Anda di halaman 1dari 4

OUTLINE PENYELENGGARAAN

PEMBEKALAN PEGAWAI UAJY


APRIL 2021

1. PEMBUKA
Salah satu praktik baik di Universitas Atma Jaya Yogyakarta (UAJY) lebih dari satu
dekade belakangan ini adalah memberikan bekal kepada pegawai yang akan diangkat
sebagai pegawai tetap dalam suatu kesempatan khusus, lalu dilanjutkan dengan
kegiatan dalam kesempatan lain berupa penyegaran pelaksanaan misi, visi dan nilai-
nilai UAJY dalam menjalankan pekerjaannya masing-masing bagi pegawai yang
bermasa kerja 2-3 tahun setelah pengangkatan pegawai tetap. Pada tahun 2021 ini
praktik baik itu akan tetap dilanjutkan, namun dengan format yang agak berbeda.
Rencananya pembekalan akan dilaksanakan dalam satu kesempatan sekaligus dengan
gabungan peserta pegawai yang akan diangkat tetap dan pegawai yang sudah bermasa
kerja 2-3 tahun. Kelompok pegawai ini adalah sebagian dari “the next employee” yang
berasal dari generasi masa kini dan akan berinteraksi dengan generasi lebih terkini
sebagai mahasiswanya. Tema besar yang diangkat dalam kegiatan ini disesuaikan
dengan tantangan perguruan tinggi kini dan mendatang datang yang juga sudah mulai
diprogramkan UAJY selaras dengan kebijakan Pemerintah. Tema yang dimaksud
adalah persiapan dan pelaksanaan Merdeka Belajar-Kampus Merdeka (MBKM) dengan
beberapa sub-tema terkait dengan budaya organisasi, pengelolaan SDM, serta etika
dan profesionalitas dalam bekerja. Mengapa tema tersebut dipilih dan apa relevansinya
dengan pembekalan pegawai? Berikut ini diuraikannya, sekaligus digunakan sebagai
outline penyelenggaraan pembekalan pegawai tahun 2021.

2. TANTANGAN MERDEKA BELAJAR-KAMPUS MERDEKA


Tantangan penyelenggaraan pendidikan tinggi utamanya dalam penunaian tugas
mempersiapkan masa depan generasi muda semakin kompleks setelah Kemendikbud
meluncurkan MBKM pada Januari 2020. Diketahui bersama, kebijakan tersebut
diadakan untuk mendorong perguruan tinggi dalam merespon perubahan ekonomi,
sosial dan budaya yang terus melaju dengan cepat. Perguruan tinggi harus melakukan
transformasi pembelajaran untuk membekali lulusan yang mampu menghadapi
tantangan zaman, yaitu unggul, kompeten, berbudaya dan berkarakter (Buku Panduan
MBKM, Ditjen Dikti, 2020), sekaligus transformasi yang dapat memperkuat daya tarik,
daya tahan, daya saing dan reputasi perguruan tinggi itu sendiri dalam mewujudkan
cita-cita perguruan tinggi. Semua ini perlu dilakukan untuk menghadapi perubahan
tatanan kehidupan di antaranya menyangkut kebangsaan, internasionalisasi, lapangan
kerja, teknologi 5.0 dan lingkungan hijau.

Dosen dan mahasiswa: mengembangkan bersama MBKM


Lulusan yang mampu menghadapi tantangan zaman itu akan menemui wujudnya ketika
mahasiswa bersama-sama dengan dosen sejak awal terarah untuk mengembangkan
kemandirian, mencari dan menemukan pengetahuan serta pengalaman melalui
kenyataan lapangan seperti kualifikasi kemampuan, permasalahan nyata, kolaborasi-
interaksi sosial, pengelolahan diri, target dan pencapaian. Sebagian persoalan krusial
yang muncul di UAJY dan perguruan tinggi lainnya kemudian adalah bahwa untuk dapat
mencapai hasil maksimal, perguruan tinggi pun harus mempersiapkan diri baik secara
sumber daya manusia maupun fasilitas, serta merancang kurikulum yang tepat dan
sesuai dengan kebutuhan zaman. Dalam hal sumber daya manusia, di antaranya dosen
UAJY pun harus siap memperkuat jaringan, mau belajar bersama, tidak berkutat
sebagai pendatang di dunia digital (digital immigrant), meningkatkan kapasitas dan
menguasai praktikal di lapangan, agar mampu menghadapi era perubahan generasi
yang dinamis.

3. MBKM DALAM SEBUAH KOMUNITAS PEMBELAJARAN


Tantangan menjadi semakin menarik dan menuju jalan berliku bagi UAJY ketika
transformasi untuk mendukung perubahan yang dimaksud terintegrasikan dengan
eksistensinya sebagai universitas katolik, yaitu sebuah komunitas pembelajaran yang
dengan cermat dan kritis membantu melindungi dan meningkatkan martabat manusia
dan warisan budaya melalui penelitian, pengajaran dan berbagai pelayanan yang
diberikan kepada komunitas setempat, nasional dan internasional (Ex Corde Ecclesiae
Nomor 12). Komunitas pembelajaran ini ditandai dengan adanya jaringan relasi yang
intensif dan edukatif yang melibatkan semua unsur yang terlibat baik langsung maupun
tidak langsung dalam pelayanan bersama UAJY (Kebijakan Umum Yayasan 2012-
2037). Relasi pada komunitas pembelajaran yang mendalam dan multidimensi ini dapat
terjadi bila berbagai pihak dihormati dan diperlakukan sebagai subyek sambil tetap
menghormati perbedaan fungsi masing-masing dilandasi nilai-nilai UAJY, yaitu
komunitas pembelajaran yang berintegritas, humanis, unggul dan inklusif dijiwai
solidaritas dan keberpihakan pada kaum lemah, miskin dan tersingkir untuk mencapai
kemajuan bersama dan mencapai tujuan yang lebih besar. Oleh karena itu, MBKM bagi
UAJY bukan hanya menyangkut mempersiapkan lulusan yang signifikan dan relevan
dengan kemajuan zaman, namun juga menyangkut penjiwaan dalam mengelola
generasi muda melalui pengembangan relasi dan edukasi bersemangat kristiani dan
berjiwa unggul, humanis dan inklusif, yang berperan aktif dan berkemampuan untuk
memberikan sumbangan pada peningkatan kualitas kehidupan pribadi dan masyarakat.
Hal inilah yang sejak awal perlu mendapat perhatian para dosen dan tenaga
kependidikan tak terkecuali, serta didengungkan terus menerus di komunitas.

4. PENGEMBANGAN BUDAYA ORGANISASIONAL


Dalam konteks pengelolaan organisasi dengan segala permasalahan yang
menyertainya, penyelenggaraan MBKM di UAJY melalui komunitas pembelajaran yang
mengembangkan relasi intensif dan edukasi tersebut diperlukan pola dasar yang
diterima oleh para warganya untuk bertindak dan memecahkan masalah, membentuk
dosen dan tenaga kependidikan yang mampu beradaptasi dengan lingkungan dan
mempersatukan warganya sebagai insan UAJY. Untuk itu harus diajarkan kepada
pegawai termasuk anggota yang baru sebagai suatu cara yang benar dalam mengkaji,
berpikir dan merasakan masalah yang dihadapi sebagaimana dikatakan Robbins (2008)
sebagai budaya organisasi. Menyesuaikan dengan pandangan Schein (1992),
pemahaman budaya organisasi apabila diletakkan dalam konteks pengelolaan MBKM
sebagai hal yang baru, dapat berfungsi untuk mendefinisikan peran sivitas akademika
(mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan) UAJY, memberikan suatu pengertian
identitas UAJY terhadap sesuatu yang lebih besar dibandingkan dengan kepentingan
pribadi anggota sivitas akademika, memberikan pengertian dan pedoman untuk dapat
membentuk sikap serta perilaku anggota organisasi dan juga pada akhirnya budaya
organisasi dapat membentuk pola pikir serta perilaku warga UAJY.

Budaya organisasi menjadi faktor penentu


Budaya organisasi yang bersumber pada nilai-nilai (values) organisasi diyakini
merupakan faktor penentu utama terhadap kesuksesan kinerja suatu organisasi
(Handoko, 2004). Keberhasilan suatu organisasi dalam mengimplementasikan nilai-nilai
budaya organisasinya dapat mendorong organisasi itu tumbuh dan berkembang secara
berkelanjutan. Oleh karena itu UAJY perlu membangun budaya yang kuat sebagai
identitas institusi, dengan nilai-nilai yang diyakini (shared values) menjadi pedoman
pembuatan keputusan dan berperilaku para dosen dan tenaga kependidikan dalam
pengelolaan MBKM. Pembangunan budaya organisasi di UAJY dapat merupakan
modal besar bagi sivitas akademika dalam upaya mencetak lulusan yang unggul,
kompetitif, berkepribadian, dan berkarakter yang tidak tercerabut dari budaya dan
values UAJY. Atas dasar pemikiran inilah pengembangan dan sosialisasi budaya
organisasional kepada pegawai baru menjadi penting untuk dilakukan.

5. ETIKA DAN PROFESIONALITAS DALAM MELAKUKAN PEKERJAAN


Pendidikan di UAJY ingin menjangkau pembentukan manusia yang utuh dan seimbang
dari dimensi intelektual, emosional, moral, sosial dan spiritual. Sejalan dengan hal ini
sudah barang tentu penyiapan lulusan yang mampu menghadapi tantangan zaman
dalam program MBKM perlu diantisipasi sedemikian rupa, sehingga pendidikan yang
diadakan menekankan mahasiswa dan lulusan, serta pegawai UAJY mampu dan tegak
menghindarkan diri dari godaan pragmatisme-materialisme dan utilitaristik dangkal yang
mereduksi pendidikan hanya untuk pemenuhan kebutuhan dan maksud duniawi
semata.Dalam kaitan inilah etika dan profesionalitas (dan profesionalisme) kiranya
menjadi bahan penting untuk diberikan kepada semua warga UAJY. Setiap warga UAJY
absolut menjaga etika dan profesionalitas di dalam setiap proses kerja, supaya tidak
pernah mengecewakan stakeholders.Jika etika tidak dihormati dan ditegakkan dengan
profesionalisme yang tinggi, maka ketertiban dan keadilan menjadi berantakan di setiap
proses kerja. Akibatnya, tidak pernah ada prestasi dan kinerja terbaik, yang ada hanya
konflik dan berbagai prasangka buruk di dalam budaya kerja yang lemah (Djajendra,
2019).

Wujud profesionalitas adalah kepedulian dan kecintaan dosen dan tenaga kependidikan
UAJY menekuni profesinya dengan gembira, merdeka dan berkualitas. Kegembiraan
dan kemerdekaan dalam menjalani pembelajaran digambarkan Ki Hajar Dewantara
sebagai strategi belajar yang harus diletakkan pada urutan pertama (Kuntarto, 2020).
Menjadi dosen UAJY yang profesional haruslah didasarkan pada kompetensi yang
lengkap, perilaku yang menghormati mahasiswa dan stakeholders lainnya berdasarkan
empati dan toleransi yang baik, setia pada organisasi dan profesi yang ditekuni,
menjaga integritas, humanis, inklusif dan setiap saat menepati janji dengan sungguh-
sungguh, serta selalu bekerja melampaui harapan dengan kinerja terbaik.

Dari sinilah dapat ditarik benang merah perilaku yang diminta kepada segenap pegawai
dalam melaksanakan program MBKM melalui keberadaan komunitas pembelajaran di
UAJY dengan jaringan relasi yang intensif dan edukatif yang melibatkan semua unsur
yang terlibat baik langsung maupun tidak langsung dalam pelayanan bersama UAJY.
Implementasi budaya organisasi, pengelolaan SDM, etika dan profesionalitas dalam
bekerja mengingatkan akan salah satu pengharapan AJ. Liem Sioe Siet, salah seorang
Pendiri UAJY, yang mengatakan: “siapa pun yang hendak berkarya di Universitas Atma
Jaya Yogyakarta harus menyadari sepenuhnya bahwa di situ tidak sekedar tempat
“mencari penghidupan”, namun di dalam dadanya mutlak memiliki motivasi kuat untuk
ikut serta membangun bangsa Indonesia menjadi bangsa yang inklusif-humanis dalam
satu wadah masyarakat yang beradab, berbudaya, disinari cahaya kebenaran kasih
Kristus melalui media proses belajar mengajar. (Liem Sioe Siet, 2013).
6. PELAKSANAAN KEGIATAN
Mempertimbangkan uraian tersebut di atas untuk kegiatan pembekalan pegawai
direncanakan sebagai berikut:
a. Tema : Melaksanakan MBKM yang tidak tercerabut dari values dan budaya
organisasi
b. Sub-tema : 1) budaya organisasi; 2) pengembangan potensi diri; 3) etika dan
profesionalitas
c. Peserta : 36 orang terdiri dari 11 calon pegawai tetap dan 25 pegawai
bermasa kerja 2-3 tahun
d. Pemateri : Pembina-Pengurus Yayasan, Rektorat, narasumber eksternal
e. Model : Diskusi, sharing, sesi pandangan/umpan balik peserta
f. Waktu : Tgl.15-16 April 2021; jam 09.00-12.30 wib
g. Platform : MS Teams atau Zoom

7. ILUSTRASI

Demikian disampaikan rencana pembekalan pegawai yang pelaksanaannya


dikoordinasikan oleh KSDM-UAJY. Terima kasih atas perhatiannya.

Februari 2021

KSDM-UAJY

Anda mungkin juga menyukai