Disusun Oleh:
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian.……………………………..………………………………..1
1.2 Identifikasi Masalah ……………………………………………………………………..4
1.3 Tujuan Penelitian …………………………………………….………………………….5
1.4 Kerangka Pemikiran …………………………………………………………………….5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan dan Penyusutan …………………………………………………………….6
2.1.1 Persediaan ………………………………………………………………………….6
2.1.2 Penyusutan …………………………………………………………………………8
2.2 Koordinasi Dalam Rantai Pasok ………………………………………………………10
BAB 3 METODE DAN OBJEK PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ………………………………………………………………………12
3.2 Teknik Pengumpulan Data …………………………………………………………….12
3.3 Sampel …………………………………………………………………………………..12
3.4 Operasionalisasi Variabel ……………………………………………………………...13
1
BAB 1
PENDAHULUAN
1
Tabel 1.1 Data Penjualan Tanggal 02 Agustus 2020
2
Sumber : Founder & CEO RPA Sukahurip
Tabel 1.3 Data Penjualan Tanggal 04 Agustus 2020
Dari Tabel 1.1 Data Penjualan Tanggal 2 Agustus 2020 diatas, dapat dilihat bahwa
terjadi kasus penyusutan sebesar 107,7 kg. Pada hari berikutnya juga terjadi hal yang sama,
dapat dilihat pada Tabel 1.2 Data Penjualan Tanggal 3 Agustus 2020. Pada tabel tersebut
terjadi penyusutan sebesar 101,5 kg. Demikian juga pada bulan Agustus dapat dilihat di
Tabel 1.3 Data Penjualan Tanggal 4 Agustus 2020, terdapat penyusutan 102,6 kg. Hal ini
terjadi setiap harinya yang jika dibiarkan akan mengakibatkan kerugian yang besar.
Namun Founder & CEO RPA Sukahurip menjelaskan bahwa setiap harinya selalu ada
pembelian ayam ke supplier, dan pembelian ini tidak mendasar. Jika hal ini dibiarkan maka
akan terjadi kelebihan stok (overstock) karena adanya penumpukan stok ayam sisa kemarin
dengan yang dibeli pada hari itu juga. Sehingga hal ini akan mengakibatkan adanya
penyusutan yang besar terhadap berat ayam broilernya, yang akhirnya berakibat pada biaya
untuk menahan (holding cost) yang tinggi.
3
Grafik 1.1 Pembelian Sepanjang Bulan Agustus 2020
Dari grafik diatas kita dapat melihat bahwa permintaan pasar (bukan konsumen akhir)
terhadap RPA Sukahurip sangat fluktuatif. Garis horizontal merupakan tanggal pada bulan
Agustus sedangkan garis vertikalnya merupakan jumlah kilogram per harinya. Permintaan
yang berfluktuasi ini tidak dapat dipastikan diakibatkan oleh pasar (bukan konsumen akhir)
atau dari permintaan konsumen akhir kepada pasar.
4
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengidentifikasi manajemen rantai pasokan yang dilakukan oleh RPA
Sukahurip
2. U
ntuk mengetahui apa pengaruh penerapan manajemen rantai pasokan terhadap
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Persediaan dan Penyusutan
2.1.1 Persediaan
Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk
memenuhi tujuan tertentu, misalnya: untuk digunakan dalam proses produksi/perakitan atau
dijual kembali.Persediaan dapat berupa bahan mentah, bahan pembantu, barang dalam
proses,barang jadi ataupun suku cadang. Apabila persediaan besar akan timbul biaya
persediaan dan persediaan kecil terjadi kekurangan persediaan.
Persediaan merupakan sumber dana yang menganggur, karena sebelum
persediaan digunakan berarti dana yang terkait didalamnya tidak dapat digunakan. Fungsi
persediaan dalam memenuhi kebutuhan perusahaan:
1) Menghilangkan resiko keterlambatan pengiriman barang
2) Menghilangkan resiko jika material yang dipesan tidak baik sehingga harus
dikembalikan.
3) Menghilangkan resiko kenaikan harga barang/inflasi.
4) Menghilangkan resiko kesulitan bahan yang tidak tersedia di pasaran (bahan
musiman.
5) Mendapatkan keuntungan dari potongan kuantitas.
6) Memberikan pelayanan kepada langganan
Sedangkan tujuan adanya persediaan adalah sebagai berikut :
1. Untuk memperoleh diskon sehingga harga per unit jadi kecil.
2. Biaya pengangkutan per unit menjadi rendah.
3. Agar dapat memenuhi permintaan konsumen/pelanggan sebaik mungkin.
4. Mencegah terhentinya produksi karena kekurangan bahan.
5. Memperkecil investasi dalam persediaan dan biaya pergudangan.
6. Mencapai penggunaan mesin yang optimal.
7. Menghilangkan risiko kelangkaan bahan baku (untuk yang bersifat musiman).
6
Sistem pengendalian persediaan merupakan serangkaian kebijakan pengendalian
untuk menentukan:
1) Tingkat persediaan yang harus dijaga.
2) Kapan menambah persediaan harus dilakukan.
3) Berapa besar pesanan harus diadakan. Sehingga Menjamin ketepatan dalam
jumlah dan waktu.
Berdasarkan fungsinya, persediaan dapat dikelompokkan 4 jenis persediaan, yaitu:
1. Batch Stock/lot size inventory, persediaan diadakan dalam jumlah besar yang
dibutuhkan pada saat tertentu. Disini terjadi pembelian besar-besaran, yang tujuannya
adalah Memperoleh Potongan harga, Efisiensi produksi, Hemat biaya angkut.
2. Fluctuation stock, jumlah persediaan disesuaikan dengan jumlah permintaan yang
sifatnya berfluktuasi dan tidak beraturan (jumlah persediaan tidak tetap dalam satu
periode).
3. Anticipation stock, persediaan diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan
yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman dalam satu tahun. Selain itu untuk
menjaga kemungkinan sulitnya perolehan bahan baku.
4. Pipeline inventory, persediaan yang sedang dalam proses pengiriman dari
tempat asal barang dipergunakan.
7
persediaan, bunga atas modal yang diinvestasikan dalam inventory untuk
mengganti hilangnya kesempatan menggunakan modal tersebut dalam investasi lain
sehingga disebut sebagai cost of forgone investment opportunity.
❖ Biaya kekurangan persediaan (out of stock cost), yaitu biaya tambahan yang
dikeluarkan.
❖ Biaya yang berhubungan dengan kapasitas (capacity associated cost), terdiri dari
biaya kerja lembur, biaya latihan, biaya pemberhentian kerja, biaya pengangguran
(idle time cost). Biaya ini terjadi karena adanya penambahan/pengurangan kapasitas
produksi.
2.1.2 Penyusutan
Penyusutan dalam operasi adalah pengurangan nilai suatu barang yang disimpan di
gudang. Sedangkan dalam istilah Akuntansi, Penyusutan adalah biaya yang dialokasikan
untuk aset tetap selama suatu periode tertentu. Penyusutan terjadi karena beberapa faktor
tertentu seperti kehilangan/pencurian atau bisa juga disebabkan oleh barang itu sendiri.
Berikut adalah beberapa faktor yang mempengaruhi penyusutan operasi.
a. Barang hilang karena dicuri
Di beberapa toko, barang sering digelar bebas, dipajang di atas display atau
tempat terbuka lainnya. Hal ini akan memicu terjadinya pencurian yang bisa
saja dilakukan oleh pihak external maupun internal. Pencurian sering terjadi
karena kurangnya pengawasan dari pihak pemilik toko maupun perusahaan.
Jadi bisa dikatakan bahwa pencurian terjadi karena manajemen kontrol yang
sangat rendah.
b. Kehilangan karena kesalahan sistem
Sekarang perusahaan sudah memakai sistem teknologi informasi dan
komunikasi untuk mengelola inventory yang dimilikinya. Pemilihan system
atau software yang salah termasuk penyumbang terbesar dalam angka
kehilangan barang yang disimpan.
c. Berkurangnya nilai penyusutan
Ada beberapa kelompok barang yang memang mempunyai penyusutan seperti
berubah bentuk, berubah berat, dan pecah. Kelompok barang tersebut seperti
daging, buah dan sayuran yang memang tidak bertahan dalam jangka waktu
lama. Contohnya dalam kasus ini adalah RPA Sukahurip yang mengalami
penyusutan besar karena barang yang mereka simpan di gudang berupa ayam
8
yang jika dibiarkan sehari saja tanpa pakan yang diberi secara teratur maka
akan menyusut banyak.
d. Barang rusak
Penyusutan juga bisa saja diakibatkan oleh barang yang rusak. Barang rusak
bisa saja disebabkan oleh barang yang jatuh dari rak penyimpanan, dimakan
hama dan tikus, ditimpa oleh barang lain dan lain-lain.
e. Transaksi kasir yang salah
Output dari operasional suatu perusahaan terutama usaha dagang adalah kasir.
Product knowledge perlu ditanamkan kepada seluruh personil kasir. Ini
sebagai salah satu cara bagaimana mencegah kehilangan barang di toko.
Contoh simpel pada saat transaksi barang dalam satuan banded tetapi karena
product knowledge kasir masih minim maka si kasir mengambil kesimpulan
bahwa satuan terkecil yang di transaksi dalam bentuk pcs dan masih banyak
lagi kasus-kasus transaksi kasir yang lain.
f. Terjadinya fraud atau kecurangan yang dilakukan oleh staff
Hal ini termasuk bagian yang tak bisa dihindari dengan kontrol saja.
Kecurangan yang dilakukan oleh staff hanya bisa diatasi dengan sistem
pengamanan yang ketat serta perekrutan yang benar. Orang-orang yang
bekerja disuatu perusahaan akan melakukan kecurangan jika mendapatkan
celah atau kesempatan.
g. Kesalahan penempelan label barcode
Ini terutama di bagian gudang yang bertugas menempelkan label barcode
sebelum barang di display di area penjualan. Lagi-lagi product knowledge
perlu ditanamkan kepada seluruh karyawan perusahaan. Contohnya jika di
usaha dagang elektronik misalnya label barcode Samsung Galaxy Note 4
seharga 7 juta ditempel pada usb flash disk yang seharga 100 ribu.
Penyusutan yang terjadi di perusahaan pada akhirnya hanya akan menyebabkan
kerugian yang besar. Selain kehilangan keuntungan, perusahaan juga harus mengeluarkan
sejumlah uang untuk biaya penyimpanan. Contohnya dalam kasus RPA Sukahurip mereka
harus mengeluarkan sejumlah uang untuk merawat ayam yang masih disimpan di gudang
supaya penyusutannya tidak terlalu besar. Biaya yang dikeluarkan bisa berupa biaya pakan
dan pembersihan. Makanya sekarang banyak sekali perusahaan yang menggunakan metode
Just In Time (JIT) untuk mengurangi pengeluaran yang besar di bagian inventory.
9
2.2 Koordinasi dalam Rantai Pasok
Rantai pasok memerlukan koordinasi untuk semua tindakan-tindakan yang akan
dilakukan untuk meningkatkan keuntungan dan memperhitungkan dampak yang akan
terjadi. Kurangnya koordinasi yang baik akan mengurangi total keuntungan. Ini dikarenakan
setiap pihak pada rantai pasok memiliki tujuan sendiri-sendiri yaitu memaksimalkan
keuntungan sendiri. Kurangnya koordinasi pada tiap pihak dalam rantai pasok akan
menimbulkan dampak yang biasa disebut bullwhip effect. Bullwhip effect merupakan
permintaan yang meningkat dari konsumen ke pengecer, pengecer ke agen, agen ke
produsen, produsen ke pemasok karena kurangnya koordinasi informasi pada setiap pihak.
Kurangnya koordinasi menyebabkan penyimpangan informasi dalam rantai pasok.
Dampak dari kurangnya koordinasi dalam rantai pasok berpengaruh terhadap:
● Inventory cost: kurangnya koordinasi meningkatkan biaya persediaan dalam rantai
pasok. Untuk mengatasi variabilitas permintaan, pada perusahaan P&G harus
menyimpan persediaan yang lebih besar dari yang diperlukan dalam rantai pasok. Hal
ini berakibat pada meningkatnya inventory cost.
● Replenishment lead time:kurangnya koordinasi meningkatkan lead time. Peningkatan
variabilitas sebagai sebuah hasil dari bullwhip effect yang membuat penjadwalan
pada P&G dan pemasok pabrik jauh lebih untuk dibandingkan tingkat permintaannya.
● Transportation cost: kurangnya koordinasi meningkatkan biaya transportasi dalam
rantai pasok. Kebutuhan transportasi dari waktu ke waktu pada P&G dan
pemasoknya yang berkorelasi untuk memenuhi pesanan. Sehingga, bull whip
menyebabkan kebutuhan transportasi berfluktuasi secara signifikan dari waktu ke
waktu. Hal ini menimbulkan biaya transportasi yang meningkat karena kelebihan
kapasitas transportasi perlu diperhatikan untuk menutupi periode permintaan tinggi.
● Labor cost for shipping and receiving (biaya tenaga kerja untuk pengiriman dan
penerimaan): kurangnya koordinasi meningkatkan biaya tenaga kerja hubungannya
dengan pengiriman dan penerimaan dalam rantai pasok. Persyaratan tenaga kerja
untuk pengiriman pada P&G dan pemasoknya berfluktuasi dengan pesanan fluktuasi
serupa terjadi untuk kebutuhan tenaga kerja dalam menerima dari distributor maupun
pengecer. Berbagai tahap memiliki pilihan yaitu antara kelebihan kapasitas pekerja
atau berbagai macam kapasitas pekerja dalam menanggapi fluktuasi pesanan.
● Level of product availability (tingkat ketersediaan produk): kurangnya koordinasi
menyebabkan kerugian pada ketersediaan produk dan hasil dalam stockouts lebih
dalam rantai pasok. Fluktuasi besar dalam pesanan membuat lebih sulit bagi P&G
10
untuk menyediakan semua pesanan distributor dan pengecer tepat waktu. Hal ini
meningkatkan kemungkinan bahwa pengecer akan kehabisan stok, sehingga
kehilangan penjualan pada rantai pasok.
● Relationship across the supply chain (hubungan dalam seluruh rantai pasok):
kurangnya koordinasi memiliki dampak negatif terhadap kinerja pada setiap tahap
dan dengan demikian menyebabkan kerugian hubungan dalam rantai pasok. Terdapat
kecenderungan untuk menyalahkan tahap lain dari rantai pasok karena setiap tahap
dirasa sebisa mungkin telah melakukan yang terbaik.
11
BAB 3
METODE DAN OBJEK PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai penulis, metode penelitian yang
kami gunakan adalah penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif analitis dan menggunakan
teori yang sudah ada sebagai pedoman dan pendukung, karena meski berangkat dari data
namun tetap saja teori digunakan sebagai fokus pembatas dari objek penelitian. Dengan
menggunakan analisis secara historis yaitu memanfaatkan data masa lalu. Dengan data yang
digunakan bersifat objektif, sistematis, akurat, serta otentik yang dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya serta berasal dari sumber yang tepat.
3.3 Sampel
Sampel yang akan digunakan adalah purposive sampling. Kami memilih
narasumber yang dianggap mengetahui informasi dan masalah objek penelitian serta dapat
dipercaya.
12
3.4 Operasionalisasi Variable
Variabel Independen (X): Koordinasi dalam Rantai Pasokan
Variabel Dependen (Y): Persediaan
13
DAFTAR PUSTAKA
14
LAMPIRAN
A. Daftar Pertanyaan:
1. Bagaimana proses komunikasi RPA sukahurip dengan pedangan pasar dan
supplier?
2. Seberapa sering RPA Sukahurip melakukan pertukaran informasi mengenai
permintaan dengan dengan pedagang pasar dan supplier?
3. Apa bentuk koordinasi yang RPA Sukahurip lakukan dengan pedagang pasar dan
supplier?
4. Bagaimana hubungan kerja antara RPA Sukahurip dengan pedagang pasar dan
supplier?
5. Berapa supplier yang dimiliki oleh RPA Sukahurip?
6. Berapa supplier yang dimiliki oleh pedagang pasar?
7. Seberapa besar tingkat ketergantungan pedagang pasar dengan RPA Sukahurip?
8. Seberapa besar tingkat ketergantungan RPA Sukahurip dengan supplier?
9. Seberapa besar tingkat kepercayaan RPA Sukahurip dengan pedagang pasar dan
supplier?
10. Berapa persediaan yang disimpan per hari?
11. Adakah persediaan yang disimpan untuk berjaga-jaga?
12. Apa usaha RPA Sukahurip dalam meramal permintaan?
13. Apa dasar yang digunakan RPA Sukahurip dalam menentukan jumlah persediaan
yang disimpan?
14. Adakah komunikasi dengan pedagang pasar dan supplier dalam menentukan
persediaan yang disimpan?
15