Anda di halaman 1dari 12

BAB I e. Memperoleh fasilitas keanggotaan.

KEANGGOTAAN (2) Setiap anggota memiliki kewajiban:


Pasal 1 a. Mematuhi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna serta
Anggota Karang Taruna terdiri dari Anggota Pasif dan Anggota Aktif. ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
Pasal 2 b. Membayar Iuran;
(1) Anggota Pasif adalah keanggotaan yang bersifat stelsel pasif (Keanggotaan c. Menjaga nama baik organisasi;
otomatis), yakni seluruh remaja dan pemuda yang berusia 11 s/d 45 tahun; d. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan organisasi bagi Anggota
(2) Anggota Aktif adalah keanggotaan yang bersifat kader, berusia 11 s/d 45 tahun Aktif.
karena potensi, bakat, dan produktivitasnya untuk mendukung pengembangan Pasal 6
organisasi Karang Taruna dan program-programnya. Pemberhentian dan Pemberhentian Sementara keanggotaan aktif diatur
mekanismenya secara terpisah.
Pasal 3 BAB II
Kriteria Keanggotaan KEPENGURUSAN
(1) Anggota Pasif adalah generasi muda yang menjadi kelompok sasaran khusus Pasal 7
dalam pengembangan program-program organisasi; (1) Kepengurusan dibentuk melalui Temu Karya masing-masing tingkatan;
(2) Anggota Aktif adalah generasi muda di tingkat Desa/Kelurahan atau komunitas (2) Untuk menjamin dayaguna dan hasilguna dengan sebaik-baiknya, kepengurusan
sosial sederajat yang telah mengikuti secara aktif sekurang-kurangnya 6 (Enam) Karang Taruna dibagi menjadi Pengurus Harian dan Pengurus Pleno;
Bulan berturut-turut kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan oleh Karang Taruna. (3) Pengurus Pleno adalah semua pengurus yang secara definitif dikukuhkan dalam
forum tertinggi organisasi Karang Taruna masing-masing wilayah;
Pasal 4 (4) Pengurus Harian adalah pengurus yang hanya terdiri dari unsur Ketua/Ketua
Pemberhentian Keanggotaan Umum, para Wakil Ketua (para Ketua untuk tingkat nasional),
Keanggotaan berhenti karena: Sekretaris/Sekretaris Umum, para Wakil Sekretaris (para Sekretaris untuk tingkat
1. Meninggal dunia; Nasional), serta Bendahara/Bendahara Umum, dan Wakil Bendahara (Bendahara
2. Atas permintaan sendiri, untuk Anggota Aktif; untuk tingkat nasional)
3. Diberhentikan sementara, untuk Anggota Aktif;
4. Diberhentikan, untuk Anggota Aktif. Pasal 8
Pembentukan Kepengurusan
Pasal 5 (1) Pembentukan Kepengurusan dilakukan dalam Temu Karya di masing-masing
Hak dan Kewajiban Anggota tingkatannya apabila:
(1) Setiap anggota memiliki hak: a. Pengurus sebelumnya telah habis masa jabatan/bhaktinya;
a. Mendapatkan pelayanan yang sama dalam rangka penyelenggaraan progran- b. Dalam masa jabatan/bhakti berjalan tetapi dalam kurun waktu selama-
program organisasi; lamanya 2 (Dua) tahun tidak menunjukkan keaktifan sejak pembentukannya
b. Menyampaikan pendapat, saran, bertanya, dan menyampaikan kritik baik dalam Temu Karya;
secara lisan maupun tertulis kepada organisasi; c. Terjadi pemekaran suatu wilayah baru.
c. Untuk menjadi pengurus Karang Taruna bagi setiap Anggota Aktif yang (2) Untuk ketentuan dalam butir b dan c ayat (1) diatas, maka pengurus satu
memenuhi persyaratan tertentu; tingkat diatasnya berkewajiban memfasilitasi dengan terlebih dahulu
d. Memilih dan dipilih bagi setiap Anggota Aktif sesuai dengan mekanisme membentuk caretaker kepengurusan;
organisasi;

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


1
(3) Untuk ketentuan dalam butir a ayat (1) diatas, pengurus satu tingkat diatasnya e. Bertanggung jawab, berakhlak baik, dan mampu bekerja dengan timnya
berkewajiban memfasilitasi dengan terlebih dahulu membentuk caretaker maupun dengan berbagai pihak;
apabila masa jabatan (masa bhakti) kepengurusan telah habis namun belum f. Berusia minimal 17 tahun dan maksimal 45 tahun;
juga dilakukan Temu Karya; g. Mengetahui dan memahami aspek keorganisasian serta mengetahui ke- Karang
(4) Tata cara pembentukan dan pemilihan pengurus diatur tersendiri dalam Taruna-an;
ketentuan lain yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman h. Peduli terhadap lingkungan masyarakatnya;
Rumah Tangga Karang Taruna ini; i. Pernah duduk sebagai pengurus Karang Taruna minimal 2 (Dua) tingkat
(5) Pengurus Karang Taruna yang sudah dibentuk kemudian direkomendasikan oleh dibawahnya;
forum Temu Karya untuk disahkan dengan Surat keputusan Pengurus satu j. Berpendidikan minimal SLTA/sederajat untuk kepengurusan tingkat
tingkat diatasnya dan dapat dilantik oleh Pembina Umum (Kepala Daerah) Kabupaten/Kota hingga nasional, minimal SLTP/sederajat untuk kepengurusan
dimasing-masing tingkatannya, kecuali Pengurus Nasional oleh Menteri Sosial RI tingkat kecamatan, dan minimal lulusan SD/sederajat untuk tingkat
dengan rekomendasi hanya dari forum Temu Karya Nasional; Desa/Kelurahan atau komunitas sosial sederajat;
(6) Uraian/pembagian tugas dan tata cara pengukuhan kepengurusan selanjutnya
ditetapkan dalam peraturan organisasi tersendiri yang tidak terpisahkan dari Secara rinci dan spesifik, kriteria pengurus untuk masing-masing tingkatan dapat
Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna ini. dirumuskan dan ditetapkan dalam Temu Karya masing-masing sebagai forum
tertinggi.
Pasal 9 Pasal 11
Masa Jabatan dan Jumlah Pengurus Pemberhentian Pengurus dan Penggantian Antarwaktu (PAW)
(1) Masa Jabatan kepengurusan diatur sebagai berikut: (1) Seorang Pengurus dinyatakan berhenti jika:
a. Untuk tingkat Nasional hingga Kecamatan 5 tahun; a. Meninggal Dunia;
b. Untuk tingkat Desa/Kelurahan ke bawah 3 tahun. b. Karena habis masa baktinya;
(2) Jumlah kepengurusan untuk masing-masing tingkatan pada dasarnya ditentukan c. Mengundurkan diri atas kemauan sendiri;
dalam Temu Karya, namun setiap tingkatan memiliki batasan minimal sebagai d. Diberhentikan untuk sementara waktu (non-aktif) karena kasus-kasus pidana
berikut: tertentu yang melibatkannya, untuk kepentingan nama baik organisasi, yang
a. Nasional : 39 Orang; apabila ternyata tidak terbukti bersalah namanya direhabilitasi dan diberikan
b. Provinsi : 35 Orang; haknya untuk menjadi pengurus kembali;
c. Kabupaten/Kota : 29 Orang; e. Diberhentikan dengan hormat apabila selama kurun waktu sekurang-
d. Kecamatan : 25 Orang; kurangnya 6 (enam) bulan dalam masa bakti berjalan, setelah dilakukan
e. Desa/Kelurahan : 35 Orang; evaluasi dan diberikan teguran sebanyak-banyaknya 3 (tiga) kali berturut-
Pasal 10 turut, nyata-nyata tidak dapat menunjukkan kaektifan dan kesungguhan
Kriteria Pengurus dalam menjalankan tugas dan kewajibannya sebagai pengurus;
Secara umum, untuk menjadi pengurus Karang Taruna seseorang harus memmenuhi f. Diberhentikan dengan hormat apabila setelah diberikan peringatan tertulis
kriteria sebagai berikut: nyata-nyata terbukti melakukan pelanggaran etika dan prosedur
a. Bertaqwa Kepada Tuhan Yang Maha Esa; berorganisasi yang membuat nama baik organisasi menjadi tercemar dan
b. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945; mengancam keberlangsungan roda organisasi;
c. Berdomisili di wilayah tingkatannya yang dibuktikan dengan identitas resmi;
d. Memiliki kondisi jasmani dan rohani yang sehat;

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


2
g. Diberhentikan karena keterlibatannya dalam kasus-kasus pidana yang merusak b. Mendapatkan fasilitas yang sama baik berupa identitas, seragam maupun
nama baik organisasi dan dirinya sendiri yang nyata-nyata telah terbukti didepan kesempatan;
pengadilan, dalam masa bakti berjalan; c. Menyampaikan pendapat, tanggapan, saran, kritik, dan pertanyaan dalam
(2) Apabila seseorang telah dinyatakan berhenti sebagai pengurus, maka Rapat RPP;
Pengurus Pleno (RPP) berwenang mencarikan penggantinya selama masa bakti d. Mempunyai hak suara dalam RPP;
berjalan (Penggantian Antarwaktu/PAW) dengan cara: (2) Setiap Pengurus berkewajiban:
a. Meminta penggantinya kepada pihak yang merekomendasikannya; a. Mematuhi Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna dan
b. Mengusulkan seseorang kepada pihak yang merekomendasikannya dan ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
kepada RPP; b. Menjaga nama baik organisasi;
c. Mensahkan penggantinya yang telah disetujui melalui keputusan RPP. c. Membayar Iuran Pengurus Karang Taruna;
d. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan organisasi;
Pasal 12 e. Menjalankan tugas dan fungsi sesuai dengan jabatan atau bidangnya
Evaluasi Kepengurusan masing-masing.
(1) Pada dasarnya tingkat keaktifan dan pelanggaran (etika dan prosedur)
keorganisasian bagi pengurus diukur berdasarkan kriteria apabila dalam kurun Pasal 14
waktu sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan: Janji Pengurus
a. Tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai pengurus yang ketentuannya Setelah diangkat dan disahkan, pengurus mengucapkan janji sebagai berikut :
sebagaimana tertuang dalam pasal berikut dibawah ini; “ Demi Allah/ Atas nama Tuhan/ Atas nama Sang Budha/ Demi Sang Hyang Widhi,
b. Tidak dapat menunjukkan kesungguhannya sebagai pengurus baik dalam saya berjanj i:
menghadiri rapat dan kegiatan organisasi lainnya, dalam berkomunikasi, 1. Akan melaksanakan tugas dan kewajiban saya sebagai pengurus Karang Taruna
maupun dalam memberikan kontribusi, sebagaimana surat pernyataan Kesambik Desa Rempung dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya;
kesediaan yang ditanda tangani pengurus yang bersangkutan; 2. Taat pada Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna serta
ketentuan-ketentuan organisasi lainnya;
(2) Evaluasi kepengurusan untuk menentukan perlunya PAW atau tidak dilakukan 3. Setia dan teguh pada amanah Temu Karya;
sekurang-kurangnya 6 (enam) bulan sekali disetiap tingkatan oleh Pengurus 4. Memegang teguh rahasia jabatan dan bersedia mempertanggung jawabkan
Harian untuk kemudian dipertanggung-jawabkan dalam forum RPP; jabatan saya tersebut secara moral maupun organisasional.”
(3) Evaluasi kepengurusan secara keseluruhan selain meliputi PAW juga
menyangkut pemutasian (pemindahan) pengurus dari posisi sebelumnya ke BAB III
posisi lain yang dianggap tepat sesuai dengan prinsip posisi yang tepat untuk PIMPINAN ORGANISASI
orang yang tepat; Pasal 15
(4) Evaluasi kepengurusan tidak membenarkan penambahan jumlah pengurus yang Ketua/Ketua Umum
merupakan hasil sidang formatur yang disahkan oleh Sidang Pleno TK di (1) Setiap kepengurusan Karang Taruna dipimpin oleh seorang Ketua atau Ketua
masing-masing tingkatannya. Umum untuk tingkat nasional;
Pasal 13 (2) Ketua yang bersangkutan dapat dipilih kembali untuk dua kali masa jabatan
Hak dan Kewajiban Pengurus (periode) berturut-turut kecuali Ketua Umum yang hanya satu kali;
(1) Setiap Pengurus berhak:
a. Mendapatkan perlakuan yang sama dalam manajemen profesional organisasi;

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


3
(3) Tata cara pemilihan Ketua/Ketua Umum diatur tersendiri dalam ketentuan lain yang mana bila nyata-nyata tidak terbukti dapat direhabilitasi namanya dan
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Pedoman Rumah Tangga diperkenankan kembali menjabat sebagai Ketua/Ketua Umum;
Karang Taruna ini. e. Diberhentikan oleh RPP jika ternyata yang bersangkutan terbukti bersalah di
Pasal 16 depan pengadilan dalam kasus pidana yang merusak nama baik organisasi
Kriteria Ketua/Ketua Umum dan dirinya sendiri;
(1) secara Umum, Ketua/Ketua Umum Pengurus Karang Taruna harus memenuhi f. Diberhentikan dengan hormat oleh RPP Diperluas (yang mengundang
kriteria sebagai berikut: pimpinan Karang Taruna satu tingkat dibawahnya) jika ternyata dalam kurun
a. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa; waktu sekurang-kurangnya 1 (satu) tahun tidak dapat menunjukkan
b. Setia kepada Pancasila dan UUD 1945; keaktifan dan tanggung jawabnya sehingga kepengurusan/organisasi tidak
c. Pendidikan minimal SD untuk tingkat desa/kelurahan dan SLTA untuk tingkat berjalan sebagaimana amanat Temu Karya;
yang berada diatasnya; (2) Untuk kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butr a, c, e, dan f pasal ini,
d. Berdomisili di wilayah tingkatannya yang dibuktikan dengan identitas resmi; apabila terjadi dalam masa bakti berjalan, maka RPP dan RPP Diperluas untuk
e. Memiliki kondisi jasmani dan rohani yang sehat; soal butir f mengeluarkan keputusan untuk menunjuk atau memberikan mandat
f. Bertanggung jawab, berakhlak baik, dan mampu bekerja dengan timnya kepada seorang Pelaksana Ketua/Ketua Umum yang bertugas mempersiapkan
maupun dengan berbagai pihak; pelaksanaan Temu Karya Luar Biasa selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
g. Peduli terhadap permasalahan sosial dan kemasyarakatan umumnya; penunjukannya;
h. Memiliki kemampuan untuk memimpin; (3) Untuk kasus sebagaimana dimaksud pada ayat (1) butir d pasal ini, apabila
i. Berusia minimal 20 tahun dan maksimal 45 tahun; terjadi dalam masa bhakti berjalan, maka RPP mengeluarkan keputusan untuk
j. Mengetahui dan memahami Karang Taruna dan keorganisasian pada menunjuk atau memberi mandat kepada seorang Pejabat Sementara (Pjs)
umumnya; Ketua/Ketua Umum hingga Ketua/Ketua Umum yang bersangkutan memperoleh
k. Memiliki kemampuan mengembangkan hubungan secara lebih aktif dengan keputusan hukum tetap;
pihak lain; (4) Apabila ternyata Ketua/Ketua Umum yang bersangkutan nyata-nyata terbukti
l. Sekurang-kurangnya pernah menjadi pengurus Karang Taruna; bersalah dengan dikeluarkannya keputusan hukum tetap oleh pihak yang
m. Tidak sedang tersangkut perkara melawan hukum dengan ancaman berwenang, maka status Pjs bagi seseorang yang ditunjuk dapat ditingkatkan
hukuman lebih dari 5 (lima) tahun; menjadi Pelaksana Ketua/Ketua Umum yang- bertugas mempersiapkan
(2) Secara rinci dan spesifik, kriteria Ketua/Ketua Umum dapat dirumuskan dan pelaksanaan Temu Karya Luar Biasa selambat-lambatnya 6 (enam) bulan sejak
ditetapkan dalam Temu Karya di masing-masing tingkatan Karang Taruna. penunjukannya;
Pasal 17 (5) Penunjukan Pejabat Sementara dan Pelaksana Ketua/Ketua Umum harus
Pemberhentian dan Penggantian Antarwaktu Ketua/Ketua Umum memperhatikan dan memprioritaskan keberadaan unsur Ketua dalam
(1) Seorang Ketua/Ketua Umum dinyatakan berhenti jika: kepengurusan Karang Taruna yang bersangkutan;
a. Meninggal Dunia; (6) Keputusan RPP mengenai penunjukan Pejabat Sementara dan Pelaksana
b. Karena habis masa baktinya dan disahkan (demisioner) dalam forum tertinggi Ketua/Ketua Umum sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) pasal ini harus
Karang Taruna setelah menyampaikan pertanggung-jawabannya; disampaikan kepada seluruh Pengurus Karang Taruna di tingkat bawahnya.
c. Meletakkan jabatan (mengundurkan diri) karena satu dan lain hal yang tidak Pasal 18
memungkinkan untuk menjabat lagi; Sebelum memangku jabatannya, seorang Ketua/Ketua Umum harus mengucapkan
d. Diberhentikan untuk sementara (non-aktif) oleh RPP karena keterlibatannya sumpah didepan forum Temu Karya sebagai berikut: “ Demi Allah/ Atas nama Tuhan/
dalam kasus-kasus pidana yang mengancam baik dirinya maupun organisasi, Atas nama Sang Budha/ Demi Sang Hyang Widhi, saya berjanji:

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


4
1. Akan melaksanakan tugas dan kewajiban saya sebagai Ketua/Ketua Umum p. Bidang Hukum, Advokasi dan HAM;
Karang Taruna Kesambik Desa Rempung dengan seadil-adilnya, sejujur- q. Bidang Organisasi dan Pengembangan Hubungan Kerjasama Kemitraan;
jujurnya, dan selurus-lurusnya; r. Bidang Hubungan Masyarakat, Publikasi dan Pengembangan Komunikasi;
2. Akan menjalankan organisasi dengan kepemimpinan yang dijiwai oleh Pedoman (4) Setiap Karang Taruna di tingkat desa/kelurahan atau komunitas sosial sederajat
Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna serta ketentuan organisasi memiliki kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari:
lainnya; a. Ketua;
3. Taat dan teguh pada mandat dan amanat yang diberikan kepada saya dalam b. Wakil Ketua;
Temu Karya; c. Sekretrais;
4. Memegang teguh rahasia jabatan dan bersedia mempertanggungjawabkannya d. Wakil Sekretaris;
secara moral maupun organisasional.” e. Bendahara;
f. Wakil Bendahara;
BAB IV
g. Bidang Pendidikan dan Pelatihan;
STRUKTUR DAN KUALIFIKASI ORGANISASI
h. Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial;
Pasal 19
i. Bidang Kelompok Usaha Bersama;
(1) Karang Taruna memiliki organisasi di semua tingkatan dari tingkat nasional
hingga ke tingkat desa/kelurahan; j. Bidang Kerohanian dan Pembinaan Mental;
(2) Pembentukan organisasi Karang Taruna di tingkat RW (unit) dan RT (sub unit) k. Bidang Olahraga dan Seni Budaya;
diselenggarakan dengan mempertimbangkan kondisi dan kebutuhan masing- l. Bidang Lingkungan Hidup;
masing wilayah desa/kelurahan dengan tetap berpedoman kepada Pedoman m. Bidang Hubungan Masyarakat dan Kerjasama Kemitraan.
Rumah Tangga Karang Taruna ini; (5) Istilah Bidang di tingkat nasional menjadi Departemen, istilah Bidang di tingkat
(3) Setiap Karang Taruna mulai dari tingkat kecamatan hingga nasional memiliki provinsi menjadi Biro, istilah Bidang di tingkat kabupaten/kota tetap Bidang,
kepengurusan dengan struktur sekurang-kurangnya terdiri dari: istilah Bidang di tingkat kecamatan menjadi Bagian, istilah Bidang di tingkat
a. Ketua (Ketua Umum untuk tingkat nasional); desa/kelurahan atau komunitas sosial sederajat menjadi Seksi.
b. Wakil Ketua I (Ketua I untuk tingkat nasional); Pasal 20
Kualifikasi Organisasi
c. Wakil Ketua II (Ketua II untuk tingkat nasional);
(1) Untuk kepentingan dan kemajuan organisasi khususnya ditingkat
d. Sekretaris (Sekretaris Umum untuk tingkat nasional);
desa/kelurahan, Karang Taruna memiliki mekanisme penilaian untuk
e. Wakil Sekretaris I (Sekretaris I untuk tingkat nasional);
menetapkan kualifikasi (status) tertentu bagi Karang Taruna sesuai dengan
f. Wakil Sekretaris II (Sekretaris II untuk tingkat nasional); tingkat perkembangan dan kemajuannya;
g. Bendahara (Bendahara Umum untuk tingkat nasional); (2) Penilaian dan penetapan kualifikasi pada dasarnya dilakukan dengan
h. Wakil Bendahara I (Bendahara I untuk tingkat nasional); pengukuran terhadap kepengurusan, tingkat partisipasi, program kerja,
i. Wakil Bendahara II (Bendahara II untuk tingkat nasional); administrasi organisasi, keanggotaan, dan keuangan organisasinya;
j. Bidang Pengembangan Sumber Daya Manusia; (3) Berdasarkan kriteria penilaian sebagaimana dimaksud pada ayat (2) pasal ini,
k. Bidang Usaha Kesejahteraan Sosial; maka ditetapkan Karang Taruna di desa/kelurahan dengan kualifikasi sebagai
l. Bidang Pengembangan Ekonomi Skala Kecil dan Koperasi; berikut:
m. Bidang Pengembangan Kegiatan Kerohanian dan Pembinaan Mental; a. Karang Taruna Pasif;
n. Bidang Pengembangan Kegiatan Olahraga dan Seni Budaya; b. Karang Taruna Aktif;
o. Bidang Lingkungan Hidup dan Pariwisata; c. Karang Taruna Aktif dan Kreatif;

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


5
d. Karang Taruna Aktif, Kreatif, dan Mandiri. (1) Setiap Karang Taruna dapat membentuk MPKT pada forum tertinggi (Temu
Karya) di masing-masing wilayahnya yang kemudian dikukuhkan oleh forum
tersebut;
Pasal 21 (2) MPKT dipimpin oleh seorang Ketua merangkap anggota, beberapa orang Wakil
(1) Penilaian dan penetapan kualifikasi Karang Taruna diselenggarakan oleh Ketua (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, seorang sekretaris dan beberapa
pengurus Karang Taruna di tingkat kecamatan hingga tingkat nasional, yang orang Wakil Sekretaris (sesuai kebutuhan) merangkap anggota, dan para
mekanismenya disusun dalam ketentuan organisasi secara tersendiri; anggota yang jumlahnya ditentukan sesuai dengan jumlah mantan aktivis
(2) Penilaian dan penetapan kualifikasi Karang Taruna berlaku untuk jangka waktu 3 Karang Taruna diwilayahnya masing-masing ditambah beberapa tokoh yang
(tiga) tahun, untuk kemudian dilakukan penilaian dan penetapan kembali; dianggap layak, apabila memungkinkan.
(3) Unsur-unsur yang melakukan penilaian terdiri dari pengurus Karang Taruna yang
bersangkutan, Pembina Fungsional, Pembina Wilayah, Pakar Pengembangan BAB VI
Masyarakat, Organisasi Masyarakat, LSM, dan unsur masyarakat langsung UNIT TEKNIS KARANG TARUNA (UTKT)
melalui mekanisme polling. Pasal 25
(1) Karang Taruna dapat membentuk Unit Teknis sesuai dengan kebutuhan
BAB V pengembangan organisasi dan program-programnya;
MAJELIS PERTIMBANGAN KARANG TARUNA (2) Unit Teknis dimaksud merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Pasal 22 kelembagaan Karang Taruna dan pembentukannya harus melalui mekanisme
Pengertian pengambilan keputusan dalam forum yang representatif dan sesuai kapasitasnya
Majelis Pertimbangan Karang Taruna (MPKT) adalah wadah penghimpun mantan untuk itu;
pengurus Karang Taruna dan tokoh masyarakat lain yang berjasa dan bermanfaat (3) Unit Teknis disahkan dan dilantik oleh Karang Taruna yang membentuknya dan
bagi kemajuan Karang Taruna, yang tidak memiliki hubungan struktural dengan harus berkoordinasi serta mempertanggungjawabkan kinerjanya kepada Karang
kepengurusan Karang Tarunanya. Taruna yang membentuknya.
Pasal 23
Fungsi BAB VII
MPKT memiliki fungsi : BENTUK – BENTUK FORUM PERTEMUAN
1. Menampung aspirasi para alumni/mantan pengurus/aktivis Karang Taruna yang Pasal 26
sudah tidak memiliki hak untuk menjadi pengurus karena persyaratan usia dan Temu Karya
karena ketidaksediaannya menjadi pengurus; (1) Temu Karya Nasional (TKN) merupakan forum pengambilan keputusan tertinggi
2. Menjadi lembaga konsultasi bagi Karang Taruna dalam menyelenggarakan Karang Taruna dan diselenggarakan sekali dalam 5 (lima) tahun;
aktivitas organisasinya terutama melalui mekanisme Rapat Konsultasi; (2) Dalam Hal-hal tertentu berdasarkan usulan Pengurus Nasional Karang Taruna
3. Memberikan pertimbangan-pertimbangan strategis bagi Karang Taruna dalam (PNKT) dan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga)
setiap kebijakan dan pengambilan keputusan yangbersifat politis dan strategis; Pengurus Provinsi, maka dapat diselenggarakan Temu Karya Nasional Luar Biasa
4. Membangun dan memberikan akses (kemudahan) bagi Karang Taruna dalam (TKNLB)
mengembangkan aktivitas program dan tatanan kelembagaannya;
5. Memberikan dukungan material dan moril bagi Karang Taruna di wilayahnya; Pasal 27
6. Mengakomodir kepakaran dan kompetensi seseorang agar dapat dikembangkan TKN dihadiri oleh PNKT dan Pengurus Provinsi sebagai utusan dan Pengurus
dan disumbangkan bagi kemajuan Karang Taruna. Kabupaten/Kota dan Majelis Pertimbangan Nasional Karang Taruna sebagai peninjau.
Pasal 24 Pasal 28

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


6
TKN berwenang untuk : (4) Memilih dan mengangkat Ketua serta menyusun dan menetapkan Pengurus
1. Membahas dan menilai Laporan Pertanggungjawaban (LPJ) PNKT; masing-masing tingkatan yang bersangkutan;
2. Menetapkan Pola Umum Kebijakan dan Kerangka Pokok Program Nasional (5) Membahas dan memutuskan agenda strategis lainnya, apabila diperlukan.
Karang Taruna; Pasal 31
3. Membicarakan dan memutuskan Pedoman Dasar dan Pedoman Rumah Tangga Rapat Kerja
Karang Taruna serta penjelasannya; (1) Rapat Kerja (Raker) adalah forum yang dilaksanakan oleh Karang Taruna di
4. Membicarakan dan menetapkan struktur dan Uraian Tugas PNKT; semua tingkatan dalam rangka menjabarkan lebih lanjut hasil Temu Karya, yang
5. Memilih dan mengangkat Ketua Umum, Pengurus Nasional Karang Taruna, dan penamaan selanjutnya disesuaikan dengan tingkatan wilayahnya masing-
Majelis Pertimbangan Nasional Karang Taruna periode berikutnya; masing;
6. Membicarakan masalah-masalah internal dan eksternal Karang Taruna yang (2) Raker dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) kali dalam satu periode untuk
diputuskan dalam bentuk rekomendasi. menjabarkan hasil-hasil Temu Karya menjadi lebih operasional dan bersifat
teknis administratif dalam bidang kebijakan, perencanaan, dan strategi;
Pasal 29 (3) Raker dihadiri oleh pengurus yang bersangkutan dan pengurus satu tingkat
(1) Temu Karya Daerah terdiri dari Temu Karya Provinsi (TKP), Temu Karya dibawahnya sebagai utusan serta pengurus satu tingkat diatasnya dan MPKT
Kabupaten/Kota (TKB/TKK), Temu Karya Kecamatan (TKC), dan Temu Karya tingkat yang bersangkutan sebagai peninjau.
Desa/Kelurahan (TKS/TKL), masing-masing merupakan forum pengambilan
keputusan tertinggi Karang Taruna di tingkat wilayahnya; Pasal 32
(2) Dalam hal-hal tertentu, berdasarkan usulan pengurus pada tingkatan yang Raker memiliki kewenangan untuk:
bersangkutan dan dengan persetujuan sekurang-kurangnya 2/3 (dua per tiga) 1. Memutuskan peraturan dan prosedur administratif maupun prosedut operasional
pengurus satu tingkat dibawahnya, maka dapat diselenggarakan Temu Karya organisasi;
Daerah Luar Biasa (TKPLB/TKBLB/TKKLB/TKCLB/TKSLB/TKLLB); 2. Memutuskan program-program jangka pendek, jangka menengah, dan jangka
(3) Temu Karya Daerah (TKP/TKB/TKK/TKC/TKS/TKL) dihadiri oleh pengurus yang panjang secara lebih teknis yang menjadi amanat Temu Karya;
bersangkutan, pengurus satu tingkat diatasnya, dan pengurus satu tingkat 3. Membicarakan hal-hal teknis dan administratif lain yang dianggap perlu.
dibawahnya masing-masing sebagai utusan, pengurus dua tingkat dibawahnya
sebagai peninjau, dan MPKT masing-masing sebagai peninjau. Pasal 33
Pasal 30 Rapat Pimpinan
Temu karya Daerah berwenang untuk : (1) Rapat Pimpinan (Rapim) adalah forum yang dapat dilaksanakan oleh Karang
(1) Membahas dan menilai Laporan Pertanggungjawaban Pengurus Karang Taruna Taruna di semua tingkatan dalam rangka memutuskan agenda-agenda strategis
diwilayah yang bersangkutan, PPKT (Pengurus Provinsi Karang Taruna) untuk yang bersifat mendesak dan memerlukan penyelesaian segera baik internal
tingkat provinsi, PBKT (Pengurus Kabupaten Karang Taruna) untuk tingkat maupun eksternal;
kabupaten, PKKT (Pengurus Kota Karang Taruna), PCKT (Pengurus Kecamatan (2) Rapim dilaksanakan atas inisiatif dan panggilan dari pengurus Karang Taruna
Karang Taruna) untuk tingkat Kecamatan, dan PSKT/PLKT (Pengurus yang bersangkutan atau atas usulan lebih dari setengah pimpinan pengurus
Desa/Kelurahan Karang Taruna) untuk tingkat desa/kelurahan; Karang Taruna satu tingkat dibawahnya;
(2) Menetapkan program kerja untuk periode berikutnya; (3) Rapim dihadiri oleh pengurus Karang Taruna yang bersangkutan dan
(3) Menyepakati paket usulan di bidang program kerja maupun keorganisasian yang pimpinan/ketua pengurus satu tingkat di bawahnya;
akan dibawa dan diajukan pada Temu Karya Daerah/Temu Karya Nasional Pasal 34
ditingkat yang lebih tinggi; Rapim memiliki kewenangan untuk:

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


7
1. Memutuskan sikap organisasi secara kelembagaan baik yang bersifat internal (1) Rapat Pengurus Harian (RPH) adalah forum yang dilaksanakan oleh pengurus
maupun eksternal dalam rangka merespon suatu permasalahan yang bersifat masing-masing yang bersangkutan yang lebih bersifat yeknis kebijakan dan
strategis; operasionalisasinya;
2. Membicarakan agenda strategis yang menjadi rekomendasi dan bahan bagi (2) RPH sekurang-kurangnya dilaksanakan 1 (satu) bulan sekali untuk pengurus
pembahasan keputusan pada forum Temu Karya dan Raker berikutnya. Nasional Karang Taruna dan pengurus Provinsi Karang Taruna, 2 (dua) minggu
sekali untuk pengurus Kabupaten/Kota dan pengurus Kecamatan, dan 1 (satu)
Pasal 35 minggu sekali untuk pengurus Desa/Kelurahan atau komunitas sosial sederajat;
Rapat Konsultasi (3) RPH membahas materi yang akan diputuskan dalam RPP dan membahas
(1) Rapat Konsultasi (Rakon) adalah forum yang dilaksanakan bersama para mitra langkah dan tindak lanjut keputusan RPP;
kerja dalam rangka memantapkan program-program kerja dan (4) Untuk kebutuhan tertentu, RPH dapat dilaksanakan dan juga dapat bersifat
mengkonsolidasikan kinerja organisasi; diperluas dalam arti mengundang pimpinan
(2) Rakon dilaksanakan setiap 1 (satu) tahunsekali dan dikaitkan dengan departemen/biro/bidang/bagian/seksi dan/atau unsur lain yang memiliki kaitan
pelaksanaan Bulan Bhakti Karang Taruna (BBKT) dalam rangka memperingati dengan pembahasan agendanya.
hari ulang tahun Karang Taruna pada tanggal 26 September;
(3) Rakon membahas hal-hal yang bersifat strategis dan priorotas dalam kurun BAB VIII
waktu setahun; MEKANISME KERJA ORGANISASI
(4) Rakon dihadiri oleh pengurus yang bersangkutan, pengurus satu tingkat Pasal 38
diatasnya, pengurus satu tingkat dibawahnya, MPKT, dan para mitra baik Hubungan Organisasi Antartingkatan
instansi pemerintah, maupun sektor kemasyarakatan lainnya. (1) Karang Taruna memiliki struktur organisasi antartingkatan yang bersifat vertikal
berjenjang;
Pasal 36
Rapat Pengurus Pleno (2) Karang Taruna tingkat Nasional dibentuk oleh Karang Taruna tingkat Provinsi,
(1) Rapat Pengurus Pleno (RPP) adalah forum yang dilaksanakan oleh pengurus tingkat Provinsi dibentuk oleh tingkat Kabupaten/Kota, tingkat Kabupaten/Kota
masing-masing yang bersangkutan secara periodik sesuai dengan tingkatan dibentuk oleh tingkat Kecamatan, tingkat Kecamatan dibentuk oleh tingkat
wilayahnya; Desa/Kelurahan, tingkat Desa/Kelurahan dibentuk oleh warga Karang Taruna
(2) RPP untuk Pengurus Nasional Karang Taruna dan Pengurus Provinsi Karang setempat.
Taruna dilaksanakan sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali, untuk pengurus Pasal 39
Kabupaten/Kota dan Pengurus Kecamatan sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan Mekanisme pembentukan Karang Taruna sebagaimana dimaksud pada Pasal 38 ayat
sekali, dan untuk Pengurus Desa/Kelurahan atau komunitas sosial sederajat (2) memungkinkan pembagian tugas dan kewenangan organisasi sebagai berikut:
dilaksanakan sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sekali; 1. Karang Taruna yang dibentuk memiliki kewenangan :
(3) RPP membahas evaluasi hasil kerja pengurus dan hal-hal lain sesuai dengan a. koordinatif untuk kepentingan menggerakkan roda organisasi dan
kebutuhan; penyelenggaran program;
(4) Untuk kebutuhan tertentu, RPP dapat bersifat diperluas dalam arti mengundang b. Konsolidasi struktural dan konsolidasi fungsional untuk kepentingan
Pimpinan Karang Taruna satu tingkat dibawahnya dan unsur lain yang memiliki membangun tatanan organisasi menjadi lebih representatif dan diakui;
kaitan dengan pembahasan agendanya. c. Legitimasi terhadap organisasi yang membentuknya dalam bentuk
pengesahan dan pelantikan kepengurusan;
Pasal 37 d. Otonomi untuk mengatur urusan/tatanan internal dan menjalankan
Rapat Pengurus Harian program yang dapat dipertanggungjawabkan dalam Temu Karya.

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


8
2. Karang Taruna yang membentuk memiliki kewenangan: (5) Karang Taruna pada tingkat lain mulai dari Provinsi hingga Desa/Kelurahan
a. Melakukan kontrol terhadap kepengurusan dan pelaksanaan dari Karang dapat mengajukan permintaan yang sama sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
Taruna yang dibentuknya; Pasal ini melalui fungsi koordinatifnya kepada tingkatan yang ada dibawahnya.
b. Menilai dan merekomendasikan kelayakan kepengurusan dan program Pasal 41
yang dijalankan Karang Taruna yang dibentuknya; Hubungan Antarorganisasi Setingkat
c. Mengusulkan perubahan kepengurusan dan tata kerja karena sebab (1) Karang Taruna pada satu tingkatan (setingkat) dapat melakukan kerjasama
tertentu yang dapat dipertanggungjawabkan baik dalam bentuk PAW dalam hal:
maupun dalam bentuk Temu Karya Luar Biasa; a. Pengembangan Karang Taruna;
d. Otonomi untuk urusan/tatanan internal dan menjalankan program, yang b. Penyelengaraan program bersama;
dapat dipertanggungjawabkan dalam Temu Karya. c. Penyelengaraan aktivitas studi banding;
d. Menjembatani kepentingan Karang Taruna ditingkat bawahnya.
Pasal 40 (2) Dalam hal antar 2 (dua) atau lebih Karang Taruna tingkat Provinsi akan
(1) Karang Taruna ditingkat Kabupaten/Kota dapat mengajukan usul kepada Karang melakukan kerjasama maka wajib menyampaikan pemberitahuan kepada
Taruna tingkat Nasional maupun Provinsi , berupa: Karang Taruna tingkat Nasional, demikian pula jika kerjasama dilakukan pada
a. Usulan perubahan Pedoman dasar dan Pedoman Rumah Tangga dan tingkatan dibawahnya secara derivatif;
beberapa peraturan organisasi lainnya; (3) Mekanisme seperti tersebut dalam ayat (2) Pasal ini berlaku pula untuk
b. Usulan pergantian pengurus dengan pertimbangan-pertimbangan yang dapat kerjasama yang dilakukan pada semua tingkatan;
dipertanggungjawabkan; (4) Pemberitahuan melakukan kerjasama sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)
c. Usulan penyelenggaraan programnya menjadi skala atau agenda nasional. Pasal ini bertujuan untuk pengagendaan program kegiatan ditingkat Nasional
(2) Karang Taruna di tingkat lain yang jauh lebih rendah dapat pula mengajukan dan untuk kepentingan koordinasi Karang Taruna tingkat Nasional;
usul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini tetapi tetap melalui Karang (5) Pada prinsipnya dokumen kerjasama merupakan kewenangan dan
Taruna setingkat diatasnya, yang mekanismenya kemudian diatur secara tanggungjawab pihak-pihak yang mengadakan kerjasama.
tersendiri;
(3) Karang Taruna tingkat Nasional dapat meminta kepada Karang Taruna Pasal 42
Kabupaten/Kota melalui tingkat Provinsi, berupa: Hubungan dengan Organisasi/Lembaga lain
a. Kader yang diproyeksikan menjadi panitia tertentu, baik untuk kepentingan (1) Pada prinsipnya, hubungan Karang Taruna ditingkat manapun dngan organisasi
pengembangan organisasi maupun untuk penyelenggaraan program ditingkat atau lembaga lain diluar organisasi dapat dilaksanakan sepanjang merupakan
nasional, ketentuan tentang ini selanjutnya akan diatur tersendiri; hubungan kerjasama yang bersifat kemitraan yang saling menguntungkan;
b. Kesediaan menjalankan program tertentu melalui pertimbangan dalam RPP (2) Hubungan dngan Instansi Sosial merupakan hubungan kemitraan dalam
dan koordinasi dengan tingkat provinsi yang bersangkutan; kerangka menjalankan program kesejahteraan sosial secara terpadu, terarah,
c. Bahan data yang akan dipergunakan bagi kepentingan pengembangan dan berkesinambungan yang dlandasi oleh kerjasama yang menguntungkan
organisasi maupun pelaksanaan program baik dalam bentuk data mentah, lembaga kedua belah pihak dan terutama oleh kepentingan memajukan
data setengah jadi maupun data yang siap pakai dalam bidang SDM, kesejahteraan masyarakat;
kesejahteraan sosial, ekonomi, dan bidang lain yang memungkinkan; (3) Hubungan dengan pemerintah merupakan hubungan kemitraan yang selain
(4) Karang Taruna tingkat Nasional dapat pula mengajukan permintaan dalam kerangka menjalankan program-program kerja Karang Taruna juga dalam
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) Pasal ini kepada tingkat Kecamatan dan rangka- mengembangkan Karang Taruna, yang dalam kapasitas tersebut,
Desa/Kelurahan jika memungkinkan, dengan menggunakan fungsi Pemerintah dapat berposisi sebagai salah satu unsur penasehat (Pembina).
koordinatifnya kepada tingkatan yang ada dibawahnya secara berjenjang;

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


9
Pasal 43 TARUNA” (“KARANG” berarti pekarangan, halaman, atau tempat; “TARUNA”
(1) Hubungan kerjasama kemitraan dengan pihak lain diluar Pemerintah dibangun berarti remaja; jadi, “KARANG TARUNA” berarti tempat atau wadah
dalam kerangka menjalankan dan mengembangkan program-program Karang pengembangan remaja Indonesia;
Taruna dengan tetap memperhatikan prinsip saling menguntungkan, profesional c. Sebuah lingkaran dngan bunga Teratai mekar dengan tujuh helai daun bunga
visi dan misi serta relevansi; sebagai latar belakang, yang melambangkan Tujuh Unsur Kepribadian yang
(2) Keputusan melakukan kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud harus dimiliki warga Karang Taruna:
dalam ayat (1) Pasal ini harus diambil dan disepakati dalam RPP; 1) Taat : takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
(3) Hubungan kerjasama kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini 2) Tanggap : penuh perhatian dan peka terhadap masalah;
harus dilandasi oleh saling pengertian yang tinggi, bukti, dan dokumen yang 3) Tanggon : kuat daya tahan fisik dan mental;
dapat dipertanggungjawabkan serta kesepakatan bersama untuk menanggulangi 4) Tandas : tegas, pasti, tidak ragu, dan teguh pendirian;
setiap permasalahan dan akibat yang timbul sesuai dengan Hak dan Kewajiban 5) Tangkas : sigap, gesit, cepat bergerak dan dinamis;
masing-masing pihak. 6) Terampil : mampu berkreasi dan berkarya praktis;
Pasal 44 7) Tulus : sederhana, ikhlas, rela memberi, dan jujur;
(1) Karang Taruna tingkat Nasional yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan d. Lingkaran mengandung arti sebagai lambang ketahanan nasional yang
dengan pihak lain wajib mensosialisasikannya kepada tingkat Provinsi pada berfungsi sebagai tameng/perisai. Bungan mekar yang berdaun lima helai
batas-batas tertentu, demikian pula berlaku ketentuan ini bagi tingkatan melambangkan lingkaran kehidupan masyarakat yang adil dan sejahtera
dibawahnya; berdasarkan Pancasila;
(2) Karang Taruna tingkat Provinsi yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan e. Arti warna yang terdapat pada lambang sebagai berikut:
dengan pihak lain wajib memberitahukannya kepada tingkat Nasional untuk 1) Putih : kesucian, tidak bercela, dan tidak bernoda;
kepentingan koordinasi dan konsultasi, demikian pula berlaku ketentuan ini bagi 2) Merah : keberanian, sabar, tenang, dapat mengendalikan diri dan tekad
tingkatan dibawahnya; pantang mundur;
(3) Ketentuan-ketentuan sosialisasi dan memberitahukan kerjasama kemitraan 3) Kuning : keagungan dan keluhuran budi pekerti;
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2) Pasal ini selanjutnya diatur (2) Secara keseluruhan, lambang Karang Taruna berarti tekad insan remaja (Warga
tersendiri. Karang Taruna) untuk mengembangkan dirinya menjadi patriot pejuang yang
BAB IX berkpribadian, cerdas, dan terampil agar mampu dan secara aktif dalam
IDENTITAS ORGANISASI pembangunan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan makmur
Pasal 45 berdasarkan Pancasila.
Lambang
(1) Lambang Karang Taruna mengandung unsur-unsur: Pasal 46
a. Sekuntum bungan Teratai yang mulai mekar yang melambangkan insan Bendera
remaja yang dijiwai semangat kemasyarakatan (sosial). Empat helai daun Bentuk, ukuran dan penggunaan bendera Karang Taruna diatur sebagai berikut:
bunga dibagian bawah melambangkan keempat fungsi Karang Taruna; 1. Bendera berbentuk persegi panjang dengan perbandingan 3:2. ditengah-tengah
b. Dua helai pita yang terpampang dibagian atas dan bawah. Pita dibagian atas bendera terdapat lambang Karang Taruna dengan ukuran garis tengah sepertiga
terdapat tulisan “ADITYA KARYA MAHATVA YODHA” (“ADITYA” berarti cerdas dari ukuran panjang. Dibawah lambang terdapat tulisan “KARANG TARUNA”
dan penuh pengetahuan; “KARYA” berarti pekerjaan; “MAHATVA” berarti dengan warna kuning emas;
terhormat dan berbudi luhur; dan “YODHA” berarti pejuang atau patriot). 2. Warna dasar adalah biru benhur dengan pinggiran berwarna kuning emas yang
Jadi secara keseluruhan berarti Pejuang yang berkepribadian, melingkari warna dasar tanpa rumbai-rumbai;
berpengetahuan, dan terampil. Pita dibagian bawah bertuliskan “KARANG

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


10
3. Digunakan pada saat kegiatan Karang Taruna berlangsung baik didalam maupun b. Membangkitkan darma bhakti Warga Karang Taruna yang lebih khidmat;
diluar ruangan. c. Memantapkan perenungan-perenungan terhadap tugs pokok dan fungsi
Karang Taruna.
4. Bentuk Mars dan Hymne secara lengkap sesuai dengan naskah sebagaiman
Pasal 47 terlampir pada Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna ini.
Panji
Bentuk dan penggunaan panji Karang Taruna diatur sebagai berikut: Pasal 49
1. Warna dasar kuning; Seragam Resmi
2. Panjang 180 cm dan lebar 120 cm, ditengah-tengahnya terdapat lambang Seragam resmi Karang Taruna adalah seragam yang dipergunakan untuk kegiatan-
Karang Taruna yang bergaris tengah 60 cm; kegiatan seremonial baik dalam bentuk upacara kenegaraan, peringatan hari besar
3. Di ketiga sisinya (yang tidak melekat pada tiang) diberi rumbai warna kuning nasional, pertemuan atau forum-forum resmi organisasi seperti Temu Karya dan
emas dengan panjang 6 cm; Raker maupun dalam bentuk-bentuk penyelenggaraan forum-forum ilmiah.
4. Panji diikatkan pada tiang dengan tiga buah tali pengikat, tinggi tiang 3 meter Pasal 50
berbentuk bulat dan bergaris tengah 4 cm; Seragam resmi Karang Taruna terdiri dari :
5. Pada puncak tiang panji diberi kepala tiang (mustika) berbentuk Teratai yang 1. Kemeja lengan panjang berwarna putih, dengan tambahan kelengkapan dasi;
mulai mekar dengan tinggi 20 cm, bergaris tengah 10 cm dan terbuat dari 2. Jas Karang Taruna dengan warna dasar biru dongker, yang betuliskan nama
logam; KARANG TARUNA pada dada sebelah kiri, nama pemakai pada dada sebelah
6. Penggunaan panji: kanan, dan mengenakan lambang Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kiri,
a. Dibedakan dengan bendera Karang Taruna; serta nama tingkatan Karang Taruna pada sisi bahu sebelah kanan;
b. Diletakkan berdampingan dengan bendera nasional pada setiap kegiatan 3. Celana panjang wama biru dongker;
dalam ruang tertutup (rapat, seminar, upacara, dan sebagainya); 4. Sepatu hitam dengan tambahan kelengkapan kaus kaki.
c. Penataan disesuaikan dengan ruangan yang dipergunakan. Apabila Pasal 51
diletakkan di mimbar, maka bendera nasional terletak disebelah kanan dan Seragam Operasional
panji Karang Taruna disebelah kiri, dilihat dari posisi pembaca. Seragam operasional Karang Taruna adalah seragam yang dipergunakan untuk
Pasal 48 kegiatan-kegiatan yang bersifat lapangan/operasional terutama dalam pelaksanaan
Mars dan Hymne program-program kegiatan dimasyarakat.
Penggunaan Mars dan Hymne Karang Taruna diatur sebagai berikut: Pasal 52
1. Mars dan Hymne dinyanyikan dalam keadaan bediri dengan sikap hormat, pada Seragam Operasional Karang Taruna terdiri:
setiap acara upacara resmi dan kebesaran yang diselenggarakan oleh Karang 1. Kemeja lengan pendek dengan warna bebas;
Taruna; 2. Jaket lengan pendek berwarna biru benhur, terdapat lidah pada kedua
2. Maksu dan tujuan Mars: pundaknya, bertuliskan nama KARANG TARUNA pada dada sebelah kiri, nama
a. Membangkitkan semangat juang Warga Karang Taruna dalam mengemban pemakai pada dada sebelah kanan, dan mengenakan lambang Karang Taruna
tugas dibidang pembangunan kesejahteraan sosial; pada sisi bahu sebelah kiri, serta nama tingkatan Karang Taruna pada sisi bahu
b. Memupuk rasa solidaritas antarsesama Warga Karang Taruna; sebelah kanan;
c. Membangkitkan semangat cinta tanah air dan tekad untuk berjuang dan 3. Celana panjang bahan (bukan jeans) dengan warna bebas;
mengabdi demi kepentingan masyarakat dan bangsa. 4. Sepatu warna bebas ditambah kelengkapan kaus kaki;
3. Maksud dan tujuan Hymne: 5. Topi Karang Taruna berwarna biru dongker dengan lambang Karang Taruna
a. Membangun kekuatan, kesetiaan Warganya kepada Karang Taruna; didepannya, nama Karang Taruna disamping kiri dan pemakai disamping kanan.

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


11
Pasal 53
Seragam Tambahan
Seragam tambahan adalah seragam diluar ketentuan sebagaimana diatur dalam
pasal 49, 50, 51, dan 52 Bab ini, yang merupakan kelengkapan dari seragam
operasional untuk menunjukkan adanya identitas kegiatan tertentu seragam
panitia/peserta kegiatan tersebut.
Pasal 54
Seragam tambahan dimaksud adalah terdiri dari:
1. Kaus berkerah dengan ketentuan:
a. Warna dasar biru;
b. Memiliki saku didada sebelah kiri;
c. Pada saku atau diatas saku terdapat lambang Karang Taruna;
d. Terdapat tulisan nama dan panitia kegiatan yang disesuaikan
penempatannya;
e. Topi Karang Taruna berwarna biru benhur dengan lambang didepannya;
f. Variasi lain ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kepantasan;
g. Celana panjang dan sepatu bebas.
2. Kaus tidak berkerah dengan ketentuan:
a. Warna dasar biru benhur;
b. Terdapat lambang Karang Taruna pada dada sebelah kiri;
c. Terdapat tulisan nama kegiatan di bagian yang disepakati;
d. Variasi lain ditentukan sesuai dengan kebutuhan dan kepantasan;
e. Topi Karang Taruna berwarna biru benhur dengan lambang di depannya;
f. Celana panjang dan sepatu bebas.
3. Seragam tambahan lain dapat ditetapkan dalam bentuk seragarn loreng dan
rompi untuk kepentingan gugus tugas tertentu, yang pengaturannya lebih lanjut
ditetapkan dalam ketentuan tersendiri.

Pedoman Rumah Tangga Karang Taruna “Kesambik” Desa Rempung


12

Anda mungkin juga menyukai