Diri mu bukan Lah dia,sebaliknya dia pun bukan dirimu,,,semangatlah
Cerpen Anak
Jadilah diri mu Sendiri
Sebuah cerpen dari
Rima Fatimah PGSD UBP Karawang’17 Jadilah dirimu sendiri Kata guru ku Percaya pada diri sendiri lebih baik daripada selalu membandingkan dengan orang lain,dan aku menyadarinya..
Jam istirahat sekolah
Siang itu, aku,indra,dan rere sedang berbincang di tangga sekolah. “setya, kamu tau devit?” Ke esokan harinya di rumah bahkan jam istirahat sekolah, tanya salah satu dari aku berlatih menggambar sekerasnya, menonton banyak hal dari mereka youtube, namun itu tidak membuahkan hasil, aku merasa sangat “Tahu, dong! devit kesulitan! Semua goresan-goresan pensil di atas kertas gambar, teman sekelas kita kan?” semakin lama semakin buruk, bukan sebaliknya. “Dia mengajakmu lomba menggambar. Kurasa dia “Kenapa, nak?” Tanya bu tiara yang melihatku seperti orang yang ingin mengejekmu banyak masalah,sambil mendekati yang saat itu sendiri dalam karena tidak bisa kelas karna yang lain sudah pulang. menggambar. Dia memang begitu “saya tidak mengerti kenapa saya tidak jago gambar atau sekaya orangnya, sombong, devit ,bu!” kata ku dengan nada mengeluh. mentang-mentang orang tuanya kaya!” jelas “Ya ampun Setya. Setiap keluarga di takdirkan berbeda” ucap bu indra. Tiara dengan nada pelan, menasehati, “Semua orang ditakdirkan Mukaku langsung beraneka ragam, ada yang jago dalam pelajaran, olahraga, ada merah, “Aku memang juga yang mahir dalam bernyanyi, dll. Hampir tidak ada orang tidak jago gambar, lantas yang bisa semuanya.” apa salahnya” pikirku, “Emm…” Aku terdiam “saya mau bertanding dengan devit besok, lomba sejenak. menggambar,saya malu karena aku pasti kalah,” jelasku. “setya?” indra memanggilku. “Setya, kamu bisa jadi hebat menggambar, tetapi tidak mungkin “Kenapa harus takut, dalam 1 hari atau bahkan 1 malam, semua perlu proses, kamu aku siap kok, aku terima harus belajar tidak dalam waktu singkat, tapi karena kamu sudah tantangannya!” Saat itu menyanggupi pertandingan itu, maka kamu harus menjalaninya aku berucap tanpa dan melakukan yang terbaik, dan jadilah diri sendiri” jelas bu berpikir. Lagipula, Tiara. menggambar memang sesulit apa, sih? Mendadak merasa paling pintar dalam hal seni. Aku sibuk berpikir, bagaimana menjadi seperti Devit, uangnya banyak, jago gambar, Percaya pada diri dll. Pokoknya semua sendiri..semangat tentang Devit aku nak! pikirkan waktu itu. Pertandingan yang sebenarnya
Keesokan harinya, aku mengikuti lomba gambar bersama
Devit di kelas. Semua anak sudah tahu siapa pemenangnya, walau lomba itu belum dimulai. Aku kalah!, ya tentunya. Devit anak yang sombong itu, mengejekku habis-habisan. Aku seperti berkaca, melihat kisah orang yang tidak percaya diri di tertawakan teman-teman, tetapi masih ada anak yang memberikan pengertian kepadaku bahwa itu hanya perlombaan. Masih pada hari yang sama, siangnya. Kelas kami mengikuti pelajaran olahraga. Kebetulan waktu itu adalah sepak bola, entah kenapa aku berbeda tim dengan Devit, jadi intinya aku melawan tim dia. Jujur aku sangat suka olahraga, semua cabang olahraga aku suka. Aku sangat tahu, bahwa Devit tidak suka dengan olahraga, beberapa kali melakukan tendangan, langsung bolanya diambil timku. Jangankan mau memasukkan bola ke dalam gawang, sebelum semua itu terjadi bolanya sudah terlepas jauh keluar lapangan. Semua anak menghina Devit, “Hey, diam! semua orang punya kelebihan masing-masing, jangan menghina,” ucapku dan semua anak teridiam. Devit yang mendengar itu tertunduk malu kepadaku. Aku memasukkan bola berulang kali, semua anak berteriak histeris, memberikan semangat. Semakin lama, semakin banyak saja yang menonton dan mentertawai tingkah Devit yang lucu, karena terburu nafsu ingin menendang bola, tapi tidak pernah bisa. Pertandingan selesai, semua anak memberikan selamat kepadaku, sebaliknya Devit malah diejek, “Apakah ini balasan Tuhan?” pikirku. Namun semenjak saat itu aku menyadari apa yang dikatakan Bu Tiara kemarin, bahwa aku harus percaya pada diri sendiri.