Anda di halaman 1dari 10

Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia

Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

Studi Kasus: Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan


Kedokteran Keluarga pada Lansia Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis
Fitria Saftarina1, Sarah Windia Baresti1
1
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung

Abstrak

Prevalensi hipertensi di Indonesia mengalami peningkatan setiap tahunnya. Provinsi Lampung sendiri memiliki
jumlah penderita hipertensi sebanyak 24,7% dari jumlah penduduk. Selain hipertensi, penyakit degeneratif lain
yang banyak terjadi dan diperberat oleh keadaan obesitas adalah gout arthitis. Salah satu cara yang dapat
digunakan untuk mengontrol kedua penyakit degeneratif tersebut adalah menghilangkan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Penerapan pelayanan dokter keluarga berbasis evidence based medicine pada pasien dengan
mengidentifikasi faktor risiko, masalah klinis, serta penatalaksanaan pasien berdasarkan kerangka penyelesaian
masalah pasien dengan pendekatan patient centred dan family approach. Studi adalah Case Report. Data primer
diperoleh melalui anamnesis (autoanamnesis dan alloanamnesis), pemeriksaan fisik dan tes laboratorium di klinik.
Kunjungan rumah, melengkapi data keluarga dan psikososial serta lingkungan. Penilaian berdasarkan diagnosis
holistik dari awal, proses dan akhir studi secara kuantitatif dan kualitatif.Pasien yang memiliki derajat fungsional 2
dengan artritis gout akut dan hipertensi grade II memiliki faktor resiko internal yaitu usia 62 tahun, faktor
keturunan, pola pengobatan kuratif, tidak pernah berolahraga dan kurangnya pengetahuan tentang penyakitnya.
Lalu dilakukan edukasi terhadap pasien dan keluarganya tentang penyakit, obat, gaya hidup, serta diet yang benar.
Setelah dilakukan evaluasi didapatkan penurunan kadar asam urat daan tekanan darah pada pasien.Proses
perubahan perilaku pasien untuk mengontrol tekanan darah dan kadar asam uratnya terlihat setelah pasien
diberikan intervensi dan akhirnya mencoba mengubah gaya hidupnya dengan mengurangi makanan mengandung
tinggi purin, garam dan makanan berlemak, serta pasien juga mulai rajin untuk kontrol. Peran keluarga amat
penting dalam perawatan dan pengobatan anggota keluarga yang sakit

Kata Kunci: Artritis gout, Hipertensi, Pelayanan Kedokteran Keluarga

Holistic Diagnostic and Management Family Medicine Based in Elderly


with Stage II Hypertension and Arthritis Gout
Abstract

Prevalence of hypertension in Indonesia has increased every year. Lampung province has a number of
hypertension patients as much as 24.7% of the population. There are several factors that can cause either
modified hypertension or not. One of the risk factors of hypertension that can be modified is the state of obesity.
In addition to hypertension, other degenerative diseases that occur and aggravated by the state of obesity is
gout arthritis. One way that can be used to control both degenerative diseases is to eliminate the risk factors
that can be modified.Application ofthe familydoctor servicebasedon evidence based medicinein
patientswithidentifiedrisk factors, clinicalproblems, andpatient managementframework based on the
patient’swithproblem solvingapproach patientcentered andfamilyapproach.Case Report with primary data
obtained through anamnesis (autoanamnesis and alloanamnesis), physical examination and laboratory tests in
the clinic. Home visits, family and psychosocial complete data as well as the environment. Based on a holistic
assessment of the initial diagnosis, the process and the end of quantitative and qualitative
studies.Patientswhohad a secondfunctional degreewithacute gout arthritis and hypertension grade II
uncontrolledhadinternalrisk factorssuch as62 years aged, heredity factor, curative treatment, lack of
knowledgeabout the disease. Then we gave some education for the patient and also the family about the
disease, drugs, life style, and also about the right diet. After evaluation, there was a decreased uric acid levels
and blood pressure of the patient.Patient’s behavior changing process to control his blood pressure and uric acid
levels can be seen after the patient get some interventions, and finally she tried to change her life style by
decreasing high purin, salty and high fat food consumption. Family’s act is really important for patient’s care and
therapy.

Keyword s: Family Medicine Service, Gout Arthritis, Hypertension

Korespodensi :dr. Fitria Saftarina,M.Sc, alamat Jl. Soemantri Brodjonegoro No. 1, HP, e-mail
:fitria205@gmail.com

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 188


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

Pendahuluan penduduk yang mengalami gangguan GA


Pada umumnya pola penyakit di Indonesia tercatat 8,1% dari total
utama pada pasien lansia penduduk. Sebanyak 29% diantaranya
didominasipenyakit kronis degeneratif. melakukan pemeriksaan dokter, dan
Masalah yang muncul sering dengan sisanya atau 71% mengonsumsi obat
gejala yang sudah lama diderita sehingga bebas pereda nyeri.Artritis gout
tampilan gejala menjadi tidak jelas. merupakan penyakit peradangan sendi
Penyakit degeneratif metabolik yang ke-3 yang paling sering terjadi pada
banyak dijumpai pada pasien geriatri golongan usia lanjut yaitu sekitar 6 - 7 %
adalah hipertensi, diabetes melitus, di Indonesia.5
dislipidemia, osteoartritis, arthritis gout Ada beberapa faktor risiko yang
dan penyakit kardiovaskular.1 menyebabkanterjadinya hipertensi, ada
Dengan terjadinya penuaan, yang bisa dikendalikan dan ada yang tidak
hipertensi sistolik menjadi masalah yang bisa dikendalikan.Faktor yang tidak bisa
lebih besar sebagai akibat dari kaku dikendalikan yaitu umur, jenis kelamin,
progresif pada arteri yang lebih riwayat keluarga dan faktor genetik.
besarsehingga tekanan darah cenderung Sedangkan faktor yang bisa diubah atau
meningkat.Setidaknya seperempat dari dikendalikan seperti gaya hidup, faktor
orang dewasa (dan lebih dari setengah stress, kehamilan dan penggunaan
dari mereka yang lebih tuadari 60 tahun) estrogen.6Faktor gizi sangat berhubungan
memiliki tekanan darah tinggi.2Hipertensi dengan terjadinya hipertensi. Masalah gizi
merupakanpenyebab kematian nomor 3 klinis merupakan faktor risiko terjadinya
yakni mencapai6,7 % dari populasi penyakit kardiovaskuler, perlu dicegah
kematian pada lansia di Indonesia.3 dan diobati dengan mengubah pola
Prevalensi hipertensi pada makan menjadi makanan sehat yang
kelompok umur lansia sendiri mencapai berpedoman pada aneka ragam makanan
60- 75 % dari total populasi lansia. yang memenuhi gizi
3
Gambaran di tahun 2013 dengan seimbang. Pengubahan pola hidup yang
menggunakan analisis individu lain dapat berupa penurunan berat badan
menunjukkan bahwa secara nasional jika overweight, membatasi konsumsi
25,8% penduduk Indonesia menderita alkohol, berolahraga teratur, mengurangi
penyakit hipertensi. Jika saat ini penduduk konsumsi garam, mempertahan konsumsi
Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka natrium, kalsium, magnesium yang cukup,
terdapat 65.048.110 jiwa yang menderita dan berhenti merokok. Selain itu
hipertensi.Provinsi Lampung sendiri penderita hipertensi juga harus
menunjukan hasil prevalensi hipertensi mempunyai pengetahuan dan sikap
sebanyak 24,7% dari jumlah penduduk kepatuhan untuk dapat menyesuaikan
yang berarti terjadi peningkatan jumlah penatalaksanaan hipertensi dalam
dari hasil sebelumnya yaitu 24,1%.2,3 kehidupan sehari- hari. 3,6

Penyakit degeneratif lain yang Dua etiologi yang menyebabkan


banyak terjadi adalah gout artiritis. Gout keadaan hiperurisemia adalah ekskresi
artritis adalah suatu penyakit akibat asam urat menurun (90% pasien) atau
radang sendi dengan gejala berupa sintesis asam urat meningkat (10%
episodik berat dari nyeri inflamasi satu pasien). Keadaan ekskresi asam urat yang
sendi. Gout merupakan gangguan menurun terdapat padapasien dengan
metabolik yang ditandai oleh penyakit ginjal, penyakit jantung, terapi
meningkatnya konsentrasi asam urat obat-obatan seperti diuretik, dan
(hiperurisemia).4 penurunan fungsi ginjal karena usia.
Di Indonesia,gout artritis Sedangkan keadaan sintetis asam urat
merupakan penyakit reumatik yang sering meningkat terdapat pada pasien dengan
ditemui. Berdasarkan data WHO, predisposisi genetik, diet tinggi purin, dan

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 189


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

konsumsi alkohol.Selain etiologi dari dan kaki sering terasa nyeri dan terasa
hiperurisemia, beberapa faktor risiko juga pegal – pegal pada sendinya.Nyeri
dapat membuat seseorang menjadi lebih disertai dengan bengkak pada
mudah untuk terkena penyakit artritis pergelangan kaki kiri.Nyeri dirasakan
gout.7,8Secara garis besar, terdapat dua hilang timbul. Pasien juga mengatakan
faktor risiko untuk pasien dengan sebelumnya nyeri terjadi hilang timbul
penyakit artritis gout, yaitu faktor yang pada sendi lain, tetapi tidak pernah
dapatdimodifikasi danfaktor yang tidak disertai bengkak ataupun
dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang kemerahan.Pasien masih dapat
dapat dimodifikasi adalah gaya hidup, dan melakukan aktivitas sehari-hari seperti
penyakit-penyakit penyerta lain seperti biasanya dan tidak mengonsumsi obat-
Diabetes Melitus (DM), hipertensi, yang obatan untuk mengurangi keluhannya.
membuat individu tersebut memiliki risiko Pasien memiliki riwayat hipertensi
lebih besar untuk terserang penyakit sejak1 tahun yang lalu pasien mengalami
artritis gout. Sedangkan faktor yang tidak keluhan sakit kepala. Sakit kepala terasa
dapat dimodifikasi adalah usia dan jenis sangat mengganggu sehingga pasien
kelamin.4,8 memeriksakan diri ke puskesmas untuk
Salah satu cara yang dapat mendapatkan tatalaksana dan diberikan
digunakan untuk mengontrol penyakit obat antihipertensi. Namun, setelah obat
degeneratif seperti hipertensi dan OA tersebut habis dan keluhan berkurang,
adalah menghilangkan faktor risiko yang pasienterkadang tidak kontrol lagi untuk
dapat dimodifikasi. Hal ini menjadi alasan mendapatkan obat antihipertensi.Pasien
mengapa penting dilakukan pembinaan mengaku sudah mengetahui sedikit
dan penatalaksanaan secara menyeluruh mengenai hipertensi dan selama ini ia
pada pasien hipertensi dengan OA hanya datang berobat apabila ada
sehingga mencegah dampak serius yang keluhan dan saat diperiksa didapatkan
dapat timbul bagi kesehatan penderita tekanan darah yang tinggi. Pasien belum
dan akan mempengaruhi kualitas hidup mengontrol pola makan ataupun aktivitas
penderita baik dalam keluarga maupun di sehari-hari.
masyarakat.9 Pasien mengatakan bahwa
Pada kasus ini akan dibahas dikeluarganya tidak ada yang menderita
penerapan pelayanan dokter keluarga keluhan berupa bengkak dan nyeri sendi
berbasis evidence based medicine pada yang serupa seperti pasien.Namun,
pasien dengan mengidentifikasi faktor terdapat riwayat keluarga dengan
risiko, masalah klinis, serta penyakit yang sama yaitu hipertensi yang
penatalaksanaan pasien berdasarkan dialami oleh ayahpasien.Pasien biasanya
kerangka penyelesaian masalah pasien makan 2-3 kali sehari.Makanan yang
dengan pendekatan pasien centre dan dimakan cukup bervariasi.Namum pasien
family approach. Data primer diperoleh suka mengkonsumsijeroan, melinjo, dan
melalui anamnesis (autoanamnesis dan makanan bersantan.Pasienmerokok, tidak
allonanamnesis), pemeriksaan fisik, dan mengonsumsi alkohol ataupun jamuan,
tes laboratorium di Puskesmas.Kunjungan dan pasien jarang berolahraga.
rumah, melengkapi data keluarga, data Pasien adalah seorang bapak yang
okupasi dan psikososial serta lingkungan. bekerja sebagai buruh bangunan di dekat
Penilaian berdasarkan diagnosis holistik rumahnya. Namun sehubungan dengan
dari awal, proses dan akhir studi secara usianya yang sudah tua, pasien bekerja
kuantitatif dan kualitatif. hanya sesekali saja.Saat ini penghasilan
bersih yang didapatkan oleh Tn.A berkisar
Kasus Rp. 2.000.000 per bulan.Pasien tinggal
Tn.A, 63 tahun, datang ke bersama dengan anak. Pasien hanya
Puskesmas Natar dengan keluhan tangan memiliki satu anak dari pernikahannya.

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 190


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

Anak pasien sekarang sudah bekerja di Data Keluarga


dealer sebagai montir.Kebutuhan sehari- Pasien adalah anak pertama dari
hari dari anak pasien sudah dipenuhi empat bersaudara.Memiliki 1 saudara
menggunakan uang penghasilan dari anak perempuan dan 2 saudara laki-laki.Pasien
pasien sendiri. memiliki 1 orang anak yang berjenis
Hubungan pasien dengan istri dan kelamin laki-laki.Anak pasien belum
anaknya baik serta harmonis.Begitu pula menikah dan masih tinggal bersama
hubungan dengan lingkungan tetangga pasien.Bentuk keluarga pasien adalah
baik dan harmonis.Di lingkungan keluarga inti yaitu terdiri dari pasien dan
rumahnya pasien mengikuti kegiatan anaknya.Pasien seorang lelaki berusia 63
keagamaan.Dukungan keluarga untuk tahun.Pasien bekerja sebagai buruh
memotivasi pasien agar selalu bangunan didekat rumahnya.Seluruh
memeriksakan kesehatannya dan keputusan mengenai masalah keluarga
menjaga pola makannya masih kurang dimusyawarahkan bersama dan
dan kesadaran untuk memeriksakan diputuskan oleh pasien sebagai kepala
kesehatan terhadap diri sendiri masih keluarga.
kurang. Keluarga mendukung untuk segera
berobat jikaterdapat anggota keluarga
Data Klinis yang sakit. Perilakuberobat keluarga yaitu
Pemeriksaan Fisik : memeriksakan diri ke layanan kesehatan
Keadaaan umum: tampak sakit ringan; bila keluhan sudah terasa mengganggu
tekanan darah: 162/100 mmHg; frekuensi kegiatan sehari-hari. Keluarga pasien
nadi: 86x/menit; frekuensinapas: berobat ke puskesmas. Jarak rumah ke
20x/menit; suhu: 36,70C; berat badan: 50 puskesmas ± 7 kilometer.
kg; tinggi badan: 148 cm; IMT: 22,83
(normal). Genogram

Status generalis :
Kepala, mata, telinga, hidung, kesan
dalam batas normal.Paru, gerak dada dan
fremitus taktil simetris, tidak didapatkan
rhonki dan wheezing, kesan dalam batas
normal.Batas jantung tidak terdapat
pelebaran, kesan batas jantung
normal.Abdomen, datar dan supel, tidak
didapatkan organomegali ataupun ascites,
kesan dalam batas normal.

Status lokalis :
Regio ankle joint sinistra
L : Deformitas (-/-), tidak kemerahan
F :Warm (-/-), bony tenderness (-/-), nyeri
tekan (+/-), edema (+/-)
M :Krepitasi (-/-)

Pemeriksaan Penunjang :
Laboratorium (27 Mei 2017) Gambar1.Genogram Keluarga Tn.A
GDS: 127 mg/dl
Asam Urat: 11,2 mg/dl

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 191


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

Family Map Pasien tinggal di rumah dengan


jumlah orangyang tinggal 3 orang. Rumah
berukuran 6 x 9 meter berdinding batu
bata untuk rumah di bagian luar dan
dalam,lantairumah dari semen dengan
jumlah kamar 2, 1 WC, 1 dapur, 1 ruang
keluarga dan 1 ruang tamu. Kamar
pertama saat ditempati pasien dan istri
pasien, kamar kedua ditempati oleh anak
pasien. Sinar matahari dapat masuk ke
dalam rumah, penerangan dibantu
lampu,ventilasi cukup, rumah tidak
lembab, ventilasi dan jendela ada pada
setiap kamar, sehingga sinar matahari dan
udara dapat masuk dengan cukup.
Gambar 2. Hubungan antar anggota Selainitu, dilakukan juga penilaian
keluarga Tn.A terhadap kebersihan rumah pasien.
Pada kunjungan didapatkan
Family Apgar Score: kebersihan rumah baik dan lantai cukup
Adaptation :2 bersih. Di kamar terdapat tempat tidur
Partnership :2 dengan kasur yang dipasang sprei serta
Growth :1 kelambu dengan rapi dan bersih. Dua
Affection :2 kamar mandi dengan wc jongkok. Fasilitas
Resolve :1 dapur menggunakan kompor gas.Air
Total Family Apgar score 8 (nilai 8-10, minum, masak, cuci, didapatdari sumber
fungsi keluarga baik) air bor dengan pompa listrik di samping
rumah. Air untuk mandi dari sumber air
tersebut. Saluran air dialirkan ke
Data Lingkungan Rumah pembuangan di belakang rumah. Septic
tankada di belakang rumah sekitar 10m
dari wc. Tempat sampah berada di
belakang rumah, keadaan rumah cukup
bersih.
Selama ini, keluarga berobat ke
layanan kesehatan jika keluhan sudah
benar-benar mengganggu.Dalam
menetapkan masalah serta faktor yang
12 mempengaruhi, digunakan konsep
Mandala of Health.
m
Diagnostik Holistik
1. Aspek Personal
- Alasan kedatangan: tangan dan
kaki sering terasa pegal dan terasa
nyeri pada sendi-sendinya. Nyeri
9 disertai dengan bengkak pada
pergelangan kaki kiri
Gambar 3.Denah Rumah Tn.A - Kekhawatiran:nyeri makin
bertambah
Keterangan gambar :

II = pintu

= jendela JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 192


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

- Harapan: Penyakit bisa sembuh d. Edukasi pasien dankeluarga yang


dan tidak timbul keluhan lagi serta tinggal bersamanya tentang
tidak terjadi komplikasi pentingnya memberi dukungan pada
- Persepsi:nyeri sendi sulit untuk pasien, mengawasi pengobatan
hilang karena faktor usia yang seperti diet pasien dan kapan harus
sudah lanjut dan hanya perlu kontrol kembali
berobat saat keluhan muncul e. Edukasi pasien mengenai olahraga
2. Aspek Klinik yang minimal dilakukan 3x/minggu
1. Gout Arthritis (ICD10-M10.0) selama 30 menit dan makanan yang
2. Hipertensi grade II (ICD10-I10) rendah garam, rendah purin, rendah
3. Aspek Risiko Internal lemak dan rendah kolesterol
1. Usia 63 tahun, geriatri f. Edukasi kepada keluarga mengenai
2. Pengetahuan yang kurang tentang pentingnya prinsip preventif daripada
gout arthritisdan hipertensi kuratif
Terlihat dari wawancara yang g. Pemberian flip calendar mengenai
dilakukan dengan pasien. penjelasan penyakitgout arthritis
3. Pola berobat hanya sebatas serta hipertensi, menjelaskan pola
kuratif, perilaku untuk makan sesuai dengan gizi seimbang
memeriksakan kesehatan masih yang dianjurkan bagi pasien
kurang dankeluarga di rumah
4. Faktor stressor baik fisik maupun Medikamentosa :
mental yang didapat dari aktivitas 1. Amlodipine 1 x 5 mg + captopril
yang semakin berkurang dari 12,5 mg 2x1 (JNC VIII)
masa tua 2. Allopurinol 2 x 100 mg (Buku
4. Aspek Psikososial Keluarga Ajar IPD)
1. Kurangnya pengetahuan keluarga 3. Piroxicam 1x20 mg (Buku
untuk memotivasi pasien agar Ajar IPD)
selalu memeriksakan
kesehatannya dan menjaga pola Pembahasan
makannya. Masalah kesehatan pada pasien
Terlihat dari wawancara yang geriatri dengan hipertensi grade II dan
dilakukan dengan istri pasien. gout arthritis dapat dikaji menurut
2. Kecemasan dan kekhawatiran mandala of health.Masalah kesehatan
dalam menghadapi masa tua yang dibahas pada kasus ini adalah
5. Derajat Fungsional seorang laki-laki berusia 63 tahun yang
Derajat 2 (dua) yaitu mampu mengalami gejala gout arthritis sejak 2
melakukan pekerjaan ringan sehari- bulan yang lalu dan menderita hipertensi
hari di dalam dan luar rumah grade II tak terkontrol sejak 1 tahun yang
lalu.Kunjungan pertama kali yang
Penatalaksanaan dilakukan adalah pendekatan dan
Non-medikamentosa : perkenalan terhadap pasien serta
a. Edukasi pasien dan keluarga mengenai menerangkan maksud dan tujuan
penyakit gout artritis dan hipertensi kedatangan, diikuti dengan anamnesis
b. Edukasi pasien bahwa penyakit tentang keluarga dan perihal penyakit
hipertensi penatalaksanaan yang yang telah diderita. Bedasarkan hasil
dilakukan harus dilakukan seumur kunjungan tersebut, dari segi perilaku
hidup kesehatan pasien masih mengutamakan
c. Edukasipasien untuk selalu kontrol kuratif daripada preventif dan memiliki
memeriksakan tekanan darah dan pengetahuan yang kurang tentang
kadar asam urat penyakit-penyakit yang pasien
derita.Lingkungan psikososial, terkadang

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 193


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

pasien merasa stress akan penyakitnya terbagi dalam 4 kelompok yaitu


dan untuk lingkungan sosial pasien cukup pertengahan umur usia lanjut/virilitas
baik sering ikut kegiatan keagamaan dan (masa persiapan usia lanjut yang
kegiatan lain dilingkungannya. Life style, menampakkan keperkasaan fisik dan
pola makan belum sesuai dengan anjuran kematangan jiwa) antara usia 45-54
dokter. Pasien suka makan gorengan, tahun, usia lanjut dini/prasemu
jeroan seperti ati ayam, usus, ampela, (kelompok yang mulai memasuki usia
makanan bersantan dan makanan lanjut) antara 55-64 tahun, usia
berlemak. Perilaku olahraga jarang lanjut/semua usia 65 tahun ke atas, usia
dilakukan.Sistem pelayanan kesehatan lanjut dengan resiko tinggi yaitu kelompok
terjangkau baik dari segi biaya maupun yang berusia lebih dari 70 tahun. Pada
lokasi.Namun pasien dan keluarga hanya faktor usia, semakin tua usia seseorang
melakukan pengobatan bila ada keluhan semakin besar resiko terserang hipertensi
saja setelah itu pasien tidak rutin kontrol karena arteri semakin kehilangan
penyakitnya. elastisitasnya.11
Untuk penegakan diagnosis gout Empat hari setelah kunjungan
arthritis akut, dapat digunakan kriteria pertama, maka dilanjutkan dengan
dari ACR (American College of kunjungan ke dua untuk melakukan
Rheumatology) tahun 1977 yaitu intervensi terhadap pasien dengan
ditemukannya kristal urat di cairan sendi, menggunakan media flip calendartentang
atauadanya tofus yang berisi kristal urat, penyakit gout arthtritis dan hipertensi.
atau terdapat 6 dari 12 kriteria klinis, Intervensi ini dilakukan dengan tujuan
laboratoris dan radiologis, yang terdiri untuk merubah pola makan pasien yang
dari adanya lebih dari satu kali serangan tidak sesuai meskipun untuk merubah hal
arthritis akut, inflamasi maksimal terjadi tersebut bukanlah hal yang dapat dilihat
dalam waktu satu hari, arthritis hasilnya dalam kurun waktu yang
monoartikuler, kemerahan pada sendi, singkat.Ada beberapa langkah atau
bengkak dan nyeri pada MTP-1, artritis proses sebelum orang mengadopsi
unilateral yang melibatkan MTP-1, artritis perilaku baru menurut Rogers, 1974.
unilateral yang melibatkan sendi tarsal Pertama adalah kesadaran (awareness),
kecurigaan adanya tofus, terjadi dimana orang tersebut menyadari
peningkatan kadar asam urat dalam darah stimulus tersebut.Kemudian dia mulai
(lebih dari 7,5 mg/dl), pembengkakan tertarik (interest). Selanjutnya, orang
sendi yang asimetris, kista subkortikal tersebut akan menimbang-nimbang baik
tanpa erosi, kultur mikroorganisme atau tidaknya stimulus tersebut
negative pada cairan sendi.7,8,10Pada (evaluation). Setelah itu, dia akan
pasien ini terdapat 6 kriteria dari 12 mencoba melakukan apa yang
kriteria klinis yang telah disebutkan, yaitu dikehendaki oleh stimulus (trial). Pada
lebih dari satu kali serangan, inflamasi tahap akhir adalah adoption, berperilaku
maksimal dalam 1 hari, artritis baru sesuai dengan pengetahuan,
monoartikuler, kemerahan pada sendi, kesadaran dan sikapnya.12 Ketika
terjadi peningkatan kadar asam urat (8,3 intervensi dilakukan, keluarga juga turut
mg/dl), dan pembengkakan sendi yang serta mendampingi dan mendengarkan
asimetris.19 apa yang disampaikan pada pasien.
Hipertensi grade I berdasarkan Edukasi tentang penyakitarthtritis
JNC VIII, apabila tekanan sistolik ≥140 gout yang diberikan agar terhindar dari
mmHg dan tekanan darah diastolik ≥90 penyakit arthritis gout, salah satu caranya
mmHg. Pasien berusia 60 tahun, yang adalah menjaga kadar asam urat dalam
termasuk ke dalam fase usia lanjut dini darah di posisi normal, yaitu 5-7 mg/dl.
dan memiliki tekanan darah 160/100 Dan faktor yang dapat diubah dalam hal
mmHg. Menurut Depkes RI batasan lansia peningkatan kadar asam urat adalah diet

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 194


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

purin. Dibutuhkan perhatian lebih pada gajih), makanan yang diolah dengan
edukasi pasien mengenai diet rendah menggunakan garam natrium (biskuit,
purin karena pengetahuan yang kurang craker, keripik dan makanan kering yang
akan memperburuk penyakit arthritis asin), makanan dan minuman dalam
gout. Diet normal biasanya mengandung kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran
600-1000 mg purin per hari.Namun bagi serta buah-buahan dalam kaleng, soft
penderita arthritis gout, asupan purin drink), makanan yang diawetkan
harus dibatasi sekitar 100-150 mg purin (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan
per hari. Kita sulit menghilangkan sama asin, pindang, udang kering, telur asin,
sekali asupan purin ke dalam tubuh selai kacang), sumber protein hewani
karena hampir semua bahan pangan yang tinggi kolesterol seperti daging
terutama sumber protein mengandung merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit
purin. Namun kita bisa mengontrol ayam), bumbu-bumbu seperti kecap,
asupan purin dengan cara memilih bahan terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
pangan yang rendah kandungan serta bumbu penyedap lain yang pada
purinnya.Untuk karbohidrat sebaiknya umumnya mengandung garam natrium,
dari kabohidrat komplek seperti nasi, alkohol dan makanan yang mengandung
singkong, ubi dan roti.Hindari karbohidrat alkohol seperti durian dan tape.15
sederhana seperti gula, sirup atau Pasien di edukasi dan dianjurkan
permen.Penderita asam urat harus melakukan latihan fisik berupa latihan
menjalani diet rendah protein karena fisik aerobik dan latihan fisik ringan secara
protein dapat meningkatkan asam urat, teratur.Risiko terjadinya gout lebih besar
terutama protein hewani. Sedangkan terjadi pada orang yang tidak memiliki
sumber protein yang dianjurkan adalah aktifitas fisik dan kardiorespiratori fitnes
sumber protein nabati dan protein yang dibandingkan dengan orang yang aktif
berasal dari susu, keju dan telur. Sangat secara fisik dan kardiorespiratori. Untuk
disarankan untuk membatasi konsumsi mencegah kekakuan dan nyeri sendi,
lemak.Lemak dapat menghambat ekskresi dapat dilakukan latihan fisik ringan
asam urat melalui urin.Ambang batas berupa latihan gerak sendi seperti senam,
lemak yang boleh dikonsumsi adalah 15 % bersepeda atau berenang.16
dari total kalori/hari.Dan juga disarankan Menurut American College
untuk banyak minum air putih, minimal Rheumatology (2012) serangan akut
2.5 liter/hari.Konsumsi cairan yang tinggi dapat diterapi secara farmakologi. Untuk
dapat membantu mengeluarkan asam kasus ringan hingga menengah (dengan
urat melalui urin.Sedangkan alkohol, tape nilai visual analogue scale < = 6 dari skala
dan brem harus dijauhi. Bahan pangan 0-10) direkomendasikan terapi tunggal
mengandung alkohol ini dapat dengan menggunakan antiinflamasi
meningkatkan asam laktat plasma, asam nonsteroid (OAINS), kortikosteroid
yang dapat menghambat pengeluaran sistemik atau colchine oral. Bila nyeri
asam urat dari dalam tubuh melalui dirasakan sangat berat (skor 7-10), dapat
urin.13,14,15 digunakan terapi kombinasi dari obat
Edukasi cara mengontrol tekanan diatas.Obat penurun asam urat tetap
darah, makanan yang perlu dihindari diberikan dalam keadaan akut.Penurun
untuk mengontrol hipertensi, dan asam urat yang dapat diberikan adalah
pentingnya pemeriksaan tekanan darah allopurinol dengan dosis awal tidak
dan mengendalikannya dengan melebihi 100 mg/hari. Dosis selanjutnya
obat.Adapun makanan yang harus dititrasi atau disesuaikan setiap 2-5
dihindari atau dibatasi oleh pasien yang minggu untuk mencapai target yang
disampaikan saat edukasi adalah diinginkan.15Selain dengan pengobatan
makanan yang berkadar lemak jenuh farmakologi, pengobatan pada gout akut
tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, juga dapat dilakukan secara

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 195


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

nonfarmakologi. Kompres dengan fungsi sendi yang terserang dan


menggunakan es dapat dilakukan untuk menghambat penyakit supaya tidak
menenangkan persendian yang sedang menjadi lebih parah.Saat ini nyeri dan
meradang. Pada beberapa kasus gout bengkak pada pasien dirasakan sudah
akut yang terasa sangat nyeri, berkurang.Setelah dilakukan intervensi
mengistirahatkan persendian sangat didapatkan kadar asam urat yaitu 6,7
dianjurkan.13,15 mg/dl. Kadar asam urat ini menurun
Untuk penatalaksanaan penyakit dibandingkan dengan awal pasien datang
hipertensi pada pasien diberikan golongan ke puskesmas yaitu 11,2 mg/dl walaupun
obat Calsium Channel Blocker (CCB) dan belum mencapai target yaitu< 6 mg/dl.
Angiotensin Converting Enzyme Ihibitor Pada pasien telah dilakukan
(ACEI) yaitu amlodipine 5 mg dan intervensi dan didapatkan tekanan darah
captopril 12,5 mg. Penatalaksanaan 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut
hipertensi terdiri dari terapi non sudah turun apabila dibandingkan dengan
medikamentosa (edukasi, menurunkan awal pasien pasien datang ke puskesmas,
asupan garam, menurunkan asupan yaitu 160/100 mmHhg, walaupun belum
lemak,terapi fisik dan lain-lain), dan terapi mencapai target yang sesuai dengan JNC
obat. Obat antihipertensi untuk terapi VIII yaitu dengan tekanan diastolik <90
farmakologis hipertensi yang dianjurkan mmHg. Pasien dianjurkan untuk tetap
oleh JNC-8 antara lainDiuretika,Beta memeriksakan diri dan kontrol kadar
Bloker (BB), Calsium Channel Blocker asam urat dan tekanan darah.
(CCB), Angiotensin Converting Enzyme Faktor pendukung dalam
Ihibitor (ACEI), dan Angiotensin II Reseptor penyelesaian masalah pasien dan
Blocker (ARB).17 keluarga adalah pelaku rawat yang
Kunjungan ke empat dilakukan serumah dengan pasien sehingga pasien
satu minggu setelah kunjungan kedua, mendapatkan dukungan dan bantuan
dari hasil anamnesis lanjut didapatkan yang cukup baik dalam melakukan pola
bahwa nyeri yang dirasakan pasien sudah hidup sehat. Sedangkan faktor
berkurang.Bengkak yang dialami pasien penghambatnya adalah belum
juga dirasakan berkurang.Pasien sudah terbiasanya pasien dalam menerapkan
bisa berjalan dengan baik dan melakukan pola hidup yang sehat seperti masih malas
aktivitasnya seperti biasa. Keluarga pasien berolahraga.Melihat tingkat kepatuhan
lebih memperhatikan pola makan dan pasien cukup baik dan hasil pemeriksaan
makanan yang dikonsumsi oleh pasien. tekanan darah yang mendekati stabil
Pasien juga sudah mulai mengurangi maka prognosis pada pasien ini dalam hal
makanan dengan kandungan purin yang quo ad vitam: dubia ad bonam dilihat dari
tinggi.Keluarga dan pasien mengatakan kesehatan dan tanda-tanda vitalnya yang
bahwa mereka sudah mulai mengurangi sudah mulai baik; quo ad functionam:
makanan seperti sayur kacang-kacangan dubia ad bonam karena pasien masih bisa
dan jeroan. Pasien juga sudah mencoba beraktivitas sehari-hari secara mandiri;
mengurangi konsumsi makanan dengan dan quo ad sanationam: dubia ad bonam
kadar garam tinggi seperti misalnya kecap karena pasien masih bisa melakukan
asin dan ikan asin. Olahraga rutin setiap fungsi sosial dan dihargai oleh
pagi masih sulit dilakukan oleh pasien, lingkungannya.
tetapi pasien mengatakan bahwa ia
terkadang masih suka melakukan jalan Simpulan
pagi di lingkungan rumahnya walaupun Didapatkan seorang laki- laki,usia 63
tidak secara rutin. Pada umumnya tujuan tahun, geriatri, dengan diagnosis klinis
dari penatalaksanaan pasien yang gout arthritis dan hipertensi grade II tak
mengalami gout arthritis adalah terkontrol.
pengendalian rasa sakit, memperbaiki

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 196


Fitria S, Sarah W l Diagnostik Holistik dan Penatalaksanaan Berbasis Layanan Kedokteran Keluarga pada Lansia
Hipertensi Grade II dan Gout Arthritis

Telah dilakukan penatalaksanaan Lanjut). Ed.4 . Hal. 82-106 Jakarta:


pada pasien secara holistik, pasien center, Balai Penerbit FK UI; 2011.
family appropried dengan sebagian 8. Price S,Wilson L. Patofisiologi :konsep
pengobatan hipertensi dan artritis gout klinis proses-proses penyakit edisi ke
akut sudah sesuai secara literatur 6. Vol 2. Jakarta: EGC; 2006
berdasarkan EBM. 9. Hidayat, R. Radang sendi. Scientific
Proses perubahan perilaku pada Tn. journal of pharmaceutical
A untuk mengontrol tekanan darah dan development and medical application.
kadar asam uratnya terlihat setelah 2009; Vol. 22, No.1
pasien diberikan intervensi dan mencoba 10. Setiabudhi dan Hardywinoto.
mengubah gaya hidupnya dengan Panduan Gerontologi Tinjauan dari
mengurangi makanan mengandung tinggi Berbagai Aspek: Menjaga
purin, garam dan makanan berlemak. Keseimbangan Kualitas Hidup Para
Dukungan keluarga diperlukan Lanjut Usia. Jakarta: Gramedia
untuk membantu pasien dalam Pustaka Utama; 2005
mengendalikan penyakitnya. 11. A. Tjokronegoro dan H. Utama. Buku
Ajar Ilmu Penyakit Dalam II. In : E.
Susalit, E.J.Kapojos, dan H.R Lubis ed.
Daftar Pustaka Hipertensi. Jakarta, Gaya Baru; 2001
1. Liu B, Wang T, Zhao HN, Yue WW, Yu 12. Notoatmodjo, S. Promosi Kesehatan
HP, Liu CX, et al. The Prevalence of dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka
hyperuricemia in China: a Meta- Cipta; 2007.
Analysis. BMC Public Health. 2011; 13. Sudarsono. Diagnosis dan
11:832 Penatalaksanaan artritis gout dalam
2. AHA, Heart International perkembangan mutakhir . Dalam;
Cardiovascular Disease Statistic Temu Ilmiah Reumatologi, Semarang
[internet].2014 [diakses tanggal 9 2007.
Agustus 2017]. Tersedia dari : 14. Li-Yu J, Salido EO, et al. Philippine
http://www.americanheart.org Clinical Practice Guidelines for the
3. Departemen Kesehatan Republik Management of GoutTechnical
Indonesia. Laporan hasil riset Review Committee Members; 2012
kesehatan dasar (Riskesdas) 15. Khanna D, Neogi T, et al. American
Indonesia. Jakarta : Departemen College of Rheumatology Guidelines
kesehatan republik Indonesia; 2013 for Management of Gout. Part 2:
4. American College Of Rheumatology. Therapy and Antiinflammatory
Arthritis & Rheumatism. Willey- Prophylaxis of Acute Gouty Arthritis.
Blackwell; 2012 2012; 64(10):1447-61.
5. Nainggolan O. Prevalensi dan 16. Goodman CC, Fuller KS. Pathology:
Determinan penyakit rematik di Implications for the Physical
Indonesia. Majalah Therapist. 3rd ed. Saint Louis, MO:
KedokteranIndonesia. 2009 ; Saunders; 2009
59(12):588 ‐ 94. 17. Paul A, James. Evidence-Based
6. Departemen kesehatan republik Guidline for the Management of High
Indonesia.Laporan hasil riset Pressure In Adults Report from the
kesehatan dasar (Riskesdas) Panel Members Appointed to the
Indonesia. Jakarta : Departemen Eight Joint National Committee (JNE
kesehatan republik Indonesia; 2007 8); 2013.
7. Martono, H. Proses Penuaan pada
Lanjut Usia. Dalam: Martono, H,
Pranarka, K(Ed.) Buku Ajar Boedhi
Darmaja Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia

JK Unila | Volume 2| Nomor 2 | Juli 2018 | 197

Anda mungkin juga menyukai