Pentingnya Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Agar Terciptanya Kolaborasi Dalam Keselamatan Pasien
Pentingnya Komunikasi Antar Tenaga Kesehatan Agar Terciptanya Kolaborasi Dalam Keselamatan Pasien
angelester85@gmail.com
ABSTRAK
Latar belakang: Kolaborasi interprofesi adalah kerja sama antar profesi kesehatan dari latar belakang
profesi yang berbeda dengan pasien dan keluarga pasien untuk memberikan kualitas pelayanan yang
terbaik (WHO, 2010). Tujuan: Kajian ini bertujuan untuk meningkatkan kerjasama dan komunikasi
yang baik sesama mitra kesehatan agar terciptanya kolaborasi dalam keselamatan pasien.Metode:
analisis data sekunder Hasil: Berdasarkan jurnal yang diambil yang berjudul Gambaran
Pengetahuan Inter Professional Collaboration Pada Profesional Pemberi Asuhan Di Rumah
Sakit Khusus Propinsi Jambi, mengatakan bahwa Hasil yang didapat dengan distribusi frekuensi
penerapan IPC dimensi partnership, cooperation, coordination dan shared decision – making pada
profesional pemberi asuhan (Perawat, Dokter, Apoteker dan Ahli Gizi) di Rumah Sakit Khusus
Propinsi Jambi dapat diketahui adalah dalam kategori baik (55,6%), sebagian besar cooperation
responden di RSK dalam kategori kurang baik (50,8%), sebagian besar coordination responden di RSJ
dalam kategori baik (53,0%) dan sebagian besar shared decision-making responden di RSJ dalam
kategori baik (51,7%).Pembahasan: IPC merupakan strategi dalam meningkatkan kualitas pelayanan.
Penutup:. Dari kajian dapat disimpulkan bahwa dengan menggunakan komunikasi yang efektif dapat
menjalin kolaborasi yang baik dengan tenaga kesehatan yang lain dan juga pasien mendapatkan
pelayanan yang baik
responden di RSK dalam kategori kurang memberikan dampak yang tidak baik bagi
pihak Rumah Sakit, staf dan pasien praktek IPC dibagi 4 dimensi dalam
sebagai penerima pelayanan. Adapun Assessment of Interprofessional Team
dampak yang ditimbukan adalah semakin Collaboration Scale (AITCS) meliputi
meningkatnya ketidak puasan hingga partnerships, Cooperation, Coordination,
maraknya tuntutan pasien atau keluarga Shared Decision Making.
pasien (Tang et al., 2018).
Partnerships merupakan jenis
Dengan demikian IPC merupakan hubungan kerja yang dilandasi hukum
hal yang penting dalam pelayanan rumah antara dua atau lebih orang, Cooperation
sakit. Di Indonesia berdasarkan KKPRS adalah usaha yang dilakukan bersama
dari tahun 2010 – tahun 2011 sebanyak antara individu atau kelompok manusia
137 insiden. Dari 137 insiden tersebut untuk mencapai tujuan persama dalam
Kejadian Nyaris Cidera (KNC) sebesar organisasi,
40,15%, sedangkan KTD sebesar 55,47%
Coordination merupakan
dan 4,38% lainnya (Syam, 2017).
sinkronisasi upaya anggota kelompok
Sedangkan insiden yang mengakibatkan
dalam memberikan kesatuan pendapat dan
kematian 8,76%. Data KTD belum
tindakan dalam pencapaian tujuan
mewakili kejadian sebenarnya di
organisasi, dan Shared Decision Making
Indonesia. Data KTD masih langka untuk
atau dalam pengambilan keputusan secara
ditemukan, tetapi masalah malpraktik
bersama merupakan sebuah proses dalam
mulai banyak terungkap di media
semua pihak yang bekerja sama dalam
informasi.
mengeksplorasi pendapat yang relevan.
Hal ini terjadi karena pelayanan Dimensi IPC ini sangat perlu diperhatikan
bermutu dan aman bagi pasien di dan dijalankan oleh rumah sakit.
Indonesia masih belum komprehensif.
PENUTUP
Kolaborasi yang baik akan menghasilkan
outcom yang baik terutama pada PCC. Dari kajian dapat disimpulkan
Outcome yang dihasilkan pada IPC bahwa dengan menggunakan komunikasi
terhadap PCC akan baik jika PPA yang efektif dapat menjalin kolaborasi
(perawat, dokter, apoteker dan ahli gizi) yang baik dengan tenaga kesehatan yang
melaksanakan proses IPC secara efektif lain dan juga pasien mendapatkan
(Bosch & Mansell, 2015; Bursiek, April A, pelayanan yang baik
2017; Goldman, Joanne, 2016). Dimana
menurut Orchard et al., (2018), bahwa
REFERENSI
Adnani, H. (2018). Ilmu Kesehatan
Masyarakat. Yogyakarta: Nuha Medika.