Anda di halaman 1dari 4

PEMBAHASAN

Hipertensi salah satu penyakit degeneratif yang banyak terjadi dan mempunyai tingkat
mortalitas yang cukup tinggi serta mempengaruhi kualitas hidup dan produktifitas seseorang.
Hipertensi sering diberi gelar the silent killer karena penyakit ini merupakan pembunuh
tersembunyi dan pada umumnya pasien tidak mengetahui bahwa mereka menderita penyakit
hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya.Selain itu penderita hipertensi umumnya
tidak mengalami suatu tanda atau gejala sebelum terjadi komplikasi.Seseorang dikatakan
hipertensi apabila tekanan darah sistolik (TDS) > 140 mmHg dan / atau tekanan darah diastolik
(TDD) > 90 mmHg ( Taslima & Asmaul Husna, 2017).

Ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan hipertensi antara lain karakteristik
individu (usia, jenis kelamin, riwayat penyakit hipertensi), pola makan (kebiasaan konsumsi
lemak, natrium, dan kalium), dan gaya hidup (kebiasaan merokok, konsumsi alkohol, stress,
konsumsi kopi dan aktivitas fisik (Ajikwa Ari Widianto, et.al, 2018).

Gaya hidup merupakan yang sangat mempengaruhi kehidupan lansia. Gaya hidup yang
tidak sehat, dapat menyebabkan terjadinya penyakit hipertensi, misalnya; makanan, aktifitas
fisik, stress, dan merokok (Poniyah Simanulang, 2018)

Dalam penelitian Solehatul Mahmuda dkk (2015) mengatakan bahwa gaya hidup
merupakan faktor penting yang mempengaruhi kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang tidak
sehat dapat menjadi penyebab terjadinya hipertensi misalnya aktivitas fisik dan stress. Pada
penelitian Taslima (2016) dari 36 responden yang gaya hidup baik mengalami hipertensi sedang
yaitu sebanyak 20 responden (51,3%), sedangkan dari 29 responden yang gaya hidup kurang
baik mengalami hipertensi sedang yaitu sebanyak 10 responden 24,5%. Hasil analisis statistik
menggunakan uji chi-square didapatkan p value 0,027. Sehingga dapat disimpulkan bahwa p <
0,05 yang artinya Ha diterima atau terdapat hubungan gaya hidup dengan hipertensi pada lansia.
Seiring berubahnya gaya hidup diperkotaan mengikuti era globalisasi, hipertensi pada lansia
terus meningkat, hal ini disebabkan karena lansia malas untuk melakukan olahraga yang dapat
mencegah terjadinya hipertensi seperti berjalan kaki di pagi atau sore hariA, menaiki tangga,
bersepada, berternak, dan olahraga lainnya. Dengan demikian kebutuhan olahraga yang
diperlukan oleh tubuh sangat sedikit sehingga menyebabkan terjadinya hipertensi pada lansia.
Selain itu, kurangnya aktivitas fisik meningkatkan risiko menderita hipertensi karena
kelebihan berat badan. Orang yang tidak aktif juga cenderung mempunyai frekuensi denyut
jantung yang lebih tinggi sehingga otot jantungnya harus bekerja lebih keras pada setiap
kontraksi. Makin keras dan sering otot jantung harus memompa, semakin besar tekanan yang
dibebankan pada arteri (Anggara & Pratyno, 2013 dalam Anisa Laila, 2016). Hal ini diperkuat
oleh penelitian yang dilakukan Poniyah Simanulang (2018), Hasil penelitian yang di peroleh
bahwa gaya hidup lansia berdasarkan aktifitas fisik mayoritas tidak baik (49%) dengan p.value =
0,01 (ɑ <0,05), yang artinya ada hubungan antara aktivitas fisk dengan kejadina hipertensi,
dengan kurangnya aktifitas fisik maka akan terjadi penumpukan-penumpukan lemak atau
meningkatkan kelebihan berat badan, terhambatnya aliran darah.

Pada penelitian Ajikwa Ari Widianto, et.al (2018), minuman yang mengandung kafein
juga berperan dalam terjadinya hipertensi. Kafein yang terdapat pada kopi dapat meningkatkan
kadar plasma beberapa stres hormon yang diketahui dapat meningkatkan keadaan tekanan darah.

Menurut Muriyati & Safruddin (2018) Perilaku merokok adalah salah satu faktor yang
menunjang kejadian hipertensi karena rata-rata masyarakat yang mengkonsumsi rokok lebih dari
1 bungkus per harinya baik yang jenis rokok filter maupun non filter, sehingga semakin banyak
rokok yang dikonsumsi maka semakin besar pula terjadinya penyempitan atau penebalan pada
pembuluh darah sehingga meningkatan denyut jantung dan pada akhirnya dapat meningkatkan
tekanan darah dan terjadi hipertensi. Namun berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh
Poniyah Simanulang (2018), menunjukkan hasil penelitian hubungan gaya hidup (Kebiasaan
merokok) dengan kejadian hipertensi pada lansia di Puskesmas Darussalam Medan di dapat
p.value =0,521 (ɑ >0,05).artinya tidak ada hubungan antara kebisaan merokok dengan kejadian
hipertensi pada lansia.

Pola makan yang salah merupakan salah satu faktor resiko yang meningkatkan penyakit
hipertensi, Pola makan yang tidak seimbang antara asupan dan kebutuhan, jumlah maupun jenis
makanannya, seperti makanan-makanana tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran dan buah,
makanan tinggi natrium, dapat meningkatkan resiko terjadinya hipertensi (Fany Ilyasa, 2014).

Faktor makanan modern sebagai penyumbang utama terjadinya hipertensi. Pada umumnya
lansia dalam pola makannya masih salah. Kebanyakan lansia masih menyukai makanan-
makanan yang asin dan gurih, terutama makan-makanan cepat saji yang banyak mengandung
lemak jenuh serta garam dengan kadar tinggi. Kandungan Na (Natrium) dalam garam yang
berlebihan dapat menahan air retensi sehingga meningkatkan jumlah volume darah. Akibatnya
jantung harus bekerja keras memompa darah dan tekanan darah menjadi naik sehingga bisa
menyebabkan hipertensi. Kurangnya mengkonsumsi sumber makanan yang mengandung kalium
mengakibatkan jumlah natrium menumpuk dan akan meningkatkan resiko hipertensi (Yekti,
2013 dalam penelitian Poniyah Simanulang, 2018).

Menurut penelitian Ajikwa Ari Widianto, et.al (2018), berpendapat bahwa pola makan
yang tidak baik dapat menyebabkan terjadinya hipertensi. Pola makan yang tidak baik seperti
makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh, tinggi garam, kurang sayur dan buah serta
makanan dan minuman kaleng memicu terjadinya penyakit hipertensi dikarenakan makanan
tersebut tidak sesuai dengan kalori yang dibutuhkan dan mengandung banyak bahan pengawet.
Pola makanan yang tidak seimbang antara asupan dengan kebutuhan bisa menyebabkan obesitas.
Obesitas meningkatkan risiko terjadinya hipertensi. Masyarakat di sini lebih banyak
mengkonsumsi daging dibanding dengan yang mengkonsumsi jeroan atau makanan bersantan.
Kebiasaan makan daging dan konsumsi lemak tak jenuh erat hubungannya dengan peningkatan
berat badan yang berisiko tinggi terjadinya hipertensi.

Pada penelitian Solehatul Mahmudah, et.al (2015), menunjukkan bahwa tidak ada
hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan
oleh Fany Ilyasa Gusti, et.al (2014), yang mendapatkan hasil adanya hubungan yang signifikan
pola makan dengan kejadian hipertensi, dan mengatakan bahwa pola makan yang tidak seimbang
antara asupan dan kebutuhan, jumlah maupun jenis makanannya, seperti makanan-makanan
tinggi lemak, kurang mengkonsumsi sayuran buah, makanan tinggi natrium, dapat meningkatkan
resiko terjadinya hipertensi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa gaya hidup merupakan factor
risiko timbulnya hipertensi. Meningkatnya hipertensi dipengaruhi oleh gaya hidup yang tidak
sehat. Gaya hidup yang tidak sehat :aktifitas fisik, kebiasaan merokok, kebiasaan minum kopi
dan pola makan yang tidak sehat dapat menyebabkan kejadian hipertensi pada lansia. Di
sarankan kepada lansia untuk selalu mengikuti anjuran gaya hidup yang benar, mengontrol
tekanan darah, mengurangi garam pada makanan, mengurangi makanan tinggi lemak, olahrahga
secara teratur.

Anda mungkin juga menyukai