Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD Dan Managemen Bencana
Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD Dan Managemen Bencana
Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan khususnya mata
ajaran KGD DAN MANAGEMEN BENCANA. Buku panduan praktik laboratorium
keperawatan ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laboratorium KGD dan
Managemen Bencana sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan D-3
Keperawatan.
Buku panduan praktik laboratorium KGD dan Managemen Bencana ini membahas
konsep prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan dengan KGD dan Managemen
Bencana tentang definisi, tujuan, indikasi, persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari
kompetensi hardskill KGD dan Manajemen Bencana.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja berasal dari aspek hard skill, namun
demikian juga berasal dari aspek soft skill yang dapat berperan menjadikan lulusan yang
unggul.Studi di lapangan menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan
mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik laboratorium KGD dan Managemen Bencana ini dapat
dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan. Semoga buku
panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium mahasiswa Prodi D-3
Keperawatan.
Penyusun
HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. VISI DAN MISI FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN. 4
B. PROFIL PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN....................4
C. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN.........................5
BAB II RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. IDENTITAS MATA KULIAH......................................................................................... 6
B. DESKRIPSI MATA AJAR................................................................................................ 6
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN......................................................................................... 6
D. ALOKASI WAKTU............................................................................................................ 7
E. METODE PEMBELAJARAAN....................................................................................... 7
F. EVALUASI........................................................................................................................... 7
BAB III PETUNJUK PRAKTIKUM
A. RJP......................................................................................................................................... 9
B. RJP pada bayi.................................................................................................................... 17
C. RJP pada anak-anak....................................................................................................... 19
D. RJP pada ibu hamil......................................................................................................... 23
E. Penanganan trauma servikal...................................................................................... 31
F. Balut bidai.......................................................................................................................... 37
G. Balut tekan......................................................................................................................... 41
H. Mengeluarkan benda asing dan menjaga kepatenan jalan nafas................44
I. Disasster plan : proses inisiasi awal pada bencana..........................................59
J. Penanganan gigitan ular dan serangga..................................................................75
K. Penanganan keracunan................................................................................................ 87
L. Penanganan luka bakar fase akut dan perawatannya.....................................100
M. Penanganan dan perawatan luka tusuk.................................................................110
N. Penanganan dan perawaan luka amputasi...........................................................117
C. SUMBER REFERENSI
Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of EmergencyNursing:
th
Principles and Practice. 7 ed. Mosby: Elsevier Inc
Proehl, Jean. A. (2009).Emergency Nursing Procedures E-book. Saunders: Elsevier Inc
Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum
(6 Eds). Saunders: Elsevier Inc.
Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014).Emergency nursing made incredibly easy. Wolter
Kluwers
Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders Nursing Survival Guide: Critical
Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders: Elsevier Inc.
BAB III
PETUNJUK PRAKTIKUM
INSTRUKSIONAL KERJA
RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. DEFINISI
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab atau membantu memulihkan kembali kedua-duanya
baik fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.
RJP adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk
dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
RJP adalah cara untuk memfungsikan kembali jantung dan paru-paru.
B. TUJUAN
1. Membantu mencegah kerusakan otak. Otak akan
mengalami kerusakan secara permanen (irreversibel) jika
ia tidak mendapatkan oksigen selama 10 menit atau lebih
2. Mengembalikan fungsi pernafasan pada henti nafas
(respiratory arrest) atau sirkulasi pada henti jantung
(cardiac arrest) pada orang yang fungsi tersebut
gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila
kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Orang yang telah mengalami henti nafas dan henti
jantung (tidak teraba nadi karotisnya) belum tentu sudah benar-benar mati.Ia memiliki
kesempatan untuk dipulihkan kembali jika kurang dari 10 menit otaknya mendapatkan
oksigen maka kemungkinan untuk hidup lagi masih ada.
3. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).
C. INDIKASI
Pemberian bantuan hidup dasar (Basic Life Support) pada korban bencana bila mengalami :
1. Henti Nafas
Ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan korban gawat
darurat.Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Henti nafas dapat terjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan nafas
d. Epligotis
e. Overdosis obat-obat
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit
dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya.Jika pada
keadaan ini diberikan bantuan pernafasan maka sangat bermanfaat agar korban dapat tetap
hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Pernafasan yang terganggu, misalnya tersengal-sengal merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medic yang
bertujuan :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau brhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Pemberian Resusitasi Jantung Paru harus dilaksanakan dengan cermat.
Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1) Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang
2) Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis dan perawat terlatih yang merupakan lanjutan dari survei primer.
D. ALAT
Phantom RJP; Plastik proyektor/ kassa; Ambu bag; Tabung O2
E. PERSIAPAN
1. Fase Orientasi
a. Menyebutkan salam dan perkenalan
b. Menyampaikan tujun
c. Minta persetujuan keluarga klien
F. INSTRUKSIONAL KERJA
1. Fase Kerja
Survei Primer
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi.Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan
dengan abjad C A B.
C. Circulation (Sirkulasi)
A. Airway (Jalan napas)
B. Broeathing (Bantuan napas)
Sebelum melakukan tahapan CAB, harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal
pada korban gawat darurat, yaitu :
a. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
b. Memastikan kesadaran dari korban gawat darurat.
Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban gawat darurat, dapat
dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak!!/ Bu !!/ Mas!!/ Mbak!!.
c. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban gawat darurat tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong”!!untuk mengaktifkan system
pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban gawat darurat.
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban gawat darurat harus dalam
kondisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dank eras. Jika korban
ditemukan dalam keadaan posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke
posisi terlentang. Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan
antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah
terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horizontal dengan alas tidur
yang keras dan kedua tangan diletakkan disamping tubuh.
e. Mengatur posisi penolong.
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban gawat darurat agar saat memberikan
bantuan nafas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau gerakan.
Circulation (Bantuan Sirkulasi)
Tahapan memberikan bantuan sirkulasi terdiri dari 2 tahapan, yaitu:
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban gawat darurat
Ada tidaknya denyut jantung korban/ korban dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis di daerah leher korban, dengan 2 atau 3 jari tangan (jari telunjuk dan jari
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trachea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1-2 cm, raba
dengan lembut selama 5 – 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus
kembali memeriksa pernafasan korban dengan melakukan maneuver tegadah kepala
topang dagu untuk menilaipernafasan korban.Jika tidak bernafas lakukan bantuan
pernafasan, jika bernafas pertahankan jalan nafas.
2. Memberikan Bantuan Sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan
bantuan sirkulasi atau yang disebut kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut:
a. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
b. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum)diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
c. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan
menyentuh dinding dada korban / korban, jari-jari tangan dapat diluruskan
atau menyilang.
d. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,5 – 2 inchi (3,8 – 5 cm).
e. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhan dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi (50 % duty cycle).
f. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada atau merubah posisi tangan
pada saat melepaskan kompresi.
g. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2, dilakukan baik
oleh 1 atau 2 penolong jika korban tidak terintubasi an kecepatan kompresi
adalah 100 x/menit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk kemudian dinilai
apakahperlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80
mmHg, dan diastolic yang sangat rendah, sedangkan curah jantun (cardiac output)
hanya 25 % dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan
korban dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan
sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
A. Airway (Jalan Nafas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
tindakan yaitu :
1. Pemeriksaan Jalan Nafas
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh
benda asing.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan
berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi dengan sepotong kain sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat
dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat
dibuka dengan teknis cross finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
dengan jari telunjuk pada mulut korban.
2. Membuka Jalan Nafas
Setelah jalan nafas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada
korban tidak sadar tonus otot – otot menghilang, maka lidah dan epligotis
akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan
nafas. Pembebasan jalan nafas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara
tengadah kepala topang dagu (head tild chin lift) dan maneuver pendorongan
mandibula. Teknik membuka jalan nafas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun
demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan maneuver lainnya.
B. (Breathing) Bantuan Nafas
Memberikan bantuan nafas terdiri dari 2 tahap yaitu :
1. Memastikan korban tidak bernafas
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengarkan bunyi nafas
dan merasakan hembusan nafas korban. Untuk itu penolong harus mendekatkan
telinga di atas mulut dan hidung korban, sambil tetap mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
2. Memberikan bantuan nafas
jika korban tidak bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut
ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali
hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg) atau
sampai dada korban terlihat mengembang. Penolong harus menarik nafas dalam
saat akan menghembuskan nafas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17 %.Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban gawat darurat setelah diberikan
bantuan nafas.
Cara memberikan bantuan pernafasan :
1. Mulut ke mulut
Bantuan pernafasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke par-paru
korban gawat darurat. Pada saat dilakukan hembusan nafasdari
mulut ke mulut, penolong harus mengambil nafas dalam terlebih
dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruh mulut
korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran
saatmenghembuskan nafas dan juga penolong harus menutup
lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali dari hidung.
Volume udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 700 – 1000
ml (10 ml/kg).volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang
berat dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung.Penolong harus menutup mulut
korban.
3. Mulut ke Stoma
Kompresi dada
1. Untuk semua anak, kompresi dilakukan pada bagian bawah sternum.
2. Cari prosesus xiphoideus dengan mencari sudut dimana tulang rusuk terendah
bergabung di tengah.
3. Kompresi lebarnya satu jari di atas tulang dada ini,
4. Kompresi harus cukup untuk menekan tulang dada, setidaknya sepertiga diameter
antero-posterior dinding dada.
5. "Dorong keras dan cepat".
6. Lepaskan tekanan sepenuhnya dan ulangi pada kecepatan minimal l00 kali/menit (tetapi
tidak lebih dari 120 kali/menit).
7. Setelah 15 kompresi, dongakkan kepala, angkat dagu, dan berikan dua bantuan nafas
yang efektif. Lanjutkan kompresi dan nafas dalam rasio 15:2.
Mekanisme Cedera :
Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) : Baik Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY Inefektif airway b/d … … …
Jalan Nafas : Paten Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …
Obstruksi : Lidah Cairan Benda Asing
Intervensi :
N/A 1. Manajemen airway;headtilt-chin
lift/jaw thrust
Suara Nafas : Snoring Gurgling
2. Pengambilan benda asing dengan
Keluhan Lain: ... ... forcep
3. … …
4. … …
Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif pola nafas b/d … … …
BREATHING 2. Kerusakan pertukaran gas b/d …
……
Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d …
……
CIRCULATION
2. Inefektif perfusi jaringan b/d …
……
Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif perfusi serebral b/d … …
…
DISABILITY
2. Intoleransi aktivias b/d … … …
3. … … …
Diagnosa Keperawatan:
1. Regimen terapiutik inefektif b/d
………
ANAMNESA
2. Nyeri Akut b/d … … …
3. … … …
Intervensi :
1. … … …
2. … … …
Alergi :
Medikasi :
Even/Peristiwa Penyebab:
Tanda Vital :
BP : N: S: RR :
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
1. … … …
2. … … …
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENGERTIAN
Menurut FKUI (2010), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,
sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis
akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dan
sebagainya.
Cedera tulang belakang servikal atas adalah fraktura atau dislokasi yang mengenai
basis oksiput hingga C2.
B. ETIOLOGI
Penyebab trauma tulang belakang (leher dan punggung) adalah kecelakaan lalu lintas (44%),
kecelakaan olah raga(22%),terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja. Lewis (2000)
berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran ataupenarikan. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan
ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan
jaringan lunak yang luas.
2) Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal
terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3) Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh
tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
A. PENGERTIAN
Pembidaian (Splinting) adalah tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh bagian
anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat. Pembidaian dilakukan untuk imobilisasi patah
tulang,dislokasi (sendi yang bergeser) dan juga cedera jaringan lunak di sekitar sendi.
Pembidaian adalah suatu proses immobilisasi tersangka patah tulang. Bidai atau splak
adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan
untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)
memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
B. PRINSIP
a. Bersih
b. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
c. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
d. Bidai dibungkus agar empuk.
e. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.
C. TUJUAN
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen tulang, sendi
yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot, medula spinalis, syaraf perifer,
pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
3. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang (fraktur tertutup jadi terbuka)
4. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada pembuluh
darah.
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka.
D. PERSIAPAN ALAT
Bidai / Spalk, Kasa Gulung, Kapas, Plester, Elastic perban, Mitela/kain, Papan, Bantal,
guling, Selimut
E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pra Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A.DEFINISI
Menghentikan perdarahan setelah pencabutan fistula dengan menggunakan kassa gulung
(depers).
B.T UJUAN
1. Supaya tidak terjadi rembesan darah ketika pelepasan fistula.
2. Mencegah terjadinya perdarahan post Hd di bagian akses cimino ketika pasien pulang
HD.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. DEFINISI
Obstruksi jalan nafas adalah suatu keadaan terdapatnya benda asing di jalan nafas
yang menyebabkan keluar dan masuknya udara terganggu sebagian atau
keseluruhan.Obstruksi jalan nafasdapat disebabkan oleh benda asing, dan pada orang
dewasa sering terjadi pada saat makan.
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas sebagian (partial) atau
komplit (total).Pada obstruksi jalan nafas partial korban mungkin masih mampu melakukan
pernafasan, namun kualitas pernafasan dapat baik atau buruk.Pada korban dengan
pernafasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk
dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda
asing tersebut dapat keluar.
Bila sumbatan jalan nafas partial menetap, maka aktifkan system pelayanan medic
darurat.Obstruksi jalan nafas partial dengan pernafasan yang buruk harus diperlakukan
sebagai obstruksi jalan nafas komplit. Obstruksi jalan nafas komplit(total), korban biasanya
tidak data berbicara, bernafas atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu
jari dan jari lainnya. Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat
terjadi jika tidak diambil tindakan segera.
B. TUJUAN
Membebaskan jalan nafas dari obstruksi
C. INDIKASI
Pada pasien tersedak
D. PENATALAKSANAAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS
1. Manuver Heimlich (Abdominal Trust)
Untuk mengatasi obstruksi jalan nafas oleh benda asing, dapat dilakukan maneuver
Heimlich (hentakkan subdiafragma-abdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan
penyangga ada diparu-paru untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat
mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan nafas.
Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungki
dibutuhkan pengulangan hentakan 6-10 kali untuk membersihkan jalan nafas.
Pertimbangan penting dalam melakukan maneuver Heimlich adalah kemungkinan
kerusakan pada organ-organ besar.
nagemen Bencana 45
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. DEFINISI
Bencana atau disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan / atau faktor non alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang
terjadi secara tiba-tiba.
Sebagai makhluk Tuhan, kita percaya dan yakin bahwa Bumi kita itu hidup dan
diberi ruh oleh Allah swt, oleh karena itu bumi selalu menunjukkan tanda-tanda
kehidupan seperti pergerakan atau para ahli geologi disebut terjadinya proses
pembentukan bumi. Melalui pergerakan bumi akan membentuk diantaranya gunung,
palung disamudera, retak, penyusutan daratan di bibir pantai dan pergeseran letak
gunung. Pergerakan bumi tersebut menimbulkan energi endogen yang menghasilkan
panas sehingga terjadi gunung api yang bila sampai pada suatu titik tertentu akan
menyemburkan lava dan api bersama material yang dikandungnya.
Didalam kitab suci al qur’an disebutkan pula bahwa gunung merupakan pakunya
bumi, yang pada hari kiamat nanti akan dicabut sehingga gunung-gunung akan
beterbangan dan memuntahkan segala isi perutnya yang sangat panas. Gunung-gunung
yang disangka telah mati (tidak aktif) suatu saat nanti akan bangkit dan aktif kembali
bahkan mungkin lebih besar, tenaga itu dikenal dengan tenaga endogen. Tenaga endogen
tersebut menyebabkan gempa yang sangat kuat dan tidak dapat dicegah kecuali
diantisipasi dan diprediksi.Disinilah sebenarnya salah satu kerja nyata ahli geologi untuk
memprediksi dan mengantisipasi ledakan yang dahsyat, muntahkan segala material, awan
panas bahkan lahar dingin seperti kasus merapi beserta gempa.
Memprediksi dan mengantisipasi berguna untuk meminimalisir dampak letusan
gunung api, seperti korban manusia, kematian ternak, kerusakan sumberdaya ekonomi
masyarakat dan kerusakan lingkungan secara massif. Kerja nyata yang berupa hasil
antisipasi dan prediksi tersebut, selanjutnya diinformasikan kepada ahli-ahli dibidangnya
untuk segera dilakukan koordinasi dan sinergisme. Ahli manajemen bencana akan
mempersiapkan masyarakat berupa melatih masyarakat agar memiliki kompetensi
Energy yang berasal dari luar bumi dikenal sebagai tenaga eksogen.Sifat umum
tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga
endogen.Misalnya tabrakan benda luar angkasa ke bumi, serta angin topan dan tenaga
matahari.
Pelepasan tenaga (energy) yang mendadak atau secara tiba-tiba pada zona
penunjaman atau patahan aktif akan menyebabkan getaran dan goncangan. Goncangan
tersebut dikenal sebagai gempa bumi dan apabila beradadi dasar laut maka berisiko
terjadinya tsunami.
Parameter gempa bumi, tenaganya diukur secara instrumental atau magnitude
dengan skala richter. Skala 5 yang ditunjukkan oleh skala richter setara dengan energy
bom atom Hiroshima. Kita sering mendengar gempa berkekuatan 7,5 skala richter, ini
berarti kekuatan gempanya setara dengan 1,5 kali bom atom Hiroshima. Akibat
pergerakan bumi, gempa kurang dari 2 skala richter terjadi 8000 x per hari di dunia.
Itulah salah satu tanda kebesaran Tuhan, bahwa bumi memang memiliki nyawa sehingga
memiliki tanda-tanda kehidupan yaitu bergerak.
1) Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan tim warga tentang
curah hujan dan posisi air pada pintu air.
2) Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai, senter, korek gas
dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
3) Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan
bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
4) Siapkan obat-obatan darurat seperti : oralit , anti diare, anti influenza.
5) Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil.
Yang harus dilakukan saat banjir adalah :
1) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena bencana
2) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk disebrangi.
3) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghidari tereseret arus banjir.
Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
4) Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana seperti kantor kepala desa, lurah ataupun camat.
Yang harus dilakukan setelah banjir adalah :
1) Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur
dan gunakan antiseptic untuk membunuh kuman penyakit.
2) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
sering terjangkit setelah kejadian banjir.
3) Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk.
4) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
c. Kebakaran
Kita mencegah kebakaran hutan dan lahan adalah :
Bagi warga
1) Bila melihat kebakaran hutan dan lahan, segera laporkan ketua RT dan/atau
pemuka masyarakat supaya mengusahakan pemadaman api.
2) Bila api terus menjalar, segera laporkan kepada posko kebakaran terdekat.
3) Bila terjadi kebakaran gunakan peralatan yang dapat mematikan api secara cepat
dan tepat.
4) Tidak membuang putung rook sembarangan
5) Matikan api setelah kegiatan berkemah selesai
6) Gunakan masker bila udara telah berasap, berikan bantuan kepada saudara-
saudara kita yang menderita.
Bagi peladang
Hindari sejauh mungkin praktek penyiapan lahan pertanian dengan pembakaran,
apabila pembakaran terpaksa harus dilakukan, usahakan bergiliran (bukan pada waktu
yang sama) dan harus terus dipantau. Bahan yang dibakar harus sekering mungkin
dan minta pimpinan masyarakat untuk mengatur giliran pembakaran tersebut.
d. Kegagalan Teknologi
Kiat-kiat penanganan dan upaya pengurangan bencana sebagai berikut :
1) Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah teridentifikasi
2) Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material
bangunan ataupun peralatan yang tahan api.
3) Bangun daerah penyangga atau penghalang api sert penyebaran asap/
pengurai asap.
5) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
6) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsure masyarakat, TNI dan Polri
dalam memerangi separatis.
7) Melarang dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk
menggunakan kekuatan massa.
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijaksanaan dan strategi
pertahanan disarankan :
1) Penyelesaian konflik vertical yang bernuansa separatism bersenjata harus
diselesaikan dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna
menghindari korban dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek
ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang bersandar pada peenegakan
hukum.
2) Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARAdiatasi melalui pendekatan
hukum dan HAM.
3) Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor
perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward dan punishment dari strata pimpinan diatasnya.
4) Guna mengantisipasi segala kegiatan separatism ataupun kegiatan yang
berdampak disintegrasi bangsa perlu dibangun dan di tingkatkan institusi inteligen
yang handal.
f. Letusan gunung api
Persiapan dalam menghadapi letusan gunung berapi diantaranya :
1) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENDAHULUAN
Berbagai jenis binatang dapat menggigit manusi, mulai dari hewan jinak yang dipelihara di
rumah sampai dengan hewan buas yang tinggal di alam bebas.Efek gigitan bisa bervariasi,
mulai dari rasa gatal sampai yang mengancam jiwa. Jenis gigitan yang paling berbahaya
justru bisa terjadi di rumah anda sendiri –gigitan orang lain.
Gigitan binatang bisa terjadi karena adanya povokasi ataupun tanpa provokasi
sebelumnya.Gigitan karena provokasi terjadi ketika seseorang mengganggu binatang
misalnya mengganggu anjing yang sedang makan.Gigitan yang tanpa provokasi misalnya
terjadi ketika seseorang sedang berdiri tiba-tiba digigit oleh anjing tanpa alasan yang jelas.
Gejala infeksi merupakan gejala yang harus diwaspadai, biasanya diawali oleh adanya
gejala infeksi sebagai berikut :
1. Kemerahan pada atau sekitar luka gigitan
2. Bengkak
3. Nanah yang keluar dari luka
4. Sakit yang makin hebat
5. Panas disekitar luka
6. Gambaran kemerahan yang keluar dari luka gigitan
7. Demam
Sebagian besar luka gigitan binatang harus dievakuasi oleh dokter di klinik
ataupun UGD rumah sakit karena alasan sebagai berikut :
1. Adanya resiko infeksi
2. Adanya patahan gigi ataupun benda asing lainnya didalam luka
3. Adanya kerusakan saraf ataupun pembuluh darah
Gigitan binatang berikut ini memerlukan evaluasi yang ketat mengingat mempunyai
resiko infeksi yang tinggi :
1. Gigitan anjing – karena luka robekan akibat gigitan.
2. Gigitan kucing – karena luka tusukan gigi akibat gigitan
3. Gigitan binatang buas dan resiko
Beberapa luka memerlukan perhatian khusus antara lain :
1. Gigitan akibat binatang buas atau kucing dan anjing liar
2. Kemungkinan adanya gigi, kotoran atau benda lain didalam luka
3. Perdarahan yang massif
4. Kelemahan atau rasa gatal di area gigitan atau pun tempat yang jauh dari gugatan
1. PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan pertama sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter meliputi :
a. Bersihkan luka dengan air yang mengalir dan sabun segera setelah kejadian gigitan
b. Penyikatan dengan sikat yang halus dapat dilakukan selama pembilasan dengan air
c. Letakkan kain atau perban yang bersih diatas area gigitan untuk menutupi luka
d. Bawa ke klinik atau rumah sakit untuk dilakukan penanganan yang sesuai
Ketika tiba di rumah sakit paramedic harus melakukan evaluasi terhadap resiko infeksi,
mencari luka-luka yang lain, dan minimalkan terjadinya luka parut ataupun deformitas yang
dapat terjadi akibat gigitan binatang tersebut.
Beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain :
1) Inspeksi
Luka gigitan harus diperiksa secara keseluruhan untuk mencari adanya debris
seperti kotoran rumput, gigi, pakaian atau benda lain yang masih tertanam didalam luka
gigitan. Seringkali memerlukan anestesi lokal dengan lidokain untuk menghilangkan
nyeri pada saat pemeriksaan sehingga seluruh bagian dari luka dapat dievaluasi dengan
baik.
2) Foto Rontgen
Untuk melihat ada tidaknya patah tulang binatang yang menggigit dilakukan
pemeriksaan foto rontgen.
3) Irigasi
Irigasi luka merupakan hal yang sangat penting, terutama untuk mencegah
terjadinya infeksi. Berbagai macam tehnikirigasi dapat dilakukan tetapi pada intinya
sama yaitu membuang semua benda yang akan mengkontaminasikan luka.irigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan cairan biasanya NaCl 0,9 % yaitu dengan cara
debridement.
Debridement adalah membuang jaringan yang nekrosis (mati) dan sisa kotoran yang
menempel. Gigitan anjing biasanya merupakan tipe luka robek yang akan menyebabkan
jaringan menjadi compang camping dan tidak bisa diperbaiki, untuk itu jaringan tersebut
harus dibuang. Jaringan tersebut biasanya tidak ada suplai darah akibat pembuluh darah
yang robek sehingga jika dibiarkan jaringan ini akan mati/ nekrosis dan menjadi sumber
infeksi. Selain mengurangi resiko infksi tindakan ini juga akan menyebabkan
penyembuhan luka yang lebih cepat dan lebih baik.
Tidak semua jenis luka gigitan memerlukan penjahitan. Jika terdapat luka gigitan
yang memerlukan penjahitan dapat dilakukan dengan cara primer dan sekunder. Pada
penjahitan yang dilakukan segera setelah luka terjadi disebut penjahitan primer,
sedangkan pada lukak yang ditutup atau dijahit beberapa hari kemudian disebut
penjahitan sekunder.
4) Obat-obatan
Sebagian besar gigitan binatang diberikan pengobatan untuk mengatasi nyeri misalnya
Analgetik (asetaminofen ataupun ibuprofen), jika masih terasa nyeri dapat diberikan
analgetik dari golongan narkotik untuk jangka waktu yang singkat.
Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Beberapa luka yang
memerlukan terapi antibiotik antaralain :
Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga. Insect bites adalah gigitan
yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
b. PENYEBAB
Kebanyakan gigitan serangga dan sengatan terjadi secara tiba-tiba. Gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain
yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning dan semut api adalah anggota
hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang
cukup serius pada orang yang alergi.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali
lebih sering daripada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Ketika lebah menyengat , dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya
ia mati ketika prose situ terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena
tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
c. GEJALA
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi.Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan
kemerahan, bengkak, nyeri dan gatal-gatal disekitar area yang terkena gigitan.Kulit
yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi. Gigitan serangga juga mengakibatkan
bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan pernafasan.
d. PENGOBATAN
Jika terjadi gejala seperti diatas maka berilah antihistamin.Jika gigitan
menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam,
atau kemerahan di tubuh) hubungi dokter.Jika ada luka terbuka, mungkin itu sengatan
racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke
rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai
riwayat tergigit serangga juga harus kebagian gawat darurat jika :
1) Sesak nafas
2) Dada sesak atau sakit
3) Tenggorokan sakit atau susah berbicara
4) Pingsan atau lemah
5) Infeksi
6) Gelisah
PENGOBATAN DI RUMAH
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi.Jika hanya kemerahan dan
nyeri pada tangan yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan.Bersihkan
area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).Partikel-partikel dapat mengkontaminasi
lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti dipenhidramin (Benadryl)
dalam bentuk krim/ salep atau pil.Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi
gatal-gatal.
4. RABIES
Rabies merupakan suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan
peradangan otak dan medulla spinalis.Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus, yaitu virus
rabies.Serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise,
perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang.Gejala yang sering muncul adalah
eksitabilitas dan aerophobia.Sedikit rangsangan berupa cahaya, suara, bau, angin sepoi-sepoi
dan mencoba untuk minum air dapat menimbulkan reflek kejang-kejang.Oleh karena itu
penderita rabies tidak dapat minum.Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga
disebut hydrophobia (takut air).
Gangguan pada susunan saraf pusat (central nervous system) atau yang biasa disebut
encephalomyelitis akut dan fatal (radang yang mengenal otak dan medulla spinalis) dapat
menyebabkan lumpuh atau cacat.Virus rabies dapat bersembunyi dengan baik dari system
kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tidak adanya perkembangan respon kekebalan
tubuh, sehingga tubuh sulit untuk melawan.
Penyakit ini dapat ditimbulkan oleh gigitan atau cakaran binatang liar yang telah
terinfeksi virus rabies.Prinsipnya semua hewan berdarah panas bisa terinfeksi rabies, tetapi
penyakit ini sangat sering ditemukan pada anjing, serigala, kucing, kelelawar dan monyet.
a. Pengobatan Luka Gigitan (Pertolongan Pertama)
Cara yang yang paling efektif untuk mencegah rabies adalag segera bersihkan luka
gigitan atau cakaran binatang dengan sabun atau deterjen lalu dibasuh dengan air.Luka
sebaiknya tidak dijahit kecuali dengan alasan kosmetik yang tidak dapat dihindarkan atau
untuk alasan dukungan jaringan. Bila diperlukan jahitan, dilakukan
setelah pemberian infiltrasi lokal antiserum, jahitan tidak boleh terlalu erat dan tidak
menghalangi pendarahan dan drainase. Setelah dibersihkan dengan baik luka diberi
alcohol 70%, yodium tincture.
Hal-hal yang diuraikan berikut ini adalah sebagai petunjuk umum yang harus
dilakukan dalam upaya profilaksasi terhadap rabies dalam rangka sebagai situasi yang
berbeda :
1) Apabila seseorang digigit binatang dan bukan karena provokais, dari binatang
tersebut tidak tertangkap dan didaerah tersebut rabies menyerang spesies binatang
tersebut maka kepada korban diberikan HRIG dan vaksin. Gigitan
oleh karnivora liar dan kelelawar, orang tersebut dianggap potensial terpajan
dengan rabies, kecuali dibuktikan negative dengan pemeriksaan laboratorium.
2) Apabila fasilitas pemeriksaan laboratorium tersedia, maka anjing yang menggigit
tersebut harus dibunuh segera (dihadiri oleh pemilik dan petugas kesehatan) dan
diambil otaknya untuk diperiksa dengan teknik FA. Hasil pemeriksaan laboratorium
ini akan menentukan apakah seseorang memerlukan pengobatan anti rabies ataukah
tidak.
3) Keputusan untuk memberikan HRIG atau vaksin segera setelah terpajan dengan
anjing atau kucing, atau selama dilakukan pengawasan terhadap binatang tersebut
didasarkan kapada : perilaku binatang tersebut selama dilakukan observasi; apakah
didaerah tersebut ada rabies dan kondisi gigitan.
PEDOMAN PENANGANAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES
KASUS GIGITAN
(anjing, kucing, kera, hewan liar)
1. Perawatan luka gigitan : luka dicuci dengan air dan sabun / detergent 5 – 10 menit,
kemudian beri alcohol 70% atau betadine, pencegahan infeksi dan bakteri jika perlu.
2. Luka parah / berbahaya : luka gigitan multiple, luka di muka, kepala, leher, jari
tangan, jilatan pada mukosa.
3. Luka ringan /tidak berbahaya : jilatan pada kulit, cakaran/ abrasi, gigitan ditangan /
kaki/ badan.
4. Hentikan vaksinasi jika hari ke 5 hewan sehat.
5. Luka tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi.
6. Disekitar luka yang terpaksa harus dijahit, suntikkan SAR sebanyak mungkin, sisanya
suntikkan IM.
7. Macam VAR : suckling mice brain (SMB) biofarma, purified vero rabies, human diploid
cell.
8. Macam SAR :
a. Serum heterolog serum kuda biofarma. Dosis 0,5cc/Kg BB atau 40 Ul/KgBB
b. Serum homolog imugam, hyperab. Dosis : 20 Ul/Kg BB
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN KERACUNAN
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENDAHULUAN
Keracunan merupakan kejadian dimana terpaparnya zat kimia ke dalam tubuh yang
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinsaluran cernakan bahkan sampai
kematian.Keracunan merupakan salah satu kejadian yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Masuknya racun kedalam tubuh bisa terjadi secara disengaja seperti pada kasus
bunuh diri maupun tidak sengaja karena suatu kecelakan.
Proses keracunan sendiri dapat terjadi secara cepat dan fatal yang segera menjadi
keadaan gawat darurat yang mengancam nyawa maupun terjadi secara perlahan-lahan dan
lama kemudian menjadi keadaan gawat darurat. Racun dapat berupa gas, padat maupun cair.
Racun dapat mempengaruhi tubuh melalui berbagai cara yaitu menghambat dan mengganggu
fungsi normal dari sel, merubah fungsi normal dari organ atau merubah ambilan normal atau
transport suatu zat di dalam tubuh.
Berdasarkan cara masuknya racun :
1. Racun yang tertelan (masuk ke dalam saluran cerna)
2. Racun yang terhisap (masuk melalui saluran nafas)
3. Racun yang terserap (melalui kulit)
4. Racun melalui suntikan
Istilah toxidrome berarti kumpulan tanda dan gejala yang terlihat setelah
terpaparnya suatu zat (jejak racun). Toxidrome meliputi sekumpulan gejala karena
gangguan terhadap fisiosaluran cerna, tanda vital, penampilan umum, kulit, mata,
mukosa membrane, paru, jantung, abdomen dan pemeriksaan nerolosaluran cerna yang
diketahui sebagai akibat pemaparan suatu zat yang biasanya akan membantu dalam
menegakkan diagnosis ketika zat pemapar tidak
Diketahui secara pasti bahwa penemuan klinis tersebut akanmempersempit kemungkinan
penyebab keracunan.
Beberapa contoh gambaran toxidromes antara lain :
Toxidrome Agen Gejala Umum Gejala Tambahan Tindakan
Opioid Heroin, Depresi ssp, Hipotermia, Bantuan
Morpin miosis, depresi bradikardia, ventilasi atau
nafas edema paru pemberian
nalokson
Simpatomimetik Cocain, Saluran cerna Kejang, infark Cooling, sedasi,
amfetamin atas, midriasis, miokard hidrasi
diaphoresis,
takikardia,
hipertensi,
Hipertemia
Kolinersaluran Pestisida Salvias, Bradikardi, ABC, ,atropine,
Cerna lakrimasi, miosis, kejang, pralidoxime
diaphoresis, gagal nafas,
mual, muntah, paralisis
fasikulasi,
kelemahan,
ngompol.
C. DEKONTAMINASI
Penanganan umum terhadap saluran cerna besar paparan racun adalah pengeluaran
pasien dari zat racun atau pengeluaran zat racun dari pasien.Racun diluar tubuh harus
dibersihkan racun di dalam tubuh bisa diikat didalam lumen usus sehingga tidak bisa diserap,
atau meningkatkan pengeluaran racun melalui usus, darah atau tissue.
Jika racun masih menempel di kulit atau baju pasien, dekontaminasi dilakukan dengan
membuka seluruh pakaian pasien dan memandikan pasien.Pasien yang memerlukan bantuan
harus ditunggui oleh orang dengan alat proteksi diri yang lengkap di tempat terpisah. Tubuh
pasien harus digosok dengan menggunakan sikat lembut
sehingga tidak melukai kulit mereka (karena bisa menyebabkan racun racun masuk melalui
kulit yang terluka). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan pasien, pakaian, sepatu,
kaos kaki, jam tangan, serta perhiasan harus diwaspadai sebagai benda yang mungkin
mengandung racun. Gross dekontaminasi ini akan menyebabkan penyebaran penyakit
diantara anggota staf dan pasien lain. Dekontaminasi terdiri dari :
1. Dekontaminasi mata
Jika paparan racun mengenai mata, maka mata harus dibilas/ diirigasi dengan
airbersih atau cairan isotonis (NaCl 0,9%) selama 15 menit/ suhu 15-35 0C setelah
diberikan obat anestesi seperti pantocain tetes mata sampai dengan racun yang mengenai
mata berkurang atau hilang. Yang perlu diperhatikan, jangan memberikan salf mata dan
segera konsul jika iritasi menetap serta terjadi ulkus pada kornea.
2. Dekontaminasi kulit
jika racun mengenai kulit maka basahi kulit dengan air mengalir sambil melepaskan
pakaian, bilas dengan air hangat banyak sambil memberikan penanganan standar luka
bakar. Kemudian bawah kuku dibersihkan/ disikat serta rambut dikeramas.Lakukan
pengontrolan 24 – 72 jam dan hari ke 7.Perhatian, jangan melepas baju jika melekat pada
kulit, dan jangan menggosok/ menyikat kulit serta petugas kesehatan harus terlindungi
jika korban terjadi luka bakar yang sangat luas atau agent toksik.
3. Dekontaminasi Saluran Cerna
Upaya pengosongan lambung
a. Muntah
Muntah terjadi dengan pemberian sirup ipecac/ susu, anak 100 cc, dewasa 200
cc. dilakukan pada pasien sadar penuh. Dosis tersebut bisa diulang jika muntah
tidak terjadi setelah 30 menit. Rata-rata 90% pasien muntah
dalam jangka waktu 20 menit setelah dosis pertama, dan naik hingga 97% jika dosis
kedua diberikan. Beberapa pasien muntah kurang dari 3 sampai 5 kali, dan
gejalanya hilang dalam waktu 2 jam.
Sirup ipecac masih menguntungkan jika bisa segera diberikan di rumah
setelah racun tertelan yang mungkin masih berada di dalam lambung dan tidak
terjadi kontraindikasi.
b. Kumbah/ bilas lambung
Cara utama pengosongan lambung adalah bilas lambung menggunakan NGT,
dimana pasien berbaring diposisi miring kiri (left lateral decubittus). 36 sampai 40
french pipa NGT digunakan untuk orang dewasa (22 sampai 24 french tube untuk
anak-anak), yang dimasukkan setelah pengukuran kedalaman secara teliti (dari dagu
hingga xipoid process). Posisi yang benar harus dilakukan dengan insuffation udara
untuk memastikan penempatan yang tepat didalam perut.Lavage dengan air bersuhu
ruangan biasanya berlanjut hingga effluent bersih.Sebelum tube dilepas, karbon
aktif harus dilarutkan dalam dosis 1g/kg, jika terindikasi.
Kontraindikasi dari prosedur ini adalah pil yang tidak sesuai dengan lubang
NGT, menelan zat yang non racun, menelan zat yang tidak mengancam jiwa,
tertelan zat yang kaustik, pasien yang integritas airwaynya tidak stabil, atau
menelan racun yang lebih merusak paru-paru daripada saluran cerna.
Komplikasi prosedur ini adalah pemasukan tube ke trachea, aspirasi,
esophageal, atau perforasi lambung, penurunan oksigen selama prosedur dan
ketidakmampuan mengeluarkan tube setelah dimasukkan (pembentukan simpul).
Hal yang perlu diperhatikan pada korban penurunan kesadaran dan kejang.
Jika bahan racu bersifat zat korosif, asam kuat/ basa kuat, fenol, striknim, senyawa
hidrokarbon tidak boleh diberikan susu dan dirangsang muntah.
c. Penyerapan racun dalam lumen usus
1) Karbon aktif
Zat yang paling tepat untuk dekontaminasi saluran cerna adalah karbon aktif,
yang dihasilkan oleh pyrolisis zat karbon dan diaktivasi oleh steam cleaning
untuk meningkatkan wilayah permukaannya.Karbon aktif ini menyerap racun
dalam lumen, membuat racun sediki terserap jaringan dan meningkatkan
pengeluaran.Juga membentuk free-drug concentrationgradient yang membantu
pergerakan kembali kedalam saluran cernalumen untuk meningkatkan
pengeluaran (Saluran cera dialysis), dan bisa menyalurkan obat dalam empedu,
sirkulasi enterohepatik.Keuntungan dari tehnik ini adalah kemampuannya untuk
dekontaminasi usus tanpa memerlukan prosedur invasive, pemberian yang cepat
dan keamanannya yang telah terbukti pada anak-anak dan orang dewasa.
Karbon aktif umumnya diberikan menggunakan air dan jus melalui mulut atau
tube nasogastric dengan dosis 10:1, artinya sepuluh saluran cerna karbon aktif
untuk menyerap 1 saluran cernaan racun.Atau dalam 1g/kg dosis karbon aktif
yang pertama sering diberikan dalam katartik untuk mengurangi saluran cerna
transit time.Sorbitol dan magnesium citrate solution adalah katartik yang paling
sering digunakan.
Kontraindikasi terhadap karbonteraktivasi adalah isolated tertelan zat yang
harusnya tidak diserap karbonteraktivasi (seperti besi, lithium, atau timbale),
atau jika pasien harus menjalani pemeriksaan endoskopi. Resikonya adalah
aspirasi dan obstruksi pada pasien dengan motilitas usus abnormal. Indikasi
yang jelas pemberian karbonteraktivasi adalah menelan zat obat yang bisa
diserap atau setelah tertelan zat yang tidak diketahui
oleh pasien dengan jalan nafas yang intak.
Dosis berlebih karbonteraktivasi
satu dosis karbonteraktivasi biasanya cukup untuk mendapatkan efek
terapeutik,. Tetapi dosis berlipat karbon teraktivasi harus diberikan dalam
keadaan tertentu, misalnya setelah tertelan dosis yang sangat besar, zat-zat yang
membentuk bezoars dalam saluran cerna, racun yang memperlambat fungsi
usus, atau racun yang dikeluarkan secara perlahan ke dalam usus lumen. Dosis
berlipat karbon teraktivasi biasanya diberikan sebagai berikut : dosis pertama
sampai dengan 1g/kg berat badan, kemudian diikuti dengan dosis lanjutan 0,25
sampai 0,5 g/kg. Dosis karbonteraktivasi yang diulang harus diberikan dalam
interval 1 sampai 4 jam.Untuk mencegah hilangnya cairan yang berlebihan dan
ketidakseimbangan elektrolit, hanya dosis pertama yang diberikan dengan
katartik.
Dosis berlipat karbonteraktivasi berkontraindikasi pada pasien yang mengalami
penurunan usus motality, karena risikonya adalah aspirasi gastric distention, dan
dampak karbon dalam usus.Keuntungan dosis berlipat karbonteraktivasi adalah
perolehan rasio 10:1 karbonteraktivasi terhadap obat pada pasien dengan
tertelan yang sangat besar dan menyebabkan usus dalam lumen setelah tertelan
zat-zat yang memiliki sirkulasi enteroenterik atau enterohepatik yang
besar.Pasien yang terkena racun yang mengancam jiwa yang telah menurunkan
usus motility bisa mendapatkan dosis berlipat, tetapi perut harus disuction
sebelum pemberian dosis berikutnya untuk memperkecil distention.
2) Katartik
Biasanya karbonteraktivasi diberikan dengan katartik osmotic, misalkan 70%
cairan sorbitol (1g/kg) atau 10% cairan magnesium citrate (dengan
dosis 250 ml untuk orang dewasa dan 4 ml/kg untuk anak-anak). Katartik
telah terbukti menurunkan transit time karbonteraktivasi (dan mungkin racun
yang terserap) melalui saluran cerna.
Indikasi penggunaan katartik umumnya sama dengan pemberian
karbonteraktivasi. Saat diberikan dosis berlipat karbonteraktivasi, hanya dosis
pertama yang disertai katartik, untuk membatasi komplikasi.Komplikasi
pemberian katartik adalah mual, nyeri perut, dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit dan perpindahan cairan yang sangat besar, dan hipermagnesemia pada
pasien dengan gangguan ginjal.
Kontraindikasi penggunaan katartik adalah setelah tertelan zat yang
mengakibatkan diare, anak-anak dibawah 5 tahun, pasien dengan gagal ginjal
(hanya katartik yang mengandung magnesium yang berkontraindikasi),
obstruksi usus atau tertelan zat kaustik.
d. Dekontaminasi Saluran Nafas
Merupakan dekontaminasi yang dilakukan diruangan terbuka, dengan cara
melonggarkan semua pakaian korban, nilai oksigenasi jika tidak ada nafas
berikan nafas buatan dengan menggunakan ambu.
D. PROSEDUR PENATALAKSANAAN KERACUNAN
A. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon, NaCl, Set pemasangan NGT, Stetoskop, Handscoon steril.
B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1) Pra Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
Pertolongan Keracunan secara khusus
1) Keracunan Makanan
(1) Pertolongan Keracunan Botulinum
Korban harus segera dibawa dan dirawat di rumah sakit, karena
pertolongan hanya dengan penyuntikan serum antitoksin yang khusus untuk
botulinum.
(2) Pertolongan Keracunan Jamur
Apabila tidak ada muntah-muntah, penderita di rangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganate
(1 gram Pk dalam 2 liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur
susu. Bila ada gangguan napas, berikan bantuan pernapasan buatan, setelah
itu bawa penderita ke rumah sakit
(3) Pertolongan Keracunan Jengkol
Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya.
Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.
Pada keracunan yang berat, penderita harus dibawa dan dirawat di rumah
sakit.
(4) Pertolongan Keracunan Makanan Laut
Korban agar dibuat muntah agar racun yang tertelan dapat dikeluarkan
kembali. Bila sudah muntah dan memang memungkinkan cucilah lambung
dengan memberikan minum kalium permanganas encer (1 gram dalam 2
liter air). Segera bawa kerumah sakit jika tidak ada perkembangan
membaik, Obat khusus untuk mengobati keracunan binatang-binatang laut
sampai sekarang belum ada.
(5) Pertolongan Keracunan Singkong
Buatlah pernafasan buatan ,setelah sadar usahakan agar si korban
muntah, sehingga singkong dan racunnya bisa keluar. Bila bisa membeli di
apotik, belilah uap amyl nitrit, berilah uap amyl nitrit/ammonia di depan
hidungnya, setiap 2-3 menit sekali selama kurang lebih 15-30 menit.
Berikan larutan NAtrium thiosulfas 2-3 gram dalam segelas air untuk
diminum. Natrium thiosulfas sering juga disebut sebagai Hypo yang dalam
fotografi dipergunakan untuk pembuat fixer. Kemudian selimuti korban dan
bawa ke dokter atau rumah sakit, dan dalam perjalanan ke rumah sakit
pertolongan seperti itu tetap diberikan.
(6) Pertolongan Keracunan Tempe/Oncom/Bongkrek
Untuk keracunan dalam hal ini jika disebabkan oleh minyak yang tercemar,
maka bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau tempat
minyak itu disimpan sehingga cepat diberikan penawarnya. Untuk penawar
racun dalam hal ini secara umum yaitu bisa dengan mencampurkan roti
yang dipanggang sampai hangus 2 bagian, garam inggris 1 bagian,teh pekat
1 bagian, diaduk sampai merata, lalu tuangkan campuran itu satu sendok
teh penuh ke dalam satu gelas air. Minumkan pada penderitanya. Cara
lainnya adalah dengan meminta atau membantu korban untuk muntah,
sehingga apa yang telah dimakan dan racunnya bisa keluar. Untuk anak-
anak maka dengan cara membaringkan si anak pada lutut penolong dengan
kepala di bawah dan letakkan jari penolong dibelakang kerongkongannya
supaya si anak muntah. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan satu
atau dua gelas susu atau putih telur atau berikan garam satu sendok teh
dalam 200 ml air, lalu diminum untuk membantu kecenderungan muntah.
2) Pertolongan Keracunan Gas
(a) Keracunan Karbon Monoksida (CO)
Tindakan pertolongannya adalah dengan memindahkan korban ke tempat
yang berudara segar dan tidak boleh banyak bergerak. Selimuti tubuhnya,
beri pernafasan buatan, kalau perlu beri tambahan oksigen, kemudian bawa
korban kerumah sakit.
(b) Keracunan Karbon Dioksida ( CO2 )
Tindakan pertolongan adalah dengan memindahkan korban ke tempat yang
berudara segar, disiram air dingin, beri pernapasan buatan kalau perlu, beri
kopi pekat melalui dubur apabila penderita tidak sadar, pijat tangan dan
kakinya. Pertolongan ini memerlukan waktu yang lama
4) Tahap Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan dan mencuci tangan
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
3) Pertolongan Keracunan Zat Kimia
a. Keracunan Formalin
Apabila terjadi keracunan formalin lakukan pembilasan lambung dengan
larutan amoniak encer (0,1%) atau dengan menggunakan air garam, lalu
dimuntahkan. Penderita dapat diberikan obat penawar seperti putih telor dan
susu. Apabila ada tandatanda shock, maka segera bawa ke rumah sakit.
b. Keracunan Pestisida
Apabila peptisida mengenai kulit, maka siramlah kulit dengan air mengalir
dan menggunakan sabun. Bila racun tertelan, bilas lambung dengan larutan
soda 5% dan tindakan lain agar zatnya dimuntahkan.
E. PERTOLONGAN KERACUNAN DENGAN BILAS LAMBUNG (IRIGASI
LAMBUNG)
1. Fase Orientasi
3) Menyapa dan memberi salam
4) Memperkenalkan diri
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan keperawatan pada klien/keluarga
6) Menanyakan kesiapan pasien/keluarga
7) Cuci Tangan
2. Fase Kerja
1) Memakai Handscoon
2) Cek tingakat kesadaran pasien dan keadaan umumnya
3) Posisikan pasien supine
4) Pasang NGT dengan benar
5) Lakukan irigasi lambung sampai bersih
6) ReCek kesadaran dan keadaan umum pasien
7) Melepas handscoon
8) Cuci tangan
3. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan pada pasien / keluarga
4) Mendokumentasikan tindakan
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN LUKA BAKAR
IKP PLB D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENDAHULUAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI Kulit terdiri dari :
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar. Dan apabila terkena suhu panas atau dingin maka
akan timbul kemerahan pada kulit, yang kemudian akan mengelupas. Inimerupakan luka
bakar yang paling ringan (derajad 1) dan biasanya tidak diperhitungkan.
2) Dermis
Lapisan yang sangat kuat. Bila terkena luka bakar, maka menurut dalamnya luka akan
terbagi menjadi :
a. Hanya terkena sebagian dermis (partial thickness)
Pada keadaan ini, maka epidermis yang diatasnya akan terlepas dari dermis, sehingga
timbul gelembung-gelembung (disebut vesicular jika kecil) dan jika besar akan berisi
cairan plasma.
Sudah tentu epidermis yang menjadi gelembung ini sudah tidak sehat, sehingga invasi
kuman ke dalam gelembung-gelembung tersebut dapat terjadi.Ujung-ujung syaraf
terdapat pada lapisan dermis ini dan biasanya terbuka, sehinggga dapat
mengakibatkan luka bakar seperti ini sangat nyeri. Karena masih adanya sisa epitel,
biasanya luka bakar yang terkena hanya sebagian dermis saja akan sembuh dengan
sempurna.
b. Terkena seluruh dermis (full thickness)
Tidak akan timbul gelembung (vesikula). Kulit akan tampak seperti berwarna hijau
keabu-abuan dan tampak vena – vena kecil di bawahnya yang mengalami thrombosis.
Luka bakar seperti ini tidak akan terlalu nyeri, karena seluruh ujung syaraf sudah
rusak.
Luka bakar sedalam ini sudah tentu tidak akan sembuh dengan sempurna, melainkan
akan sembuh dengan pembentukan jaringan granulasi (jaringan kemerahan yang
mudah berdarah bila tersinggung). Jaringan granulasi ini kemudian akan sembuh
dengan pembentukan sikartiks yang kualitasnya tidakseperti kulit dan penampilannya
buruk. Bila hendak sembuh lebih baik, luka ternal sedalam ini memerlukan tandur
kulit (skin graft) di kemudian hari.
Penyebab Luka Bakar
Luka bakar dapat disebabkan :
Suhu (panas/dingin), bahan kimia, listrik.
Semakin luas luka ternal, semakin buruk prognosisnya.Luka bakar lebih dari 90%
luas badan hampir selalu meninggal.
2. DERAJAT LUKA
a. BAKAR Derajat 1
1) Ditandai dengan adanya eritema, nyeri tidak ada vesikula
2) Tidak berbahaya
3) Tidak memerlukan pemberian cairan IV
4) Dapat sembuh dengan sempurna
b. Derajat II
1) Ditandai dengan adanya vesikula/ bulla dengan pembengkakan di sekitarnya
2) Permukaan tampak seperti borok
3) Nyeri walaupun terhembus angin
c. Derajat III
1) Kulitnya tampak kehitaman, kaku, putih seperti lilin
2) Permukaannya kemerahan
3) Hilangnya perasaan nyeri
4) Luka umumnya kering
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENGERTIAN
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam
jaringan tubuh dengan luka sayatan pada kulit, misalnya luka tusuk pisau, paku. Biasanya pada
luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk
sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu lokasi
anatomi injury dan kekuatan tusukan (perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang
digunakan untuk menusuk dan arah tusukan).
Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat, obeng atau
gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi empat
atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit.
Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua
LAB Ketua
A. PENGERTIAN
Amputasi adalah pemisahan anggota badan atau bagian lain dengan pembedahan. (H.T.
Laksman, 2000 : 13)
Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas.
(Barbara Engram, 1999 : 343)
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak
mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain.
Perawatan luka amputasi adalah tindakan mengganti balutan luka post amputasi dengan
menggunakan bahan tertentu untuk membantu proses penyembuhan luka.
B. TUJUAN
- Mencegah infeksi silang
- Mempercepat proses penyembuhan luka
C. ETIOLOGI
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan
kongenital.
D. PERSIAPAN ALAT
1. Alat steril
1) Sarung tangan 2 pasang
2) Pinset anatomis 2 buah
3) Pinset chirugis 1 buah
4) Kom steril 2 buah
5) Kassa steril secukupnya
6) Lidi kapas secukupnya (kalau perlu)
7) Perban gulung
2. Alat tidak steril
a. Bengkok 2 buah (1 berisi larutan desinfektan)
b. Gunting perband
c. Plester
d. Korentang
e. Alas dan perlak
f. Alkohol/ wash bersih
g. Larutan-larutan dalam botol
E. PROSEDUR KERJA
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
b) Fase Kerja
1. Dekatkan alat
2. Membuka balutan lama
a. Alat dipasang
b. Bengkok didekatkan
c. Gunting plester sesui kebutuhan
d. Pasang sarung tangan
e. Perban gulung yang lama dibuka dengan cara digunting
f. Buka Sarung tangan
3. Membersihkan luka
a. Paket steril dibuka dengan benar
b. Larutan NaCl atau betadine atau yang diperlukan dituang ke kom kecil
c. Gunakan sarung tangan dengan benar
d. Pinset anatomis dan chirugis diambil
e. Kassa untuk kompres diperas dan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu kassa
NaCl dan kassa Betadine
f. Balutan lama diangkat dengan pinset anatomis dan dibuang kedalam bengkok
g. Pinset anatomis direndam dalam larutan desinfektan
h. Tangan kanan memega ng pinset chirugis dan tangan kiri memegang pinset
anatomis
i. Lalu ambil kassa NaCl dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset
chirugis (tangan kanan)
j. Luka post amputasi dibersihkan dengan benar, dengan 3 cara yaitu:
- Dari atas ke bawah
- Dari samping kiri kanan
- Sirkuler (dari bagian luar ke dalam luka)
k. Luka post amputasi dikeringkan dengan kassa kering yang diambil oleh pinset
anatomis dan pindahkan ke pinset chirugis
l. Oleskan luka dengan kassa betadine, mengambilnya dengan cara yang sama
m. Tutup/ kompres luka dengan kassa betadine
n. Tutup luka dengan kassa kering
o. Balut luka dengan perban gulung
p. Lepas sarung tangan, simpan ke dalam bengkok berisi larutan desinfektan
q. Plester luka
d. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi tindakan
c. Menjelaskan RTL
d. Berpamitan dan mencuci tangan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan : respon klien, observasi luka
(dokumentasi yang akurat dan tepat waktu dapat memberitahukan personel
adanya perubahan pada kondisi luka dan status klien).