OLEH:
PRODI S1 KEPERAWATAN
BANYUWANGI
2020
LEMBAR PENGESAHAN
Tugas Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan Dengan Kasus :
KANKER TULANG
Nama Mahasiswa : Intan Novia Indria Darna
NIM : 201702065
Oleh:
Pembimbing
Mengetahui
Ketua Program Study S1 Keperawatan
A. Definisi
Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid. kanker tulang
atau sering juga disebut dengan tumor ganas pada tulang. Kanker tulang dapat bersifat
jinak atau ganas, primer atau skunder, tumbuh lambat atau agresif (Kneale & Davis,
2011).
Kanker tulang merupakan penyakit yang relatif langka, dimana sel-sel kanker
tumbuh pada jaringan tulang. Kanker tulang terjadi ketika sel-sel di dalam tulang
membelah atau berkembang dengan tidak teratur. Biasanya sel - sel akan membelah
dan berkembang dengan teratur. Jika sel-sel tulang terus membelah tak teratur,
sementara sel-sel baru yang tumbuh itu tidak dibutuhkan tubuh, maka akan
membentuk massa atau jaringan, yang disebut sebagai tumor. Berbeda dengan tumor
jinak yang tidak menyebar, kanker adalah tumor yang ganas dan cepat penyebarannya
(Syah, 2013).
B. Klasifikasi
Penyakit Osteosarkoma memiliki klasifikasi sebagai berikut:
1. Local Osteosarkoma
Dalam Local Osteosarkoma ini sel kanker yang terdapat pada seseorang
belum menyebar ke bagian tubuh / tulang yang lainnya. Hal ini bisa disebabkan
oleh tingkat sensitifitas seseorang terhadap keadaan tubuhnya sehingga sedikit
saja merasakan kelainan maka akan segera mengidentifikasi dan atau pergi ke
dokter untuk melakukan diagnosa. Maka dari itu, untuk mencegah penyakit ini
semakin berkembang peranan diagnosa dini sangat diperlukan.
2. Metastatic Osteosarkoma
Sel kanker telah menyebar ke bagian tubuh yang lain. Kanker yang paling
sering menyebar ke paru-paru. Mungkin juga menyebar ke tulang lain. Tentang
satu dari lima pasien dengan osteosarkoma dengan kanker yang telah
metastasized pada saat itu dapat terdiagnosa. Dalam multifocal osteosarcoma,
tumor muncul dalam 2 atau lebih tulang, tetapi belum menyebar ke paru-paru.
3. Osteosarkom Berulang
Osteosarkoma berulang artinya penyakit kanker yang tadinya telah
tertangani, kambuh lagi (recurred). Hal ini bisa terjadi pada bagian tulang yang
sama dengan ketika pertama kali osteosarkoma muncul, atau bisa juga pada
bagian tubuh yang lainnya. Osteosarkoma berulang memang langka terjadi,
namun bukannya tidak mustahil.
Penentuan Stadium
Terdapat 2 jenis klasifikasi stadium, yaitu berdasarkan Musculoskeletal Tumor
Society (MSTS) untuk stratifikasi tumor berdasarkan derajat dan ekstensi lokal serta
stadium berdasarkan American Joint Committee on Cancer (AJCC) edisi ke 7.
1. Sistem Klasifikasi Stadium MSTS (Enneking)
• IA : derajat keganasan rendah, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis
• IB : derajat keganasan rendah, lokasi ekstrakompartemen, tanpa metastasis
• IIA : derajat keganasan tinggi, lokasi intrakompartemen, tanpa metastasis :
derajat keganasan tinggi, lokasi ekstrakompartemen,
• IIB : tanpa metastasis
• III : ditemukan adanya metastasis
2. Sistem Klasifikasi AJCC edisi ke 7
• IA derajat keganasan rendah, ukuran ≤ 8
• IB derajat keganasan rendah, ukuran > 8 atau adanya diskontinuitas
• IIA derajat keganasan tinggi, ukuran ≤ 8
• IIB derajat keganasan tinggi, ukuran > 8
• III derajat keganasan tinggi, adanya diskontinuitas
• IVA metastasis paru
• IVB metastasis lain
C. Etiologi
Penyebab pasti kanker tulang belum diketahui. Akan tetapi, kondisi ini diduga
dipicu oleh perubahan atau mutasi pada gen pengendali pertumbuhan sel. Mutasi
tersebut menjadikan sel tumbuh secara tidak terkendali, dan membentuk tumor di
tulang. Kanker yang terbentuk di tulang dapat menyebar ke bagian tubuh lain melalui
aliran darah atau aliran getah bening.
D. Patofisiologi
Keganasan sel pada mulanya berlokasi pada sumsum tulang (myeloma) dari
jaringan sel tulang (sarkoma) atau tumor tulang (carsinomas). Pada tahap selanjutnya
sel-sel tulang akan berada pada nodul-nodul limpa, hati limfe dan ginjal. Akibat
adanya pengaruh aktivitas hematopoetik sumsum tulang yang cepat pada tulang, sel-
sel plasma yang belum matang / tidak matang akan terus membelah. Akhirnya terjadi
penambahan jumlah sel yang tidak terkontrol lagi.
Osteogeniksarcoma sering terdapat pada pria usia 10-25 tahun, terutama pada
pasien yang menderita penyakit paget’s. Hal ini dimanifestasikan dengan nyeri
bengkak, terbatasnya pergerakan serta menurunnya berat badan. Gejala nyeri pada
punggung bawah merupakan gejala yang khas, hal ini disebabkan karena adanya
penekanan pada vertebra oleh fraktur tulang patologik. Anemia dapat terjadi akibat
adanya penempatan sel-sel neoplasma. Pada sumsum tulang hal ini menyebabkan
terjadinya hiperkalsemia, hiperkalsuria dan hiperurisemia selama adanya kerusakan
tulang. Sel-sel plasma ganas akan membentuk sejumlah immunoglobulin / bence
jones protein abnormal. Hal ini dapat dideteksi dalam serum urin dengan teknik
immunoelektrophoesis. Gejala gagal ginjal dapat terjadi selama presitipasi
immunoglobulin dalam tubulus (pada pyelonephritis), hiperkalsemia, peningkatan
asam urat, infiltrasi ginjal oleh plasma sel (myeloma ginjal) dan thrombosis pada pena
ginjal.
Kecederungan patologik perdarahan merupakan ciri-ciri myeloma dengan dua alasan
utama, yaitu :
a. Penurunan platelet (thrombositopenia) selama adanya kerusakan megakaryosit,
yang merupakan sel-sel induk dalam sel-sel tulang.
b. Tidak berfungsinya platelets, microglobin menghalangi elemen-elemen dan
turut serta dalam fungsi hemostatik.
E. Pathway
G.
Keturunan Radiasi sinar Virus Karsinogen
Radio aktif Onkogenik
Kerusakan gen
(Mutasi gen)
Proliferasi sel
tulang secara
Jaringan lunak di
invasi sel tumor
Neoplasma
KARSINOMA TULANG
Respon osteolitik
dan osteoblastik
meneruskan
Pertumbuhan Tulang Inflamasi Lokal impuls ke
menjadi tidak normal hipotalamus
Kerusakan struktur
Tindakan
tulang Rangsangan
Medis
kimia bradikinin
Tulang lebih
Cacat, botak Perubahan Status rapuh Serabut saraf C
Kesehatan
Gangguan
otak
Citra Tubuh Resiko fraktur
Anxietas Gangguan
Mobilitas Fisik
Nyeri Akut
Resiko Cedera
F. Tanda dan Gejala
Berikut ini adalah tiga tanda dan gejala utama penyakit kanker tulang, yakni:
1. Nyeri : penderita kanker tulang akan merasakan nyeri pada area tulang
yang terkena. Awalnya, nyeri hanya terasa sesekali, namun akan menjadi
makin sering seiring pertumbuhan kanker. Nyeri akan makin terasa saat
bergerak, dan biasanya memburuk di malam hari.
2. Pembengkakan : pembengkakan dan peradangan muncul di area sekitar
tulang yang terkena kanker. Apabila pembengkakan terjadi di tulang dekat
persendian, penderita akan sulit menggerakkan sendi.
3. Tulang rapuh : kanker tulang menyebabkan tulang menjadi rapuh. Bila
semakin parah, cedera ringan saja dapat menyebabkan patah tulang.
Beberapa gejala lain yang dapat menyertai tiga tanda utama di atas adalah:
H. Klomplikasi
4. Gangguan produksi antibody
5. Infeksi yang biasa disebabkan oleh kerusakan sumsum tulang yang luas dan
merupakan efek kemoterapi, radioterapi, maupun steroid
6. Leucopenia
7. Fraktur patologis
8. Gangguan ginjal
9. Gangguan system hematologi
10. Hilangnya ekstremitas
11. Apatis
12. Kelemahan
G. Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah menghancurkan atau mengangkat jaringan
ganas dengan metode seefektif mungkin.
Teknik Pembedahan :
13. Eksisi luas, tujuan adalah untuk mendapatkan batas-batas tumor secara histologis,
tetapi mempertahankan struktur-struktur neurovaskuler yang utama.
14. Amputasi, tindakan pengangkatan tumor biasanya dengan mengamputasi. Indikasi
amputasi primer adalah lesi yang terjadi secara lambat yang melibatkan jaringan
neurovaskuler, menyebabkan firaktur patologis (terutama raktur proksimal),
biopsi insisi yang tidak tepat atau mengalami infeksi, atau terkenanya otot dalam
area yang luas.
15. Reseksi enblock, taknik ini memerlukan eksisi luas dari jaringan normal dari
jaringan disekitarnya, pegangkatan seluruh serabut otot mulai dari origo sampai
insersinya dan reseksi tulang yang terkena termasuk struktur pembuluh darah.
16. Prosedur tikhoff linberg, teknik pembedahan ini digunakan pada lesi humerus
bagian proksimal dan meliputi reaksi enblock skapula, bagian humerus dan
klavikula.
17. Pilihan Rekonstruksi
Kriteria pasien untuk pembedahan mempertahankan ekstremitas, usia, insisi biopsi
dan fungsi pasca bedah ekstremitas yang dipertahankan lebih dari fungsi alat
prostesis, rekonstruksi dapat dilakukan dengan penggunaan berbagai bahan logam
maupun sintesis.
18. Kemoterapi
Kemoterapi mengurangi massa tumor dengan agen alkilating kemoterapi yang
dikombinasikan yang dilaksanakan sebelum dan sesudah pembedahan dengan
tujuan untuk membasmi lesi mikrometastik.
19. Terapi Radiasi
Percobaan untuk sakoma jaringan lunak saat ini dengan menggunakan
doksorubisin / sisplatin diikuti radiasi sebesar 2800 cGy.
Penatalaksanaan Keperawatan :
1) Manajemen nyeri
Teknik manajemen nyeri secara psikologik (relaksasi napas salam,
visualisasi, dan bimbingan imaginasi) dan farmakologi (pemberian
analgetik).
2) Mengajarkan mekanisme koping yang efektif
Motivasi klien dan keluarga untuk mengungkapkan perasaan mereka, dan
berikan dukungan secara moril serta anjurkan keluarga untuk berkonsultasi
ke psikolog atau rohaniawan.
3) Memberikan nutrisi yang adekuat
Berkurangnya nafsu makan, mual, muntah, sering terjadi sebagai efek
samping kemoterapi dan radioterapi, sehingga perlu diberikan nutrisi yang
adekuat. Antiemetik dan teknik relaksasi dapat mengurangi reaksi
gastrointestinal. Pemberian nutrisi parenteral dapat dilakukan sesuai
dengan indikasi dokter.
4) Pendidikan kesehatanProgram terapi
Pasien dan keuargadiberikan pendidikan kesehatan tentang kemungkinan
terjadinya komplikasi, program terapi, dan teknik perawatan luka di
rumah.
Program terapi
Berbagai jenis perawatan tersedia untuk pasien dengan osteosarkoma. Beberapa
perawatan yang standar (yang saat ini digunakan terapi), dan beberapa sedang diuji
dalam uji klinis. Perawatan klinis dalam percobaan adalah penelitian studi yang
dimaksudkan untuk membantu meningkatkan perawatan saat ini atau memeroleh
informasi tentang perawatan baru untuk pasien dengan kanker. Ketika uji klinis
menunjukkan bahwa perlakuan yang lebih baik dari standar perawatan, pengobatan
baru yang dapat menjadi standar perawatan. Jika diduga bahwa masalah adalah
osteosarkoma, sebelum pertama biopsy, penderita dapat merekomendasikan dokter
spesialis yang disebut pembedahan tulang ahli onkologi.
I. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis didasarkan pada riwayat, pemeriksaan fisik, dan penunjang diagnosis
seperti :
1. CT Scan (Computed Tomography Scan)
2. Myelogram : adalah jenis khusus dari tes x-ray dimana pewarna khusus
disuntikkanke dalam kantung tulang belakang.
3. Arteriografi : atau angiografi, yaitu pemeriksaan arteri (setelah injeksi
pewarna) untuk mencari kerusakan dan penyumbatan.
4. MRI ((Magnetic Resonance Imaging)
5. Biopsi
6. Pemeriksaan biokimia darah dan urine
7. Pemindaian tulang
Pemeriksaan foto toraks dilakukan sebagai prosedur rutin serta untuk follow-up
adanya stasis pada paru-paru. Fosfatase alkali biasanya meningkat pada sarkoma
osteogenik. Hiperkalsemia terjadi pada kanker tulang metastasis dari payudara, paru,
dan ginjal. Gejala hiperkalsemia meliputi kelemahan otot, keletihan, anoreksia, mual,
muntah, poliuria, kejang dan koma. Hiperkalsemia harus diidentifikasi dan ditangani
segera. Biopsi bedah dilakukan untuk identifikasi histologik. Biopsi harus dilakukan
untuk mencegah terjadinya penyebaran dan kekambuhan yang terjadi setelah eksesi
tumor., (Rasjad, 2003).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
1. Identitas Klien
Identitas klien : Identits klien( nama, umur, jenis kelamin, suku/bangsa, agama,
status marietal, pekerjaan, pendidikan, alamat, tanggal MRS, diagnose medis ).
Kanker tulang ( osteosarkoma ) lebih sering menyerang kelompok usia 15 – 25
tahun (pada usia pertumbuhan). Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu
faktor yang dapat mempengaruhi terjadinya osteosarkoma ditinjau dari pola makan,
kebersihan dan perawatan. Gaya hidup yang tak sehat misalnya merokok, makanan
dan minuman yang mengandung karbon. Alamat berhubungan dengan epidemiologi
(tempat, waktu dan orang). Pekerjaan yang memicu terjadinya osteosarkoma adalah
yang sering terkena radiasi seperti tenaga kesehatan bagian O.K, tenaga kerja
pengembangan senjata nuklir, tenaga IT. Pendidikan berkisar antara SMP samapai
Sarjana. Angka kejadian pada anak laki-laki sama dengan anak perempuan.
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Biasanya pasien datang ke RS dengan keluhan nyeri di daerah kaki atau tangan
yang mengalami pembengkakan, terjadi pembengkakan biasanya di daerah
tulang panjang.
b. Riwayat kesehatan sekarang
Biasanya pasien mengalami adanya masa / pembengkakan pada tulang, demam,
nyeri progresif, kelemahan, parestesia, paraplegia, retensi urine, anemia.
Pembengkakan pada atau di atas tulang atau persendian serta pergerakan yang
terbatas. Peningkatan kadar kalsium dalam darah. Tempat yang paling sering
terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut. Sarkoma
sering sudah menyebar ke paru ketika pasien pertama kali berobat.
c. Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan pernah terpapar sering dengan radiasi sinar radio aktif dosis
tinggi. Kemungkinan sering mengkonsumsi kalsium dengan batas tidak normal.
Kemungkinan sering mengkonsumsi zat-zat toksik seperti : makanan dengan zat
pengawet, merokok dan lain-lain.
2. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau inflamasi
2. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan penurunan kekuatan dan kerusakan
muskuloskeletal .
3. Gangguan citra tubuh / perubahan penampilan peran berhubungan dengan perubahan
kemampuan untuk melaksanakan tugas umum, peningkatan penggunakan energi,
ketidakseimbangan mobilitas
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman kematian dan perubahan status kesehatan
5. Resiko cedera berhubungan dengan kegagalan mekanisme pertahanan tubuh
3. Analisa Data
4. Perencanaan / Intervensi
1. Dx 1 : Nyeri akut berhubungan dengan obstruksi jaringan saraf atau
inflamasi (D.0077)
Tujuan : nyeri akut menurun
Kriteria hasil :
Intervensi
1) Pemberian Analgesik
Menyiapkan dan memberikan agen farmakologis untuk mengurangi atau
menghilangkan rasa sakit.
a. Observasi
- Identifikasi karakteristik nyeri (mis. Pencetus, pereda, kualitas, lokasi,
intensitas, frekuensi, durasi)
- Identifikasi riwayat alergi obat
- Identifikasi kesesuaian jenis analgesik (mis. Narkotika, non-narkotik,
atau NSAID) dengan tingkat keparahan nyeri
- Monitor tanda – tanda vital sebelum dan sesudah pemberian analgesik
- Monitor efektifitas analgesik
b. Terapeutik
- Diskusikan jenis analgesik yang disukai untuk mencapai analgesia
optimal, jika perlu
- Pertimbangkan penggunaan infus kontinu, atau bolus olpioid untuk
mempertahankan kadar dalam serum
- Tetapkan target efektifitas analgesik untuk mengoptimalkan respon
pasien.
- Dokumentasikan respon terhadap efek analgesik dan efek yang tidak
diinginkan
c. Edukasi
- Jelaskanefek terapi dan efek samping obat
d. Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian dosis dan jenis analgesik, sesuai indikasi
Tujuan :
Kriteria hasil :
Intervensi
c. Edukasi
d. kolaborasi
Intervensi
a. Observasi
b. Terapeutik
d. Edukasi
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada rencana tindakan
yang telah ditetapkan, meliputi tindakan dependent, interdependent. Pada pelaksanaan
terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan
keperawatan, memberikan asuahan keperawatan dan pengumpulan data
6. Evaluasi
Penentuan masalah teratasi, teratasi sebagian, atau tidak teratasi adalah dengan cara
membandingkan antara SOAP/SOAPIER dengan tujuan dan kriteria hasil yang telah
ditetapkan.
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien setelah
tindakan diberikan.
O (Objective) : adalah informasi yang didapat berupa hasil pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan.
A (Analisis) : adalah membandingkan antara informasi subjective dan objective
dengan tujuan dan kriteria hasil, kemudian diambil kesimpulan bahwa masalah teratasi,
teratasi sebahagian, atau tidak teratasi.
P (Planning) : adalah rencana keperawatan lanjutan yang akan dilakukan
berdasarkan hasil analis.
DAFTAR PUSTAKA
Smeltzer & Brenda G. Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Volume III Edisi
8. Jakarta : EGC
Price, Sylvia & Loraine M. Wilson. 1998. Patofisiolgi Konsep Klinis Proses Penyakit. Edisi
4. Jakarta : EGC
Reeves, J. Charlene. Et al. 2001. Keperawatan Medikal Bedah. Edisi I. Jakarta: Salemba
Medika.
Lembar Konsultasi LP dan Konsep Askep