Anda di halaman 1dari 6

USAHA KEPERAWATAN DENGAN DIAGNOSA SINDROM UREMIA

Pengertian Sindrom uremik adalah kumpulan tanda dan gejala yang terlihat seperti
insufiensi ginjal progresif dan GFR menurun hingga dibawah 10 ml/menit (10% dari normal)
dan puncaknya pada ESRD. Pada titik ini, nefron yang masih utuh tidak lagi mampu untuk
mengkompensasi dan mempertahankan fungsi ginjal normal. ( sylvia A. Price, patofisiologi edisi
6 ).

Manisfetasi klinis sindrom uremia dapat dibagi dalam beberapa bentuk yaitu:

a. Pengaturan fungsi regulasi dan ekskresi yang kacau, seperti ketidak seimbangan
volume cairan dan elektrolit, ketidakseimbangan asam basa, retensi nitrogen dan
metabolisme lain, serta gangguan hormonal.
b. Abnormalitas sistem tubuh multipel ( sebenarnya pada semua sistem), dasarnya
tidak begitu dimengerti.

Manifestasi klinis sindrom uremik secara khusus:

a. biokimia: asidosis metabolic ( HCO3- serum 18 -20mEq/L) azotemia ( penurunan


GFR, menyebabkan peningkatan BUN,kreatinin) hiperkalemia retensi atau
pembuangan natrium hipermagnesemia hiperurisemia.
b. genitourinaria : poliuria, berlanjut menjadi oliguria, lalu anuria nokturia, pembalikan
irama diurnal berat jenis kemih tetap sebesar 1,010 proteinnuria hilangnya libido,
aminore, impotensi dan sterilitas
c. kardiovaskuler hipertensi retinopati dan ensofalopati hipertensif beban sirkulasi
berlebihan edema gagal jantung kongestif perikarditis (friction rub) disritmia
d. pernafasan pernapasan kusmaul, dispnea edema paru pneumonitis
e. hematologik anemia menyebabkan kelelahan hemolisis kecenderungan perdarahan
menurunnya resistensi terhadap infeksi (infeksi saluran kemih, pneumonia,
septikemia).
f. kulit pucat, pigmantasi perubahan rambut dan kuku (kuku mudah patah, tipis,
bergerigi, ada garis-garis merah-biru yang berkaitan dengan kehilangan protein)
pruritis ”kristal” uremik Kulit kering memar.
g. saluran cerna anoreksi, mual, muntah, menyebabkan penurunan berat badan napas
berbau amoniak rasa kecap logam, mulut kering stomatitis, parotitis gastritis,
enteritis perdarahan saluran cerna diare.
h. metabolisme intermedier protein-intoleransi, sintesis abnormal karbohidrat-
hiperglikemia, kebutuhan insulin menurun lemak-peningkatan kadar trigliserida
mudah lelah
i. neuromuskuler otot mengecil dan lemah sistem saraf pusat - penurunan ketajaman
mental-konsentrasi buruk-apati-letargi atau gelisah, insomnia-kekacauan mental-
koma-otot berkedut, asteriksis, kejang neuropati perifer-konduksi saraf lambat,
sindrom ”restless leg” - perubahan sensorik pada ekstremitas – parestesi - perubahan
motorik-foot drop yang berlanjut menjadi paraplegia.
j. gangguan kalsium dan rangka hiperfosfatemia, hipokalsemia hiperparatiroidisme
sekunder osteodistrofi ginjal fraktur patologik (demineralisasi tulang) deposit garam
kalsium pada jaringan lunak (sekitar sendi, pembuluh darah, jantung, paru)
konjungtivitis (mata merah uremik)

Prinsip asuhan keperawatan dengan diagnosa sindrom uremia :

a. Kontratraksi harus dipertahankan agar traksi tetap efektif


b. Harus berkesinambungan agar reduksi dan imobilisasi fraktur efektif
c. Pemberat tidak boleh diambil kecuali intermiten, dan tergantung bebas
d. Tubuh harus dalam keadaan sejajar
e. Tali tidak boleh macet.
Jenis-Jenis Traksi Terdapat dua tipe traksi yaitu kulit dan tulang:
a. Traksi Kulit
1. Traksi Buck merupakan tipe traksi kulit yang sering digunakan sebelum pembedahan
pada fraktur tulang pinggul untuk mengurangi spasmus, reduksi dislokasi, menghindari
kontraktur fleksi tulang pinggul dan mengurangi rasa sakit pinggang bagian bawah (flow
back pain). Hal tersebut dilakukan dengan cara menghubungkan beban pada spreader bar
(papan pembentangan)dibawah kaki yang disambungkan pada sepatu atau perban elastis
yang diselubungkan pada kaki.
2. Traksi Halter leher-kepala digunakan untuk rasa sakit, strain dan salah urat pada leher.
Beban disambungkan melalui spreader bar ke halter dengan sabuk pengikat dibawah
dagu mengelilingi kepala pada dasar tengkorak.
3. Traksi Russel sama dengan traksi Buck dengan ditambahi dengan suspensi yang
mengangkat keatas yaitu beruapa sling (bidai) dibawah lutut atau paha bagian bawah.
Traksi ini digunakan unt uk fraktur tulang pinggul, luka di paha dan beberapa luka di
lutut. Traksi Russel memungkinkan dilakukannya gerakan.
4. Terdapat dua traksi pelvis. Traksi ini menggunakan sling untuk fraktur panggul. Sabuk
pengikut tersebut akan mengakibatkan tarikan ke bawah pada pelvis dan biasanya
intermiten. Sedangkan sling (bidai) akan menahan bokong di atas tempat tidur sehingga
memberikan stabilisasi dan imobilisasi pada tulang yang retak.
b. tulang
1. Penjepit Steinmann atau Tali Kirschner merupakan perangkat yang dimasukan ke dalam
batang tulang kemudian diikat dengan perangkat traksi. Traksi tulang atau traksi skeletal
sering digunakan pada fraktur kaki. Penggunaan alat ini menjajikan kemungkinan dilihat
terhadap luka dan memberikan akses perawatan pada jaringan yang mengalami trauma.
2. Traksi kepala atau tengkorak menggunakan jepitan Crutchfield atau vinckle yang
dimasukan kedalam tengkorak dan diikat pada beban. Perangkat ini biasanya merupakan
traksi tulang sementara.
3. Perangkat halo(lingkaran) diikat pada tulang tengkorak dan rompi dipasang pada torso.
Traksi tulang ini digunakan untuk fraktur tulang belakang.
c. Pathways
d. Penatalaksanaan
1. Medis
2. Keperawatan

Sindrom uremiaSindrom uremik adalah suatu kompleks gejala yang terjadi akibat atau
berkaitan denganretensi metabolit nitrogen karena gagal ginjal. Pada uremia lanjut
sebagian fungsi dari semuasystem organ tubuh dapat menjadi abnormal.Dua kelompok
gejala klinis dapat terjadi pada sindrom uremik. Pertama, gejala-gejala yang paling
nyata adalah gangguan fungsi pengaturan dan ekskresi; kelainan volume cairan dane l e k t r o l i t ,
ketidakseimbangan asam-basa, retensi metabolit lainnya, serta
a n e m i a y a n g disebabkan oleh defisiensi sekresi ginjal. Kelompok kedua gambaran
klinis adalah gabungan kelainan kardiova skular, neuromus cular, saluran cerna, dan kelainan
lainnya. S i n d r o m u r e m i a b i s a m e n y e b a b k a n a s i d o s i s m e t a b o l i k a k i b a t g i n j a l
tidak mampu menyekresi asam yang berlebihan.

P e n u r u n a n s e k r s i a s a m a k i b a t t u b u l u s g i n j a l t i d a k   mampu menyekresi
ammonia dan megapsorbsi natrium bikarbonat Penurunaneksresi fosfat dan asam organik yang
terjadi, maka muntah dan muntah tidak dapat dihindarkan.S e k r e s i k a l s i u m m e n g a l a m i
penurunan sehingga hiperkalemia, penghantaran listrik d a l a m  jantung
terganggu akibatnya terjadi penurunan '(P cardiac output suplai ) dalam otak dan jaringan
terganggu. Penurunan sekresi eritropoetin sebagai faktor penting dalam stimulasi produksi sel
darah merah oleh sumsum tulang menyebabkan produk hemoglobin berkurang danterjadi anemia
sehingga peningkatan oksigen oleh hemoglobin, oksihemo globin berkurang maka tubuh akan
mengalami keadaan lemas dan tidak bertenaga. angguan clerence renal terjadi akibat
penurunan jumlah glomerulus yang berfungsi.

Penurunan laju filtrasi glomerulus di deteksi dengan memeriksa clerence


kretinin dalam darahyang menunjukkan penurunan clerence kreatinin dan peningkatan kadar
kreatinin serum. tetensicairan dan natrium dapat megakibatkan edema. K e t i d a k s e i m b a n g a n
k a l s i u m d a n f o s f a t m e r u p a k a n g a n g g u a n m e t a b o l i s m e . K a d a r   kalsium dan
fosfat tubuh memiliki hubungan timbal balik. jika salah satunya meningkat
makafungsi yang lain akan menurun.

Dengan menurunnya filtrasi melaui glomerulus ginjal makameningkatkan


kadar fosfat serum, dan sebaliknya, kadar serum kalsium menurun. Penurunan kadar
kalsium serum menyebabkan sekresi parathhormon dari kelenjar paratiroid, tetapi gagal ginjal
tubuh tidak dapat merspons normal terhadap peningkatansekresi parathormon sehingga
kalsium ditulang menurun, menyebabkan terjadinya perubahan tulang dan penyakit
tulang. nemia normositik dan normokromik yang khas selalu terjadi pada sindrom
uremik.0iasanya hematocrit menurun hingga ) sesuai derajat otemia.
Penyebab utama anemiaadalah berkurangnya pembentukan sel darah merah.
Penurunan pembentukan SD3 inidiakibatkan oleh defisiensi pembentukan
eritropoietin oleh ginjal. juga terdapat bukti bah4aracun uremik dapat menginaktifkan
eritropoietin atau menekan respon sumsum tulang terhadap eritropoietin. actor kedua yang ikut
berperan pada anemia adalah masa hidup SD3 pada pasiengagal ginjal hanya sekitar separuh
dari masa hidup SD3 normal. Peningkatan hemolysis SD3 ini agaknya disebabkan oleh
kelainan lingkungan kimia plasma dan bukan karena cacat pada selitu sendiri. Disamping itu,
defisiensi eritropoiesis dan kecenderungan hemoitik, kehilangan darah melalui saluran cerna juga
dapat menyebabkan anemia.

C.
Diagnosa keperawatan
Penulis
merumuskan
beberapa
diagnosa keperawatan
antara lain
1.
Pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan hiper
-
ventilasi paru
2.
Kelebihan volume cairan
berhubungan
dengan
penuru
-
nan haluaran urine
retensi cairan dan natrium
3.
Kerusakan integritas kulit
berhubungan
dengan
akumulasi
toksin dalam
kulit
D.
Imple
mentasi
Setelah penulis
merumus
-
kan diagnosa dan menyusun
rencana
keperawatan
lalu
penulis melakukan
implement
-
tasi, untuk
diagnosa pola nafas
tidak
efektif
berhubungan
dengan
hiper
-
ventilasi
paru
penulis melakukan
implement
-
tasi
berupa
mengobservasi
kea
daan
umum
pasien,
mengkaji tanda tanda vital,
menganjurkan pasien untuk
semi fowler, mengajarkan nafas
dalam,
memberikan
tera
pi
oksigen 4L.

Anda mungkin juga menyukai