Anda di halaman 1dari 120

BUKU PANDUAN PRAKTIK LABORATORIUM KGD DAN MANA

PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana


1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, Puji syukur tim penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT atas
terselesaikannya buku panduan pembelajaran praktik laboratorium keperawatan khususnya mata
ajaran KGD DAN MANAGEMEN BENCANA. Buku panduan praktik laboratorium
keperawatan ini merupakan salah satu metode pembelajaran praktik laboratorium KGD dan
Managemen Bencana sebagai pendekatan dalam pencapaian kompetensi hardskill lulusan D-3
Keperawatan.
Buku panduan praktik laboratorium KGD dan Managemen Bencana ini membahas
konsep prosedur atau tindakan keperawatan yang berhubungan dengan KGD dan Managemen
Bencana tentang definisi, tujuan, indikasi, persiapan alat dan prosedur pelaksanaan dari
kompetensi hardskill KGD dan Manajemen Bencana.
Kompetensi yang dicapai oleh mahasiswa tidak saja berasal dari aspek hard skill, namun
demikian juga berasal dari aspek soft skill yang dapat berperan menjadikan lulusan yang
unggul.Studi di lapangan menunjukkan aspek soft skill sangat menentukan keberhasilan
mahasiswa dalam dunia nyata.
Kami berharap panduan praktik laboratorium KGD dan Managemen Bencana ini dapat
dijadikan petunjuk dan dipergunakan dengan sebaik-baiknya.Kami juga merasa masih banyak
kekurangan dalam pembuatan buku panduan ini, sehingga kritik dan saran yang bersifat
membangun untuk peningkatan kualitas buku panduan ini sangat kami harapkan. Semoga buku
panduan ini dapat bermanfaat bagi proses pembelajaran laboratorium mahasiswa Prodi D-3
Keperawatan.

Medan , November 2020

Penyusun

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana


2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................................................... 1
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN
A. VISI DAN MISI FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN. 4
B. PROFIL PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN....................4
C. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI D-III KEPERAWATAN.........................5
BAB II RANCANGAN PEMBELAJARAN
A. IDENTITAS MATA KULIAH......................................................................................... 6
B. DESKRIPSI MATA AJAR................................................................................................ 6
C. CAPAIAN PEMBELAJARAN......................................................................................... 6
D. ALOKASI WAKTU............................................................................................................ 7
E. METODE PEMBELAJARAAN....................................................................................... 7
F. EVALUASI........................................................................................................................... 7
BAB III PETUNJUK PRAKTIKUM
A. RJP......................................................................................................................................... 9
B. RJP pada bayi.................................................................................................................... 17
C. RJP pada anak-anak....................................................................................................... 19
D. RJP pada ibu hamil......................................................................................................... 23
E. Penanganan trauma servikal...................................................................................... 31
F. Balut bidai.......................................................................................................................... 37
G. Balut tekan......................................................................................................................... 41
H. Mengeluarkan benda asing dan menjaga kepatenan jalan nafas................44
I. Disasster plan : proses inisiasi awal pada bencana..........................................59
J. Penanganan gigitan ular dan serangga..................................................................75
K. Penanganan keracunan................................................................................................ 87
L. Penanganan luka bakar fase akut dan perawatannya.....................................100
M. Penanganan dan perawatan luka tusuk.................................................................110
N. Penanganan dan perawaan luka amputasi...........................................................117

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 3


BAB I
PENDAHULUAN

A. VISI dan MISI FAKULTAS FARMASI & ILMU KESEHATAN


1. VISI
2. MISI

B. PROFIL PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


1. VISI
2. MISI

C. PROFIL LULUSAN PROGRAM STUDI D-3 KEPERAWATAN


1. Care Provider (perawat pelaksana)
2. Middle Manager
3. Enterpreuner
4. Communicator
BAB II
RANCANGAN PEMBELAJARAN

Materi kuliah : KGD dan Managemen Bencana


Kode Mata Kuliah :
SKS :
Penempatan :
PenanggungJawab :
Koordinator :
Pengajar : TIM

A. DESKRIPSI MATA KULIAH :


Mata kuliah KGD dan Managemen Bencana merupakan mata kuliah yang harus ditempuh
mahasiswa pada semester III D-3 Keperawatan, dengan beban SKS 4, yaitu 2 SKS teori, dan
2 SKS praktik. Mata ajar ini membahas tentang masalah kesehatan yang berfokus pada
pemberian asuhan keperawatan klien dengan masalah actual maupun potensial yang
mengancam kehidupan terjadi secara mendadak, atau tidak dapat diperkirakan dan tanpa
atau disertai kondisi lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.Rangkaian kegiatan yang
dilaksanakan dikembangkan sedemikian rupa sehingga mampu mencegah kematian atau
kecacatan yang mungkin terjadi.
Proses pembelajaran dilaksanakan dengan ceramah, diskusi, studi kasus, dan praktik. Situasi
proses pembelajaran diupayakan agar mahasiswa memperoleh kesempatan untuk
mengembangkan potensi - potensi yang dimiliki sehingga akan memberi bekal dan manfaat
dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam situasi nyata kepada klien dengan kondisi
gawat darurat dan dalam kondisi bencana.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 6


B. EVALUASI HASIL BELAJAR
1. Praktik
a. Ujian kompetensi = 70 %
b. Nilai observasi/Project =30%

C. SUMBER REFERENSI
Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of EmergencyNursing:
th
Principles and Practice. 7 ed. Mosby: Elsevier Inc
Proehl, Jean. A. (2009).Emergency Nursing Procedures E-book. Saunders: Elsevier Inc
Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum
(6 Eds). Saunders: Elsevier Inc.
Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014).Emergency nursing made incredibly easy. Wolter
Kluwers
Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders Nursing Survival Guide: Critical
Care & Emergency Nursing, 2e. Saunders: Elsevier Inc.
BAB III
PETUNJUK PRAKTIKUM

INSTRUKSIONAL KERJA
RJP (RESUSITASI JANTUNG PARU)

IKP RJP D3 LAB KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Resusitasi Jantung Paru
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. DEFINISI
Resusitasi jantung paru (RJP) adalah upaya mengembalikan fungsi nafas dan atau
sirkulasi yang berhenti oleh berbagai sebab atau membantu memulihkan kembali kedua-duanya
baik fungsi jantung dan paru ke keadaan normal.
RJP adalah suatu tindakan gawat darurat akibat kegagalan sirkulasi dan pernafasan untuk
dikembalikan ke fungsi optimal guna mencegah kematian biologis.
RJP adalah cara untuk memfungsikan kembali jantung dan paru-paru.
B. TUJUAN
1. Membantu mencegah kerusakan otak. Otak akan
mengalami kerusakan secara permanen (irreversibel) jika
ia tidak mendapatkan oksigen selama 10 menit atau lebih
2. Mengembalikan fungsi pernafasan pada henti nafas
(respiratory arrest) atau sirkulasi pada henti jantung
(cardiac arrest) pada orang yang fungsi tersebut
gagal total oleh suatu sebab yang memungkinkan untuk hidup normal selanjutnya bila
kedua fungsi tersebut bekerja kembali. Orang yang telah mengalami henti nafas dan henti
jantung (tidak teraba nadi karotisnya) belum tentu sudah benar-benar mati.Ia memiliki
kesempatan untuk dipulihkan kembali jika kurang dari 10 menit otaknya mendapatkan
oksigen maka kemungkinan untuk hidup lagi masih ada.
3. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi (nafas).

C. INDIKASI
Pemberian bantuan hidup dasar (Basic Life Support) pada korban bencana bila mengalami :
1. Henti Nafas
Ditandai dengan tidak adanya gerakan dada dan aliran udara pernafasan korban gawat
darurat.Henti nafas merupakan kasus yang harus dilakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar.
Henti nafas dapat terjadi pada keadaan :
a. Tenggelam
b. Stroke
c. Obstruksi jalan nafas
d. Epligotis
e. Overdosis obat-obat
f. Tersengat listrik
g. Infark miokard
h. Tersambar petir
i. Koma akibat berbagai macam kasus
Pada awal henti nafas, oksigen masih dapat masuk ke dalam darah untuk beberapa menit
dan jantung masih dapat mensirkulasikan darah ke otak dan organ vital lainnya.Jika pada
keadaan ini diberikan bantuan pernafasan maka sangat bermanfaat agar korban dapat tetap
hidup dan mencegah henti jantung.
2. Henti Jantung
Pada saat terjadi henti jantung, secara langsung akan terjadi henti sirkulasi. Henti
sirkulasi ini akan dengan cepat menyebabkan otak dan organ vital kekurangan oksigen.
Pernafasan yang terganggu, misalnya tersengal-sengal merupakan tanda awal akan
terjadinya henti jantung.
Bantuan Hidup Dasar merupakan bagian dari pengelolaan gawat darurat medic yang
bertujuan :
a. Mencegah berhentinya sirkulasi atau brhentinya respirasi.
b. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban yang
mengalami henti jantung atau henti nafas melalui Resusitasi Jantung Paru (RJP).
Pemberian Resusitasi Jantung Paru harus dilaksanakan dengan cermat.
Resusitasi Jantung Paru terdiri dari 2 tahap, yaitu :
1) Survei Primer (Primary Survey), yang dapat dilakukan oleh setiap orang
2) Survei Sekunder (Secondary Survey), yang hanya dapat dilakukan oleh tenaga
medis dan perawat terlatih yang merupakan lanjutan dari survei primer.
D. ALAT
Phantom RJP; Plastik proyektor/ kassa; Ambu bag; Tabung O2
E. PERSIAPAN
1. Fase Orientasi
a. Menyebutkan salam dan perkenalan
b. Menyampaikan tujun
c. Minta persetujuan keluarga klien
F. INSTRUKSIONAL KERJA
1. Fase Kerja
Survei Primer
Dalam survei primer difokuskan pada bantuan napas dan bantuan sirkulasi serta
defibrilasi.Untuk dapat mengingat dengan mudah tindakan survei primer dirumuskan
dengan abjad C A B.
C. Circulation (Sirkulasi)
A. Airway (Jalan napas)
B. Broeathing (Bantuan napas)
Sebelum melakukan tahapan CAB, harus terlebih dahulu dilakukan prosedur awal
pada korban gawat darurat, yaitu :
a. Memastikan keamanan lingkungan bagi penolong
b. Memastikan kesadaran dari korban gawat darurat.

Untuk memastikan korban dalam keadaan sadar atau tidak penolong harus
melakukan upaya agar dapat memastikan kesadaran korban gawat darurat, dapat
dengan lembut dan mantap untuk mencegah pergerakan yang berlebihan, sambil
memanggil namanya atau Pak!!/ Bu !!/ Mas!!/ Mbak!!.
c. Meminta pertolongan.
Jika ternyata korban gawat darurat tidak memberikan respon terhadap panggilan,
segera minta bantuan dengan cara berteriak “Tolong”!!untuk mengaktifkan system
pelayanan medis yang lebih lanjut.
d. Memperbaiki posisi korban gawat darurat.
Untuk melakukan tindakan BHD yang efektif, korban gawat darurat harus dalam
kondisi terlentang dan berada pada permukaan yang rata dank eras. Jika korban
ditemukan dalam keadaan posisi miring atau tengkurap, ubahlah posisi korban ke
posisi terlentang. Ingat ! penolong harus membalikkan korban sebagai satu kesatuan
antara kepala, leher dan bahu digerakkan secara bersama-sama. Jika posisi sudah
terlentang, korban harus dipertahankan pada posisi horizontal dengan alas tidur
yang keras dan kedua tangan diletakkan disamping tubuh.
e. Mengatur posisi penolong.
Segera berlutut sejajar dengan bahu korban gawat darurat agar saat memberikan
bantuan nafas dan sirkulasi, penolong tidak perlu mengubah posisi atau gerakan.
Circulation (Bantuan Sirkulasi)
Tahapan memberikan bantuan sirkulasi terdiri dari 2 tahapan, yaitu:
1. Memastikan ada tidaknya denyut jantung pada korban gawat darurat
Ada tidaknya denyut jantung korban/ korban dapat ditentukan dengan meraba arteri
karotis di daerah leher korban, dengan 2 atau 3 jari tangan (jari telunjuk dan jari
tengah) penolong dapat meraba pertengahan leher sehingga teraba trachea,
kemudian kedua jari digeser ke bagian sisi kanan atau kiri kira-kira 1-2 cm, raba
dengan lembut selama 5 – 10 detik. Jika teraba denyutan nadi, penolong harus
kembali memeriksa pernafasan korban dengan melakukan maneuver tegadah kepala
topang dagu untuk menilaipernafasan korban.Jika tidak bernafas lakukan bantuan
pernafasan, jika bernafas pertahankan jalan nafas.
2. Memberikan Bantuan Sirkulasi
Jika telah dipastikan tidak ada denyut jantung, selanjutnya dapat diberikan
bantuan sirkulasi atau yang disebut kompresi jantung luar, dilakukan dengan teknik
sebagai berikut:
a. Dengan jari telunjuk dan jari tengah penolong menelusuri tulang iga kanan
atau kiri sehingga bertemu dengan tulang dada (sternum).
b. Dari pertemuan tulang iga (tulang sternum)diukur kurang lebih 2 atau 3 jari ke
atas. Daerah tersebut merupakan tempat untuk meletakkan tangan penolong
dalam memberikan bantuan sirkulasi.
c. Letakkan kedua tangan pada posisi tadi dengan cara menumpuk satu telapak
tangan diatas telapak tangan yang lainnya, hindari jari-jari tangan
menyentuh dinding dada korban / korban, jari-jari tangan dapat diluruskan
atau menyilang.
d. Dengan posisi badan tegak lurus, penolong menekan dinding dada korban
dengan tenaga dari berat badannya secara teratur sebanyak 15 kali dengan
kedalaman penekanan berkisar antara 1,5 – 2 inchi (3,8 – 5 cm).
e. Tekanan pada dada harus dilepaskan keseluruhan dan dada dibiarkan
mengembang kembali ke posisi semula setiap kali melakukan kompresi dada.
Selang waktu yang dipergunakan untuk melepaskan kompresi harus sama
dengan pada saat melakukan kompresi (50 % duty cycle).
f. Tangan tidak boleh lepas dari permukaan dada atau merubah posisi tangan
pada saat melepaskan kompresi.
g. Rasio bantuan sirkulasi dan pemberian nafas adalah 30 : 2, dilakukan baik
oleh 1 atau 2 penolong jika korban tidak terintubasi an kecepatan kompresi
adalah 100 x/menit (dilakukan 4 siklus permenit), untuk kemudian dinilai
apakahperlu dilakukan siklus berikutnya atau tidak.
Dari tindakan kompresi yang benar hanya akan mencapai tekanan sistolik 60 – 80
mmHg, dan diastolic yang sangat rendah, sedangkan curah jantun (cardiac output)
hanya 25 % dari curah jantung normal. Selang waktu mulai dari menemukan
korban dan dilakukan prosedur dasar sampai dilakukannya tindakan bantuan
sirkulasi (kompresi dada) tidak boleh melebihi 30 detik.
A. Airway (Jalan Nafas)
Setelah selesai melakukan prosedur dasar, kemudian dilanjutkan dengan melakukan
tindakan yaitu :
1. Pemeriksaan Jalan Nafas
Tindakan ini bertujuan mengetahui ada tidaknya sumbatan jalan nafas oleh
benda asing.Jika terdapat sumbatan harus dibersihkan dahulu, kalau sumbatan
berupa cairan dapat dibersihkan dengan jari telunjuk atau jari tengah yang
dilapisi dengan sepotong kain sedangkan sumbatan oleh benda keras dapat
dikorek dengan menggunakan jari telunjuk yang dibengkokkan. Mulut dapat
dibuka dengan teknis cross finger, dimana ibu jari diletakkan berlawanan
dengan jari telunjuk pada mulut korban.
2. Membuka Jalan Nafas
Setelah jalan nafas dipastikan bebas dari sumbatan benda asing, biasa pada
korban tidak sadar tonus otot – otot menghilang, maka lidah dan epligotis
akan menutup faring dan laring, inilah salah satu penyebab sumbatan jalan
nafas. Pembebasan jalan nafas oleh lidah dapat dilakukan dengan cara
tengadah kepala topang dagu (head tild chin lift) dan maneuver pendorongan
mandibula. Teknik membuka jalan nafas yang direkomendasikan untuk orang
awam dan petugas kesehatan adalah tengadah kepala topang dagu, namun
demikian petugas kesehatan harus dapat melakukan maneuver lainnya.
B. (Breathing) Bantuan Nafas
Memberikan bantuan nafas terdiri dari 2 tahap yaitu :
1. Memastikan korban tidak bernafas
Dengan cara melihat pergerakan naik turunnya dada, mendengarkan bunyi nafas
dan merasakan hembusan nafas korban. Untuk itu penolong harus mendekatkan
telinga di atas mulut dan hidung korban, sambil tetap mempertahankan jalan
nafas tetap terbuka.Prosedur ini dilakukan tidak boleh lebih dari 10 detik.
2. Memberikan bantuan nafas
jika korban tidak bernafas, bantuan nafas dapat dilakukan melalui mulut
ke mulut, mulut ke hidung atau mulut ke stoma (lubang yang dibuat pada
tenggorokan) dengan cara memberikan hembusan nafas sebanyak 2 kali
hembusan, waktu yang dibutuhkan untuk tiap kali hembusan adalah 1,5 – 2 detik
dan volume udara yang dihembuskan adalah 700 – 1000 ml (10 ml/kg) atau
sampai dada korban terlihat mengembang. Penolong harus menarik nafas dalam
saat akan menghembuskan nafas agar tercapai volume udara yang cukup.
Konsentrasi oksigen yang dapat diberikan hanya 16 – 17 %.Penolong juga
harus memperhatikan respon dari korban gawat darurat setelah diberikan
bantuan nafas.
Cara memberikan bantuan pernafasan :
1. Mulut ke mulut
Bantuan pernafasan dengan menggunakan cara ini merupakan
cara yang tepat dan efektif untuk memberikan udara ke par-paru
korban gawat darurat. Pada saat dilakukan hembusan nafasdari
mulut ke mulut, penolong harus mengambil nafas dalam terlebih
dahulu dan mulut penolong harus dapat menutup seluruh mulut
korban dengan baik agar tidak terjadi kebocoran
saatmenghembuskan nafas dan juga penolong harus menutup
lubang hidung korban dengan ibu jari dan jari telunjuk untuk
mencegah udara keluar kembali dari hidung.
Volume udara yang diberikan pada kebanyakan orang dewasa adalah 700 – 1000
ml (10 ml/kg).volume udara yang berlebihan dan laju inspirasi yang terlalu cepat dapat
menyebabkan udara memasuki lambung, sehingga terjadi distensi lambung.
2. Mulut ke hidung
Teknik ini direkomendasikan jika usaha ventilasi dari mulut korban tidak
memungkinkan, misalnya pada trismus atau dimana mulut korban mengalami luka yang
berat dan sebaliknya jika melalui mulut ke hidung.Penolong harus menutup mulut
korban.
3. Mulut ke Stoma

Korban yang mengalami laringotomi, mempunyai lubang (stoma) yang


menghubungkan trakea langsung ke kulit.Bila korban mengalami kesulitan pernafasan
maka harus dilakukan ventilasi dari mulut ke stoma.

Resusitasi Jantung Paru dapat dihentikan apabila:


1. Korban pulih kembali.
2. Penolong sangat kelelahan.
3. Diambil alih oleh tenaga yang sama atau yang lebih terlatih dimungkinkan juga dengan
peralatan yang lebih canggih (seperti kejutan listrik)
4. Jika ada tanda pasti mati
G. Resusitasi Jantung Paru Pada Bayi
a) Persiapan Pasien :
1. Jelasan pada keluarga sebelum melakukan tindakan
2. Atur posisi pasien terlentang ditempat datar dan alas keras
3. Buka baju bagian atas
b) Persipan Alat :
1. Troly emergency yang berisi :
a. Laringoskop
b. Pipa endotrakhea sesuai ukuran
c. Orofaringeal sesuai ukuran
d. Infus set / blood set lengkap
e. Papan resusitasi
f. Balon resusitasi, sungkup lengkap dan siap pakai
2. Set oksigen lengkap dan siap pakai
3. Penghisap lendir / suction lengkap dan siap pakai
c) Pelaksanaan
1. Posisikan bayi dengan leher sedikit ekstensi
2. Tehnik ibu jari :
a. Letakkan kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral, tempatkan kedua ibu
jari di tulang dada di lokasi kompresi, sedangkan jari – jari lainya diletakkan
dipunggung bayi.
b. Letakkan kedua ibu jari berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari yg satu diletakkan
diatas ibu jari yg lain).
3. Teknik 2 jari :
a. Gunakan ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan untuk kompresi dada
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada di lokasi kompresi ( kompresi
hanya dilakukan dengan ujung – ujung jari tersebut )
c. Tangan yang lain menopang punggung bayi.
4. Posisikan bayi dengan leher sedikit ekstensi
5. Tehnik ibu jari :
a. Letakkan kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral, tempatkan kedua ibu jari
di tulang dada di lokasi kompresi, sedangkan jari – jari lainya diletakkan dipunggung
bayi.
b. Letakkan kedua ibu jari berdampingan (untuk bayi kecil ibu jari yg satu diletakkan
diatas ibu jari yg lain).
6. Teknik 2 jari :
a. Gunakan ujung jari tengah dan telunjuk salah satu tangan untuk kompresi dada
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada di lokasi kompresi ( kompresi
hanya dilakukan dengan ujung – ujung jari tersebut )
c. Tangan yang lain menopang punggung bayi.
7. Frekuensi penekanan : 3 kali penekanan / kompresi 1 kali ventilasi dalam 2 detik.
8. Periksa frekuensi jantung / nadi selama 6 detik, bila frekuensi jantung :
a. < 60 kali / menit : lanjutkan tindakan penekanan dan ventilasi
b. > 60 kali / menit : hentikan penekanan dada dan lanjutkan ventilasi dengan oksigen
100 %
d) Tanda – tanda Resusitasi Jantung Paru ( R J P ) pada
bayi Berhasil ( ada perbaikan ) :
1. Frekuensi jantung meningkat > 100 kali / menit
2. Perbaikan warna kulit ( warna kulit merah muda )
3. Dapat bernapas spontan / menangis
4. Tidak Berhasil ( tidak ada perbaikan ) :
a. Lanjutkan ventilasi.
b. Bila tetap tidak menunjukkan perbaikan lakukan intubasi dan pemberian obat –
obatan
H. Resusitasi Jantung Paru Pada Anak
1. Pastikan keamanan penolong dan anak.
2. Periksa respon anak.
Berikan stimulasi kepada anak secara perlahan dan bertanya dengan keras: Apakah anda
baik-baik saja?
3. Jika anak merespon dengan menjawab atau bergerak:
- Biarkan anak dalam posisi di mana anda menemukannya (asalkan ia tidak dalam bahaya
lebih lanjut).
- Periksa kondisi anak dan cari bantuan jika diperlukan.
- Menilai kembali anak secara teratur.
4. Jika anak tidak merespon:
- Segera cari bantuan.
- Dengan hati-hati posisikan anak dalam keadaan terlentang.
- Buka jalan nafas dengan mendongakkan kepala dan mengangkat dagu anak.
 Tempatkan tangan anda di dahinya dan dengan lembut dongakkan kepalanya.
 Pada saat yang sama, dengan ujung jari anda di bawah dagu anak, angkat dagu.
Jangan mendorong pada jaringan lunak di bawah dagu karena hal ini dapat
menghambat jalan nafas.
 Jika anda masih mengalami kesulitan dalam membuka jalan nafas, coba dorong
rahang: dengan menempatkan jari telunjuk dan jari tengah kedua tangan di balik
setiap sisi rahang anak dan dorong rahang ke depan.
5. Jaga jalan nafas terbuka, dengan melihat, mendengar dan merasakan nafas normal dengan
meletakkan wajah anda dekat dengan wajah anak dan lihat ke arah dadanya:
 Lihat gerakan dada.
 Dengarkan pada hidung dan mulut anak untuk mendengar bunyi pernafasan.
 Rasakan pergerakan udara di pipi Anda.
Dalam beberapa menit pertama setelah henti jantung seorang anak kemungkinan
mengambil nafas dengan terengah-engah dan lambat. Lihat, dengarkan dan rasakan
Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 19
tidak lebih dari 10 detik sebelum memutuskan- jika anda memiliki keraguan apakah
pernafasan normal atau tidak, maka bertindak seolah-olah itu tidak normal.
6. Jika anak bernafas normal:
 Atur anak ke posisi pemulihan (lihat di bawah)
 Minta atau pergi mencari bantuan–hubungi nomor darurat lokal untuk ambulans.
 Periksa kelanjutan pernafasan.
7. Jika pernafasan tidak normal atau berhenti:
 Hilangkan setiap obstruksi jalan nafas yang jelas dengan hati-hati.
 Berikan lima bantuan nafas awal.
 Sementara melakukan bantuan nafas catat setiap respon muntah atau batuk untk
setiap tindakan anda. Ada tidaknya respon ini akan menjadi bagian dari penilaian
anda terhadap 'tanda-tanda kehidupan', yang akan dijelaskan kemudian.
Bantuan nafas untuk anak usia lebih dari 1 tahun:
 Pastikan dongakkan kepala dan angkat dagu.
 Jepit bagian lunak dari hidung dengan jari telunjuk dan ibu jari hingga tertutup dengan
tangan anda pada dahinya.
 Biarkan mulut untuk membuka, tapi pertahankan dagu terangkat.
 Ambil nafas dan tempatkan bibir anda di sekitar mulut anak, pastikan saling menutup
dengan baik.
 Tiup udara ke dalam mulut anak selama sekitar 1-1,5 detik sambil melihat pengembangan
dada.
 Jaga posisi kepala dan dagu terangkat, lepaskan mulut anda dari mulut korban dan
perhatikan turunnya pengembangan dada karena udara keluar.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 20


 Ambil nafas lagi dan ulangi urutan ini sampai lima kali. Kenali keefektifan bantuan nafas
dengan memperhatikan kembang kempis dada anak dengan cara yang sama yang
dihasilkan oleh gerakan nafas normal
8. Penilaian sirkulasi anak dalam waktu tidak lebih dari 10 detik dengan cara:
 Perhatikan ada tidaknya tanda-tanda kehidupan- termasuk setiap pergerakan, batuk atau
pernafasan normal (nafas tidak normal atau jarang, nafas tidak teratur).
 Jika anda memeriksa denyut nadi, pastikan tidak lebih dari 10 detik.
 Pada anak berusia lebih dari 1 tahun- periksa denyut arteri karotis pada leher.
 Pada bayi- periksa denyut arteri brakialis pada bagian medial lengan atas.
 Denyut arteri femoralis di daerah selangkangan, yang terletak di pertengahan antara
spina iliaka anterior superior dan simfisis pubis, juga dapat digunakan pada bayi dan
anak-anak.
9. Jika anda yakin bahwa anda dapat mendeteksi tanda-tanda kehidupan dalam 10 detik:
 Lanjutkan bantuan pernafasan jika dibutuhkan, sampai anak mulai bernafas efektif
sendiri.
 Atur posisi anak ke samping (ke posisi pemulihan) jika dia tetap sadar.
 Nilai kembali keadaan anak sesering mungkin.
10. Jika tidak ada tanda-tanda kehidupan, kecuali anda PASTIKAN bahwa anda dapat
memeriksa denyut nadi lebih dari 60 denyut/min dalam waktu 10 detik:
 Mulai kompresi dada.
 Kombinasikan bantuan pernafasan dan kompresi dada:

Kompresi dada
1. Untuk semua anak, kompresi dilakukan pada bagian bawah sternum.
2. Cari prosesus xiphoideus dengan mencari sudut dimana tulang rusuk terendah
bergabung di tengah.
3. Kompresi lebarnya satu jari di atas tulang dada ini,
4. Kompresi harus cukup untuk menekan tulang dada, setidaknya sepertiga diameter
antero-posterior dinding dada.
5. "Dorong keras dan cepat".
6. Lepaskan tekanan sepenuhnya dan ulangi pada kecepatan minimal l00 kali/menit (tetapi
tidak lebih dari 120 kali/menit).
7. Setelah 15 kompresi, dongakkan kepala, angkat dagu, dan berikan dua bantuan nafas
yang efektif. Lanjutkan kompresi dan nafas dalam rasio 15:2.

Kompresi dada pada anak usia di atas 1 tahun


1. Tempatkan salah satu pangkal telapak tangan dipermukaan bagian bawah tulang dada
(seperti di atas).
2. Angkat jari-jari untuk memastikan bahwa tekanan tidak diberikan pada tulang iga anak.
3. Posisikan diri anda vertikal di atas dada korban dan, dengan lengan anda lurus,
kompresi sternum untuk menekan dengan setidaknya sepertiga dari kedalaman dada
(sekitar 5 cm).
4. Pada anak-anak yang lebih besar atau untuk penolong bertubuh kecil, ini dapat dicapai
paling mudah dengan menggunakan kedua tangan dengan jari-jari bertautan.

Jangan hentikan resusitasi sampai:


 Anak menunjukkan tanda-tanda kehidupan (mulai bangun, bergerak, membuka mata
dan bernafas normal atau teraba denyut nadi lebih dari 60x/menit).
 Datang penolong yang lebih ahli dan mengambil alih resusitasi.
 Anda kelelahan.

Kapan meminta bantuan


Penting bagi penolong untuk mendapatkan bantuan secepat mungkin ketika anak kolaps.
 Bila terdapat lebih dari satu penolong, seseorang memulai resusitasi sementara penolong
lainnya mencari bantuan.
 Jika hanya terdapat satu penolong, lakukan resusitasi selama sekitar 1 menit sebelum pergi
mencari bantuan. Untuk meminimalkan terputusnya RKP, dimungkinkan untuk membawa
bayi atau anak kecil sambil mencari bantuan.
 Satu-satunya pengecualian untuk melakukan 1 menit RKP sebelum pergi untuk mencari
bantuan adalah pada kasus anak kolaps tiba-tiba disaksikan oleh penolong yang sendirian.
Pada kasus ini, henti jantung kemungkinan disebabkan oleh aritmia dan anak akan
membutuhkan defibrilasi. Carilah bantuan sesegera mungkin jika tidak ada seseorang yang
menggantikan anda.

I. Resusitasi Jantung Paru Pada Ibu Hamil


Resusitasi Jantung Paru pada Kehamilan sangat di perlukan untuk menolong ibu hamil yang
membutuhkan pertolongan segera terkait gangguan airway, breathing dan circulation.
Langkah-langkah nya adalah :
1. Periksa kesadaran ibu dengan cara memanggil dan cek respon ibu. Apabila tidak sadar
lakukan langkah selanjutnya.
2. Segera panggil bantuan berupa tenaga kesehatan lain atau ambulan.
3. Untuk ibu hamil dengan usia kehamilan lebih dari 20 Minggu (ditandai dengan uterus
di atas umbilikus), maka miringkan ibu dalam posisi berbaring ke sisi kiri dengan sudut
15-30 derajat atau apabila tidak memungkinkan, dorong uterus ke sisi kiri.
4. Bebaskan jalan nafas. Tengadahkan kepala ibu ke belakang (head tilt) dan angkat dagu
(Chin lift), bersihkan benda asing di jalan nafas.
5. Apabila ada sumbatan benda padat di jalan nafas segera ambil dengan jari atau berikan
dorongan bagian tengah sternum (chest thrust). Jangan menekan procesus xiphoideus.
6. Lakukan look, listen dan feel sambil menjaga jalan nafas terbuka. Periksa nafas ibu,
lakukan cepat kurang dari 10 detik dengan cara mendekatkan kepala penolong ke wajah
ibu. Yang di lihat gerakan dada, yang di dengar suara nafas dan yang di rasakan adalah
aliran udara dari hidung atau mulut ibu.
Apabila ibu bernafas spontan, pertahankan posisi dan berikan oksigenasi sebagai
tindakan suportif. Segera lanjutkan pemantauan untuk memastikan ibu bernafas
normal.
7. Apabila ibu tidak bernafas atau bernafas tetapi tidak normal, periksa pulsasi arteri
karotis dengan cepat yakni tidak lebih dari 10 detik.
Apabila nadi teraba tetapi ibu tidak bernafas atau megap-megap (gasping), berikan
ventilasi (bantuan nafas) menggunakan balon Singkil atau dari mulut ke mulut dengan
alas seperti kain atau kasa sebanyak sekali setiap 5-6 detik. Pastikan volume nafas
buatan cukup dan pengembangan dada terlihat baik. Lakukan pengecekan arteri
karotis setiap 2 menit.

8. Apabila nadi tidak teraba segera lakukan resusitasi Jantung Paru.


Resusitasi Jantung Paru pada ibu dengan usia kehamilan lebih dari 20 Minggu
dilakukan dalam posisi miring kiri sebesar 15-30 derajat.
Penekanan dada di lakukan di pertengahan sternum dan. Kompresi dilakukan dengan
cepat dan mantap, menekan sternum sedalam 5 cm dengan kecepatan 100-120x/menit.
Setelah melakukan 30 kompresi, buka kembali jalan nafas lalu berikan 2 kali ventilasi
menggunakan balon Singkil atau mulut ke mulut dengan alas. Setiap ventilasi diberikan
dalam waktu 1 detik dengan ventilasi yang cukup ditandai dengan dada mengembang
baik.
Lanjutkan kompresi dada dengan ventilasi perbandingan 30:2.
Pasang jalur intravena 2 jalur menggunakan jarum ukuran besar, 16 atau 18 dan
berikan cairan yang sesuai kebutuhan.
9. Lakukan tindakan resusitasi Jantung Paru dan teruskan hingga:
Tim yang lebih ahli datang menangani pasien dan mengambil alih tindakan. Tidak ada
respon setelah 30 menit
Penolong kelelahan atau ibu menunjukkan tanda-tanda
kembalinyabkesadaran misalnya dengan batuk, membuka mata, bicara atau
bergerak secara sadar dan mulai
bernafas normal. Pada keadaan tersebut lanjutkan tatalaksana dengan berikan
oksigen, pasang jalur intravena dan lanjutkan observasi.
10. Setelah masalah jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi teratasi segera pikirkan dan
evaluasi penyebab hilangnya kesadaran ibu seperti karena penyakit jantung,
perdarahan, eklamsia, syok anafilaktik dan lain-lain.
11. Lakukan pemeriksaan lebih lanjut dengan USG abdomen untuk melihat perdarahan
tersembunyi di intraabdomen dan segera rujuk ke fasilitas kesehatan yg lebih tinggi.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 25


Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 26
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA ORANG
DEWASA
No. Rekam Medis ... ... ... Diagnosa Medis ... ... ...
IDENTITAS

Nama : Jenis Kelamin : L/P Umur :


Agama : Status Perkawinan : Pendidikan :
Pekerjaan : Sumber informasi : Alamat :
TRIAGE P1 P2 P3 P4
GENERAL IMPRESSION
Keluhan Utama :

Mekanisme Cedera :

Orientasi (Tempat, Waktu, dan Orang) :  Baik  Tidak Baik, ... ... ...
Diagnosa Keperawatan:
AIRWAY Inefektif airway b/d … … …
Jalan Nafas :  Paten  Tidak Paten Kriteria Hasil : … … …
Obstruksi :  Lidah  Cairan  Benda Asing 
Intervensi :
N/A 1. Manajemen airway;headtilt-chin
lift/jaw thrust
Suara Nafas : Snoring Gurgling
2. Pengambilan benda asing dengan
Keluhan Lain: ... ... forcep
3. … …
4. … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif pola nafas b/d … … …
BREATHING 2. Kerusakan pertukaran gas b/d …
……

Gerakan dada :  Simetris  Asimetris Kriteria Hasil : … … …


Irama Nafas :  Cepat  Dangkal  Normal
Intervensi :
1. Pemberian terapi oksigen … …
Pola Nafas :  Teratur  Tidak Teratur ltr/mnt, via… …
PRIMER SURVEY 2. Bantuan dengan Bag Valve Mask
Retraksi otot dada :  Ada  N/A
3. Persiapan ventilator mekanik
Sesak Nafas :  Ada  N/A  RR : ... ... 4. ……
5. ……
x/mnt
Keluhan Lain: … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Penurunan curah jantung b/d …
……
CIRCULATION
2. Inefektif perfusi jaringan b/d …
……

Nadi :  Teraba  Tidak teraba Kriteria Hasil : … … …


Sianosis :  Ya  Tidak
Intervensi :
CRT : < 2 detik > 2 detik 1. Lakukan CPR dan Defibrilasi
2. Kontrol perdarahan
Pendarahan :  Ya  Tidak ada
3. … …
Keluhan Lain: ... ... 4. … …

Diagnosa Keperawatan:
1. Inefektif perfusi serebral b/d … …

DISABILITY
2. Intoleransi aktivias b/d … … …
3. … … …

Respon : Alert  Verbal  Pain  Unrespon Kriteria Hasil : … … …


Kesadaran :  CM  Delirium  Somnolen 
Intervensi :
... ... ... 1. Berikan posisi head up 30 derajat
2. Periksa kesadaran dann GCS tiap 5
GCS :  Eye ...  Verbal ...  Motorik
menit
... 3. … … …
4. … … …
Pupil :  Isokor  Unisokor  Pinpoint 
5. … … …
Medriasis
Refleks Cahaya:  Ada  Tidak Ada
Keluhan Lain : … …

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 28


Diagnosa Keperawatan:
1. Kerusakan integritas jaringan b/d
………
EXPOSURE 2. Kerusakan mobilitas fisik b/d …
……
3. … … …

Deformitas :  Ya  Kriteria Hasil : … … …


Tidak Contusio :  Ya 
Tidak Abrasi :  Ya  Intervensi :
Tidak Penetrasi : Ya  1. Perawatan luka
Tidak Laserasi : Ya  2. Heacting
Tidak Edema : Ya  3. … … …
Tidak Keluhan Lain: 4. … … …
……

Diagnosa Keperawatan:
1. Regimen terapiutik inefektif b/d
………
ANAMNESA
2. Nyeri Akut b/d … … …
3. … … …

Riwayat Penyakit Saat Ini : … … … Kriteria Hasil : … … …

Intervensi :
1. … … …
2. … … …
Alergi :

Medikasi :

Riwayat Penyakit Sebelumnya:

Makan Minum Terakhir:

Even/Peristiwa Penyebab:

Tanda Vital :
BP : N: S: RR :
PEMERIKSAAN FISIK Diagnosa Keperawatan:
1. … … …
2. … … …

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 29


Kepala dan Leher: Kriteria Hasil : … … …
Inspeksi ... ...
Intervensi :
Palpasi ... ... 3. … … …
4. … … …
Dada:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Abdomen:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Perkusi ... ...
Auskultasi ... ...
Pelvis:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Ektremitas Atas/Bawah:
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Punggung :
Inspeksi ... ...
Palpasi ... ...
Neurologis :
Diagnosa Keperawatan:
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK 1. … … …
2. … … …
RONTGEN CT-SCAN USG EKG Kriteria Hasil : … … …
 ENDOSKOPI  Lain-lain, ... ...
Intervensi :
Hasil : 1. … … …
2. … … …

Tanggal Pengkajian : TANDA TANGAN PENGKAJI:


Jam :
Keterangan : NAMA TERANG :

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 30


INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN TRAUMA SERVIKAL

IK.PTS D3 LAB KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penanganan Trauma Servikal
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. PENGERTIAN

Menurut FKUI (2010), fraktur adalah rusaknya dan terputusnya kontinuitas tulang,
sedangkan menurut Boenges, ME., Moorhouse, MF dan Geissler, AC (2000) fraktur adalah
pemisahan atau patahnya tulang.
Cedera tulang belakang adalah cedera mengenai cervicalis, vertebralis dan lumbalis
akibat trauma ; jatuh dari ketinggian, kecelakakan lalu lintas, kecelakakan olah raga dan
sebagainya.
Cedera tulang belakang servikal atas adalah fraktura atau dislokasi yang mengenai
basis oksiput hingga C2.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 31


Trauma leher adalah suatu benturan yang mengenai bagian leher (tenggorokan)
sebagai akibat terkena benda tumpul ataupun benda tajam. Luka terbuka/tertutup pada leher
dapat menyebabkan emboli udara

B. ETIOLOGI
Penyebab trauma tulang belakang (leher dan punggung) adalah kecelakaan lalu lintas (44%),
kecelakaan olah raga(22%),terjatuh dari ketinggian(24%), kecelakaan kerja. Lewis (2000)
berpendapat bahwa tulang bersifat relatif rapuh namun mempunyai cukup kekuatan dan gaya
pegas untuk menahan tekanan.
Fraktur dapat diakibatkan oleh beberapa hal yaitu:
1) Fraktur akibat peristiwa trauma
Sebagian fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba-tiba berlebihan yang dapat berupa
pemukulan, penghancuran, perubahan pemuntiran ataupenarikan. Bila tekanan kekuatan
langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena dan jaringan lunak juga pasti akan
ikut rusak. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur lunak juga pasti akan ikut rusak.
Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit diatasnya.
Penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur komunitif disertai kerusakan
jaringan lunak yang luas.
2) Fraktur akibat kelelahan atau tekanan
Retak dapat terjadi pada tulang seperti halnya pada logam dan benda lain akibat tekanan
berulang-ulang. Keadaan ini paling sering dikemukakan pada tibia, fibula atau matatarsal
terutama pada atlet, penari atau calon tentara yang berjalan baris-berbaris dalam jarak jauh.
3) Fraktur patologik karena kelemahan pada tulang
Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang tersebut lunak (misalnya oleh
tumor) atau tulang-tulang tersebut sangat rapuh.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 32


C. TANDA DAN GEJALA
1. Ada luka,
2. Nyeri hebat pada daerah leher,
3. Sukar berbicara, suara hilang,
4. Sumbatan jalan nafas,
5. Deviasi trakea,
6. Perubahan bentuk
D. PRINSIP UMUM PENANGANAN TRAUMA LEHER
1. Jangan pindahkan korban yang dicurigai mengalami cedera tulang belakang (leher dan
punggung) sseperti patah tulang, dislokasi atau regangan yang berat, kecuali tak
terhindarkan. Cegah pergerakan yang tidak perlu.
a. Stabilkan dan posisikan tubuh pasien dan berikan bantalan dengan selimut atau jaket
disekitar kepala, leher dan bahu untuk mencegah gerakan yang tidak perlu. Cegah
pergerakan dari bagian bagian tubuh ini.
b. Tangani cedera lain bila ada seperti perdarahan atau luka bakar.
c. Jika ada perdarahan hentikan perdarahan dengan menekan pangkal pembuluh nadi
leher
d. Jika ada perdarahan pada tenggorokan segera dibersihkan
e. Jika perlu, berikan nafas buatan tanpa mengubah posisi korban
f. Jaga korban agar tetap hangat dan stabil.
g. Jangan menggerakan korban kecuali sangat diperlukan
h. Jangan letakkan bantal dibawah leher korban
2. Hilangkan konstriksi
a. Hilangkan/longarkan segala pakaian ketat sekitar leher perlahan
b. Bila tidak dapat dilonggarkan, potong benda yang menghalangi tersebut dari bagian
depan leher agar tidak mengganggu jalur nafas
3. Panggil bantuan medis professional (pada cedera tulang punggung)
4. Pindahkan korban jika hanya dalam kondisi darurat yang lebih mengancam nyawa pasien.
Seperti kebakaran, ledakan atau tenggelam. Atau bila bantuan medis professional tidak
tersedia dan kondisi sangat serius.
Cara memindahkan korban
a. Gunakan kertas Koran atau karton yang telah dilipat untuk membuat “neck collar”
sebagai sanggahan leher
b. Selipkan lipatan Koran/karton tersebut pada leher korban. Ikatkan atau sambungkan
dengan balutan di sekitar leher korban.
c. Jangan ikatkan terlalu kencang karena akan mempersulit pernafasan dan sirkulasi
darah
d. Jika memungkinkan, selipkan papan kecil di bawah kepala dan bahu pasien dan
pungung pasien. Berikan ikatan pada kepala dan dada pasien untuk menjaga
kestabilan.
e. Dengan penolong minimal dua orang, balikkan pasien secara perlahan pada tandu /
stretcher, atau selipkan pintu, papan pada bagian bawah dengan menjaga posisi leher,
punggung dan tulang belakang tetap pada satu garis lurus.
f. Pindahkan korban dengan hati-hati pada posisi wajah menghadap ke atas, bila korban
muntah atau menjadi tidak sadar, balikkan sisi tubuh pasien dengan hati-hati untuk
mengeluarkan muntahan dari mulut korban.
E. PEMASANGAN NECK COLLAR
1. PENGERTIAN
Pemasangan neck collar adalah memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher
(mempertahankan tulang servikal).
2. TUJUAN
a) Mencegah pergerakan tulang servik yang patah (proses imobilisasi serta mengurangi
kompresi pada radiks saraf)
b) Mencegah bertambahnya kerusakan tulang servik dan spinal cord
c) Mengurangi rasa sakit
d) Mengurangi pergerakan leher selama proses pemulihan
3. INDIKASI
a) Pasien cedera kepala disertai dengan penurunan kesadaran
b) Adanya jejas daerah klavikula ke arah cranial
c) Pasien multi trauma
d) Biomekanika trauma yang mendukung
e) Patah tulang leher
4. PERSIAPAN ALAT
a) Neck collar sesuai ukuran
b) Bantal pasir
c) Handscoen
5. PERSIAPAN PASIEN
a) Informed consent
b) Berikan penjelasan tentang tindakan yang akan dilakukan.
c) Posisi pasien : terlentang, dengan posisi leher segaris/anatomi
6. PERSIAPAN PETUGAS
Petugas berjumlah 2 orang
7. TAHAP KERJA
1) Petugas menggunakan masker, handscoen
2) Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari
mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang
lain dengan cara yang sama
3) Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan kebagian belakang leher
dengan sedikit melewati leher.
4) Letakkan bagian Neck collar yang berlekuk tepat pada dagu
5) Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain
6) Pasang bantal pasir di kedua sisi kepala pasien.
8. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN :
 Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respon pasien
 Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar
Macam-macam neck collar :

SOMI Brace (Sternal


Occipital Mandibular
Xcollar Extrication
Immobilizer)
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN TRAUMA MUSKULOSKELETAL DAN KEGAWATDARURATAN
FRAKTUR : BALUT DAN BIDAI / PEMBIDAIAN

IK.PB D3 LAB. KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Pembidaian
Revisi Tanggal
LAB Ketua

A. PENGERTIAN
Pembidaian (Splinting) adalah tindakan untuk mempertahankan sebagian/seluruh bagian
anggota gerak dalam posisi tertentu dengan alat. Pembidaian dilakukan untuk imobilisasi patah
tulang,dislokasi (sendi yang bergeser) dan juga cedera jaringan lunak di sekitar sendi.
Pembidaian adalah suatu proses immobilisasi tersangka patah tulang. Bidai atau splak
adalah alat dari kayu, anyaman kawat atau bahan lain yang kuat tetapi ringan yang digunakan
untuk menahan atau menjaga agar bagian tulang yang patah tidak bergerak (immobilisasi)
memberikan istirahat dan mengurangi rasa sakit.
B. PRINSIP
a. Bersih
b. Bidai harus melebihi dua persendian yang patah
c. Bidai harus terbuat dari bahan yang kuat, kaku dan pipih.
d. Bidai dibungkus agar empuk.
e. Ikatan tidak boleh terlalu kencang karena merusak jaringan tubuh tapi jangan kelonggaran.
C. TUJUAN
1. Mengurangi/menghilangkan nyeri dengan cara mencegah pergerakkan fragmen tulang, sendi
yang dislokasi dan jaringan lunak yang rusak.
2. Mencegah kerusakan lebih lanjut jaringan lunak (otot, medula spinalis, syaraf perifer,
pembuluh darah) akibat pergerakan ujung fragmen tulang.
3. Mencegah laserasi kulit oleh ujung fragmen tulang (fraktur tertutup jadi terbuka)
4. Mencegah gangguan aliran darah akibat penekanan ujung fragmen tulang pada pembuluh
darah.
5. Mengurangi/menghentikan perdarahan akibat kerusakan jaringan lunak.
6. Mencegah patah tertutup menjadi patah terbuka.

D. PERSIAPAN ALAT
Bidai / Spalk, Kasa Gulung, Kapas, Plester, Elastic perban, Mitela/kain, Papan, Bantal,
guling, Selimut

E. PROSEDUR PELAKSANAAN
1. Pra Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 38


2. Tahap Orientasi
a. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
b. Memperkenalkan diri
c. Menjelaskan tujuan
d. Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu luka
dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan dengan
kasa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya dianggap bahwa
telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau fragmen tulang yang
menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin.
e. Menanyakan kesiapan klien / persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan
f. Mencuci tangan
3. Tahap kerja
a. Pakai sarung tangan
b. Cek oksigenasi bagian perifer kaki kanan dan memberikan posisi yang nyaman pada
pasien
c. Memasang bidai
1) Ketepatan memilih bidai
2) Pemasangan bidai melewati 2 sendi
d. Membalut atau mengikat bidai
e. Menjaga balutan tidak terlalu kencang
f. Memasang plester atau pengait
g. Menganjurkan pasien membatasi gerakan pada area yang dilakukan pembidaian
h. Melepas sarung tangan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 39


4. Tahap terminasi
a. Membereskan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi tindakan dan RTL
c. Cuci Tangan
d. Berpamitan dan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan

F. HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Pembidaian yang dilakukan tidak sesuai dengan standar tindakan, beberapa hal berikut bisa
ditimbulkan oleh tindakan pembidaian.
1. Cidera pembuluh darah, syaraf atau jaringan lain disekitar fraktur oleh ujung fragmen
fraktur, jika dilakukan upaya meluruskan atau manipulasi lainya pada bagian tubuh yang
mengalami fraktur saat memasang bidai.
2. Gangguan sirkulasi akibat dilakukan bidai yang terlalu ketat
3. Keterlambatan transfor penderita di rumah sakit, jika penderita menunggu terlalu lama
selama proses pembidaian

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 40


INSTRUKSIONAL KERJA
BALUT TEKAN
IKP BT D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Balut Tekan
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A.DEFINISI
Menghentikan perdarahan setelah pencabutan fistula dengan menggunakan kassa gulung
(depers).
B.T UJUAN
1. Supaya tidak terjadi rembesan darah ketika pelepasan fistula.
2. Mencegah terjadinya perdarahan post Hd di bagian akses cimino ketika pasien pulang
HD.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 41


C.P ROSEDUR PELAKSANAAN
a) Pra Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
b) Tahap Orientasi
1. Memberikan salam, menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan
Menjelaskan prosedur tindakan pada klien. Jika ada luka terbuka maka tangani dulu
luka dan perdarahan. Bersihkan luka dengan cairan antiseptik dan tekan perdarahan
dengan kasa steril. Jika luka tersebut mendekati lokasi fraktur, maka sebaiknya
dianggap bahwa telah terjadi patah tulang terbuka. Balutlah luka terbuka atau
fragmen tulang yang menyembul dengan bahan yang se-steril mungkin.
4. Menanyakan kesiapan klien / persetujuan klien sebelum kegiatan dilakukan
5. Mencuci tangan
c) Tahap Kerja
1. Deper di beri betadine pada setengah bagianya.
2. Siapkan potongan micropore secukupnya untuk menekan deper nantinya.
3. Setelah fistula di cabut,bekas luka tusukan langsung ditekan dengan deper.
4. Setelah ditahan 5-10 menit darah berhenti rekatkan hansaplas pada bekas luka
tusukan.
5. Setelah itu ditimpa lagi atasnya hansaplas dengan deper dan diberi perekat
micropore secukupnya,gunannya untuk menghindari kalau masih perdarahan
sewaktu-waktu ketika pasien sudah meninggalkan unit HD.
6. Lakukan ulang hal tersebut pada bekas luka tusukan yang satunya
d) Tahap Terminasi
1. Membereskan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan dan RTL
3. Cuci Tangan
4. Berpamitan dan Mencatat kegiatan dalam lembar catatan keperawatan
INSTRUKSIONAL KERJA
PENATALAKSANAAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS
IKP POJN D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penatalaksanaan Obstruksi Jalan Nafas
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. DEFINISI
Obstruksi jalan nafas adalah suatu keadaan terdapatnya benda asing di jalan nafas
yang menyebabkan keluar dan masuknya udara terganggu sebagian atau
keseluruhan.Obstruksi jalan nafasdapat disebabkan oleh benda asing, dan pada orang
dewasa sering terjadi pada saat makan.
Benda asing tersebut dapat menyebabkan obstruksi jalan nafas sebagian (partial) atau
komplit (total).Pada obstruksi jalan nafas partial korban mungkin masih mampu melakukan
pernafasan, namun kualitas pernafasan dapat baik atau buruk.Pada korban dengan
pernafasan yang masih baik, korban biasanya masih dapat melakukan tindakan batuk
dengan kuat, usahakan agar korban tetap bisa melakukan batuk dengan kuat sampai benda
asing tersebut dapat keluar.
Bila sumbatan jalan nafas partial menetap, maka aktifkan system pelayanan medic
darurat.Obstruksi jalan nafas partial dengan pernafasan yang buruk harus diperlakukan
sebagai obstruksi jalan nafas komplit. Obstruksi jalan nafas komplit(total), korban biasanya
tidak data berbicara, bernafas atau batuk. Biasanya korban memegang lehernya diantara ibu
jari dan jari lainnya. Saturasi oksigen akan dengan cepat menurun dan otak akan mengalami
kekurangan oksigen sehingga menyebabkan kehilangan kesadaran, dan kematian akan cepat
terjadi jika tidak diambil tindakan segera.
B. TUJUAN
Membebaskan jalan nafas dari obstruksi
C. INDIKASI
Pada pasien tersedak
D. PENATALAKSANAAN OBSTRUKSI JALAN NAFAS
1. Manuver Heimlich (Abdominal Trust)

Untuk mengatasi obstruksi jalan nafas oleh benda asing, dapat dilakukan maneuver
Heimlich (hentakkan subdiafragma-abdomen). Suatu hentakan yang menyebabkan
penyangga ada diparu-paru untuk keluar dengan cepat sehingga diharapkan dapat
mendorong atau mengeluarkan benda asing yang menyumbat jalan nafas.
Setiap hentakan harus diberikan dengan tujuan menghilangkan obstruksi, mungki
dibutuhkan pengulangan hentakan 6-10 kali untuk membersihkan jalan nafas.
Pertimbangan penting dalam melakukan maneuver Heimlich adalah kemungkinan
kerusakan pada organ-organ besar.

nagemen Bencana 45

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan


2. Maneuver Heimlich Pada korban sadar dengan posisi berdiri atau duduk Penolong
harus berdiri dibelakang korban, melingkari pinggang korban dengan kedua lengan,
kemudian kepalkan salah satu tangan dan letakkan sisi jempol tangan kepalan pada perut
korban, sedikit diatas pusar dan dibawah ujung tulang sternum. Pegang erat kepalan
tangan dengan tangan lainnya. Tekan kepalan ke perut dengan hentakkan yang cepat ke
arah atas. Setiap hentakan terpisah dan dengan gerakan yang jelas.
3. Maneuver Heimlich pada korban yang tergeletak (tidak sadar)
Korban harus diletakkan pada posisi terlentang dengan muka ke atas.Penolong berlutut
disisi paha korba.Letakkan salah satu tangan pada perut korban digaris tengah sedikit
diatas pusat dan jauh dibawah ujung tulang sternum, tangankedua diletakkan diatas
tangan pertama.Penolong menekan ke arah perut dan hentakkan yang cepat ke arah atas.
Maneuver ini dapat dilakukan pada korban sadar jika penolongnya terlampau pendek
untuk memeluk pinggang korban.
4. Manuver Heimlich pada yang dilakukan sendiri
Pengobatan diri sendiri terhadap obstruksi jalan nafas : kepalkan sebuah tangan, letakkan
sisi ibu jari pada perut diatas pusat dan dibawah tulan sternum, genggam kepalan itu
dengan kuat dan berikan tekanan ke atas kea rah diafragma dan gerakan cepat, jika tidak
berhasil dapat dilakukan tindakan dengan menekan perut pada tepi meja atau belakang
kursi.
5. Penyapuan Jari
Manuver ini hanya dilakukan atau digunakan pada korban tidak sadar, dengan muka
menghadap ke atas buka mulut korban dengan memegang lidah dan rahang diantara ibu
jari dan jari-jarinya, kemudian mengangkat rahang bawah. Tindakan ini akan menjauhkan
lidah dari kerongkongan serta menjauhkan benda asing yang mungkin menyangkut di
tempat tersebut. Masukkan jari telunjuk tangan lain menelusuri bagian dalam pipi, jauh
ke dalam kerongkongan dibagian dasar lidah, kemudian lakukan gerakan mengait untuk
melepaskan benda asing serta menggerakan benda asing tersebut ke dalam mulut

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 46


sehingga memudahkan untuk diambil. Hati-hati agar tidak mendorong benda asing lebih
jauh ke dalam jalan nafas.
6. Penanganan Tersedak pada Anak (Chest trust dan back blow)
Cara penganan pada anak atau bayi yang tersedak adalah sebagai berikut :
a. Sumbatan jalan nafas dapat terjadi ringan ataupun berat. Saat sumbatan ringan anak
masih dapat batuk dan bersuara. Tetapi pada saat sumbatanya berat penderita sama
sekali tidak dapat batuk ataupun bersuara.
b. Jika sumbatan yang terjadi ringan jangan melakukan apapun, biarkan penderita
membersihkan jalan nafasnya sendiri dengan batuk dan sementara kita mengobservasi
klinis kline dan benda asing tersebut.
c. Jika sumbatanya berat (penderita tidak dapat bersuara sedikitpun) untuk anak, lakukan
hemlich manuver sampai bendanya keluar.
d. Untuk bayi yang masih sadar lakukan 5x back blows diikuti dengan 5x chest thrust
berulang-ulang sampai bendanya keluar.
e. Jika penderita jatuh tidak sadar segera lakukan rjp. Sebelum melakukan ventilasi,
petugas harus melihat apakah bendanya terlihat atau tidak pada mulut penderita. Jika
anda melihat bendanya, keluarkan. Petugas tidak direkomendasikan untuk melakukan
sapuan jari bila bendanya tidak tampak pada faring, karena dapat mendorong bendanya
masuk kedalam orofaring dan dapat menyebabkan kerusakan pada organ tersebut.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 47


7. Penatalaksanaan Jalan Nafas
a. Mengenali adanya sumbatan jalan nafas
Penyebab utama jalan nafas pada korban tidak sadar adalah hilangnya tonus otot
tenggorokan sehingga pangkal lidah jatuh menyumbat farink dan epiglottis menutup
laring.Bila korban masih bernafas, berarti terjadi sumbatan partial yang menyebabkan
bunyi nafas saat inspirasi bertambah (stridor), sianosis (pucat, sebagai tanda lanjut)
dan retraksi otot pernafasan tambahan. Tanda ini akan hilang pada korban yang tidak
bernafas.
b. Tahap dasar membuka jalan nafas tanpa alat
Tengadahkan kepala korban disertai dengan mengangkat rahang bawah ke depan.
Bila ada dugaan cedera pada leher dilakukan pengangkatan rahang bawah ke depan
disertai dengan membuka rahang bawah (jaw thrust), jangan lakukan ekstensi kepala.
Apabila korban masih bernafas spontan, untuk menjaga jalan nafas tetap terbuka
posisikan kepala pada kedudukan yang tepat.Pada keadaan yang meragukan untuk
mempertahankan jalan nafas, pasanglah oral atau nasal airway.
c. Tahap dasar membuka jalan nafas dengan alat
Apabila manipulasi posisi kepala tidak dapat membebaskan jalan nafas akibat
sumbatan oleh pangkal lidah atau epligotis maka lakukan pemasangan alat bantu jalan
nafas oral atau asal. Sumbatan oleh benda asing diatasi dengan maneuver Heimlich
atau laringoskopi disertai dengan pengisapan atau menjepitdan menarik keluar benda
asing yang terlihat.
d. Alat bantu jalan nafas tanpa orofaring (Oropharingeal Airway)
Alat bantu jalan nafas orofaring menahan pangkal lidah dari dinding belakangfaring.
Alat ini berguna pada korban masih bernafas spintan atau saat dilakukan ventilasi
dengan sungkup dan bagging yang tanpa disadari penolong menekan dagu ke bawah
sehingga jalan nafas tersumbat.Alat ini juga membantu saat dilakukan pengisapan
lender dan mencegah korban menggigit pipa endotrakheal (ETT).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 48


Cara pemasangan :
1) Bersihkan mulut dan faring dari segala kotoran
2) Masukkan alat dengan ujung mengarah ke chefalad
3) Saat didorong masuk mendekati dinding belakang faring, alat diputar 1800
4) Ukuran alat dan penempatan yang tepat menghasilkan bunyi nafas yang nyaring
pada auskultasi paru saat dilakukan ventilasi.
5) Pertahankan posisi kepala yang tepat setelah terpasang
Cara pemasangan yang tidak tepat dapat mendorong lidah ke belakang atau
apabila ukuran terlampau panjang, epligotis akan tertekan menutup rimaglotis
sehingga jalan nafas tersumbat.Terjepitnya lidah dan bibir antara gigi dan alat.
Hal yang perlu diperhatikan saat akan memasang adalah : jangan gunakan alat
ini pada korban dimana refleks faring masih ada karena dapat menyebabkan muntah
dan spasme laring.
e. Alat Bantu Nafas Nasofaring (Nasopharigeal Airway)
Alat ini berbentuk pipa polos terbuat dari karet atau plastik. Biasanya digunakan pada
korban yang menolak menggunakan alat bantu jalan nafas orofaring atau apabila secara
teknis tidak mungkin memasang alat bantu jalan nafasorofaring misalnya trismus,
rahang mengatup kuat dan cedera berat daerah mulut.
1) Pilih alat dengan ukuran yang tepat, lumasi dan masukkan menyusuri bagian tengah
dan dasar rongga hidung hingga mencapai daerah belakang lidah.
2) Apabila ada tahanan dengan dorongan ringan alat diputar sedikit
3) Alat yang terlalu panjang dapat masuk esophagus dengan segala akibatnya
4) Alat ini dapat merangsang muntah dan spasme laring
5) Dapat menyebabkan perdarahan akibat kerusakan mukosa akibat pemasangan, oleh
sebab itu alat pengisap harus selalu siap saat pemasangan.
6) Selalu periksa apakan nafas spontan timbul seelah pemasangan alat ini

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 49


7) Apabila tidak ada nafas spontan, lakukan nafas buatan dengan alat bantu nafas yang
memadai
8) Bila tidak ada alat bantu nafas yang memadai lakukan pernafasan dari mulut ke
mulut dengan menggunakan sapu tangan, masker sebagai barier.
f. PERNAFASAN BUATAN
1) Pernafasan mulut ke mulut dan mulut ke hidung
Cara ini merupakan teknik dasar bantuan nafas. Upayakan memakai pelindung
(barrier) antara mulut penolong dengan korban berupa lembar plastic (silikon
berlubang) ditengah atau memakai sungkup, sungkup khusus ini dikenal dengan
nama pocket facemask. Keterbatasan cara ini adalah konsentrasi oksigen ekspirasi
penolong rendah (16 – 17%).
2) Pernafasan mulut ke sungkup muka (Pocket Facemask)

Memegang sungkup dengan tepat memerlukan latihan dan konsentrasi, akan


tetapi alat ini merupakan alat bantu efektif untuk nafas buatan. Sungkup muka ini
memiliki beberapa ukuran, bening untuk memudahkan melihat adanya regurgitasi
dan memiliki lubang masuk oksigen tambahan.Keuntungan dari penggunaan
sungkup muka ini adalah mencegah kontak langsung dengan korban dan dapat
memberikan oksigen tambahan.
3) Cara melakukan pemberian nafas dari mulut ke mask
Bila memungkinkan lakukan dengan 2 penolong, posisi dan urutan tindakan
sama seperti tanpa menggunakan sungkup, kecuali pada teknik ini digunakan
sungkup sebagai pelindung jadi diperlukan keterampilan memegang sungkup.
Dengan 2 penolong seorang melakukan kompresi dada dan yang lain melakukan
nafas buatan. Bila tersedia, berikan oksigen dengan aliran 10 liter/ menit(FiO 2 =
50 %) dan 15 liter /menit (FiO2 = 80%). Bila tidak ada penolakan, pasang alat
bantu jalan nafas orofaring.
Tengadahkan kepala dan pasang sungkup pada mulut dan hidung korban
dengan cara ibu jari dan telunjuk kedua tangan menekan sungkup. Sedangkan 3
jari kedua tangan menarik mandibula sambil tetap mempertahankan kepala dalam
posisi tengadah. Hal ini untuk mencegah terjadinya kebocoran
Berkan tiupan melalui lubang sungkup sambil memperhatikan gerakan dada,
tiup dengan lambat dan mantap dengan lama inspirasi 1 – 2 detik.Pada pasien
dengan henti jantung dengan jalan nafas belum terlindungi lakukan 2 ventilasi
sebanyak 15 kompresi dada. Apabila jalan nafas terlindungi, misalnya sudah
terpasang ETT (Laringeal Mask Airway atau Combitute) lakukan kompresi 100
x/menit dengan ventilasi dilakukan tanpa menghentikan kompresi (asinkron) tiap
5 detik dengan kecepatan 12 x/menit. Apabila ada penolong ketiga lakukan
tekanan pada krikoid untuk mencegah distensi lambung dan regurgitasi.
4) Bantuan nafas dengan menggunakan bagging, sungkup dan alat bantu
jalan nafas lainnya
Bagging telah lama digunakan sebagai alat bantu nafas utama
dikombinasikan dengan alat bantu jalan nafas lain, misalnya sungkup muka, ETT,
LMA, dan combitube. Penggunaan bagging memungkinkan pemberian oksigen
tambahan. Beberapa hal yang harus diperhatikan saat menggunakan bagging :
a) Volume tidal berkisar antara 10-15 ml/kg BB
b) Bagging dewasa umum mempunyai volume 1600 ml
c) Bila memungkinkan bagging dilakukan oleh 2 penolong untuk mencgah
kebocoran, seorang penolongmempertahankan sungkup dan kepala korban
dan yang lainnya melakukan pijatan bagging.
d) Masalah kebocoran dan kesulitan mencapai volume tidal yang cukup tidak
akan terjadi jika dipasang ETT, LMA atau combitube.
5) Tahap lanjut membuka jalan nafas Pemasangan Endotrakeal Tube (ETT)
Pemasangan pipa endotrakeal menjamin terpeliharanya jalan nafas dan
sebaliknya dilakukan sesegera mungkin oleh penolong yang terlatih. Keuntungan
pemasangan Pipa endotrakeal tube :
a) Terpeliharanya jalan nafas
b) Dapat memberikan oksigen dengan konsentrasi tinggi
c) Menjamin tercapainya volume tidal yang diinginkan
d) Mencegah terjadinya aspirasi
e) Mempermudah penghisapan lendir di trachea
f) Merupakan jalur masuk beberapa obat-obatan resusitasi
Karena kesalahanletak pipa endotrakeal dapat menyebabkan kematian maka
tindakan ini sebaiknya dilakukan oleh penolong yang terlatih.
Indikasi pemasangan pipa Endotrakeal :
a) Henti jantung
b) Korban sadar yang tidak mampu bernafas dengan baik seperti pada kasus :
edema paru, Guillan-Bare Syndrom dan sumbatan jalan nafas.
c) Perlindungan jalan nafas tidak memadai misalnya pada korban dengan koma
atau refleksi.
d) Penolong tidak mampu memberikan bantuan nafas dengan cara
konvensional.
Persiapan alat untuk pemasangan pipa endotrakeal
a) Laringoskop, lengkap dengan handle dan bladenya
b) Pipa endotrakeal (ETT, dengan ukuran :
(1) Perempuan : No. 7,0 : 7,5 : 8,0
(2) Laki-laki: No. 8,0 : No. 8,5
(3) Keadaan emergensi : No. 7,5
c) Stilet (mandrin)
d) Jeli
e) Spuit 20 cc atau 10 cc
f) Stetoskop
g) Bantal
h) Plester dan gunting
i) Alat pengisap lendir (suction apparatus)
Teknik pemasangan :
a) Cek alat-alat yang diperlukan dan pilih ETT sesuai ukuran
b) Lakukan hiperventilasi minimal 30 detik
c) Beri pelumas pada ujung ETT sampai daerah cuff
d) Letakkan bantal setinggi ± 10 cm dioksiput dan pertahankan kepala tetap
ekstensi.
e) Bila perlu lakukan penghisapan lendir pada mulut dan faring.
f) Buka mulut dengan cara cross finger dan tangan kiri memegang laringoskop
g) Masukan bilah laringoskop menelusuri mulut sebelah kanan, sisihkan lidah ke
kiri. Masukkan bilah sampai mencapai dasar lidah, perhatikan agar lidah atau
bibir tidak terjepit diantara bilah dan gigi korban.
h) Angkat laringoskop ke atas dank e depan dengan kemiringan 30 – 40 0, jangan
sampai menggunakan gigi sebagai titik tumpu.
i) Bila pita suara sudah terlihat, masukkan ETT sambil memperhatikan bagian
proksimal dari cuff ETT melewati pita suara ± 1 – 2 cm atau pada dewasa
kedalaman ETT ± 19-23 cm.
j) Waktu untuk intubasi tidak boleh lebih dari 30 detik
k) Lakukan ventilasi dengan menggunakan bagging dan lakukan auskultasi
pertama pada lambung kemudian pada paru kanan dan kiri sambil
memperhatikan pengembangan dada.
l) Bila terdengar suara gargling pada lambung dan dada tidak mengembang,
lepaskan ETT dan lakukan hiperventilasi ulang selama 30 detik kemudian
lakukan intubasi kembali.
m) Kembangkan balon cuff dengan menggunakan spuit 20 cc atau 10 cc dengan
volume secukupnya sampai tidak terdengar lagi suara kebocoran di mulut
korban saat diventilasi.
n) Lakukan fiksasi ETT dengan plester agar tidak terdorong atau tercabut
o) Pasang orofaring untuk mencegah korban menggigit ETT jika mulai sadar
p) Lakukan ventilasi terus dengan oksigen 100% (aliran 10-12 liter/ menit).

Penekanan Krikoid (Sellick Manuever)


Perasat ini dikerjakan saat intubasi untuk mencegah distensi lambung, egurgitasi
isi lambung dan membantu dalam proses intubasi. Perasat ini dipertahankan
sampai balon ETT sudah dikembangkan.
Cara melakukan sellick maneuver :
a) Carapuncak tulang tiroid (adam’s apple)
b) Geser jari sedikit ke kaudal sepanjang garis median sampai menemukan
lekukkan kecil yaitu membrane krikotiroid.
c) Tekan tonjolan ini diantara ibu jari dan telunjuk kea rah dorsokranial. Gerakan
ini akan menyebabkan oesophagus terjepit diantara bagian belakang kartilago
krikoid dengan tulang belakang dan lubang trakea/ rimaglotis akan terdorong
ke arah dorsal sehingga lebih mudah terlihat.
Melakukan bantuan nafas dengan ETT selama RJP
Volume tidal nafas berkisar antara 10 -1 5 ml/kg BB, secaraklinis keadaan
dapat diketahui dengan pengamatan dada. Dengan volume 10 ml/kg BB dada
akan tampak mulai mengembang dan dengan 15 ml/kg BB dada akan
mengembanglebih besar lagi (naik antara 4 – 6 cm). Bila tidak diberikan oksigen
tambahan dan pada korban gemuk berikan volume yang lebih besar sedangkan
bila diberikan oksigen tambahan atau pada korban kurus diberikan volume yang
lebih kecil.Kecepatan pemberian nafas berkisar antara 10 – 12 x/menit atau 1x
setiap 5-6 detik dengan lama inspirasi sekitar 2 detik.Pada keadaan ini tidak ada
lagi perbandingan antara kompresi dan ventilasi.Kecepatan kompresi berkisar
100x/menit, sedangkan ventilasi diberikan setiap 5 detik dan tidak perlu seirama
dengan kompresi.
Komplikasi pemasangan ETT
a) ETT masuk ke dalam osephagus, yang dapat menyebabkan hipoksia
b) Luka pada bibir dan lidah akibat terjepit antara laringoskop dengan gigi
c) Gigi patah
d) Laserasi pada faring dan trachea akibat stilet yaitu mandrin dan ujung ETT
e) Kerusakan pita suara
f) Perforasi pada faring dan oesophagus
g) Muntah dan aspirasi
h) Pelepasan adrenalin dan nonadrenalin akibat rangsangan intubasi
sehingga terjadi hipertensi, takikardi dan aritmia
i) ETT masuk ke salah satu bronkus. Umumnya masuk ke bronkus kanan. Untuk
mengatasinya tarik ETT 1-2 cm sambil dilakukan inspeksi gerakan dada dan
auskultasi bilateral.
Penanganan jalan nafas pada korban trauma
a) Gerakan kepala dan leher yang berlebihan pada korban cedera leher dapat
menyebabkan cedera yang lebih hebat. Korban trauma muka, multiple dan
kepala
b) harus dianggap
Langkah penanganan pada korban atau tersangka cedera leher:
a) jangan tengadahkan kepala, hanya angkat rahang dan buka mulut korban
b) pertahankan kepala pada posisi netral selama memanipulasi jalan nafas
c) Korban fraktus basis dan tulang muka lakukan pemasangan ETT dalam
keadaan tulang belakang distabilisasi.
d) Bila tidak dapat dilakukan intubasi, lakukan krikoiroidtomi atau trakheostomi
e) Bila diputuskan untuk dilakukan intubasi melalui hidung (blind nasal
intubation) maka harus dilakukan oleh penolong yang
berpengalaman.
f) Bila korban melawa, dapat diberikan obat pelemas otot dan penenang (hal ini
diluar cakupan BTCLS)
Tehnik tambahan untuk penanganan jalan nafas invasive dan ventelasi ada 2 alat
bantu jalan nafas yang termasuk kelas Iib, yaitu :
a) Laryngeal Mask Airway
b) Esophageal Tracheal Combitube
Laryngeal Mask Airway
LMA merupakan sebuah pipa dengan ujung distal yang menyerupai
sungkup dengan tepi yang mempunyai balon sekelilingnya. Pada terpasang bagian
sungkup ini harus berada didaerah hipofaring sehingga saat balon dikembangkan
maka bagian terbuka dari sungkup akan menghadap ke arah lubang trachea
membentuk bagian dari jalan nafas.
Beberapa kelebihan LMA sebagai alat bantu jalan nafas adalah :
a) Dapat dipasang tanpa laringoskop
b) Atau leher sehingga menguntungkan korban dengan cedera leher atau
pada korban
c) Karena LMA tidak perlu masuk ke dalam lubang trachea maka resiko
kesalahan intubasi dengan segala akibatnya tidak ditemukan pada LMA.
Kekurangan LMA adalah tidak dapat melindungi kemungkinan
aspirasi,sebaliknya ETT dapat melindungi kemungkinan terjadinya aspirasi.
Combitube
Alat ini merupakan gabungan ETT dan obturator aesophageal. Pada alat ini
terdapat 2 daerah berlubang, satu lubang di distal dan beberapa lubang di tengah,
lubang-lubang ini dihubungkan melalui 2 saluran yang terpisah dengan 2 lubang
di proksimal yang merupakan interface untuk alat bantu nafas. Selain itu terdapat
2 balon, satu proksimal dari lubang distaldan satu proksimal dari deretan lubang
di tengah.Ventilasi melalui trachea dapat dilakukan melalui lubang hidung distal
(ETT) dan tengah (obtutator). Alat ini dimasukkan tanpa laringoskopi, dari
penelitian dengan cara memasukkan seperti ini 80% kemungkinan masuk ke
eosophagus.
Setelah alat ini masuk, kedua balon dikembangkan dan dilakukan
pemompaan, mula-mula pada obturator seraya dilakukan inspeksi dan auskultasi
apabila ternyata dari pengamatan ini tidak tampak adanya ventilasi paru
pemompaan dipindahkan pada ETT dan dilakukan kembali pemeriksaan
klinis.Kinerja ventilasi, oksigenasi dan perlindungan terhadap aspirasi alat ini
sepadan dengan ETT dengan keunggulan lebih mudah dipasang dibandingkan
ETT.
Krikotiroidektomi
Tindakan ini dilakukan untuk membuka jalan nafas sementara dengan cepat,
apabila cara lain sulit dilakukan. Pada teknik ini membrane krikotiroid disayat
kecil vertical, dilebarkan dan dimasukkan
Trakheostomi
Teknik ini bukan pilihan pada keadaan darurat (life saving). Tindakan ini
sebaiknya dilakukan di kamar bedah oleh seorang yang ahli. Ada 2 jenis yang
biasa dipakai :
a) Penghisap faring yang kaku, pada alat ini diperlukan tekanan negative yang
rendah sekali
b) Penghisap trakheobronkhial yang lentur, alat ini mempunyai syarat :
(1) Ujung harus tumpul dan seballiknya memiliki lubang di ujung dan di
samping
(2) Lebih panjang dari ETT
(3) Licin
(4) Steril dan sekali pakai
Cara melakukan penghisapan lendir :
a) Lakukan hiperventilasi dengan FiO2 100% selama 15 – 30 detik
b) Gunakan kateter trakheobronkhial dengan diameter tidak lebih dari 1 cm
diameter dalam ETT. Lama penghisapan tidak lebih dari 10 detik.
c) Bia setelah penghisapan selama 10 detik ternyata masih belum bersih, maka
dapat dilakukan pnghisapan kembali, diantara penghisapan harusa diselingi
dengan ventilasi seperti diatas.
d) Setelah selesai penghisapan lakukan hiperventilasi dengan FiO2 100 % selama
15 -30 detik.
INSTRUKSIONAL KERJA
MANAJEMEN DISASTER

IKP MD D3 LAB KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Manajemen Disaster
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. DEFINISI

Bencana atau disaster adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan
mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan baik oleh faktor alam
dan / atau faktor non alam maupun faktor manusia sehinggamengakibatkan timbulnya korban
jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis yang
terjadi secara tiba-tiba.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 59


B. PROSES TERJADINYA BENCANA
1. Alam Tenaga Endogen

Sebagai makhluk Tuhan, kita percaya dan yakin bahwa Bumi kita itu hidup dan
diberi ruh oleh Allah swt, oleh karena itu bumi selalu menunjukkan tanda-tanda
kehidupan seperti pergerakan atau para ahli geologi disebut terjadinya proses
pembentukan bumi. Melalui pergerakan bumi akan membentuk diantaranya gunung,
palung disamudera, retak, penyusutan daratan di bibir pantai dan pergeseran letak
gunung. Pergerakan bumi tersebut menimbulkan energi endogen yang menghasilkan
panas sehingga terjadi gunung api yang bila sampai pada suatu titik tertentu akan
menyemburkan lava dan api bersama material yang dikandungnya.
Didalam kitab suci al qur’an disebutkan pula bahwa gunung merupakan pakunya
bumi, yang pada hari kiamat nanti akan dicabut sehingga gunung-gunung akan
beterbangan dan memuntahkan segala isi perutnya yang sangat panas. Gunung-gunung
yang disangka telah mati (tidak aktif) suatu saat nanti akan bangkit dan aktif kembali
bahkan mungkin lebih besar, tenaga itu dikenal dengan tenaga endogen. Tenaga endogen
tersebut menyebabkan gempa yang sangat kuat dan tidak dapat dicegah kecuali
diantisipasi dan diprediksi.Disinilah sebenarnya salah satu kerja nyata ahli geologi untuk
memprediksi dan mengantisipasi ledakan yang dahsyat, muntahkan segala material, awan
panas bahkan lahar dingin seperti kasus merapi beserta gempa.
Memprediksi dan mengantisipasi berguna untuk meminimalisir dampak letusan
gunung api, seperti korban manusia, kematian ternak, kerusakan sumberdaya ekonomi
masyarakat dan kerusakan lingkungan secara massif. Kerja nyata yang berupa hasil
antisipasi dan prediksi tersebut, selanjutnya diinformasikan kepada ahli-ahli dibidangnya
untuk segera dilakukan koordinasi dan sinergisme. Ahli manajemen bencana akan
mempersiapkan masyarakat berupa melatih masyarakat agar memiliki kompetensi

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 60


pedulikan tanggap bencana, sementara ahli lain misalnya mempersiapkan rumah yang
tahan gempa.
2. Tenaga Eksogen

Energy yang berasal dari luar bumi dikenal sebagai tenaga eksogen.Sifat umum
tenaga eksogen adalah merombak bentuk permukaan bumi hasil bentukan dari tenaga
endogen.Misalnya tabrakan benda luar angkasa ke bumi, serta angin topan dan tenaga
matahari.
Pelepasan tenaga (energy) yang mendadak atau secara tiba-tiba pada zona
penunjaman atau patahan aktif akan menyebabkan getaran dan goncangan. Goncangan
tersebut dikenal sebagai gempa bumi dan apabila beradadi dasar laut maka berisiko
terjadinya tsunami.
Parameter gempa bumi, tenaganya diukur secara instrumental atau magnitude
dengan skala richter. Skala 5 yang ditunjukkan oleh skala richter setara dengan energy
bom atom Hiroshima. Kita sering mendengar gempa berkekuatan 7,5 skala richter, ini
berarti kekuatan gempanya setara dengan 1,5 kali bom atom Hiroshima. Akibat
pergerakan bumi, gempa kurang dari 2 skala richter terjadi 8000 x per hari di dunia.
Itulah salah satu tanda kebesaran Tuhan, bahwa bumi memang memiliki nyawa sehingga
memiliki tanda-tanda kehidupan yaitu bergerak.

C. JENIS-JENIS ANCAMAN BENCANA


Ancaman disaster mencakup geologi (gempa bumi, tsunami dan letusan gunung api),
hidro-meteorologi (banjir, tanah longsor, kekeringan, topan atau badai, biologi (hama,
penyakit), kegagalan teknologi (kecelakaan industry, kebocoran reactor nuklir),
lingkungan (kebakaran pemukiman dan hutan), sosial (seperti kerusuhan masal akibat
konflik sosial, demo masa yang anarkis).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 61


D. TAHAPAN DISASTER
Disaster atau bencana dibagi menjadi beberapa tahap yaitu : tahap pra disaster, tahap
seranganatau saat terjadi bencana (impact), tahap emergensi dan tahap rekonstruksi. Dari
keempat tahap ini, disaster memegang peranan yang sangat strategis.
1. Tahap pra-disaster
Tahap ini dikenal juga sebagai tahap pra bencana, durasi waktunya mulai saat
belum terjadi bencana sampai tahap serangan atau impact. Tahap ini dipandang oleh
para ahli sebagai tahap yang sangat strategis karena pada tahap pra bencana ini
masyarakat perlu dilatih tanggap terhadap bencana yang akan dijumpainya kelak.
Latihan yang diberikan kepada petugasdan masyarakat akan sangat berdampak kepada
jumlah besarnya korban saat bencana menyerang (impact). Latihan yang pelu
dberikan kepada masyarakat awam khusus dapat berupa : minta tolong, kemampuan
menolong diri sendiri, menentukan arah evakuasi yang tepat, memberikan
pertolongan serta melakukan transportasi.
2. Tahapan serangan atau terjadinya bencana (impact phase)
Pada tahap serangan atau terjadinya bencana (impact phase), waktunya bisa
terjadi beebrapa detik sampai beberapa minggu atau bahkan bulan. Tahapserangan
dimulai saat bencana menyerang sampai serangan berhenti. Waktu serangan yang
singkat misalnya : serangan angin putting beliung, serangan gempa di Jogjakarta atau
ledakan bom, waktunya beberapa detik saja tetapi kerusakannya bisa sangat dahsyat.
Waktu serangan yang lama misalnya : saat serangan tsunami di Aceh terjadi secara
periodic dan berulang-ulang, serangan semburan lumpur lapindo sampai setahun lebih
bahkan sampai sekarang belum berhenti yang mengakibatkan jumlah kerugian yang
sangat besar.
3. Tahap emergensi

Tahap emergensi dimulai sejak berakhirnya serangan bencana terjadi secara


periodic seperti di Aceh dan semburan lumpur Lapindo sampai terjadi
rekonstruksi.Tahap emergensi bisa terjadi beberapa minggu sampai beberapa
bulan.Pada tahap emergensi, hari-hari minggu pertama yang menolong korban
bencana adalah masyarakat awam atau awam khusus yaitu masyarakat dari lokasi dan
sekitar tempat bencana.
Karakteristik korban pada tahap emergensi minggu pertama adalah : korban
dengan masalah Irway dan Breathing (jalan nafas dan pernafasan), yang sudah
ditolong dan berlanjut ke masalah yang lain, korban dengan luka sayat, tusuk,
terhantam benda tumpul, patah tulang ekstremitas dan tulang belakang, trauma
kepala, luka bakar bila ledakan bom atau gunung api atau ledakan pabrik kimia atau
nuklir atau gas. Pada minggu ke dua dan selanjutnya, karakteristik korban mulai
berbeda karena terkait dengan kekurangan makanan, sanitasi lingkungan dan air
bersih atau personal hygiene.Masalah kesehatan dapat berupa sakit lambung (maag),
diare, kulit, malaria atau penyakit akibat gigitan serangga.
Petugas kesehatan atau bencana paling cepat datang pada hari kedua, itu pun
bila transportasi tidak terputus dan bekal yang dibawa cukup untuk menolongkorban.
Sehingga dapat dipastikan korban bencana dengan masalah Air way-Breathing (A-B)
ataupun Circulation (C ) sedang – beratsudah meninggal. Karena korban dengan
masalah ABC butuh waktu paling lama 10 – 15 menit, dan bila tidak di tolong dalam
waktu maksimal 15 menit mereka akan meninggal.
Lebih ironis lagi bila bencana karena ledakan bom, karena setelah bom
pertama meledak yang turun pertama kali adalah petugas gegana atau penjinak
bom.Petugas harus memastikan bahwa tidak ada ancaman berikutnya. Setelah
penjinakan bom,
maka polisi akan turun melalukan DVI. Situasi inik memerlukan waktu berjam-jam
dan bila dinyatakan aman dari berbagai risiko serangan maka petugaskesehatan bisa
diturunkan.Sehingga bisa diprediksi koban dengan masalah ABC, sudah tidak
bernyawa.
Pada tahap emergensi ini, korban memerlukan bantuan dari tenaga medis
spesialis, perwata gawat darurat, awam khusus yang terampil dan
tersertifikasi.Diperlukan bantuan obat-obatan, balut bidai dan alat evakuasi, alat
transportasi yang efisien dan efektif, alat komunikasi, makanan, pakaian dan lebih
khusus pakaian anak-anak pakaian wanita terutama celana dalam, BH, pembalut
wanita yang kadang malah hampir tidak ada.Diperlukan rumah sakit lapangan, dapur
umum dan manajemen perkemahan yang baik agar kesegaran udaradan sanitasi
lingkungan terpelihara dengan baik.
4. Tahap Rekonstruksi
Pada tahap ini mulai dibangun tempat tinggal, sarana umum seperti sekolah,
sarana ibadah, jalan, pasar atau tempat pertemuan warga.Pada tahap ini yang
dibangun tidak saja kebutuhan fisik tetapi yang lebih utama yang perlu dibangun
adalah budaya.Kita perlu melakukan rekonstruksi budaya, melakukan re-orientasi
nilai-nilai dan norma-norma hidup yang lebih baik yang lebih beradab.Dengan
melakukan rekonstruksi budaya kepada masyarakat korban bencana, kita berharap
kehidupan mereka lebih baik bila dibandingkan sebelum bencana.
E. MANAJEMEN DISASTER
Pemerintah telah menetapkan bahwa yang memiliki tanggungjawab terhadap pengelolaan
bencana adalah lembagapemerintah non kementrian (LPNK) yaitu BadanPenanggulangan
Bencana (BNPB) ditigkat pusat.Sedangkat ditingkat daerah ada 29 BPBDditingkat
provinsi dan 171 BPBD di tingkat Kabupaten / Kota. Sedangkan yang bertanggungjawab
terhadap masalah kesehatan korban bencana adalah kementrian kesehatan : Krisis Center
(Critical Center).
F. KIAT-KIAT MENGHADAPI BENCANA
1. Gempa Bumi
Jika gempa bumi mengguncang secara tiba-tiba, berikut ini 10 petunjuk yang dapat
dijadikan pegangan dimanapun kita berada
a) Didalam rumah
Getaran akan terasa beberapa saat. Selama jangka waktu itu, anda harus
mengupayakan keselamatan diri anda dan keluarga anda.Masuklah ke bawah meja
yang kokoh untuk melindungi tubuh anda dari jatuhan benda-benda.Jika anda tidak
memiliki meja, lindungi kepala anda dengan bantal.Jika anda sedang menyalakan
kompor, maka matikan segera untuk mencegah terjadinya kebakaran.
b) Di kantor
Berlindunglah dibawah meja.Lindungi kepala, leher dan mata.Hindari pembatas
kaca, jendel, lemari dan barang-barang yang belum diamankan.Jaga posisi hingga
guncangan berhenti.
c) Di sekolah
Berlindng dibawah kolong meja, lindungi kepala dengan tas atau buku, janan panic,
jika gempa mereda keluarlah berurutan mulai dari jarak yang terjauh ke pintu, carilah
tempat lapang, jangan berdiri di dekat gedung, tiang dan pohon.
d) Di luar rumah
Lindungi kepala anda dan hindari benda-benda berbahaya.Di daerah perkantoran
atau kawasan industry, bahaya bisa muncul dari jatuhnya kaca-kaca dan papan-papan
reklame. Lindungi kepala anda dengan menggunakan tangan, tas ataupun yang anda
bawa.
e) Di gedung, mall, bioskop dan lantai dasar mall
Jangan menyebabkan kepanikan atau korban dari kepanikan.Ikuti semua petunjuk
dari petugas atau satpam.Bila saat gempa ada dalam bangunan tertentu dan waktunya
cukup untuk meninggalkan bangunan tersebut, keluarlah untuk mencari tanah lapang.
f) Di dalam lift
Jangan menggunakan llift saat terjadi gempa bumi atau kebakaran. Jika anda
merasakan getaran gempa bumi saat berada didalam lift, maka tekanlah semua
tombol. Ketika lift berhenti, keluarlah, lihat keamanannya dan mengungsilah. Jika
anda terjebak dalam lift, hubungi manajer gedung dengan menggunakan interphone
jika tersedia.
g) Di kereta api
Berpeganganlah dengan erat pada tiang sehingga anda tidak akan terjatuh seandainya
kereta dihentikan secara mendadak. Bersikap tenanglah mengikuti penjelasan dari
petugas kereta. Salah mengertiterhadap informasi petugas kereta atau stasiun akan
mengakibatkan kepanikan.
h) Di dalam mobil
Saat terjadi gempa bumi besar, anda akan merasakan seakan-akan roda mobil anda
gundul. Anda akan kehilangan kontrol terhadap mobil dan susah mengendalikannya.
Jauhi persimpangan, pinggirkan mobil anda di kir.i jalan berhentilah, tapi janganlah
berhenti dibawah jembatan. Matikan mesin dan gunakan rem tangan.Ikuti instruksi
dari radio mobil.Jika harus mengungsi maka keluarlah dari mobil, biarkan mobil tak
terkunci.
i) Di gunung/ pantai
Ada kemungkinan longsor terjadi di atas gunung.Menjauhlah langsung ke tempat
aman.Di pesisir pantai, bahayanya datang dari tsunami. Jika andamerasakan getaran
dan tanda-tanda tsunami tampak, cepatlah mengungsi ke dataran yag tinggi.
Beri pertolongan
Sudah dapat diramalkan bahwa banyak orang akan cedera saat terjadi gempa bumi besar.
Karna petugas kesehatan dari rumah-rumah sakit akan mengalami kesulitan datang ke
tempat kejadian, maka bersiaplah memberikan pertolongan pertama kepada orang-orang
yang berada disekitar anda.
Dengarkan informasi
Saat gempa terjadi, masyarakat terpukul kejiwaannya, untuk mencegah kepanikan, penting
sekali setiap orang bersikap tenang dan bertindaklah sesuai dengan infomasi yang
benar.Anda dapat memperoleh informasi yang benar dari pihak yang berwenang atau
polisi
2. Banjir
yang harus diperhatikan sebelum banjir tiba sesuai tempat adalah sebagai berikut :
a. Ditingkat warga

1) Bersama aparat terkait dan pengurus RT/RW terdekat dibersihkan lingkungan


sekitar anda, terutama pada saluran air atau selokan dari timbunan sampah.
2) Tentukan lokasi Posko Banjir yang tepat untuk mengungsi lengkap dengan
fasilitas dapur umum dan MCK,berikan pasokan air bersih melalui koordinasi
dengan aparat terkait, bersama pengurus RT/RW di lingkungan anda.
3) Bersama pengurus RT/RW dilingkungan anda, segera bentuk tim penanggulangan
banjir di tingkat warga, seperti pengangkatan penanggung jawab Posko banjir.
4) Koordinasikan melalui RT/ RW, Dewan kelurahan setempat dan LSM untuk
pengadaan tali, tambang, perahu karet pelampung guna evakuasi.
5) Pastikan pula peralatan komunikasi telah siap pakai, guna memudahkanmencari
informasi, meminta bantuan atau melakukan konfirmasi.
b. Di tingkat Keluarga

1) Simak informasi terkini melalui TV, radio atau peringatan tim warga tentang
curah hujan dan posisi air pada pintu air.
2) Lengkapi dengan peralatan keselamatan seperti : radio baterai, senter, korek gas
dan lilin, selimut, tikar, jas hujan, ban karet bila ada.
3) Siapkan bahan makanan mudah saji seperti mi instan, ikan asin, beras, makanan
bayi, gula, kopi, teh dan persediaan air bersih.
4) Siapkan obat-obatan darurat seperti : oralit , anti diare, anti influenza.
5) Amankan dokumen penting seperti : akte kelahiran, kartu keluarga, buku
tabungan, sertifikat dan benda-benda berharga dari jangkauan air dan tangan jahil.
Yang harus dilakukan saat banjir adalah :
1) Matikan aliran listrik di dalam rumah atau hubungi PLN untuk mematikan aliran
listrik di wilayah yang terkena bencana
2) Mengungsi ke daerah aman sedini mungkin saat genangan air masih
memungkinkan untuk disebrangi.
3) Hindari berjalan di dekat saluran air untuk menghidari tereseret arus banjir.
Segera mengamankan barang-barang berharga ketempat yang lebih tinggi.
4) Jika air terus meninggi hubungi instansi yang terkait dengan penanggulangan
bencana seperti kantor kepala desa, lurah ataupun camat.
Yang harus dilakukan setelah banjir adalah :
1) Secepatnya membersihkan rumah, dimana lantai pada umumnya tertutup lumpur
dan gunakan antiseptic untuk membunuh kuman penyakit.
2) Cari dan siapkan air bersih untuk menghindari terjangkitnya penyakit diare yang
sering terjangkit setelah kejadian banjir.
3) Waspada terhadap kemungkinan binatang berbisa seperti ular dan lipan atau
binatang penyebar penyakit seperti tikus, kecoa, lalat dan nyamuk.
4) Usahakan selalu waspada apabila kemungkinan terjadi banjir susulan.
c. Kebakaran
Kita mencegah kebakaran hutan dan lahan adalah :
Bagi warga
1) Bila melihat kebakaran hutan dan lahan, segera laporkan ketua RT dan/atau
pemuka masyarakat supaya mengusahakan pemadaman api.
2) Bila api terus menjalar, segera laporkan kepada posko kebakaran terdekat.
3) Bila terjadi kebakaran gunakan peralatan yang dapat mematikan api secara cepat
dan tepat.
4) Tidak membuang putung rook sembarangan
5) Matikan api setelah kegiatan berkemah selesai
6) Gunakan masker bila udara telah berasap, berikan bantuan kepada saudara-
saudara kita yang menderita.
Bagi peladang
Hindari sejauh mungkin praktek penyiapan lahan pertanian dengan pembakaran,
apabila pembakaran terpaksa harus dilakukan, usahakan bergiliran (bukan pada waktu
yang sama) dan harus terus dipantau. Bahan yang dibakar harus sekering mungkin
dan minta pimpinan masyarakat untuk mengatur giliran pembakaran tersebut.
d. Kegagalan Teknologi
Kiat-kiat penanganan dan upaya pengurangan bencana sebagai berikut :
1) Kurangi atau hilangkan bahaya yang telah teridentifikasi
2) Tingkatkan ketahanan terhadap kebakaran dengan menggunakan material
bangunan ataupun peralatan yang tahan api.
3) Bangun daerah penyangga atau penghalang api sert penyebaran asap/
pengurai asap.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 69


4) Tingkatkan fungsi system deteksi dna peringatan dini.
5) Perencanaan kesiapsiagaan dalam peningkatan kemampuan pemadaman
kebakaran dan penanggulangan asap, tanggap darurat dan evakuasi bagipegawai
serta penduduk disekitar.
6) Sosialisasikan rencana penyelamatan kepada pegawai dan masyarakat sekitarnya
bekerjasama dengan instansi terkait.
7) Tingkatkan kemampuan pertahanan sipil dan otoritas kedaruratan.
8) Batasi dan kurangi kapasitas penampungan bahan-bahan kimia yang berbahaya
dan mudah terbakar.
9) Tingkatkan standar keselamatan di pabrik dan desain peralatan
10) Antisipasi kemungkinan bahaya dalam desain pabrik
11) Buat prosedur operasi penyelamatan jika terjadi kecelakaan teknologi.
12) Pindahkan bahan/material yang berbahaya dan beracun
13) Secara proaktif melakukan monitoring tingkat pencemaran sehingga standar
keselamatan tidak terlampaui.
14) Persiapkan rencana evakuasi penduduk ke tempat aman.
e. Kerusuhan Sosial/ Disintegrasi Bangsa
Kiat-kiat penanggulangan kerusuhan sosial/ disintegrasi bangsa antara lain :
1) Menanamkan nilai-nilai bela Negara, patriotisme, nasionalisme, nilai-niai
pancasila, jiwa sebangsa dan setanah air dan rasa persaudaraan, agar tercipta
kekuatan dan kebersamaan di kalangan rakyat Indonesia.
2) Menghilangkan kesempatan untuk berkembangnya primodialisme sempit pada
setiap kebijaksanaan dan kegiatan, agar tidak terjadi KKN.
3) Meningkatkan ketahanan rakyat dalam menghadapi usaha-usaha pemecah belahan
dari anasir luar dan kaki tangannya.
4) Penyebaran dan pemasyarakatan wawasan kebangsaan dan implementasi butir-
butir Pancasila, dalam rangka melestarikan dan menanamkan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 70


kesetiaan kepada ideologi bangsa.

5) Menumpas setiap gerakan separatis secara tegas dan tidak kenal kompromi.
6) Membentuk satuan sukarela yang terdiri dari unsure masyarakat, TNI dan Polri
dalam memerangi separatis.
7) Melarang dengan melengkapi dasar dan aturan hukum setiap usaha untuk
menggunakan kekuatan massa.
Untuk mendukung terciptanya keberhasilan suatu kebijaksanaan dan strategi
pertahanan disarankan :
1) Penyelesaian konflik vertical yang bernuansa separatism bersenjata harus
diselesaikan dengan pendekatan militer terbatas dan professional guna
menghindari korban dikalangan masyarakat dengan memperhatikan aspek
ekonomi dan sosial budaya serta keadilan yang bersandar pada peenegakan
hukum.
2) Penyelesaian konflik horizontal yang bernuansa SARAdiatasi melalui pendekatan
hukum dan HAM.
3) Penyelesaian konflik akibat peranan otonomi daerah yang menguatkan faktor
perbedaan, disarankan kepemimpinan daerah harus mampu meredam dan
memberlakukan reward dan punishment dari strata pimpinan diatasnya.
4) Guna mengantisipasi segala kegiatan separatism ataupun kegiatan yang
berdampak disintegrasi bangsa perlu dibangun dan di tingkatkan institusi inteligen
yang handal.
f. Letusan gunung api
Persiapan dalam menghadapi letusan gunung berapi diantaranya :
1) Mengenali daerah setempat dalam menentukan tempat yang aman untuk
mengungsi.

2) Membuat perencanaan penanganan bencana


3) Mempersiapkan pengungsian jika diperlukan

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 71


4) Mempersiapkan kebutuhan dasar.
5) Hindari daerah rawan bencana seperti lereng gunung, lembah daerah aliran lahar.
6) Ditempat terbuka, lindungi idiri dari abu letusan dan awan panas. Persiapkan diri
untuk kemungkinan bencana susulan.
7) Kenakan pakaian yang bisa melindungi tubuh seperti : baju lengan panjang,
celana panjang, topi dan lainnya.
8) Jangan memakai lensa kontak
9) Pakai masker atau kain untuk menutupi mulut dan hidung
10) Saat turunnya awan panas usahakan untuk menutup wajah dengan kedua
belah tangan.

a) Jauhi wilayah yang terkena hujan abu


b) Bersihkan atap dari timbunan abu. Karena beratnya, bisa merusak atau
meruntuhkan atap bangunan.
c) Hindari mengendarai mobil di daerah yang terkena hujan abu sebab
bisa merusak mesin.
g. Tanah longsor
Strategi dan upaya penanggulangan bencana tanah longsor diantaranya :
1) Hindarkan daerah rawan bencana untuk pembangunan pemukiman dan fasilitas
umum lainnya.
2) Megurangi tingkat keterjalan lereng
3) Meningkatkan/ memperbaiki dan memelihara drainase baik air permukaan
maupun air tanah. (fungsi drainase adalah untuk menjauhkan aliran dari lereng,
menghindari air meresap ke dalam lereng atau menguras air ke dalam lereng ke
luar lereng. Jadi drainase harus dijaga agar jangan sampai tersumbat atau
meresapkan air kedalam tanah).
4) Pembuatan bangunan penahanan, jangkar (anchor) dan piling

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 72


5) Terasering dengan system drainase yang tepat. (drainase pada teras – teras dijaga
jangan sampai menjadi jalan meresapkan air kedalam tanah)
6) Penghijauan dengan tanaman yang system perakarannya dalam dan jarak tanam
tepat (khusus untuk lereng curam, dengan kemiringannya lebih dari 40 0 atau
sekitar 80% sebaiknya tanaman tidak terlalu rapat serta diselingi-selingi dengan
tanaman yang lebih pendek dan ringan, di bagian dasar ditanam rumput).
7) Mendirikan bangunan dengan fondasi yang kuat
8) Melakukan pemadatan tanah disekitar perumahan
9) Pengenalan daerah rawan longsor
10) Pembuatan tanggul penahan untuk runtuhan batuan (rock fall)
11) Penutupan rekahan diatas lereng untuk mencegah air masuk secara cepat ke
dalam tanah
12) Pondasi tiang pancang sangt disarankan untuk menghindari bahaya liquefaction
(infeksi cairan).
13) Utilitas yang ada didalam tanah harus bersifat fleksibel
14) Dalam beberapa kasus relokasi sangat disarankan
h. Tsunami
Penyelamatan diri saat terjadi tsunami :
1) Sebesar apapun bahaya tsunami, gelombang ini tidak datang setiap saat.
2) Janganlah ancaman bencana ala mini menguragi kenyamanan menikmati pantai
dan lautan. Namun jika berada disekitar pantai, terasa ada guncangan gempa bumi
, air laut dekat pantai surut secara tiba-tiba sehingga dasar laut terlihat, segeralah
lari menuju ketempat yang tinggi (perbukitan atau bangunan tinggi)sambil
memberitahukan teman-teman yang lain.
3) Jika sedang berada di dalam perahu atau kapal di tengah laut serta mendengar
berita dari pantai telah terjadi tsunami, jangan mendekat ke pantai. Arahkan
perahu ke laut. Jika gelombang pertama telah datang dan surut kembali, jangan
4) segera turun ke daerah yang rendah. Biasanya gelombang berikutnya akan
menerjang. Jika gelombang telah benar-benar mereda, lakukan pertolongan
pertama pada korban.
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN GIGITAN SERANGGA

IKP PGS D3 LAB KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penangana Gigitan Serangga
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. PENDAHULUAN
Berbagai jenis binatang dapat menggigit manusi, mulai dari hewan jinak yang dipelihara di
rumah sampai dengan hewan buas yang tinggal di alam bebas.Efek gigitan bisa bervariasi,
mulai dari rasa gatal sampai yang mengancam jiwa. Jenis gigitan yang paling berbahaya
justru bisa terjadi di rumah anda sendiri –gigitan orang lain.
Gigitan binatang bisa terjadi karena adanya povokasi ataupun tanpa provokasi
sebelumnya.Gigitan karena provokasi terjadi ketika seseorang mengganggu binatang
misalnya mengganggu anjing yang sedang makan.Gigitan yang tanpa provokasi misalnya
terjadi ketika seseorang sedang berdiri tiba-tiba digigit oleh anjing tanpa alasan yang jelas.
Gejala infeksi merupakan gejala yang harus diwaspadai, biasanya diawali oleh adanya
gejala infeksi sebagai berikut :
1. Kemerahan pada atau sekitar luka gigitan
2. Bengkak
3. Nanah yang keluar dari luka
4. Sakit yang makin hebat
5. Panas disekitar luka
6. Gambaran kemerahan yang keluar dari luka gigitan
7. Demam
Sebagian besar luka gigitan binatang harus dievakuasi oleh dokter di klinik
ataupun UGD rumah sakit karena alasan sebagai berikut :
1. Adanya resiko infeksi
2. Adanya patahan gigi ataupun benda asing lainnya didalam luka
3. Adanya kerusakan saraf ataupun pembuluh darah
Gigitan binatang berikut ini memerlukan evaluasi yang ketat mengingat mempunyai
resiko infeksi yang tinggi :
1. Gigitan anjing – karena luka robekan akibat gigitan.
2. Gigitan kucing – karena luka tusukan gigi akibat gigitan
3. Gigitan binatang buas dan resiko
Beberapa luka memerlukan perhatian khusus antara lain :
1. Gigitan akibat binatang buas atau kucing dan anjing liar
2. Kemungkinan adanya gigi, kotoran atau benda lain didalam luka
3. Perdarahan yang massif
4. Kelemahan atau rasa gatal di area gigitan atau pun tempat yang jauh dari gugatan
1. PERTOLONGAN PERTAMA
Pertolongan pertama sebelum dilakukan pemeriksaan oleh dokter meliputi :
a. Bersihkan luka dengan air yang mengalir dan sabun segera setelah kejadian gigitan
b. Penyikatan dengan sikat yang halus dapat dilakukan selama pembilasan dengan air
c. Letakkan kain atau perban yang bersih diatas area gigitan untuk menutupi luka
d. Bawa ke klinik atau rumah sakit untuk dilakukan penanganan yang sesuai
Ketika tiba di rumah sakit paramedic harus melakukan evaluasi terhadap resiko infeksi,
mencari luka-luka yang lain, dan minimalkan terjadinya luka parut ataupun deformitas yang
dapat terjadi akibat gigitan binatang tersebut.
Beberapa tindakan yang harus dilakukan antara lain :
1) Inspeksi
Luka gigitan harus diperiksa secara keseluruhan untuk mencari adanya debris
seperti kotoran rumput, gigi, pakaian atau benda lain yang masih tertanam didalam luka
gigitan. Seringkali memerlukan anestesi lokal dengan lidokain untuk menghilangkan
nyeri pada saat pemeriksaan sehingga seluruh bagian dari luka dapat dievaluasi dengan
baik.
2) Foto Rontgen
Untuk melihat ada tidaknya patah tulang binatang yang menggigit dilakukan
pemeriksaan foto rontgen.
3) Irigasi
Irigasi luka merupakan hal yang sangat penting, terutama untuk mencegah
terjadinya infeksi. Berbagai macam tehnikirigasi dapat dilakukan tetapi pada intinya
sama yaitu membuang semua benda yang akan mengkontaminasikan luka.irigasi dapat
dilakukan dengan menggunakan cairan biasanya NaCl 0,9 % yaitu dengan cara
debridement.
Debridement adalah membuang jaringan yang nekrosis (mati) dan sisa kotoran yang
menempel. Gigitan anjing biasanya merupakan tipe luka robek yang akan menyebabkan
jaringan menjadi compang camping dan tidak bisa diperbaiki, untuk itu jaringan tersebut
harus dibuang. Jaringan tersebut biasanya tidak ada suplai darah akibat pembuluh darah
yang robek sehingga jika dibiarkan jaringan ini akan mati/ nekrosis dan menjadi sumber
infeksi. Selain mengurangi resiko infksi tindakan ini juga akan menyebabkan
penyembuhan luka yang lebih cepat dan lebih baik.
Tidak semua jenis luka gigitan memerlukan penjahitan. Jika terdapat luka gigitan
yang memerlukan penjahitan dapat dilakukan dengan cara primer dan sekunder. Pada
penjahitan yang dilakukan segera setelah luka terjadi disebut penjahitan primer,
sedangkan pada lukak yang ditutup atau dijahit beberapa hari kemudian disebut
penjahitan sekunder.
4) Obat-obatan
Sebagian besar gigitan binatang diberikan pengobatan untuk mengatasi nyeri misalnya
Analgetik (asetaminofen ataupun ibuprofen), jika masih terasa nyeri dapat diberikan
analgetik dari golongan narkotik untuk jangka waktu yang singkat.
Antibiotik diberikan untuk mencegah terjadinya infeksi. Beberapa luka yang
memerlukan terapi antibiotik antaralain :

a. Gigitan kucing dengan luka tusuk yang dalam


b. Luka yang memerlukan debridement
c. Luka yang sangat terkontaminasi
d. Gigitan pada orang tua
e. Luka gigitan pada orang yang menghidap penyakit kronis seperti diabetes
2. GIGITAN ULAR
Gigitan ular yang berbisa mempunyai efek beragam mulai dari luka sederhana sampai
dengan mengancam nyawa yang menyebabkan kematian.
a. Gejala dan tanda yang timbul dibagi dalam :Efek lokal : perdarahan, bengkak dan
nyeri
b. Perdarahan : perdarahan didalam saluran cerna ataupun otak juga mulut dan dari luka
dalam
c. Efek neurologis : kelumpuhan otot terutama otot pernafasan, yang diawali dengan
gangguan penglihatan, kesemutan, berbicara susah dan sulit bernafas.
d. Miotoksik : kerusakan sel-sel
e. Mata : kerusakan langsung pada mata yang terkena bisa dan menimbulkan rasa
nyeri Pertolongan pertama yang dapat diberikan adalah :
1) Imobilisasi daerah yang terkena dengan bidai untuk meminimalkan gerakan
untuk mencegah penyebaran racun yang lebih cepat.
2) Jangan mengiris dan menghisap
3) Jangan menggunakan es untuk mengompresnya
4) Jangan menggunakan alcohol karena akan menyebabkan dilatasi dan
mempercepat absorpsi racun.
5) Jangan menggunakan tourniquet untuk mencegah penyebaran racun
6) Lepaskan perhiasan seperti cincin atau gelang yang dapat mengganggu aliran
darah jika jaringan menjadi bengkak.
3. GIGITAN SERANGGA
a. DEFINISI

Insect bites adalah gigitan atau sengatan serangga. Insect bites adalah gigitan
yang diakibatkan karena serangga yang menyengat atau menggigit seseorang.
b. PENYEBAB
Kebanyakan gigitan serangga dan sengatan terjadi secara tiba-tiba. Gigitan atau
sengatan dapat menyuntikkan bisa (racun) yang tersusun dari protein dan substansi lain
yang mungkin memicu reaksi alergi kepada penderita. Gigitan serangga juga
mengakibatkan kemerahan dan bengkak di lokasi yang tersengat.
Lebah, tawon, penyengat, si jaket kuning dan semut api adalah anggota
hymenoptera. Gigitan atau sengatan dari mereka dapat menyebabkan reaksi yang
cukup serius pada orang yang alergi.Kematian yang diakibatkan oleh serangga 3-4 kali
lebih sering daripada kematian yang diakibatkan oleh gigitan ular.
Ketika lebah menyengat , dia melepaskan seluruh alat sengatnya dan sebenarnya
ia mati ketika prose situ terjadi. Seekor tawon dapat menyengat berkali-kali karena
tawon tidak melepaskan seluruh alat sengatnya setelah ia menyengat.
c. GEJALA
Gejala dari gigitan serangga bermacam-macam dan tergantung dari berbagai
macam faktor yang mempengaruhi.Kebanyakan gigitan serangga menyebabkan
kemerahan, bengkak, nyeri dan gatal-gatal disekitar area yang terkena gigitan.Kulit
yang terkena gigitan bisa rusak dan terinfeksi. Gigitan serangga juga mengakibatkan
bengkak pada tenggorokan dan kematian karena gangguan pernafasan.
d. PENGOBATAN
Jika terjadi gejala seperti diatas maka berilah antihistamin.Jika gigitan
menyebabkan infeksi (kemerahan dengan atau tanpa nanah, suhu tubuh tinggi, demam,
atau kemerahan di tubuh) hubungi dokter.Jika ada luka terbuka, mungkin itu sengatan
racun laba-laba.
Seseorang yang mempunyai riwayat tergigit atau tersengat serangga harus pergi ke
rumah sakit terdekat jika mendapati gejala lain. Sedang orang yang tidak mempunyai
riwayat tergigit serangga juga harus kebagian gawat darurat jika :
1) Sesak nafas
2) Dada sesak atau sakit
3) Tenggorokan sakit atau susah berbicara
4) Pingsan atau lemah
5) Infeksi
6) Gelisah
PENGOBATAN DI RUMAH
Pengobatan tergantung pada jenis reaksi yang terjadi.Jika hanya kemerahan dan
nyeri pada tangan yang digigit, cukup menggunakan es sebagai pengobatan.Bersihkan
area yang terkena gigitan dengan sabun dan air untuk menghilangkan partikel yang
terkontaminasi oleh serangga (seperti nyamuk).Partikel-partikel dapat mengkontaminasi
lebih lanjut jika luka tidak dibersihkan.
Pengobatan dapat juga menggunakan antihistamin seperti dipenhidramin (Benadryl)
dalam bentuk krim/ salep atau pil.Losion Calamine juga bisa membantu mengurangi
gatal-gatal.
4. RABIES
Rabies merupakan suatu infeksi virus pada otak yang menyebabkan iritasi dan
peradangan otak dan medulla spinalis.Penyakit ini disebabkan oleh suatu virus, yaitu virus
rabies.Serangan biasanya dimulai dengan perasaan ketakutan, sakit kepala, demam, malaise,
perubahan perasaan sensoris, pada bekas gigitan binatang.Gejala yang sering muncul adalah
eksitabilitas dan aerophobia.Sedikit rangsangan berupa cahaya, suara, bau, angin sepoi-sepoi
dan mencoba untuk minum air dapat menimbulkan reflek kejang-kejang.Oleh karena itu
penderita rabies tidak dapat minum.Karena hal inilah, maka penyakit ini kadang-kadang juga
disebut hydrophobia (takut air).
Gangguan pada susunan saraf pusat (central nervous system) atau yang biasa disebut
encephalomyelitis akut dan fatal (radang yang mengenal otak dan medulla spinalis) dapat
menyebabkan lumpuh atau cacat.Virus rabies dapat bersembunyi dengan baik dari system
kekebalan tubuh, sehingga menyebabkan tidak adanya perkembangan respon kekebalan
tubuh, sehingga tubuh sulit untuk melawan.
Penyakit ini dapat ditimbulkan oleh gigitan atau cakaran binatang liar yang telah
terinfeksi virus rabies.Prinsipnya semua hewan berdarah panas bisa terinfeksi rabies, tetapi
penyakit ini sangat sering ditemukan pada anjing, serigala, kucing, kelelawar dan monyet.
a. Pengobatan Luka Gigitan (Pertolongan Pertama)
Cara yang yang paling efektif untuk mencegah rabies adalag segera bersihkan luka
gigitan atau cakaran binatang dengan sabun atau deterjen lalu dibasuh dengan air.Luka
sebaiknya tidak dijahit kecuali dengan alasan kosmetik yang tidak dapat dihindarkan atau
untuk alasan dukungan jaringan. Bila diperlukan jahitan, dilakukan
setelah pemberian infiltrasi lokal antiserum, jahitan tidak boleh terlalu erat dan tidak
menghalangi pendarahan dan drainase. Setelah dibersihkan dengan baik luka diberi
alcohol 70%, yodium tincture.

b. Produser Umum Pengobatan Terhadap gigitan binatang


1) Bersihkan dan basuh luka dengan segera (pertolongan pertama).
2) Bersihkan luka dengan seksama dibawah supervise medis.
3) Berikan rabies immunoglobuline dan atau vaksin anti rabien sesuai dengan indikasi.
4) Berikan profilaksasi terhadap tetanus dan berikan pengobatan antibacterial bila
diperlukan.
5) Luka jangan dijjahit atau ditutup kecuali kalau tidak dapat dihindari.
c. PROTEKSI IMUNOLOGI

Pencegahan imunologis terhadap rabies pada manusia adalah dengan memberikan


Human Rabies Immunoglobulin (HRIG) secepat mungkin setelah terpejan (terinfeksi)
untuk menetralisir virus pada luka gigitan, kemudian diberikan vaksin pada tempat yang
berbeda untuk mendapatkan imunitas aktif.

Hal-hal yang diuraikan berikut ini adalah sebagai petunjuk umum yang harus
dilakukan dalam upaya profilaksasi terhadap rabies dalam rangka sebagai situasi yang
berbeda :

1) Apabila seseorang digigit binatang dan bukan karena provokais, dari binatang
tersebut tidak tertangkap dan didaerah tersebut rabies menyerang spesies binatang
tersebut maka kepada korban diberikan HRIG dan vaksin. Gigitan
oleh karnivora liar dan kelelawar, orang tersebut dianggap potensial terpajan
dengan rabies, kecuali dibuktikan negative dengan pemeriksaan laboratorium.
2) Apabila fasilitas pemeriksaan laboratorium tersedia, maka anjing yang menggigit
tersebut harus dibunuh segera (dihadiri oleh pemilik dan petugas kesehatan) dan
diambil otaknya untuk diperiksa dengan teknik FA. Hasil pemeriksaan laboratorium
ini akan menentukan apakah seseorang memerlukan pengobatan anti rabies ataukah
tidak.
3) Keputusan untuk memberikan HRIG atau vaksin segera setelah terpajan dengan
anjing atau kucing, atau selama dilakukan pengawasan terhadap binatang tersebut
didasarkan kapada : perilaku binatang tersebut selama dilakukan observasi; apakah
didaerah tersebut ada rabies dan kondisi gigitan.
PEDOMAN PENANGANAN KASUS GIGITAN HEWAN TERSANGKA RABIES

KASUS GIGITAN
(anjing, kucing, kera, hewan liar)

PERAWATAN LUKA GIGITAN

zHewan lari/ dibunuh/ mati Hewan dapat ditangkap


Observasi 10 – 14 hari

Luka parah/ Luka ringan/ Luka parah Tak


berbahaya/ Tak Berbahaya Berbahaya
luka ringan berbahaya

VAR & Tunggu


VAR & VAR SAR
SAR
Observasi
Klinis (+) Klinis (-)

VAR Vaksinasi (-)


B. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN

1. Perawatan luka gigitan : luka dicuci dengan air dan sabun / detergent 5 – 10 menit,
kemudian beri alcohol 70% atau betadine, pencegahan infeksi dan bakteri jika perlu.
2. Luka parah / berbahaya : luka gigitan multiple, luka di muka, kepala, leher, jari
tangan, jilatan pada mukosa.
3. Luka ringan /tidak berbahaya : jilatan pada kulit, cakaran/ abrasi, gigitan ditangan /
kaki/ badan.
4. Hentikan vaksinasi jika hari ke 5 hewan sehat.
5. Luka tidak dibenarkan dijahit, kecuali jahitan situasi.
6. Disekitar luka yang terpaksa harus dijahit, suntikkan SAR sebanyak mungkin, sisanya
suntikkan IM.
7. Macam VAR : suckling mice brain (SMB) biofarma, purified vero rabies, human diploid
cell.
8. Macam SAR :
a. Serum heterolog serum kuda biofarma. Dosis 0,5cc/Kg BB atau 40 Ul/KgBB
b. Serum homolog imugam, hyperab. Dosis : 20 Ul/Kg BB
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN KERACUNAN

IKP PK D3 LAB KODE NO. URUT


KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penanganan Keracunan
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. PENDAHULUAN
Keracunan merupakan kejadian dimana terpaparnya zat kimia ke dalam tubuh yang
menyebabkan reaksi tubuh yang tidak diinsaluran cernakan bahkan sampai
kematian.Keracunan merupakan salah satu kejadian yang sering ditemui dalam kehidupan
sehari-hari. Masuknya racun kedalam tubuh bisa terjadi secara disengaja seperti pada kasus
bunuh diri maupun tidak sengaja karena suatu kecelakan.
Proses keracunan sendiri dapat terjadi secara cepat dan fatal yang segera menjadi
keadaan gawat darurat yang mengancam nyawa maupun terjadi secara perlahan-lahan dan
lama kemudian menjadi keadaan gawat darurat. Racun dapat berupa gas, padat maupun cair.
Racun dapat mempengaruhi tubuh melalui berbagai cara yaitu menghambat dan mengganggu
fungsi normal dari sel, merubah fungsi normal dari organ atau merubah ambilan normal atau
transport suatu zat di dalam tubuh.
Berdasarkan cara masuknya racun :
1. Racun yang tertelan (masuk ke dalam saluran cerna)
2. Racun yang terhisap (masuk melalui saluran nafas)
3. Racun yang terserap (melalui kulit)
4. Racun melalui suntikan

B. MANAJEMEN GAWAT DARURAT


1. ABC (Airway, Breathing, Circulation)
Prioritas utama selalu ABC (Airway, Breathing, Circulation). Ketika jalan nafas
(A) dan Pernafasan (B) telah aman barulah gangguan hemodinamik, nadi, suhu tubuh,
dan saturasi oksigen dikoreksi. Walaupun penawar racun adalah hal yang penting
dalam menangani keracunan, tetapi hal itu tidak mendahului tindakan bantuan hidup
dasar (ABC).
2. Riwayat Keracunan

Informasi selengkap mungkin tentang keracunan harus dikumpulkan. Informasi


itu menyangkut berapa jumlah orang yang terpapar, tipe ,jumlah dan rute pemaparan.
Informasi yang tidak kalah penting adalah dari saksi sekitar kejadian.Data dimana
pasien ditemukan, kemasan obat yang ada disekitarnya, bau atau benda yang tidak biasa
tercium, pekerjaan pasien serta adanya tanda-tanda percobaan bunuh diri merupakam
petunjuk kunci untuk menyalurkan cerna identifikasi paparan.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang menyeluruh harus dilakukan.Termasuk didalamnya
memeriksa pakaian pasien untuk adanya kemungkinan zat yang tersimpan dalam saku
serta memeriksa setiap saluran cerna tubuh pasien seperti di sela jari, lipatan kulit,
dll.Untuk itu sebaiknya semua pakaian pasien dilepas sehingga tidak ada daerah yang
terlewatkan.
Pemeriksaan luar meliputi pemeriksaan untuk sianosis, kemerahan (flushinh),
keringat yang berlebihan atau bahkan kering.Tanda-tanda luka dikulit seperti lecet,
bula, atau bekas jarum suntik.
Pemeriksaan mata meliputi ukuran pupil, nistagmus, refleks cahaya, juling, atau
lakrimasi yang berlebihan. Pemeriksaan mulut meliputi : hipersalivasi atau mulut yang
kering sampai dengan orofaring. Pemeriksaan paru meliputi : bronkorea, saluran cerna
dan sesak. Sementara itu jantung diperiksa untuk mengetahui ritme,denyut maupun
keteraturannya. Bising usus, retensio urine, kram dan kekakuan perut, tremor atau
fasuikulasi pada ekstremitas juga diperiksa.Refleks fisiosaluran cerna dan patosaluran
cerna, evaluasi saraf cranialis, koordinasi serta tonus otot juga menjadi penting untuk
diperiksa.
4. Toxidromes

Istilah toxidrome berarti kumpulan tanda dan gejala yang terlihat setelah
terpaparnya suatu zat (jejak racun). Toxidrome meliputi sekumpulan gejala karena
gangguan terhadap fisiosaluran cerna, tanda vital, penampilan umum, kulit, mata,
mukosa membrane, paru, jantung, abdomen dan pemeriksaan nerolosaluran cerna yang
diketahui sebagai akibat pemaparan suatu zat yang biasanya akan membantu dalam
menegakkan diagnosis ketika zat pemapar tidak
Diketahui secara pasti bahwa penemuan klinis tersebut akanmempersempit kemungkinan
penyebab keracunan.
Beberapa contoh gambaran toxidromes antara lain :
Toxidrome Agen Gejala Umum Gejala Tambahan Tindakan
Opioid Heroin, Depresi ssp, Hipotermia, Bantuan
Morpin miosis, depresi bradikardia, ventilasi atau
nafas edema paru pemberian
nalokson
Simpatomimetik Cocain, Saluran cerna Kejang, infark Cooling, sedasi,
amfetamin atas, midriasis, miokard hidrasi
diaphoresis,
takikardia,
hipertensi,
Hipertemia
Kolinersaluran Pestisida Salvias, Bradikardi, ABC, ,atropine,
Cerna lakrimasi, miosis, kejang, pralidoxime
diaphoresis, gagal nafas,
mual, muntah, paralisis
fasikulasi,
kelemahan,
ngompol.

C. DEKONTAMINASI
Penanganan umum terhadap saluran cerna besar paparan racun adalah pengeluaran
pasien dari zat racun atau pengeluaran zat racun dari pasien.Racun diluar tubuh harus
dibersihkan racun di dalam tubuh bisa diikat didalam lumen usus sehingga tidak bisa diserap,
atau meningkatkan pengeluaran racun melalui usus, darah atau tissue.
Jika racun masih menempel di kulit atau baju pasien, dekontaminasi dilakukan dengan
membuka seluruh pakaian pasien dan memandikan pasien.Pasien yang memerlukan bantuan
harus ditunggui oleh orang dengan alat proteksi diri yang lengkap di tempat terpisah. Tubuh
pasien harus digosok dengan menggunakan sikat lembut
sehingga tidak melukai kulit mereka (karena bisa menyebabkan racun racun masuk melalui
kulit yang terluka). Handuk yang digunakan untuk mengeringkan pasien, pakaian, sepatu,
kaos kaki, jam tangan, serta perhiasan harus diwaspadai sebagai benda yang mungkin
mengandung racun. Gross dekontaminasi ini akan menyebabkan penyebaran penyakit
diantara anggota staf dan pasien lain. Dekontaminasi terdiri dari :
1. Dekontaminasi mata
Jika paparan racun mengenai mata, maka mata harus dibilas/ diirigasi dengan
airbersih atau cairan isotonis (NaCl 0,9%) selama 15 menit/ suhu 15-35 0C setelah
diberikan obat anestesi seperti pantocain tetes mata sampai dengan racun yang mengenai
mata berkurang atau hilang. Yang perlu diperhatikan, jangan memberikan salf mata dan
segera konsul jika iritasi menetap serta terjadi ulkus pada kornea.
2. Dekontaminasi kulit
jika racun mengenai kulit maka basahi kulit dengan air mengalir sambil melepaskan
pakaian, bilas dengan air hangat banyak sambil memberikan penanganan standar luka
bakar. Kemudian bawah kuku dibersihkan/ disikat serta rambut dikeramas.Lakukan
pengontrolan 24 – 72 jam dan hari ke 7.Perhatian, jangan melepas baju jika melekat pada
kulit, dan jangan menggosok/ menyikat kulit serta petugas kesehatan harus terlindungi
jika korban terjadi luka bakar yang sangat luas atau agent toksik.
3. Dekontaminasi Saluran Cerna
Upaya pengosongan lambung
a. Muntah

Muntah terjadi dengan pemberian sirup ipecac/ susu, anak 100 cc, dewasa 200
cc. dilakukan pada pasien sadar penuh. Dosis tersebut bisa diulang jika muntah
tidak terjadi setelah 30 menit. Rata-rata 90% pasien muntah
dalam jangka waktu 20 menit setelah dosis pertama, dan naik hingga 97% jika dosis
kedua diberikan. Beberapa pasien muntah kurang dari 3 sampai 5 kali, dan
gejalanya hilang dalam waktu 2 jam.
Sirup ipecac masih menguntungkan jika bisa segera diberikan di rumah
setelah racun tertelan yang mungkin masih berada di dalam lambung dan tidak
terjadi kontraindikasi.
b. Kumbah/ bilas lambung
Cara utama pengosongan lambung adalah bilas lambung menggunakan NGT,
dimana pasien berbaring diposisi miring kiri (left lateral decubittus). 36 sampai 40
french pipa NGT digunakan untuk orang dewasa (22 sampai 24 french tube untuk
anak-anak), yang dimasukkan setelah pengukuran kedalaman secara teliti (dari dagu
hingga xipoid process). Posisi yang benar harus dilakukan dengan insuffation udara
untuk memastikan penempatan yang tepat didalam perut.Lavage dengan air bersuhu
ruangan biasanya berlanjut hingga effluent bersih.Sebelum tube dilepas, karbon
aktif harus dilarutkan dalam dosis 1g/kg, jika terindikasi.
Kontraindikasi dari prosedur ini adalah pil yang tidak sesuai dengan lubang
NGT, menelan zat yang non racun, menelan zat yang tidak mengancam jiwa,
tertelan zat yang kaustik, pasien yang integritas airwaynya tidak stabil, atau
menelan racun yang lebih merusak paru-paru daripada saluran cerna.
Komplikasi prosedur ini adalah pemasukan tube ke trachea, aspirasi,
esophageal, atau perforasi lambung, penurunan oksigen selama prosedur dan
ketidakmampuan mengeluarkan tube setelah dimasukkan (pembentukan simpul).
Hal yang perlu diperhatikan pada korban penurunan kesadaran dan kejang.
Jika bahan racu bersifat zat korosif, asam kuat/ basa kuat, fenol, striknim, senyawa
hidrokarbon tidak boleh diberikan susu dan dirangsang muntah.
c. Penyerapan racun dalam lumen usus
1) Karbon aktif
Zat yang paling tepat untuk dekontaminasi saluran cerna adalah karbon aktif,
yang dihasilkan oleh pyrolisis zat karbon dan diaktivasi oleh steam cleaning
untuk meningkatkan wilayah permukaannya.Karbon aktif ini menyerap racun
dalam lumen, membuat racun sediki terserap jaringan dan meningkatkan
pengeluaran.Juga membentuk free-drug concentrationgradient yang membantu
pergerakan kembali kedalam saluran cernalumen untuk meningkatkan
pengeluaran (Saluran cera dialysis), dan bisa menyalurkan obat dalam empedu,
sirkulasi enterohepatik.Keuntungan dari tehnik ini adalah kemampuannya untuk
dekontaminasi usus tanpa memerlukan prosedur invasive, pemberian yang cepat
dan keamanannya yang telah terbukti pada anak-anak dan orang dewasa.
Karbon aktif umumnya diberikan menggunakan air dan jus melalui mulut atau
tube nasogastric dengan dosis 10:1, artinya sepuluh saluran cerna karbon aktif
untuk menyerap 1 saluran cernaan racun.Atau dalam 1g/kg dosis karbon aktif
yang pertama sering diberikan dalam katartik untuk mengurangi saluran cerna
transit time.Sorbitol dan magnesium citrate solution adalah katartik yang paling
sering digunakan.
Kontraindikasi terhadap karbonteraktivasi adalah isolated tertelan zat yang
harusnya tidak diserap karbonteraktivasi (seperti besi, lithium, atau timbale),
atau jika pasien harus menjalani pemeriksaan endoskopi. Resikonya adalah
aspirasi dan obstruksi pada pasien dengan motilitas usus abnormal. Indikasi
yang jelas pemberian karbonteraktivasi adalah menelan zat obat yang bisa
diserap atau setelah tertelan zat yang tidak diketahui
oleh pasien dengan jalan nafas yang intak.
Dosis berlebih karbonteraktivasi
satu dosis karbonteraktivasi biasanya cukup untuk mendapatkan efek
terapeutik,. Tetapi dosis berlipat karbon teraktivasi harus diberikan dalam
keadaan tertentu, misalnya setelah tertelan dosis yang sangat besar, zat-zat yang
membentuk bezoars dalam saluran cerna, racun yang memperlambat fungsi
usus, atau racun yang dikeluarkan secara perlahan ke dalam usus lumen. Dosis
berlipat karbon teraktivasi biasanya diberikan sebagai berikut : dosis pertama
sampai dengan 1g/kg berat badan, kemudian diikuti dengan dosis lanjutan 0,25
sampai 0,5 g/kg. Dosis karbonteraktivasi yang diulang harus diberikan dalam
interval 1 sampai 4 jam.Untuk mencegah hilangnya cairan yang berlebihan dan
ketidakseimbangan elektrolit, hanya dosis pertama yang diberikan dengan
katartik.
Dosis berlipat karbonteraktivasi berkontraindikasi pada pasien yang mengalami
penurunan usus motality, karena risikonya adalah aspirasi gastric distention, dan
dampak karbon dalam usus.Keuntungan dosis berlipat karbonteraktivasi adalah
perolehan rasio 10:1 karbonteraktivasi terhadap obat pada pasien dengan
tertelan yang sangat besar dan menyebabkan usus dalam lumen setelah tertelan
zat-zat yang memiliki sirkulasi enteroenterik atau enterohepatik yang
besar.Pasien yang terkena racun yang mengancam jiwa yang telah menurunkan
usus motility bisa mendapatkan dosis berlipat, tetapi perut harus disuction
sebelum pemberian dosis berikutnya untuk memperkecil distention.
2) Katartik
Biasanya karbonteraktivasi diberikan dengan katartik osmotic, misalkan 70%
cairan sorbitol (1g/kg) atau 10% cairan magnesium citrate (dengan
dosis 250 ml untuk orang dewasa dan 4 ml/kg untuk anak-anak). Katartik
telah terbukti menurunkan transit time karbonteraktivasi (dan mungkin racun
yang terserap) melalui saluran cerna.
Indikasi penggunaan katartik umumnya sama dengan pemberian
karbonteraktivasi. Saat diberikan dosis berlipat karbonteraktivasi, hanya dosis
pertama yang disertai katartik, untuk membatasi komplikasi.Komplikasi
pemberian katartik adalah mual, nyeri perut, dehidrasi, ketidakseimbangan
elektrolit dan perpindahan cairan yang sangat besar, dan hipermagnesemia pada
pasien dengan gangguan ginjal.
Kontraindikasi penggunaan katartik adalah setelah tertelan zat yang
mengakibatkan diare, anak-anak dibawah 5 tahun, pasien dengan gagal ginjal
(hanya katartik yang mengandung magnesium yang berkontraindikasi),
obstruksi usus atau tertelan zat kaustik.
d. Dekontaminasi Saluran Nafas
Merupakan dekontaminasi yang dilakukan diruangan terbuka, dengan cara
melonggarkan semua pakaian korban, nilai oksigenasi jika tidak ada nafas
berikan nafas buatan dengan menggunakan ambu.
D. PROSEDUR PENATALAKSANAAN KERACUNAN
A. PERSIAPAN ALAT
Masker, Handscoon, NaCl, Set pemasangan NGT, Stetoskop, Handscoon steril.
B. PROSEDUR PELAKSANAAN
1) Pra Interaksi
Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2) Tahap Orientasi
1. Memberikan salam dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
3) Tahap Kerja
Pertolongan Keracunan secara khusus
1) Keracunan Makanan
(1) Pertolongan Keracunan Botulinum
Korban harus segera dibawa dan dirawat di rumah sakit, karena
pertolongan hanya dengan penyuntikan serum antitoksin yang khusus untuk
botulinum.
(2) Pertolongan Keracunan Jamur
Apabila tidak ada muntah-muntah, penderita di rangsang agar muntah.
Kemudian lambungnya dibilas dengan larutan encer kalium permanganate
(1 gram Pk dalam 2 liter air) atau dengan meminum putih telur dicampur
susu. Bila ada gangguan napas, berikan bantuan pernapasan buatan, setelah
itu bawa penderita ke rumah sakit
(3) Pertolongan Keracunan Jengkol
Pada keracunan yang ringan, penderita diberi minum air soda sebanyak-
banyaknya.
Obat-obat penghilang rasa sakit dapat diberikan untuk mengurangi sakitnya.
Pada keracunan yang berat, penderita harus dibawa dan dirawat di rumah
sakit.
(4) Pertolongan Keracunan Makanan Laut
Korban agar dibuat muntah agar racun yang tertelan dapat dikeluarkan
kembali. Bila sudah muntah dan memang memungkinkan cucilah lambung
dengan memberikan minum kalium permanganas encer (1 gram dalam 2
liter air). Segera bawa kerumah sakit jika tidak ada perkembangan
membaik, Obat khusus untuk mengobati keracunan binatang-binatang laut
sampai sekarang belum ada.
(5) Pertolongan Keracunan Singkong
Buatlah pernafasan buatan ,setelah sadar usahakan agar si korban
muntah, sehingga singkong dan racunnya bisa keluar. Bila bisa membeli di
apotik, belilah uap amyl nitrit, berilah uap amyl nitrit/ammonia di depan
hidungnya, setiap 2-3 menit sekali selama kurang lebih 15-30 menit.
Berikan larutan NAtrium thiosulfas 2-3 gram dalam segelas air untuk
diminum. Natrium thiosulfas sering juga disebut sebagai Hypo yang dalam
fotografi dipergunakan untuk pembuat fixer. Kemudian selimuti korban dan
bawa ke dokter atau rumah sakit, dan dalam perjalanan ke rumah sakit
pertolongan seperti itu tetap diberikan.
(6) Pertolongan Keracunan Tempe/Oncom/Bongkrek
Untuk keracunan dalam hal ini jika disebabkan oleh minyak yang tercemar,
maka bawalah korban ke dokter dengan membawa botol atau tempat
minyak itu disimpan sehingga cepat diberikan penawarnya. Untuk penawar
racun dalam hal ini secara umum yaitu bisa dengan mencampurkan roti
yang dipanggang sampai hangus 2 bagian, garam inggris 1 bagian,teh pekat
1 bagian, diaduk sampai merata, lalu tuangkan campuran itu satu sendok
teh penuh ke dalam satu gelas air. Minumkan pada penderitanya. Cara
lainnya adalah dengan meminta atau membantu korban untuk muntah,
sehingga apa yang telah dimakan dan racunnya bisa keluar. Untuk anak-
anak maka dengan cara membaringkan si anak pada lutut penolong dengan
kepala di bawah dan letakkan jari penolong dibelakang kerongkongannya
supaya si anak muntah. Untuk anak yang lebih besar dapat diberikan satu
atau dua gelas susu atau putih telur atau berikan garam satu sendok teh
dalam 200 ml air, lalu diminum untuk membantu kecenderungan muntah.
2) Pertolongan Keracunan Gas
(a) Keracunan Karbon Monoksida (CO)
Tindakan pertolongannya adalah dengan memindahkan korban ke tempat
yang berudara segar dan tidak boleh banyak bergerak. Selimuti tubuhnya,
beri pernafasan buatan, kalau perlu beri tambahan oksigen, kemudian bawa
korban kerumah sakit.
(b) Keracunan Karbon Dioksida ( CO2 )
Tindakan pertolongan adalah dengan memindahkan korban ke tempat yang
berudara segar, disiram air dingin, beri pernapasan buatan kalau perlu, beri
kopi pekat melalui dubur apabila penderita tidak sadar, pijat tangan dan
kakinya. Pertolongan ini memerlukan waktu yang lama
4) Tahap Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan dan mencuci tangan
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan
3) Pertolongan Keracunan Zat Kimia
a. Keracunan Formalin
Apabila terjadi keracunan formalin lakukan pembilasan lambung dengan
larutan amoniak encer (0,1%) atau dengan menggunakan air garam, lalu
dimuntahkan. Penderita dapat diberikan obat penawar seperti putih telor dan
susu. Apabila ada tandatanda shock, maka segera bawa ke rumah sakit.
b. Keracunan Pestisida
Apabila peptisida mengenai kulit, maka siramlah kulit dengan air mengalir
dan menggunakan sabun. Bila racun tertelan, bilas lambung dengan larutan
soda 5% dan tindakan lain agar zatnya dimuntahkan.
E. PERTOLONGAN KERACUNAN DENGAN BILAS LAMBUNG (IRIGASI
LAMBUNG)
1. Fase Orientasi
3) Menyapa dan memberi salam
4) Memperkenalkan diri
5) Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan keperawatan pada klien/keluarga
6) Menanyakan kesiapan pasien/keluarga
7) Cuci Tangan
2. Fase Kerja
1) Memakai Handscoon
2) Cek tingakat kesadaran pasien dan keadaan umumnya
3) Posisikan pasien supine
4) Pasang NGT dengan benar
5) Lakukan irigasi lambung sampai bersih
6) ReCek kesadaran dan keadaan umum pasien
7) Melepas handscoon
8) Cuci tangan
3. Fase Terminasi
1) Melakukan evaluasi tindakan
2) Menyampaikan rencana tindak lanjut
3) Berpamitan pada pasien / keluarga
4) Mendokumentasikan tindakan
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN LUKA BAKAR
IKP PLB D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penanganan Luka Bakar
Revisi Tanggal

LAB Ketua

A. PENDAHULUAN
ANATOMI DAN FISIOLOGI Kulit terdiri dari :
1. Epidermis
Epidermis adalah lapisan paling luar. Dan apabila terkena suhu panas atau dingin maka
akan timbul kemerahan pada kulit, yang kemudian akan mengelupas. Inimerupakan luka
bakar yang paling ringan (derajad 1) dan biasanya tidak diperhitungkan.
2) Dermis
Lapisan yang sangat kuat. Bila terkena luka bakar, maka menurut dalamnya luka akan
terbagi menjadi :
a. Hanya terkena sebagian dermis (partial thickness)
Pada keadaan ini, maka epidermis yang diatasnya akan terlepas dari dermis, sehingga
timbul gelembung-gelembung (disebut vesicular jika kecil) dan jika besar akan berisi
cairan plasma.
Sudah tentu epidermis yang menjadi gelembung ini sudah tidak sehat, sehingga invasi
kuman ke dalam gelembung-gelembung tersebut dapat terjadi.Ujung-ujung syaraf
terdapat pada lapisan dermis ini dan biasanya terbuka, sehinggga dapat
mengakibatkan luka bakar seperti ini sangat nyeri. Karena masih adanya sisa epitel,
biasanya luka bakar yang terkena hanya sebagian dermis saja akan sembuh dengan
sempurna.
b. Terkena seluruh dermis (full thickness)
Tidak akan timbul gelembung (vesikula). Kulit akan tampak seperti berwarna hijau
keabu-abuan dan tampak vena – vena kecil di bawahnya yang mengalami thrombosis.
Luka bakar seperti ini tidak akan terlalu nyeri, karena seluruh ujung syaraf sudah
rusak.
Luka bakar sedalam ini sudah tentu tidak akan sembuh dengan sempurna, melainkan
akan sembuh dengan pembentukan jaringan granulasi (jaringan kemerahan yang
mudah berdarah bila tersinggung). Jaringan granulasi ini kemudian akan sembuh
dengan pembentukan sikartiks yang kualitasnya tidakseperti kulit dan penampilannya
buruk. Bila hendak sembuh lebih baik, luka ternal sedalam ini memerlukan tandur
kulit (skin graft) di kemudian hari.
Penyebab Luka Bakar
Luka bakar dapat disebabkan :
Suhu (panas/dingin), bahan kimia, listrik.
Semakin luas luka ternal, semakin buruk prognosisnya.Luka bakar lebih dari 90%
luas badan hampir selalu meninggal.
2. DERAJAT LUKA
a. BAKAR Derajat 1
1) Ditandai dengan adanya eritema, nyeri tidak ada vesikula
2) Tidak berbahaya
3) Tidak memerlukan pemberian cairan IV
4) Dapat sembuh dengan sempurna
b. Derajat II
1) Ditandai dengan adanya vesikula/ bulla dengan pembengkakan di sekitarnya
2) Permukaan tampak seperti borok
3) Nyeri walaupun terhembus angin
c. Derajat III
1) Kulitnya tampak kehitaman, kaku, putih seperti lilin
2) Permukaannya kemerahan
3) Hilangnya perasaan nyeri
4) Luka umumnya kering

3. LUAS LUKA BAKAR


a. Rumus Sembilan (Rule Of Nine)
Luas luka bakar harus segera dapat diketahui,
karena akan masuk dalam laporan medic. Menduga luas
luka bakar dapat dihitung dengan cara “rule of 9” (rumus
9), yaitu ada 11 daerah masing-masing 9% dengan
perineum 1% (total (9%). Kesebelasan daerah ini adalah
sebagai seperti gambar disamping :
Untuk anak-anak rumus ini tidak dapat dipakai karena
kepala yang relative besar dan ekstremitas yang relative
kecil, sehingga harus melihat table (misalnya table lund&
Browder). Untul mudahnya dapat dipakai seperti gambar
disamping
b. Metode Lund dan Browder
Metode yang lebih terbentuk memperkirakan luas permukaan tubuh yang terbakat dalam
metode lund dan browder yang mengakui bahwa presentase luas luka bakar pada
berbagai bagian anatomic, khususnya kepala, tungkai, akan berubah menurut
pertumbuhan. Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan
memberikan estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar.Evaluasi pendahuluan dibuat
ketika pasien tiba di rumah sakit dan kemudian direvisi padahari kedua dan ketiga pasca
luka bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode tersebut.
c. Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode yang dipakai untuk
memperkirakan presentase luka bakar adalah metode telapak tangan.Lebar telapak tangan
pasien sebesar 1% luas permukaan tubuhnya.Lebar telapak tangan dapat digunakan untuk
menilai luas luka bakar.

LUAS BAKAR (Akibat Suhu Panas)


Biasanya luka bakar karena air panas lebih dangkal dibandingkan api. Ini bukan
merupakan rumus, karena uap panas yang berasal dari semburan mesin, dapat sangat panas
sehingga menyebabkan luka bakar yang dalam.

4. MANAJEMEN LUKA BAKAR


Manajemen luka bakar dimulai pada saat kali pertama korban ditemukan. Pada saat korban
ditemukan, biasanya api sudah mati. Dan apabila korban masih dalam keadaan terbakar,
maka dapat dilakukan tindakan atau cara sebagai berikut :
a. Menyiram dengan air dalam jumlah banyak. Apabila api disebabkan karena bensin
atau minyak tanah, karena bila jumlah air dalam penyiraman hanya sedikit akan
mengakibatkan api semakin besar.
b. Menggulingkan korban gawat darurat, kalau bisa dalam selimut basah. Dengan cara
ini, penolong harus waspada jangan sampai turut terbakar.

Untuk luka bakar permulaan yaitu :


a. Menyelupkan luka bakar dengan segera dalam air es untuk mengurangi
dan mencegah bengkak dan melepuh.
b. Tempatkan cold pack ice dan kain basah pada luka bakar, jika dicelupkan tidak
memungkinkan.
c. Menentukan suatu derajat luka balar seperti lingkaran gelang atau alas kaki
sebelum kaki mulai bengkak.
d. Cuci luka dan tutup dengan kain steril.
Perlu diteliti perawatan luka bakar, kapan pertama kali luka bakar diberikan untuk
menghindari pragnosa selanjutnya pada luka dan kontaminasi luka oleh karena itu :
a. Jangan mengunakan lotion, salf atau minyak
b. Jangan menghirup, batuk atau menyentuh pada area luka bakar
c. Jangan memecahkan lepuhan
d. Jangan memindahkan pakaian jika menempel pada luka bakar
Untuk yang lebih serius dan untuk menyusun pengobatan dan pertolongan
pertama mengikuti langkah-langkah berikut :
a. Monitor pernafasan dan berikan pernafasan buatan jika diperlukan
b. Luka bakar pada area muka berikan dengan cahaya lampu, lebih baik di cuci steril
dengan kain piras/ massage jaringan muka
c. Hati-hati perawatan lainnya dengan segera karena luka mengancam kehidupan
d. Menghilangkan shock
e. Menyusun segera untuk transportasi ke fasilitas pengobatan
5. HENTIKAN PROSES LUKA BAKAR
Luka bakar akan mengalami pendalaman, walaupun api sudah mati. Untuk mengurangi
proses pendalaman ini, luka dapat disiram dengan air bersih untuk pendinginannya. Proses
pendalamanan ini hanya akan berlangsung selama 15 menit. Sehingga apabila pertolongan
pertama telah tiba setelah 15 menit, usaha ini akan sia-sia.
Bila masih ada pakaian yang menyala atau membara, harus segera dilepaskan , demikian pula
semua jenis perhiasan. Karna pakaian atau perhiasan akan menyimpan panas dan
mempercepat pendalaman luka, termasuk bila ada kawat gigi.
6. CIRCULATION
Kulit yang terbuka akan menyebabkan penguapan air yang berlebihan dari tubuh, sehingga
mengakibatkan terjadinya dehidrasi. Walaupun dehidrasi akan terjadi agak lambat, namun
pemasangan infus pada luka bakar diatas 15% merupakan suatu keharusan.
7. PEMBERIAN CAIRAN DENGAN MENGGUNAKAN RUMUS
BAXTER Rehidrasi dilakukan dengan perhitungan sebagai berikut :
a. 4 cc/kg BB/% luka bakar / 24 jam
b. Separuhnya diberikan dalam 8 jam pertama dan separuhnya lagi diberikan dalam 16
jam berikutnya
c. Rumus ini pun tidak mutlak tepat karena banyak faktor tidak diperhitungkan, misalnya
luka bakar dalam.
Contoh :
Korban gawat darurat dengan BB 50 Kg, luas luka bakar 20% .maka korban gawat darurat
akan mendapatkan 50 x 20 x 4 cc / 24 jam = 4000 cc/ 24 jam. Separuhnya 2000 cc (4 kolf)
dalam 8 jam pertama.
Catatan : 2000 cc x 20 (tetes infuse set) = ± 80 tetes/ menit 4
(jam) x 60 (menit)
Rumus ini hanya merupakan patokan awal dan menilai cukupnya cairan yang
diberikan lebih tepat dengan menilai produksi urin setiap jam, yaitu 30 – 50 cc setiap jam
pada orang dewasa. Atau dapat menggunakan ukuran 1 – 1,5 cc / Kg BB/jam. Contohnya,
korban yang B nya 50 kg maka roduksi urinnya normal antara50-75 cc / jam.
Bila masa pra-rumah sakit hanya singkat, maka tidak perlu pemasangan kateter uretra
(pemasangan DC, Dauer Catheter).Namun dalam keadaan khusus dimana masa pra-rumah
sakit yang lama (transportasi yang sangat lama), maka perlu pemasangan DC sehingga dapat
dilakukan monitoring produksi urin.
8. AIRWAY
Pada kali pertama ditemukan airway biasanya tidak terganggu.Dalam keadaan ekstrim
bisa saj airway terganggu, misalnya karena lama berada dalam ruangan tertutup yang
terbakar sehingga terjadi pengaruh panas yang lama terhadap jalan nafas. Menghisap gas atau
partikel karbon yang terbakar dalam jumlah banyak juga akan dapat mengganggu airway.
Pada permulaan penyumbatan airway tidak total, sehingga akan timbul suara stridor
(crowing).
Bila menimbulkan sesak berat dan bila dimonitor saturasi O2 kurang dari 95%, maka ini
merupakan indikasi mutlak untuk segera intubasi. Obstruksi parsial ini dibiarkan akan
menjadi obstruksi total sehingga dapat mengakibatkan kematian. Pada luka bakar diwajah,
kepala dan atau dada harus selalu diwaspadai dan dimonitor jalan nafas. Karena bisa saja
terjadi tanda obstruksi setelah 6 jam trauma. Sehingga korban dianjurkan dirawat di ICU,
sampai dipastikan jalan nafas tidak terjadi obstruksi.
9. BREATHING
Gangguan breathing atau pernafasan dapat timbul segera atau setelah beberapa
saat kemudian. Gangguan pernafasan yang timbul cepat dapat disebabkan karena :
a. Inhalasi partikel-partikel panas yang menyebabkan proses peradangan dan edema pada
saluran jalan nafas yang paling kecil. Mengatasi sesak yang terjadi adalah dengan
penanganan yang agresif.
b. Keracunan CO (Carbon Mono-oksida)
Asap dari api mengandung CO. apabila korban gawat darurat berada dalam ruangan
tertutup yang terbakar, maka kemungkinan keracunan CO cukup besar. Diagnostiknya
sulit (apalagi di fase Pra – rumah sakit).Kulit yang berwarna merah terang biasanya
belum terlihat. Pulse oksimeter akan menunjukkan tingkat saturasi O2 yang cukup,
walaupun korban gawat darurat dalam keadaan sesak.
Bila diduga kemungkinan keracunan CO, maka diberikan O2 100% dengan
menggunakan non-breathing mask, ataupun bila perlu ventilasi tambahan dengan BVM
yang ada reservoir O2.
10. SURVEI SEKUNDER
Survei sekunder dilakukan dalam bentuk :
1) Anamnesis
Penting untuk menanyakan dengan teliti hal sekitar kejadian.
Tidak jarang terjadi bahwa disamping luka bakar akan
ditemukan pula perlukaan lain yang disebabkan usaha
melarikan diri dari api dalam keadaan panik.
2) Pemeriksaan head to toe
Pemeriksaan teliti dilakukan apabila ada waktu.Apabila ditemukan kelainan maka
diberikan pertolongan yang sesuai kondisi korban. Bila ada ahli, maka rujuk kembali
ke tim.
3) Luka bakarnya sendiri
tidak perlu dilakukan apa-apa, selain menutup dengan kain bersih. Menyemprot
dengan air dingin hanya dilakukan bila tiba sebelum 15 menit setelah kejadian.
Catatan : di Negara yang amat dingin, tidak boleh menyiram dengan air dingin
karena korban gawat darurat akan hipotermia. Jangan memecahkan bula atau
vesikula.
11. LUKA LISTRIK
Luka bakar karena listrik masih sering ditemukan,bahkan cenderung meningkat. Yang
harus diperhatikan pada korban luka bakar karena sengatam listrik adalah : penyebab
kematian yang disebabkan karena kuat arus (ampere) dan bukan voltase. Apabila korban
ditemukan masih dalam keadaan terkena arus listrik, maka: matikan listrik dari
sumbernya dan apabila tidak mungkin, maka coba lepaskan korban gawat darurat dengan
perantaran kayu kering, baju kering atau bahan non-konduksi listrik.
Apabila listrik sudah mati ,tetapi tidak ingin meyakinkan, maka selalu meraba dengan
punggung tangan jangan dengan telapak tangan. Karena bila masih ada arus listrik, maka
tangan akan selalu fleksi.
Pada korban luka bakar karena sengatan listrik, maka akan menimbulkan bahaya
gangguan irama jantung, betapapun kecil arus listrik. Karena itu selalu monitor irama
jantung dengan EKG. Bila ada kelainan, berikan terapi yang sesuai catatan :
terapi obat pada gangguan jantung hanya boleh diberikan oleh tenaga kesehatan terlatih,
atau bila perawat terlatih advanced (level III).
Bila korban gawat darurat sudah meninggal, selalu lakukan RJP (kecuali bila ada tanda
kematian pasti). Masalah luka karena arus listriknya : dianggap sebagai luka bakar. Patut
ditambahkan bahwa luka bakar karena arus listrik akan masuk ke kulit (yang daya hantar
rendah sehingga luka kecil saja) , lalu ke subkutan dengan daya hantar yang lebih besar
sehingga pada subkutan luka lebih besar, lalu masuk melalui otot dengan daya hantar
yang jauh lebih besar sehingga luka bakarnya sangat besar, lalu keluar lagi ke kulit.
Dengan demikian mungkin luka listrik masuk dan dan keluar hanya kecil , sedangkan
luka bakar di dalam jauh lebih luas.

12. LUKA KIMIA


Luka bakar dapat pula disebabkan oleh zat kimia.Zat yang bersifa basa lebih berbahaya
dibandingkan zat bersifat asam.Semakin asam atau basa, maka semakin berbahaya pula.
Apabila menemukan korban gawat darurat
luka bakar karena zat kimia yang masih dalam
keadaan terkena zat kimia, maka kali pertama harus
selalu menggunakan alat pelindung diri
(APD).Apabila zat kimia bersifat cair, langsung
semprot dengan air mengalir.Untuk zat kimia
bersifat asam diguyur air selama 30 menit, apabila
bersifat basa maka lebih lama lagi.
Lebih baik agak lama memberi pertolongan di TKP dengan usaha membersihkan zat
kimia daripada langsung membawa korban ke rumah sakit dengan masih ada zat kimia yang
menempel di tubuh. Hal ini akan memperparah kondisi korban luka bakar tersebut.
Apabila zat kimia bersifat bubuk, sapu dulu sampai zat kimia tipis, kemudian disiram
dengan air mengalir.Luka karena zat kimia, maka luka tersebut diperlakukan sebagai luka
bakar.
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN DAN PERAWATAN LUKA TUSUK
IKP PPLT D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penanganan Dan Perawatan Luka
Revisi Tanggal Tusuk

LAB Ketua

A. PENGERTIAN
Luka tusuk merupakan bagian dari trauma tajam yang mana luka tusuk masuk ke dalam
jaringan tubuh dengan luka sayatan pada kulit, misalnya luka tusuk pisau, paku. Biasanya pada
luka tusuk, darah tidak keluar (keluar sedikit) kecuali benda penusuknya dicabut. Luka tusuk
sangat berbahaya bila mengenai organ vital seperti paru, jantung, ginjal maupu abdomen.
Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk luka tusuk, salah satunya adalah
reaksi korban saat ditusuk atau saat pisau keluar, hal tersebut dapat menyebabkan lukanya
menjadi tidak begitu khas. Berat ringannya luka tusuk tergantung dari dua faktor yaitu lokasi
anatomi injury dan kekuatan tusukan (perlu dipertimbangkan panjangnya benda yang
digunakan untuk menusuk dan arah tusukan).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 110


B. KARAKTERISTIK LUKA TUSUK
1. Kedalaman Luka
Pemakaian istilah ‘luka penetrasi’ ditunjukkan untuk menjelaskan dimana dalaman luka
yang diakibatkan oleh benda itu melebihi lebar luka yang tampak pada permukaan kulit.
Dalamnya luka sulit ditentukan pada daerah tanpa tulang seperti di daerah abdomen oleh
karena elastisitas dinding perut tersebut. Panjang saluran luka atau kedalaman luka dapat
mengindikasikan panjang minimun dari senjata yang digunakan. Umumnya dalam luka
lebih pendek dari panjang senjata, karena jarang ditusukan sampai kepangkal senjata.
2. Lebar Luka
Kebanyakan luka tusuk akan menganga – bukan karena sifat benda yang masuk tetapi
sebagai akibat elastisitas dari kulit.1 Pada bagian tertentu pada tubuh, dimana terdapat
dasar berupa tulang atau serat otot, luka itu mungkin nampak berbentuk seperti kurva.
Lebar luka penting diukur dengan cara merapatkan kedua tepi luka sebab itu akan
mewakili lebar alat. Lebar luka di permukaan kulit tampak lebih kecil dari lebar alat,
apalagi bila luka melintang terhadap otot. Bila luka masuk dan keluar melalui alur yang
sama maka lebar luka sama dengan lebar alat. Tetapi sering yang terjadi lebar luka
melebihi lebar alat kerena tarikan ke samping waktu menusuk dan waktu menarik.
Demikian juga bila alat/pisau yang masuk kejaringan dengan posisi yang miring
3. Bentuk Luka
Bentuk luka merupakan gambaran yang penting dari luka tusuk karena karena hal itu akan
sangat membantu dalam membedakan berbagai jenis senjata yang mungkin telah
dikumpulkan oleh polisi dan dibawa untuk diperiksa. Pinggir luka dapat menunjukan
bagian yang tajam (sudut lancip) dan tumpul (sudut tumpul) dari pisau berpinggir tajam
satu sisi. Pisau dengan kedua sisi tajam akan menghasilkan luka dengan dua pinggir tajam.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 111


Gambar 1. Pisau bermata satu yang ditusukan dengan kedalaman yang berbeda – beda)

Perlu diingat bahwa benda lain yang dapat menembus tubuh, seperti pahat, obeng atau
gunting, akan menyebabkan perbedaan bentuk luka yang kadang-kadang berbentuk segi empat
atau, yang lebih jarang, berbentuk satelit.

Gambar 2. Menunjukan gambaran tusukan berbagai jenis obeng


C. PEMERIKSAAN LUKA TUSUK
Dalam pemeriksaan, interpretasi luka harus berdasarkan penemuan dan tidak boleh
dipengaruhi oleh keterangan pasien atau keluarga. Pemeriksaan ditujukan untuk menentukan:
a) Jumlah luka
b) Lokasi luka
c) Arah luka
d) Ukuran luka (panjang, lebar dan dalam)
e) Memperkirakan luka sebagai penyebab kematian korban atau bukan.
f) Memperkirakan cara terjadinya luka apakah kasus pembunuhan, bunuh diri, atau
kecelakaan.
Lokasi luka dijelaskan dengan menghubungkan daerah – daerah yang
berdekatan dengan garis anatomi tubuh dan posisi jaringan tertentu, misalnya garis
tengah tubuh, ketiak, puting susu, pusat, persendian dan lain – lain.
D. MANIFESTASI KLINIS
1. Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ
2. Respon stres simpatis
3. Perdarahan dan pembekuan darah
4. Kontaminasi bakteri
5. Kematian sel
6. Kerusakan integritas kulit
7. Syok dan perdarahan
8. Kerusakan pertukaran gas
9. Risiko tinggi terhadap infeksi
10. Nyeri akut
E. KOMPLIKASI
1) Hemoragi
Akibat luka tusuk akan terjadi perdarahan dimana rusakny dan terputusnya bagian-
bagian dari pembuluh darah sehingga mengakibatkan perdarahan dan jika tidak
segera ditangani dapat merngakibatkan keparahan bahkan kematian.
2) Cedera.
Luka tusuk akan mengakibatkan cedera baik itu ringan maupun parah karena tusukan
tersebut akan mengakibatkan kerusakan atau cedera pada jaringan maupun organ

F. PERAWATAN DAN PENANGANAN LUKA TUSUK


1. Bila tusukan mengenai organ vital, seperti; paru, jantung, pembuluh darah
besar, usus, ginjal :
 Benda tajam jangan dicabut.
 Beda antiseptik di sekitar luka lalu tutup dengan kasa, selanjutnya fiksasi dengan
plester supaya tidak bergerak/ tetap pada posisinya.
 Bawa ke UGD rumah sakit yang baik dan terdekat untuk perawatan/pengobatan lebih
lanjut.
 Bawa dengan hati-hati dan tidak menambah beban penderitaan korban.
 Pastikan denyut jantung korban baik. Pertahankan jangan sampai pingsan.
2. Bila tusukan benda tajam pada tungkai oleh paku atau benda tajam lainnya.
 Paku/benda tajam bisa dicabut.
 Usahakan darah dari luka dikeluarkan dengan cara memijat.
 Bersihkan luka dengan air dan antiseptik.
 Biarkan luka terbuka (tidak ditutup plester), tetapi hindari luka dari terkena kotoran
yang dapat menyebabkan infeksi.
Perhatikan:
 Apakah: paku/benda penusuk (benda baru, benda lama, berkarat)
 Kedalaman tusukan (dalam mm/cm).
 Bila benda penusuk dicurigai kotor/berkarat, bawa ke UGD rumah sakit yang
baik dan terdekat untuk perawatan luka lebih lanjut.
G. PERSIAPAN ALAT
a. Persiapan alat steril
1. Pinset anatomi
2. Pinset chirurge
3. Gunting
4. Bengkok
5. Kom kecil
6. Kassa
7. Kapas
8. Hand scoen
9. Spuit
10. NaCl
11. Mess
b. Baki/Poley berisi alat non steril
1. Gunting balutan
2. Plester
3. Verban
4. Obat desinfektan dalam tempatnya (bethadine)
2. Tempat sampah
3. Lidokain injeksi sebagai anasthesi
H. PROSEDUR KERJA
a. Fase Orientasi
1. Memberikan salam dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur tindakan
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
b. Fase Kerja
1. Dekatkan alat
2. Tutup ruangan atau tirai di sekitar tempat tidur (Memberi kenyamanan pada
pasien dan menjaga privasi serta mengurangi udara yang dapat mentransmisikan
mikroorganisme).
3. Bantu klien pada posisi nyaman, Instruksikan pasien untuk tidak menyentuh area
luka atau peralatan steril (Gerakan tiba-tiba dari klien selama dilakukannya
perawatan dapat menyebabkan kontaminasi luka atau peralatan).
4. Pasang perlak pengalas
5. Gunakan sarung tangan (Sarung tangan mencegah transmisi mikroorganisme).
6. Bersihkan luka hingga benar-benar bersih, pembersihan luka dimulai dengan
memberikan anastesi local dengan menggunakan lidocain, injeksikan
mengelilingi sekitar luka tusukkan.
7. Setelah itu siramlah dengan larutan H202, gosoklah dengan kuat sampai benar-
benar bersih tanpa tertinggalnya kotoran dalam luka. Setelah benar-benar bersih,
bilas luka dengan menggunakan larutan NaCl 0,9% tekan-tekan sekitar luka
hingga kotoran-kotoran yang tersisa keluar dari luka. Langkah terakhir adalah
sterilkan luka dengan cara menyiram dengan cairan IODINE (Betadhine) dan
tutup luka dengan kasa steril.
c. Fase Terminasi
1. Merapikan alat dan pasien
2. Melakukan evaluasi tindakan
3. Menjelaskan RTL
4. Berpamitan dan mencuci tangan
5. Mendokumentasikan tindakan keperawatan : respon klien, observasi luka
(dokumentasi yang akurat dan tepat waktu dapat memberitahukan personel
adanya perubahan pada kondisi luka dan status klien).
INSTRUKSIONAL KERJA
PENANGANAN DAN PERAWATAN LUKA AMPUTASI
IKP PPLA D3 LAB KODE NO. URUT
KEPERAWATAN

Revisi :
Tanggal :
Dikaji ulang oleh :
Dikendalikan oleh : Pusat Laboratorium
Disetujui oleh : Ketua

D3 Instruksional Kerja Disetujui oleh:


KEPERAWATAN Penanganan Dan Perawatan Luka
Revisi Tanggal Amputasi

LAB Ketua

A. PENGERTIAN
Amputasi adalah pemisahan anggota badan atau bagian lain dengan pembedahan. (H.T.
Laksman, 2000 : 13)
Amputasi merujuk pada pengangkatan semua atau sebagian ekstremitas.
(Barbara Engram, 1999 : 343)
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian
atau seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam
kondisi pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak
mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain.
Perawatan luka amputasi adalah tindakan mengganti balutan luka post amputasi dengan
menggunakan bahan tertentu untuk membantu proses penyembuhan luka.
B. TUJUAN
- Mencegah infeksi silang
- Mempercepat proses penyembuhan luka
C. ETIOLOGI
Indikasi utama bedah amputasi adalah karena :
1. Iskemia karena penyakit reskularisasi perifer, biasanya pada orang tua, seperti klien
dengan artherosklerosis, Diabetes Mellitus.
2. Trauma amputasi, bisa diakibatkan karena perang, kecelakaan, thermal injury seperti
terbakar, tumor, infeksi, gangguan metabolisme seperti pagets disease dan kelainan
kongenital.
D. PERSIAPAN ALAT
1. Alat steril
1) Sarung tangan 2 pasang
2) Pinset anatomis 2 buah
3) Pinset chirugis 1 buah
4) Kom steril 2 buah
5) Kassa steril secukupnya
6) Lidi kapas secukupnya (kalau perlu)
7) Perban gulung
2. Alat tidak steril
a. Bengkok 2 buah (1 berisi larutan desinfektan)
b. Gunting perband
c. Plester
d. Korentang
e. Alas dan perlak
f. Alkohol/ wash bersih
g. Larutan-larutan dalam botol
E. PROSEDUR KERJA
a) Fase Orientasi
1. Memberikan salam dan menanyakan nama pasien
2. Memperkenalkan diri
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah prosedur
5. Menanyakan kesiapan pasien
6. Mencuci tangan
b) Fase Kerja
1. Dekatkan alat
2. Membuka balutan lama
a. Alat dipasang
b. Bengkok didekatkan
c. Gunting plester sesui kebutuhan
d. Pasang sarung tangan
e. Perban gulung yang lama dibuka dengan cara digunting
f. Buka Sarung tangan
3. Membersihkan luka
a. Paket steril dibuka dengan benar
b. Larutan NaCl atau betadine atau yang diperlukan dituang ke kom kecil
c. Gunakan sarung tangan dengan benar
d. Pinset anatomis dan chirugis diambil
e. Kassa untuk kompres diperas dan dipersiapkan terlebih dahulu yaitu kassa
NaCl dan kassa Betadine
f. Balutan lama diangkat dengan pinset anatomis dan dibuang kedalam bengkok
g. Pinset anatomis direndam dalam larutan desinfektan
h. Tangan kanan memega ng pinset chirugis dan tangan kiri memegang pinset
anatomis
i. Lalu ambil kassa NaCl dengan pinset anatomis dan dipindahkan ke pinset
chirugis (tangan kanan)
j. Luka post amputasi dibersihkan dengan benar, dengan 3 cara yaitu:
- Dari atas ke bawah
- Dari samping kiri kanan
- Sirkuler (dari bagian luar ke dalam luka)
k. Luka post amputasi dikeringkan dengan kassa kering yang diambil oleh pinset
anatomis dan pindahkan ke pinset chirugis
l. Oleskan luka dengan kassa betadine, mengambilnya dengan cara yang sama
m. Tutup/ kompres luka dengan kassa betadine
n. Tutup luka dengan kassa kering
o. Balut luka dengan perban gulung
p. Lepas sarung tangan, simpan ke dalam bengkok berisi larutan desinfektan
q. Plester luka
d. Fase Terminasi
a. Merapikan alat dan pasien
b. Melakukan evaluasi tindakan
c. Menjelaskan RTL
d. Berpamitan dan mencuci tangan
e. Mendokumentasikan tindakan keperawatan : respon klien, observasi luka
(dokumentasi yang akurat dan tepat waktu dapat memberitahukan personel
adanya perubahan pada kondisi luka dan status klien).

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 120


SUMBER PUSTAKA

David Knighton, dkk, Tindakan-tindakan Gawat Darurat, Jakarta, Kedokteran EGC


David Knighton, dkk, Tindakan-tindakan Gawat Darurat, Jakarta, Kedokteran EGC
Emergency Nurses Association. (2013). Sheehy’s Manual of Emergency Nursing: Principles
and Practice. 7th ed. Mosby: Elsevier Inc
Emergency Nursing Association. (2008). Emergency Nursing Core Curriculum (6 Eds).
Saunders: Elsevier Inc.
John Mills, MD, dkk, Gawat Darurat Paru-paru,Jakarta, Kedokteran EGC
John Mills, MD, dkk, GawatDaruratParu-paru,Jakarta, Kedokteran EGC
Luz Heller, Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, Jakarta, Kedokteran EGC
Luz Heller, Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri, Jakarta, Kedokteran EGC
Michael S, Jastremski, Prosedur Kegawatan, Jakarta, Kedokteran EGC
Michael S, Jastremski, ProsedurKegawatan, Jakarta, Kedokteran EGC
Nancy E Carolin, Emergency Care in Street, Boston, little Brown and Co
Nancy E Carolin, Emergency Care in Street, Boston, little Brown and Co
Proehl, Jean. A. (2009). Emergency Nursing Procedures E-book. Saunders: Elsevier Inc
Schumacher, L. & Chernecky, C. C. (2009).Saunders Nursing Survival Guide: Critical Care
& Emergency Nursing, 2e. Saunders: Elsevier Inc.
Tscheschlog, B. A. & Jauch, A. (2014). Emergency nursing made incredibly easy. Wolter
Kluwers.

Buku Panduan Praktik Laboratorium KGD dan Managemen Bencana 121

Anda mungkin juga menyukai