Anda di halaman 1dari 57

ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN “CHILD-BEARING”

PROPOSAL STUDI KASUS

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA

PADANG 2021
ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN ANAK PERTAMA “CHILD-BEARING”

PROPOSAL

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG


2021

ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA DENGAN TAHAP

PERKEMBANGAN ANAK PERTAMA “CHILD-BEARING”

STUDI KASUS

Diajukan untuk Memenuhi Syarat untuk Menyelesaikan Program Diploma III

Keperawatan

TRI AISYA NOFIAH PUTRI

18112203

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG

2021
PERSETUJUAN PROPOSAL STUDI KASUS

Proposal Studi Kasus ini telah disetujui

Tanggal Januari 2021

Program Studi D III Keperawatan

STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Ketua Pembimbing

Mitayani, SST, M. Biomed Aida mintopa, SKM, M. Kes

NIDN: 1024057310
Laporan Studi Kasus ini telah di uji dan dinilai oleh Panitia Penelaah

Pada Program D III Keperawatan STIKes MERCUBAKTIJAYA Padang

Pada tanggal Januari 2021

Panitia penelaah
KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat, taufik serta hidayah-Nya, sehingga dapat menyebabkan

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Keluarga..... dengan

tahap perkembangan bayi baru lahir....” Ini dengan tepat waktu sebagai

persyaratan akademik dalam menyelesaikan Program Studi D3 Keperawatan di

STIKes Mercubaktijaya Padang.

Penulis sadar bahwa Karya Tulis Ilmiah ini belum mencapai kesempurnaan,

sebagai bekal perbaikan, penulis akan berterimakasih apabila para pembaca

berkenan memberikan masukan, baik dalam bentuk kritikan maupun saran demi

kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah ini.

Penulis berharap Karya Tulis Ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi

keperawatan.

Padang,

Penulis
DAFTAR ISI
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Sehat menurut WHO adalah keadaan yang sempurna dari fisik,

mental, sosial, tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Menurut

Goldenberg seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa keluarga

yang berfungsi dengan baik mendorong individu yang ada di dalam

keluarga untuk meraih potensi dirinya. Keluarga yang sehat memberikan

kebebasan yang dibutuhkan anggota keluarga untuk mengeksplorasi dan

menjadikan jati diri, sementara pada saat yang sama memberikan

perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi

dirinya (Utami,2017).

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam upaya

peningkatan kesehatan dan pengurangan risiko penyakit dalam

masyarakat. Status sehat dan sakit para anggota keluarga lainnya. Peran

keluarga sangat penting dalam setiap aspek keperawatan kesehatan

anggota keluarganya. Maka dari itu keluarga berperan dalam menentukan

cara asuhan yang diperlukan oleh keluarga (Yohanes,2016).

Keluarga mempunyai perkembangan yang didalamnya terdapat tugas

perkembangan . Menurut teori tahap perkembangan keluarga dibagi dalam

delapan tahap perkembangan yaitu tahap l keluarga dengan pasangan baru

(Bergaining Family), tahap ll keluarga dengan anak pertama dibawah 30

bulan (Child Bearing), tahap lll keluarga dengan anak pra sekolah (2-6
tahun), tahap lV keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), tahap V

keluarga dengan anak usia remaja (13–20 tahun), tahap Vl keluarga

melepas anak usia dewasa muda, tagap Vll keluarga dengan orang tua

paruh baya, dan tahap Vlll keluarga dengan usia lanjut dan pensiunan

(Zakaria, 2017).

Tahap keluarga dengan kelahiran anak pertama (child bearing) adalah

tahap perkembangan keluarga yang dimulai ketika kelahiran anak pertama

sampai anak berusia 30 bulan. Tahap keluarga kelahiran anak pertama ini

merupakan masa transisi peran dari pasangan baru menjadi orang tua.

Tugas perkembangan pada keluarga kelahiran anak pertama ini adalah

adaptasi terhadap perubahan anggota keluarga yakni pada perubahan

peran, interaksi, mempertahankan hubungan perkawinan yang

memuaskan, kemampuan merawat bayi dan pemilihan kontrasepsi

(Zakaria, 2017). Kesiapan menjadi orang tua merupakan tolak ukur untuk

pertumbuhan dan perkembangan pada anak nya (Setyowati, dkk, 2017).

Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga

childbearing ini adalah , suami merasa diabaikan oleh sang istri. Kelahiran

bayi pertama memberi perubahan yang sangat besar dalam keluarga

sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi

kebutuhan bayi. Pada tahap ini, ditandai oleh kelahiran bayi, pasangan

merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju pada

bayi. Masalah kedua adalah sering terjadi peningkatan perselisihan dan

argumen antara suami dan istri serta terjadinya interupsi dalam jadwal

yang kontiniu (begitu lelah sepanjang waktu).


Peran pertama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang tua,

bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi

merespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan orang tua dan bayi yang

positif dan hangat sehingga jalinan kasih sayang antara bayi dan orang tua

dapat tercapai (Nadirawati, 2018).

Salah satu tugas terpenting perawat keluarga dalam mengkaji ketika

bekerja dengan childbearing family adalah mengkaji peran menjadi orang

tua (parental) bagaimana kedua krang tua berinteraksi dan mengasuh bayi

yang baru lahir dan bagaimana bayi berespons. Klausl dan rekan

membujtikan membuktikan dampak kritis pada pelekatan awal dan

hubungan yang hangat, permulaan hubungan orang tua-anak yang positif

dalam hubungan dengan anak dimasa depan. Sikap orang tua mengenai

diri mereka debagai orang tua, perilaku nereka berkebaan dengan bayi, dan

karakteristik komunikasi orang tua serta stimulus bayi (Davis, 2014).

Asuhan keperawatan keluarga merupakan kegiatan strategis yang

mempunyai daya ungkit besar terhadap keberhasilan pembangunan

kesehatan. Oleh karena itu pentingnya pelayanan keperawatan keluarga,

pemerintahan memberikan kebijakan dengan dikeluarkannya kepmenkes

908/Menkes/SK/Vll/2010 tentang pedoman penyelenggaraan pembinaan.

Pelayanan keperawatan keluarga. Upaya ini dilakukan mengatasi masalah

kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan keluarga (kholifah, 2016).

Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2016 cakupan

ASI eksklusif di seluruh dunia hanya sekitar 36 % selama periode tahun

2007 – 2014. Berdasarkan data Kementerian Kesehatan Republik


Indonesia (Kemenkes RI, 2016) mencakup pemberian ASI pada bayi usia

0 – 6 bulan dari 3.561.617 bayi, yang mendapat ASI hanya 1.983066 bayi

(55,7 %).

Data UNICEF dan WHO (2018) mengatakan bahwa tingkat

cakupan IMD di dunia adalah 42%.Proporsi ibu nifas yang melakukan

IMD di Indonesia yaitu sebesar 58,2%, sedangkan yang tidak melakukan

IMD sebesar 41,8% (Riskesdas, 2018).

penggunaan alat kontrasepsi pada pasangan usia subur dan

pasangan baru menikah bahwa sebanyak 63,2% kurang pengetahuan

tentang penggunaan KB dan 65,9% tidak menggunakan KB. Berdasarkan

data dari BKKBN (2015) jumlah peserta KB aktif 21,3%, yang

menggunakan IUD sebanyak 4,8%, MOP 0,1%, MOW 3,8%, yang

menggunakan implan sebanyak 4,4%, suntik sebanyak 31,2%, pil 13,4%,

kondom 1,7%, MAL sebanyak 0.0%, dan tradisional sebanyak 1,6%.

Riskesdas mengungkapkan bahwa Hasil Pemantauan (SSGBI)

Survei Status Gizi Balita Indonesia pada tahun 2019 menunjukkan data

stunting yang semulanya di tahun 2018 mencapai 30,8% mengalami

penurunan menjadi 27,67% di tahun 2019. (Kementrian Kesehatan, 2019).

Kelurahan korong gadang adalah salah satu kelurahan di Kota

Padang , salah satunya di Puskesmas Kuranji , Pada tahun 2020 Jumlah

keluarga dalam Kelurahan Itu adalah 4.419 keluarga. Dan jumlah bayi

baru lahir 354 bayi sedangkan jumlah keluarga dengan kelahiran anak

pertama berusia 0-30 bulan berjumlah 7 keluarga. Sewaktu dilakukan

survey awal dilakukan pada tanggal 13 Maret 2021 diwawancarai 3


keluarga. 2 dari 3 keluarga mengatakan masalah yang seting terjadi di

keluarga adalah kurang kemampuan dalam meberikan perawatan pada

bayi, pengenalan dan penanganan masalah fisik pada bayi, dan 1 keluarga

menatakan masalah yang sering terjadi adalah peningkatan perselisihan

dan argumen antara suami dan istri.

Dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan keluarga diperlukan

peran perawat sebagai tenaga kesehatan yang memberikan asuhan

keperawatan supaya meningkatkan mutu pelayanan dalam menangani

masalah keluarga pada tahap perkembangan anak pertama diantaranya

perawat sebagai pendidik, pendidikan maternitas yang berpusat pada

keluarga untuk membantu mempersiapkan orang tua muda guna

pengalamana persalinan dan transisi menjadi orang tua, pendidikan dan

dukungan keluarga yang mengasuh anak padahari-hari pertama menjadi

orang tua, perawatan bayi yang baik, pengenalan awal dan ketepatan

penatalaksanaan masalah kesehatan fisik, imunisasi, pertumbuhan dan

perkembangan normal, tindakan untuk keamanan, ,keluarga berencana,

interaksi keluarga, dan promosi kesehatan umum. Pemberian asuhan

keperawatan pada keluarga agar keluarga dapat memberikan pengetahuan

tentang pertumbuhan dan perkembangan serta dapat memberikan

perawatan pada anak sesuai dengan kebutuhan berdasarkan kesehatan

dalam tugas perkembangan keluarga. Peran perawat sebagai pelaksana

perawat mengkaji peran orang tua, bagaimana prang tua berinteraksi dan

meraqat bayi serta bagaimana bayi merespons. Perawat perlu memfasilitasi


hubungan lrang tua dan bayi yang positif dan hangat swhingga jalinan

kasih sayang antara bayi dan orang tua tercapai.Bakri, 2017).

Berdasarkan uraian diatas penulis jadi tertarik untuk melakukan

“Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Tahap Perkembangan Anak

Pertama/childbearing”.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, dapat dirumuskan

permasalahan yaitu”Bagaimana Penerapan Asuhan Keperawatan pada

Keluarga dengan Tahap Perkembangan Keluarga Bayi Baru Lahir”.?

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Agar mahasiswa dapat menberikan Asuhan Keperawatan Keluarga

secara efrktif tentang bagaimana Perkembangan Keluarga pada

Tahap Anak pertama.

2. Tujuan khusus

Setelah dilakukan Asuhan Keperawatan Keluarga Penulis mampu:

a. Melakukan pengkajian Keperawatan Keluarga pada

keluarga dengan Tahap Perkembangan Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Kuranji.

b. Merumuskan Diagnosa Keperawatan Keluarga pada

Keluarga pada tahap perlembangan Keluarga Bayi Baru

Lahir di Puskesmas Kuranji.


c. Menyusun Intervensi Keperawatan pada Keluaga dengan

Tahap perkembangan Keluarga Bayi Baru Lahir di

Puskesmas Kuranji.

d. Mampu melakukan Implementasi yang telah disusun

kepada kelurga di Puskesmas Kuranji.

e. Mampu Mengevaluasi Tindakan Keperawatan yang telah

diberikan pada keluarga di Puskesmas Kuranji.

f. Mampu Mendokukentasikan Asuhan Keperawatan

Keluarga pada Keluarga dengan tahap perkembangan Bayi

Baru Lahir di Puskesmas Kuranji.

3. Manfaat Studi Kasus

a. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, pengalaman dan meningkatkan

kemampuan peneliti tentang tahap perkembangan keluarga

Bayi Baru Lahir.

b. Bagi Institusi Pendidikan

kepada Institusi Pendidikan agar dapat digunakan sebagai

referensi dan memberikan informasi tentang Keluarga pada

tahap Perkembangan Bayi Baru Lahir.

c. Bagi Keluarga Klien

kepada Keluarga mengetahui bagaimana cara merawat

anggota keluaga pada tahap perkembangan bayi baru lahir

dan mengetahui cara pencegahan dalam konteks dari segi


fisik, mental dan sosial budaya serta ekonomi dan

lingkungan.
BAB ll

TINJAUAN TEORITIS

A. Konsep Kekuarga

1. Defenisi Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari suatu masyarakat yang terdiri

dari kepala keluargadan beberapa otrang yang berkumpul dan tingga

disuatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Bakri, 2014).

Keluarga adalah salah satu aspek paling penting dalam dunia

kesehatan keperawatan. Proses Keeprawatan adalah kegiatqn yang

dilakukan untuk memberikqn asuahan keperawatan pada individu,

keluarga, atau masyarakat baik dalam keadaan sakit maupumn dalam

kedaan sehat ( Undang Undang Keperawatan 2014). Menurut departemen

RI keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat tempat pertama dalam

belajar memahami kehidupan sosial (Zakaria 2017).

Menurut salah satu ahli yaitu Friedman mendefenisikan keluarga

sebagai suaru sistem sosial. Keluarga merupakan sebuah kelompok kecil

yang terdiri dari individu-individu yang memilimi hubungan erat satu

sama lain, saling tergantungan yang diorganisir dalam satu unit tunggal

dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Reisner

keluarga adalah sebuah kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih

yang masing-masing memounyai hubungan kekerabatan yang terdiri dari

bapak, ibu, adik, kakak, kakek, dan nenek (Padila, 2012).


Duval berpendapat bahwa keluarga merupakan sekumpulam orang

yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, dan kelahiran yang

bertujuan untuk meningkatkan dan mempertahankan budaya umum,

meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial daris

setiap anggota. Jadi dapat disimpulkan keluarga merupakan sebuah

kelompok yang terdiri dari dua orang atau lebih yang tinggal bersama

dalam satu rumah dan memiliki hubungan perkawinan atau adopsi

(Bakri,2014).

2. Tipe Keluarga

Secara umum tipe keluarga dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Tipe Keluarga Tradisional

Tipe keluarga ini menunjukkan sifat-sifat homogen, yaitu

keluarga yang memiliki struktur tatap dan utuh. Tipe keluarga ini

merupakan yang paling umum kita temui dimana saja, terutama di

negara-negara Timur yang menjujung tinggi norma-norma. Ada

beberapa ciri atau tipe keluarga tradisional yaitu sebagai berikut:

1. Keluarga inti (nuclear family)

Keluarga ini merupakan keluarga kecil dalam satu rumah

yang terdiri dari anggota inti yaitu ayah, ibu dan anaknya yang

hidup bersama dan saling menjaga.

2. Keluarga besar (Exstended Family)

Keluarga besar ini merupakan gabungan dari beberapa

keluarga inti yang bersumbu dari satu keluarga inti. Satu keluarga

memiliki beberapa anak, lalu anak-anaknya menikah dan memiliki


anak, dan kemudian menikah dan memiliki anak lagi. Seperti

pohon bercabang, keluarga besar memiliki kehidupannya masing-

masing mengikuti rantingnya. Anggota keluarga besar misalnya

kakek, nenek, paman, tante, keponakan, saudara sepupu, cucu,

cicit, dan lain sebagainya.

3. Keluarga Dyad (Pasangan Inti)

Tipe keluarga ini biasanya terjadi pada sepasang suami istri

yang baru menikah. Mereka telah membina rumah tangga tetapi

belum dikaruniai anak atau keduanya bersepakat untuk tidak

memiliki anak lebih dulu. Akan tetapi jika dikemudian hari

memiliki anak, maka status tipe keluarga ini menjadi inti.

4. Keluarga Single Parent

Single Parent adalah kondisi seseorang tidak memiliki

pasangan lagi. Hal ini biasanya disebabkan karena perceraian atau

meninggal dunia. Akan tetapi, Single Parent mensyaratkan adanya

ana, baik kandung maupun anak angkat.

5. Keluarga Single Adult (Bujang Dewasa)

Tipe keluarga ini disebut sebagai paangan yang sedang

long Distance Relationship (LDR), yaitu pasangan yang

mengambil jarak atau berpisah sementara waktu untuk kebutuhan

tertentu, misalnya kuliah atau bekerja. Seseorang yang berada jauh

dari keluarga ini kemudian tinggal di rumah kontraka atau kos.

Orang dewasa inilah yang kemudian disebut Single Adult. Meski ia


telah memiliki pasangan disuatu tempat, namun ia terhitung Single

di tempat lain (Bakri,2017).

b. Tipe Keluarga Modern (Non Tradisional)

Keluaga modrn merupakan bagian dari perkembangan sosial di

masyarakat. Banyak faktor yang melatar belakangi kenapa muncul

keluarga modern. Salah satu faktor tersebut adalah munculnya

kebutuhan berbagibdan berkeluarga yang tidak hanya sebatas keluarga

inti. Betikut adalah beberapa tipe keluarga modern :

1. The Ummariedteenege mother

Yaitu seorang ibu yang tinggal bersama anaknya tanpa

adanya pernikahan dengan bapak sang anak. Ini disebabkan oleh

hubungan seks bebas dan pergaulan yang menyimpang.

2. Reconstituded nuclear

Yaitu sebuah keluarga yang tadinya berpisah, kemudian

kembali membentuk keluarga inti melalui perkawinan kembali.

Mereka tinggal serta hidup bersama anak-anaknya, baik anak dari

pernikahan sebelumnya, maupun hasil dari perkawinan baru.

3. The Stepparent Family

Yaitu sebuah keluarga dengan anak diadobsi oleh sepasang

suami istri, baik yang sudah memiliki anak maupun belum.

Kehidupan anak dengan orang tua tirinya inilah yang dimaksud

dengan The Stepparent Family.

4. Commune Family
Yaitu tipe keluarga yang biasanya hidup di dalam

penampungan atau memang memiliki kesepakatan bersama untuk

hidup satu atap. Hal ini bisa berlangsung dalam waktu yang

singkat, sampai dengan waktu yang lama. Mereka tidak memiliki

hubungan darah namun memutuskan hidup bersama dalam satu

rumah, satu fasilitas, dan pengalaman yang sama.

5. The Non Materital Heterosexual congibitang Family

Yaitu sebuah keluarga yang tanpa ada ikatan pernikahan,

seseorang memutuskan untuk hidup bersama dengan pasangannya.

Namun dalam waktu yang relatif singkat, seseorang itu kemudian

berganti pasangan lagi dan tetap tanpa hubungan pernikahan.

6. Gay and Lesbian Family

Yaitu sebuah keluarga yang seseorang dengan jenis

kelamin yang sama menyatukan hidup betsama sebagaimana

pasangan suami istri (Matetial Partners).

7. Cohibitung Couple

Yaitu sebuah keluarga yang terjadi misalnya dalam

perantauan, karena merasa satu negra atau satu daerah. Kemudian

dia atau lebih orang bersepakatan untuk tinggal bersama tanpa

ikatan pernikahan. Kehidupan mereka sudah seperti kehidupan

berkeluarga. Alasan untuk hidup bersama ini bisa beragam.

8. Group Marriage Family

Yaitu sebuah keluarga yang terdiri dari beberapa orang

dewasa yang menggunakan alat-alat rumah tangga bersama dan


mereka merasa sudah menikah, sehingga berbagi sesuatu termasuk

seksual dan membesarkan anaknya bersama.

9. Group Network Family

Yaitu sebuah keluarga inti yang dibatasi oleh aturan atau

nilai-nilai, hidup bersama atau berdekatan satu sama lainnya. Dan

saling menggunakan barang-barang rumah tangga bersama,

pelayanan dan tanggung jawab membesarkan anaknya.

10. Foster Family

Yaitu sebuah keluarga yang seorang anak kehilangan orang

tuanya, lalu ada sebuah keluarga yang bersedia menampungnya

dalam kurun waktu tertentu. Hal ini dilakukan hingga anak tersebut

bisa bertemu dengan orang tua kandungnya.

11. Institusional

Yaitu sebuah keluarga yang anak atau orang dewasa yang

tinggal dalam panti. Entah dengan alasan dititipkan oleh keluarga

atau memang ditemukan kemudian ditampung oleh panti atau dinas

sosial.

12. Homeless Family

Yaitu sebuah keluarga yang terbentuk dan tidak

mempunyai perlindungan yang permanen kerena krisi personal

yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau problem

keaehatan mental (Bakri, 2014).


3. Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap Perkembangan Keluarga Baru

Keluarga baru dimulai ketika dua individu membentuk

keluarga melalui perkawinan. Pada tahap ini pasangan baru memiliki

tugas perkembangan untuk membina hubungan intim yang memuaskan

di dalam keluarga, membuat berbagai kesepakatan untuk mencapai

tujuan bersama, termasuk dalam hal merencanakan anak, persiapan

menjadi orang tua, dan mencari pengetahuan prenatal care.

b. Tahap Perkembangan Keluarga Anak Pertama/Child-bearing (<30

bulan)

Tahap keluarga ini merupakan masa transisi pasangan suami

istri yang dimulai sejak anak pertama lahir sampai berusia kurang dari

30 bulan. Pada masa ini sering timbul konflik yang dipicu

kecemburuan pasangan akan perhatian yang lebih ditunjukan kepada

anggota keluarga baru. Adapun tugas perkembangan pada tahap ini

yaitu kesadaran akan perlunya beradaptasi dengan perubahan anggota

keluarga, mempertahankan keharmonisan pasangan suami istri,

berbagi peran dan tanggung jawab, juga mempersiapkan biaya untuk

anak.

Masalah yang terjadi pada tahap perkembangan keluarga

childbearing ini adalah , suami merasa diabaikan oleh sang istri.

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan yang sangat besar dalam

keluarga sehingga pasangan harus beradaptasi dengan perannya untuk

memenuhi kebutuhan bayi. Pada tahap ini, ditandai oleh kelahiran


bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua

pasangan tertuju pada bayi. Masalah kedua adalah sering terjadi

peningkatan perselisihan dan argumen antara suami dan istri serta

terjadinya interupsi dalam jadwal yang kontiniu (begitu lelah

sepanjang waktu).

Peran pertama perawat keluarga adalah mengkaji peran orang

tua bagaimana orang tua berinteraksi dan merawat bayi serta

bagaimana bayi merespon. Perawat perlu memfasilitasi hubungan

orang tua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih

sayang antara bayi dan orang tua dapat tercapai (Nadirawati, 2018).

Salah satu tugas terpenting perawat keluarga dalam mengkaji

ketika bekerja dengan childbearing family adalah mengkaji peran

menjadi orang tua (parental) bagaimana kedua krang tua berinteraksi

dan mengasuh bayi yang baru lahir dan bagaimana bayi berespons.

Klausl dan rekan membujtikan membuktikan dampak kritis pada

pelekatan awal dan hubungan yang hangat, permulaan hubungan orang

tua-anak yang positif dalam hubungan dengan anak dimasa depan.

Sikap orang tua mengenai diri mereka debagai orang tua, perilaku

nereka berkebaan dengan bayi, dan karakteristik komunikasi orang tua

serta stimulus bayi (Davis, 2014).

c. Tahap perkembangan Keluarga dengan Anak Prasekolah (2-5 tahun)

Tugas perkembangan pada tahap ini adalah memenuhi

kebutuhan anggota keluarga, membantu anak bersosialisasi dengan

lingkungan, cermat membagi tanggung jawab, mempertahankan


hubungan keuarga, serta mampu membagi waktu untuk diri sendiri,

pasangan, dan anak.

d. Tahap Petkembangan Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6_13

tahun)

Tahapan ini berlangsung sejak anak pertama menginjak

sekolah dasar sampai memasuki awal masa remaja. Tugas

perkembangan pada tahap ini adalah anak harus sudah diperhatikan

minat dan bakatnya sehingga orang tua bisa mengarahkan dengan

tepat, membakali anak dengan baik, dan memperhatikan anak akan

risiko pengaruh teman serta sekolahnya.

e. Tahap Perkebangan Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun)

Pada perkembangan tahap remaja ini orang tua perlu

memberikan kebebasan yang seimbang dan bertanggung jawab. Hal ini

mengingat bahwa remaja adalah seorang yang dewasa muda dan mulai

memiliki otonomi. Ia ingin mengatur kehidupannya sendiri tetapi

masih membutuhkan bimbingan. Oleh sebab itu, komunikasi antara

orang tua dan anak harus tetap dijaga. Selain itu, beberapa peraturan

sudah mulai diterapkan untuk memberikan batasan tertentu masih

dalam wajar. Misalnya dengan membatasi jam malam dan lain

sebagainya.

f. Tahap Perkembangan Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1

meninggalkan rumah)

Tahapan ini dimulai sejak anak pertama meninggalkan rumah.

Dalam hal ini, orang tua harus merelakan anaknya untuk pergi jauh
dari rumah demi tujuan tertentu. Adapun tugas perkembangan pada

tahap ini, antara laim membantu dan mempersiapkan anak untuk hidup

mandiri, menjaga keharmonisan dengan pasangan, memperluas

menjadi keluarga besar.

g. Tahap Perkembangan Keluarga Usia Pertengahan

Tahap ini ditandai dengan perginya anak terakhir dari rumah

dan salah satu pasangan bersiap meninggal. Tugas perkembangan pada

tahap ini adaalah menjaga kesehatan, meningkatkan keharmonisan

dengan pasangan, anak, dan teman teman sebaya, serta mempersiapkan

masa tua.

h. Tahap Perkembangan Lanjut Usia

Masa ini adalah masa-masa akhir kehidupan manusia. Maka

tugas perkembangan dalama masa ini yaitu beradaptasi dengan

perubahan kehilangan pasangan , jawab, ataupun saudara (Bakri,2014).

4. Struktur Keluarga

Salah satu pendekatan dalam keluarga adalah pendekatan struktural

fungsional. Struktur keluarga menyatakan bagaimana keluarga disusun

atau bagaimana unit-unit ditata dan saling terkait satu sama lain. Beberapa

ahli meletakkan struktur pada bentuk/tipe keluarga, namun ada juga yang

memandang struktur keluarga menggambarkan subsistem-subsistemnya

sebagai dimensi structural.(Nadirawati, 2018).

Macam-macam struktur struktur keluarga terdiri atas :

1. Patrineal
Patrineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu

disusun disusun melalui jalur ayah.

2. Matrilineal

Matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak

saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu

disusun melalui jalur garis ibu.

3. Matrikolar

Parrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga sedarah istri.

4. Patrilokal

Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama

keluarga suami.

5. Keluarga kawinan

Adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi pembinaan

keluarga dan beebrapa anak.

Saudara yang menjadi bagian keluarga karena hubungan

dengan suami istri. (Harmoko,2012).

Struktur keluarga menurut Friedman :

1. Pola dan Proses Komunikasi

Komunikasi keluarga merupakan suatu proses simbolik,

transaksional untuk menciptakan dan mengungkapkan

pengertian dalam keluarga.

Kominikasi di dalam keluarga yang berfungsi adalah:


a. Karakteristik pengirim yang berfungsi

Karakteristik pengirim berfungsi Ketika menenyampaikan

pendapat. Pendapat yang disampaikan jelas dan berkualitas,

meminta feedback dan mau menerima feedback.

b. Pengirim yang tidak berfungsi adalah :

1).Lebih menonjolkan asumsi (perkiraan tanpa

menggunakan dasar/data yang objektif).

2).Ekspresi yang tidak jelas , contohnya: marah yang tidak

diikuiti ekspresi wajah.

3).Jungmental expressions, yaitu ucapan yang

memutuskan/menyatakan sesuatu yang tidak didasari

pertimbangan yang matang.

4). Tidak mampu mengemukakan kebutuhan

5). Komunikasi yang tidak sesuai

c. Karakteristik penerimaan yang berfungsi :

1). Mendengar

2).Feedback (klasifikasi, menghubungkan danpengalaman)

3). Memvalidasi

d. Penerima yang tidak berfungsi adalah :

1). Tidak bisa mendengar dengan jelas /gagal mendengar.

2). Diskualifikasi

3). Offensive (menyerang bersifat negative)

4). Kurang mengeksplorasi (miskomunikasi)

5). Kurang memvalidasi


e. Komunikasi Fungsional

Komunikasi fungsional dipandang sebagai kunci

keberhasilan keluarga.

f. Pola Komunikasi di dalam keluarga yang tidak berfungsi

adalah :

1). Fokus pembicaraan hanya kepada seseorang tertentu

2). Semua menyetujui (total agreement) tanpa adanya

diskusi

3). Kurang empati

4). Selalu mengulang isu dan pendapat sendiri

5). Tidak mampu memfokuskan pada satu isu

6). Komunikasi tertutup

7). Bersifat negative

8). Mengembangkan gossip

2. Struktur Kekuatan

Struktur keluarga dapat diperluas dan dipersempit bergantung

pada kemampuan keluarga tersebut untuk merespon stressor

yang ada dalam keluarga.

Sifat struktur di dalam keluarga adalah sebagai berikut:

1). Struktur Egalisasi: masing-masing keluarga mempunyai hak

yang sama dalam menyampaikan pendapat (demokrasi)

2). Struktur yang hangat, menerima, dan toleransi

3). Struktur yang terbuka dan anggota yang terbuka,

mendorong kejujuran dan kebenaran (honesty dan authenticity)


4). Struktur yang kaku , suka melawan dan bergantung pada

peraturan

5). Struktur yang bebas, tidak adanya peraturan yang

memaksakan (permissiveness)

6). Struktur yang kasar , abuse (menyiksa, kejam, dan kasar)

7). Suasana emosi yang dingin (isolasi, sukar, berteman)

8). Disorganisasi keluarga (disfungsi indiviu, stress emosional)

Struktur kekuatan keluarga merupakan kemampuan

(potensial/aktual) dari individu untuk mengontrol atau

mempengaruhi atau mengubah perilaku orang lain (anggota

keluarganya). Beberapa macam struktur kekuatan keluarga:

1). Legitimate power/authority (hak untuk mengontrol) seperti

orang tua terhadap anak.

2). Referens power (seseorang yang ditiru)

3). Resource or expert power (pendapat, ahli, dan lain lain)

4). Reward power (pengaruh kekuatan karena adanya harapan

yang akan diterima)

5).Coercive power (pengaruh yang dipaksakan sesuai

keinginan)

6). Informational power (pengaruh yang dilalui melalui

persuasi

7).Affective power (pengaruh yang diberikan melalui

manipulasi dengan cinta kasih, misalnya hubungan sexual.

3. Struktur Peran
Peran menunjukkan pada beberapa set perilaku yang bersifat

homogen dalam situasi social tertentu.

Peran-peran formal dalam keluarga :

1). Peran parental dan perkawinan

2). Peran-peran dalam keluarga

3). Peran seksual perkawinan

4). Peran ikatan keluarga atau kinkeeping

5). Peran kakek/nenek

Setiap aggota keluarga mempunyai peran masing-masing yang

antara lain adalah:

1). Ayah

Ayah sebagai pemimpin keluarga mempunyai peran

sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, pemberi rasa

aman bagi anggota keluarga, dan sebagai anggota masyarakat

atau kelompok social tertentu.

2). Ibu

Ibu sebagai pengurus rumah tangga, pengasuh dan pendidik

anak-anak, pelindung keluarga, dan sebagai pencari nafkah

tambahan keluarga, serta sebagai anggota masyarakat atau

kelompok tertentu.

3). Anak

Anak berperan sebagai pelaku psikososial sesuai dengan

perkembangan fisik, mental, social dan spiritual.

Peran-peran informal keluarga :


Peran-peran informal (peran tertutup) biasanya bersifat

implisit, tidak tampak ke permukaan dan dimainkan hanya

untuk memenuhi kebutuhan emosional atau untuk menjaga

keseimbangan keluarga.

4. Struktur Nilai/Norma

Nilai adalah system ide-ide, sikap, dan keyakinan yang

keyakinan yang mengikat anggota keluarga dalam budaya

tertentu, sedangkan norma adalah pola perilaku yang diterima

pada lingkungan social tertentu. Sistem nilai keluarga dianggap

sangat mempengaruhi nilai-nilai masyarakat. Sebuah nilai

keluarga akan membentuk pola tingkah laku dalam

menghadapi masalah yang dialami keluarga. Keyakiann dan

nilai ini akan menentukan bagaimana keluarga mengatasi

masalah Kesehatan dan stresor-steresor. (Nadirawati, 2018).

5. Fungsi Keluarga

Fungsi Keluarga adalah sebagai berikut :

1). Fungsi Biologis, yaitu fungsi, yaitu fungsi untuk meneruskan

keturunan, memelihara dan membesarkan anak, serta memenuhi

kebutuhan gizi keluarga.

2). Fungsi psikologis, yaitu memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan perhatian

di antara keluarga, memberikan kedewasaan kepribadiaan anggota

keluarga, serat memberikan kedewasaan kepribadian anggota keluarga,

serta memberikan identitas pada keluarga.


3). Fungsi sosialisasi pada anak, membentuk norma-norma tingkah laku

sesuai dengan tingkat perkembangan masing-masing dan meneruskan

nilai-nilai budaya.

4). Fungsi Ekonomi, yaitu mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi

keluarga dimasa yang akan dtang. (Harmoko, 2012).

6. Tugas Perkembangan Keluarga pada perkembangan anak pertama

(Child-Bearing)

1).Membentuk keluarga muda sebagai suatu unit yang stabil

(menggabungkan bayi yang bau ke dalam keluarga).

2).Memperbaiki hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas

perkembangan dan kebutuhan berbagi anggota keluarga.

3).Mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan

4).Memperluas hubungan dengan keluarga denngan menambah peran

menjadi orang tua dan menjadi kakek/nenek

5). Berbagi peran dan tanggung jawab juga mempersiapkan biaya untuk

anak. (Friedman ,2014).

7. Ciri-Ciri Keluarga

Ciri-Ciri keluarga di Indonesia yaitu :

1). Terorganisasi yaitu saling berhubungan, saling ketergantungan anatara

anggota keluarga, mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi

semangat gotong royong


2). Ada keterbatasan, diamana setiap anggota memiliki keterbatasan tetapi

mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing.

3). Ada perbedaan dan khususan yaitu setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing

4). Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran

4). Umumnya dipimpin oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan

secara musyawarah

4). Berbentuk monogram

5). Bertanggung jawab

6). Mempunyai semangat gotong royong (Padila,2012).

8. Peran Perawat Kluarga

Perawat keluarga dianggap penting karena perawat keluarga

memiliki peran yang cukup penting. Selain fungsinya di depan, perawat

keluarga memiliki peran sebagai berikut:

a. Pendidik

Peran utama perawat keluarga adalah menyalurkan informasi

berkenaan dengan kasus tertentu dan Kesehatan keluarga pada

umumnya, jika diperlukan. Untuk itu, perawat juga melakukan

aktivitas pembelajaran dalam keluarga. Hal ini dilakukan agar :

1. Keluarga dapat melakukan program asuhan Kesehatan

keluarga secara mandiri

2. Bertanggung jawab terhadap masalah Kesehatan keluarga

b. Koordinator
Karena umumnya anggota keluarga bukanlah tenaga

Kesehatan, perawat Kesehatan keluarga dapat bertindak

menjadi coordinator dalam melakukan perawatan terhadap

pasien. Koordinasi diperlukan untuk mengatur program

kegiatan atau tarapi agar terjadi tumpeng tindih dan

pengulangan, serta memudahkan jalannya perawat.

c. Pelaksana

Perawat secara langsung wajib diberikan oleh perawat kapada

pasiennya, baik Ketika berada di rumah, klinik maupun rumah

sakit. Hal ini sudah menjadi tanggung jawab perawat. Perawat

dapat mendemontrasikan kepada keluarga asuahn keperawatan

yang diberikan dengan harapan anggota keluarga yang sehat

dapat melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga

yang sakit

d. Pengawas Kesehatan

Perawat Kesehatan wajib melakukan home visite atau

kunjungan ke rumah secara teratur sebagai cara untuk

mengontrol pasien. Jika ada kekurangan atau hal-hal yang

dirasa perlu, maka perawat wajib menginformasikan. Selain itu,

perawat juga wajib untuk melakukan pengidentifikasian atau

melakukan pengkajian tentang Kesehatan keluarga. Sementara

bagi pihak keluarga, berhak untuk menerima segala informasi

terkait anggota keluarga yang sakit.

e. Konsultan
Jika ada pertanyaan dari keluarga pasien, maka perawat harus

bersedia menjadi narasumber atas segala pertanyaan tersebut.

Begitu pula jika keluarga meminta saran dan nasihat. Oleh

sebab itu, hubungan antara perawat dan keluarga pasien perlu

dijalin dengan baik. Perawat harus mampu bersikap terbuka

dan dapat dipercaya. Jika diperlukan, berikan nomor pribadi

yang bisa diakses oleh keluarga pasien.

f. Kolaborasi

Selain berkoordinasi dan berkolaborasi dengan keluarga pasien,

perawat harus pula memiliki kominitas atau berjejaring dengan

perawat lain atau pelayanan rumah sakit. Hal ini dibutuhkan

untuk mengantisipasi berbagai kejadian yang tidak diharapkan.

Jika membutuh untuk mengatisipasi berbagai kejadian yang

tidak diharapkan. Jiak membutuhkan suatu hal yang mendadak,

bisa segera meminta pertolongan pada pusat layanan terdekat.

g. Fasilitator

Perawat wajib mengetahui system layanan Kesehatan seperti

system rujukan, biaya Kesehatan, dan fasilitas Kesehatan

lainnya. Pengetahuan ini sangat dibutuhkan agar perawat dapat

menjadi fasilitator yang baik. Selain itu, akan sangat

bermanfaat jika keluarga mengalami berbagai kendala.

Misalnya pasien membutuhkan rujukan, atau pendanaan di

keluarga sangat terbatas. Maka perawat dapat memberikan

solusi yang tepat.


h. Peneliti

Perawat dapat berperan sebagai pengidentifikasian atas kasus

yang ada pada keluarga. Karena setiap keluarga memiliki

karakter berbeda, maka terkadang penanganan dan dampak

panyakit tersebut berbeda. Oleh sebab itu, perawat bertindak

pula sebagai peneliti yang kemudian bisa menjadi temuan-

temuan baru untuk Kesehatan masyarakat. Hal ini perlu

dilakukan secara dini agar penyakit yang menjangkiti pasien

tidak menjadi wabah.

i. Modifikasi Lingkungan

Selain mengedukasi keluarga dengan informasi Kesehatan,

perawat harus pula dapat memodifikasi lingkungan. Perawat

bisa menyampaikan kepada keluarga dan masyarakat sekitar

jika ada beberapa bagian di lingkungan tersebut yang menjadi

penyebab datangnya penyakit. Modifikasi lingkungan, baik

lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat, berguna

untuk menciptakan lingkungan yang sehat. (Bakri, 2014).

B. Masalah Keluarga pada tahap perkembangan anak pertama

Walaupun menjadi orang tua menunjukkan tujuan yang sangat

penting bagisebagian besar pasangan, sebagian besar menentukan bahwa

masa menjadi orang tua adalah masa transisi kehidupan yang penuh stres.

Sebuah periode ketidakseimbangan tidak dapat dihindari pada saat

keluarga berpindah dari tahap ke tahap lainnya. Sering kali,

tidakseimbangan ini memerlukan begitu banyak perubahan yang dapat


menyebabkan krisis keluarga. Menyebabkan perasaan tidak memadai

menjadi orang tua dan menyebabkan gangguan dalam hubungan

pernikahan. (Friedmand,2014)

Berdasarkan tinjauanpenelitian mereka tentang orang tua baru,

merangkum stressor spesifik dalam peran menjadi orang tua yang

diidentifikasi di dalam literatur, stressor yang paling sering disebutkan

tampaknya adalah kehilangan kebebasan personal akibat tanggung jawab

menjadi orang tua, selain itu kurangnya waktu hubungan persahabatan

dalam pernikahan juga sering teridentifikasi. (Friedman, 2014).

Penyesuaian terhadap pernikahan biasanya tidak sesulit seperti

penyesuaian terhadap keadaan menjadi orang tua. Dua faktor terpenting

ikut menyebabkan kesulitan dalam mendapatkan peran menjadi orang tua.

Sebagian besar masyarakat saat ini tidak disiapkan untuk menjadi orang

tua. Menjadi orang tua adalah salah-satunya peran utama yang hanya

sedikit dipersiapkan, dan kesulitan dalam transisi peran berpengaruh buruk

pada kualitas hubungan pernikahan dan hubungan orang tua-anak.

(Friedman,2014)

Perubahan sosial yang dramatic dalam masyarakat pada orang tua

baru. Besarnya proporsi wanita yang bekerja di luar rumah memiliki

kasssrir, meningkatnya angka perceraian dan ketidakstabilan pernikahan,

sering menggunakan alat kontrasepsi dan melakukan aborsi, serta

peningkatan biaya dalam memiliki dan mengasuh anak adalah faktor yang

mempengaruhi jalur dalam melewati tahap siklus kehidupan pengasuhan

anak (Chil-bearing) perama kali. (.Friedman, 2014).


C. Askep Teoritis Keluarga Tahap Perkembangan Child-Bearing

1. Pengkajian Keluarga

A. Data Umum

a. Nama Kepala Keluarga :

b. Umur :

c. Alamat :

d. Pekerjaan Kepela Keluarga :

e. Pendidikan Kepala Keluarga :

f. Komposisi Keluarga

Biasanya Komposisi keluarga terdiri dari semua anggota

keluarga, keluarga pada tahap perkembangan Child-Bearing

terdiri dari ayah, ibu dan bayi yang berusia 0-30 bulan ,

sperawat perlu mengkaji identitas dan data anggota keluarga

yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, tanggal lahir

atau umur, hubungan dengan kepala keluarga, status imunisasi

dari masing-masing anggota keluarga.

g. Genogram

Biasanya Genogram merupakan simbol-simbol yang

digunakan untuk menggambarkan susunan keluarga. Data-data

yang perlu dicantumkan dalam pembuatan genogram adalah :

: Laki-Laki

: Perempuan
: perempuan meninggal

: Laki-laki meninggal

: Menikah

: Cerai

: Tinggal serumah

: Hubungan

h. Tipe kelurga

Biasanya tipe keluarga pada tahap perkembanagan Child-

Bearing adalah tipe Keluarga inti (nuclear family), Keluarga ini

merupakan keluarga kecil dalam satu rumah yang terdiri dari

anggota inti yaitu ayah, ibu dan anak pertama yang baru lahir

berusia 0-30 bulan yang hidup bersama dan saling menjaga.

i. Suka

Biasanya suku pada tahap perkembangan keluarga Child-

Bearing terdapat pada pada klien yang memiliki suku apa saja,

tergantung pada adat istiadat dalam budaya suku tersebut.


j. Agama

Pada tahap perkembanagn keluarga Child-Bearing, biasanya

perawat mengkaji agama yang dianut oleh keluarga serta

kepercayaan yang dapat memempengaruhi Kesehatan.

k. Status sosial ekonomi keluarga

Biasanya status sosial ekonomi keluarga pada tahap

perkembangan Child-Bearing ditentukan oleh pendapatan, baik

dari kepala keluarga maupun anggota lainnya. Selain itu status

ekonomi keluarga ditentukan pula pula oleh kebutuhan-

kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga sera berang-barang

yang dimiliki oleh keluarga, seperti kebutuhan bayi dalam

Tahap perkemabnagn ini

l. Aktivitas rekreasi keluarga

Biasanya rekreasi keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing tidak hanya dilihat kapan keluarga

pergi Bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekreasi,

namun dengan menonton tv dan mendengarkan radio Bersama

keluarga juga merupakan aktivitas rekreasi, selain itu perlu

dikaji pula penggunaan waktu luang atau senggang keluarga.

(Nadirawati, 2018).

B. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

a. Tahap perkembangan keluarga saat ini

Biasanya perkembangan keluarga adalah pengkajian

keluarga berdasarkan tahap kehidupan keluarga. Tahap


perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari

keluarga ini dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan

tugas tahapan perkembanagn keluarga.

Tahap perkembanagn keluarga Child-bearing adalah tahap

ini dimulai dengan kelahiran anak pertama berlanjut sampai

anak pertama berusia 30 bulan.

b. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi

Biasanya keluarga pada tahap perkembangan keluarga

Child-Bearing perawat mengkaji bagaimana tugas

perkembangan yang belum belum terpenuhi oleh

keluarga/orang tua serta kendalanya. Seperti kendala dalam

pemenuhan kebutuhan bayi atau belum terpenuhi menjadi

oarng tua baru.

c. Riwayat keluarga keluarga inti

Biasanya riwayat keluarga inti pada tahap perkembangan

keluarga pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

perawat mengkaji riwayat Kesehatan pada Kesehatan pada

keluarga inti. Meliputi: Riwayat penyakit keturunan, Riwayat

Kesehatan masing-masing anggota, dan sumber pelayanan

yang digunakan keluarga seperti perceraian, kamatian, keluarga

yang hilang dan penggunaan fasilitas Kesehatan.


d. Riwayat keluarga sebelumnya

Biasanya riwayat kesehatan keluarga sebelumnya pada

keluarga tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

pearawat mengkaji riwayat keluarga asal kedua orang tua

(siapa apa kehidupan keluargaa asalnya) hubungan masa silam

dan saat dengan orang tua dari kedua orang tua.

C. Lingkungan

a. Karakteristik rumah

Biasanya karakteristik rumah keluarga pada tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

gambaran tipe tempat tinggal (rumah, apartemen, sewa kamar,

kontrak atau lainnya). Apakah keluarga memiliki sendiri atau

menyewa rumah untuk tempat tinggal. Gambaran kondisi

rumah meliputi bagian interior dan ekterior. Interior rumah

meliputi : jumlah kamar dan tipe kamar (kamar tamu, kamar

tidur), penggunaan kamar tersebut, bagaimana kondisi dan

kecukuoan perabot, penerangan, ventilasi, lantai, tangga rumah,

susunan, dan kondisi bangunan tempat tinggal. Kebersihan dan

senitasi rumah, pengaturan privasi.

b. Karakteristik tetangga dan komunitas

Biasanya karakteristik tetangga dan komunitas pada

keluarga tahap perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat

mengkaji mengkaji tipe lingkungan tempat tinggal kominitas

kota atau desa, Keadaan tempat tinggal dan jalan raya, sanitasi
jalan dan rumah, adakah jenis jenis industri dilingkungan

rumah, karakteristik demografi di lingkungan komunitas

tersebut, kelas social dan karakteristik etnik penghinu,

Lembaga pelayanan Kesehatan dan sosial, kemudahan

Pendidikan di lingkungan komunitas, fasilitas-fasilitasrekreasi

yang dimiliki dikomunitas tersebut, transpotasi umum,

kejadiaan tingkat kejahatan dilingkungan dan komunitas

c. Mobilitas grafis keluarga

Biasanya mobilitas grafis keluarga keluarga pada keluarga

tahap perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat

mengkaji Mobilitas geografi keluarga yang yang ditentukan,

apakah keluarga tinggal di daerah ini, atau apakah sering

mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat tinggal.

d. Perkumpul keluarga dan interaksi komunitas

Biasanya perkumpulan keluarga dan interaksi komunitas

keluarga pada tahap perkembangan keluarga Child-Bearing,

petawat mengkaji waktu yang digunakan keluarga untuk

berkumpul serta perkumpulan keluarga yang ada.

e. Sistem pendukung keluarga

Biasanaya sistem pendukung keluarga pada keluarga tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

jumlah anggota keluarga yang sehat, fasilitas yang dimiliki

keluarga untuk menunjang Kesehatan yang meliputi fasilitas,

fisik, psikologis. Sumber pendukung dari anggota keluarga dan


fasilitas sosial atau dukungan masyarakat setempat, Lembaga

pemerintahan, maupun swasta/LSM. Jaminan pemeliharaan

Kesehatan yang dimiliki keluarga.

D. Struktur Keluarga

a. Peran formal dan informal

1. Peran formal

Biasanya peran formal keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji pada keluarga yang

dimiliki peran keluarga yang sesuai. Biasanya bapak sebagai

pencari nafkah dan pengambil keputusan. Lalu ibu sebagai ibu

rumah tangga atau dapat membantu ayah mencari nafkah.

2. Peran informal

Biasanya peran informal keluarga pada tahap

perkembanagn keluarga Child-Bearing terjadi pada keluarga

yang kadang kedua orang orangtuanya kurang memperhatikan

pola makanan anaknya.

b. Pola kominukasi

Biasanya pola komunikasin pada keluarga tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing. Perawat mengkaji cara

berkominikasi antar anggota keluarga termasuk pesan yang

disampaikan, bahasayang digunakan, komunikasi secara

langsung atau tidak langsung, pesan emosional 9 positif dan

negatif), frekuensi, dan kualitas komunikasi yang berlangsung.


Adakah hal-hal yang tertutup dalam keluarga untuk

didiskusikan.

c. Struktur kekuatan keluarga

Biasanya struktur kekuatan keluarga pada tahap

perkembangan keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji

keputusan dalam keluarga, siapa yang membuat, yang

memutuskan dalam penggunaan keuangan, pengambialn

keputusan dalam bekerja atau tempat tingga, serta siapa yang

memutuskan kegiatan dan kedisiplinan anak-anak.

E. Harapan Keluarga

Biasanya harapan keluarga pada tahap perkembangan

keluarga Child-Bearing, perawat mengkaji harapan keluarga

seperti menjalankan fungsi dan tanggung jawab suami-istri dalam

marawat bayi sehingga bayi tumbuh dan berkembang seperti anak

lain semestinya.

F. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan pada semua anggota keluarga secara

head to toe, meliputi:

a. Kepala

b. Leher

c. Telinga

d. Mata

e. Mulut

f. Hidung
g. Dada dan paru paru

h. Jantung

i. Abdomen

j. Reproduksi

k. Eliminasi

l. System integument

m. System mudkuluskletal

2. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawan pada tahap perkembangan keluarga Child-

Bearing :

1. Perubahan proses keluarga yang berhubungan dengan pernikahan

anak dewasa dan pembentukan hubungan yang baru melalui

pernikahan, kelahiran, dan perceraian.

2. Perubahan menjadi orang tua yang berhubungan dengan ketidak

mampuan meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak

secara optimum

3. Resiko perubahan pelekatan orang tua/bayi/anak yang

berhubungan dengan kurangnya model peran, keterampilan orang

tua, atau pengetahuan mengenai isu-isu perkembangan anak.

(Friedman, 2014)

4. Ketidakefektifitifan pemberian ASI berhubungan dengan kurang

pengetahuan orang tua tentang pentingnya pemebrian ASI, kurang

pengetahuan orang tua tentang teknik menyusui, tidak cukup waktu

untuk menyusu ASI, keluarga mendukung, suplai ASI tidak cukup.


5. Hambatan menjadi orang tua berhubungan dengan kurang asuhan

prenatal, ketidakmampuan berespons terhadap isyarat bayi,

ketidakadekuatan pengaturan pengasuh anak, keteramilan

kominukasi tidak efektif, kurang pengetahuan tentang

perkembangan anak,

6. Resiko gangguan perlekatan berhubungan dengan

ketidakmampuan orang tua untuk memenuhi kebutuhan personal.

No Diagnosa NOC NIC

keperawatan
1. Perubahan menjadi Kinerja pengasuhan Bayi

orang tua yang (2904):

berhubungan -290401 menunjukkan

dengan ketidak hubungan yang saling

mampuan mencintai (skala 5)

meningkatkan -290402 memberikan

pertumbuhan dan aktivitas perkembangan

perkembangan yang aman dan sesuai

anak secara usia bayi ( skala 5)

optimum (00164). -290403 berinteraksi

dengan bayi untuk

meningkatkan rasa

percaya (skala 5)

-290404 berinteraksi

dengan bayi untuk

mendukung
perkembangan bahasa

(skala 5)

-290405 berinteraksi

dengan bayi untuk

mendukung

perkembangan social

(skala 5)

-290406 memberikan

obyek transisi untuk

menurunkan ansietas

(skala 5)

-290407 berespon

dengan tepat pada

temperamen bayi

-290408 memberikan

stimulasi sensori/motorik

dengan tepat (skala 5)

-290409 memberikan

pengawasan yang tepat

(skala 5)

-290410 menggunakan

sistem dukungan social

untuk membantu bayi

(skala 5)
-290411 memilih

tambahan pengasuh yang

tepat (skala 5)

-290412 monitor

pengasuh tambahan

(skala 5)

-290413 menggunakan

strategi untuk

menghilangkan resiko

kekerasan (skala 5)

-290414 melindungi dari

kekerasan (skala 5)

-290415 menetapakan

batasan perilaku (skala 5)

-290416 memelihara

lingkunagn tidur yang

aman (skala 5)

-290417 memberikan

penyapihan yang tepat

(skala 5)

-290418 memeberikan

penghisapan tanpa

adanya nutrisi /empeng

(skala 5)
-290419 menyediakan

nutrisi sesuai usia (skala

5)

-290420 mendukung

kebersihan mulut sejak

gigi primer tumbuh

(skala 5)

-290421 menyediakan

lingkunagn spiritual

(skala 5)

-290422 memelihara

lingkungan yang bebas

asap (skala 5)

-290423 menjsgs

pemeriksaan fisik anak

yang direkomendasikan

(skala 5)

-290424 memelihara

imunisasi yang

direkomendasiakan

(skala 5)

-290425 menggunakan

strategi untuk mencegah

cidera (skala 5)
-290426 melindungi dari

paparan sinar matahari

(skala 5)

-290427 mendapatkan

bantuan dari professional

kesehatan saat gejala

penyakit muncul (skala

5)
2. Ketidakefektifitifan Keberhasilan menyusui

pemberian ASI Bayi (1000)

berhubungan

dengan kurang

pengetahuan orang

tua tentang

pentingnya

pemebrian ASI,

kurang

pengetahuan orang

tua tentang teknik

menyusui, tidak

cukup waktu untuk

menyusu ASI,

keluarga

mendukung, suplai

ASI tidak cukup.


00104

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan merupakan proses penyusun startegi

keperawatan yang dibutuhkan untu mencegah, mengurangi, atau

mengatasi masalah kesehatan psada tahap perkembangan keluarga

Child-Bearing yang telah dirumuskan pada diagnose keperawatan

perencanaa keperawatan keluarga merupakan kumpulan tindakan yang

ditentukan oleh perawat bersama-sama sasaran yaitu keluarga untuk

dilaksnaka, sehingga masalah kesehatan dan masalah keperawatan

pada tahap perkembangan Child-Bearing yang telah dirumuskan

didiagnosa keperawatan dapat diselesaikan.

Dalam perencanaan keperawatan keluarga ada beberapa hal yang harus

dilakukan perawat keluarga yaitu :

1. menetapkan prioritas masalah keperawatan

menetapkan prioritas masalah/diagnosa keperawatan keluarga

adalah dengan menggunakan skala menyussun prioritas

No Kriteria Skor Bobot


1. Sifat masalah

Skala : Tidak/kurang sehat 3

Ancaman kesehatan 2

Keadaan sejahtera 1
2. Kemungkinan masalah

dapat diubah
Skala : Mudah 2

Sebagian 1

Tidak dapat 0
3. Potensi masalah untuk

dicegah

Skala : Tinggi 3

Cukup 2

Rendah 1
4. Menonjolkan masalah

Skala : Segera 2

Tidak perlu 1

Tidak dirasakan 0
Skoring :

a. Tentukan skore untuk setiap kriteria

b. skor dibagi dengan makna tertinggi dan kalikanlah dengan

bobot

Skor X bobot

Angka tertinggi

c. jumlahkanlah skor untuk semua kriteria

2. menetapkan tujuan keperawatan

Tujuan keperawatan harus mewakili status yang diinginkan

yang dapat dicapai atau dipertahankan melalui program

intervensi keperawatan (mandiri). Sasaran merupakan tujuan

umum yang merupakan akhir yang dituju dengan semua usaha.

Tujuan merupakan pernyataan spesifik tentang hasil yang


diharapkandari tindakan keperawatan yang terdiri dari jangka

panjang panjang dan jangka pendek.

3. menyurun reancana tindakan keperawatan

rencana tindakan keperawatan keluarga merupakan langkah

dalam menyusun alternative-alternatif dan mengidentifikasi

sumber-sumber kekuatan dari keluarga (kemampuan perawatan

mandiri, sumber pendukung/bantuan yang bisa dimanfaatkan)

yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dalam keluarga.

Dalam setiap rencana keperawatan. Perawat keluarga

menetapkan aktivitas untuk setiap untuk setiap setiap tujuan

keperawatan. Perawat keluarga merencanakan apa kegiatan

yang akan dilakukan, kapan, kapan, bagaimana melakukan,

siapa yang melakukan, dan berapa banayk yang akan

dilakukan, (Harmoko, 2012).

4. Implementasi keperawatan

Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Perawat

membantu pasien mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu

rencana tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi

faktor-faktor yang memengaruhi masalah kesehatan anggota keluarga

pada tahap perkembangan Child-Bearing. (Nadirawati, 2018).

5. Evaluasi

evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa

yang kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapati kasus baru dan
mampu menyelesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai

keberhasilan atau temuan penelitian.

Evaluasi dilakukan sesuai dengan rencana tindakan yang telah

diberikan, kemudian dilakukan penilaian untuk melihat

keberhasilannya. Jika tindakan yang dilakukan belum berhasil, maka

perlu dicari cara atau metode lainnya. Semua tindakan keperawatan

tidak dapat dilakukan dalam satu kali kunjungan ke keluarga,

melainkan secara bertahap sesuai dengan waktu dan kesediaan

keluarga.(Harmoko, 2012).

Untuk melakukan evaluasi, ada baiknya disusun dengan

menggunakan SOAP secara operasional :

S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah

dilakukan tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasa sakit,

kini tidak sakit lagi.

O : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah

dilakukan tindakan tindakan keperawatan. Misalnya berat badan naik 1

kg dalam 1 bulan.

A : adalah analisis dari hasil yang telah dicapai dengan dengan

mengacu pada tujuan yang terkaid dengan diagnosis.

P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan

hasil dari respons keluarga pada tahapan evaluasi. (Bakri


Daftar Pustaka
Zakaria, A. (2017). Asuhan Keperawatan Keluarga Pendekatan Teori dan

Konsep. Purwokerto: CV IRDH.

Setyowati, Krisnatuti & Hastuty. (2017). Pengaruh Kesiapan Menjadi

Orang Tua dan Pola Asuh Psikososial Terhadap Perkembangan Sosial

Anak. Jurnal Ilmu Keluarga dan Konsumen , 95-106. Karakteristik

pengirim berfungsi Ketika menenyampaikan pendapat. Pendapat yang

disampaikan jelas dan berkualitas, meminta feedback dan mau

menerima feedback.

Anda mungkin juga menyukai