Anda di halaman 1dari 28

[20/12 6.

00 PM] Hasni Saputri: Skip to content

BPBD Kabupaten Karanganyar

Terbaru

Agenda Pimpinan

Agenda Pimpinan

Daftar Pejabat BPBD Karanganyar

Bagan Struktur Organisasi

Peta Daerah Rawan Kebakaran Hutan Dan Lahan

Agenda Pimpinan

Agenda Pimpinan

Senin, Desember 21, 2020

BPBD Kabupaten Karanganyar

BPBD KABUPATEN KARANGANYAR

SIAGA PENANGGULANGAN BENCANA TANPA JEDA

Artikel

Pengertian Mitigasi Bencana

Posted on 6 April 2018 Authorbpbd Comment(0)

Pengertian Mitigasi Bencana

adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun
penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana (Pasal 1 ayat 6 PP No 21
Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana).

____________________________________________________________________________
Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan
penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun
faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan,
kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Bencana berdasarkan sumbernya dibagi menjadi tiga, yaitu:

Bencana alam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa oleh alam

Bencana nonalam, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa nonalam

Bencana sosial, adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa/serangkaian peristiwa oleh manusia

Bencana alam juga dapat dikelompokkan sebagai berikut:

Bencana alam meteorologi (hidrometeorologi). Berhubungan dengan iklim. Umumnya tidak terjadi pada
suatu tempat yang khusus

Bencana alam geologi. Adalah bencana alam yang terjadi di permukaan bumi seperti gempa bumi,
tsunami, dan longsor

Penyebab bencana alam di Indonesia:

Posisi geografis Indonesia yang diapit oleh dua samudera besar

Posisi geologis Indonesia pada pertemuan tiga lempeng utama dunia (Indo-Australia, Eurasia, Pasifik)

Kondisi permukaan wilayah Indonesia (relief) yang sangat beragam

____________________________________________________________________________

Mitigasi Bencana
Tujuan mitigasi bencana

Mengurangi dampak yang ditimbulkan, khususnya bagi penduduk

Sebagai landasan (pedoman) untuk perencanaan pembangunan

Meningkatkan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi serta mengurangi dampak/resiko bencana,


sehingga masyarakat dapat hidup dan bekerja dengan aman

Beberapa kegiatan mitigasi bencana di antaranya:

pengenalan dan pemantauan risiko bencana;

perencanaan partisipatif penanggulangan bencana;

pengembangan budaya sadar bencana;

penerapan upaya fisik, nonfisik, dan pengaturan penanggulangan bencana;

identifikasi dan pengenalan terhadap sumber bahaya atau ancaman bencana;

pemantauan terhadap pengelolaan sumber daya alam;

pemantauan terhadap penggunaan teknologi tinggi;

pengawasan terhadap pelaksanaan tata ruang dan pengelolaan lingkungan hidup

Robot sebagai perangkat bantu manusia, dapat dikembangkan untuk turut melakukan mitigasi bencana.
Robot mitigasi bencana bekerja untuk mengurangi resiko terjadinya bencana.

Contoh robot mitigasi bencana diantaranya:

robot pencegah kebakaran

robot pendeteksi tsunami

robot patroli/pemantau rumah atau gedung

Berdasarkan siklus waktunya, kegiatan penanganan bencana dapat dibagi 4 kategori:


kegiatan sebelum bencana terjadi (mitigasi)

kegiatan saat bencana terjadi (perlindungan dan evakuasi)

kegiatan tepat setelah bencana terjadi (pencarian dan penyelamatan)

kegiatan pasca bencana (pemulihan/penyembuhan dan perbaikan/rehabilitasi)

Contoh upaya dalam mitigasi bencana

Mitigasi Bencana Tsunami

adalah sistem untuk mendeteksi tsunami dan memberi peringatan untuk mencegah jatuhnya korban.

Ada dua jenis sistem peringatan dini tsunami, yaitu:

Sistem peringatan tsunami internasional

Sistem peringatan tsunami regional

Berikut adalah contoh video mengenai mitigasi tsunami

mitigasi Tsunami

Mitigasi Bencana Gunung Berapi

Pemantauan aktivitas gunung api. Data hasil pemantauan dikirim ke Direktorat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (DVMBG) di Bandung dengan radio komunikasi SSB.

Tanggap darurat

Pemetaan, peta kawasan rawan bencana gunung berapi dapat menjelaskan jenis dan sifat bahaya,
daerah rawan bencana, arah penyelamatan diri, pengungsian, dan pos penanggulangan bencana gunung
berapi.

Penyelidikan gunung berapi menggukanan metode geologi, geofisika, dan geokimia

Sosialisasi, yang dilakukan pada pemerintah daerah dan masyarakat

Mitigasi Bencana Gempa Bumi

▫ Sebelum Gempa
Mendirikan bangunan sesuai aturan baku (tahan gempa)

Kenali lokasi bangunan tempat Anda tinggal

Tempatkan perabotan pada tempat yang proporsional

Siapkan peralatan seperti senter, P3K, makanan instan, dll

Periksa penggunaan listrik dan gas

Catat nomor telepon penting

Kenali jalure evakuasi

Ikuti kegiatan simulasi mitigasi bencana gempa

▫ Ketika Gempa

Tetap tenang

Hindari sesuatu yang kemungkinan akan roboh, kalau bisa ke tanah lapang

Perhatikan tempat Anda berdiri, kemungkinan ada retakan tanah

Turun dari kendaraan dan jauhi pantai.

▫ Setelah Gempa

Cepat keluar dari bangunan. Gunakan tangga biasa

Periksa sekitar Anda. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama.

Hindari banugnan yang berpotensi roboh.

Mitigasi Tanah Longsor

Hindari daerah rawan bencana untuk membangun pemukiman

Mengurangi tingkat keterjalan lereng

Terasering dengan sistem drainase yang tepat

Penghijauan dengan tanaman berakar dalam


Mendirikan bangunan berpondasi kuat

Penutupan rekahan di atas lereng untuk mencegah air cepat masuk

Relokasi (dalam beberapa kasus)

Mitigasi Banjir

▫ Sebelum Banjir

Penataan daerah aliran sungai

Pembangunan sistem pemantauan dan peringatan banjir

Tidak membangun bangunan di bantaran sungai

Buang sampah di tempat sampah

Pengerukan sungai

Penghijauan hulu sungai

▫ Saat Banjir

Matikan listrik

Mengungsi ke daerah aman

Jangan berjalan dekat saluran air

Hubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana

▫ Setelah Banjir

Bersihkan rumah

Siapkan air bersih untuk menghindari diare

Waspada terhadap binatang berbisa atau penyebar penyakit yang mungkin ada

Selalu waspada terhadap banjir susulan

____________________________________________________________________________
Contoh siklus manajemen bencana:

dm-cycle

Tahap prabencana dapat dibagi menjadi kegiatan mitigasi dan preparedness (kesiapsiagaan).
Selanjutnya, pada tahap tanggap darurat adalah respon sesaat setelah terjadi bencana. Pada tahap
pascabencana, manajemen yang digunakan adalah rehabilitasi dan rekonstruksi.

Tahap prabencana meliputi mitigasi dan kesiapsiagaan. Upaya tersebut sangat penting bagi masyarakat
yang tinggal di daerah rawan bencana sebagai persiapan menghadapi bencana. Kesiapsiagaan adalah
serangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengantisipasi bencana melalui pengorganisasian.

Tanggap darurat bencana adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan dengan segera pada saat kejadian
bencana untuk menangani dampak buruk yang ditimbulkan.

Tahap pascabencana meliputi usaha rehabilitasi dan rekonstruksi sebagai upaya mengembalikan
keadaan masyarakat pada situasi yang kondusif, sehat, dan layak sehingga masyarakat dapat hidup
seperti sedia kala sebelum bencana terjadi, baik secara fisik dan psikologis.

Bpbd

http://bpbd.karanganyarkab.go.id

Related Articles

Navigasi pos

Foto Kegiatan (random)

Kebakaran Lahan Tebu di Wilayah Gagak Sipat Boyolali

Cari untuk:
Cari …

BERITA TERBARU

Agenda Pimpinan

16 Desember 2020

Daftar Pejabat BPBD Karanganyar

16 Desember 2020

Bagan Struktur Organisasi

16 Desember 2020

Peta Daerah Rawan Kebakaran Hutan Dan Lahan

16 Desember 2020

Agenda Pimpinan

16 Desember 2020

Arsip

Arsip

Pilih Bulan

kalender
Desember 2020

S S R K J S M

« Nov

1 2 3 4 5 6

7 8 9 10 11 12 13

14 15 16 17 18 19 20

21 22 23 24 25 26 27

28 29 30 31

Komentar Terbaru

INFORMASI SETIAP SAAT

Instagram

INFORMASI BERKALA

Pusdalops

INFORMASI DIKECUALIKAN

Pemutar Video

00:00
10:36

BPBD Karanganyar | Newspaper Lite by themecentury.

[20/12 6.05 PM] Hasni Saputri: Skip to content

RimbaKita.com

Menyampaikan Informasi Kehutanan dan Lingkungan Hidup!

MENU

RimbaKita.com > ILMU > Mitigasi Bencana – Pengertian, Tujuan, Jenis & Tahapan

Mitigasi Bencana – Pengertian, Tujuan, Jenis & Tahapan

4.2 / 5 ( 13 votes )

Mitigasi Bencana – Tinggal di daerah rawan terhadap berbagai potensi bencana alam, seharusnya
menuntut warga Indonesia melek terhadap penanggulangan bencana. Perihal solusi terhadap bencana
juga telah diatur dalam PP No.21 tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana.
Namun bagi yang masih awam, tentu asing dengan istilah mitigasi bencana.

Apa pengertian, tahapan-tahapan, tujuan, kegiatan, hingga contoh mitigasi bencana? Berikut berbagai
uraiannya untuk menambah pengetahuan kita.

Daftar Isi

Pengertian Mitigasi Bencana

Tujuan Mitigasi

Jenis-Jenis Mitigasi

1. Mitigasi Struktural
2. Mitigasi Non-Struktural

Tahapan-Tahapan Mitigasi Bencana

1. Upaya Mitigasi

2. Kesiapsiagaan

3. Tanggap

4. Pemulihan

Kegiatan dalam Mitigasi Bencana

Contoh Mitigasi Bencana

a. Mitigasi Tsunami

b. Mitigasi Gempa Bumi

c. Mitigasi Tanah Longsor

d. Mitigasi Bencana Banjir

Pengertian Mitigasi Bencana

Berdasarkan Pasal 1 ayat 6 PP No.21 Tahun 2008 Tentang Penyelenggaraan Penanggulangan Bencana,
mitigasi bencana adalah rangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana. Upaya tersebut dilakukan
baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran, serta peningkatan kemampuan menghadapai
ancaman bencana.

Definisi bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam serta mengganggu
kehidupan dan penghidupan masyarakat. Penyebabnya bisa dari faktor alam dan atau faktor non-alam,
hingga faktor manusia yang mengakibatkan timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan, kerugian
harta benda, hingga dampak psikologis.

Bencana dapat berupa kebakaran, gempa bumi, tsunami, letusan gunung api, longsor, banjir, badai
tropis, el nino dan la nina, serta lainnya.
Secara umum, pengertian mitigasi adalah usaha untuk mengurangi dan/atau meniadakan korban serta
kerugian yang mungkin saja timbul. Maka diperlukan perhatian pada tahap sebelum terjadinya bencana.
Terutama pada kegiatan penjinakan atau peredaman.

Pada prinsipnya, mitigasi harus dilakukan untuk semua jenis bencana. Baik bencana alam (natural
disaster) maupun man-made disaster atau bencana akibat perbuatan manusia.

Tujuan Mitigasi

Bencana bisa terjadi kapanpun dan dimanapun dan dapat menimbulkan kerugian hingga korban
manusia. Tujuan utama mitigasi adalah untuk mengurangi risiko serta dampak bencana. Adapun tujuan
lain dari mitigasi antara lain:

Menekan risiko dan/atau dampak yang mungkin terjadi karena suatu bencana. Misalnya tentang korban
jiwa, kerugian ekonomi, serta kerusakan sumber daya alam.

Pedoman bagi pemerintah dalam membuat perencanaan pembangunan di suatu tempat dengan
pertimbangan potensi bencana yang akan terjadi.

Membantu meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat dalam menghadapi risiko dan
dampak bencana.

baca juga: Cara Ternak Belut Sukses - Pemilihan Bibit, Media Kolam, Pakan & Masa Panen

Jenis-Jenis Mitigasi

Secara umum, mitigasi dapat dibagi menjadi dua jenis, yakni mitigasi struktural dan non-struktural.
Mengacu pada arti mitigasi yang sudah dibahas sebelumnya, adapun jenis-jenis mitigasi sebagai berikut:

evakuasi jenazah niaga.asia

1. Mitigasi Struktural

Mitigasi struktural merupakan upaya dalam mengurangi risiko bencana dengan melakukan
pembangunan prasarana fisik. Prasarana fisik yang dibangun harus memiliki standar spesifikasi tertentu
dan memanfaatkan teknologi. Beberapa contoh yang bisa dipelajari misalnya:
Penggunaan sistem peringatan dini untuk memperkirakan adanya tsunami

Membuat struktur bangunan yang tahan terhadap gempa

Menggunakan alat deteksi aktivitas gunung berapi

Pembangunan kanal untuk mencegah banjir

Mitigasi struktural lebih mengedepankan tindakan mengurangi kerentanan terhadap bencana, yakni
dengan melakukan rekayasa bangunan yang tahan bencana. Struktur bangunan yang tahan bencana
yang dimaksud adalah yang tidak mengalami kerusakan berarti dan membahayakan manusia jika terjadi
bencana.

2. Mitigasi Non-Struktural

Merupakan upaya mengurangi dampak bencana yang mungkin terjadi melalui peraturan tertentu atau
kebijakan. Beberapa contoh mitigasi non struktural adalah:

Larangan membuang sampah ke sungai, saluran air, selokan

Mengatur secara baik tata ruang kota sesuai peruntukannya

Mengatur kapasitas dalam pembangunan masyarakat

Mitigasi non-struktural lebih berhubungan dengan pembuatan kebijakan dan peraturannya yang
bertujuan mencegah terjadinya risiko bencana.

Tahapan-Tahapan Mitigasi Bencana

Penanganan bencana dapat dibagi menjadi empat kategori berdasarkan siklus waktunya, yaitu:

pelatihan mitigasi bencana act.id

1. Upaya Mitigasi
Mitigasi dilakukan sebagai tahapan awal penanggulangan bencana alam untuk memperkecil atau
mengurangi dampak bencana. Mitigasi juga bisa berarti kegiatan sebelum bencana alam terjadi.

Contohnya membuat peta wilayah yang rawan akan bencana, membuat bangunan atau hunian tahan
gempa, menanam pohon bakau untuk mengurangi abrasi, penghijauan hutan, memberikan penyuluhan
agar kesadaran masyarakat meningkat terhadap bencana.

baca juga: Infografis - Peran Hutan Melawan Perubahan Iklim

2. Kesiapsiagaan

Kesiapan dan kesiagaan diperlukan ketika merespon terjadinya bencana. Perencanaan dibuat
berdasarkan bencana yang sebelumnya pernah terjadi serta bencana lain yang kemungkinan terjadi.
Tujuannya agar korban jiwa dan kerusakan sarana-prasarana dapat dihindarkan.

3. Tanggap

Dalam menghadapi bencana, diperlukan upaya tanggap untuk meminimalkan bahaya akibat bencana.
Tahap ini berlangsung sesaat pasca bencana. Rencana penanggulangan bencana dilaksanakan dengan
fokus upaya pertolongan korban serta antisipasi kerusakan akibat bencana.

4. Pemulihan

Pemulihan adalah upaya mengembalikan kondisi masyarakat seperti sediakala. Pada tahap ini, fokus
diarahkan pada penyediaan tempat tinggal sementara bagi korban dan membangun kembali sarana-
prasarana yang rusak. Selain itu, evaluasi terhadap langkah penanggulangan bencana juga perlu
dilakukan.

Kegiatan dalam Mitigasi Bencana

Berdasarkan siklus waktunya mitigasi bencana memiliki empat kategori. Dari empat kategori tersebut
terdapat kegiatan yang mengacu pada arti mitigasi, antara lain:
Mengenalkan serta memantau risiko bencana

Merencanakan partisipasi penanggulangan terhadap bencana

Menyuluhkan kesadaran bencana pada masyarakat

Melakukan upaya-upaya fisik, non-fisik, dan mengatur penanggulangan bencana

Identifikasi dan pengenalan sumber ancaman bencana

Memantau penggunaan teknologi tinggi

Mengawasi pelaksanaan tata ruang serta pengelolaan lingkungan hidup

Bagian terpenting dalam penerapan mitigasi bencana adalah pemahaman mengenai sifat bencana.
Sebab setiap tempat memiliki berbagai tipe bahaya yang berbeda-beda. Misalnya ada beberapa daerah
yang sangat rawan banjir dan ada daerah lain yang rawan gempa bumi.

Sebagian besar negara-negara di dunia sangat rentan terhadap kombinasi bencana. Maka dibutuhkan
pemahaman yang baik terhadap berbagai bahaya tersebut.

pemadam api Pixabay

Contoh Mitigasi Bencana

Indonesia merupakan negara dengan wilayah yang rawan bencana alam, seperti banjir, gempa bumi,
tsunami, kebakaran hutan, hingga bencana letusan gunung berapi. Berikut ini beberapa contoh upaya
dalam melakukan mitigasi yang biasanya dilakukan oleh BNPB (Badan Nasional Penanggulangan
Bencana).

a. Mitigasi Tsunami

Menggunakan sistem untuk mendeteksi tsunami dan memberikan peringan untuk mencegah jatuhnya
korban

Sistem peringatan tsunami internasional

Sistem peringatan tsunami regional

baca juga: Salju Abadi di Indonesia dan Belahan Bumi Lain

b. Mitigasi Gempa Bumi


Sebelum Gempa

Membangun hunian/bangunan yang sesuai aturan tahan gempa

Kenali lokasi bangunan tempat tinggal

Tempatkan perabot di area proporsional

Siapkan peralatan khusus dalam 1 kotak, seperti P3K, makanan instan, senter, dll

Periksa penggunaan gas dan listrik

Catat nomor-nomor penting

Kenali jalur evakuasi

Ikuti kegiatan simulasi mitigasi gempa

Ketika Gempa

Tetap bersikap tenang

Hindari sesuatu yang kemungkinan dapat roboh. Jika memungkinkan, berlari ke tanah lapang

Perhatikan tempat anda berdiri karena kemungkinan ada retakan tanah

Turun dari kendaraan dan jauhi pantai

Pasca Gempa

Gunakan tangga biasa dan cepat keluar bangunan

Periksa sekitar. Jika ada yang terluka, lakukan pertolongan pertama

Hindari berada di dekat atau di dalam bangunan yang berpotensi roboh

c. Mitigasi Tanah Longsor

Hindari daerah rawan longsor atau jangan membangun pemukiman di daerah rawan longsor

Mengurangi tingkat keterjelan lereng agar tidak rentan longsor

Menggunakan sistem terasiring dengan drainase yang tepat

Penghijauan dengan menanam tanaman berakar dalam

Mendirikan bangunan dengan pondasi kuat

Menutup rekahan di atas lereng agar air tidak cepat masuk


Relokasi (untuk beberapa kasus khusus)

d. Mitigasi Bencana Banjir

Sebelum Banjir

Penataan terhadap daerah aliran sungai

Pembangunan sistem peringatan dan pemantauan banjir

Tidak membangun rumah atau bangunan lain di bantaran sungai

Buang sampah di tempatnya/tidak membuang sampah di sungai

Pengerukan sungai secara intens

Penghijauan area hulu sungai

Saat Banjir

Matikan listrik

Mengungsi ke daerah yang aman

Jangan berjalan di daerah dekat saluran air

Menghubungi instansi yang berhubungan dengan penanggulangan bencana

Sesudah Banjir

Membersihkan rumah

Menyiapkan air bersih agar terhindar dari diare dan penyakit pasca banjir lainnya

Waspada terhadap sebaran binatang berbisa atau penyakit yang kemungkinan mewabah pasca banjir

Selalu waspada terhadap banjir susulan

Demikian artikel mengenai mitigasi bencana. Sebagai masyarakat yang tinggal di kawasan rawan
bencana, tentu kesadaran akan bahaya bencana dan sikap kita dalam mempersiapkannya perlu dimiliki.

Sebarkan ini:

FacebookTwitWhatsApp

Navigasi pos

Pos sebelumnya
Rantai Makanan di Laut – Organisme, Contoh Penjelasan

Pos berikutnya

Dugong / Duyung – Taksonomi, Morfologi, Habitat, Populasi, Ancaman & Konservasi

Cari Disini:

Cari untuk:

Cari …

🍃 Terbaru

kawasan pemukimanHari Habitat Sedunia – Jaga Habitat Un…

belidaIkan Belida – Taksonomi, Morfologi, Re…

taman nasional gunung palungTaman Nasional Gunung Palung – Sejarah…

🏖 Wisata

taka makassarTaka Makassar – Pulau Pasir Kecil …

sungai maron pacitanSungai Maron – Menyusuri Amazon Pa…

Pantai Bahuluang SelayarPantai Bahuluang – Pulau Unik Dari…

About

Kontak

Disclaimer

Terms & Conditions

Menulis

Arsip

Protection

Privacy Policy

© 2019 | www.RimbaKita.com | 0857.2680.1084

[20/12 6.14 PM] Hasni Saputri: Kumparan Logo


kumparanNEWS

NEWS

17 Desember 2017 10:50

4 Mitigasi Gempa Bumi Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia

Konten ini diproduksi oleh kumparan

4 Mitigasi Gempa Bumi Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia

Seba Baduy. (Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki)

Berada di wilayah yang diapit oleh 3 lempeng tektonik, membuat Indonesia kerap dilanda gempa bumi.
Seperti baru-baru ini, gempa bumi mengguncang Tasikmalaya dan beberapa wilayah di sekitarnya.

ADVERTISEMENT

Keresahan dan kepanikan kemudian menjadi hal yang menyelimuti masyarakat setelah gempa melanda.
Tak selang lama, terminologi 'mitigasi' kerap dilontarkan untuk membekali masyarakat menghadapi
gempa bumi ke depannya.

Biasanya, Jepang adalah negara yang sering dirujuk mengenai urusan gempa bumi. Namun, siapa sangka
bahwa masyarakat Indonesia sendiri sebenarnya telah memiliki cara mitigasi gempa bumi berdasarkan
kearifan lokal mereka. Kearifan lokal sendiri adalah kepribadian, identitas kultural mayarakat yang
berupa nilai, norma, etika, kepercayaan, dan adat istiadat yang diajarkan dan dipraktikkan secara turun
menurun.

Seperti apa mitigasi gempa bumi berbasis kearifan lokal masyarakat Indonesia? Berikut ini kumparan
(kumparan.com) merangkum 4 mitigasi gempa bumi yang berbasis kearifan lokal di Indonesia.

1. Mitigasi Gempa Bumi Suku Baduy


ADVERTISEMENT

Masyarakat Baduy merupakan salah satu suku di Indonesia yang masih mempertahankan nilai-nilai
budaya dasar yang dimiliki dan diyakininya. Masyarakat Baduy saat ini banyak yang mendiami
Pegunungan Keundeng di Kabupaten Lebak, Banten.

Dalam merespons adanya gempa bumi, seperti digambarkan Suparmini dalam jurnalnya tahun 2014
masyarakat Baduy menyiasatinya dengan membuat aturan adat atau pikukuh dan larangan dalam
membangun rumah. Dalam hal ini, bahan bangunan yang digunakan adalah bahan-bahan yang lentur,
seperti bambu, ijuk, dan kiray supaya rumah tidak mudah rusak. Rumah juga tidak boleh didirikan
langsung menyentuh tanah. Hal ini dilakukan supaya rumah tidak mudah roboh.

4 Mitigasi Gempa Bumi Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia (1)

Seba Baduy. (Foto: Antara/Weli Ayu Rejeki)

Selain itu, kolom bangunan dan sambungan tidak boleh menggunakan paku, hanya pasak dan tali ijuk
yang boleh digunakan. Dengan demikian, meski terjadi gempa bumi, tercatat lingkungan masyarakat
Baduy belum pernah mengalami kerusakan hebat.

ADVERTISEMENT

2. Mitigasi Gempa Bumi Masyarakat Mentawai

Masyarakat Mentawai adalah kelompok individu yang tinggal di pulau-pulau kecil di bagian barat
Provinsi Sumatera Barat. Wilayah Mentawai tercatat kerap dilanda gempa bumi dengan skala tinggi.

4 Mitigasi Gempa Bumi Berbasis Kearifan Lokal di Indonesia (2)

Gempa di Mentawai (Foto: Dok. BMKG)

Oleh karena kerap dilanda gempa bumi, masyarakat Mentawai memiliki mitigasi yang berbasis kearifan
lokal tersendiri. Berdasarkan uraian Ade Rahadian, penulis berdarah Minangkabau, mereka memiliki
lagu berjudul Teteu Amusiast Loga (gempa akan datang tupai sudah menjerit).
Lagu tersebut kerap dinyanyikan oleh anak-anak Mentawai saat bermain gasing dari batang bakau atau
manggis hutan juga saat bermain petak umpet. Namun, mereka yang menyanyikannya ini tidak tahu
bahwa ada makna lain di balik lagu ini.

Kata 'Teteu' diartikan sebagai kakek atau juga bisa sebagai gempa bumi. Menurut kepercayaan
masyarakat Mentawai yang beraliran Arat Sabulungan, mereka percaya pada roh-roh penguasa alam
sejagat. Teteu adalah salah satu penguasa bumi. Jika Teteu murka, maka ia akan menggoncangkan bumi
hingga mengeluarkan gempa.

ADVERTISEMENT

Namun, sebelum gempa tersebut mengguncang, ada beberapa pertanda yang disampaikan oleh
binatang. Sebagai contohnya adalah tupai akan gelisah, begitu juga dengan ayam peliharaan akan
berkotek tanpa sebab. Lagu ini tak ubahnya seperti early warning system yang bersifat kultural bagi
masyarakat di Kepulauan Mentawai.

3. Mitigasi Gempa Bumi Masyarakat Tana Ai, Nusa Tenggara Timur

Masyarakat Tana Ai tinggal di Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur. Menurut Ignasius Suban Angin
dalam jurnalnya pada 2016, mereka percaya bahwa bumi diseimbangkan oleh ular naga. Gempa bumi
kemudian akan mengguncang apabila ular naga tidak diberikan sesaji. Ular naga akan berontak karena
murka dan menggetarkan bumi.

Saat gempa bumi terjadi, masyarakat Tana Ai akan berteriak ami norang (kami ada). Hal tersebut
dilakukan untuk menjelaskan kepada ular naga yang sebelumnya merasa tidak ada lagi orang di muka
bumi yang memberinya makan.

ADVERTISEMENT

Saat daerah mereka berguncang, masyarakat Tana Ai berhamburan keluar rumah dan mencari tempat
aman, seperti lapangan terbuka. Mereka membangun barak untuk melindungi anak-anak dan orang tua.
4. Mitigasi Gempa Bumi Masyarakat Bali

Merujuk kepada penelitian I Wayan Subagia tahun 2012, masyarakat Bali belum memiliki pengetahuan
memadai mengenai gempa bumi. Soal gempa bumi, masyarakat di Pulau Dewata, khususnya yang
berada di Desa Culik, Kabupaten Karangasem dan Desa Pengastulan, Kabupate Buleleng percaya bahwa
guncangan tersebut disebabkan oleh pergerakan ular besar (naga).

Pura Besakih di Kaki Gn Agung, Karangasem, Bali (Foto: Nyoman Budhiana/Antara)

Saat gempa bumi terjadi, masyarakat Bali lari bergegas keluar, masuk ke kolong tempat tidur atau
kolong meja, berangkulan satu sama lain, berteriak linuh, linuh, linuh, dan hidup, hidup, hidup.

ADVERTISEMENT

Mitigasi gempa bumi yang dilakukan masyarakat Bali digolongkan sebagai aksi spontan yang dilakukan
secara turun menurun. Aksi spontan tersebut dikelompokkan menjadi 4 macam, seperti mencari
perlindungan, memberitahu orang lain, menyampaikan keadaan diri sendiri, dan memohon
perlindungan kepada Tuhan yang Maha Esa.

News

Gempa Tasikmalaya

Gempa Bumi

Tradisi

Bali

Informasi Redaksi

Laporkan tulisan

Baca Lainnya
Mengapa Gempa Susulan Sering Terjadi Setelah Gempa Besar?

kumparanSAINS

16/12/2017

Gempa Bumi 4,4 SR Guncang Sukabumi

Sukabumi Update

26/05/2018

Tak Perlu Panik, 5 Hal Ini yang Harus Kamu Lakukan saat Gempa Terjadi

kumparanSTYLE

16/12/2017

Bagikan ide, informasi, momen dan cerita kamu melalui

kumparan

Tentang kumparan · Bantuan · Ketentuan dan Kebijakan Privasi·


Panduan Komunitas Kumparan · Pedoman Media Siber · Iklan · Karir

2020 © PT Dynamo Media Network

Version: 1.1.334 (AMP)

[20/12 6.15 PM] Hasni Saputri: Greeners.co

Search...

Search

youtube

instagram

facebook

twitter
Berita HarianKearifan Lokal, Mitigasi Bencana yang TerlupakanDiposting pada 9 Januari
2019KomentarReading time: 2 menitkearifan lokal

Tsunami yang menerjang pantai barat Banten dan Selatan Lampung pada 22 Desember 2018 lalu
menyebabkan ratusan orang meninggal dunia. Foto: BNPB

Jakarta (Greeners) – Kearifan lokal merupakan bagian dari budaya suatu masyarakat yang berada di
suatu wilayah dan tidak dapat dipisahkan dari masyarakat itu sendiri. Kearifan lokal diwariskan secara
turun-temurun melalui cerita, syair, atau pun dongeng. Ternyata melalui cerita rakyat lahir pengetahuan
kearifan lokal yang berkaitan dengan bencana alam, seperti kisah Smong yang menyelamatkan nyawa
warga Simeulue ketika tsunami di Aceh tahun 2004 lalu.Pelaksana Tugas Kepala Pusat Penelitian
Kependudukan LIPI Herry Yogaswara mengatakan, pada tahun 1907, tsunami yang oleh warga setempat
disebut smong pernah menghantam pulau Simeulue. Kejadian itu membekas di ingatan kolektif warga.
Sebagai pengingat tsunami, ada syair yang bercerita tentang kejadian ini dan terus dituturkan dari
generasi ke generasi. Salah satu pesannya adalah jika ada gempa segera lari ke atas bukit, tak perlu
melihat laut surut.“Cerita rakyat mengenai gempa bumi dan tsunami sebetulnya sudah ada, seperti
cerita Smong di Simeulue, Aceh. Saat terjadi tsunami di Aceh pada 26 Desember 2004, meski Simeulue
yang paling awal kena, tercatat hanya tujuh korban meninggal,” tutur Herry kepada Greeners melalui
telepon, Selasa (08/01/2019). Catatan sejarah dan penelitian geologi menunjukkan pulau Simeulue
pernah terlanda tsunami tahun 1797, 1861 dan 1907.BACA JUGA: 2.564 Kejadian Bencana Alam Terjadi
di Indonesia Sepanjang Tahun 2018 Menurut Herry pengetahuan kearifan lokal bisa dijadikan pendidikan
siaga bencana yang sesuai dengan karakteristik lokal dan diperbarui sesuai dengan kejadian-kejadian
bencana terbaru. Kedekatan dengan alam juga menjadikan masyarakat lokal memiliki potensi untuk
penyelamatan mandiri.Sayangnya, tidak semua kearifan lokal diketahui masyarakat setempat. Direktur
Yayasan Merah Putih (YMP) Palu, Amran Tambaru mengatakan bahwa banyaknya korban akibat tsunami
yang terjadi di Palu pada akhir September 2018 lalu juga disebabkan kurangnya pengetahuan terhadap
kearifan lokal.“Sebenarnya dua lokasi likuifaksi di Kota Palu secara tradisional merupakan lokasi
konservasi air. Ini ditandai dengan penyebutan nama dan keterangan para tetua yang masih hidup
hingga kini,” ujar Amran kepada Greeners saat ditemui dalam diskusi media “Audit Tata Ruang:
Menelisik Pengetahuan Lokal Atas Ruang dan Kebijakan Pembangunan Nasional”.BACA JUGA: Mitigasi
Bencana Belum Maksimal, Pemerintah Diminta Audit UU Penataan Ruang Amran mengatakan di Palu
terdapat komunitas adat berbasis kearifan lokal. Komunitas adat tersebut memiliki pengetahuan cara
menyelamatkan diri ketika ada bencana, terutama gempa bumi dan tsunami. Kabupaten Sigi dan Palu
juga memiliki komunitas adat yang masih sangat taat terhadap hukum adat.“Ada komunitas adat Kulawi,
komunitas Wana Persangke, komunitas Wana Ngabulan, komunitas Tojo Una-una dan komunitas
Morowali. Mereka memiliki pengetahuan adat terkait kebencanaan cukup baik, seperti mengetahui jalur
evakuasi untuk anak dan keluarga, tahu pangan-pangan lokal sebagai makanan cadangan di tempat
evakuasi, dan tahu struktur bangunan yang terbuat dari alam sehingga adaptif terhadap bencana,” ujar
Amran.Amran menyayangkan pengetahuan tersebut tidak digunakan sebagai acuan mitigasi bencana
oleh Pemerintah Daerah. Menurutnya pengetahuan kearifan lokal terkait mitigasi bencana bisa
diapresiasi dengan dimasukkan ke dalam kurikulum pendidikan muatan lokal dan dilatih secara terus-
menerus agar mudah diingat.“Harapan saya sinergi pengetahuan modern dan pengetahuan kearifan
lokal ini bisa disatukan. Memang pasti ada kekurangan dan kelebihan tapi intinya bisa mengurangi
korban,” kata Amran.Penulis: Dewi Purningsih

antisipasi bencana, kearifan lokal, mitigasi bencana

ARTIKEL TERKAITLIPI Gaungkan Sains sebagai Dasar Kebijakan Mitigasi BencanaBerita Harian23 Okt 2020

LIPI Gaungkan Sains sebagai Dasar Kebijakan Mitigasi Bencana

Gus Menteri Alokasikan Dana Desa Untuk Antisipasi Dampak La NinaBerita Harian20 Okt 2020

Gus Menteri Alokasikan Dana Desa untuk Antisipasi Dampak La Nina

Hari Pengurangan Bencana Internasional, BNPB Tagih Keterlibatan Semua PihakBerita Harian14 Okt
2020

Hari Pengurangan Bencana Internasional, BNPB Tagih Keterlibatan Semua Pihak

Fauna9 Jul 2019

Ulat Sagu, Penghuni Pohon Sagu yang Lezat Rasanya

sistem peringatanInovasi8 Apr 2019

Mahasiswa Vietnam Kembangkan Sistem Peringatan Banjir Bertenaga Surya

ARTIKEL LAINNYAAksi Masyarakat Adat Tano Batak di Gedung KLHK. Foto: www.greeners.co/Dewi
PurningsihBerita Harian13 Agu 2019

Masyarakat Adat Tano Batak Desak Menteri LHK Lepaskan Konsesi Perusahaan Dari Wilayah Adat

ancaman bencanaBerita Harian29 Mei 2019

LIPI: Pemindahan Ibu Kota Negara Harus Memerhatikan Ancaman Bencana

pp gambutBerita Harian3 Feb 2017

PP Gambut Diminta Segera Dilaksanakan

Biodiesel SawitBerita Harian29 Des 2019

Presiden Joko Widodo Percepat Program Biodiesel Sawit

kualitas air bersihBerita Harian26 Sep 2017


LIPI Berharap Jadi Acuan Standardisasi Kualitas Air Bersih di Indonesia

Jurnalis Bersepeda

Paling Banyak DibacaIkan SidatFauna15 Des 2020

Ikan Sidat, Karnivora Mirip Belut yang Bernutrisi Tinggi

tokek meletFauna17 Des 2020

Mengenal Tokek: Berbagai Jenis dan Mitos di Tengah Masyarakat

foto padang lamun dari dekatFlora18 Des 2020

Padang Lamun, Flora Laut Penting yang Terus Tergerus

manfaat pohon siwalanFlora13 Des 2020

Pohon Siwalan: Alas Tulis Jadul, Bahan Baku Arak, sampai Obat Sakit Gigi

Eceng GondokFlora8 Des 2020

Eceng Gondok, Serba-serbi Gulma yang Kaya Guna

PilihanTweetsKomentarEceng GondokFlora8 Des 2020

Eceng Gondok, Serba-serbi Gulma yang Kaya Guna

limbah kapasMode21 Sep 2016

Pewarna Alami dari Limbah Kapas

pangan lokalPangan10 Nov 2015

Sorgum, Sumber Pangan Lokal Potensial Pengganti Beras

bunga matahariInovasi1 Jul 2016

“Bunga Matahari” Penghasil Listrik dan Panas

pembatasan sampah plastikBerita Harian30 Apr 2019

Kebijakan Pembatasan Sampah Plastik Digugat, Pemerintah Daerah Tidak Gentar

Follow on Instagram
SITEMAP

BERITA

Berita Harian

Editorial

News In English

GAYA HIDUP

Famous Opinion

Mode

Sehat

Ulasan

Tips

Komen Kamu

SOSOK & KOMUNITAS

Sosok

Komunitas

IDE & INOVASI

FLORA & FAUNA

Flora

Fauna

AKSI

GET IN TOUCH

ADDRESS Jl. Taman Radio Dalam Raya No 15

Gandaria Utara, Kebayoran Baru

Jakarta Selatan 12140

021-72784567/48
redaksi@greenersmagz.com

© Copyright 2020, All Rights ReservedHome Terms of Use Privacy Policy About Us

Top

Anda mungkin juga menyukai