Anda di halaman 1dari 34

TUGAS BESAR

MENGGAMBAR BANGUNAN SIPIL DAN PROGRAM


AUTOCAD
Diajukan guna memenuhi tugas Mata Kuliah Menggambar Bangunan Sipil
dan Program Autocad

Disusun Oleh:
Aam Slamet Abdul Hamid 2112201092
Syefti Wahyudin 2112201084
Khalfaer Akbar 2112201119

Dosen Mata Kuliah :


Dody Kusmana, S.T., M.T.

Jurusan Teknik Sipil


Fakultas Teknik
UNIVERSITAS SANGGA BUANA (YPKP)
Jl. PHH Mustofa (Suci) No.68 - Bandung Jawa Barat 40124
Telepon : 022-7201751 . Fax : 022-7201756
2020/2021
PERSETUJUAN DAN PENGESAHAN
LAPORAN TUGAS BESAR

Judul Laporan : Menggambar Rekayasa dan Program Autocad

Disusun Oleh : Aam Slamet Abdul Hamid 2112181052


Syefti Wahyudin 2112181142
Khalfaer Akbar 2112201119

Program Studi : Teknik Sipil – B (S1)

Bandung , Februari 2021

Menyetujui :
Dosen

Dody Kusmana, S.T., M.T.

Mengetahui :
Ketua Program Studi Teknik Sipil

Chandra Afriade Siregar, ST., MT.


NIK : 432.200.167
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, karena atas ridho dan
hidayahNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Besar ini.

Maksud dan tujuan dari penulisan Tugas Besar ini adalah untuk memenuhi
persyaratan mata kuliah Menggambar Rekayasa dan Program Autocad. Selain itu penulis
juga dapat mencoba menerapkan dan membandingkan pengetahuan dan keterampilan yang
diperoleh berupa teori dan konsep dengan mengaplikasikannya dalam penerapan
Menggambar Rekayasa dan Program Autocad.

Menyadari penyusunan laporan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, maka
pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya
kepada:

1. Orang tua yang selalu mendoakan dan memberi dukungan kepada penulis.
2. Dosen Mata Kuliah Menggambar Rekayasa dan Program Autocad
Bapak Dody Kusmana, S.T., M.T.

Penulis juga menyadari bahwa laporan tugas besar ini masih belum sempurna dan
masih ada kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka dengan kritik dan saran yang
membangun demi hal yang lebih baik. Terakhir penulis mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada pembaca dan semoga laporan ini bermanfaat.

Bandung, Februari 2021


Penulis
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang...................................................................................................5
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................5
1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................5
1.4 Manfaat Penulisan..............................................................................................6

BAB II TUJUAN PUSTAKA


2.1 Tinjauan Umum.................................................................................................7
2.2 Pondasi Tiang Pancang......................................................................................7
2.3 Pembebanan.......................................................................................................9
2.3.1 Kombinasi Dasar Pembebanan 9
2.3.2 Beban Mati (DL) 10
2.3.3 Beban Hidup 10
2.4 Analisa Struktur...............................................................................................11
2.5 Perencanaan Tiang Pancang.............................................................................11
2.6 Perencanaan Pile Cap.......................................................................................14

BAB III METODE PENELIATIAN


3.1 Jenis penulisan.................................................................................................15
3.2 Lokasi Penulisan..............................................................................................15
3.3 Sumber Daya Proyek.......................................................................................15
3.4 Time Schedule..................................................................................................16
3.5 Metode Perhitungan.........................................................................................19
3.6 Sistem Matika Penulisan..................................................................................21
BAB IV PEMBAHASAN
4.1 Denah Rencana Rumah Tinggal......................................................................24
4.2 Denah Rencana Pondasi...................................................................................29
4.3 Detail Pondasi..................................................................................................30

BAB V PENUTUPAN
5.1 Kesimpulan......................................................................................................32
5.2 Saran 32
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1...............................................................................................................9
Gambar 2.2.............................................................................................................12
Gambar 2.3.............................................................................................................13
Gambar 1.4.............................................................................................................24
Gambar 1.5.............................................................................................................25
Gambar 1.6.............................................................................................................25
Gambar 1.7.............................................................................................................26
Gambar 1.8.............................................................................................................26
Gambar 1.9.............................................................................................................27
Gambar 2.1.............................................................................................................27
Gambar 2.2.............................................................................................................28
Gambar 2.3.............................................................................................................28
Gambar 2.4.............................................................................................................29
Gambar 2.5.............................................................................................................30
Gambar 2.6.............................................................................................................30
Gambar 2.7.............................................................................................................31
Type chapter title (level 1).....................................................................................2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pondasi dapat didefenisikan sebagai bangunan yang berada dalam tanah yaitu bagian
yang berdekatan dengan elemen bagian bawah tanah serta bangunan. Sedangkan teknik
pondasi atau rekayasa pondasi dapat didefenisikan sebagai ilmu pengetahuan dan seni yang
memakai prinsip mekanika tanah dan konstruksi secara sama – sama. Ada dua jenis pondasi
yakni :
 Pondasi dangkal.
 Pondasi dalam.
Yang termasuk pondasi dangkal yakni pondasi telapak,pondasi menerus ,pondasi
lingkaran dan pondasi tembok penahan. Dalam hal ini kita akan bahas tentang pondasi
dangkal khususnya pondasi batu kali karena pada tugas gambar rumah tinggal mata kuliah
menggambar rekayasa dan program autocad menggunakan jenis pondasi batu kali.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis mencoba
menguraikan beberapa masalah pokok yang berkaitan dengan materi dalam makalah ini,
yaitu:

 Apa yang dimaksud pondasi batu kali?


 Apa saja bagian bagian dari pondasi batu kali?
 Apa kelebihan dan kekurangan menggunakan pondasi batu kali?

1.3. Tujuan Penulisan

Tujuan utama yang ingin dicapai dalam tugas ini adalah untuk mengembangkan
wawasan mengenai pondasi batu kali yang sering dipergunakan dalam sebuah bangunan.
Adapun tujuan yang akan dicapai dalam tugas ini adalah:
 Mengetahui bagian bagian dari pondasi batu kali.
 Mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pondasi batu kali.
 Mengetahui bahan dan alat pembuatan pondasi batu kali.
 Mengetahui ukuran pondasi yang sesuai dengan bangunan yang direncanakan.

1.4. Manfaat Penulisan


Tugas ini dimaksudkan untuk memberikan jawaban atas masalah pokok tentang
pondasi khususnya pondasi batu kali. Manfaat yang dapat diperoleh dari tugas tersebut
adalah:
1. Dapat mengenal lebih jauh mengenai pondasi batu kali.
2. Materi tersebut dapat digunakan sebagai pembelajaran mahasiswa.
3. Dapat mempelajari materi baru yang belum pernah diajarkan sebelum.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Umum

Pondasi adalah bagian dari suatu bangunan yang berfungsi sebagai dasar dalam
strukstur suatu bangunan, Pondasi adalah struktur bagian paling bawah dari suatu konstruksi
(gedung, jembatan, jalan raya, tanggul, menara, terowongan, dinding penahan tanah, dan lain-
lain) yang berfungsi menyalurkan beban vertical diatasnya (kolom) maupun beban horizontal
ke tanah (Pamungkas dan Harianti, 2013:1). Menurut Pamungkas dan Harianti (2013:15)
Jenis-jenis pondasi dibedakan berdasarkan:

a. Berdasar bahan:
 Pondasi batu bata
 Pondasi batu kali/ karang
 Pondasi beton
b. Pondasi bentuk dan kedalaman
 Pondasi dalam
 Pondasi dangkal
c. Berdasar beban
 Pondasi : menanggung beban vertikal
 Turap : menanggung beban horizontal

2.2 Pondasi Tiang Pancang

Pemakaian tiang pancang dipergunakan untuk suatu pondasi suatu bangunan apabila
tanah dasar di bawah bangunan tersebut tidak memiliki daya dukung (beraring capacity)
yang cukup untuk memikul berat bangunan dan bebannya, atau apabila tanah keras yang
mana memiliki daya dukung yang cukup namun letaknya sangat dalam. (Sardjono,1988:7)
Pondasi tiang pancang berfungsi memindahkan atau mentransfer beban- beban
konstruksi diatasnya (super structure) kelapisan tanah yang lebih dalam. Biasanya tiang
pancang tertanam tegak lurus kedalam tanah, tetapi apabila
diperlukan untuk menahan gaya horizontal maka tiang pancang akan dipancangkan miring
(batter pile). (Sardjono,1988:7)
Menurut Hardiyatmo (2010:76) pondasi tiang pancang dibagi menjadi 3 kategori, antara lain:
1. Tiang perpindahan besar (large displacement pile), yaitu tiang pejal atau berlubang
dengan ujung tertutup yang dipancang ke dalam tanah sehingga terjadi
perpindahan volume tanah yang relatif besar. Pondasi tiang yang termasuk dalam
tiang perpindahan besar adalah tiang kayu, tiang beton pejal, tiang beton prategang
(pejal atau berlubang), tiang baja bulat (tertutup pada ujungnya).
2. Tiang perpindahan kecil (small displacement pile), adalah sama seperti tiang
kategori pertama, hanya volume tanah yang dipindahkan saat pemancangan relatif
kecil, contohnya: tiang beton berlubang dengan ujung terbuka, tiang beton
prategang berlubang dengan ujung terbuka, tiang baja H, tiang baja bulat dengan
ujung terbuka, tiang ulir.
3. Tiang tanpa perpindahan (non displacement pile) terdiri dari tiang yang dipasang di
dalam tanah dengan cara menggali atau mengebor tanah. Termasuk dalam tiang
tanpa perpindahan adalah tiang bor, yaiut tiang yang pengecorannya langsung di
dalam lubang hasil pegeboran tanah (pipa baja diletakkan dalam lubang dan dicor
beton).
Menurut Hardiyatmo (2010: 77) klasifikasi tiang didasarkan pada metode
pelaksanaannya, sebagai contoh yaitu tiang pancang (driven pile) adalah tiang dipasang
dengan cara membuat bahan berbentuk bulat atau bujur sangkar memanjang yang dicetak
lebih dulu dan kemudian di pancang atau di tekan ke dalam tanah. Panjang maksimum dan
beban maksimum untuk berbagai macam tiang yang umum dipakai dalam praktek (Carson,
1965) dapat dilihat pada Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Panjang dan beban maksimum untuk berbagai macam tipe tiang yang umum di pakai dalam
praktek.

2.3 Pembebanan

Struktur bawah memikul beban-beban dari struktur atas sehingga struktur bawah tidak
boleh gagal lebih dulu dari struktur atas. Beban-beban tersebut dapat berupa beban mati
(DL), beban hidup (LL), beban gempa (E), beban angina (W), dan lain-lain (Pamungkas dan
Harianti, 2013:3)

2.3.1 Kombinasi Dasar Pembebanan


Menurut SNI 1727 (2013:11), struktur, komponen, fondasi harus direncanakan
sedemikian rupa sehingga kekuatan desainnya sama atau melebihi efek dari beban terfaktor
dalam kombinasi
Dimana:
 Ak = beban atau efek beban yang timbul dari kejadian luar biasa
 D = beban mati
 Di = berat es
 E = beban gempa
 F = beban akibat fluida dengan tekanan yang ditentukan dengan jelasan tinggi
maksimum
 Fa = beban banjir
 H = beban akibat tekanan tanah lateral, tekanan air tanah, atau tekanan dari
material dalam jumlah besar
 L = beban hidup
 Lr = beban hidup atap
 R = beban hujan
 S = beban salju
 T = beban peregangan sendiri
 W = beban angina

2.3.2 Beban Mati (DL)


Beban mati ialah berat dari semua bagian dari suatu bangunan yang bersifat tetap,
termasuk unsur – unsur tambahan, finishing, mesin – mesin yang bersifat tetap dan tidak
dapat dipisahkan dari bangunan tersebut. (Pamungkas dan Harianti, 2013:4)
Dalam menentukan beban mati untuk perancangan, harus digunakan berat bahan dan
konstruksi yang sebenarnya, dengan ketentuan bahwa jika tidak ada informasi yang jelas,
nilai yang harus digunakan adalah nilai yang disetujui oleh pihak yang berwenang. (SNI-
1727-2013:18)

2.3.3 Beban Hidup


Beban hidup adalah beban yang terjadi akibat penghunian atau penggunaan suatu gedung
dan didalamnya termasuk beban-beban plat lantai yang berasal dari barang dan perabotan yang
dapat dipindah dan tidak bersifat permanen, kendaraan, dan barang – barang lainya sehingga
mengakibatkan perubahan dalam pembebanan lantai dan atap gedung tersebut. (Pamungkas dan
Harianti, 2013:4)
Selain beban hidup adapula beban yang perlu diperhitungkan dalam perencanaan bangunan
atau struktur lain yaitu beban hidup atap. Menurut SNI-1727 (2013:18), beban hidup atap adalah
beban hidup pada atap yang diakibatkan pelaksanaan pemeliharaan oleh pekerja, peralatan, dan
material, dan selama masa layan struktur yang diakibatkan oleh benda bergerak, seperti tanaman
atau benda dekorasi kecil yang tidak berhubungan dengan penghunian.
Semua beban hidup yang memungkinkan dalam proses konstruksi perlu dipertimbangkan
untuk memperoleh hasil perhitungan yang maksimal. Beban- beban yang perlu diketahui beratnya,
harus berdasarkan aturan-aturan yang berlaku seperti disebutkan pada Tabel 2.1, atau dengan
pertimbangan pihak-pihak yang berwenang. Hal ini perlu dianalisa mendalam, agar dicapai nilai
perhitungan yang aman dalam perencanaan.

2.4 Analisa Struktur

Perhitungan pembebanan vertikal dan horizontal meliputi beban mati (DL), beban
hidup (LL), beban gempa (E) dan beban angin (W) dihitung menggunakan bantuan
STAADpro dan dimasukkan kombinasi beban.

2.5 Perencanaan Tiang Pancang

Menurut Pamungkas dan Harianti (2013:41) dalam merencanakan pondasi tiang


pancang ada beberapa tinjauan yang harus diperhatikan, langkah-langkah yang harus
diperhatikan antara lain:
 Menentukan daya dukung vertical
 Menentukan jumlah kebutuhan tiang
 Cek efesiensi dalam kelompok tiang
 Menentukan daya dukung ijin tiang
 Menentukan daya dukung horizontal tiang
 Mengecek defleksi akibat gaya horizontal
 Menentukan penurunan (settlement)
 Daya Dukung Tiang Pondasi
Peninjauan daya dukung ijin tiang berdasarkan kekuatan ijin tekan dan kekuatan ijin tarik,
maka dipengaruhi oleh kondisi tanah dan kekuatan material itu sendiri (Pamungkas dan
Harianti, 2013:42).
Daya Dukung Ijin Tiang Berdasar N-SPT
Daya dukung tiang pada tanah pondasi umumnya diperoleh dari jumlah daya dukung
terpusat tiang dan tahanan geser pada dinding tiang. Perkiraan satuan unit daya dukung
terpusat qd diperoleh dari hubungan antara L/D pada Gambar 2.2 dan qd/D. L adalah panjang
ekuivalen penetrasi pada lapisan pendukung dan diperoleh dari Gambar 2.2, D adalah

diameter tiang, N̅ adalah harga rata-rata N pada ujung tiang, yang didasarkan pada persamaan
berikut (Sosrodarsono dan Nakazawa, 2005: 100)
Dimana:
N̅ = Harga N untuk perencanaan tanah pondasi pada ujung tiang. N1 = Harga N pada
ujung tiang.
N2 = Harga rata-rata N pada jarak 4D dari ujung tiang.

Gambar 2.2 Diagram perhutungan dari intensitas daya dukung ultimate tanah pondasi pada ujung tiang

Untuk menentukan panjang ekuivalen pemancangan ke dalam lapisan pendukung dapat


dilihat pada Gambar 2.3
Gambar 2.3 panjang ekuivalen penetrasi sampai kelapisan pendukung Harga N rencana diperoleh
dengan cara yang sama seperti Gambar 2.3 (b).
Jarak dari titik dimana sebagai daerahnya sesuai dengan diagram distrbusi harga N

dari tanah pondasi dan garis N (bagian yang diarsir pada gambar) adalah sama untuk ujung
tiang dan dianggap sebagai panjang penetrasi. Tabel 2.9 Intensitas Gaya Geser Dinding Tiang
(Sosrodarsono dan Nakazawa, 2005: 102)
Gaya geser maksimum dinding tiang dengan harga rata-rata N bagi lapisan- lapisan
tanah didapat dari Gambar 2.3 dan Fi yang sesuai dengan harga rata-rata N dapat diperoleh
dengan melihat Tabel 2.9. Selanjutnya daya dukung ultimate tiang dapat dihitung
mengguanakan persamaan sebagai berikut:
Ru = qd x A + U Ʃ (li x Fi)
Daya dukung yang diijinkan pada waktu normal:
Ra = Ru; dengan n: faktor aman = 3
Menurut Hardiyatmo (2010: 184) kapasitas ultimit tiang dapat dihitung secara empiris dari
nilai N hasil uji SPT. Meyerhof (1956) mengusulkan persamaan untuk menghitung tahanan
ujung tiang:
Qb = Ab (38 𝑁̅) (Lb/d) ≤ 380 𝑁̅ Ab (2.15)

Dengan 𝑁̅ adalah nilai N rata-rata yang dihitung dari 8d di atas dasar tiang sampai
4d di bawah dasar tiang, sedang Lb/d adalah rasio kedalaman yang nilainya dapat kurang
dari L/d bila tanahnya berlapis-lapis. (Hardiyatmo, 2010:184)

2.6 Perencanaan Pile Cap

Pile cap berfungsi untuk mengikat tiang-tiang menjadi satu kesatuan dan
memindahkan beban kolom kepada tiang. Pile cap biasanya terbuat dari beton bertulang.
Perencanaan pile cap dilakukan anggapan sebagai berikut (Pamungkas dan Harianti, 2013
 Pile cap sangat kaku.
 Ujung atas tiang menggantung pada pile cap. Karena itu, tidak ada momen lentur
yang diakibatkan oleh pile cap ke tiang.
 Tiang merupakan kolom pendek dan elastis. Karena itu distribusi tegangan dan
deformasi membentuk bidang rata

BAB III
METODA PENELITIAN

3.1. Jenis Penulisan

Penulisan ini merupakan penulisan jenis penulisan empiris disebabkan adanya


permasalahan yang memiliki sifat sementara yang tidak menutup kemungkinan adanya
perkembangan setelah memasuki lapangan, jenis penulisan empiris ini dilakukan guna untuk
memperoleh data berupa suatu pandangan, serta pendapat, dan juga pemikiran yang nantinya
digunakan sebagai bahan analisis oleh penulis didalam penulisannya.
Jenis penulisannya yang dilakukan ini juga jenis empiris dan yuridis, yang
memandang hokum tidak hanya sebagai suatu perangkat kaidah yang memiliki sidat
normative, akan tetapi melihat bagaimana suatu hokum tersebut dapat berinteraksi dengan
masyarakat. Yang mana dengan permasalahan yang diangkat yang memiliki aspek tinjaun
konstruksi pada bangunan pada suatu perusahaan kontraktor yang pada umumnya penulisan
ini diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang jelas dan integral yang dapat ditinjau dari
segi segi itu sendiri.

3.2. Lokasi Penulisan

Terhadap penulisan kali ini, penulis memilih lokasi untuk melakukan penulisan
mengenai pengaturan akad istishna parallel pada proyek pembangunan serta bagaimana
aplikasi fatwa DNS pada pembangunan proyek pembangunan, yang hal ini penulis memilih
pada perusahaan konstruksi CV Trimitra Muda Mandiri yang beralamatkan di Jln. Kencana
Wangi IX Kota Bandung

3.3. Sumber Data Proyek

Sumber data merupakan sumber uang dari data itu berasal, data yang dibutuhkan
dalam penulisan ini diperoleh dari 3 sumber., anatra lain :
Sumber data primer adalah suatu data yang diperoleh secara langsung dengan cara seorang
penulis mengumpulkan sendiri data tersebut pada subjeknya yaitu pihak pemberi kontrak dari
pihak kontraktor yang diteliti oleh penulis, kepada bapak soni selaku ketua pelaksana
pembangunan. Kemudian kepada direktur dari perusahaan kontraktor itu sendiri.
Data primer tersebut diperoleh oleh penulis dengan wawancara yang mana pada penulisan
ini, penulis mengunakan metode wawancara semi struktur yang hal ini agar melancarkan
pada proses wawancara tersebut kepada subjek penulisan selanjutnya dengan
mendokumentasikan langsung dari hasil penulisan penulisan ketika terjun langsung
kelapangan.
Data sekunder merupakan suatu data yang diperoleh dari pehak pihak lain, atau data
yang tidak di peroleh langsung dari subjek penulisan dan bias juga data yang diperoleh
melalui obrolan data primer, data sekunder tersebut dapat diperoleh dari literature, buku
buku, studi pustaka, artikel artikel, dan media masa yang berkaitan dengan permasalah yang
diteliti
Data tersier merupakan suatu data yang diperoleh dari obrolan data sekunder, sebagai
penujang dan penambahan wawasan bagi perkembangan penulisan. Data tersier ini diperoleh
dari kamus kamus atau tafsir yang guna untuk penjelasan apa apa yagn belum jelas dari
sebuah literature atau buku.

3.4. Time Schedule ( Jadwal Pelaksanaan )

Secara umum setiap proyek pasti membutuhkan suatu penjadwalan atau schedule
dalam tahapan phase perencanaan, secara singkat penjadwalan atau schedule konstruksi
merupakan suatu cara untuk menentukan dan menetapkan waktu pelaksanaan item pekerjaan
serta alokasi sumber daya yang akan digunakan, dikenal dengan istilah “man power, material,
equipment” atau dalam Bahasa Indonesia disebut “tenaga manusia, material dan peralatan”
selama proses konstruksi.
Time schedule atau project schedule dibuat oleh project manager untuk mengatur
manusia di dalam proyek dan menunjukan kepada organisasi bagaimana pekerjaan proyek
tersebut akan dilaksanakan. Setiap proyek membutuhkan Time schedule dan ini merupakan
alat untuk memantau bagi project manager/site manager apakah proyek dan tim masih
terkendali atau tidak. Project schedule berbentuk kalender yang dihunbungkan, sebelum
jadwal dibuat WBS harus terlebih dahulu ada, jika tidak ada maka jadwal tersebut akan
terkesan semrawut atau mengada-ada.
Jadwal pelaksanaan (Time Schedule) adalah suatu alat pengendalian prestasi
pelaksanaan proyek secara menyeluruh agar pelaksanaan proyek tersebut berjalan dengan
lancar.
Fungsi Time Schedule
 Sebagai pedoman kontraktor untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan sebagai
pedoman direksi untuk mengontrol apakah suatu pekerjaan berlangsung sesuai
jadwal atau tidak.
 Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
 Sebagai pedoman untuk mengevaluasi suatu pekerjaan yang telah diselesaikan.
 Untuk menentukan tahap-tahap pekerjaan sesuai dengan urutan waktu pelaksanaan.
 Untuk memperkirakan biaya yang harus disediakan dalam jangka waktu tertentu, serta
untuk memperkirakan jumlah tenaga kerja, jumlah dan macam peralatan, serta
material yang digunakan.
Selain itu adapun Jenis Jenis Time Schedule Dalam proyek konstruksi terdapat
beberapa jenis model instrumen penjadwalan yang biasa digunakan baik untuk proyek yang
berskala kecil sampai yang besar baik yang bersifat formal maupun non formal. Secara umum
dalam proyek konstruksi sering kita temukan jenis penjadwalan atau schedule berupa
penjadwalan diagram batang/Gantt Chart dan Curve-S yang berfungsi memproyeksikan
kemajuan progres bobot pekerjaan dan waktu pelaksanaan. Namun jika dikaji secara luas
model penjadwalan memiliki beberapa jenis dan fungsi yang dapat digunakan dalam proses
perencanaan maupun selama proses konstruksi berlangsung, Ada beberapa bentuk time
schedule dalam proyek konstruksi, diantaranya:
 Schedule Waktu Tertentu
 Schedule waktu tertentu seperti Schedule harian, schedule mingguan, bulanan,
tahunan.
 Bar chart
 Sekumpulan daftar kegiatan yang disusun dalam kolom arah vertikal, dan kolom arah
horizontal menunjukkan skala waktu. Saat mulai dan akhir dari sebuah kegiatan dapat
terlihat dengan jelas sedangkan durasi kegiatan digambarkan oleh panjangnya
diagram batang.
 Curve-S
Sebuah jadal pelaksanaan yang disajikan dalam bentuk table dan bagan menyerupai
huru S. Model penjadwalan semacam ini berupa penjadwalan yang berfungsi untuk
memberikan informasi berupa bobot pekerjaan (Sb-y) dengan index dari 0 – 100%
berdasarkan waktu durasi proyek (Sb-x) sehingga hubungan kedua sumbu tersebut
membentuk kurva yang berbentuk S. Curve-S umumnya berguna dalam memonitoring
kemajuan pekerjaan dalam pelaksanan konstruksi guna bermanfaat dalam memberikan bukti
laporan atas proses administrasi pembayaran kepada pihak pemilik/owner berdasarkan
kemajuan proyek yang telah dikerjakan serta dapat mengetahui kemajuan kinerja waktu
pelaksanaan proyek apakah proyek mengalami kemajuan waktu pekerjaan atau
keterlambatan/varian Curve-S.
Gantt Chart
Berupa model penjadwalan atau schedule yang memproyeksikan item pekerjaan/pada
sumbu y terhadap waktu pelaksanaannya yang berupa model diagram batang/Gantt secara
horizontal sepanjang waktu total penjadwalan pada sumbu x/durasi proyek. Model
penjadwalan ini berfungsi memberikan informasi urutan item pekerjaan yang akan dikerjakan
secara sistematis dan juga dapat memberikan informasi berupa kemajuan proyek berdasarkan
jadwal rencana dan aktual selama proses konstruksi dan tidak memberikan informasi lainnya
seperti kinerja biaya, jalur kritis dan bobot pekerjaan

Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA)


Model penjadwalan atau schedule semacam ini pada dasarnya merupakan instrumen
pengukuran kinerja/performance nilai hasil terhadap waktu dan biaya suatu proyek khusunya
di bidang konstruksi. Parameter dasar pada metode EVM yaitu: Budgeting Cost Work
Performance (BCWP)/Earned Value (EV), Actual Cost Work Performance (ACWP) dan
Budgeting Cost Work Scheduled (BCWS)/Planned Value/PV.
Pemodelan penjadwalan kinerja ini juga dapat menganalisis tingkat
penyimpangan/varians waktu dan biaya proyek, indeks kinerja waktu dan biaya serta dapat
digunakan dalam meramalkan/estimasi total waktu dan biaya proyek secara keseluruhan
berdasarkan index kinerja proyek yang telah dikerjakan sampai pada saat proyek dievaluasi.
Earned Value Management (EVM)/Earned Value Analysis (EVA).

Network Planning/Jaringan Kerja


Jadwal kegiatan pekerjaan berbentuk diagram network, model Ini digunakan dalam
penyelenggaraan proyek yang produknya adalah inormasi mengenai kegiatan kegiatan yang
ada didalam proyek yang bersangkutan merupakan model instrumen pengukuran jadwal
proyek dengan menggunakan logika jaringan kerja untuk mendeteksi item pekerjaan yang
berada pada jalur kritis maupun untuk mengetahui waktu detail pekerjaan yaitu dapat
menentukan waktu yang paling cepat atau Early Time dan waktu paling lama atau Latest
Time untuk dikerjakan dan waktu selesainya  pada setiap item pekerjaan yang akan
dilaksanakan.
Model jaringan kerja bisa berupa Critical Path Method (CPM), Predence Diagram Method
(PDM) dan Program Evaluation Review Technique (PERT). Ketiga model jaringan kerja
tersebut disesuaikan dengan jenis proyek yang akan dikerjakan misalnya untuk metode PERT
lebih ideal gunakan jika proyek masih tergolong baru dimana waktu estimasi penjadwalannya
masih belum pasti dimana perobabilitas waktu pelaksanaannya dapat lebih cepat ataupun
lama.

Resources Scheduled Distribution


Model penjadwalan ini merupakan uraian dari penjadwalan sebelumnya dimana
dalam penjadwalan ini hanya berfokus pada sumber daya yang akan dijadwalkan selama
proses konstruksi baik distribusi jadwal tenaga kerja, material dan peralatan proyek. Fungsi
dari model penjadwalan ini yaitu dapat memberikan informasi target alokasi sumber daya
berdasarkan jumlah yang akan direncanakan/digunakan pada periode pelaksanaan proyek,
sehingga dapat mencegah terjadinya keterlambatan waktu alokasi sumber daya proyek di
lapangan yang tentunya mempengaruhi waktu pelaksanaan proyek secara keseluruhan.

3.5. Metode Perhitungan

Rencana Anggaran Biaya atau RAB adalah hitungan estimasi biaya upah, bahan, alat,
dan biaya-biaya lain yang terkait dengan pelaksanaan sebuah proyek tertentu. Dalam industri
jasa konstruksi, membuat RAB menjadi bagian yang penting. Kesalahan perhitungan RAB
akan berdampak pada seluruh proses pelaksanaan proyek.
Krusialnya nilai RAB dalam sebuah proyek konstruksi menuntut seorang estimator
untuk bekerja seakurat mungkin. Hal ini dikarenakan RAB menjadi sebuah pedoman dalam
proses pelaksanaan pekerjaan sekaligus alat pengontrol setiap pekerjaan di lapangan.
Menghitung estimasi biaya juga digunakan sebagai studi kelayakan, apakah desain yang
dihasilkan seorang arsitek sesuai dengan anggaran yang dimiliki pemilik proyek atau tidak.
Bukan hanya itu, RAB dapat menjadi pertimbangan sukses atau tidaknya proyek tersebut.
Untuk menjawab setiap kebutuhan tersebut, seorang estimator perlu menggunakan
metode analisis yang tepat dalam pembuatan RAB. Metode tersebut digunakan agar hasil
estimasi biaya yang dihitung akurat, dapat dipertanggungjawabkan, serta tidak merugikan
semua pihak yang terlibat di dalamnya. Metode analisis yang biasanya digunakan oleh
estimator adalah dengan menghitung detail harga satuan pekerjaan berdasarkan nilai indeks
atau koefisien untuk analisis biaya bahan dan upah kerja.
Di Indonesia, ada beberapa metode analisis yang sering digunakan oleh para estimator
dalam membuat sebuah rencana anggaran biaya (RAB). Berikut adalah metode-metode
analisis perhitungan rencana anggaran biaya (RAB) yang ada di Indonesia yang biasa
digunakan oleh quantity surveyor ataupun estimator.
Metode BOW
BOW adalah singkatan dari Burgelijke Openbare Werken. Metode Analisis BOW
merupakan ketentuan dan ketetapan umum yang ditetapkan oleh Dir BOW pada tanggal 28
Februari 1921 di masa pemerintahan Belanda. Metode analisis BOW berisi daftar koefisien
upah dan bahan yang telah ditetapkan. Akan tetapi, sederhananya metode keluaran
pemerintahan Belanda ini menyebabkan metode BOW hanya dapat digunakan untuk proyek-
proyek padat karya yang menggunakan peralatan konvensional seperti proyek bangunan
sederhana.
Metode SNI
Metode Analisis SNI (Standar Nasional Indonesia) adalah metode analisis yang
muncul setelah BOW. Metode analisis ini hadir untuk memperbaharui metode analisis BOW,
yaitu untuk mengikuti teknologi konstruksi yang telah banyak mengalami perkembangan.
Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman (Puslitbang Permukiman) mulai melakukan
riset di tahun 1988 untuk mendapatkan metode analisis SNI ini. Hasil penelitian tersebut
selanjutnya menjadi dasar penyusunan SNI yang pertama diterbitkan pada tahun 1994 dan
terus diperbaharui di tahun-tahun berikutnya.
Metode Kontraktor/Lapangan
Berbeda dengan metode analisis BOW dan SNI, pada metode kontraktor atau
lapangan, koefisien ditentukan berdasarkan hitungan manual jumlah bahan dan upah yang
digunakan. Dari perhitungan tersebut, kontraktor akan membandingkan dengan koefisien
yang ada pada BOW, SNI, serta pengalaman kontraktor dalam mengerjakan proyek-proyek
sebelumnya. Pada metode kontraktor ini, nilai koefisien yang dihasilkan akan ditentukan oleh
tingkat produktivitas bahan, tenaga, dan alat yang digunakan.
Contoh perbandingan perhitungan nilai pekerjaan dihitung dengan metode analisis SNI dan
Kontraktor/Lapangan
Dari ketiga metode di atas, baik metode analisis BOW, metode analisis SNI, maupun
metode analisis kontraktor, manakah yang paling sering digunakan? Untuk sekarang, metode
yang paling sering digunakan di Indonesia adalah metode analisis SNI. Hal ini dikarenakan
metode analisis BOW tidak dapat diaplikasikan untuk proyek-proyek dengan peralatan
modern. Selain itu, saat ini instansi pemerintah ataupun swasta lebih banyak menyesuaikan
dengan harga satuan standar negara. Karena itulah penggunaan metode analisis BOW
semakin tersisih dan saat ini lebih banyak digunakan hanya untuk materi pembelajaran di
sekolah-sekolah.

3.6. SISTEMATIKA PENULISAN

LEMBAR JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Manfaat Penulisan
BAB II TINJAUAN PUSTAKA GAMBAR DAN SPESIFIKASI
2.1 Denah Rencana Rumah Tinggal..........................................................3
2.2 Tampak Rumah Tinggal.......................................................................4
2.3 Potongan Rumah Tinggal.....................................................................5
2.4 Roofplan Rumah Tinggal......................................................................7
2.5 Denah Rencana Pondasi Dan Detail Pondasi......................................8
2.6 Detail Kolom Dan Balok.....................................................................10
2.7 Denah Rencana Kusen Dan Detail Kusen.........................................11
2.8 Denah Rencana Instalasi Listrik........................................................13
2.9 Denah Rencana Instalasi Air..............................................................14
BAB III METODA PENULISAN
3.1 Jenis Penulisan.....................................................................................15
3.2 Lokasi Penulisan..................................................................................15
3.3 Sumber Data Proyek...........................................................................15
3.4 Metode Perhitungan ...........................................................................19
3.5 Sistematika Penulisan.........................................................................21
BAB III PEMBAHASAN
3.1 Pengertian Pondasi Batu Kali............................................................23
3.2 Bagian-bagian Pondasi Batu Kali......................................................24
3.3 Syarat Umum Standar Pembuatan Pondasi Batu Kali....................25
3.4 Bahan Dan Alat Pembuatan Pondasi Batu Kali ..............................25
3.5 Ukuran Pondasi Batu Kali..................................................................26
3.6 Kelebihan Dan Kekurangan Pondasi Batu Kali...............................27
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan..........................................................................................28
4.2 Saran....................................................................................................28
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Denah Rencana Rumah Tinggal

Berikut adalah gambar rencana denah tampak dan potongan rumah tinggal, denah
rencana rumah tinggal tersebut memiliki 1 carport, 3 kamar tidur, 1 ruang tamu, 1 ruang
keluarga 1 ruang makan, 1 dapur kotor, 1 dapur bersih, 1 garasi, 2 kamar mandi, halaman
depan dan halaman belakang.

Menggambarkan pembagian ruangan - ruangan, letak - letak pintu dan jendala, bentuk dan
ukuran lantai ruangan dapat diberi garis atap yang digambar dengan garis titik - titik, skala
1:100.

Gambar 1.4
Gambar tampak yang harus dibuat adalah tampak muka, tampak samping kiri, tampak
samping kanan skala 1:100

Gambar 1.5

Gambar potongan, menggambarkan ruang dalam dan pondasinya digambar dalam 2 (dua)
arah, muka -  belakang dan samping kiri - kanan.

Gambar 1.6
Menggambarkan tipe dan ukuran pondasi yang dipakai, semua bagian yang ada
pondasinya harus digambar lengkap, digambar lebar atas dan lebar dasar dengan diberi
garis tembok, skala 1:100.

Gambar 1.7

Menggambar bentuk atap yang dipakai, garis atap digambar titik - titik, dijelaskan letak
kuda - kuda, balok gording, usuk dan juga bahan penutup atapnya, gambar talang dan
lobang buangan, garis bubungan, jure luar, jure dalam digambar dengan garis khusus,
skala 1:100.

Gambar 1.8
Digambar petak - petak pembagian plafon disetiap ruangan, rangka plafon digambar lengkap
dengan balok induk, balok pembagi dan ukuran kayu yang dipakai, skala 1:100.

Gambar 1.9

Gambar letak - letak lobang buangan pada kamar mandi, WC, dapur, bak cuci, tempak
buangan lain, arah aliran saluran pembuangan diberi anah panah, letak bak control,
septictank, sumur air bersih dan peresapan, jaraknya ditulis jelas, skala 1:100.

Gambar 2.1
Bentuk potongan melintang dan ukurannya serta letak kedalaman dari pada pondasi yang
dipakai.

Gambar 2.2

Menggambarkan bentuk kuda - kuda yang dipakai dan penjelasan sambungan -


sambungannya,ukuran kayu yang dipakai ditulis jelas dan lengkap, apabila bentuk kuda -
kuda yang dipakai lebih dari satu, harus digambar semuanya.

Gambar 2.3
Gambar situasi menggambarkan bentuk dari tanahnya ukurannya, letak terhadap suatu jalan
yang ada, ditulis nama jalannya, denah bangunan diatas tanah diberi warna hitam, pada
gambar situasi diberi arah mata angin (arah utara).

Gambar 2.4

4.2 Denah Rencana Pondasi

Menggambarkan tipe dan ukuran pondasi yang dipakai, semua bagian yang ada
pondasinya harus digambar lengkap, digambar lebar atas dan lebar dasar dengan diberi garis
tembok, skala 1:100.
Gambar 2.5

4.3 Detail Pondasi

Gambar 2.6
Gambar 2.7
BAB V
PENUTUPAN

5.1 Kesimpulan

Yang dimaksud dengan pondasi adalah bangunan yang dapat menahan berbagai
macam beban, baik horizontal maupun vertikal dalam kondisi stabil. Adapun tujuannya yaitu
untuk menahan beban-beban yang terjadi sehingga menghasilkan kestabilan konstruksi.
Pondasi batu kali terbagi menjadi dua macam, yaitu pondasi setempat dan menerus.
Pondasi setempat diletakkan di sudut bangunan dan berfungsi sebagai elemen yang menerima
beban kolom pada bangunan lantai satu. Sedangkan pondasi menerus adalah elemen yang
menerima beban dari dinding yang kemudian diteruskan menyebar ke tanah.
Bagian dari pondasi batu kali adalah sebagai berikut:
Lapisan Tanah Urug
Lapisan Aanstamping/ Pasangan Batu Kosong
Badan Pondasi

5.2 SARAN

Untuk lebih mengetahui mengenai pondasi batu kali, disarankan pembaca lebih
memperbanyak referensi membaca tentang pondasi batu kali dan harus selalu update
supaya tidak tertinggal informasi terbaru mengenai pondasi batu kali.

Anda mungkin juga menyukai