Anda di halaman 1dari 16

STATIKA FLUIDA

3.1. Pendahuluan

Fluida dikatakan statis, jika fluida tersebut diam ( v  0 ) atau bergerak

dengan kecepatan tetap ( a  0 ). Pada fluida yang diam, tidak terjadi tegangan

geser () di antara partikel-partikelnya, dan untuk zat cair akan mempunyai

permukaan horisontal dan tekanan yang tetap. Apabila suatu benda berada di

dalam zat cair yang diam, maka akan mengalami gaya yang diakibatkan oleh

tekanan zat cair. Tekanan tersebut bekerja tegak lurus terhadap permukaan benda.

3.2. Tekanan

Tekanan didefinisikan sebagai jumlah gaya ( F ) tiap satuan luas ( A ).

Apabila gaya terdistribusi secara merata pada suatu luasan (Gambar 3.1), maka

tekanan ( p ) didefinisikan sebagai berikut:

F
p (3.1)
A
F

dengan :

p = tekanan (N/m2)

F = gaya (N)

A = luas (m2) Gambar 3.1. Gaya dan tekanan.

Berdasarkan persamaan (3.1), jika tekanan pada suatu luasan diketahui, maka

gaya tekanan yang bekerja pada luasan tersebut adalah:

F pA (3.2)

3.3. Hukum Pascal

Hukum Pascal (1623-1662) menyatakan bahwa di dalam zat cair yang diam,

tidak terjadi tegangan geser (   0 ) dan tekanan ( p ) pada suatu titik di dalam zat

cair tersebut (Gambar 3.2) adalah sama besar ke segala arah (isotropic). Tekanan

ini dinamakan tekanan hidrostatik (hydrostatic pressure).

p1
p2
p4’

p3’
p3

p2’p1’ p4

Gambar 3.2. Tekanan hidrostatik pada suatu titik dalam zat cair diam.

21
Berdasarkan hukum Pascal, maka berlaku:

p  p  p  p  p '  p'  p '  p ' (3.3)


1 2 3 4 1 2 3 4

Pembuktian hukum Pascal dapat dilakukan dengan cara memandang suatu

elemen zat cair berbentuk prisma segitiga sangat kecil dengan lebar y, panjang

x, tinggi z, dan berat W (Gambar 3.3).

l
pn

z Z

px W X

y
x
pz Y

Gambar 3.3. Prisma segitiga elemen zat cair diam.

Fluida dalam keadaan diam, maka keseimbangan gaya-gaya pada partikel adalah:

∑F X 0, pX .z.y  pn sin .l.y (3.4)

1
∑ F 0, z pz .x.y  pn cos .l.y  (3.5)
g.z.x.y
2

Dimana suku kedua sebelah kanan adalah berat prisma segitiga tersebut. Apabila

kita perhatikan Gambar 3.3, maka dari geometri prisma tersebut dapat dinyatakan

bahwa:
z
sin  (3.6)
l
x l
cos 
(3.7)

Akhirnya bila kita substitusikan persamaan (3.6) ke dalam persamaan (3.4) dan

persamaan (3.7) ke dalam persamaan (3.5), kita dapatkan:


z
p .z.y  p . .l.y
X n
l

px  pn (3.8)
x 1
p .x.y  p . .l.y  g.z.x.y
z n
l 2

pz  pn
1
 g.z (3.9)
2

Persamaan (3.8) dan (3.9) ini, melukiskan dua azas penting yang berlaku pada zat

cair diam, yaitu bahwa tidak ada perubahan tekanan pada arah mendatar, dan

perubahan tekanan hanya terjadi pada arah vertikal yang sebanding dengan rapat

massa (  ), percepatan gravitasi ( g ), dan perubahan kedalaman ( z ). Apabila

elemen yang kita tinjau cukup kecil dalam batas menyusut menjadi “titik”,

maka z  0 , sehingga persamaan (3.9) akan menjadi:

pz  pn (3.10)

Karena  adalah sembarang, maka kita dapat menyimpulkan bahwa tekanan pada

suatu titik di dalam zat cair diam tidak tergantung pada arah atau orientasi.

px  pz  py  pn  p (3.11)
3.4. Tekanan Hidrostatik

Tekanan didefinisikan sebagai jumlah gaya tiap satuan luas, yang diberikan

oleh persamaan (3.1), dan besarnya gaya yang bekerja diberikan oleh persamaan

(3.2). Apabila konsep tekanan dan gaya itu kita lakukan pada suatu prisma

segiempat zat cair diam (Gambar 3.4), maka dapat dinyatakan bahwa:

pz

y
h z
p
p .x
M px G x
x

x
p
p .z
z
z

Gambar 3.4. Tekanan hidrostatik pada suatu titik.

p
∑F X 0, 
pX .z.y   px

.x z.y
 x 

p p (3.12)
.x  0 x  0
x

∑ F 0,
y

py .z.x   py
p 
.y z.x
 y 

p p (3.13)
.y  0 y  0
y

p p
∑ F 0,
z

pz.x.y   pz
.z  g.z 
.z .x.y 
 z g.z.x.y
 z 
p
 g
z

(3.14)
Persamaan (3.12) dan (3.13), membuktikan azas penting yang berlaku pada zat

cair diam, yaitu bahwa tidak ada perubahan tekanan pada arah mendatar, dan

persamaan (3.14) membuktikan bahwa perubahan tekanan hanya terjadi pada arah

vertikal, yaitu sebanding dengan rapat massa (  ), percepatan gravitasi ( g ), dan

perubahan kedalaman ( z ).

Apabila kedalaman bergerak dari z  0 sampai dengan z  h , maka:

h h
p
∫ z  ∫ g
0 0

p  gh  C (3.15)

Dimana suku kedua sebelah kanan merupakan tekanan di atas zat cair. Apabila zat

cair tersebut terbuka ke udara luar, maka tekanan di atas zat cair adalah tekanan

atmosfer ( C  patm = tekanan atmosfer). Di dalam pengukuran, digunakan

tekanan hidrostatik relatif (terukur), yaitu dengan mengasumsikan C  0 ,

sehingga persamaan (3.15) menjadi:

p  gh (3.16)

Persamaan (3.16) melukiskan bahwa tekanan hidrostatika hanya tergantung pada

kedalaman zat cair (h), jadi untuk kedalaman yang sama akan memberikan

tekanan yang sama pula, meskipun bentuk tempat penampungannya (tangki)

berbeda. Ilustrasi tentang keadaan ini diberikan dalam Gambar 3.5, dimana titik-

titik A, B, C, dan D berada pada kedalaman yang sama, sehingga tekanan

hidrostatiknya juga sama.


A B C D

Gambar 3.5. Tekanan hidrostatik pada tampungan dengan bentuk berbeda.

Apabila persamaan (3.16) kita Gambarkan dengan mensubsitusikan kedalaman (h)

yang berubah dari nol sampai –h, maka kita akan dapatkan Gambar distribusi

tekanan hidrostatik seperti pada Gambar 3.6.

z=0

at
h
F

z = -h
M p=gh

Gambar 3.6. Distribusi tekanan hidrostatik.

Besarnya gaya hidrostatik ( F ) dapat dinyatakan sebagai berikut:

1
F ..g.h.h.B
2

1
 . .h2.B
(3.17)
2
dimana B adalah lebar tegak lurus bidang Gambar,  adalah berat jenis zat cair dan
2
gaya tersebut bekerja pada titik tangkap a  h , diukur dari permukaan air.
t
3

3.5. Tekanan Atmosfer dan Manometer

Udara di atmosfer mempunyai berat, oleh karena itu udara tersebut dapat

menimbulkan tekanan pada permukaan bumi. Rapat massa udara tidak konstan,

tergantung pada ketinggian, temperatur, dan kelembaban. Kondisi ini

menyebabkan tekanan atmosfer, yang disebabkan oleh berat udara (atmosfer) di

atas permukaan bumi sulit dihitung. Tekanan atmosfer dapat diukur berdasarkan

tinggi kolom zat cair yang bisa ditahan. Di permukaan air laut, tekanan yang

ditimbulkan oleh kolom udara seluas 1 cm2 dan setinggi atmosfer adalah sebesar

1,03 kgf, atau dapat juga ditunjukan oleh 10,3 m air atau 76 cm air raksa (Hg).

Manometer adalah alat yang menggunakan kolom zat cair untuk mengukur

perbedaan tekanan antara dua titik. Prinsip manometer adalah apabila zat cair

dalam kondisi keseimbangan, maka tekanan di setiap titik pada bidang horisontal

untuk zat cair homogen adalah sama. Manometer ada beberapa macam, antara

lain: piezometer, manometer tabung U, manometer mikro, dan manometer

differential.

3.6. Gaya Hidrostatik Pada Bidang Terendam

Apabila suatu benda berada di dalam zat cair yang diam, maka akan

mengalami gaya hidrostatik yang diakibatkan oleh tekanan zat cair. Tekanan
tersebut bekerja tegak lurus terhadap permukaan benda. Gaya hidrostatik yang

bekerja pada benda tersebut, dipengaruhi oleh bentuk permukaan benda.

Gaya hidrostatik pada bidang datar tegak (Gambar 3.7) dapat ditentukan

sebagai berikut:

1
F . .h2.B
(3.18)
2
2
a h (3.19)
t
3

Dimana :

F = gaya hidrostatik

at = titik tangkap gaya hidrostatik diukur dari permukaan air

h = kedalaman air

B = lebar bidang yang ditinjau tegak lurus bidang Gambar


I

at
h
F

p=gh B
I
Gambar 3.7. Gaya hidrostatik pada bidang datar tegak.

Gaya hidrostatik pada bidang datar miring (Gambar 3.8) dapat ditentukan

sebagai berikut:
F
at
h

gh

at’

h’
B

Gambar 3.8. Gaya hidrostatik pada bidang datar miring.

1
F
. (3.20)
2
.h.h'.B

a  a'.sin
t t

2
 .h'.sin (3.21)
3

Dimana :

F = gaya hidrostatik

at = titik tangkap gaya hidrostatik, diukur dari permukaan air

h = kedalaman air

B = lebar bidang yang ditinjau tegak lurus bidang Gambar

Gaya hidrostatik pada bidang lengkung dengan fungsi tertentu (Gambar 3.9)

dapat ditentukan sebagai berikut:


dx xo Z

f(x) FV
zo
(xo,zo) h
FH

F X
gh B

Gambar 3.9. Gaya hidrostatik pada bidang lengkung

x  dz 2  1 2
F  g.B.∫ h  f  x    1 (3.22)
dx dx
0   

Besarnya gaya hidrostatik, juga dapat diuraikan dalam arah horisontal ( FH ) dan

arah vertikal ( FV ), dan dinyatakan sebagai berikut:

FV  g.B.∫h  f (3.23)
xdx
0

1 (3.24)
F g.h2.B
H
2

F  FF
V
2 2
H
(3.25)

Dimana :

F = gaya total hidrostatik

FV = gaya hidrostatik arah vertikal

FH = gaya hidrostatik arah horisontal

(xo,zo) = koordinat titik tangkap F

B = lebar bidang lengkung yang ditinjau tegak lurus bidang Gambar


f(x) = fungsi lengkungnya

Titik tangkap gaya F adalah berupa koordinat (xo,zo), dimana:


x

∫h  f
x.x.dx (3.26)
xo  0
x

∫h  f
x.dx
0
(3.27)
2
z  h
o
3

Persamaan-persamaan (3.18) sampai dengan (3.27) penggunaannya sangat

terbatas, yaitu untuk bidang-bidang yang mempunyai lebar tegak lurus Gambar

(B) tetap dari permukaan sampai dasar. Apabila bidang tersebut mempunyai B

yang tidak tetap, maka gaya hidrostatiknya dapat ditentukan sebagai berikut

(perhatikan Gambar 3.10):

x’

y dF h
Fho at

dA
a x
G  gh
ao
T
at’

Gambar 3.10. Gaya hidrostatik pada bidang sembarang.

Apabila kita ambil dA pada bidang sedalam h dari muka air, dan titik M di tengah

tengah dA, maka besarnya gaya hidrostatik adalah:


dF  p.dA

  .h.dA ,   .g 

  .a sin.dA

F   .sin.∫ a.dA
0

  .sin.ao .A

  .ho .A

 po .A (3.28)

dimana:

po = tekanan pada kedalaman ho (titik berat bidang)

A = luas penampang bidang

Apabila kita asumsikan titik tangkap F ada di T dengan jarak at’ dari permukaan

air sejajar bidang, maka dapat ditentukan bahwa, dF   .a sin.dA , dan momen

gaya terhadap sumbu x’ adalah:

dFx '  a.dF

  .a2.sin.dA

A
F  a2.dA
x'

.sin.∫
0

= .sin .Ix (3.29)

dengan Ix’ adalah momen inersia terhadap sumbu x’

Karena Fx juga dapat ditentukan dengan hubungan Fx’ = at’. F = at’. po . A, maka

dengan mensubstitusikan ke persamaan (3.29) diperoleh:


po . A . at’ =  . sin  . Ix’

po . A . (at . sin ) =  . sin  . Ix’

 .I x'
at 
po .A

Ix '

ho .A

 ho  Ix  Ix
ho . atau ao ao .A (3.30)
A

dengan Ix adalah momen inersia terhadap sumbu x yang melalui titik beratnya.

Momen inersia terhadap titik beratnya dari beberapa bentuk penampang dapat

dilihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1. Momen inersia beberapa bentuk penampang


Penampang Penampang

y 1
I .B.H 3 y 1
I x  I y  D
x 4
12
x 64
H
I y  1 .B3.H y
B
12
D

 D 4  D 4 
1
I 
y 2 1
D1 64
I  1 .B.H 3
x
36 Ix y
H I  1 B3.H
y
36
y D2

Anda mungkin juga menyukai