Anda di halaman 1dari 4

TUGAS TUTORIAL 1

ILMU SOSIAL BUDAYA DASAR

TUTOR: GANDA FEBRI KURNIAWAN, M.PD.

DISUSUN OLEH :

BAMBANG RENALDY
NIM : 050046491

PROGRAM S1 ILMU HUKUM


UNIT PROGRAM BELAJAR JARAK JAUH (UPBJJ) PEKANBARU
FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS TERBUKA
2023
Nama : Bambang Renaldy
UPBJJ : Pekanbaru
Prodi : Ilmu Hukum

1. Jelaskan bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat menjadi


sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia. Berikan masing-masing contoh
kasus untuk memperjelas jawaban Anda !
Sebelum menelaah bagaimana etnosentrisme, prejudis, dan diskriminasi dapat
menjadi sumber permasalahan bagi bangsa Indonesia, kita perlu mengetahui pengertian
dari masing-masing sikap dalam menanggapi kebudayaan itu sendiri. Porter dan
Samovar (2010) menyatakan sumber utama perbedaan budaya dalam sikap adalah
etnosentrisme, yaitu kecenderungan memandang orang lain secara tidak sadar dengan
menggunakan kelompok kita sendiri dan kebiasaan kita sendiri sebagai kriteria untuk
segala penilaian. Pada sikap ini jelas menunjukkan bahwa secara tidak langsung akan
memunculkan sikap dimana makin besar kesamaan budaya kita dengan mereka, makin
dekat mereka kepada kita, serta sebaliknya makin besar ketidaksamaan kebudayaan
tersebut, makin jauh mereka dari kita. Dasar nya kita akan cenderung melihat kelompok
kita, negeri kita, budaya kita sendiri, sebagai yang paling baik, sebagai yang paling
bermoral. Munculnya pandangan seperti ini tentu akan membuat kita merendahkan
kebudayaan dan golongan lainnya hal ini tentu akan membuat perpecahan dan
membuat kita menjauhi kebudayaan yang dianggap buruk atau tidak lebih baik dari
kebudayaan kita. Pandangan ini juga akan membuat kita menilai rendah budaya
padahal setiap budaya memiliki nilai dan norma yang akan brbeda-beda sehingga tidak
bisa dinilai buruk suatu budaya.
Menurut Agustin (2017) yang dikutip dari Dien Kusma, prejudice adalah
sebuah respon yang berupa keyakinan, perasaan, serta kecenderungan yang berlebihan
atas perilaku individu terhadap individu yang lain. Sikap ini pada awalnya bersifat
prejudice atau prasangka hanya dianggap sebagai pemikiran negatif yang ada didalam
otak saja, namun ketika prasangka-prasangka tersebut menumpuk dalam otak
seseorang kemudian menjadi suatu pemikiran yang negatif akan menimbulkan
kemungkinan cepat atau lambat seseorang individu juga akan bersikap negatif kepada
individu yang lain. Sehingga hal ini dapat menyebabkan prasangka yang buruk
terhadap lain yang menyebabkan pengucilan serta perpecahan yang pada dasarnya
hanyalah tuduhan tidak tepat dan terarah,dan belum pasti kebenarannya. Sikap-sikap
seperti ini cenderung membuat hubungan baik menjadi renggang karena akan saling
menjauhi akibat tuduhan tak berdasar yang tidak menutup kemungkinan akan mudah
menjadi pemasalahan yang kompleks pada masyarakat.
Menurut Theodorson dalam Fulthoni dkk (2009) diskriminasi adalah perlakuan
yang tidak seimbang terhadap perorangan, atau kelompok, berdasarkan sesuatu,
biasanya bersifat kategorikal, atau atribut-atribut khas, seperti berdasarkan ras,
kesukubangsaan, agama, atau keanggotaan kelas-kelas sosial. Pada Istilah tersebut
biasanya akan untuk menggambarkann suatu tindakan dari pihak mayoritas yang
dominan dalam hubungannya dengan minoritas yang lemah, sehingga dapat dikatakan
bahwa perilaku mereka itu bersifat tidak bermoral dan tidak demokratis pada suatu
golongan atau kebudayaan lainnya. Tindakan ini terkadang juga diartikan tidak
manusiawi karena cenderung langsung menyakiti orang atau golongan lain, tentunya
hal ini tidak baik dan tidak harus ditiru karena akan menyebabkan permasalahan serius
dilingkungan masyarakat untuk saling menciderai satu sama lain akibat
ketidaksukaannya terhadap individu atau kelompok bersangkutan.
Contoh sikap diskiriminasi adalah diskriminasi rasial terhadap kelompok
minoritas seperti Tionghoa beberapa kali terjadi di Indonesia. Beberapa kelompok
melakukan perusakan terhadap properti milik minoritas ras Tionghoa. Kasus ini pernah
terjadi di tahun 1998. Sedangkan contoh sikap etnosentrisme adalah konflik
Sampit yang terjadi di tahun 2001, termasuk contoh buruk etnosentrisme di Indonesia.
Kasus ini merupakan ketegangan antar etnis Dayak dan Madura kemudian meluas ke
seluruh Kalimantan. Konflik ini dipicu rasa tidak menghormati dan saling menerima.
Serta contoh sikap prejudis yaitu tingkat prasangka etnis baik mahasiswa Aceh maupun
Papua terhadap Suku Jawa cenderung tinggi yang dikemukakan oleh Zainal Abidin dkk
dalam penelitiannya. Sikap ini muncul disebabkan “panasnya” situasi sosial dan politik
di wilayah Aceh dan Papua berhubungan dengan penilaian mereka terhadap Suku Jawa
yang dinilai memiliki karakter-karakter negatif tertentu, seperti yang terungkap dari
rendahnya nilai rata-rata untuk aspek-aspek prasangka seperti moralitas, anti-sosial,
kekerasan, relijiusitas, dan avoidance.

Sumber Referensi :
1. Dien Kusma Pharamita. 2022. “Prejudice Menurut Tafsir Ibnu Katsir dan
Implikasinya Dalam Pendidikan Agama Islam” dalam Jurnal Ilmiah Multidisiplin
Vol.1, No.9, h. 3127-3145. Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
2. Zanta Rante Saludung, Juanda, Hajrah. 2019. “Diskriminasi mayoritas terhadap
minoritas dalam novel kedai 1001 mimpi karya valiant budi tinjauan sosiologi sastra
(teori diskriminasi pettigrew)” Universitas Negeri Makassar.
3. Zainal Abidin, Efi Fitriana, Sunggoro Trirahardjo. 2001. “Prasangka Etnis
Mahasiswa Aceh Dan Papua Barat Yang Tinggal Di Bandung Terhadap Suku Jawa”
dalam Jurnal Sosiohumaniora Vol. 3, N0. 2, Edisi 1, h. 113 – 126. Bandung :
Universitas Padjadjaran.
4. A.Samovar, Larry dan E.Porter, Richard. 2010. Komunikasi Lintas Budaya :
Communication Between Cultures. Jakarta : Salemba Humanika.
5. Fulthoni, dkk. 2009. Memahami Diskriminasi. Jakarta ILRC

Anda mungkin juga menyukai