Seminar PKK Managemen Kel 1
Seminar PKK Managemen Kel 1
Di susun oleh :
1. Akhmad Zulkhairi Matondang P07520217001
2. Almida Karina Purba P07520217002
3. Anggi P07520217003
4. Anggi Paramita Panjaitan P07520217004
5. Anggun Sianturi P07520217005
6. Berkati Theresia Manullang P07520217007
7. Bethania Cindy Simanjuntak P07520217008
8. Calvin Permana Pinem P07520217009
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang maha Esa yang telah
memberikan rahmat sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktek Klinik
Manajemen Keperawatan di Ruang Rindu RSUD Kenangan pada Bulan Oktober
2020.
Adapun tujuan penulisan laporan ini untuk memenuhi salah satu tugas
Manajemen Keperawatan. Dalam penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan dan dorongan Dosen Pembimbing , oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan terima kasih pada yang terhormat : Ibu Doni
Simatupang,S.Kep,Ns,M.Kes.
Penulis telah berupaya seoptimal mungkin untuk dapat menyelesaikan laporan
ini dengan sebaik-baiknya, namun penulis menyadari banyak kekurangan dan jauh
dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak.
Penulis berharap semoga laporan ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan
pembaca pada umumnya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar................................................................................................ i
Daftar Isi......................................................................................................... ii
BAB IV PENUTUP……………….............................................................. 41
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………. 43
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
tujuan. Manajemen merupakan suatu pendekatan yang dinamis dan proaktif
dalam menjalankan suatu kegiatan di organisasi. Dimana di dalam manajemen
tersebut mencakup kegiatan koordinasi dan supervisi terhadap staf, sarana dan
prasarana dalam mencapai tujuan organisasi (Grant & Massey, 1999).
Sedangkan menurut Gillies (1986), manajemen didefinisikan sebagai suatu
proses dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain.
Manajemen keperawatan menurut Nursalam (2002), merupakan suatu
pelayanan keperawatan profesional dimana tim keperawatan dikelola dengan
menjalankan empat fungsi manajemen antara lain perencanaan,
pengorganisasian, motivasi, dan pengendalian. Keempat fungsi tersebut saling
berhubungan dan memerlukan keterampilan-keterampilan teknis, hubungan
antar manusia, konseptual yang mendukung asuhan keperwatan yang bermutu,
berdaya guna dan berhasil guna bagi masyarakat. Hal ini menunjukkan bahwa
manajemen keperawatan perlu mendapat prioritas utama dalam pengembangan
keperawatan di masa depan, karena berkaitan dengan tuntutan profesi dan
global bahwa setiap perkembangan serta perubahan memerlukan pengelolaan
secara profesional dengan memperhatikan setiap perubahan yang terjadi.
Ciri–ciri mutu asuhan keperawatan yang baik antara lain : memenuhi
standar profesi yang ditetapkan, sumber daya untuk pelayanan asuhan
keperawatan dimanfaatkan secara wajar, efisien, dan efektif, aman bagi pasien
dan tenaga keperawatan, memuaskan bagi pasien dan tenaga keperawatan serta
aspek sosial, ekonomi, budaya, agama, etika dan tata nilai masyarakat
diperhatikan dan dihormati. Hal ini dapat dicapai dengan adanya manajemen
yang baik. (Arwani, 2002)
Asuhan keperawatan merupakan titik sentral pelayanana keperawatan,
asuhan keperawatan yang bermutu hanya dapat dicapai dengan pengelolaan
asuhan keperawatan yang profesional. Model pemberian asuhan keperawatan
merupakan salah satu pendekatan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesional yang menjamin terwujudnya kesinambungan dalam pemberihan
asuhan keperawatan dan akuntabilitas. (Nursalam, 2002)
Ruang Rindu RSUD Kenangan dalam pengelolaan asuhan keperawatan
profesionalnya menerapkan model pemberian asuhan keperawatan dengan
2
metode TIM, melalui kerja kelompok yang terkoordinasi dan kooperatif dapat
terwujud pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh lengkap terhadap
pasien.
Perawat sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan, dituntut untuk
memiliki kemampuan manajerial yang tangguh, sehingga pelayanan yang
diberikan mampu memuaskan kebutuhan klien. Dalam rangka meningkatkan
keterampilan manajerial peserta didik keperawatan selain mendapatkan materi
kepemimpinan dan manajemen keperawatan juga melakukan praktek langsung
di lapangan. Mahasiswa Program Studi D-IV Keperawatan melakukan praktek
Stase Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan di Ruang Rindu
RSUD.Kenangan dengan arahan pembimbing klinik dan pembimbing
akademik.
3
1.3 Manfaat Penulisan
1.3.1 Manfaat Teoritis
Sebagai sumber informasi khususnya bagi mahasiswa program
profesi ners dalam aplikasi konsep kepemimpinan dan manajemen
keperawatan secara langsung.
1.3.2 Manfaat Praktis
Sebagai bahan masukan bagi perawat khususnya di Ruang Rindu
RSUD Kenangan Medan untuk meningkatkan kualitas pelayanan
asuhan keperawatan yang mangacu kepada model praktek keperawatan
profesional (MPKP).
4
BAB II
TINJAUAN TEORI
5
penyusunan resmi jabatan kedalam pola hubungan kerja yang akan
mengatur usaha banyak pekerja dari bermacam-macam kepentingan dan
kemauan.
Struktur informal organisasi terdiri dari hubungan timbal balik
pribadi yang tidak resmi diantara para pekerja yang mempengaruhi
efektifitas kerja mereka. Kualitas hubungan timbal balik seorang manajer
dengan lainnya langsung dikaitkan dengan kemampuan
kepemimpinannya. Mengingat struktur formal dan informal organisasi
saling melengkapi, manajer perawat bisa memakai struktur organisasi
informal unttuk mengganti kerugian karena kekurangan atau kegagalan
dalam struktur formal.
b. Job Deskriptions
Merupakan suatu uraian pembagian tugas sesuai peran yang ia
jalankan, misalnya sorang kepala ruang maka tugas dan tanggung
jawabnya, jadi antara satu dengan yang lainnya mempunyai tugas dan
tanggung jawab yang berbeda sesuai dengan perannya.
c. Metode Penugasan
Metode penugasan yang ditetapkan harus dapat memudahkan
pembagian tugas perawat yang disesuaikan dengan pengetahuan dan
ketrampilan perawat dan sesuai dengan kebutuhan klien. Apabila metode
penugasan tidak diterapkan maka pelayanan asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien menjadi tidak opimal.
Jenis model asuhan keperawatan menurut Grant & Massey (1997)
dan Marquis & Houston (1998), antara lain :
1) Model Fungsional
Metode fungsional dilakukan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia ke
II. Pada saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan
perawat maka setiap perawat hanya melakukan 1 sampai 2 jenis
intervensi (merawat luka kepada semua pasien di bangsal).
Kepala Ruang
6
Perawat Perawat Perawat Perawat Visite
Pengobatan Perawatan Luka Menyuntik
Pasien
2) Model Tim
Model ini menggunakan tim yang terdiri dari anggota yang
berbeda-beda dalam memberikan askep terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi dalam group kecil yang saling membantu.
Kepala Ruang
Pasien Pasien
3) Model Primer
Model penugasan dimana 1 orang perawat bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap askep pasien mulai dari pasien masuk
sampai keluar rumah sakit.
7
Primary Nurse
Pasien
4) Manajemen Kasus
Setiap perawat di tugaskan untuk melayani seluruh kebutuhan
pasien saat ia dinas. Pasien akan dirawat oleh perawat yang berbeda
untuk setiap shift dan tidak ada jaminan bahwa pasien akan dirawat
oleh orang yang sama pada hari berikutnya. Metode penugasan kasus
biasa diterapkan 1 pasien 1 perawat, dan hal ini umumnya dilakukan
untuk perawat privat atau keperawatan khusus seperti isolasi dan
intensive care.
5) Model Tim Primer.
Pada model ini digunakan kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S. Sudarsono (2000), penerapan model ini didasarkan
pada beberapa alasan yaitu :
Keperawatan primer tidak digunakan secara murni karena sebagai
perawat primer harus mempunyai latar belakang pendidikan S1
keperawatan atau setara.
Keperawatan tim tidak digunakan secara murni karena tanggung
jawab asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai
tim.
Melalui kombinasi kedua model tersebut diharapkan kontinuitas
asuhan keprawatan dan accountabilitas asuhan keperawatan
terdapat pada primer.
Hal-hal yang perlu di pertimbangkan dalam penentuan pemilihan
metode pemberian asuhan keperawatan (Marquis & Houston, 1998),
yaitu :
1. Sesuai dengan visi dan misi institusi
8
2. Dapat diterapkannya proses keperawatan dalam askep
3. Efisien dan efektif dalam penggunaan biaya
4. Terpenuhinya kepuasan klie, keluarga dan masyarakat
5. Kepuasan kinerja perawat
6. Terlaksananya komunikasi yang adequate antara perawat dan tim
kesehatan lainnya.
3. Actuiting
a. Motivasi
Motivasi adalah karakteristik psikologi manusia yg memberi
konstribusi pada tingkat komitmen seseorang, hal ini termasuk faktor
yang menyebabkan, menyalurkan dan mempertahankan tingkah laku
manusia dalam arah tekad tertentu (Stoner, Freman 11995). Motivasi
adalah sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu
(Ngalim, 2000). Dari pengertian diatas dapat diambil 3 point penting
yaitu : kebutuhan, dorongan dan tujuan.
Kebutuhan muncul apabila seseorang merasakan sesuatu yg kurang
baik fisiologis maupun psikologis, dorongan merupakan arahan untuk
memenuhi kebutuhan tadi sedangkan tujuan adalah akhir dari satu siklus
motivasi. ( Luthan, 2000)
b. Sistem klasifikasi pasien
Sistem klasifikasi pasien adalah metode pengelompokan pasien
menurut jumlah dan kompleksitas persyaratan perawatan mereka. Di
dalam kebanyakan sistem klasifikasi, pasien dikelompokkan sesuai
dengan kebergantungan mereka pada pemberi perawatan atau sesuai
dengan waktu pemberian perawatan dan kemampuan yang diperlukan
untuk memberikan perawatan. Tujuan setiap sistem klasifikasi pasien
adalah untuk mengkaji pasien dan menghargai masing-masing nilai
angkanya yang mengukur volume usaha yang diperlukan untuk
memenuhi kebutuhan perawatan pasien.
Untuk dapat mengembangkan sistem klasifikasi pasien yang akan
dijalankan, manajer perawat harus menentukan jumlah kategori
9
pembagian pasien; karakteristik pasien di masing-masing kategori,
jumlah dan jenis prosedur perawatan yang akan dibutuhkan oleh jenis
pasien di dalam masing-masing kategori, dan waktu yang dibutuhkan
untuk melakukan prosedur tersebut, memberikan dukungan emosional
serta memberikan pengajaran kesehatan kepada pasien masing-masing
kategori. Karena tujuan sistem klasifikasi pasien adalah menghasilkan
informasi mengenai perkiraan beban kerja keperawatan, masing-masing
sistem membolehkan usaha kualifikasi waktu.
c. Ketenagaan keperawatan dan pasien
Tujuan manajemen ketenagaan di ruang rawat adalah untuk
mendayagunakan tenaga keperawatan yang efektif dan produktif yang
dapat memberikan pelayanan bermutu sehingga dapat memenuhi
pengguna jasa.
Perkiraan kebutuhan perawat harus memperhatikan kategori klien
yang dirawat, ratio perawat dan metode penugasan.
Terdapat beberapa formula dalam perhitungan kebutuhan tenaga,
yaitu sebagai berikut :
1) Rumus Gillies
Σ jam kep yg dibutuhkan klien/hr X rata-rata klien/hr X Σ hr/tahun
Σ hr/tahun – hr libur perawat X Σ jam kerja/hari
= Σ jam kep yg dibutuhkan klien / tahun
Σ jam kerja / tahun
Catatan :
Waktu perawatan menurut Gillies (1989) :
a. Waktu perawatan langsung
- Self care = ½ X 4 jam = 2 jam
- Partial care = ¾ X 4 jam = 3 jam
- Total care = 1 – 1½ X 4 jam = 4-6 jam
- Intensive care = 2 x 4 jam = 8 jam
- Rata-rata perawatan langsung = 4-5 jam
b. Waktu perawatan tak langsung : 38 menit/klien/hari
c. Waktu penyuluhan : 15 menit/klien/hari
10
Ratio perawat ahli : trampil : 55 % : 45 %
Proporsi dinas pagi : sore : malam : 47 % : 36 % : 17 %
2) Rumus Douglas
11
- Libur minggu : 52 hari
- Cuti tahunan : 12 hari
- Libur Nasional : 10 hari
- Sakit/ijin : 7-12 hari
d. Penjadwalan
Penjadwalan adalah satu aspek dari fungsi kepegawaian.
Kepegawaian adalah perhimpunan dan persiapan pekerja yang
dibutuhkan untuk melakukan misi dari sebuah organisasi. Penjadwalan
adalah penentuan pola jam kerja masuk dan libur mendatang untuk
pekerja dalam sebuah unit, seksi atau divisi.
Agar supervisor dan kepala perawat dapat mengatur jadwal waktu
personil yang libur dan yang masuk secara adil, harus ada departemen
atau divisi yang mengatur kebijaksanaan penjadwalan untuk memandu
pembuatan keputusan. Apabila kebijaksanaan menyangkut persoalan
berikut tidak ada, maka manajer perawat harus bersatu sebagai sebuah
kelompok untuk menyusun :
1) Orang dengan jabatan yang bertanggung jawab mempersiapkan
jadwal waktu untuk personil di masing-masing unit.
2) Periode waktu untuk diliputi oleh masing-masing jadwal masuk /
libur.
3) Banyaknya pemberitahuan di muka yang diberikan para pekerja
menyangkut jadwal masuk/libur .
4) Waktu masuk/libur total yang diperlukan oleh masing-masing
pekerja per – hari, minggu atau bulan.
5) Hari dimulainya minggu kerja
6) Dimulai dan diakhirinya waktu untuk masing-masing pergiliran
tugas.
7) Jumlah pergiliran yang harus dipergilirkan diantara masing-masng
pekerja.
8) Frekuensi yang diperlukan dari pergiliran pergantian.
9) Keperluan pergiliran dari satu unit ke lain unit dan frekuensi
pergiliran tersebut.
12
10) Keperluan penjadwalan dua hari libur per minggu atau rata-rata dua
hari libur per minggu.
11) Frekuensi libur akhir pekan untuk masing-masing kategori personil.
12) Definisi dari “ libur akhir pekan” untuk personil tugas malam.
13) Perlunya perluasan hari libur yang berurutan dan yang tak berurutan.
14) Hari kerja berurutan maksimum yang diperbolehkan.
15) Jarak waktu minimum yang diharuskan antara urutan pergantian
tugas
16) Jumlah hari libur yang dibayar untuk diberikan pada masing-masing
pekerja.
17) Jumlah hari libur yang diharuskan per tahun saat pegawai harus
dijadwalkan libur kerja.
18) Panjangnya pemberitahuan dimuka untuk diberikan
pegawaimengenai jadwal tugas liburan masuk / libur.
19) Prosedur yang harus diikuti dalam meminta libur kerja pada hari
libur tertentu.
20) Jumlah hari-hari libur yang dibayar untuk di berikan pada masing-
masing pekerja.
21) Lamanya waktu pemberitahuan di muka untuk diberikan pegawai
mengenai jadwal liburan.
22) Prosedur yang diikuti dalam memohon waktu libur khusus.
23) Pembatasan pada penjadwalan liburan selama hari libur, natal, tahun
baru.
24) Jumlah personil masing-masing kategori yang akan dijadwalkan
untuk liburan atau hari libur pada saat tertentu.
25) Prosedur penyelesaian perselisihan antar personil sehubungan
dengan permintaan waktu liburan dan hari libur.
26) Prosedur pemrosesan permintaan “ darurat” untuk penyesuaian
jadwal waktu.
e. Pengembangan Staff
Program pendidikan dan pelatihan dirancang untuk meningkatkan
prestasi kerja, mengurangi absensi dan perputaran, serta memperbaiki
13
kepuasan kerja. Ada beberapa metode pendidikan dan latihan yang akan
digunakan untuk meningkatkan prestasi kerja. (Moenir, 1994)
14
4. Controlling
a. Definisi
Controling merupakan suatu upaya yang dilaksanakan secara
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu dalam menetapkan
penyebab masalah mutu pelayanan berdasarkan standart yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakan cara penyelesaian masalah
sesuai dengan kemampuan yang tersedia, serta menilai hasil yang dicapai
dan menyusun saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan mutu.
(Azwar, 1996)
Fungsi pengawasan (controling) merupakan fungsi yang terakhir dari
proses manajemen. Fungsi ini mempunyai kaitan erat dengan ketiga
fungsi manajemen lainnya, terutama dengan fungsi perencanaan. Melalui
fungsi pengawasan dan pengendalian, standart keberhasilan (target,
prosedur kerja, dsb) selalu harus dibandingkan dengan hasil yang telah
dicapai atau yang mampu dikerjakan. Jika ada kesenjanganatau
penyimpangan diupayakan agar penyimpangannya dapat dideteksi secara
dini, dicegah, dikendalikan atau dikurangi. Kegiatan fungsi pengawasan
dan pengendalian bertujuan agar efisiensi penggunaan sumber daya dapat
lebih berkembang dan efektifitas tugas-tugas staf untuk mencapai tujuan
program dapat lebih terjamin.
b. Peran leadhershipt dalam controlling
Mendorong staf untuk aktif terlibat dalam pengawasan mutu
Mengkomunikasikan secara jelas standart yang diharapkan terhadap
staf
Mendorong / memotivasi standart tertinggi untuk kualitas yang
maksimal dengan menyediakan standart keamanan minimum
Mengimplementasikan pengawasan mutu secara proaktif serta reaktif
Menggunakan pengawasan sebagai metode untuk menentukan
mengapa tujuan tersebut tidak dapat dicapai
15
Secara aktif mensyahkan hasil pengawasan mutu yang ditemukan
yang mempunyai kesatuan profesi dan kosumen
Menghargai antara standart klinis dengan standar menggunakan
sumber-sumber yang meyakinkan pasien untuk menerima perawatan
sesuai yang diharapkan
Bertindak sebagai role model terhadap staf untuk menerima tanggung
jawab dan tanggung gugat terhadap tindakan keperawatan
Secara aktif berpartisipasi dalam usaha-usaha penelitian untuk
mengidentifikasi dan mengukur sensitifitas keperawatan sebagai hail
pelayanan pasien
c. Fungsi manajemen dalam controlling
Menghubungi individu dalam organisasi, membentuk standart
ukuran yang jelas terhadap keperawatan dan menentukan metode yang
paling tepat untuk mengukur standart yang ada.
d. Manfaat controlling
Apabila fungsi controling dapat dilaksanakan secara tepat, organisasi
akan memperoleh manfaat sebagai berikut :
1) Dapat diketahui apakah suatu kegiatan atau program telah
dilaksanakan sesuai dengan standart atau rencana kerja dengan
menggunakan sumber daya yang telah ditetapkan.
2) Dapat diketahui adanya penyimpangan pada pengetahuan dan
pengertian staf dalam melaksanakan tugas-tugasnya.
3) Dapat diketahui apakah waktu dan sumber daya lainnya telah
mencukupi kebutuhan dan telah digunakan secara benar.
4) Dapat diketahui sebab-sebab terjadinya penyimpangan
5) Dapat diketahui staf yang perlu diberikan penghargaan atau bentuk
promosi dan latihan lanjutan.
16
2.2 Kepala Ruangan
Pengertian
Kepala ruang adalah perawat profesional yang diberi wewenang dan
tanggung jawab dan mengelola kegiatan pelayanan perawatan di satu ruang
perawatan.
A. Tanggung Jawab Kepala Ruang
1. Perencanaan
a. Menunjukan ketua tim akan bertugas di ruangan masing-masing.
b. Mengikuti serah terima pasien pada shift sebelumnya.
c. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan klien : gawat, transisi, dan
persiapan pulang, bersama ketua tim.
d. Mengidentifikasi jumlah perawat yang dibutuhkan berdasarkan
aktivitas dan kebutuhan klien bersama ketua tim, mengatur
penugasan/penjadwalan.
e. Merencanakan strategi pelaksanaan keperawatan.
f. Mengikuti visite dokter untuk mengetahui kondisi, patofisiologi,
tindakan medis yang dilakukan, program pengobatan, dan
mendiskusikan dengan dokter tentng tindakan yang akan dilakukan
terhadap pasien.
g. Mengatur dan mengendalikan Asuhan Keperawatan.
1) Membimbing pelaksanaan asuhan keperawatan.
2) Membimbing penerapan proses keperawatan dan menilai
asuhan keperawatan.
3) Mengadakan diskusi untuk pemecahan masalah.
4) Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga yang
baru masuk.
h. Membantu mengembangkan niat pendidikan dan latihan diri.
i. Membantu membimbing peserta didik keperawatan.
j. Menjaga terwujudnya visi dan misi keperawatan dan Rumah Sakit.
2. Pengorganisasian.
17
a. Merumuskan metode penugasan yang digunakan.
b. Merumuskan tujuan metode penugasan.
c. Membuat rincian tugas ketua tim dan anggota tim secara jelas.
d. Membuat rentang kendali, kepala ruangan membawahkan 2
ketua tim, dan ketua tim membawahkan 2-3 perawat.
e. Mengatur dan mengendalikan tenaga kerawatan : Membuat
proses dinas, mengatur tenaga yang ada setiap hari, dan lain-lain.
f. Mengatur dan mengendalikan logistic ruangan.
g. Mengatur dan mengendalikan situasi tempat praktik.
h. Mendelegasikan tugas, saat kepala ruang tidak berada di tempat
kepada ketua tim.
i. Memberi wewenang kepada tata usaha untuk mengurus
administrasi pasien.
j. Mengatur penugasan jadwal pos dan pakarnya.
k. Identifikasi masalah dan cara penanganannya.
3. Pengarahan
a. Memberi pengarahan tentang penugasan kepada ketua tim.
b. Memberi pujian kepada anggota tim yang melaksanakan tugas
dengan baik.
c. Memberi motivasi dalam peningkatan pengetahuan,
ketrampilan, dan sikap.
d. Menginformasikan hal-hal yang dianggap penting dan
berhubungan dengan askep pasien.
e. Melibatkan bawahan sejak awal hingga akhir kegiatan.
f. Membimbing bawahan yang mengalami kesulitan dalam
melaksanakan tugasnya.
g. Meningkatkan kolaborasi dengan anggota tim lain.
4. Pengawasan.
a. Melalui komunikasi
Mengawasi dan berkomunikasi langsung dengan ketua tim maupun
pelaksana mengenai asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien.
18
b. Melalui supervisi
1) Pengawasan langsung dilakukan dengan cara inspeksi, mengamati
sendiri, atau melaporkan secara langsung, dan memperbaiki atau
mengawasi kelemahan-kelemahan yang ada saat itu juga.
2) Pengawasan tidak langsung yaitu Mengecek daftar hadir ketua
tim. Membaca dan memeriksa rencana keperawatan serta catatan
yang dibuat selama dan sesudah proses keperawatan dilaksanakan
(didokumentasikan), mendengar laporan ketua tim tentang
pelaksanaan tugas.
3) Evaluasi.
4) Mengevaluasi upaya pelaksanaan dan membandingkan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun bersama ketua tim.
5) Audit keperawatan.
19
d) Menyiapkan keperluan untuk pelaksanaan asuhan keperawatan.
e) Memberi pertolongan segera pada pasien dengan masalah
kedaruratan.
f) Melakukan ronde keperawatan bersama kepala ruangan.
g) Mengorientasikan pasien baru.
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian
20
g) Melibatkan anggota tim/ pelaksana dari awal sampai dengan akhir
kegiatan.
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
d. Pengawasan:
a) Melalui komunikasi: mengawasi dan berkomunikasi langsung
dengan anggota tim/ pelaksana asuhan keperawatan kepada pasien.
b) Melalui supervisi: melihat/ mengawasi pelaksanaan asuhan
keperawatan dan catatan keperawatan yang dibuat oleh anggota tim/
pelaksana serta menerima/ mendengar laporan secara lisan dari
anggota tim/pelaksana tentang tugas yang dilakukan
c) Memperbaiki, mengatasi kelemahan atau kendala yang terjadi pada
saat itu juga
d) Melalui evaluasi
1. Mengevaluasi kinerja dan laporan anggota tim/ pelaksana dan
membandingkan dengan peran masing-masing serta dengan
rencana keperawatan yang telah disusun.
2. Penampilan kerja anggota tim/ pelaksana dalam melaksanakan
tugas.
3. Upaya peningkatan kemampuan, keterampilan dan sikap.
e) Memberi umpan balik kepada anggota tim/ pelaksana.
f) Mengatasi masalah dan menetapkan upaya tindak lanjut.
g) Memperhatikan aspek etik dan legal dalam pelaksanaan asuhan
keperawatan.
h) Melakukan pelaporan dan pendokumentasian.
21
3. Memberikan laporan asuhan keperawatan
yang telah dilakukan pada pasien kepada ketua tim.
BAB III
PENGKAJIAN SITUASI RUANGAN
KEPALA RUANGAN
Anggi Pramita, S.Tr Kep
PA PAGI PA PAGI
Zulkhairi S.Tr Kep Almida S.Tr Kep
PA SORE PA MALAM
Berkati S.Tr Kep Calvin S.Tr Kep
Anggi S.Tr Kep
ASPER PAGI ASPER PAGI ASPER SORE ASPER MALAM ASPER LIBUR
Christine Larasati Leo Rizki Devi
Kebersihan
(Cleaning service)
22
Gambar 3.1 Bagan Struktur Organisasi Di Ruang Rindu RSUD Kenangan Medan
Keterangan :
a. Tenaga Keperawatan
Tabel 3.1 Tenaga Keperawatan Ruang Rindu RSUD Kenangan
No Nama Pendidikan Status
PNS Honorer
1. Zulkhairi D4 Keperawatan -
3. Almida D4 Keperawatan -
3. Berkati D4 Keperawatan -
4. Anggi D4 Keperawatan -
5. Calvin D4 Keperawatan -
c. Tenaga Medis
Tabel 3.3 Tenaga Medis di Ruang Rindu RSUD Kenangan
No Nama Kualifikasi
1. dr. Nadia S,PP Dokter Spesialis paru
3. dr. Mei Sp.B Dokter Spesialis Bedah
3 dr. Tietiek Sp.PD Dokter Spesialis Penyakit dalam
4 dr. Dahlia Prihandini Dokter Umum
23
d. Pembagian Dinas
Tabel 3.4 Tabel Pembagian Dinas Tenaga kesehatan Ruang Rindu RSUD Kenangan
20 Oktober 2020
e. Pengaturan Ketenagaan
Jumlah tenaga yang diperlukan tergantung dari jumlah pasien dan tingkat
ketergantungannya. Klasifikasi derajat ketergantungan pasien dibagi menjadi tiga
kelompok yaitu:
1. Perawatan minimal, memerlukaan 1 sampai 2 jam sehari
2. Perawatan sebagian, memerlukaan waktu 3 sampai 4 jam sehari
3. Perawatan maksimal, memerlukaan waktu 5 sampai 6 jam sehari
Untuk menentukan tingkat ketergantungan pasien kelompok menggunakan
klasifikasi dan kriteria tingkat ketergantungan pasien berdasarkan Orem, yaitu teori
Self Care Deficit.
24
1. Menurut perhitungan Gilies (1994)
a) Tingkat ketergantungan klien di ruang rindu dihitung dengan menggunakan
instrumen penilaian ketergantungan klien menurut orem : Minimal, parsial, total care
(nursalam,2009). Menurut perhitungan Gillies (1994) di dapatkan data pada tanggal
19 Oktober 2020 .Dengan rata-rata jumlah pasien 10 orang. Tingkat ketergantungan :
3 MC x 2 jam = 6
4 PC x 4 jam = 16
3 TC x 6 jam = 18 +
40 : 10 = 4 jam
36 : 10 = 3,6 jam
36 : 10 = 3,6 jam
= 4+3,6+3,6
25
3
= 3,73 Jam
= 10+10+10
3
= 10 Orang
26
= 68 X 5
297
= 1,14 = 1 orang
= 5+1
= 6 orang
8. Tingkat ketergantungan pasien di hitung setiap hari, mulai tanggal 19-21 Oktober
2020 dengan rumus need (douglas), antara lain:
2 2 1
PAGI : 2 orang
SORE : 2 orang
MALAM : 1 orang +
27
5 orang
2 2 1
PAGI : 4 orang
SORE : 4 orang
MALAM : 2 orang +
10 orang
28
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas tanggal 16 Oktober 2020 di
ruang cempaka adalah :
5 orang +3 orang struktural (Kepala Ruangan,Katim 1 dan 2) + 1 orang lepas dinas =
9orang.
.
Tanggal 21 Oktober 2020:
2 2 1
PAGI : 4 orang
SORE : 4 orang
MALAM : 2 orang +
10 orang
Jadi, jumlah perawat yang dibutuhkan untuk bertugas tanggal 16 Oktober 2020 di
ruang cempaka adalah :
5 orang +3 orang struktural (Kepala Ruangan,Katim 1 dan 2) + 1 orang lepas dinas =
9orang.
g. Pasien
29
1. Alur pasien masuk Ruang Rindu.
Ruang Rindu
B. Material (M2)
30
1. Denah Ruang Rindu
Gambar 3.6 Denah Ruang Rindu
31
Ruang nurse station
Ruang pertemuan perawat
Ruang ganti perawat
Kamar mandi dan WC
Ruang administasi dengan komputer + akses internet.
Ruang kepala ruangan
Ruang dokter
32
No Nama Barang Jumlah Kondisi
14 Bak instrumen 2 Baik
15 Kom kecil 10 Baik
16 Kom besar 1 Baik
17 Gunting jaringan 2 Baik
18 Tromol kasa besar 1 Baik
19 Tromol kasa kecil 1 Baik
20 Pot urinal 14 Baik
21 Pispot 10 Baik
22 Standar infus 34 Baik
23 Termometer raksa 1 Baik
24 Termometer digital 1 Baik
25 Brancar 1 Baik
26 Timbangan 1 Baik
27 Bak spuit kecil 1 Baik
28 Dorongan instumen 1 Baik
29 Tensi duduk 1 Baik
30 WWZ 1 Baik
31 Ambubag 1 Baik
32 Gunting heakting 3 Baik
33 Nebu 1 Baik
34 Korentang 2 Baik
Berdasarkan hasil observasi, belum tersedia daftar pasien yang dirawat di Ruang
Rindu.
C. Methods (M3)
1. Visi dan Misi
a. Visi dan Misi RSUD Kenangan
Visi Menjadi Rumah Sakit Terpercaya dan Pilihan Utama di Kota
Medan tahun 2022.
Misi 1. Memberikan pelayanan kesehatan secara profesional,
bermutu, terjangkau.
2. Mengupayakan peningkatan sarana dan prasarana Rumah
33
Sakit yang mamadai.
3. Mewujudkan peningkatan sumber daya manusia rumah Sakit
4. Mengembangkan system informasi Rumah Sakit berbasis IT
yang handal
Motto REMAJA : Ramah, Efektif, Mudah, Aman, Terjangkau
2. MPKP
a. Penerapan MPKP
Ruang Rindu melaksanakan MPKP dengan metode Tim, dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Dalam daftar dinas Ruang Rindu terbagi menjadi 2 tim. Tim 1 terdiri dari Katim 1
orang dan anggota tim 3 orang, dan Tim 2 terdiri dari Katim 1 orang dan anggota tim
2 orang.
34
Pembagian pasien untuk Tim 1 bertanggung jawab untuk kamar 1A, 1B, 1C, 1D dan
3A. Sedangkan Tim 2 bertanggung jawab untuk kamar 2A, 2B, 3B dan Isolasi.
Tersedia buku laporan pasien untuk 2 Tim yang diisi lengkap tiap shift yang berisi
keadaan umum, pemenuhan KDM, terapi tindakan yang sudah dan akan dilakukan
pada shift berikutnya. Juga tersedia buku TPRS, buku therafi dan buku visite untuk 2
tim.
Operan shift dan pengaturan shift tiap hari terbagi menjadi 3 shift, yaitu shift pagi
dari jam 07.00 WIB – 14.00 WIB, shift sore dari jam 14.00 WIB -21.00 WIB dan
shift malam dari jam 21.00 WIB – 07.00 WIB.
Berdasarkan hasil observasi pelaksanaan metode Tim belum optimal karena
kurangnya tenaga keperawatan.
b. Discharge planning
Berdasarkan hasil angket terhadap 19 pasien, 84,21 % pasien menyatakan bahwa
perawat memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarga tentang
perawatan/pengobatan/pemeriksaan lanjutan setelah pasien diperbolehkan pulang.
c. Supervisi
Hasil angket tentang kegiatan dilakukan oleh Kepala Ruangan Rindu dalam
MPKP dapat disampaikan sebagai berikut :
Tabel 3.9 Hasil Kegiatan Evaluasi Kepala Ruangan Dalam MPKP di Ruang Rindu
Tahun 2020
1 Perencanaan 59,37
2 Pengorganisasian 54,16
3 Pengarahan 61,53
4 Pengendalian 30
35
5 Compensasi Reward 63,88
Berdasarkan tabel 3.9 di atas, aspek pengendalian memiliki nilai yang paling
rendah (30%), penilaian dalam aspek ini meliputi indikator mutu (BOR, TOI, ALOS,
NDR, GDR, ILO), audit dokumentasi keperawatan, survei kepuasan pasien dan
survei kepuasan perawat.
Berdasarkan hasil observasi dan wawancara, pada saat Kepala Ruangan
berhalangan hadir, Kepala Ruangan mendelegasikan tugas kepada Kepala Tim.
Namun pendelegasian tugas dilakukan tanpa dokumen tertulis.
d. Dokumentasi
Hasil evaluasi dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan terhadap 10 sampel
status pasien, yaitu sebagai berikut :
Tabel 3.10 Hasil Evaluasi Dokumentasi Asuhan Keperawatan di Ruang Rindu tahun
2020
36
Berdasakan tabel 3.11 di atas, sebagian besar (56,25%) tenaga perawat di
Ruang Rindu merasa puas dengan kinerjanya.
Berdasarkan Tabel 3.12 di atas, sebagian besar responden (57,89 %) berpendidikan SD.
Berdasarkan Tabel 3.13 di atas, sebagian besar responden (78,95 %) telah di rawat di
Ruang Rindu 3-7 hari.
Berdasakan tabel 3.14 di atas, sebagian besar (52,63%) responden merasa puas
terhadap mutu pelayanan keperawatan di Ruang Rindu
37
D. Money (M4)
Penyediaan kebutuhan bahan habis pakai di ruangan dapat langsung diperoleh
melalui amprahan permintaan barang ke depo farmasi.
Penyediaan alat/fasilitas ruangan dapat dilakukan melalui prosedur permintaan
barang yang diajukan kebagian administasi rumah sakit.
E. Marketing (M5)
Adanya pelanggan peserta asuransi kesehatan seperti ASKES, ASKESKIN,
kontraktor dan umum.
Adanya kerjasama yang baik antara Institusi Pendidikan Kesehatan dan Rumah Sakit
untuk kegiatan praktek klinik mahasiswa.
3.2 Analisa SWOT
92,31% tenaga
perawat tidak
69,23% tenaga pernah memperoleh
keperawatan di pendidikan/pelatiha
Ruang Rindu n tambahan.
memiliki
pengalaman BOR (55,72%)
kerja > 5 tahun. masih di bawah
standar nasional
Ruangan bersih, (75-85%)
nyaman,
ventilasi cukup
dengan sarana
38
dan prasara
cukup memadai. Kurang efektifnya
peran kepala
ruangan dalam
56,25% perawat fungsi pengendalian
di Ruan Rindu (kontroling) (nilai
merasa puas angket 30%).
dengan
kinerjanya Pendokumentasian
asuhan keperawatan
kurang efektif dan
efisien
52,63% pasien
merasa puas
dengan mutu
pelayanan
keperawatan di
Ruang Rindu
Dilaksanakanya
MPKP dengan
metode Tim
1 Man
Kurangnya pendidikan dan
pelatihan tambahan bagi 4 3 1 1 1 10 VI
tenaga perawat
Kurangnya jumlah tenaga
4 4 1 1 1 11 V
pelaksana perawatan
Struktur organisasi belum
disesuaikan dengan MPKP 3 2 5 3 5 18 I
metode Tim
2 Material
Tidak ada daftar pasien
yang dirawat inap di 3 2 5 3 4 17 II
Ruang Rindu
3 Methods
Visi dan Misi ruangan 3 3 3 3 3 15 IV
belum tersosialisasikan
Belum adanya
pendelegasian secara
tertulis dari Kepala 4 3 3 3 3 16 III
Ruangan kepada kepala
Tim, pada saat kepala
ruangan berhalangan.
Keterangan :
Magnitud (Mg) : kecenderungan besar dan seringnya kejadian masalah
39
Severity (Sv) : besarnya kerugian yang ditimbulkan
Manageability (Mn) : kemungkinan masalah bisa dipecahkan
Nursing Consent (Nc) : melibatkan pertimbangan dan perhatian perawat
Affordability (Af) : ketersediaan sumber daya.
40
BAB IV
PENUTUP
41
42
DAFTAR PUSTAKA
Arwani & Heru Suprayitno. 2005. Manajemen Bangsal Keperawatan. Jakarta: EGC
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan. Aplikasi dalam Praktek Keperawatan
Profesional. Edisi I. Jakarta: Salemba Medika
Sugiyanto. 1999. Lokakarya Mutu Keperawatan dan Holistik Nursing: Mutu
Pelayanan Kesehatan. Surakarta
Suchri Suarli & Yanyan Bahtiar. 2007. Manajemen Keperawatan Dengan
Pendekatan Praktis. Bandung: Balatin Pratama
Ratna Sitono, Yulia. 2006. Metode praktik keperawatan profesional
di Rumah Sakit Jakarta : EGC
43