Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Teknologi di bidang penyediaan pangan mengalami perkembangan yang sangat pesat.
Khusus di negara-negara maju, seperti AS, Canada, Inggris, Australia, dan lain-lain. Melalui
penelitian yang dilakukan secara terus-menerus, telah ditemukan terobosan-terobosan baru
berupa organisme transgenik (GMO: Genetically Modified Organism) yang dianggap sebagai
jalan pintas untuk memenuhi kebutuhan pangan secara lebih cepat. Sebenarnya usaha untuk
memuliakan ternak telah dikenal sejak dahulu kala. Namun teknik rekayasa genetika (GMO)
merupakan teknologi yang relatif baru, usianya baru lebih dari 30 tahun. Teknologi ini
dilakukan baik antara mahluk yang sekerabat maupun yang tidak sekerabat misalnya tanaman
dengan bakteri, virus, jamur, sapi, babi atau bahkan manusia. Maka hasilnya adalah tercipta
mahluk hidup yang merupakan kreasi manusia di laboratorium, yang sebelumnya tidak
pernah ada. Penampilan fisik dari organisme GMO ini mungkin tidak terlalu jauh berbeda
dengan organisme asli yang ada di alam, akan tetapi secara genetik sudah berbeda
(Nurhayati, 2009).
Genetically modified food merupakan makanan yang dihasilkan dengan menggunakan
teknik modifikasi genetika. Modifikasi genetika atau rekayasa genetika adalah kegiatan
sengaja melakukan manipulasi materi genetic dengan teknik biokimia dan bioteknologi
modern. Pada kegiatan bioteknologi modern dengan teknologi rekombinan DNA (rDNA),
pengklonan atau teknik sejenis dengan pemindahan suatu sifat tertentu yang dibawa gen, dari
suatu spesies ke spesies yang sama atau yang berbeda untuk menghasilkan spesies baru yang
lebih unggul. Hasil rekayasa genetika dapat berupa hasil tanaman, ternak dan ikan, dalam
bentuk varitas/klon/jenis baru yang mempunyai sifat unggul tertentu (Ni Putu, 2011).

1.2 RUMUSAN MASALAH


Dalam makalah ini akan dibahas mengenai:
a) Apa yang dimaksud dengan rekayasa genetika?
b) Apa yang dimaksud dengan Genetically Modified Food (GMF)?
c) Apa saja aplikasi rekayasa genetika GMF dalam bidang pangan yaitu susu, telur, dan
daging?

1
1.3 TUJUAN
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
a) Mengetahui lebih jauh tentang rekayasa genetika dan genetically modified food.
b) Mengetahui macam – macam aplikasi rekayasa genetika dalam bidang pangan (GMF)
khususnya susu, telur, dan daging.
c) Memenuhi tugas mata kuliah biologi molekuler veteriner.

1.4 MANFAAT
Manfaat yang didapat dari pembuatan makalah ini adalah semakin bertambahnya
wawasan mahasiswa mengenai rekayasa genetika beserta aplikasinya dalam bidang pangan
khususnya susu, telur, dan daging sehingga nantinya dapat disebarluaskan lagi ke dunia luar
agar bermanfaat bagi masyarakat.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 REKAYASA GENETIKA


Rekayasa genetika merupakan salah satu teknik bioteknologi yang dilakukan dengan cara
pemindahan gen dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya (dikenal juga dengan
istilah transgenik). Tujuannya adalah untuk menghasilkan tanaman/hewan/ jasad renik yang
memiliki sifat-sifat tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar bagi
manusia. Dimana gen merupakan suatu unit biologis yang menentukan sifat-sifat makhluk
hidup yang dapat diturunkan. Berbeda dengan metode pertanian tradisional / konvensional.
Keduanya mempunyai maksud yang sama yaitu menghasilkan varietas tanaman unggul
dengan sifat yang telah diperbaiki, yang menjadikannya lebih baik untuk ditanam, dan lebih
menarik untuk dimakan. Perbedaannya terletak pada bagaimana hasil itu diperoleh.
”Pemuliaan tradisional memerlukan persilangan yang mencampur ribuan gen dari dua jenis
tanaman dengan harapan akan mendapatkan sifat yang diinginkan. Dengan bioteknologi
modern, seseorang dapat memilih sifat yang diinginkan, seperti ketahanan terhadap hama,
penyakit, atau herbisida, atau peningkatan kualitas hasil. Melalui teknik rekayasa genetik
telah dihasilkan produk rekayasa genetik diantaranya tanaman produk rekayasa genetik yang
memiliki sifat baru (info POM, 2011).
Beberapa metode yang sering digunakan dalam teknik rekayasa genetika meliputi
pengunaan vektor, kloning, PCR (Polymerase Chain Reaction), dan seleksi, screening, serta
analisis rekombinan. Adapun langkah-langkah dari rekombinasi genetik meliputi (1)
Identifikasi gen yang diharapkan; (2) Pengenalan kode DNA terhadap gen yang diharapkan;
(3) Pengaturan ekpresi gen yang sudah direkayasa; dan (4) Pemantauan transmisi gen
terhadap keturunannya.

2.2 Genetically Modified Food (GMF)


Genetically modified food atau makanan transgenik adalah makanan yang melalui suatu
teknologi pemindahan dan penyisipan gen atau yang disebut teknologi berasal dari organisme
transgenik. Organisme transgenik adalah organisme yang telah direkayasa gen transgenik.
Prinsip teknologi transgenik adalah memindahkan satu atau beberapa gen, yaitu potongan
DNA yang menyandikan sifat tertentu, dari satu makhluk hidup ke makhluk hidup lainnya.

3
Perjalanan suatu bahan pangan hingga disebut sebagai pangan transgenik sebenarnya cukup
panjang, dan telah mengalami proses penelitian yang cukup lama. Kemajuan teknologi dan
penelitian telah mencapai struktur terkecil dari unsur penyusun makhluk hidup yaitu gen. gen
inilah merupakan factor yang membedakan fisiologis manusia, hewan, dan tumbuhan. Pada
tahapan selanjutnya, karakterisasi gen telah mampu menghasilkan urut – urutan tertentu yang
menghasilkan sifat unik suatu spesies makhluk hidup. Urut – urutan ini kemudian secara
sederhana dapat disimpan dalam wujud plasmid. Plasmid ini dapat dipindah – pindahkan ke
organisme lain, sehingga memiliki sifat unik yang sama dari spesies asalnya. Pada awalnya,
proses rekayasa genetika dilakukan untuk menciptakan makhluk yang sempurna. Perubahan
genetic ini bersifat permanen pada makhluk hidup dan dalam jumlah yang besar
keseimbangan alam akan berubah. Apabila terkadi kawin silang dengan spesies yang jauh
kekerabatannya maka secara sederhananya, proses rekayasa genetika dari yang terkendali
berubah menjadi tidak terkontrol lagi. Industry pertanian dan medis Negara maju sebagian
besar telah menggunakan rekayasa genetika di dalam proses produksinya. Negara yang
melakukan penanaman komersial produk transgenic biasanya melakukan analisis
keamanannya, termasuk konsekuensi langsung dan tidak langsung. Konsekuensi langsung
misalnya, kajian apakah terjadi perubahan nutrisi,munculnya efek alergi, atau toksisitas
akibat rekayasa genetika. Konsekuensi tidak langsung misalnya, efek baru yang muncul
akibat transfer gen, perubahan level ekspresi gen pada obyek sasaran, serta pengaruhnya
terhadap metabolism bahan. Beberapa efek lain yang perlu dikaji misalnya gene silencing,
interupsi sekuens penyandi, atau berubahnya system regulasi gen – gen (Ni Putu, 2011).

2.3 APLIKASI REKAYASA GENETIKA GMF PADA SUSU


a) Kloning Gen pada Sapi untuk Menghasilkan Susu Manusia
Tersedianya susu kemasan yang dijual di pasaran dengan nilai gizi yang tidak lebih baik
karena lysozyme ataupun laktoferin tidak dijumpai atau hanya ada dalam jumlah sangat
sedikit pada susu suplemen di pasaran ataupun pada susu sapi segar (sapi biasa). Sebagai
perbandingan, lysozyme yang terdapat pada air susu ibu mencapai antara 200-400 ug/ml,
sementara hanya terdapat 0,05-0,22 ug/ml pada susu sapi biasa. Sapi hasil kloning
memproduksi susu yang mengandung lysozyme hingga lebih  45 ug/ml. Tentunya ini akan
membantu di era modernisasi dan emansipasi wanita yang dengan penelitian lebih lanjut
diharapkan mampu mengganti air susu ibu sehingga ibu-ibu yang bekerja ataupun ibu-ibu
yang tak mau menyusui anaknya tak harus khawatir lagi dalam mencukupi kebutuhan gizi
anaknya dengan asi.
4
Dalam proses membentuk sapi kloning yang menghasilkan protein sebagaimana yang
terdapat pada asi ini, rekayasa genetika dilakukan terlebih dahulu pada DNA/gen dari nukleus
sel sapi yang akan ditransfer ke sel telur.

Melalui proses yang  disebut somatic cell nuclear transfer, yang mentransfer nukleus
(inti sel) dari sebuah sel somatik (sel dewasa pada sebuah organisme/individu) ke dalam
sebuah sel telur yang sudah dibuang nukleus bagian inti sel-nya. Proses dilakukan secara
manual dengan menggunakan pipet berukuran sangat kecil (micropipette). Nukleus dari sel
yang akan diklon tadi akan mengalami proses pemrograman ulang di dalam sel telur sehingga
hilanglah ciri khas bahwa ia berasal dari sebuah sel dewasa. Sel dewasa disini tak lain dan tak
bukan adalah sel-sel di dalam tubuh kita seperti sel kulit, sel darah, sel saraf, sel tulang dan
sel tubuh lainya. Sebuah sel dewasa tidak bisa mengalami perubahan jenis, semisal sel kulit
tak akan bisa menjadi sel darah dalam proses pemrograman di dalam sel telur, yang terjadi
secara alamiah dan masih belum begitu dimengerti oleh ilmuwan, akan membuat nukleus tadi
seolah-olah berasal dari sebuah zigot atau calon individu baru/embryo sehingga memiliki
potensi untuk membentuk semua jenis sel yang ada. sel telur yang sudah ditransfer dengan
nukleus dari sel dewasa tersebut lalu akan membelah dan memperbanyak diri setelah
distimulasi semisal dengan  listrik. Kemudian akan dibiarkan beberapa hari dalam tabung di
laboratorium untuk melihat suatu  perkembangannya normal atau tidak, baru kemudian

5
diimplantasi ke dalam rahim sebuah hewan yang dijadikan (surrogate mother), untuk
kemudian dilahirkan.
Dalam proses membentuk sapi kloning yang menghasilkan protein sebagaimana yang
terdapat pada asi ini, rekayasa genetika dilakukan terlebih dahulu pada DNA/gen dari nukleus
sel sapi yang akan ditransfer ke sel telur. Gen pada manusia yang bertanggung jawab dalam
pembentukan protein pada air susu akan di insert ke dalam DNA yang terdapat pada nukleus
sapi, sehingga nantinya gen tersebut menjadi bagian dari gen sapi hasil kloning, dan
membuatnya bisa menghasilkan air susu yang mirip dengan air susu manusia dalam proses
membentuk sapi kloning yang mampu dalam  menghasilkan protein seperti yang terdapat
pada air susu manusia sebagai perbandingan, lysozyme yang terdapat pada asi mencapai 200-
400 ug/ml, sementara hanya terdapat 0,05-0,22 ug/ml pada susu sapi biasa., sapi hasil kloning
bisa memproduksi susu yang dapat  mengandung lysozyme hingga lebih dari 45 ug/ml. Ini,
rekayasa genetika dilakukan terlebih dahulu pada DNA/gen dari nukleus sel sapi yang akan
ditransfer ke sel telur. Gen-gen pada manusia yang bertanggung jawab terhadap pembentukan
protein pada air susu akan di insert (disisipi) ke dalam DNA yang terdapat pada nukleus sapi,
sehingga nantinya gen tersebut menjadi bagian dari gen sapi hasil kloning, dan dapat 
menghasilkan air susu yang mirip dengan air susu manusia.

b) Sapi Transgenic Penghasil Protein Susu


Pada hewan uji berupa ternak besar jarang sekali dilakukan percobaan transgenic karena
kendala masa regenerasi yang membutuhkan waktu sekitar 2 tahun. Namun para peneliti
akhirnya bisa menyisipi gen penghasil α – lactabumin yang berasal dari manusia. Dari hasil
uji produksi susu sebesar 91 ml, ditemukan sekresi α – lactalbumin. Metode yang digunakan
adalah melakukan fertilisasi secara in vitro yang selanjutnya akan dihasilkan zigot. Tahap
berikutnya zigot akan diinjeksikan dengan DNA yang mengandung agen α – lactalbumin.
Proses injeksi dengan menggunakan teknik microinjection. Selanjutnya zigot dikultur selama
6 atau 7 hari dengan menggunakan media sintetik yang menyerupai cairan oviduk. Setelah itu
akan tumbuh menjadi embrio dan ditransfer ke rahim sapi untuk proses kehamilan.

2.4 APLIKASI REKAYASA GENETIKA GMF PADA DAGING


a) Inventarisasi Gen Myostatin pada Kambing dan Domba untuk Membudidayakan
Ternak dengan Massa Otot yang Besar
Salah satu faktor yang mengendalikan pertumbuhan adalah myostatin atau Growth
Differentiations Factor 8 (GDF8) yang merupakan anggota dari superfamili Transforming
6
Growth Factor-β (TGF-β) yang mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi jaringan otot
tubuh. Ketidakberadaan myostatin di dalam sel menyebabkan pembesaran jaringan otot yang
melebihi normal baik hipertrofi maupun hyperplasia. Pada umumnya otot tumbuh dengan tiga
cara, yaitu pertambahan serabut otot dalam jumlah, panjang, maupun ukuran atau jumlah
lilitan myostatin. Mekanisme yang mengatur perbanyakan dan ukuran sel otot ini salah
satunya diatur oleh gen penyandi myostatin. Gen myostatin atau Growth Differentiations
Factor 8 (GDF8) merupakan anggota dari superfamili Transforming Growth Factor-β (TGF-
β) yang mensekresikan protein untuk mengontrol pertumbuhan dan diferensiasi jaringan
tubuh (Langley et al, 2002).

Peranan penting myostatin sebagai umpan balik “feed back negative” pada pertumbuhan
massa otot, dimana myostatin menghambat myogenin sehingga myoblast tidak dapat
berdiferensiasi menjadi myotubes, yang akan berkembang menjadi serat otot
(Langley et al, 2002)
Penghambatan atau ketidakberadaan myostatin di dalam sel menyebabkan hipertropi dan
hiperplasia, yaitu pembesaran jaringan atau bagian otot yang melebihi normal atau lebih
dikenal dengan “Double Muscling”. Inventarisasi pada proses budi daya tentunya bukan hal
yang mudah dilakukan, terutama pada gen-gen yang menyandi sifat yang tidak terlihat secara
fisik. Oleh karena itu dibutuhkan metode penandaan molekular, sehingga pelaksanaan
inventarisasi gen dapat lebih mudah dan memiliki tingkat keberhasilan yang lebih tinggi.
Salah satu metode penanda molekuler adalah dengan menggunakan “Marker Assisted
Selection” atau seleksi dengan bantuan penanda genetik. Penanda genetik adalah gen yang
dapat dideteksi atau fragmen DNA yang berada cukup dekat dengan lokus tempat gen yang
diinginkan. Melalui metode ini dapat diketahui sifat individu dengan melihat penanda gen
yang ada padanya, serta sifat yang tidak atau belum terekspresi (McNally, 2004).

b) Cultured Meat
Teknik empat langkah digunakan untuk mengubah stem sel atau sel induk dari daging
binatang ke burger. Langkah pertama, sel induk diambil dari otot sapi. Kemudian sel tersebut

7
diinkubasi dalam kaldu nutrisi sampai berkembang biak berkali-kali dan menghasilkan
jaringan lengket dengan konsistensi seperti telur mentah. Lalu, mentransformasikannya
menjadi ribuan lapisan tipis sel otot daging sapi. Proses selanjutnya, dengan menggabungkan
3.000 potongan daging yang dihasilkan di labratorium, dibentuk menjadi burger.
Kemampuan luar biasa sel induk untuk tumbuh dan berkembang biak berarti, sel-sel yang
diambil dari seekor sapi bisa menghasilkan burger sejuta kali lebih banyak daripada jika
hewan tersebut disembelih untuk diambil daging.
Keuntungan dari teknologi ini adalah untuk pembuatan produk asal hewan tidak
memerlukan hewannya lagi.

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Modifikasi genetika atau rekayasa genetika adalah kegiatan sengaja melakukan
manipulasi materi genetic dengan teknik biokimia dan bioteknologi modern. Hasil rekayasa
genetika dapat berupa hasil tanaman, ternak dan ikan, dalam bentuk varitas/klon/jenis baru

8
yang mempunyai sifat unggul tertentu sehingga mendatangkan keuntungan yang lebih besar
bagi manusia. Salah satu aplikasi rekayasa genetika yang bermanfaat bagi manusia adalah
Genetically Modified Food (GMF) atau makanan transgenik adalah makanan yang melalui
suatu teknologi pemindahan dan penyisipan gen atau yang disebut teknologi berasal dari
organisme transgenik. Beberapa contoh produk GMF adalah kloning gen pada sapi untuk
menghasilkan susu manusia; sapi transgenic penghasil protein susu; inventarisasi gen
myostatin pada kambing dan domba untuk membudidayakan ternak dengan massa otot yang
besar dan kultur daging.

9
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, Nurhayati. 2009. Perkembangan Teknologi di Bidang Produksi Pangan dan Obat –
obatan serta Hak – hak Konsumen. Jurnal Hukum No. 3 Vol. 16 Juli 2009: 423 – 438

Agustini, Ni Putu. 2011. Aspek Keamanan Pangan Genetically Modified Food (GMF). Jurnal
Ilmu Gizi, Volume 2 Nomor 1, Februari 2011: 27 - 36

Info POM. 2010. Pangan Produk Rekayasa Genetika dan Pengkajian Keamanannya di
Indonesia. Badan POM RI Volume XI, No. 1 Maret – April 2010 ISSN 1829 – 9334

Langley et al. 2002. Myostatin inhibits myoblast differentiation by down-regulating MyoD


expression. J Biol Chem 277(51): 49831-40

McNally EM. 2004. Powerful genes – myostatin regulation of human muscle mass. N Engl J
Med 350;26: 2642-2644

10

Anda mungkin juga menyukai