654 1588 1 SM
654 1588 1 SM
Muslim12
Abstrak
Tulisan singkat ini dibuat berdasarkan pada fenomena-fenomena masih sering dijum-
painya sejumlah indikasi yang merefleksikan banyaknya peneliti yang belum menggunakan
varian-varian yang ada dalam penelitian. Tulisan ini disampaikan secara konseptual dengan
berdasar pada beberapa aspek dalam varian penelitian, di antaranya adalah: (1) Paradigma
penelitian ; (2) Pendekatan penelitian; (3)Metode penelitian; (4) dan Jenis penelitian dalam
ilmu komunikas. Tujuan tulisan ini secara umum untuk membedakan paradigma, pendeka-
tan, metode dan jenis-jenis Penelitani guna mengembangkan atau menyusun proposal/ran-
cangan usulan penelitian.
12
Muslim, M.Si., Staf Pengajar pada Progam Ilmu Komunikasi, FISIB, Universitas Pakuan
77
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
sesuatu secara khusus tentang realitas. Bo- dari murid dan teman-temannya antara lain
gdan & Biklen (dalam Mackenzie & Knipe, filosof Inggris John Stuart Mill (juga seorang
2006) menyatakan bahwa paradigma adalah ahli ekonomi), ia meninggal pada tahun 1857.
kumpulan longgar dari sejumlah asumsi, kon- Pemikiran-pemikirannya cukup berpengaruh
sep, atau proposisi yang berhubungan secara yang dituangkan dalam tulisan-tulisannya an-
logis, yang mengarahkan cara berpikir dan tara lain Cours de Philosophie Positive (Kursus
penelitian. Sedangkan Baker (dalam Mo- filsafat positif) dan Systeme de Politique Posi-
leong, 2004: 49) mendefinisikan paradigma tive (Sistem politik positi)f. Pandangan para-
sebagai seperangkat aturan yang (1) mem- digma ini didasarkan pada hukum-hukum dan
bangun atau mendefinisikan batas-batas; dan prosedur-prosedur yang baku; ilmu dianggap
(2) menjelaskan bagaimana sesuatu harus di- bersifat deduktif,berjalan dari hal yang umum
lakukan dalam batas-batas itu agar berhasil. dan bersifat abstrak menuju yang konkit dan
Cohenn & Manion (dalam Mackenzie & bersifat sepesifik; ilmu dianggap nomotetik,
Knipe, 2006) membatasi paradigma sebagai tu- yaitu didasarkan pada hukum-hukum yang
juan atau motif filsofis pelaksanaan suatu pene- kausal yang universal dan melibatkan sejum-
litian. Berdasarkan definisi diatas, dapat kita lah variable.Paradigma positivitis pada ak-
tarik benag merahnya bahwa paradigma ialah hirnya melahirkan pendekatan kuantitatif.
suatu konsep, metode dan kaidah-kaidah aturan
- aturan yang dijadikan suatu kerangka kerja 2.2.2 Paradigma Interpretif
pelaksanaan dalam sebuah penelitian. Pendekatan interpretif berangkat dari
upaya untuk mencari penjelasan tentang
2.2 Varian Paradigma peristiwa-peristiwa sosial atau budaya yang
Paradigma penelitian adalah pola pikir didasarkan pada perspektif dan pengalaman
atau cara pandang (aliran/mazhab) mengenai orang yang diteliti. Pendekatan interpretatif
keseluruhan proses, format dan hasil peneli- diadopsi dari orientasi praktis. Secara umum
tian. Ragamnya dintaranya adalah: (1) Positi- pendekatan interpretatif merupakan sebuah
vis; (2) Interpretif; dan (3) Kritis. sistem sosial yang memaknai perilaku secara
detail langsung mengobservasi. (Newman,
2.2.1 Paradigma Positivis 1997: 68). Interpretif melihat fakta sebagai
Paradigma Positivisme merupakan ali- sesuatu yang unik dan memiliki konteks dan
ran filsafat yang dinisbahkan/ bersumber dari makna yang khusus sebagai esensi dalam me-
pemikiran Auguste Comte seorang filosof mahami makna sosial. Interpretif melihat fak-
yang lahir di Montpellier Perancis pada ta- ta sebagai hal yang cair (tidak kaku) yang me-
hun 1798, ia seorang yang sangat miskin, lekat pada sistem makna dalam pendekatan
hidupnya banyak mengandalkan sumbangan interpretatif. Fakta-fakta tidaklah imparsial,
78
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
objektif dan netral. Fakta merupakan tindakan ran aliran Frankfurt disebut ciri teori kritik
yang spesifik dan kontekstual yang beragan- masyarakat “eine Kritische Theorie der
tung pada pemaknaan sebagian orang dalam Gesselschaft”. Paradigma ini mau menco-
situasi sosial. Interpretif menyatakan situasi ba memperbaharui dan merekonstruksi teori
sosial mengandung ambiguisitas yang besar. yang membebaskan manusia dari manipulasi
Perilaku dan pernyataan dapat memiliki mak- teknokrasi modern. Beberapa tokoh Teori
na yang banyak dan dapat dinterpretasikan Kritis angkatan pertama adalah Max Hork-
dengan berbagai cara. (Newman, 2000: 72). heimer, Theodor Wiesengrund Adorno (musi-
Paradigma ini menekankan pada ilmu kus, ahli sastra, psikolog dan filsuf), Fried-
bukanlah didasarkan pada hukum dan prose- rich Pollock (ekonom), Erich Fromm (ahli
dur yang baku;, setiap gejala atau peristiwa psikoanalisa Freud), Karl Wittfogel (sinolog),
bisa jadi memiliki makna yang berbeda; ilmu Leo Lowenthal (sosiolog), Walter Benjamin
bersifat induktif, berjalan dari yang sepesi- (kritikus sastra), Herbert Marcuse (murid
fik menuju ke yang umum dan abstrak. Ilmu Heidegger yang mencoba menggabungkan
bersifat idiografis, artinya ilmu mengungkap fenomenologi dan marxisme, yang juga selan-
realitas melalui simbol-simbol dalam bentuk jutnya Marcuse menjadi “nabi” gerakan New
deskriptif. Pendekatan interpretif pada ak- Left di Amerika). Ciri khas paradigma Kritis
hirnya melahirkan pendekatan kualitatif. adalah bahwa paradigma ini berbeda dengan
pemikiran filsafat dan sosiologi tradisional.
2.2.3 Paradigma Kritis Pendekatan paradigma kritis tidak bersifat
Paradigma kritis lahir tidak lepas dari kontemplatif atau spektulatif murni.
Institut penelitian sosial di Frankfurt (Insti- Teori Kritis pada titik tertentu meman-
tut für Sozialforschung) didirikan pada ta- dang dirinya sebagai pewaris ajaran Karl
hun 1923 oleh seorang kapitalis yang berna- Marx, sebagai teori yang menjadi emansipa-
ma Herman Weil, seorang pedagang grosir toris. Teori Kritis tidak hanya mau menjelas-
gandum, yang pada akhir hayat “mencoba kan, mempertimbangkan, merefleksikan dan
untuk cuci dosa” mau melakukan sesuatu menata realitas sosial tapi juga bahwa iningn
untuk mengurangi penderitaan di dunia membongkar ideologi-ideologi yang sudah
(termasuk dalam skala mikro: penderitaan ada. pandangan paradigma ini menekankan
sosial dari kerakusan kapitalisme). Para- pada ilmu bukanlah didasarkan pada hukum
digma kritis adalah anak cabang pemiki- dan prosedur yang baku, tetapi untuk mem-
ran marxis dan sekaligus cabang marxisme bongkar ideologi-ideologi yang sudah ada
yang paling jauh meninggalkan Karl Marx dalam pembebasan manusia dari segala be-
(Frankfurter Schule). Cara dan ciri pemiki- lenggu penghisapan dan penindasan.
79
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
Gambar 1:
Tuntutan Pengetahuan, Strategi Penelitian dan Metode Menuju Pendekatan & Proses
Desain (Diadaptasi dari Emzir, 2008: 10)
80
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
81
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
Gambar 2:
Pemetaan Tiga Pendekatan dalam Penelitian
Sumber: Dr. Ibnu Hamad. Workshop Methodelogi Riset Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. 2005
82
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
Metodelogi membuat suatu ilmu so- atas terminologi “ilmiah” itu sendiri.
sial menjadi ilmiah, namun menjadi perde- Dari perbedaan dan perdebatan
batan ilmiah antara ilmuwan tentang apa itu yang terjadi itu maka ada berbagai cara
kriteria ilmiah, terutama ilmuan sosial. krite- memandang gejala sosial yang bersifat
ria ilmiah dari ilmuan sosial banyak memin- multi faced reality ini. Setidaknya ada tiga
jam dari ilmu alam yang bersifat eksak. Na- pendekatan utama pada penelitian sosial
mun selama berabad-abad ilmu sosial telah (Neuman 2000: 65-68) yaitu: Positivis,
berkembang juga melalui metode-metode dan Antipositivist (Interpretif dan Kritis).
yang bersifat sejarah dan filsafat. Tentu Pendekatan ini kan dijelaskan pada tablel.
pendekatan ini mempunyai kriteria berbeda A, B, dan C.
Tabel.A
83
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
Tabel.B
Tabel.C
84
Wahana, Vol. 1, No. 10, Ganjil, Tahun Akademik 2015/2016 ISSN 0853-5876
85