Anda di halaman 1dari 4

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kampus Lidah Wetan Surabaya 60213

Telepon: 031-7532160 Fax. 031-


UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 7532112
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Laman: http://fip.unesa.ac.id
JURUSAN PSIKOLOGI

UJIAN TENGAH SEMESTER GASAL 2020-2021

Mata Kuliah : Psikologi Budaya (2 SKS)


Hari/Tanggal : Selasa, 23 Maret 2021
Kelas : Psikologi 2018 A, B, C, D, E
Dosen : Muhammad Syafiq, M.Sc.
Sifat : Take Home Exam

Nama : Ivania Ardiningrum


NIM : 18010664053
Kelas : 2018-B

1. Psikologi lintas budaya adalah studi ilmiah yang membahas tentang variasi dalam
perilaku manusia dengan mempertimbangkan berbagai cara, dimana perilaku dapat
dipengaruhi oleh konteks budaya. Sedangkan psikologi budaya adalah studi
komparatif yang menggambarkan bagaimana budaya dan psyche saling
mempengaruhi satu sama lain (Shweder & Sullivan, 1993). Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perbedaan psikologi lintas budaya dan psikologi budaya terletak
pada penyelesaian yang digunakan. Psikologi lintas budaya mempelajari persamaan
dan perbedaan disetiap individu pada berbagai budaya, sedangkan psikologi budaya
hanya melihat perilaku individu yang sesuai dengan budayanya. Namun psikologi
lintas budaya dan psikologi budaya memiliki persamaan yakni sama-sama mengkaji
perilaku manusia baik mental, karakteristik, dan sikap dalam suatu budaya.
Mempelajari dan menerapkan konsep psikologi dalam budaya merupakan hal yang
luar biasa dan tidak mudah, karena pada dasarnya budaya merupakan sekumpulan
sikap, nilai, keyakinan, dan perilaku pada sekelompok besar individu yang selalu
dilestarikan dari generasi ke generasi. Sehingga dengan mempelajari dan menerapkan
konsep psikologi dalam budaya dapat membantu mahasiswa untuk mengetahui
perilaku individu dalam budaya tersebut, serta dapat meningkatkan pemahaman
mahasiswa mengenai budaya di berbagai tempat.
2. Terdapat dua konsep yang menjadi poin kunci dalam memahami psikologi lintas
budaya dan psikologi budaya, yakni Etik dan Emik. Etik merupakan temuan yang
tampak konsisten atau bersifat tetap diberbagai budaya. Sebaliknya, emik merupakan
temuan yang hanya muncul pada satu budaya (Yuniar, 2019). Etik mengacu pada
kebenaran atau prinsip universal, sedangkan emik lebih mengacu pada kebenaran
yang bersifat paten atau khas-budaya tersebut. Peran psikologi budaya terhadap etik
dan emik yakni sebagai dasar pemahaman budaya dan perbedaan budaya serta dapat
menjadi analisa penelitian psikologi lintas budaya dengan membantu memeriksa
aspek perilaku mana yang merupakan bagian dari etnik dan aspek perilaku mana yang
merupakan bagian dari emik. Etnik dan Emik memiliki peranan yang kuat dalam
psikologi lintas budaya dan psikologi budaya. Seperti budaya yang ada di madura,
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kampus Lidah Wetan Surabaya 60213
Telepon: 031-7532160 Fax. 031-
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 7532112
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Laman: http://fip.unesa.ac.id
JURUSAN PSIKOLOGI

disana pasar hanya buka saat hari tertentu seperti senin, rabu, dan jum’at. Sehingga
pada hari-hari tersebut pasar di daerah madura akan terasa penuh dan berdesakan
akibat masyarakat madura berbondong-bondong menuju pasar untuk memenuhi
kebutuhan sehari-hari. Berbeda dengan pasar yang ada di salah satu daerah ponorogo,
pasar disana hanya buka pada tanggal tertentu yakni sesuai dengan penggalan jawa.
Sehingga apabila kedua budaya ini saling bertemu dan tidak dapat memahami budaya
satu sama lain maka akan terjadi salah persepsi.
3. Posisi masyarakat Indonesia dalam perspektif teori dimensi kultural Hofstede
berdasarkan kajian literatur Sihombing & Pongtuluran (2000) :
a) Power distance
Merupakan besar ketidakseimbangan pada masyarakat Indonesia. Power distance
di Indonesa memiliki nilai tinggi yang berarti di Indonesia anak diharuskan sopan
dan patuh kepada guru dan orang tua, sedangkan di Amerika yang memiliki nilai
power distance rendah memperlakukan guru dan orang tua setara dengan anak
atau dirinya sendiri.
b) Collectivism vs Individualism
Merupakan besar hubungan antar individual atau kelompok dengan masyarakat.
Individualism Indonesia menunjukkan nilai yang tinggi, sehingga hubungan antar
individual dengan masyarakat adalah erat. Hubungan yang erat menunjukkan
adanya harmonisasi antar individu dalam menjaga sebuah hubungan.
c) Masculinity vs Femininity
Merupakan hal yang berkaitan dengan perbedaan gender dan preferensi individu.
Amerika memiliki nilai masculinity tinggi, sehingga dengan jelas membedakan
bahwa laki-laki lebih agresif dibanding perempuan. Laki-laki difokuskan untuk
mencapai kesuksesan, sedangkan perempuan diharuskan lebih sederhana dan
memperhatikan kualitas hidupnya. Indonesia dengan masculinity yang rendah
menekanan individu untuk dapat menjaga hubungan dengan memperhatikan orang
lain. Karena pada dasarnya mascukinity juga berkaitan dengan preferensi individu
dalam kelompok masyarakat.
d) Uncertainty avoidance
Merupakan bentuk toleransi atas ketidakjelasan atau derajat pada budaya dalam
mengembangkan institusi untuk menyesuaikan dengan kecemasan akibat
ketidakpastian. Pada dimensi uncertainty avoidance, Indonesia dan Amerika
memiliki nilai yang setara sehingga kedua negara ini mempunyai perspektif yang
hampir sama dalam memberikan toleransi atas ketidakjelasan.
e) Long vs Short term orientation
Merupakan dimensi yang menjelaskan mengenai masyarakat yang menjaga
hubungan dengan masa lalu namun tetap menghadapi masa yang mendatang.
Masyarakat Indonesia memiliki orientasi pragmatis dapat ditunjukkan dengan
masyarakat yang mempercayai adanya kebenaran dan bergantung pada waktu atau
konteks yang ada.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kampus Lidah Wetan Surabaya 60213
Telepon: 031-7532160 Fax. 031-
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 7532112
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Laman: http://fip.unesa.ac.id
JURUSAN PSIKOLOGI

f) Indulgence vs Restraint
Merupakan dimensi yang menjelaskan hubungan masyarakat dalam mengontrol
keinginan berdasarkan lingkungan yang membesarkan mereka. Seperti halnya
masyarakat Indonesia yang merupakan budaya pesimisme sehingga berakibatkan
adanya pengekangan terhadap aktivitas atau perilaku anak.
4. Markus dan Kitayama (1991) mengkategorikan cara pandang individu ke dalam
berbagai macam budaya yakni Independent self dan interdependent self. Kedua
konsep ini dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana masyarakat Indonesia
secara umum, namun masyarakat Indonesia cenderung termasuk dalam bagian
masyarakat Asia atau masyarakat Timur. Secara umum dapat diasumsikan sebagai
orientasi kolektivistik, kebudayaan kolektivistik sebanding dengan interdependent
self karena, interdependent self berakar pada tradisi yang memandang pribadi sebagai
esensi yang tak terpisah dari lingkungan. Interdependet self ini sering kali ditemui dan
di aplikasikan pada kehidupan masyarakat Indonesia seperti masyarakat yang ada di
pulau madura, kebanyakan masyarakat madura dianggap memiliki watak atau
karakteristik yang kuat seperti nada suara yang lantang, tidak memiliki sopan santun,
tidak segan, dan watak yang keras. Namun hal tersebut justru terbalik, masyarakat
madura adalah masyarakat yang memiliki sifat lembut yang sesuai dengan bahasa
sansekerta bahwa kata Madura memiliki arti ramah, manis, dan lemah lembut.
Sebutan tersebut sesuai dengan perilaku masyarakat madura dalam menjalin
persaudaraan, masyarakat madura sangat menjaga hubungan persaudaaran tersebut
dengan baik (Bawono, 2017). Karena pada dasarnya interdependt self merupakan sifat
saling terhubung dan saling bergantungan, sehingga hal tersebut menunjukkan adanya
prinsip bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling bergantung dan tolong
menolong kepada sesama.
5. Psikologi indigenous merupakan studi ilmiah yang mengkaji perilaku dan mental
seseorang yang bersifat pribumi (Kim & Berry, 1993). Psikologi indegenous yang
saya ambil yakni konsep “rasa” dari Suryomentaram. Psikologi indigenous pertama
kali dikaji oleh Darmanto dan Jatman (1991) dengan menemukan profil bahwa
manusia jawab memandang jiwanya sebagai rasa. Rasa terbagi menjadi tiga yakni
rasa obyek, rasa subyek, dan rasa subyek-obyek. Konsep ini menjelaskan mengenai
kepribadian manusia yang sehat dan sejahtera sehingga dapat disebut manusia tanpa
ciri, konsep ini dipandang sebagai suatu gambaran keperibadian yang memiliki aspek
positif. Suryomentaram menggunakan aktivitas mawas diri sebagai bentuk
keberhasilan dalam membentuk pribadi yang tangguh dan optimis. Individu yang
dapat menyesuaikan diri dengan sehat melalui keberhasilan terhadap olah rasa dapat
diidentifikasi dengan memiliki kepribadian tegas, optimis, berkemampuan serta
empatik.

Referensi
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN Kampus Lidah Wetan Surabaya 60213
Telepon: 031-7532160 Fax. 031-
UNIVERSITAS NEGERI SURABAYA 7532112
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN Laman: http://fip.unesa.ac.id
JURUSAN PSIKOLOGI

Bawono, Y. (2017). Studi tentang Self Construal Remaja Etnis Madura dengan Pendekatan
Indigeneous Psychology. Indigenous: Jurnal Ilmiah Psikologi, 1(2), 20–32.
https://doi.org/10.23917/indigenous.v1i1.3429

Kim, U., & Berry, J. . (1993). Indigenous Psychologies. Sage.

Shweder, R. A., & Sullivan, M. A. (1993). Cultural psychology: Who needs it? Annual
Review of Psychology, 44, 498.

Sihombing, O. S., & Pongtuluran D., F. (2000). Pengidentifikasian Dimensi-dimensi Budaya


Indonesia: Pengembangan Skala dan Validasi. Universitas Pelita Harapan, 1–16.

Yuniar, S. (2019). Psikologi Lintas Budaya. UMM Press.

Anda mungkin juga menyukai