga propofol juga dimetabolisme di organ thiopental sebagai protektor otak terhadap
yang lain seperti paru (ekstra hepatik).2 fokal iskemia. Induksi propofol dapat disertai
dengan fenomena eksitasi seperti kedutan
Efek pada sistem organ otot, gerakan spontan, ophisthotonus dan
a) Kardiovaskuler cegukan. Propofol mempunyai efek anti
Propofol menghambat aktivitas simpatis konvulsan dan dapat digunakan untuk
vasokonstriktor sehingga menurunkan mengatasi keadaan status epileptikus.9
resistensi pembuluh darah perifer, preload
dan kontraktilitas otot jantung yang akhirnya 6. Opioid
akan menurunkan tekanan darah arteri. Ketika digunakan di dalam tehnik TIVA,opioid
Hipotensi yang terjadi saat induksi biasanya bekerja secara sinergis dengan kebanyakan agen
akan pulih akibat dari stimulasi laringoskopi hipnotik. Selama melakukan TIVA, kemampuan
dan intubasi. Hipotensi pada iduksi propofol untuk mencegah respon otonom terhadap
dipengaruhi oleh dosis yang besar, kecepatan stimuli pembedahan sangat bergantung dengan
injeksi dan usia tua. Propofol secara nyata penggunaan opioid.4
mempengaruhi barorefleks arterial terhadap
hipotensi. Perubahan pada denyut jantung KESIMPULAN
dan cardiac output biasanya hanya sementara 1. Konsep anestesi intr
dan tidak bermakna pada pasien yang sehat, 2. a vena telah berubah dari hanya sebagai
tetapi dapat diperparah pada pasien lansia, induksi pada anestesi umum menjadi anestesi
konsumsi β-adrenergic blockers atau pada intra vena seluruhnya, meliputi induksi dan
pasien dengan gangguan fungsi ventilasi.9 pemeliharaan anestesi

71
Jurnal Komplikasi Anestesi ~ Volume 2 Nomor 1, November 2014

3. TIVA (Total Intra Venous Anesthesia) adalah and propofol-fentanyl. Saudi Journal of
teknik anestesi umum di mana induksi dan Anaesthesia. www.saudija.org
pemeliharaan anestesi didapatkan dengan 2. White, FP. Eng,MR. 2009. Intravenous
hanya menggunakan kombinasi obat-obatan Anesthetics. In: Barash, et al (ed). Clinical
anestesi yang dimasukkan lewat jalur intra Anesthesia, 6th edition. Philadelphia.
vena tanpa penggunaan anestesi inhalasi Lippincott Williams & Wilkins
termasuk N2O. 3. Reves, JG, et al. 2010. Intravenous Anesthetics.
4. TIVA dalam anestesi umum digunakan untuk In: Miller, RD. (eds) miller’s Anesthesia, 7th ed.
mencapai 4 komponen penting dalam anestesi Philadelphia: Elsevier Saunders
yaitu ketidaksadaran, analgesia, amnesia dan 4. Aun, T. et al. 2013. Total intravenous
relaksasi otot. Dikarenakan tidak ada satupun anaesthesia using target controlled infusion. A
obat tunggal yang dapat memenuhi kriteria pocket reference. College of anesthesiologists.
di atas, sehingga diperlukan pemberian Academy of Medicine of Malaysia.
kombinasi dari beberapa obat untuk mencapai 5. Sear, J. 2008. Total Intravenous Anesthesia. In:
efek yang diinginkan tersebut Longnecker, et al (eds). Anesthesiology. USA.
5. Metode pemberian TIVA dapat dilakukan Mc Graw Hill
dengan cara bolus intermiten, infus kontinyu 6. Masui K, et al. 2010. The Performance of
menggunakan syringe infusion pumps atau Compartmental and Physiologically Based
sejenisnya dan dengan target controlled Recirculatory Pharmacokinetic Models
infusion system (TCI) for Propofol: A Comparison Using Bolus,
6. Interaksi dari kombinasi obat dalam tehnik TIVA Continuous, and Target-Controlled Infusion
mempunyai arti penting dalam menentukan Data. In: Anesthesia and Analgesia. Vol. 111.
dosis obat yang digunakan. Kecuali ketamin, International Anesthesia Research Society.
interaksi agen hipnotik dengan opioid akan 7. Yuil, G. Simpson, M. 2002. An introduction to
menghasilkan aksi yang sinergis dalam total intravenous anaesthesia. British Journal
menekan fungsi sistem kardiovaskuler dan of Anaesthesia. Vol. 2. No. I.
respirasi, sehingga diperlukan pengurangan 8. Stoelting, RK. Hillier, SC. 2006. Barbiturates.
dosis dari masing- masing obat yang In: Handbook of Pharmacology and Physiology
digunakan. in Anesthetic Practise. 2nd ed. Philadelphia.
Lippincott Williams & Wilkins
DAFTAR PUSTAKA 9. Butterworth, JF. Mackey, DC. Wasnick,
1. Bajwa, et al. 2010. Comparison of two drug JD. 2013. Morgan and Mikhail”s Clinical
combinations in TIVA: propofol-ketamine Anesthesiology. USA. Lange Mc Graw Hill.

72

Anda mungkin juga menyukai