Anda di halaman 1dari 5

Jaringan mesenkim

Gambar 1. Perkembangan jaringan mesenkim yang akan menjadi berbagai jenis jaringan ikat dalam
tubuh manusia. (Junqueira LC, Carneiro J, 2005)

Mesenkim adalah jaringan ikat embrio yang kelak akan menumbuhkan jaringan ikat dewasa,
pembuluh darah dan limfe, dan otot polos. Secara histologis terdiri atas sel-sel mesenkim dan bahan
dasar (matriks). Sel mesenkim bentuknya tidak teratur dan memiliki banyak penjuluran dan saling
berhubungan. Inti lonjong, besar (Hernawati, 2008).
Mesenkim suatu jaringan embrio yang dibentuk oleh sel-sel memanjang yang tidak berdifferensiasi,
yakni sel-sel mesenkim. Ciri-ciri sel ini adalah bentuk inti oval dengan nukleolus yang menonjol dan
kromatin halus. Sel-sel ini mempunyai banyak sitoplasma, dan terbenam di dalam substansi ekstrasel
yang melimpah dan kental yang mengandung sedikit serat. Mesenkim pada dasarnya berkembang
dari mesoderm. Sel-sel mesodermal bermigrasi dari tempat asalnya di dalam embrio, yang
melingkupi dan menembus organ-organ yang sedang berkembang (Keosoemawati & Dwiastuti,
2017).

Jaringan ikat longgar

Jairngan lemak
Sel-sel lemak yang berkelompok besar dinamakan jaringan lemak. Sel lemak multilokuler memiliki
banyak tetesan lemak dan inti biasanya tidak terdorong ke tepi. Dalam tubuh manusia lemak putih
jauh lebih banyak dari lemak coklat. Secara histologik terdapat dua jenis sel lemak yaitu sel lemak
unilokuler yang membentuk jaringan lemak putih, dan sel lemak multilokuler yang membentuk
jaringan lemak coklat. Sel lemak unilokuler memiliki satu tetesan lemak yang besar dengan inti
terdorong ke tepi dan sitoplasma tipis yang memberi gambaran seperti cincin cap (signet ring cell).
Sel-sel lemak ini dapat berdiri sendiri atau dalam kelompok kecil; biasanya terdapat di sepanjang
kapiler. Sel lemak unilokuler merupakan sel bulat besar dengan diameter dapat mencapai 120 μm. Di
bawah mikroskop, pada jaringan lemak sel-sel lemak ini terlihat berbentuk polihedral. Dalam
sitoplasmanya yang tipis terdapat kompleks Golgi jukstanuklear kecil, beberapa mitokondria
berbentuk filamen, kadang terdapat sisterna dari rough endoplasmic reticulum (RER) dan sejumlah
ribosom bebas. Pada sel lemak imatur, tetesan lemak masih berupa tetesan-tetesan lemak kecil yang
belum berfusi dan dikelilingi oleh satu lapisan filamen intermedia vimentin berukuran sekitar 10 nm.
(Wangko S dan Karundeng R, 2014)

Jaringa reticular

Jaringan Ikat elastin

Stain: van Gieson resorcin-fuchsin-picric acid; magnification: × 200 preparat : aorta.


This figure shows a vertical section through the media of the thoracic aorta. In contrast to Figs. 162
and 163, the elastic fibers run in the wavy pattern of corrugated sheets. Between the black-violet
elastic fibers are yellow-stained smooth muscle cells. Compare this figure with Figs. 156, 162, 165,
166 and with Figs. 274–280. In arteries of the elastic type, elastic structures can be seen as fibers
only in vertical sections through the vessel wall. In fact, these structures are elastic membranes or
lamellae (see Fig. 279). The regular staining methods, as used in histology courses, rarely show
elastic fibers. The fibers do not display an organized structural scheme. There is no cross-striation

Jaringan ikat padat teratur


-tendon
Stain: alum hematoxylin-eosin; magnification: × 240

Jaringan ikat padat tidak teratur

Stain: azan; magnification: × 70 preparat kelopat mata atas manusia

Jaringan tulang
Tulang keras

Histologi Tulang Femur Perbesaran 100x, 400x, 1000x Keterangan: a. Canalis centralis, b. Osteosit
dalam lakuna, c. Lamela, d. Canalis volkman, e. Canalikuli

Perbedaan jaringan ikat padat teratur dan tidak

Faktor-faktor yang mempengaruhi proses pembekuan darah

1 contoh penyakit gangguan pada jaringan ikat


Rheumatoid arthritis (RA) merupakan penyakit autoimun yang ditandai dengan adanya peradangan,
gejala nyeri, kekakuan, dan pembengkakan (inflamasi) sendi yang berakibat pada kerusakan
kartilago, erosi tulang, hingga berdampak lanjut pada kelainan bentuk tulang (Scheett G dan Ian B ,
2011).
Inflamasi terjadi karena adanya over produksi sitokin proinflamasi seperti interleukin (IL-1, IL-6,
IL17), tumor necrosis factor (TNFα) dan lainnya yang meningkat sehingga menghambat proliferasi
dan diferensiasi dari sel T serta adanya pengaruh lingkungan seperti radikal bebas yang memicu
stress oksidatif menjadikan mediator inflamasi mendegradasi komponen matriks seluler yang
berakibat pada kondisi RA, selain itu aktivasi IL-17 membentuk proinflamasi dan menyebabkan
ketidak seimbangan osteoblas dan osteoklas sehingga menjadikan turn over yang berlebihan dan
berakhir pada kerusakan tulang (Breenan F, 2008; Walsh NC, 2009; Hein G, 2006).
Ketidakseimbangan tersebut juga dipengaruhi oleh TNF-α yang menghambat pematangan dan fungsi
osteoblast, meskipun dalam kondisi tertentu ikatan antara Il-17 dengan Il-13, TGF-β, DAN Igf-1
berperan dalam pembentukan kartilago tulang. Pengobatan RA selama ini bersifat sintetik dan
mahal serta berdampak pada jangka yang lama, hal ini dapat ditekan dengan pola hidup sehat
dengan asupan nutrisi yang cukup. Nutrisi merupakan bahan penting untuk tubuh, salah satu nutrisi
yang penting dalam tubuh adalah susu kambing PE, selain itu olahan susu baik susu segar maupun
yogurt mengandung biopeptida aktif alpha-S2 kasein yang berada pada 36kDa (Diarra D; 2007 Koshy
P; 2002; Khoiriyah L; 2013; Budiarti I; 2013)

Hasil kadar hemoglobin dan kadar hematocrit pada manusia

Jelaskan waktu pengamatan pada pendarahan, pembentukan benang-benang fibrin, dan


pembekuan darah normal pada manusia

Junqueira LC, Carneiro J. Muscle Tissue. Basic Histology Text & Atlas (Seventh Edition). New York:
McGraw-Hill, 2005; 91-122.

Hernawati.( 2008 ). Bahan Kuliah Struktur Hewan Pada Materi Jaringan Ikat. Jakarta : Pendidikan
Biologi-FPMIPA Universitas Pendidikan Indonesia.

Koesoemawati, Hatty Anggrawati & Dwiastuti, Sagung Agung Putri. (2017). Histologi dan Anatomi
Fisiologi Manusia. Bahan Ajar Keperawatan Gigi. Kementrian Kesehatan RI.
Wangko, S., & Karundeng, R. (2014). Komponen sel jaringan ikat. JURNAL BIOMEDIK: JBM, 6(3).

Scheett, G and Ian B.M. 2011. The Pathgenesis of Rheumathoid Arthritis. The New England. Journal
of Medicine. 365:2205-19.

Breenan, F. M. and I. B. Mc Innes. 2008. Evidence that Cytokines Play a Role in Rheumathoid
Arthritis. Journal of Clinical Investigation. 118, 11.

Walsh NC, Reinwald S, Manning CA, Condon KW, Iwata K, Burr DB, Gravallese EM. 2009. Osteoblast
function is compromised at sites of focal bone erosion in inflammatory arthritis. J Bone Miner
Res.24:1572–1585

Hein G. E. 2006. Glication end product in Osteoporosis is there a pathophisyologic importance?.


Clinica Cimic Acta. 371: 32- 36.

Diarra D, Stolina M, Polzer K, Zwerina J, Ominsky MS, Dwyer D, Korb A, Smolen J, Hoffmann M,
Scheinecker C, Heide D van der, Landewe R, Lacey D, RichardsWG, Schett G. 2007. Dickkopf-1 is a
master regulator of joint remodeling. Nat Med. 13:156–163.

Koshy,P.J., N. Henderson, C. Logan, P. F. Life, T. E. Cawston, A. D. Rowan. 2002. Interleukin 17


Induces Cartilage Collagen Breakdown: Novel Synergistic Effects in Combination with
Proinflammatory Cytokines. Ann Rheum Dis 61: 704-713. doi: 10.1136/ard.61.8.704.

Khoiriyah, L. K., dan Fatchiyah. 2013. Karakter Biokimia dan Profil Protein Yogurt Kambing PE
Difermentasi Bakteri Asam Laktat (BAL). The Journal of Experimental Life Science (JELS). Vol. 3 No. 1.

Budiarti, I. K., Masdiana P. D., Fatchiyah. 2013. Nutritional Composition and Protein Profile of Goat
Yogurt PE with Double Culture between Streptococcus thermophiles and Lactobacillus species.
Cukorova Medical Journal. 38(4): 681- 686.

Anda mungkin juga menyukai