Makalah Biomol Pangan
Makalah Biomol Pangan
PENDAHULUAN
1
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui lebih jauh tentang rekayasa genetika dan genetically modified food.
b) Mengetahui macam – macam aplikasi rekayasa genetika dalam bidang pangan (GMF)
khususnya susu, telur, dan daging.
c) Memenuhi tugas mata kuliah biologi molekuler veteriner.
1.4 MANFAAT
Manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini adalah semakin bertambahnya
wawasan mahasiswa mengenai rekayasa genetika beserta aplikasinya dalam bidang pangan
khususnya susu, telur, dan daging sehingga nantinya dapat disebarluaskan lagi ke dunia luar
agar bermanfaat bagi masyarakat.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
Perjalanan suatu bahan pangan hingga disebut sebagai pangan transgenik sebenarnya cukup
panjang, dan telah mengalami proses penelitian yang cukup lama. Kemajuan teknologi dan
penelitian telah mencapai struktur terkecil dari unsur penyusun makhluk hidup yaitu gen. gen
inilah merupakan factor yang membedakan fisiologis manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada
tahapan selanjutnya, karakterisasi gen telah mampu menghasilkan urut – urutan tertentu yang
menghasilkan sifat unik suatu spesies makhluk hidup. Urut – urutan ini kemudian secara
sederhana dapat disimpan dalam wujud plasmid. Plasmid ini dapat dipindah – pindahkan ke
organisme lain, sehingga memiliki sifat unik yang sama dari spesies asalnya. Pada awalnya,
proses rekayasa genetika dilakukan untuk menciptakan makhluk yang sempurna. Perubahan
genetic ini bersifat permanen pada makhluk hidup dan dalam jumlah yang besar
keseimbangan alam akan berubah. Apabila terkadi kawin silang dengan spesies yang jauh
kekerabatannya maka secara sederhananya, proses rekayasa genetika dari yang terkendali
berubah menjadi tidak terkontrol lagi. Industry pertanian dan medis Negara maju sebagian
besar telah menggunakan rekayasa genetika di dalam proses produksinya. Negara yang
melakukan penanaman komersial produk transgenic biasanya melakukan analisis
keamanannya, termasuk konsekuensi langsung dan tidak langsung. Konsekuensi langsung
misalnya, kajian apakah terjadi perubahan nutrisi,munculnya efek alergi, atau toksisitas
akibat rekayasa genetika. Konsekuensi tidak langsung misalnya, efek baru yang muncul
akibat transfer gen, perubahan level ekspresi gen pada obyek sasaran, serta pengaruhnya
terhadap metabolism bahan. Beberapa efek lain yang perlu dikaji misalnya gene silencing,
interupsi sekuens penyandi, atau berubahnya system regulasi gen – gen (Ni Putu, 2011).
Melalui proses yang disebut somatic cell nuclear transfer, yang mentransfer nukleus
(inti sel) dari sebuah sel somatik (sel dewasa pada sebuah organisme/individu) ke dalam
sebuah sel telur yang sudah dibuang nukleus bagian inti sel-nya. Proses dilakukan secara
manual dengan menggunakan pipet berukuran sangat kecil (micropipette). Nukleus dari sel
yang akan diklon tadi akan mengalami proses pemrograman ulang di dalam sel telur sehingga
hilanglah ciri khas bahwa ia berasal dari sebuah sel dewasa. Sel dewasa disini tak lain dan tak
bukan adalah sel-sel di dalam tubuh kita seperti sel kulit, sel darah, sel saraf, sel tulang dan
sel tubuh lainya. Sebuah sel dewasa tidak bisa mengalami perubahan jenis, semisal sel kulit
tak akan bisa menjadi sel darah dalam proses pemrograman di dalam sel telur, yang terjadi
secara alamiah dan masih belum begitu dimengerti oleh ilmuwan, akan membuat nukleus tadi
seolah-olah berasal dari sebuah zigot atau calon individu baru/embryo sehingga memiliki
potensi untuk membentuk semua jenis sel yang ada. sel telur yang sudah ditransfer dengan
nukleus dari sel dewasa tersebut lalu akan membelah dan memperbanyak diri setelah
distimulasi semisal dengan listrik. Kemudian akan dibiarkan beberapa hari dalam tabung di
laboratorium untuk melihat suatu perkembangannya normal atau tidak, baru kemudian
5
diimplantasi ke dalam rahim sebuah hewan yang dijadikan (surrogate mother), untuk
kemudian dilahirkan.
Dalam proses membentuk sapi kloning yang menghasilkan protein sebagaimana yang
terdapat pada asi ini, rekayasa genetika dilakukan terlebih dahulu pada DNA/gen dari nukleus
sel sapi yang akan ditransfer ke sel telur. Gen pada manusia yang bertanggung jawab dalam
pembentukan protein pada air susu akan di insert ke dalam DNA yang terdapat pada nukleus
sapi, sehingga nantinya gen tersebut menjadi bagian dari gen sapi hasil kloning, dan
membuatnya bisa menghasilkan air susu yang mirip dengan air susu manusia dalam proses
membentuk sapi kloning yang mampu dalam menghasilkan protein seperti yang terdapat
pada air susu manusia sebagai perbandingan, lysozyme yang terdapat pada asi mencapai 200-
400 ug/ml, sementara hanya terdapat 0,05-0,22 ug/ml pada susu sapi biasa., sapi hasil kloning
bisa memproduksi susu yang dapat mengandung lysozyme hingga lebih dari 45 ug/ml. Ini,
rekayasa genetika dilakukan terlebih dahulu pada DNA/gen dari nukleus sel sapi yang akan
ditransfer ke sel telur. Gen-gen pada manusia yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
protein pada air susu akan di insert (disisipi) ke dalam DNA yang terdapat pada nukleus sapi,
sehingga nantinya gen tersebut menjadi bagian dari gen sapi hasil kloning, dan dapat
menghasilkan air susu yang mirip dengan air susu manusia.
Peranan penting myostatin sebagai umpan balik “feed back negative” pada pertumbuhan
massa otot, dimana myostatin menghambat myogenin sehingga myoblast tidak dapat
berdiferensiasi menjadi myotubes, yang akan berkembang menjadi serat otot
(Langley et al, 2002)
Penghambatan atau ketidakberadaan myostatin di dalam sel menyebabkan hipertropi dan
hiperplasia, yaitu pembesaran jaringan atau bagian otot yang melebihi normal atau lebih
dikenal dengan “Double Muscling”. Inventarisasi pada proses budi daya tentunya bukan hal
yang mudah dilakukan, terutama pada gen-gen yang menyandi sifat yang tidak terlihat secara
fisik. Oleh karena itu dibutuhkan metode penandaan molekular, sehingga pelaksanaan
inventarisasi gen dapat lebih mudah dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Salah satu metode penanda molekuler adalah dengan menggunakan “Marker Assisted
Selection” atau seleksi dengan bantuan penanda genetik. Penanda genetik adalah gen yang
dapat dideteksi atau fragmen DNA yang berada cukup dekat dengan lokus tempat gen yang
diinginkan. Melalui metode ini dapat diketahui sifat individu dengan melihat penanda gen
yang ada padanya, serta sifat yang tidak atau belum terekspresi (McNally, 2004).
b) Cultured Meat
Teknik empat langkah digunakan untuk mengubah stem sel atau sel induk dari daging
binatang ke burger. Langkah pertama, sel induk diambil dari otot sapi. Kemudian sel tersebut
7
diinkubasi dalam kaldu nutrisi sampai berkembang biak berkali-kali dan menghasilkan
jaringan lengket dengan konsistensi seperti telur mentah. Lalu, mentransformasikannya
menjadi ribuan lapisan tipis sel otot daging sapi. Proses selanjutnya, dengan menggabungkan
3.000 potongan daging yang dihasilkan di labratorium, dibentuk menjadi burger.
Kemampuan luar biasa sel induk untuk tumbuh dan berkembang biak berarti, sel-sel yang
diambil dari seekor sapi bisa menghasilkan burger sejuta kali lebih banyak daripada jika
hewan tersebut disembelih untuk diambil daging.
Keuntungan dari teknologi ini adalah untuk pembuatan produk asal hewan tidak
memerlukan hewannya lagi.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Modifikasi genetika atau rekayasa genetika adalah kegiatan sengaja melakukan
manipulasi materi genetic dengan teknik biokimia dan bioteknologi modern. Hasil rekayasa
genetika dapat berupa hasil tanaman, ternak dan ikan, dalam bentuk varitas/klon/jenis baru
8
yang mempunyai sifat unggul tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar
bagi manusia. Salah satu aplikasi rekayasa genetika yang bermanfaat bagi manusia adalah
Genetically Modified Food (GMF) atau makanan transgenik adalah makanan yang melalui
suatu teknologi pemindahan dan penyisipan gen atau yang disebut teknologi berasal dari
organisme transgenik. Beberapa contoh produk GMF adalah kloning gen pada sapi untuk
menghasilkan susu manusia; sapi transgenic penghasil protein susu; inventarisasi gen
myostatin pada kambing dan domba untuk membudidayakan ternak dengan massa otot yang
besar dan kultur daging.
9
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, Nurhayati. 2009. Perkembangan Teknologi di Bidang Produksi Pangan dan Obat –
obatan serta Hak – hak Konsumen. Jurnal Hukum No. 3 Vol. 16 Juli 2009: 423 – 438
Agustini, Ni Putu. 2011. Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food (GMF). Jurnal
Ilmu Gizi, Volume 2 Nomor 1, Februari 2011: 27 - 36
Info POM. 2010. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di
Indonesia. Badan POM RI Volume XI, No. 1 Maret – April 2010 ISSN 1829 – 9334
McNally EM. 2004. Powerful genes – myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J
Med 350;26: 2642-2644
10