Anda di halaman 1dari 15

Journal Reading

Pharmacological Chronic Heart Failure Therapy in


Children. Focus on Differentiated Medical Drug Support

Oleh :

Shania Indah Chineko, S. Ked


1930912320142

Pembimbing :

dr. Meriah Sembiring, Sp.A

BAGIAN/SMF ILMU KESEHATAN ANAK

FAKULTAS KEDOKTERAN ULM/RSUD ULIN

BANJARMASIN

September, 2020
Abstrak : Etiologi gagal jantung pediatrik sangat beragam. Hilangnya studi

berbasis bukti akan mengarah pada terapi yang berbasis gejala. Berdasarkan angka

harapan hidup anak, strategi regenerasi jantung sangat diperlukan. Perbedaan

patofisiologi seperti ketergantungan ventrikel pada preload, kecenderungan

sentralisasi perifer dengan regulasi sirkulasi yang dikendalikan oleh katekolamin,

serta perbedaan usia dan penyakit terkait dalam fisiologi reseptor ß miokard,

membutuhkan ketelitian pengobatan berdasarkan individual dengan konsep

"Fenotipe responden". Terapi lini pertama dengan diuretik untuk gagal jantung

kronis tidak diindikasikan. Terapi diuretik yang tidak adekuat adalah alasan umum

mengapa antagonis anti-adrenergik dan antagonis renin-angiotensin-aldosteron

tidak atau hanya tidak cukup diberikan. Berdasarkan kardiomiopati dilatasi

pediatrik, ß1 bloker selektif dan ACE Inhibitor jaringan diindikasikan terutama

karena aktivitas dan profil efek sampingnya, serta karena alasan regenerasi

jantung. ß1 bloker selektif tingkat tinggi (bisoprolol), melindungi dari apoptosis

dan nekrosis miositik terkait noradrenalin, namun tetap memungkinkan reseptor

β2 memediasi regenerasi miokard. Penurunan denyut jantung dapat menurunkan

konsumsi oksigen miokard dan memperpanjang waktu pengisian diastolik dan

perfusi koroner. Terlepas dari kenyataan bahwa risiko fibrosis jantung pada bayi

lebih rendah, kombinasi bisoprolol-lisinopril-spironolakton (B-L-S) tetap

bermanfaat. Dosis B-L-S yang efektif dapat mengurangi resistensi vaskular

sistemik dengan memastikan tekanan perfusi miokard karena volume

intravaskular yang memadai (preload). Dosis harian bisoprolol dan lisinopril yang

hampir identik (0,1-0,2 (0,4) mg/kg/hari) dan spironolakton 0,5-1 (2) mg/kg

memungkinkan adanya tingkat kepatuhan yang tinggi dalam pengobatan oleh

1
orang tua atau oleh pasien muda. Singkatnya, terapi gagal jantung secara

individual merupakan prasyarat untuk strategi regeneratif lebih lanjut.

Kata Kunci : Gagal jantung; Anak; Patofisiologi; Terapi; Regenerasi

1. Pendahuluan

Gagal jantung anak atau pediatric heart failure (pHF) adalah masalah

kesehatan yang umum. Ketika membandingkan gagal jantung pada orang dewasa,

epidemiologi pHF diperiksa secara kurang sistematis. Insiden dan prevalensi pHF

berbeda dari perspektif global. Menurut WHO, kelainan jantung bawaan,

gangguan irama jantung, kardiomiopati, radang miokard (miokarditis), dan radang

koroner (Kawasaki), serta perubahan toksik miokardium (antrasiklin) adalah

penyebab utama pHF di negara industri. Etiologi pHF bervariasi tergantung usia,

disposisi genetik, dan kondisi lingkungan (faktor epigenetik). Insiden pHF

mencapai 7,4/100.000, dengan prevalensinya mencapai 83/100.000. Menurut

kriteria patofisiologi, gagal jantung didefinisikan oleh tidak cukupnya aliran darah

sistemik saat istirahat atau selama aktivitas fisik, sehingga curah jantung tidak lagi

menjamin kebutuhan metabolisme tubuh. Faktor-faktor yang menghasilkan curah

jantung sebanyak 3-4 l/menit/m2 saat istirahat tidak hanya didasarkan pada empat

komponen; kontraksi miokard, preload, afterload dan detak/irama jantung, tetapi

juga pada sinkronisasi jantung dan interaksi antara ventrikulo-ventrikel, atrio-

ventrikel dan ventrikel-arteri. Kardiomiopati dilatasi atau dilated cardiomyopathy

(DCM) secara patofisiologis paling baik dibandingkan dengan gagal jantung pada

orang dewasa dengan pengurangan fraksi ejeksi atau heart failure with reduced

ejection fraction (HFrEF). Insiden tahunan adalah 1,1/100.000 kira-kira sama

dengan kejadian limfoma non-Hodgkin pada anak-anak dan remaja, tetapi dengan

2
waktu kelangsungan hidup 5 tahun lebih pendek.

Berdasarkan artikel kami yang baru-baru ini diterbitkan tentang pHF dengan

fokus pada dukungan inotropik, artikel ulasan singkat ini dimaksudkan untuk

menggambarkan aspek pediatrik dari terapi pHF kronis terutama dengan fraksi

ejeksi yang berkurang.

2. Metode

Artikel ulasan ini didasarkan pada pencarian literatur selektif di PubMed,

dengan mempertimbangkan usia dan penyakit spesifik juga fisiologi reseptor,

serta profil farmakologis terapi obat kardiovaskular.

2.1. Terapi gagal jantung pediatrik dengan pengurangan fraksi ejeksi

Pengurangan fraksi ejeksi (HFrEF) sering dirangkum sebagai suatu sindrom.

Namun, apakah HFrEF adalah penyakit dalam arti kesatuan etiologis dan

patogenetik atau sindrom sebagai unit yang ditentukan secara etiologis dengan

patogenesis yang tidak diketahui. HFrEF adalah rangkaian penyakit dengan

etiologi heterogen dan patogenesis yang telah ditetapkan. Pengobatan HFrEF pada

orang dewasa didasarkan pada studi kohort yang besar. Pengobatan untuk pasien

dewasa dengan HFrEF bertujuan untuk mengurangi respon neurohumoral dengan

menggunakan zat dari golongan ACE inhibitors, angiotensin receptor blocker,

beta blocker, MRA (mineral corticoid receptor antagonist), If-channel blocker,

ARNI (angiotensin receptor neprilysin inhibitors, sacubitril/valsartan) dan

SGLT2 (sodium-glucose linked transporter atau transporter terkait natrium-

glukosa) inhibitors. Penelitian kohort yang besar selalu diperlukan untuk

mempengaruhi mortalitas. Kemajuan dalam pengobatan gagal jantung pada anak-

3
anak dengan keragaman etiologis dan patogenesis yang sangat berbeda hampir

tidak dapat dicapai melalui penelitian kohort yang besar. Karena itu, tiga studi HF

mayor menunjukkan tidak ada manfaat terapeutik dari; a) carvedilol pada

disfungsi ventrikel kiri pediatrik, b) enalapril pada pasien muda dengan ventrikel

"singular" atau c) valsartan dengan adanya insufisiensi ventrikel kanan pada posisi

subaorta. Hasil dari tiga penelitian ini telah digunakan untuk membenarkan fakta

bahwa obat yang berhasil digunakan pada orang dewasa dengan HFrEF ventrikel

kiri tidak efektif atau dipertanyakan keefektifannya pada anak-anak atau pada

pasien dengan ventrikel kanan sistemik. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa

desain penelitian randomized dan placebo-terkontrol belum memungkinkan untuk

menghasilkan adanya bukti. Tidak ada dari jumlah pasien yang diacak,

ketidakhomogenan penyakit yang tinggi, kelas fungsional klinis, penggunaan obat

pasien yang tidak dibedakan, yang termasuk di dalam tiga penelitian yang

dilakukan dalam jangka waktu lama yang memberikan bukti. Studi mengenai

valsartan pada pasien dewasa dengan ventrikel kanan sistemik dapat diartikan

bahwa obat kardiovaskular tidak efektif karena morfologi jantung dan profil

genetik. Penilaian ini mengabaikan, bahwa respon neurohumoral terhadap gagal

jantung kurang bergantung pada morfologi ventrikel melainkan pada derajat

disfungsinya. Selain itu, posisi ruang subpulmonal atau subaorta lebih penting

untuk efektivitas obat. Perbedaan tersebut disebabkan oleh status enzim metabolis

terkait dengan posisi ventrikel dan fungsi pengambilan dari paru-paru. Dalam

konteks ini, perlu dicatat bahwa pendekatan terapeutik orang dewasa dan anak-

anak saat ini didasarkan terutama pada inhibisi respons neurohumoral.

4
2.2. Konsekuensi terapeutik

Keberhasilan pengobatan gagal jantung anak, jika tercapai, adalah

berdasarkan pada efek hemodinamik dan "remodeling" jantung. Perubahan dari

pengobatan berbasis tekanan ke pengobatan berbasis aliran, menghindari stimulasi

jantung, tetapi malah membantu jantung, mengarah pada salah satu kisah sukses

terbesar dalam pengobatan defek jantung bawaan yang kompleks. Tingkat

kematian operasi Norwood pada bayi baru lahir dengan sindrom jantung kiri

hipoplastik atau hypoplastic left heart syndrome (HLHS) yang hampir mencapai

90% pada awal 1990-an, dapat diubah menjadi tingkat kelangsungan hidup 90%

dengan menggunakan teknik bedah yang hampir sama dengan saat ini.

Menghindari katekolamin dan lebih menggunakan inodilator (penghambat PDE-3,

milrinon) merupakan faktor penting keberhasilan. Studi berbasis bukti belum

dilakukan, juga belum diperlukan. Keputusan untuk pertimbangan lain dibuat

berdasarkan patofisiologis. Kelanjutan pengobatan kronis dan pemulihan

kerusakan akibat dari terancamnya singular ventrikel kanan sejauh ini hanya

dilakukan di beberapa pusat. Dibandingkan dengan terapi HF untuk kelainan

jantung bawaan, 70% pasien dengan DCM pediatrik diobati dengan ACE

inhibitors, tetapi hanya sekitar 30% dengan β-blockers. Selain itu, diferensiasi

terkait penyakit atau usia tertentu dalam terapi dengan β-blockers atau RAAS

inhibitors hampir tidak ada sama sekali berdasarkan profil farmakologisnya.

Pedoman Angelo-American merekomendasikan ACE inhibitors, diikuti oleh ß-

blockers, hanya pada anak-anak dengan restriksi (kelas fungsional I, II); di sisi

lain, terapi diuretik kronis direkomendasikan sebagai pengobatan "lini pertama",

meskipun hal ini tidak disarankan baik secara patofisiologi atau dengan bukti

5
penurunan mortalitas.

2.3. Konsep terapeutik fenotipe "responder"

Terapi fenotipe "responder" pada balita dan bayi dapat diidentifikasi secara

akut dengan efisiensi penghambatan neurohumoral, yang dapat diukur dengan

parameter pengganti seperti penurunan detak jantung dan pernapasan juga

peningkatan kebiasaan makan yang lebih baik dengan penambahan berat badan.

Pada kelompok usia ini, regenerasi jantung fungsional berlangsung dalam selang

waktu 3-12 bulan. Persyaratannya adalah bahwa β-blocker dan RAAS inhibitors

ditetapkan sesuai dengan profil farmakologis mereka dan reseptor molekuler

spesifik berdasarkan usia dan penyakit serta jalur pensinyalan. Reduksi reseptor ß-

adrenergik jantung atau ß-adrenergic receptors (AR) merupakan fenomena umum

dalam semua bentuk gagal jantung. ß1- dan ß2-AR dengan jalur pensinyalan

intraseluler mereka yang berbeda memberikan pengaruh berbeda. DCM stadium

akhir pada orang dewasa ditandai dengan regulasi turun yang terisolasi dari ß1-

AR, sedangkan DCM pediatrik dikaitkan dengan hilangnya kedua reseptor ß1 dan

ß2. Bentuk iskemik atau ischemic cardiomyopathy (ICM) dan pasien dewasa

dengan penyakit katup mitral yang relevan secara klinis atau yang berhubungan

dengan tetralogi Fallot, juga menunjukkan penurunan sendi pada ß1- dan ß2-AR.

Perbedaan terkait usia terhadap aktivitas reseptor beta-adrenergik pada DCM

dipimpin Miyamoto et al. dengan asumsi bahwa kurangnya efisiensi penelitian

cardivol pada anak-anak mungkin disebabkan oleh blokade ganda reseptor ß1-AR.

Secara keseluruhan, bagaimanapun, tersirat pentingnya usia dan penyakit

spesifik serta perbedaan terapi β. Data molekuler juga konsisten dengan

pengalaman klinis. Bisoprolol penghambat reseptor-ß1 yang sangat selektif

6
memiliki efek antagonis ß1 hingga ß2-AR dalam rasio 115, carvedilol 5 banding

1. Hal ini sangat penting untuk alasan perlindungan jantung dan regeneratif, tetapi

juga dalam kaitannya dengan profil efek samping (gejala asma, bronkiolitis),

terutama pada bayi dengan DCM. Pencegahan nekrosis kardiomiositik dengan

blokade ß1-AR yang efisien bahkan dapat dikombinasikan dengan agonisme ß2-

AR, jika perlu, untuk meningkatkan mekanisme perbaikan.

Di masa depan, ß-blockers tidak boleh digunakan sesuai dengan generasi di

mana mereka dikembangkan, tetapi sesuai dengan efektivitas yang diinginkan. ß

bloker non-spesifik seperti propanolol atau carvedilol tidak hanya memiliki

potensi anti-aritmia yang lebih luas daripada bloker ß1-AR yang sangat selektif,

tetapi karena prinsip tindakan yang tidak spesifik, mereka dapat memiliki

regenerasi yang lebih tinggi untuk gagal jantung kanan seperti tetralogi Fallot dan

mungkin carvedilol pada disfungsi ventrikel kanan terkait PAH (pulmonary

arterial hypertension). Selain usia dan penyakit spesifik perlindungan miokard

dan interaksi neurohumoral, semua ß-blockers berbagi efek penurunan detak

jantung. Keuntungannya terletak pada pengurangan konsumsi oksigen, terutama

pada miokardium, dan secara hemodinamik, dalam perpanjangan waktu pengisian

diastolik ventrikel sistemik dan perfusi koroner. Pentingnya penurunan detak

jantung terisolasi juga dapat ditunjukkan pada anak-anak dan remaja dengan

ivabradine (if-channel blocker). Namun, seperti penurun detak jantung oleh

digoksin, ivabradine tidak memiliki efek pelindung dari ß1-AR bloker. Perbedaan

berdasarkan usia dalam transmisi sinyal yang bergantung pada kalsium juga

mendukung penggunaan inotropik dari digoksin dan sensitizer kalsium

(levosimendan). Inhibisi Na+ / K-ATPase yang terikat membran bertanggung

7
jawab atas efek inotropik positif dari digoksin pada bayi. Rekomendasi

penggunaan digoksin atau digitoksin sebagai obat "lini keempat" didasarkan pada

kisaran terapeutik yang sempit dengan potensi intoksikasi (gagal ginjal) atau

interaksi obat negatif (amiodarone). Levosimendan juga lebih efektif pada anak-

anak dengan efek samping yang jauh lebih sedikit (aritmia) dibandingkan pada

orang dewasa.

Perbedaan terkait usia juga dapat ditemukan saat menggunakan PDE-3

(phosphodiesterase-3) inhibitor. Berbeda dengan orang dewasa, milrinone

menyebabkan peningkatan AMP (adenosine monophosphate) dan fosforilasi

fosfolamban dalam miokardium pasien DCM pediatrik. Pola ekspresi gen dari

isoform adenylate cyclase dan famili fosfodiesterase juga menunjukkan

kemampuan adaptasi yang berbeda dalam pHF. Oleh karena itu, PDE-3 inhibitor

dapat digunakan pada anak-anak dengan tingkat keberhasilan tinggi bahkan dalam

penggunaan jangka panjang (sebelum transplantasi) dengan hampir tanpa efek

samping. Perbedaan lain antara jantung pediatrik dengan dewasa adalah fibrosis

jantung terkait gagal jantung. Dibandingkan dengan orang dewasa, fibrosis

jantung memainkan peran yang kurang penting pada anak-anak. Situasinya serupa

pada pasien dengan gagal jantung univentrikular sehubungan dengan adaptasi ß-

adrenergik, ekspresi dan aktivitas fosfodiesterase serta profil gen mereka, juga

memiliki kecenderungan yang lebih rendah untuk fibrosis. Mengenai potensi

regenerasi jantung, tidak hanya usia, penyakit juga memegang peranan penting.

Bayi dengan HLHS dan DCM berbeda hampir secara fundamental dalam hal

populasi stem-sel lokal jantung dan potensi regenerasi endogen. Telah terbukti

bahwa bayi dengan HLHS mendapat manfaat dari terapi sel induk eksogen,

8
sedangkan pada pasien DCM muda kapasitas regeneratif endogen yang tinggi

dapat digunakan, melalui induksi stres dan pengobatan protektif.

2.4. Signifikansi penghambat RAAS dan penghambatan Neprilysin

Inhibisi aksis neurohumoral, terutama sistem adrenergik dan renin-

angiotensin-aldrosterone merupakan dasar yang diakui dalam terapi gagal jantung.

Dari sudut pandang kardiologis pediatrik, aspek tambahan menjadi penting, tidak

hanya berkenaan dengan efisiensi dan efek samping, tapi juga berkenaan dengan

kepatuhan orang tua, hal yang penting terutama untuk keberhasilan terapi gagal

jantung kronis. Oleh karena itu, inhibitor ACE jaringan seperti lisinopril atau

ramipril lebih unggul daripada inhibitor ACE serum (kaptopril). Aktivitas dan

profil efek sampingnya, waktu paruhnya yang panjang dan kaitannya dengan dosis

tunggal harian, membuat obat tersebut menarik untuk terapi pHF.

Asalkan tidak hanya pembentukan ACE vaskular, tetapi juga pembentukan

angiotensin II miokard harus dihambat, ACE-I serum membutuhkan dosis yang

secara signifikan lebih tinggi untuk mencegah pembentukan angiotensin II

intramyocardial dengan efisiensi yang sama. Hal tersebut menghasilkan kadar

bradikinin yang lebih tinggi sehingga menjadi predisposisi efek samping

bronkopulmonar, terutama pada bayi, seperti blokade ß2-AR dengan ß-blockers

yang tidak spesifik. Karena patofisiologi anak-anak dengan HFrEF, kurang masuk

akal untuk menerapkan ACE-I sebagai obat tunggal, berbeda dengan blokade β1-

AR saja. Lepasnya katekolamin endogen pada setiap gejala gagal jantung anak

dengan peningkatan denyut jantung berturut-turut dan vasokonstriksi perifer,

mendukung pengobatan kombinasi. β1 bloker kerja panjang dan ACE-I "jaringan"

dalam dosis yang sama dikombinasikan dengan antagonis reseptor

9
mineralokortikoid (MRA) dalam dosis rendah, yang juga dapat diberikan sekali

sehari, merupakan terapi yang efektif dengan hampir tanpa efek samping, dengan

penerimaan orang tua yang tinggi. Selain itu, ß1-bloker mencegah fenomena

rebound renin dari pemberian ACE-I. Persyaratan dasar untuk terapi yang efektif

dengan hampir tanpa efek samping dari antagonis AR dan RAAS, bagaimanapun,

adalah eksklusi defisiensi volume intravaskuler. Berbeda dengan pertanyaan

umum tentang efektivitas beta-blockers dan RAAS inhibitor dalam pengobatan

pHF, penelitian pada anak-anak dengan neprilysin inhibitor (sacubitril) yang

dikombinasikan dengan inhibisi reseptor angiotensin (valsartan) yang saat ini

berjalan, meskipun hal ini saat ini tidak diperlukan atau risiko teoritis penyakit

Alzheimer dikecualikan, jika terdapat kecenderungan secara genetik. Neprilysin

adalah transmitter otak yang penting untuk mencegah pembentukan plak.

2.5. Terapi diuretik yang dibedakan

Selama beberapa dekade, pengobatan gagal jantung pediatrik di seluruh

dunia didasarkan pada skema "tripple D" (diuretik, diet = pengurangan cairan,

digitalis,). Pedoman pediatrik cenderung merekomendasikan diuretik berdasarkan

rekomendasi lini pertama pada pasien dewasa. Tepat pada titik inilah patofisiologi

HFrEF pada orang dewasa berbeda dengan anak. Kebanyakan pasien (bayi)

dengan DCM tidak memerlukan diuretik selama hanya ventrikel kiri atau sub-

aorta ventrikel kanan yang terkena hanya sistolik. Anak-anak memerlukan

diuretik (gejala, takipnea), jika, selain sistolik, terdapat gangguan disfungsional

diastolik / terisolasi atau isolated post capillary pulmonary hypertension (IpcPH)

atau kombinasi hipertensi paru postkapiler atau combined post capillary

pulmonary hypertension (CpcPH) dengan gangguan ventrikel subpulmoner. Oleh

10
karena itu, pengobatan diuretik yang berlebih dengan defisiensi volume

intravaskular sering terjadi. Loop diuretik juga mempercepat gejala gagal jantung

yang diinduksi sekresi ADH yang tidak adekuat atau syndrome of inappropriate

antidiuretic hormone secretion (SIADH) dengan retensi air bebas dan

hiponatremia. Berdasarkan pengalaman Jepang yang luas, inhibitor reseptor V2

(vasopresin) spesifik, tolvaptan, adalah bentuk terapi untuk SIADH (kondisi

hiponatremia) yang juga efisien pada anak-anak. Dalam kasus gagal jantung

sistolik-diastolik yang berakibat kongesti atrium kiri dan kongesti paru,

pembentukan sambungan restriksi atrium harus dipertimbangkan kembali.

Diuretik dapat dihindari atau dosis tinggi dikurangi. Pembentukan restriksi defek

septum atrium sangat diperlukan untuk evaluasi hemodinamik dari gagal jantung

yang diinduksi hipertensi paru sebelum reaktivitas dari sistem vaskular paru,

diperiksa dan diagnosis banding dari transplantasi jantung ke transplantasi

jantung-paru ditunda. Konsep terapeutik terkini untuk gagal jantung anak dengan

HFrEF (DCM) dirangkum pada Gambar 1.

11
Alogaritma Terapi HFrEF Pediatrik (DCM, usia)

Gejala : Takipneu (saat istirahat)

Kelas Fungsional (FC-ROSS/NYHA) II-III

LV-EF < 40% : LVEDD > +4; RV-EF > 40%

Pasien masuk, mulai


dengan B-L-S (D, I) LV-EF <35% (dg Inodilator)
HFmrEF
FC III-IV
LVEDD (z-score> +2) Milrinon iv
Fungsi RV (RV-EF >45%) Perbaikan gejala (48-72 jam) Mulai tambahan B-L-S
HR < 110 HR < 110/min (bayi); SAP s/d normal jika, diuretik
pertimbangkan rASD
Yes No (IpcPH)
BNP, natrium normal

Usia < 5 th pertimbangkan


rPAB “Terapi SC” FC-IV
LVEF < 25%
Dipulangkan (Inodilator + Catechol)
Lakukan assesmen RV-EF < 35% CpcPH)
kembali No
Regenerasi fungsional B- Pertimbangkan
L-S +++ jangka panjang “Sirkulasi fetus”
HTx +/- L(B)VAD

Gambar 1: Anak-anak, khususnya bayi dengan HFrEF (gagal jantung dengan

fraksi ejeksi yang kurang) yang berhubungan dengan DCM (kardiomiopati

dilatasi), mendapat manfaat dari terapi khusus usia dan penyakit-spesifik dengan

dosis cukup, kombinasi ß1 bloker yang sangat selektif dengan ACE-I “jaringan”

dan MRA dosis rendah (antagonis reseptor mineralokortikoid), lebih disukai

spironolakton (dimodifikasi menurut Recla et al.). Algoritma terapi didasarkan

pada kelas fungsional klinis (FC); pada bayi dan balita dari klasifikasi Ross.

Pertimbangan untuk membuat sambungan atrium restriktif (rASD), penggunaan

terapi sel induk eksogen atau stem cell (SC) tergantung usia dan penggunaan pita

12
arteri pulmonalis dengan tujuan regenerasi ventrikel kiri atau sebagai alternatif

implantasi alat bantu (L (B) -VAD, alat bantu ventrikel kiri atau bi-ventrikel)

untuk "menjembatani" transplantasi (HTx). Akhirnya, pertimbangan dari rASD

dengan pirau kiri-kanan atrium dan pirau kanan-kiri arteri dengan pembentukan

fisiologi pirau Potts reverse ("sirkulasi janin") dalam kasus kegagalan bi-ventrikel

dengan CpcPH (kombinasi hipertensi paru postkapiler). Singkatan lainnya; B,

bisoprolol; BNP, peptida natriuretik otak; Catechol, katekolamin; D, digoksin;

HFmrEF, "mid-range" EF = ejeksi fraksi; HR, detak jantung; I, ivabradine; IpcPH,

hipertensi paru postkapiler terisolasi; LV, ventrikel kiri; LVEDD, pengukuran

akhir diastolik ventrikel kiri; RV, ventrikel kanan.

3. Pesan Utama

 Penelitian kohort yang besar tidak realistis untuk menunjukkan

efektivitas obat gagal jantung pada anak-anak, karena heterogenitas

etiologis dari gagal jantung anak.

 Regenerasi jantung berbanding terbalik

 Berdasarkan usia pasien; pengobatan dengan obat juga harus

mempertimbangkan fakta ini.

 Hanya obat presisi yang dipersonalisasi sesuai dengan pengetahuan

molekuler dan profil farmakologis dari obat yang dimaksud menjanjikan.

13
DAFTAR PUSTAKA

1. Esmaeili A, Schranz D. Pharmacological Chronic Heart Failure Therapy in


Children. Focus on Differentiated Medical Drug Support. Cardiology and
Cardiovascular Medicine. 2020;4:432-42.

14

Anda mungkin juga menyukai