Anda di halaman 1dari 37

ASUHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN HIRSCHPRUNG

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :
Anila Liyana Paulin 1908117
Muhammad Isnadur Rofiq 1908181
Ance Mangol 2008007
Ancelina Labobar 2008008
Fransiska Nina 1908154
Sari Febriani 2008078
Ruslan Hidayat 2008007

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
KARYA HUSADA SEMARANG
2020/2021
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Pengertian
Hirschsprung atau Mega Colon adalah penyakit yang tidak adanya sel –
sel ganglion dalam rectum atau bagian rektosigmoid Colon dan ketidak adaan
ini menimbulkan keabnormalan atau tidak adanya peristaltik serta tidak
adanya evakuasi usus spontan (Cecily Betz & Sowden : 2002).
Penyakit Hirschsprung atau Mega Kolon adalah kelainan bawaan
penyebab gangguan pasase usus tersering pada neonatus, dan kebanyakan
terjadi pada bayi aterm dengan berat lahir  3 Kg, lebih banyak laki – laki dari
pada perempuan. (Arief Mansjoeer : 2000 ).
Hirschprung adalah penyakit akibat tidak adanya sel –sel ganglion di
dalam usus yang terbentang ke arah proksimal mulai dari anus hingga jarak
tertentu. (Behrman & vaughan,1992:426)
Hirschprung adalah aganglionosis ditandai dengan tidak terdapatnya
neuron mienterikus dalam sengmen kolon distal tepat disebelah proksimal
sfingter ani (Isselbacher,dkk,1999:255)
Penyakit hirschprung adalah suatu kelainan tidak adanya sel ganglion
parasimpatis pada usus, dapat dari kolon sampai usus halus
( Ngastiyah,2005:219)

B. Klasifikasi
Berdasarkan panjang segmen yang terkena, Hirschprung dapat dibagi menjadi
dua, yaitu :
1) Penyakit hirschprung segmen pendek
Segmen aganglionosis mulai dari anus sampai sigmoid; ini merupakan
70% dari kasus penyakit hirschsprung dan lebih sering ditemukan pada
anak laki- laki dibanding anak perempuan.
2) Penyakit hirschprung segmen panjang
Kelainan dapat melebihi sigmoid, bahkan dapat mengenai seluruh kolon
atau usus halus. Ditemukan sama banyak baik laki – laki maupun wanita.

C. Etiologi
Penyebab dari Hirschprung yang sebenarnya tidak diketahui, tetapi
Hirschsprung atau Mega Colon diduga terjadi karena :
1) Faktor genetik dan lingkungan, sering terjadi pada anak dengan Down
syndrom.
2) Kegagalan sel neural pada masa embrio dalam dinding usus, gagal
eksistensi, kranio kaudal pada myentrik dan sub mukosa dinding plexus.

D. Patofisiologi
Istilah congenital aganglionic Mega Colon menggambarkan adanya
kerusakan primer dengan tidak adanya sel ganglion pada dinding sub mukosa
kolon distal. Segmen aganglionic hampir selalu ada dalam rectum dan bagian
proksimal pada usus besar. Ketidakadaan ini menimbulkan keabnormalan atau
tidak adanya gerakan tenaga pendorong ( peristaltik ) dan tidak adanya
evakuasi usus spontan serta spinkter rectum tidak dapat berelaksasi sehingga
mencegah keluarnya feses secara normal yang menyebabkan adanya
akumulasi pada usus dan distensi pada saluran cerna. Bagian proksimal
sampai pada bagian yang rusak pada Mega Colon (Cecily Betz & Sowden,
2002:196).
Isi usus terdorong ke segmen aganglionik dan feses terkumpul didaerah
tersebut, menyebabkan terdilatasinya bagian usus yang proksimal terhadap
daerah itu karena terjadi obstruksi dan menyebabkan dibagian Colon tersebut
melebar ( Price, S & Wilson, 1995 : 141 ).
Aganglionic mega colon atau hirschprung dikarenakan karena tidak
adanya ganglion parasimpatik disubmukosa (meissher) dan mienterik
(aurbach) tidak ditemukan pada satu atau lebih bagian dari kolon
menyebabkan peristaltik usus abnormal. Peristaltik usus abnormal
menyebabkan konstipasi dan akumulasi sisa pencernaan di kolon yang
berakibat timbulnya dilatasi usus sehingga terjadi megakolon dan pasien
mengalami distensi abdomen. Aganglionosis mempengaruhi dilatasi sfingter
ani interna menjadi tidak berfungsi lagi, mengakibatkan pengeluaran feses, gas
dan cairan terhambat. Penumpukan sisa pencernaan yang semakin banyak
merupakan media utama berkembangnya bakteri. Iskemia saluran cerna
berhubungan dengan peristaltik yang abnormal mempermudah infeksi kuman
ke lumen usus dan terjadilah enterocolitis. Apabila tidak segera ditangani anak
yang mengalami hal tersebut dapat mengalami kematian (kirscher dikutip oleh
Dona L.Wong,1999:2000)

E. Manifestasi Klinis
Bayi baru lahir tidak bisa mengeluarkan Meconium dalam 24 – 28 jam
pertama setelah lahir. Tampak malas mengkonsumsi cairan, muntah
bercampur dengan cairan empedu dan distensi abdomen. (Nelson, 2000 : 317).
Gejala Penyakit Hirshsprung adalah obstruksi usus letak rendah, bayi
dengan Penyakit Hirshsprung dapat menunjukkan gejala klinis sebagai
berikut. Obstruksi total saat lahir dengan muntah, distensi abdomen dan
ketidakadaan evakuasi mekonium. Keterlambatan evakuasi mekonium diikuti
obstruksi konstipasi, muntah dan dehidrasi. Gejala rigan berupa konstipasi
selama beberapa minggu atau bulan yang diikuti dengan obstruksi usus akut.
Konstipasi ringan entrokolitis dengan diare, distensi abdomen dan demam.
Adanya feses yang menyemprot pas pada colok dubur merupakan tanda yang
khas. Bila telah timbul enterokolitis nikrotiskans terjadi distensi abdomen
hebat dan diare berbau busuk yang dapat berdarah ( Nelson, 2002 : 317 ).
Gejala Penyakit Hirshprung menurut ( Betz Cecily & Sowden, 2003)
1. Masa neonatal
a. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 48 jam setelah lahir
b. Muntah berisi empedu
c. Enggan minum
d. Distensi abdomen
2. Masa bayi dan anak – anak
a Konstipasi
b Diare berulang
c Tinja seperti pita dan berbau busuk
d Distenssi abdomen
e Adanya masa difecal dapat dipalpasi
f Gagal tumbuh
g Biasanya tampak kurang nutrisi dan anemi

F. Komplikasi
Menurut Corwin (2001:534) komplikasi penyakit hirschsprung yaitu
gangguan elektrolit dan perforasi usus apabila distensi tidak diatasi.
Menurut Mansjoer (2000:381) menyebutkan komplikasi penyakit
hirschprung adalah:
a. Pneumatosis usus
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
b. Enterokolitis nekrotiokans
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
c. Abses peri kolon
Disebabkan oleh bakteri yang tumbuh berlainan pada daerah kolon yang
iskemik distensi berlebihan dindingnya.
d. Perforasi
Disebabkan aliran darah ke mukosa berkurang dalam waktu lama.
e. Septikemia
Disebabkan karena bakteri yang berkembang dan keluarnya endotoxin
karena iskemia kolon akibat distensi berlebihan pada dindinng usus.
Sedangkan komplikasi yang muncul pasca bedah antara lain:
a. Gawat pernafasan (akut)
Disebabkan karena distensi abdomen yang menekan paru – paru sehingga
mengganggu ekspansi paru.
b. Enterokolitis (akut)
Disebabkan karena perkembangbiakan bakteri dan pengeluaran endotoxin.
c. Stenosis striktura ani
Gerakan muskulus sfingter ani tak pernah mengadakan gerakan kontraksi
dan relaksasi karena ada colostomy sehingga terjadi kekakuan ataupun
penyempitan.

G. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan dengan barium enema, dengan pemeriksaan ini akan bisa
ditemukan:
a Daerah transisi
b Gambaran kontraksi usus yang tidak teratur di bagian usus yang
menyempit
c Entrokolitis padasegmen yang melebar
d Terdapat retensi barium setelah 24 – 48 jam
Pada bayi baru lahir, barium enema tidak selalu memperlihatkan
gambaran yang jelas dari penyakit apabila seluruh kolon tidak mempunyai
sel ganglion. Hal ini terjadi meskipun pengeluaran barium terlambat 24
jam setelah pemeriksaan diagnostik.
2. Biopsi isap rektum
Hendaknya tidak dilakukan kurang dari 2 cm dari linea dentata untuk
menghindari daerah normal hipogang lionosis dipinggir anus. Biopsi ini
dilakukan untuk memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion di sub
mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
3. Biopsi rektum
Biopsi rektum dilakukan dengan cara tusukan atau punch atau sedotan 2
cm diatas garis pektinatus memperlihatkan tidak adanya sel – sel ganglion
di sub mukosa atau pleksus saraf intermuskular.
4. Biopsi otot rektum
Pengambilan otot rektum, dilakukan bersifat traumatik, menunjukan
aganglionosis otot rektum.
5. Manometri anorektal
Dilakukan dengan distensi balon yang diletakan di dalam ampula rektum.
Balon akan mengalami penurunan tekanan di dalam sfingter ani interna
pada pasien yang normal. Sedangkan pada pasien yang megacolon akan
mengalami tekanan yang luar biasa.
6. Pemeriksaan colok anus
Pada pemeriksaan ini jari akan merasakan jepitan dan pada waktu tinja
yang menyemprot. Pemeriksaan ini untuk mengetahu bahu dari tinja,
kotoran yang menumpuk dan menyumbat pada usus di bagian bawah dan
akan terjadi pembusukan.
7. Foto rontgen abdomen
Didasarkan pada adanya daerah peralihan antara kolon proksimal yang
melebar normal dan colon distal tersumbat dengan diameter yang lebih
kecil karena usus besar yang tanpa ganglion tidak berelaksasi. Pada
pemeriksaan foto polos abdomen akan ditemukan usus melebar /
gambaran obstruksi usus letak rendah.

H. Penatalaksanaan
1. Medis
Penatalaksaan operasi adalah untuk memperbaiki portion
aganglionik di usus besar untuk membebaskan dari obstruksi dan
mengembalikan motilitas usus besar sehingga normal dan juga fungsi
spinkter ani internal.
Ada dua tahapan dalam penatalaksanaan medis yaitu :
a Temporari ostomy dibuat proksimal terhadap segmen aganglionik
untuk melepaskan obstruksi dan secara normal melemah dan
terdilatasinya usus besar untuk mengembalikan ukuran normalnya.
b Pembedahan koreksi diselesaikan atau dilakukan lagi biasanya saat
berat anak mencapai sekitar 9 Kg ( 20 pounds ) atau sekitar 3 bulan
setelah operasi pertama
Ada beberapa prosedur pembedahan yang dilakukan seperti
Swenson, Duhamel, Boley & Soave. Prosedur Soave adalah salah satu
prosedur yang paling sering dilakukan terdiri dari penarikan usus besar
yang normal bagian akhir dimana mukosa aganglionik telah diubah.

2. Perawatan
Perhatikan perawatan tergantung pada umur anak dan tipe
pelaksanaanya bila ketidakmampuan terdiagnosa selama periode neonatal,
perhatikan utama antara lain :
a Membantu orang tua untuk mengetahui adanya kelainan kongenital
pada anak secara dini
b Membantu perkembangan ikatan antara orang tua dan anak
c Mempersiapkan orang tua akan adanya intervensi medis ( pembedahan
)
d Mendampingi orang tua pada perawatan colostomy setelah rencana
pulang ( FKUI, 2000 : 1135 )
I. PATHWAYS

Aganglionik
saluran cerna

Peristaltik menurun

Perubahan pola
eliminasi (konstipasi)

Akumulasi isi usus

Proliferasi bakteri Dilatasi usus

Pengeluaran endotoksin Feses membusuk produks gas meningkat

inflamasi diare
Mual & muntah Distensi abdomen

Enterokolitis Penekanan pada diafragma


Anoreksia Drainase gaster

Ekspansi paru
Prosedur menurun
operasi Ketidakseimba Resiko
ngan nutrisi < kekurangan
dari kebutuhan volume cairan
tubuh Pola nafas tidak efektif
Nyeri akut

Imunitas menurun

Perubahan Resiko tinggi


tumbuh infeksi
kembang
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KASUS HIRSCHPRUNG

A. PENGKAJIAN
 Menurut Suriadi (2001:242) fokus pengkajian yang dilakukan pada
penyakit hischprung adalah :
1. Riwayat pengeluaran mekonium dalam 24 jam pertama setelah lahir,
biasanya ada keterlambatan
2. Riwayat tinja seperti pita dan bau busuk.
3. Pengkajian status nutrisi dan status hidrasi.
a. Adanya mual, muntah, anoreksia, mencret
b. Keadaan turgor kulit biasanya menurun
c. Peningkatan atau penurunan berat badan.
d. Penggunaan nutrisi dan rehidrasi parenteral
4. Pengkajian status bising usus untuk melihat pola bunyi hiperaktif pada
bagian proximal karena obstruksi, biasanya terjadi hiperperistaltik
usus.
5. Pengkajian psikososial keluarga berkaitan dengan
a. Anak : Kemampuan beradaptasi dengan penyakit, mekanisme
koping yang digunakan.
b. Keluarga : Respon emosional keluarga, koping yang digunakan
keluarga, penyesuaian keluarga terhadap stress menghadapi
penyakit anaknya.
7. Pemeriksaan laboratorium darah hemoglobin, leukosit dan albumin
juga perlu dilakukan untuk mengkaji indikasi terjadinya anemia,
infeksi dan kurangnya asupan protein.
 Menurut Wong (2004:507) mengungkapkan pengkajian pada penyakit
hischprung yang perlu ditambahkan selain uraian diatas yaitu :
1. Lakukan pengkajian melalui wawancara terutama identitas, keluhan
utama, pengkajian pola fungsional dan keluhan tambahan.
2. Monitor bowel elimination pattern : adanya konstipasi, pengeluaran
mekonium yang terlambat lebih dari 24 jam, pengeluaran feses yang
berbentuk pita dan berbau busuk.
3. Ukur lingkar abdomen untuk mengkaji distensi abdomen, lingkar
abdomen semakin besar seiring dengan pertambahan besarnya distensi
abdomen.
4. Lakukan pemeriksaan TTV, perubahan tanda viatal mempengaruhi
keadaan umum klien.
5. Observasi manifestasi penyakit hirschprung
a. Periode bayi baru lahir
1. Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 -48 jam setelah lahir
2. Menolak untuk minum air
3. Muntah berwarna empedu
4. Distensi abdomen
b. Masa bayi
1. Ketidakadekuatan penembahan berta badan
2. Konstipasi
3. Distensi abdomen
4. Episode diare dan muntah
5. Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya
enterokolitis : diare berdarah, letargi berat)
c. Masa kanak –kanak
1. Konstipasi
2. Feses berbau menyengat dan seperti karbon
3. Distensi abdomen
4. Anak biasanya tidak mempunyai nafsu makan dan
pertumbuhan yang buruk
6. Bantu dengan prosedur diagnostik dan pengujian
a) Radiasi : Foto polos abdomen yang akan ditemukan gambaran
obstruksi usus letak rendah
b) Biopsi rektal : menunjukan aganglionosis otot rektum
c) Manometri anorectal : ada kenaikan tekanan paradoks karena
rektum dikembangkan / tekanan gagal menurun.
Lakukan pengkajian fisik rutin, dapatkan riwayat kesehatan dengan cermat
terutama yang berhubungan dengan pola defekasi
Kaji status hidrasi dan nutrisi umum
- Monitor bowel elimination pattern
- Ukur lingkar abdomen
- Observasi manifestasi penyakit hischprung
Periode bayi baru lahir
- Gagal mengeluarkan mekonium dalam 24 – 48 jam setelah lahir
- Menolak untuk minum air
- Muntah berwarna empedu / hijau
- Distensi abdomen
Masa bayi
- Ketidakadekuatan penambahan berat badan
- Konstipasi
- Distensi abdomen
- Episode diare dan muntah
- Tanda – tanda ominous (sering menandakan adanya enterokolitis)
- Diare berdarah
- Demam
- Letargi berat
Masa kanak – kanak (gejala lebih kronis)
- Konstipasi
- Feses berbau menyengat seperti karbon
- Distensi abdomen
- Masa fekal dapat teraba
- Anak biasanya mampu mempunyai nafsu makan & pertumbuhan yang
buruk
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola nafas tidak efektif b.d kondisi klinis (massa abdomen penuh)
2. Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis (tidak ada sel ganglion)
3. Konstipasi b.d aganglionik
4. Hipovolemia b.d kehilangan cairan aktif
5. Resiko tinggi infeksi b.d imunitas menurun dan proses penyakit

C. SDKI, SLKI, SIKI


SDKI SLKI SIKI
1. Pola nafas tidak efektif Respirasi : Manajemen jalan nafas
b.d kondisi klinis Setelah dilakukan tindakan keperawatan ...x... jam, maka pola nafas 1. Observasi
(massa abdomen tidak efektif menigkat dengan kriteria hasil :  Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman,
penuh)  Penggunaan otot bantu nafas menurun usaha nafas)
 Dispnea menurun  Monitor bunyi nafas tambahan (mis.
 Pemanjangan fase ekspirasi menurun Gurgling, mengi, wheezing, ronkhi)
 Frekuensi nafas membaik 2. Terapeutik

 Kedalaman nafas membaik  Posisikan semi fowler


 Berikan minuman hangat
 Berikan oksigen
2. Nyeri akut b.d agen Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3 x 24 jam Manajemen nyeri
pencedera fisiologis diharapkan nyeri pada pasien berkurang dengan kriteria hasil : Observasi
(tidak ada sel ganglion) Tingkat Nyeri - Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
1. Nyeri berkurang dengan skala 2 frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
2. Pasien tidak mengeluh nyeri - Identifikasi skala nyeri
3. Pasien tampak tenang - Identifikasi respon nyeri nonverbal
4. Pasien dapat tidur dengan tenang - Identifikasi factor yang memperingan dan
5. Frekuensi nadi dalam batas normal (60-100 x/menit) memperberat nyeri
6. Tekanan darah dalam batas normal (90/60 mmHg – 120/80 - Identifikasi pengetahuan dan keyakinan
mmHg) tentang nyeri
7. RR dalam batas normal (16-20 x/menit) - Identifikasi budaya terhadap respon nyeri
KontrolNyeri - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap kualitas
1. Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan hidup pasien
manajemen nyeri - Monitor efek samping penggunaan analgetik
2. Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda - Monitor keberhasilan terapi komplementer
nyeri) yang sudah diberikan
Terapeutik
- Fasilitasi istirahat tidur
- Kontrol lingkungan yang memperberat nyeri
( missal: suhu ruangan, pencahayaan dan
kebisingan).
- Beri teknik non farmakologis untuk
meredakan nyeri(aromaterapi, terapi pijat,
hypnosis, biofeedback, teknik imajinasi
terbimbimbing, teknik tarik napas dalam dan
kompres hangat/ dingin)

3. Konstipasi b.d Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x…jam konstipasi Manajemen konstipasi
aganglionik pasien teratasi dengan kriteria hasil : 1. Identifikasi faktor risko konstipasi
SLKI : 2. Monitor tanda-tanda ruptur
Eliminasi fekal bowel/peritonitis
1. Kontrol pengeluaran feses meningkat 3. Jelaskan penyebab dan rasionalisasi
2. Keluhan defekasi lama dan sulit menurun tindakan pada pasien
3. Konsistensi feses membaik 4. Lakukan massase abdomen
4. Frekuensi defekasi membaik 5. Anjurkan diet (cairan dan serat)
4. Hipovolemia b.d Setelah diberikan intervensi selama …x…. jam maka status cairan Manajemen hypovolemia
kehilangan cairan aktif membaik, dengan kriteria hasil : Observasi
 Kekuatan nadi meningkat  Periksa tanda dan gejala hypovolemia (mis.
 Turgor kulit meningkat Frekuensi nadi meningkat, nadi terba lemah,
 Ortopnea menurun tekanan darah menurun, tekanan nadi

 Dyspnea menurun menyempit, turgor kulit menurun,

 Frekuensi nadi membaik membrane mukosa kering, volume urin


menurun, hematocrit meningkat, haus,
 Tekanan darah membaik
lemah)
 Tekanan nadi membaik
 Monitor intake dan output cairan
 Membrane mukosa membaik
Terapeutik
 Kadar hb membaik
 Hitung kebutuhan cairan
 Kadar ht membaik
 Berikan posisi mified tredelenburg
 Intake cairan membaik
 Berikan asupan cairan oral
Edukasi
 Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
 Anjurkan menghindari perubahan posisi
mendadak
Kolaborasi
 Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis
(mis. NaCl, RL)
 Kolaborasi pemberiancairan IV hipotonis
(mis. Glukosa 2,5%, NaCl 0,4%)
 Kolaborasi pemberian cairan koloid (mis.
Albumin, plasmanate
5. Resiko tinggi infeksi Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama ...x... jam diharapkan Pencegahan Infeksi
b.d imunitas menurun klien terhindar dari resiko infeksi dengan kriteria hasil: 1. Monitor tanda dan gejala infeksi
dan proses penyakit Tingkat Infeksi 2. Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak
imunitas menurun dan Integritas Kulit Baik dengan pasien dan lingkungan pasien
proses penyakit 3. Lakukan perawatan tali pusat
4. Ajarkan ibu cara cuci tangan dengan benar
5. Kolaborasi pemberian imunisasi jika perlu
DAFTAR PUSTAKA

Betz, Cecily, dkk. 2002. Buku Saku Keperawatan Pediatrik, Edisi 3. Jakarta :
EGC.
Hidayat, Alimul Aziz. 2006. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, buku 2. Jakarta :
Salemba Medika
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit, Edisi 2. Jakarta : EGC
Sacharin, Rosa M. 1993. Prinsip Keperawatan Pediatrik, Edisi 2. Jakarta : EGC
Suriadi, dkk. 2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak, Edisi 7. Jakarta : PT. Fajar
Interpratama
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik, Edisi 4. Jakarta :
EGC
PPNI 2020. Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI 2020. Standart Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta
PPNI 2020. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta
Kasus Hisprung
Pengkajian
Pengkajian dilakukan pada tanggal 2 Desember 2020 pukul 07.00 WIB di ruang
Bahagia dilakukan dengan metode autoanamnese dan allo anamnesa, diperoleh
data-data sebagi berikut
Identitas Klien :
Pasien bersama : An. Ade berusia 2 tahun dengan alamat Johar, Semarang,
beragama Islam. Penanggung jawab : Ibu yang bernama Ny. Atik dengan umur 30
tahun. Pekerjaan : Ibu rumah tangga, pendidikan SMP, beragama Islam, alamat :
Johar, Semarang Suku/bangsa : Jawa/Indonesia, Diagnosa medis : Hisprung,
tanggal masuk rumah sakit : 01 Desember 2020
Manifestasi Klinis
Anamnesis
Pada anamnesis keluhan utama ditemukan pada anak adalah nyeri abdomen.
Keluhan orang tua anak Ade muntah-muntah. Keluhan gastrointestinal lain
distensi abdominal, mual muntah dan nyeri kolik abdomen.
Pengkajian riwayat penyakit sekarang
Keluhan orang tua anak Ade dalam satu tahun ini mengalami sembelit dan diare
berulang 4 kali dalam tahun. Anak rewel dan mengeluh nyeri pada abdominal.
Orang tua mengeluh anak mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan.
Usia 2 tahun belum bisa jalan, masih dibantu dengan pegangan.
Pemeriksaan Fisik
Klien tampak lemah, TTV : suhu 390C, Nadi 100 kali/menit. Berat badan 10 kg,
turgor kulit tidak elastis, cubitan pada perut kembali 4 detik.
Pada pemeriksaan area abdomen, lipat paha, dan rectum akan didapatkan :
Inspeksi : ada distensi abdominal. Pemeriksaan rectum dan feses didapat feses
seperti pita berbau busuk
Auskultasi : bising usus 1 kali/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : teraba dilatasi kolon pada abdominal
ASUHAN KEPERAWATAN HISPRUNG PADA ANAK

I. PENGKAJIAN

TanggalPengkajian : 2 Desember 2020


Jam : 07.00 WIB
A. Biodata
1. Identitaspasien

Nama : An. A
T-T-L : Semarang, 30 Novmber 2018
Usia : 2 tahun
Jeniskelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pendidikan :-
Alamat : Johar, Semarang, Jawa Tengah
Tanggal MRS : 1 Desember 2020
Tanggalpengkajian : 2 Desember 2020
Diagnose Medik : Hisprung
2. IdentitasPenanggung Jawab Klien
a. Ibu

Nama :Ny.A
Usia : 30 tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan :IbuRumahTangga
Agama : Islam
Alamat : Johar, Semarang, Jawa Tengah
B. Riwayat Kesehatan
1. Alasanmasuk RS

Sejak 4 hari yang lalu An. A mulai rewel dan mengatakan sakit nyeri
pada perutnya. Setelah mengatakan nyeri dan sakit an. A muntah-
muntah sehari 5 kali. An. A juga mengalami demam tinggi tidak mau
makan. Sebelumnya pernah mengalami diare 4 kali dalam setahun.
2. Keluhanutama

Ibupasien mengatakan pasien mengatakan perutnya nyeri dan badan


demam.
3. RiwayatKesehatanSekarang
Keluarga mengatakan 4 hari yang lalu An. A mulai rewel dan
mengatakan sakit nyeri pada perutnya. Setelah mengatakan nyeri dan
sakit an. A muntah-muntah sehari 5 kali. An. A juga mengalami
demam tinggi tidak mau makan lalu pasien sudah diperiksa di
puskesmas dekat rumah, pasien diberikan obat kemudian pada saat
malam hari suhu tubuh pasien selalu naik dan tidak turun-turun sampai
tanggal 30 November pagi jam 06.00 pasien menangis, badannya
panas, mual, dan muntah, keluarga memutuskan langsung membawa
pasien ke RS di IGD dicek suhu pasien 390C.
4. RiwayatKesehatanlalu
a. Riwayat prenatal care

IbupasienmengatakanbahwasaatmengandungAn.Aibupasienmerasa
kanmualselama 4 bulan masa kehamilan.
Ibupasienmengatakanselalurutinmelakukan pemeriksaankehamilan
1 bulan sekali. An. A saat hamil baik, ibu An.A tidak pernah
menderita sakit saat hamil, gizi ibu An. A saat hamil baik,
mendapatkan tablet tambah darah selalu diminum.
b. Riwayatpersalinan

Jenispersalinan normal danditolongolehbidan di puskesmas, lahir


spontan, langsung menangis, BB lahir 2980 gram, panjang badan
52 cm, lingkar dada 28 cm, lingkar kepala 31 cm, umur kehamilan
9 bulan
c. Riwayatpost natal
Bayilahirsehatdan normal dantidakadariwayatperawatankhusus
5. Riwayatkesehatankeluarga

Ibupasienmengatakanbahwatidakadapenyakitketurunandalamkeluargan
ya.
C. RiwayatImunisasi

N JenisImunisasi Waktupemberian Reaksi


o
1 BCG 1 bulan -
2 DPT 2 bulan, 3 bulan, 4 -
bulan
3 Polio 2 bulan, 3 bulan, 4 -
bulan
4 Campak 9 bulan -
5 Hepatitis B 2-3 bulan Demamringan

D. RiwayatTumbuhKembang
1. PertumbuhanFisik

BB Lahir : 2980 gram BB sekarang : 10 kg


TB Lahir : 52 cm.
2. PerkembanganTiapTahap
a. Berguling : 2 bulan
b. Duduk : 3 bulan
c. Merangkak : 3 bulan
d. Berdiri : 5 bulan
e. Berjalan : 2 tahun masih menggunakan pegangan
f. Senyumkepada orang lain :-
g. Bicarapertama kali :-
h. Berpakaiantanpabantuan :-
E. RiwayatNutrisi

Ibupasienmengatakanpasiendiberikan ASI eksklusif selama 6 bulan berlanjut ke 2 tahun, dan diberi makan tambahan
seimbang
F. Riwayatpsikososial

Pasientinggalbersama keduaorangtuanya. Ibu pasienmengatakandi lingkunganrumahnyatidakada yang


merokokdankeluargapasientampakharmonis.
G. Riwayat Spiritual

Ibupasien selalu mendoakan agarcepatdiberikesembuhan.


H. Reaksihospitalisasi

Ibupasienmengatakaninipertamakalinyaanaknyadirawat di RS dengankeluhannyeri pada perutnya, demam dan muntah-


muntah. Ibupasienberharapanaknyacepatdisembuhkankarenaibutidaktegasaatmelihatanaknya menangis demam dan nyeri pada
perutnya.
I. AktivitasSehari-hari

No Aktivitas Sebelumsakit Saat ini


1 Persepsi Keluarga sangat Mengikuti program pengobatan yang
manajemen memperhatikan kesehatan dilakukan pihak RS
kesehatan pasien
2 Nutrisi Makan 3x sehari, pasien Mengkonsumsi menu diit RS
memiliki makanan favorit
yaitu soup dan sayur bayam
3 Cairan Minum 8 gelas sehari Pasien minum 4 gelas/hari
Pasien mendapat infus D5 ¼ NS 15
Tpm
4 Eliminasi
BAB 1 kali/ 3hari 1 kali / 5 hari , padat, berbau
BAK 6 kali/hari 5 kali/hari, 500 cc/hari
5 Latihan dan Pasien bermain dengan Pasien lemas ingin segera pulang
aktifitas teman sepermainan

6 Kognitif Pasien tidak memiliki Pasien tidak ada keluhan


perceptual gangguan penglihatan,
pendengaran, maupun
perasa
7 IstirahatTidur Siang danmalam Tidakmau tidur. Tidur 4-6 jam perhari
Tidur 6-8 jam perhari Malam sering terbangun karena demam.
Siang tidak pernah tidur karena
mengatakan nyeri.
8 Peran dan Pasien sebagai anak Pasien merasa bosan di RS
Hubungan
10 Personal Hygiene Mandi 2x sehari 1x sehari

11 Keyakinan dan Beragama Islam Hanya beribaringKasur


di tempat tidur
Nilai

J. PemeriksaanFisik
1. Keadaanumum
Kesadaran :Composmentis, pasien tampak lemah dan rewel
2. Tanda-tanda vital
Suhu : 39 OC
Nadi : 96 Kali/menit
Respirasi : 22 kali/menit
3. Antropometri

TinggiBadan : 116 cm
BeratBadan : 10 kg
Lingkarlenganatas : 20 cm
Lingkar kepala : 25 cm
Lingkar dada : 40
Lingkarperut : 35
Status Hidrasi
IWL/hari pada anak = (30 - usia anak dlm th) x BB kg x 8cc
= (30-2) x 10 x 8
= 28 x 10x 8
= 2.240 cc
4. Pemeriksaan Head To toe
a. Kepala

Bentuksimetris, distribusirambutmerata, warnahitam, tidak adalesi,


fontanel tidakcekung, bersih
b. Wajahdan Mata

Bentukwajahsimetris, pertumbuhanbulualisdanbulumatamerata,
warnaskeleraputih.
c. Hidung

Bentuksimetris, tulangparanalislurus,fungsi penciuman baik, bentuk


simetris, terdapat sedikit sekret
d. Mulutdan Gigi

Mukosabibirkering, tidaksianosis, dimulutterdapatjamur,


belumtumbuhgigi
e. Telinga

Bentuksimetris, puncakpinalurusdenganmata, tidakadapengeluaran.


f. Leher
tidak ada pembesaran kelenjar tiroid
g. Dada

I : dada kanan kiri pasien simetris.


P : fremitus seimbang.
P : sonor
A : vasikuler.
h. Abdomen

Inspeksi : ada distensi abdominal. Pemeriksaan rectum dan feses


didapat feses seperti pita berbau busuk
Auskultasi : bising usus 1 kali/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : teraba dilatasi kolon pada abdominal
i. Genetalia

Tidakterkaji
j. Ekstremitas

Bentuksimetris, jarilengkap, CRT >3 detik, kulit teraba tidak


elastis
k. PemeriksaanDiagnostik
No. JenisPemeriksaan Hasil Satuan NilaiRujukan
1 HEMATOLOGI
Hemoglobin 14,1 g/dL 12-16
Hematokrit 55 % 37-47
Leukosit 15,8 Ribu/uL 4.800-11.000
Trombosit 120.000 Ribu/uL 150.000-400.000
Eritrosit 6,13 Juta/ul
2 HEMOSTASIS
PT 12,1 Detik 10,0 – 15,0
PTT 26,5 Detik 20,0 – 40,0
INR 0.950

l. Terapi yang telah didapatkan


Pada tanggal 1 – 2 Desember 2020 telah mendapatkan terapi berupa :
Infus D5 ¼ NS 15 Tpm, injeksi ceftriaxone 125 mg/12 jam ( IV ),
injeksi metamizole 150 mg/ 8jam ( IV ), injeksi Ranitidine 25
mg/12jam. Diet sesuai terapi ( NS ), obat salep Erlamycetin 0,5 g,
Hydrocortisone 2,5 % ( 5 g )
II. ANALISA DATA

No Data Etiologi Problem


.
DS :
1 Agen pencedera Nyeri Akut
P : Pasien mengatakan nyeri bertambah saat banyak gerak fisiologis (Inflamasi)

Q : pasien mengatakan nyeri seperti di tusuk-tusuk

R : pasien mengatakan nyeri tidak menyebar

S : pasien mengatakan nyeri skala 6

T : pasien mengatakan nyeri terus menerus

DO :

Suhu : 390C

Nadi : 100 kali/menit

Anak tampak rewel dan meringis


Hasil lab : Leukosit = 15,8 Ribu/uL
DS : Ibu pasien mengatakan anaknya muntah-muntah sudah 5 kali
2 Kehilangan cairan aktif Hypovolemia
DO :
- Pasien tampak lemah
- Pemeriksaan fisik : mukosa bibir kering, kulit tidak elastis, suhu 390C,
Nadi 100 kali/menit, cubitan pada perut kembali 4 detik
- Hasil lab : hematocrit = 55 ( nilai normal 37 – 47 )
DS : Pasien mengatakan nyeri pada perutnya dan mual
3 Penurunan Motilitas Konstipasi
DO :
gastrointestinal
- Orang tua mengatakan anaknya belum BAB
- Anak tampak lemah
- Pemeriksaan fisik abdomen :
Inspeksi : ada distensi abdominal. Pemeriksaan rectum dan feses
didapat feses seperti pita berbau busuk
Auskultasi : bising usus 1 kali/menit
Perkusi : timpani
Palpasi : teraba dilatasi kolon pada abdominal
III. SDKI, SLKI, SIKI

DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI


SDKI SLKI SIKI

Nyeri Akut berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama Manajemen Nyeri ( I.08238 )
agen pencedera fisiologis 1x24 jam, maka nyeri menurun dengan a Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi,
( inflamasi ) yang dibuktikan dengan keriteria hasil : frekuensi, kualitas, intensitas nyeri
DS : - keluhan nyeri ( 2 ) b Identifikasi skala nyeri
P : Pasien mengatakan nyeri - meringis ( 2) c Identifikasi respon non verbal
bertambah saat banyak gerak - kesulitan tidur ( 2) d Identifikasi faktor yang memperberat
Q : pasien mengatakan nyeri seperti - mual ( 2 ) dan meringankan nyeri
di tusuk-tusuk - frekuensi nadi ( 3 ) e Monitor efek samping penggunaan
R : pasien mengatakan nyeri tidak analgesic
menyebar f Berikan teknik nonfarmakologis untuk
S : pasien mengatakan nyeri skala 6 mengurangi rasa nyeri
T : pasien mengatakan nyeri terus g Kontrol lingkungan yang memperberat
menerus rasa nyeri
DO : h Fasilitasi istirahat dan tidur
Nadi : 100 kali/menit i Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri
Anak tampak rewel dan meringis dalam pemilihan strategi meredakan
Hasil lab : Leukosit = 15,8 Ribu/uL nyeri

Hipovolemia berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Periksa tanda dan gejala hypovolemia
kehilangan cairan aktif yang 1 x 24 jam masalah hypovolemia dapat seperti frekuensi peningkatan nadi, nadi
dibuktikan dengan ibu pasien menurun dengan kriteria hasil : teraba lemah, tekanan darah menurun,
mengatakan anaknya muntah-muntah - Kekuatan nadi sedang ( 3 ) tekanan nadi menyempit, tirgor kulit
sudah 5 kali, DO : pasien tampak - Turgor kulit cukup meningkat ( 4 ) menurun, membrane mukosa kering,
rewel, pemeriksaan fisik : mukosa - Membrane mukosa cukup membaik ( 4 ) hematocrit meningkat, lemah
bibir kering, turgor kulit tidak elastis, - Kadar Ht cukup membaik ( 4 ) b. Hitung kebutuhan cairan
Nadi 100 kali/menit, Suhu 390C, - Suhu tubuh cukup membaik ( 4 ) c. Berikan asupan cairan oral
cubitan pada perut kembali dalam 4 - Intake cairan cukup membaik ( 4 ) d. Anjurkan memperbanyak asupan
detik, Hasil pemeriksaan Lab : caoran oral
hematocrit = 55 ( nilai normal 37 – e. Kolaborasi pemberian cairan IV
47 ) isotonis seperti NaCl, RL
f. Kolaborasi pemberian cairan IV
hipotonis misalnya glukosa 2,5 %,
NaCl 0,4%
Konstipasi berhubungan dengan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama a. Identifikasi masalah usus dan penggunaan
Disfungsi Motilitas 2x24 jam diharapkan masalah disfungsi obat pencahar

Gastrointestinaldibuktikan dengan konstipasi menurun dengan kriteria hasil : a. Identifikasi pengobatan yang berefek pada
kondisi gastrointestinal
DS : Pasien mengatakan nyeri pada - Mual menurun ( 2 )
b. Monitor buang air besar
perutnya dan mual - Nyeri abdomen menurun ( 2 )
c. Monitor tanda dan gejala diare, konstipasi
DO :Orang tua mengatakan anaknya - Distensi abdomen menurun ( 2 )
atau implikasi
belum BAB, Pemeriksaan fisik - Peristaltic usus membaik ( 4 )
d. Berikan air hangat setelah makan
abdomen : e. Sediakan makanan yang tinggi serat
Inspeksi : ada distensi abdominal. f. Jelaskan jenis makanan yang dapat
Pemeriksaan rectum dan feses membantu meningkatkan kelenturan
didapat feses seperti pita berbau peristaltic usus
busuk g. Anjurkan mencatat warna, frekuensi,
Auskultasi : bising usus 1 kali/menit, konsistensi, volume feses

Perkusi : timpani, Palpasi : teraba h. Anjurkan mengurangi asupan makanan


yang menyebabkan peningkatan
dilatasi kolon pada abdominal
pembentukan gas
NO DP TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD
Implementasi Hari 1
1 2/12/2020 Melakukan pengkajian nyeri S: Rofiq
Jam 08.00 P : Pasien mengatakan nyeri di bagian
perut
Q : Pasien mengatakan nyeri seperti
ditusuk-tusuk
IV. IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
R : pasien mengatakan nyeri tidak
menyebar

S : pasien mengatakan nyeri skala 6


T : pasien mengatakan nyeri terus
menerus
O:
-N : 100x/menit
-Rr : 22 x/menit
A : Masalah nyeri belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
2 2/12/2020 Mengkaji status cairan pasien S : Ibu pasien mengatakan anaknya Rofiq
Jam 08. 15 muntah-muntah sudah 5 kali
O : Pasien tampak rewel, turgor kulit
tidak elastis, mukosa bibir kering,
cubitan pada perut kembali dalam 4
detik
A: masalah hypovolemia belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
3 2/12/2020 Mengkaji pola defekasi pasien S : Ibu pasien mengatakan anaknya Rofiq
Jam 08.30 belum BAB selama 5 hari
O : anak tampak rewel menahan nyeri
abdomen
A : masalah nyeri belum teratasi
P : lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai