Laporan Pendahuluan RBD Dan SP
Laporan Pendahuluan RBD Dan SP
PROFESI NERS
DISUSUN OLEH :
NIK : 201560311033
2021
I. Kasus ( masalah Utama)
Resiko Bunuh Diri
a. Ide bunuh diri adalah pemikiran untuk melakukan bunuh diri. Ide bunuh diri bisa pasif
ketika hanya ada pikiran untuk bunuh diri tanpa niat untuk bertindak atau aktif ketika ada
pemikiran dan rencana yang menyebabkan kematian.
b. Ancaman bunuh diri yaitu berupa peringatan langsung atau tidak langsung, verbal aau
nonverbal, bahwa seseorang berencana untuk mengakhiri hidupnya. Orang dengan
ancaman bunuh diri dapat membuat pernyataan seperti berikut:
c. ‘’apakah anda akan mengingat saya ketika saya pergi,’’ ‘’saya tidak akan berada disini
lebih lama lagi’’‘’tidak ada yang bisa saya lakukan lagi.’’
d. Percobaan bunuh diri
Semua tindakan bunuh diri terhadap diri sendiri yang dilakukan olrh individu yang
sangat menyebabkan kematian, jika tidak dicegah.
e. Bunuh diri
Upaya tindakan bunuh diri yang akan menyebabkan kematian jika tidak ditemukan
tepat pada waktunya. Juga mengkomunikasikan secara nonverbal dengan memberikan
harta berharga, membuat surat wasiat atau peraturan pemakaman, atau menarik diri dari
persahabatan dan kegiatan social.
4. Jenis Bunuh Diri
a. Bunuh diri egoistik adalah karena kecewa terhadap masyarakat, maka ia meninggalkan
masyarakat itu.
b. Bunuh diri altruistic adalah bunuh diri demi orang lain atau membersihkan kesalahannya.
c. Bunuh diri anomik adalah bunuh diri dalam keadaan masyarakat yang kacau (tidak ada
hukuman, pegangan agama menurun, dukungan social tidak ada)
5. Faktor Predisposisi dan Prepitasi
a. Faktor Predisposisi
Menurut Iyus Yosep (2010), terdapat beberapa factor yang berpengaruh dalam bunuh
diri, anatara lain:
1) Faktor mood dan biokimia otak.
2) Faktor riwayat gangguan mental.
3) Faktor meniru, imitasi, dan factor pembelajaran.
4) Faktor isolasi sosial dan human relations.
5) Faktor hilangnya rasa aman dan ancaman kebutuhan dasar.
6) Faktor religiusitas.
b. Faktor Presipitasi
Perilaku destruktif dapat ditimbulkan oleh stress yang berlebihan yang dialami oleh
individu. Pencetusnya seringkali kejadian hidup yang memalukan, melihat atau membaca
melalui media tentang orang yang melakukan bunuh diri ataupun percobaan bunuh diri
(Fitria, 2009).
6. Rentang Respon Resiko bunuh diri
Adaptif Maladaptif
Isolasi Sosial
1. Masalah Keperawatan
a. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
b. Resiko bunuh diri
c. Resiko perilaku kekerasan
2. Data yang dikaji
a.Resiko bunuh diri
DS : menyatakan ingin bunuh diri / ingin mati saja, tak ada gunanya hidup.
DO : ada isyarat bunuh diri, ada ide bunuh diri, pernah mencoba bunuhdiri.
b. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
1) Data subjektif
a) Mengungkapkan ingin diakui jati dirinya
b) Mengungkapkan tidak ada lagi yang peduli
c) Mengungkapkan tidak bisa apa-apa
d) Mengungkapkan dirinya tidak berguna
e) Mengkritik diri sendiri
2) Data objektif
a) Merusak diri sendiri
b) Merusak orang lain
c) Menarik diri dari hubungan sosial
d) Tampak mudah tersinggung
e) Tidak mau makan dan tidak tidur
c. Resiko Perilaku Kekerasan
1) Data subyektif
Klien mengatakan marah dan jengkel kepada orang lain, ingin membunuh,
ingin membakar atau mengacak-acak lingkungannya.
2)Data obyektif
Klien mengamuk, merusak dan melempar barang-barang, melakukan
tindakan kekerasan pada orang-orang disekitarnya.
IV. Diagnosa Keperawatan
1. Resiko bunuh diri
2. Gangguan konsep diri : harga diri rendah (HDR)
Tujuan Khusus :
3. Klien mampu menilai kemampuan yang dapat digunakan untuk diri sendiri dan
keluarga.
Tindakan :
a. Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki.
b. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan setelah pulang kerumah.
4. Klien dapat merencanakan kegiatan yang bermanfaat sesuai dengan kemampuan yang
dimiliki.
Tindakan :
a. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari sesuai
kemampuan.
b. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang klien lakukan.
c. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi klien.
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi klien : klien mengatakan hidupnya sudah tidak berguna lagi dan mencoba bunuh
diri dengan meminum pembersih lantai
2. Diagnosa Keperawatan : Resiko Bunuh Diri
3. Tujuan :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Melindungi klien dari perilaku bunuh diri
c. Modifikasi lingkungan klien :
1) Jauhkan dari benda – benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri
2) Tempatkan klien di ruangan yang nyaman dan mudah terlihat oleh perawat
d. Awasi klien secara ketat setiap saat
e. Mengajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f. Masukkan dalam jadwal kegiatan klien
B. Strategi Tindakan
1. Fase Orientasi
a. Salam Terapeutik
Selamat pagi bapak, perkenalkan nama saya A saya mahasiswa dari Poltekkes
Tanjungkarang. Kalau boleh tahu nama bapak siapa? Bapak biasanya dipanggil siapa?
b. Evaluasi atau Validasi
Bagaimana perasaan bapak hari ini? Bagaimana tidurnya semalam pak?
c. Kontrak
Topik : Bapak bagaimana kalau kita bicara mengenai apa yang bapak rasakan
selama ini?
Tempat : Kita berbicara dimana pak? Bagaimana kalau kita berbicara ditaman?
Waktu : Bagaimana kalau kita berbicara sekarang pak? Bapak bisa? Cuma 30 menit
saja pak
2. Fase Kerja
Sebelumnya perawat harus melakukan modifikasi lingkungan pasien dulu, yaitu dengan
menjauhkan benda-benda yang dapat digunakan untuk bunuh diri.
“ Bagaimana perasaan bapak setelah mengalami kejadian ini? Apakah dengan
kegagalan yang bapak alami ini bapak merasa paling menderita di dunia ini? Apakah
bapak masih merasa bersalah atau mempersalahkan diri sendiri? Maaf pak kalau boleh
tahu mengapa bapak ingin mengakhiri hidup? Padahal bapak kan masih terbilang muda.
Jika iya, bapak menggunakan cara apa? Apakah bapak tidak takut mati? Jika bapak masih
ada rasa takut, kenapa bapak tidak mencoba melawan keinginan tersebut? Apakah bapak
sudah mempunyai seorang anak? “ Apa yang akan bapak lakukan kalau keinginan bunuh
diri muncul? “.
Bapak kalau boleh saya menyarankan, bapak bisa menceritakan masalah bapak
kepada orang yang bisa bapak percaya, saya juga bersedia mendengarkan cerita bapak,
saya akan menemani bapak. Masih ada banyak cara lain untuk menyelesaikan masalah,
bukan dengan jalan mengakhiri kehidupan. Saya yakin bapak adalah orang yang kuat dan
bisa menjadi seorang bapak yang baik untuk anak bapak nantinya, dan saya juga yakin
sekali kalau anak bapak nanti menjadi anak yang berbakti kepada orang tua. Bila
keinginan bunuh diri tersebut muncul, bapak bisa melawannya dengan mencoba selalu
berfikir positif. Bapak bisa menceritakan masalah bapak kepada orang yang dipercaya,
termasuk para perawat disini. Kami akan menemani bapak terus, jadi para perawat disini
setia menemani bapak kapanpun. “ Saya percaya bapak adalah orang yang kuat dan dapat
mengatasi masalah “
3. Fase Terminasi
a. Evaluasi Respon Klien
Data Subyektif
“ Bagaimana perasaan bapak setelah bercerita sebentar dengan saya? “.
Data Obyektif
Pasien tidak menunjukkan keinginan untuk bunuh diri selama fase kerja dan klien
bersedia berbagi cerita untuk mengalihkan bila keinginan bunuh diri muncul.
b. Rencana Tindak Lanjut
“ Baiklah bapak, bagaimana kalau nanti kita bercerita kembali mengenai pengalaman
bapak yang menyenangkan dan kegiatan yang bapak sukai? “.
c. Kontrak Akan Datang
Topik : “ Baiklah bapak, saya rasa cukup perbincangan kita untuk pertemuan kali
ini. Saya senang sekali bisa berbincang- bincang dengan bapak, bagaimana kalau
nanti kita lanjutkan untuk berbicara mengenai aktivitas bapak .
Waktu : “ Menurut bapak jam berapa? Bagaimana kalau nanti sore jam 15.00 saya
temani bapak jalan-jalan sambil berbincang-bincang? “.
Tempat : “Bagaimana kalau ditaman? Terima kasih pak sudah mau berbagi cerita
dengan saya “.
DAFTAR PUSTAKA
Fik-Ui (2014). Standar Asuhan Keperawatan: Spesialis Keperawatan Jiwa. Workshops Ke- 7,
Fakultas Ilmu Keperawatan, Universitas Indonesia, Jakarta.
Stuart, G.W., And Laraia (2005), Principles And Practice Of Psychiaatric Nursing, (7th Ed.)St.
Louis : Mosby Year Book.