Kanker Paru
Kanker Paru
PENDAHULUAN
Kanker yang juga disebut neoplasma ganas atau tumor ganas ialah suatu massa
jaringan yang abnormal, yang pertumbuhannya melebihi dan tidak dikoordinasi dengan
jaringan normal, dan tetap berperangai demikian walaupun rangsangan yang
menimbulkan perubahan tersebut telah hilang. Pada umumnya penderita kanker
berakhir dengan kematian.1Di negara-negara maju, kematian akibat kanker menempati
urutan pertama di antara 10 penyebab kematian terbanyak di dunia. Di negara-negara
berkembang seperti Indonesia, kanker menempati urutan ke 7 sesudah penyakit-
penyakit infeksi saluran cerna, infeksi saluran nafas, penyakit kardiovaskular, dan lain-
lain.1
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan
dan tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
ketrampilandan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Pengobatan atau penatalaksaan penyakit ini sangat bergantung pada
kecekatan ahli paru untuk mendapatkan diagnosis pasti. Penemuan kanker paru pada
stadium dini akan sangat membantu penderita, dan penemuan diagnosis dalam waktu
yang lebih cepat memungkinkan penderita memperoleh kualitas hidup yang lebih baik
dalam perjalanan penyakitnya meskipun tidak dapat menyembuhkannya. Pilihan terapi
harus dapat segera dilakukan,mengingat buruknya respons kanker paru terhadap
berbagai jenis pengobatan. Bahkan dalam beberapa kasus penderita kanker paru
membutuhkan penangan sesegera mungkin meski diagnosis pasti belum dapat
ditegakkan.1
Kanker paru dalam arti luas adalah semua penyakit keganasan di paru,
mencakup keganasan yang berasal dari paru sendiri maupun keganasan dari luar paru
(metastasis tumor di paru). Dalam pedoman penatalaksanaan ini yang dimaksud dengan
kanker paru ialah kanker paru primer, yakni tumor ganas yang berasal dari epitel
bronkus atau karsinoma bronkus (bronchogenic carcinoma). Menurut konsep masa kini
kanker adalah penyakit gen. Sebuah sel normal dapat menjadi sel kanker apabila oleh
berbagai sebab terjadi ketidakseimbangan antara fungsi onkogen dengan gen tumor
suppresor dalam proses tumbuh dan kembangnya sebuah sel. Perubahan atau mutasi gen
1
yang menyebabkan terjadinya hiperekspresi onkogen dan/atau kurang/hilangnya fungsi
gen tumor suppresor menyebabkan sel tumbuh dan berkembang tak terkendali.
Perubahan ini berjalan dalam beberapa tahap atau yang dikenal dengan proses multistep
carcinogenesis.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 DEFINISI
Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas
atau epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi
pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia.2
2. 2 ETIOLOGI
Seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari kanker paru belum
diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang bersifat
karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain seperti
kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain. Dibawah ini akan diuraikan mengenai faktor
risiko penyebab terjadinya kanker paru : 5
1. Merokok
Merokok sudah tidak diragukan lagi merupakan utama. Suatu hubungan yang
defenitif telah ditegakkan antara perokok berat (lebih dari dua puluh batang sehari) dari
kanker paru (karsinoma bronkogenik). Perokok seperti ini mempunyai kecenderung
sepuluh kali lebih besar dari pada perokok ringan. Selanjutnya orang perokok berta
yang sebelumnya dan telah meninggalkan kebiasaannya akan kembali ke pola risiko
bukan perokok dalam waktu sekitar 10 tahun.
Hidrokarbon karsinogenik telah ditemukan dalam ter dari tembakau rokok yang jika
dikenakan pada kulit hewan, menimbulkan tumor.3 Bahan-bahan karsinogenik dalam
asap rokok antara lain adalah polomium 210 dan 3,4 benzipyrene. Beberapa data
epidemiologi yangdilaporkan meningkatkan risiko kanker paru adalah:
3
- kebiasaan merokok: menghisap dalam-dalam merokok dalam jangka panjang
yaitu 10-20 tahun, dengan jumlah merokok:1-10 batang/hari meningkatkan
risiko 15 kali20-30 batang/hari meningkatkan risiko 40-50 kali40-50 batang/hari
meningkatkan risiko 70-80 kali.
2. Iradiasi
Terdapat insiden yang tinggi dari pekerja yang terpapar dengan karbonil nikel
(pelebur nikel) dan arsenic (pembasmi rumput). Pekerja pemecah hematite (paru – paru
hematite) dan orang – orang yang bekerja dengan asbestos dan dengan kromat juga
mengalami peningkatan insiden.6
4. Genetik
Terdapat perubahan/ mutasi beberapa gen yang berperan dalam kanker paru,yakni:5
- Proto oncogen
5. Diet
4
Dilaporkan bahwa rendahnya konsumsi betakaroten, selenium dan vitamin A
menyebabkan tingginya resiko terkena kanker paru. Pemberian nutrisi dan supplement
dapat mengurang gejala yang disebabkan oleh kanker paru. Vitamin D dan Fe sangat
baik untuk diberikan oleh penderita penyakit kanker paru, Begitu pula dengan makanan
antioxidant seperti cherri, dan buah tomat.7,8
6. Polusi Udara
Mereka yang tinggal di kota mempunyai angka kanker paru yang lebih tinggi dari
pada mereka yang tinggal di desa dan walaupun telah diketahui adanya karsinogen dari
dan uap diesel dalam atmosfer di kota.5
2.3 PATOFISIOLOGI
Sebab-sebab keganasan pada tumor masih belum jelas, tetapi virus, lingkungan,
hormonal dan semuanya berkaitan dengan risiko terjadi tumor. Permulaan terjadinya
tumor dimulai dengan adanya zat yang bersifat initiation yang merangsang permulaan
terjadinya perubahan sel. Diperlukan perangsangan yang lama dan berkesinambungan
untuk memicu timbulnya penyakit tumor. Inisiasi agen biasanya bisa berupa kimia, fisik
atau biologis yang berkemampuan beraksi langsung dan merubah struktur dasar dari
komponen (DNA). Keadaan selanjutnya akibat keterpaparan yang lama ditandai dengan
berkembangnya neoplasma dengan terbentuknya formasi tumor. Hal ini dapat
berlangsung lama, minggu bahkan sampai tahunan.
Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
15
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengar pada auskultasi. Pada
5
stadium lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase,
khususnya pada hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat
seperti kelenjar limfe, dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka. 15
2.4 PATOGENESIS
Walaupun kanker paru tidak diakibatkan oleh kelainan genetik, namun telah
diteliti bahwa penderita kanker paru memiliki lesi genetik yang terutama disebabkan
oleh paparan rokok, dimana terjadi aktivasi dari onkogen dominan dan inaktivasi dari
tumor supressor atau onkogen resesif. Untuk onkogen dominan, terjadi :
- Point mutation pada regio coding gen ras yaitu H-ras, K-ras, N-ras. Biasanya K-
ras berhubungan dengan adenokarsinoma paru.
Teori Onkogenesis5
Terjadinya kanker paru didasari oleh tampilnya gen suppresor tumor dalam genom
(onkogen). Adanya inisiator mengubah gen supresor tumor dengan cara menghilangkan
(delesi/del) atau penyisipan (insersi/ inS) sebagian susunan pasangan basanya,
tampilnya gen erbB1 dan atau neu/erbB2 berperan dalam anti apoptosis (mekanisme sel
untuk mati secara alamiah- programmed cell death). Perubahan tampilan gen kasus ini
menyebabkan sel sasaran dalam hal ini sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang autonom. Dengan demikian kanker merupakan penyakit genetik
yang pada permulaan terbatas pada sel sasaran kemudian menjadi agresif pada jaringan
sekitarnya.
Mutasi tumor dari gen ras berhubungan dengan prognosis dari karsinoma jenis
bukan sel kecil.16 Selain itu, terjadi perubahan gen supresi tumor seperti p53 dan rb
yang berperan pada siklus sel pada fase G1 ke S. Adanya inisiator mengubah gen
Agen perusak DNA yang
didapat :
6
Zat-zat kimia, Radiasi, Virus
Sel normal
supresor tumor dengan cara menghilangkan atau menyisipkan sebagian susunan
pasangan basanya. Gen rb dan p53 berperan dalam proses apoptosis, sehingga
perubahan gen ini mengakibatkan sel paru berubah menjadi sel kanker dengan sifat
pertumbuhan yang otonom.16
Kerusakan DNA
Pengurangan apoptosis
Proliferasi sel yang tidak diatur
Ekspansi Klonal
Angiogenesis
Mutasi tambahlan
Pengelakan dari
imunitas
Progresi tumor
Neoplasma ganas
Memiliki 2 tipe utama, yaitu Small cell lung cancer (SCLC) dan Non-small celllung
cancer (NSCLC). SCLC adalah jenis sell yang kecil-kecil (banyak) dimana memiliki
daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya disebut“oat cell
carcinomas” (karsinoma sel gandum). Tipe ini sangat erat kaitannya dengan perokok,
Penanganan cukup berespon baik melalui tindakan kemoterapi dan terapi radiasi.
Sedangkan NSCLC adalah merupakan pertumbuhan sel tunggal, tetapi seringkali
menyerang lebih dari satu daerah di paru-paru. Misalnya Adenoma, Hamartoma
kondromatous dan Sarkoma.8
Klasifikasi menurut WHO tahun 1988 untuk Neoplasma Pleura dan Paru :
Karsinoma Bronkogenik
8
b. Karsinoma sel kecil
Merupakan sel – sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan
sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam – macam. Sel – sel ini cenderung
untuk timbul pada jaringan paru – paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat – tempat yang jauh. .11
f. Lain – lain.
5). Sarkoma
9
7). Mesotelioma
8). Melanoma12
Lebih sering ditemukan pada laki-laki daripada perempuan tumor ini cenderung
timbul di bagian tengah bronkus utama dan akhirnya menyebar ke kelenjar hilus lokal,
tetapi tumor ini lebih lambat menyebar keluar toraks dibandingkan subtipe lainnya. Lesi
besar mungkin mengalami nekrosis sentral dan menyebabkan terbentuknya kavitasi.
Karsinoma sel skuamosa sering didahului selama bertahun-tahun leh metaplasia ata
displasia skuamosa di epitel bronkus, kemudian berubah menjadi karsinoma in situ,
suatu fase yang berlangsung selama beberapa tahun. Pada saat ini, sel atipikal dapat
diidentifikasi dengan apusan sitologi sputum atau penyikatan (brushing) atau cairan
lavase bronkus, meskipun lesi asimptomatik dan tidak terdeteksi dengan radiologi. Saat
massa tumor mulai menyumbat lumen bronkus utama dan menginvasi parenkim paru di
sekitanya, dapat menyebabkan atelektasis distal dan infeksi. Secara histopatologis,
tampak sel skuamosa berdiferensiasi baik yang mengalami pearls keratin dan jembatan
intersel hingga sel-sel berdiferensiasi buruk yang memperlihatkan sedikit gambaran sel
skuamosa. 1, 2, 7
Adenokarsinoma
10
adenokarsinoma, tetapi bukan merupakan prekursor untuk tumor ini, melainkan
1,2,7
hiperplasia adenomatosa atipikal (HAA).
Tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan perluasan
ke parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus dan mediastinum.
Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga lonjong, sitplasma sedikit,
dan kromatin granular. Gambaran mitotik dan nekrosis sering ditemukan. Sel tumor
sangat rapuh dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan
biopsi. Tumor ini berasal dari sel neuroendokrin paru sehingga memperlihatkan
beragam penanda neuroendokrin. 1,2,8
Karsinoid bronkus
Berasal dari sel Kulchitsky (sel neuroendokrin yang melapisi mukosa bronkus)
dan tumbuh dalam bentuk massa polipoid sferis intralumen yang menyebabkan
11
obstruksi atau plak di mukosa yang menembus dinding bronkus dan menyebar di
jaringan peribronkus. Neoplasma ini kadang-kadang timbul sebagai bagian neoplasia
endokrin multiple. Karsinoid bronkus muncul pada usia dini (rerata 40 tahun) dan
membentuk sekitar 5% dari semua kanker paru. Lima sampai lima belas persen tumor
telah bermetastasis ke kelenjar getah bening hilau saat diagnosis, walaupun metastasis
jauh jarang terjadi. Angka 5-10 years survival rate berkisar 50-95% tetapi kadang-
kadang timbul rekurensi setelah beberapa tahun. 1,
12
Table 2: Penderajatan International Kanker Paru Berdasarkan Sistem TMN.17
Stage TNM
T : Tumor Primer.
Tx : Tumor primer sulit dinilai, atau tumor primer terbukti dari penemuan sel
tumor ganas pada sekret bronkopulmoner tetapi tidak tampak secara radiologis
atau bronkoskopik.
13
Tumor dengan garis tengah terbesar tidak
melebihi 3 cm, dikelilingi oleh jaringan paru
atau pleura viseral dan secara bronkoskopik
: invasi tidak lebih proksimal dari bronkus lobus
TI
(belum sampai ke bronkus utama). Tumor
supervisial sebarang ukuran dengan komponen
invasif terbatas pada dinding bronkus yang
meluas ke proksimal bronkus utama.
14
: sama dengan tumor primer
a. Gejala intrapulmoner
- Batuk lama atau berulang, batuk lebih dari 2 minggu. Keluhan batuk ini terdapat
pada 70-90% kasus
15
- Nyeri dada yang biasanya unilateral, tidak berbatas tegas, terdapat pada42-67%
kasus
- Esophagus : disfagia
- Manifestasi jaringan ikat dan tulang, yang paling terkenal yaitu hypertropic
pulmonary osteoarthropathy, gejala ini dihubungkan dengan peningkatan growth
hormone yang imunoreaktif dalam plasma.
16
- Manifestasi vaskuler dan hematologik, tidak begitu sering didapatkan, sering
dalam bentuk migratory trombophlebitis, purpura, dan anemia.
e. Gejala sistemik
Anoreksia, berat badan menurun lebih dari 4 kg dalam kurun waktu 6 bulan, di
RSUD dr. Soetomo, gejala penurunan berat badan ini mencapai53,1%.
2.7 DIAGNOSIS
Anamnesis
Dari anamnesis di dapati keluhan utama dan perjalanan penyakit, serta faktor-
faktor lain yang sering membantu tegaknya diagnosis. Keluhan utama yang biasanya
penderita keluhkan berupa :
-
Batuk-batuk dengan/tanpa dahak.
-
Batuk darah
-
Sesak nafas
-
Sakit dada
-
Sulit/sakit menelan
-
Benjolan dipangkal leher
-
Sembab muka dan leher, kadang-kadang disertai sembab lengan dengan rasa
nyeri yang hebat.17
-
Berat badan berkurang
17
-
Nafsu makan hilang
-
Demam hilang timbul
-
Sindrom paraneoplastik, seperti hypertropic pulmonary, osteoarthropathy,
trombosis vena perifer dan neuropati.17
Pemeriksaan Fisik
Palpasi : Stem fremitus normal atau melemah bila massa tumor membesar.
Perkusi : normal atau beda bila ada massa yang membesar atau efusi pleura.
Pemeriksaan Penunjang
-
Pemeriksaan Radiologis
-
Foto Thoraks
Berdasarkan dari Study Mayo Clinic USA, foto toraks dapat mendeteksi 61% tumor
paru.20
18
Tumor sentral. Keterlibatan kelenjar hilus. Tumor perifer pada segmen apikal
lobus bawah bisa tampak seperti pembesaran bayangan hilus pada foto PA.
Efusi pleura
Destruksi iga
19
Gambar : Lung cancer, small cell. Radiografi dada bagian depan menunjukkan penyakit
yang luas. Massa yang besar terlihat di bagian kiri tengah paru dengan gambaran opak
yang meluas ke bagian atas paru. Terlihat juga nodul di bagian kanan bawah paru yang
menunjukkan gambaran metastase. Pada paratrakeal kanan menunjukkan adanya
limpadenopati. Efusi pleura minimal dijumpai pada paru kiri, dengan sudut
kostofrenikus yang tumpul. 3
20
Gambar : Non–small cell lung cancer. Kolaps pada bagian atas paru kiri hampir
selalu terjadi pada endobronchial bronchogenic carcinoma.
-
CT Scan
Tehnik pencitraan ini dapat menetukan kelainan di paru secara lebih baik dari foto
thoraks. CT scan dapat mendeteksi tumor paru dengan ukuran < 1 cm secara lebih tepat.
Juga dapat memperlihatkan gambaran bila ada penekanan terhadap bronkhus, tumor
intrabronkhial, atelektase, efusi pleura. Juga untuk melihat keterlibatan KGB (N1 s/d
N3).17
21
Gambar : Non–small cell lung cancer. Kolaps pada bagian atas paru kiri hampir
selalu terjadi pada endobronchial bronchogenic carcinoma. 3
-
Emission Tomography (PET)
Belum menjadi prosedur diagnostik yang rutin dan tidak diindikasikan untuk
mengevaluasi tumor primer, kecuali pada kasus nodul soliter. PET lebih berperan untuk
menentukan keganasan pada KGB mediastinum sebagai konfirmasi pembacaan CT
Scan toraks terutama jika ukuran KGB < 1 cm. Indikasi PET lain adalah menilai
downstaging, rekurensi dan evaluasi pengobatan. Pada kasus soliter nodul PET
memberikan informasi lebih baik daripada CT Scan, karena PET dapat menduga
keganasan dengan melihat peningkatan metabolisme pada sel ganas. Tumor ukuran <
1cm indikasi operasi bila PET positif.
22
Gambar : Lung cancer, small cell. Emisi positron koronal tomogram menunjukkan area
yang abnormal ditandai dengan peningkatan aktifitas metabolik di hilar kiri dan di
daerah adrenal kiri yang menunjukkan adanya tumor hilar dengan metastase ke adrenal
kiri. 3
-
Pemeriksaan Laboratorium
Sitologi Sputum
Pemeriksaan sitologi sputum rutin dikerjakan terutama pasien ada keluhan seperti
batuk.7 Pemeriksaan sitologi tidak selalu memberikan hasil positif karena tergantung
dari:
2. Jenis tumor.
23
4. Jumlah sputum yang diperiksa. Dianjurkan pemeriksaan 3-5 hari berturut-turut.
Pada kanker paru yang letaknya sentral, pemeriksaan sputum dapat memberikan
hasil positif sampai 67%-85% pada karsinoma sel skuamosa. Pemeriksaan sitologi
sputum dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin dan skrining untuk diagnosis dini untuk
kanker paru. Saat ini sedang dikembangkang diagnosis dini pemeriksaan sputum dengan
memakai immune staining dengan Mab dengan antibodi 624H12 untuk antigen SCLC
dan antibodi 703D4 untuk antigen NSCLC.20
-
Tumor Marker
3. Cyfra 21-1 (Cytokeratin fragments 21-1) yang spesifik untuk SCLC dengan
sensitivitas sebesar 50%.20
-
Pemeriksaan Khusus
Bronkoskopi
24
5. Melakukan transbronkial biopsy.20
Apabila biopsi tumor intrabronkial tidak dapat dilakukan, misalnya karena amat
mudah berdarah sebaiknya dilakukan aspirasi biopsi jarum.20
TBNA di daerah karina atau trakea 1/3 bawah (2 cincin diatas karina) pada
posisi jam 1 bila tumor berada di kanan akan memberikan informasi ganda yakni
didapatkannya bahan untuk sitologi dan informasi metastase KGB sub karina.17
Jika lesi cukup kecil dan lokasi agak di perifer serta adanya sarana fluoroskopi
maka biopsi paru lewat bronkhus dapat dilakukan.17
Jika lesi terletak di perifer dan ukuran lebih dari 2cm, TTNA dilakukan dengan
bantuan fluoroskopi atau USG. Namun jika lesi lebih kecil dari 2cm dan terletak di
sentral dapat dilakukan TTNA dengan bantuan CT Scan.17
25
Biopsi Transtorakal (Transthorasic Biopsy/TTB)
Biopsi dengan TTB dilakukan terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan
ukuran < 2cm atau apabila dengan TTNA tidak dapat memberikan hasil yang
representatif,dimana sensitivitasnya mencapai 90%-95% dan dilakukan dengan bantuan
CT Scan.17,20
Biopsi KGB
Biopsi KBG harus dilakukan bila teraba pembesaran KGB supraklavikula, leher
atau axila, apalagi jika diagnostik sitologi/ histologi primer di paru belum dikatahui.
Biopsi Daniels dianjurkan bila tidak jelas ditemukan pembesaran KBG supraklavikula
dan cara lain tidak menghasilkan informasi tentang jenis sel tumor.17
1,2,8
2.8 TERAPI
Penentuan modalitas terapi yang akan diberikan pada penderita tergantung pada:
2. Stadium kanker
3. Status performance
-
Pembedahan
26
-
Radiasi
Radioterapi pada kanker paru dapat bersifat terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neo adjuvan untuk stadium III A.
Radiasi sering merupakan tindakan darurat yang harus dilakukan untuk meringankan
keluhan penderita, seperti sindrom vena kava superior, nyeri tulang akibat invasi tumor
ke dinding dada & metastasis tumor di tulang atau otak. Dosis radiasi yang diberikan
secara umum adalah 5000-6000 cGy, dengan cara pemberian 200 cGy/kali, 5 hari
seminggu.
-
Kemoterapi
Kemoterapi dapat diberikan pada semua jenis kanker paru. Syarat utama harus
ditentukan jenis histologis dan tampilan (performance status) yang harus lebih dari dosis
skala Karnofsky atau mempunyai nilai 2 menurut skala WHO. Kemoterapi dilakukan
dengan menggunakan satu jenis obat anti kanker atau kombinasi beberapa jenis obat
dalam sebuah regimen kemoterapi. Berdasar konsensus PDPI yang telah disepakati,
prinsip pemilihan jenis panduan obat anti kanker adalah:
(4) Harus dihentikan atau diganti bila setelah pemberian 2 siklus pada penilaian terjadi
tumor progresif.
27
sendiri
50 – 60 2 cukup aktif, namun kadang memerlukan bantuan
Kemoterapi merupakan pilihan utama untuk kanker paru karsinoma sel kecil
(SCLC) dan beberapa tahun sebelumnya diberikan sebagai terapi paliatif untuk kanker
paru karsinoma bukan sel kecil (NSCLC) stage lanjut. Tujuan pemberian kemoterapi
paliatif adalah mengurangi atau menghilangkan gejala yang diakibatkan oleh
perkembangan sel kanker tersebut sehingga diharapkan akan dapat meningkatkan
kualitas hidup penderita. Tetapi akhir-akhir ini berbagai penelitian telah
memperlihatkan manfaat kemoterapi untuk NSCLC sebagai upaya memperbaiki
prognosis, baik sebagai modaliti tunggal maupun bersama modaliti lain, yaitu
radioterapi dan/atau pembedahan.
1. Penderita kanker paru jenis karsinoma sel kecil (KPKSK) tanpa atau dengan gejala.
2. Penderita kanker paru jenis karsinoma bukan sel kecil (KPKBSK) yang inoperabel
(stage IIIB & IV), jika memenuhi syarat dapat dikombinasi dengan radioterapi, secara
konkuren, sekuensial atau alternating kemoradioterapi.
3. Kemoterapi adjuvan yaitu kemoterapi pada penderita kanker paru jenis karsinoma
bukan sel kecil (KPKBSK) stage I, II dan III yang telah dibedah.
28
4. Kemoterapi neoadjuvan yaitu kemoterapi pada penderita stage IIIA dan beberapa
kasus stage IIIB yang akan menjalani pembedahan. Dalam hal ini kemoterapi
merupakan bagian terapi multimodaliti.
-
Hormonal
Ada beberapa cara dan obat yang dapat digunakan meskipun belum ada hasil
penelitian di Indonesia yang menyokong manfaatnya.
-
Imunoterapi
29
-
Teknik Gen
-
Pengobatan Paliatif
Hal yang perlu ditekankan dalam terapi paliatif adalah tujuannya untuk
meningkatkan kualitas hidup penderita sebaik mungkin. Gejala dan tanda
karsinoma bronkogenik dapat dikelompokkan pada gejalabronkopulmoner,
ekstrapulmoner intratorasik, ekstratoraksik non metastasis dan ekstratorasik
metastasis. Sedangkan keluhan yang sering dijumpai adalah batuk, batuk darah,
sesak napas dan nyeri dada. Pengobatan paliatif untuk kanker paru meliputi
radioterapi, kemoterapi, medikamentosa, fisioterapi, dan psikososial. Pada
beberapa keadaan intervensi bedah, pemasangan stent dan
cryotherapy dapatdilakukan.
-
Rehabilitasi Medik
Untuk penderita kanker paru yang akan dibedah perlu dilakukan rehabilitasi
medik prabedah danpascabedah, yang bertujuan membantu memperoleh hasil optimal
tindakan bedah, terutama untuk mencegah komplikasi pascabedah (misalnya: retensi
sputum, paru tidak mengembang) dan mempercepatmobilisasi. Tujuan program
rehabilitasi medik untuk kasus yang nonoperabel adalah untuk memperbaiki dan
mempertahankan kemampuan fungsional penderita yang dinilai berdasarkan skala
Karnofsky. Upaya ini juga termasuk penanganan paliatif penderita kanker paru dan
layanan hospis (dirumah sakit atau dirumah).
30
2.9 PROGNOSIS 10
31
BAB III
KESIMPULAN
Kanker paru adalah tumor ganas yang primer berasal dari bronkus atau sering disebut
sebagai bronchogenic carcinoma. Tingkat kematian pada kanker paru berkaitan dengan jumlah
konsumsi rokok per hari, dimana lelaki yang merokok 2 bungkus sehari selama 20 tahun
memiliki peningkatan resiko sebesar 60 – 70 kali lipat dibandingkan dengan non perokok. Untuk
itu faktor risiko kanker paru seperti merokok atau paparan zat-zat karsinogenik sebaiknya
dihindari.
Screening staging sebaiknya dilakukan lebih awal jika dicurigai adanya kanker paru
berdasarkan gejala klinis dan radiologis agar dapat ditangani hingga tuntas. Indikasi pembedahan
pada kanker paru adalah untuk karsinoma paru bukan jenis sel kecil (KPBKSK) stadium I dan II.
Pembedahan juga merupakan bagian dari “combine modality therapy”, misalnya kemoterapi
neoadjuvan untuk KPBKSK stadium IIIA.
Radioterapi pada kanker paru dapat menjadi terapi kuratif atau paliatif. Pada terapi
kuratif, radioterapi menjadi bagian dari kemoterapi neoadjuvan untuk KPKBSK stadium IIIA.
Pada kondisi tertentu, radioterapi saja tidak jarang menjadi alternatif terapi kuratif.
32
DAFTAR PUSTAKA
1. http://www.kankerparu.org/main/index.php?
option=com_content&task=view&id=19&Itemid=33. Diakses pada tanggal 1 November
2019
2. Landis SH, Mliiray T, Bolden S, Wingo PA. Cancer 2010. Ca Cancer JClin 1998; 48:6-
29.
3. Baron DN. Kapita Selekta Patologi Klinik, EGC, Jakarta, 2008 : 227.
4. Jusuf, Anwar 2002 Pengobatan Kanker Paru Menurut Konsensus Bali 2001dalam
Prof.DR dr Benjamin P Margono (Editor) Pertemuan Ilmiah ParuMillenium 2002,
Surabaya 11 – 12.
5. Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Stiyohadi B, Syam AF. Buku ajar ilmu penyakit dalam
jilid III. VI. Jakarta: InternaPublishing; 2014
6. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, 2010. Kanker Paru Pedoman Diagnosis dan
Penatalaksanaan Di Indonesia.Jakarta
10. Dwidjo, Sutjipto, Margono P Benyamin, Alrasyid Harun Samsul 1994 Pedoman
Diagnosis dan Terapi LAB/UPK Ilmu Penyakit Paru FK UNAIR RSUD Dr Soetomo
Surabaya.
33
11. Price S.A, Wilson L.M., 1995 Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. EGC Jakarta. Hal.1049 –
10519.
12. National Collaborating Center for Acute Care. Lung cancer: The diagnosis andtreatment
of lung cancer. Clinical Effectiveness Unit, London, 2005
13. Kumar, Cotran, Robbins. Buku Ajar Patologi Robbins. Ed.7, Vol.2. Penerbit EGC.
Jakarta. 2007. Hal : 559- 566.
14. Underwood, J.C.E. General and Systemic Pathology. 4 th ed. Churchill Livingstone.
2004. Page : 352-356.
15. Price S.A, Wilson L.M., 2005. Patofisiologi. Buku 2. Edisi 4. EGC Jakarta. Hal. 1049 –
1051
17. PDPI. Kanker Paru Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. 2003. Available
at: http://klikpdpi.com/konsensus/konsensus-kanker-paru.kankerparu.pdf.
18. Syed, Huq, Irfan Maghfoor and Michael Perry. Lung Cancer, Non-Small Cell. Available
at : http://emedicine.medscape.com/article/279960-overview. Accessed on 1 November
2019.
19. Sharma S. and Bruce M. Lung Cancer, Non-Small Cell. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/ 358433 -overview. Accessed on 1 November
2019.
20. Sharma S. and Bruce M. Lung Cancer, Non-Small Cell. Available at:
http://emedicine.medscape.com/article/ 358433 -overview. Accessed on 1 November
2019.
34