Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRATEGI PELAKSANAAN PADA KLIEN

DENGAN RESIKO BUNUH DIRI (RBD)

PROFESI NERS

DISUSUN OLEH :

Nama : Dwi Indri Fitriyani, S.Kep

NIK : 201560311033

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN STIkes MEDISTRA INDONESIA

JL.CUT MUTIA RAYA NO.88A SEPANJANG JAYA BEKASI TIMUR

2021
I. Kasus ( masalah Utama)
Resiko Bunuh Diri

II. Proses Terjadinya masalah


1. Pengertian Resiko Bunuh Diri
Bunuh diri adalah suatu keadaan di mana individu mengalami risiko untuk menyakiti diri
sendiri atau tindakan yang dapat mengancam jiwa. (Stuart dan Sundeen, 1995 dalam Fitria,
2009).
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri
kehidupan, individu secara sadar berhasrat dan berupaya untuk mewujudkan hasratnya
untuk mati. Perilaku bunuh diri ini meliputi isyarat-isyarat, percobaan atau ancaman verbal,
yang akan mengakibatkan kematian, luka, atau menyakiti diri sendiri (Clinton, 1995 dalam
Yosep, 2010).
2. Kategori Bunuh Diri, (stuart, 2007)
a. Bunuh diri langsung
Bunuh diri langsung adalah tindakan yang disadari dan disengaja untuk mengakhiri
hidupnya seperti pengorbanan diri (membakar diri), mrnggantung diri,mrnrmbak diri
sendiri, meracuni diri, melompat dari tempat yang tinggi, menenggelamkan diri, atau
sufokasi.
b. Bunuh diri tidak langsung
Bunuh diri tidak langsung adalah keingin tersembunyi yang tidak disadari untuk
mati, yang ditandai dengan prilaku kronis beresiko seperti penyalahgunaan zat, makan
berlebihan, aktifitas seks bebas, ketidakpastuhan terhadap program medis, atua olahraga
atau pekerjaan yang membahayakan.
3. Prilaku Resiko Bunuh Diri
Menurut (stuart 2013). Prilaku bunuh diri biasanya dibagi ke dalam kategori ide bunuh
diri, ancaman bunuh diri, percobaan bunuh diri, dan bunuh diri.

a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri bisa pasif
ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak atau aktif ketika ada
pemikiran dan rencana yang menyebabkan kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung, verbal aau
nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Orang dengan
ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut:
c. ‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’ ‘’saya tidak akan berada disini
lebih lama lagi’’‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
d. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh individu yang
sangat menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
e. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak ditemukan
tepat pada waktunya. Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan
harta berharga, membuat surat wasiat atau peraturan pemakaman, atau menarik diri dari
persahabatan dan kegiatan social.
4. Jenis Bunuh Diri
a. Bunuh diri egoistik adalah karena kecewa terhadap masyarakat, maka ia meninggalkan
masyarakat itu.
b. Bunuh diri altruistic adalah bunuh diri demi orang lain atau membersihkan kesalahannya.
c. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri dalam keadaan masyarakat yang kacau (tidak ada
hukuman, pegangan agama menurun, dukungan social tidak ada)
5. Faktor Predisposisi dan Prepitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam bunuh
diri, anatara lain:
1) Faktor mood dan biokimia otak.
2) Faktor riwayat gangguan mental.
3) Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
4) Faktor isolasi sosial dan human relations.
5) Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
6) Faktor religiusitas.
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca
melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
(Fitria, 2009).
6. Rentang Respon Resiko bunuh diri

Adaptif Maladaptif

Peningkatan Pertumbuhan Perilaku Pencederaan Bunuh Diri


Diri peningkatan Destruktif Diri
beresiko Diri Tidak
Langsung

III. A. Pohon Masalah


Resiko Perilaku kekerasan

Resiko Bunuh Diri

Isolasi Sosial

Gangguan Konsep Diri ( Harga diri rendah)


B. Masalah Keperawatan dan data yang di kaji

1. Masalah Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Resiko bunuh diri
c. Resiko perilaku kekerasan
2. Data yang dikaji
a.Resiko bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Data subjektif
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
2) Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan sosial
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
c. Resiko Perilaku Kekerasan
1) Data subyektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2)Data obyektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)

V. Rencana Tindakan Keperawatan


Diagnosa 1 : Resiko Bunuh Diri
Tujuan Umum : Klien tidak melakukan percobaan bunuh diri
Tujuan Khusus :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya
Tindakan :
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
d. Bersifat hangat dan bersahabat
e. Temani klien saat keinginan mencederai diri meningkat

2. Klien dapat terlindungi diri dari perilaku bunuh diri


Tindakan :
a. Jauhkan klien dari benda-benda yang dapat membahayakan (pisau, silet, gunting,
tali, kaca, dan lain-lain)
b. Tempatkan klien di ruangan yang tenang dan selalu terlihat oleh perawat.
c. Awasi klien secara ketat setiap saat.

3. Klien dapat mengekspresikan perasaannya


Tindakan :
a. Dengarkan keluhan yang dirasakan
b. Bersikap empati untuk meningkatkan ungkapan keraguan, ketakutan, dan
keputusasaan.
c. Beri dorongan untuk mengungkapkan mengapa dan bagaimana harapannya.
d. Beri waktu dan kesempatan untuk menceritakan arti penderitaan, kematian, dan
lain-lain.
e. Beri dukungan pada tindakan atau ucapan klien yang menunjukan keinginan
untuk hidup.

4. Klien dapat meningkatkan harga diri


Tindakan :
a. Bantu untuk memahami bahwa klien dapat mengatasi keputusannya.
b. Identifikasi aspek positif yang dimiliki
c. Dorong klien untuk berfikir positif terhadap diri
d. Dorong klien untuk menghargai diri sebagai individu yang berharga
e. Bantu mengidentifikasi sumber-sumber harapan (missal: hubungan antar sesama,
kayakinan, dan lain-lain dapat diselesaikna)

5. Klien dapat menggunakan koping yang adaptif


Tindakan :
a. Ajarkan untuk mengidentifikasi pengalaman-pengalaman yang menyenangkan
setiap hari (missal: berjalan-jalan, membaca buku favorite, menulis surat, dan
lain-lain).
b. Bantu untuk mengenali hal-hal yang klien cintai dan senangi, dan pentingnya
terhadap kehidupan oranglain, mengsampingkan tentang kegagalan dalam
kesehatan.
c. Beri dorongan untuk berbagi keprihatinan pada oranglain yang mempunyai suatu
masalah dan atau penyakit yang sama dan telah mempunyai pengalaman positif
dalam mengatasi masalah tersebut dengan koping yang efektif.

Diagnosa 2 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah

Tujuan Umum : Meningkatkan kepercayaan diri pasien.

Tujuan Khusus :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya


Tindakan :
a. Perkenalkan diri dengan klien
b. Tanggapi pembicaraan klien dengan sabar dan tidak menyangkal
c. Bicara dengan tegas, jelas, dan jujur
d. Bersifat hangat dan bersahabat

2. Klien dapat mengidentifikasikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.


Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Hindari penilaian negative disetiap pertemuan klien.
c. Utamakan pemberian pujian yang realitas.

3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang kerumah.

4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai dengan kondisi dan kemampuan .


Tindakan :
a. Beri klien kesempatan mencoba kegiatan yang telah direncanakan.
b. Beri pujian atas keberhasilan klien.
c. Diskusikan kemungkinan pelaksanaan dirumah.
6. Klien dapat memanfaatkan system pendukung yang ada.
Tindakan :
a. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang cara merawat klien.
b. Bantu keluarga memberi dukungan selama klien dirawat.
c. Bantu klien menyiapkan lingkungan dirumah.
d. Beri reinforcement positif atas keterlibatan keluarga.
STRATEGI PELAKSANAAN KEPERAWATAN
RESIKO BUNUH DIRI

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
1) Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
2) Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
B. Strategi Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya A saya mahasiswa dari Poltekkes
Tanjungkarang. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
 Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini?
 Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
 Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa? Cuma 30 menit
saja pak
2. Fase Kerja
Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu dengan
menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri.
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan
kegagalan yang bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah
bapak masih merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh
tahu mengapa bapak ingin mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang muda.
Jika iya, bapak menggunakan cara apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika bapak masih
ada rasa takut, kenapa bapak tidak mencoba melawan keinginan tersebut? Apakah bapak
sudah mempunyai seorang anak? “ Apa yang akan bapak lakukan kalau keinginan bunuh
diri muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak
kepada orang yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak,
saya akan menemani bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah,
bukan dengan jalan mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat dan
bisa menjadi seorang bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga yakin
sekali kalau anak bapak nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila
keinginan bunuh diri tersebut muncul, bapak bisa melawannya dengan mencoba selalu
berfikir positif. Bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada orang yang dipercaya,
termasuk para perawat disini. Kami akan menemani bapak terus, jadi para perawat disini
setia menemani bapak kapanpun. “ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat
mengatasi masalah “
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
 Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
 Data Obyektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan klien
bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai pengalaman
bapak yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
 Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali
ini. Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak, bagaimana kalau
nanti kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aktivitas bapak .
 Waktu : “ Menurut bapak jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore jam 15.00 saya
temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
 Tempat : “Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih pak sudah mau berbagi cerita
dengan saya “.
DAFTAR PUSTAKA

Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.

Perry, Potter. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta. EGC

Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.)St.
Louis : Mosby Year Book.

Anda mungkin juga menyukai