Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang

Air merupakan sumber daya alam yang sangat melimpah karena mudah
ditemukan di permukaan bumi. Selain itu, air juga merupakan sumber daya
alam yang sangat penting bagi kebutuhan makhluk hidup dalam kehidupan
sehari-hari. Forum air Dunia II di Den Haag pada Maret 2000, sudah
memprediksi Indonesia termasuk salah satu negara yang akan mengalami
krisis air pada tahun 2025 (Qodriyatun, 2015). Hal yang menyebabkan
terjadinya krisis adalah kurangnya dalam pengelohan air dan pemakaian air
yang tidak efisien.

Ketersediaan air bersih juga sangat berkaitan dengan tingkat


pertumbuhan dan kepadatan penduduk. Saat ini, jumlah populasi penduduk
semakin meningkat di Indonesia. Pertumbuhan jumlah penduduk yang
tinggi ini dapat mengakibatkan beberapa penduduk mengalami kesulitan
untuk mendapatkan air yang bersih. Hal ini menyebabkan beberapa warga
terpaksa memanfaatkan air tanah yang belum tentu layak dikonsumsi.
Akibatnya, ada beberapa teknologi untuk mengembangkan pengolahan air
bersih dan air limbah.

Ada beberapa teknologi pengolahan air bersih, salah satu teknologi


yang sering digunakan yaitu teknologi membran. Membran adalah lapisan
tipis yang bertindak sebagai pemisah selektif antara dua fase karena bersifat
semi permebel (Widayanti, 2013). Proses pemisahan membran dapat terjadi
akibat membran mempunyai kemampuan memindahkan salah satu
komponen lebih cepat daripada komponen lainnya berdasarkan perbedaan
sifat fisik dan kimia membran serta komponen yang akan dipisahkan
(Mulder, 1996). Teknologi membran dapat menghasilkan kualitas produksi
air bersih yang baik, pengoperasian mudah, dapat memisahkan dengan zat-
zat pengotor lainnya dan dapat mengurangi pencemaran lingkungan akibat
lebih sedikit dalam penggunaan bahan kimia.

Proses pemisahan membran dapat terjadi akibat ada berbagai driving


force, yaitu: proses yang digerakkan tekanan (pemisahan gas, ultrafiltrasi
dan mikrofiltrasi, dan reverse osmosis), proses yang digerakkan oleh
konsentrasi (dialisis), dan proses yang digerakkan potensial listrik
(elektrolisis, elektrodialisis dan eletrodeionisasi). Selain itu, proses
pemisahan membran juga dapat diklasifikasikan berdasarkan partikel yang
ditolak dan ukuran molekulnya. Pada penelitian ini, difokuskan pada
proses pemisahan membran dengan tekanan sebagai driving force.
Ultrafiltrasi dan mikrofiltrasi mempunyai prinsip kerja yang serupa karena
pemisahannya menggunakan penyaringan molekuler melalui pori-pori
yang semakin halus. Membran mikrofiltrasi menyaring partikel koloid dan
bakteri dari diameter 0,1-10 µm, sedangkan ultrafiltrasi dapat menyaring
makromolekul terlarut dengan ukuran 100-200 nm. Kedua membran
tersebut merupakan teknologi yang sering digunakan untuk pengolahan air
bersih, pengolahan air limbah, dan aplikasi industri. (Richard W Baker,
2000).

Ultrafiltrasi adalah teknologi membran yang sering digunakan karena


memiliki fleksibilitas yang tinggi, efektivitas biaya dan dapat memisahkan
air bersih dengan zat pengotornya. Pada umumnya, membran ultrafiltrasi
hidrofobik memiliki fluks air yang rendah dan rentan terhadap organik dan
biofouling. Karena ingin memisahkan air bersih dengan zat pengotornya,
maka perlu mengubah membran hidrofobik menjadi semakin hidrofilik
agar memiliki fluks yang tinggi dan tingkat keberhasilan membran dalam
memisahkan campuran komponen semakin tinggi. Beberapa membran
hidrofobik yang sering digunakan yaitu polipropilena, polisulfon,
polivinilklorida, polietersulfon. Berdasarkan jurnal dari Laine et al. (1989)
dan Margorzata et al. (1999), membran hidrofilik memiliki permeabilitas
yang lebih tinggi daripada hidrofobik (Wardani et al., 2018).
Pada penelitian sebelumnya, water treatment menggunakan membran
ultrafiltrasi dari polimer selulosa asetat dengan metode inversi fasa. Pada
penelitian tersebut memiliki rejeksi yang tinggi lebih dari 90% tetapi saat
menggunakan membran terus menerus akan menimbulkan fouling. Pada
penelitian ini, permukaan membran akan dilapisi oleh polidopamin yang
telah dipolimerisasi dari dopamin secara in situ. Pelapisan membran dengan
polidopamin adalah salah satu strategi mudah dan efektif untuk
meningkatkan derajat hidrofilitas sehingga menurunkan tingkat fouling,
fluks meningkat dan efisiensi meningkat (Wardani et al., 2018)

Membran mikrofiltrasi dapat digunakan untuk pemurnian air. Membran


ini memiliki pori-pori yang lebih besar daripada membran ultrafiltrasi. Pada
ultrafiltrasi ditujukan untuk memurnikan air yang dapat digunakan menjadi
air minum, sehingga butuh pemisahan yang lebih baik untuk memisahkan
senyawa / mineral yang berbahaya bagi tubuh. Sedangkan membran
mikrofiltrasi hanya memisahkan senyawa organik dengan air yang masih
mengandung mineral – mineral lain. Oleh karena itu, pada penelitian ini
menggunakan membran mikrofiltrasi agar mineral tersebut masih dapat
digunakan untuk proses pengolahan air selanjutnya.

Pada penenelitian ini, diperlukan memperhatikan beberapa faktor yang


yaitu, pengaruh konsentrasi, jenis membran, dan waktu coating
polidopamin. Pada penelitian ini, digunakan 2 jenis membran yang berbeda
yaitu membran selulosa asetat yang bersifat hidrofilik dan polisulfon yang
bersifat hidrofobik. Selain itu akan dipelajari mengenai pengaruh morfologi,
sudut kontak, fluks dan rejeksi membran pada proses pemisahkan emulsi
minyak dalam air.

I.2. Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh konsentrasi polidopamin, jenis membrane dan
waktu perendaman terhadap membrane?
2. Bagaimana kondisi optimum yang tepat pada konsentrasi polidopamin
tertentu?
3. Bagaimana pengaruh pelapisan polidopamin terhadap pemisahan air dan
minyak?

I.3. Tujuan
1. Mempelajari pengaruh penambahan konsentrasi polidopamin, jenis
membran yang berbeda, dan waktu coating polidopamin terhadap struktur
membran.
2. Mengetahui konsentrasi polidopamin yang dapat menghasilkan kondisi
optimum pada membran.
3. Mengetahui pengaruh pelapisan polidopamin pada membrane terhadap
kinerja pemisahan air dan minyak.

I.4. Batasan Masalah

1. Penelitian ini dibatasi hanya untuk pemisahan air dan minyak untuk
menguji derajat hidrofilik membran hasil pelapisan.
2. Penelitian ini hanya menggunakan 2 jenis membran, yaitu selulosa asetat
dan polisulfon.
3. Penelitian dilakukan pada suhu dan tekanan atmosferik.

Anda mungkin juga menyukai