Anda di halaman 1dari 14

DAMPAK CHLOROFLOUROCARBON (CFC) TERHADAP

LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERAN ATURAN HUKUM


NASIONAL DAN INTERNASIONAL

Makalah Hukum Lingkungan

Disusun Oleh :
Dian Rubiana Suherman
20040016020

Magister Ilmu Hukum


Universitas Islam Bandung
2016
Kata Pengantar

Bismillahirrahmanirrahim

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, dengan
ini penulis panjatkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat-Nya
kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah hukum lingkungan yang
penulis beri judul "DAMPAK CHLOROFLUOROCARBON (CFC) TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERAN ATURAN HUKUM NASIONAL DAN
INTERNASIONAL".

Adapun makalah ilmiah biologi tentang "DAMPAK CHLOROFLUOROCARBON (CFC)


TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERAN ATURAN HUKUM NASIONAL
DAN INTERNASIONAL" ini telah penulis usahakan semaksimal mungkin dan tentunya
dengan bantuan dari banyak pihak, sehingga dapat memperlancar proses pembuatan makalah
ini. Oleh sebab itu, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan makalah hukum
lingkungan ini.

Akhirnya penulis mengharapkan semoga dari makalah ilmiah biologi tentang " DAMPAK
CHLOROFLUOROCARBON (CFC) TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP SERTA PERAN
ATURAN HUKUM NASIONAL DAN INTERNASIONAL" ini dapat diambil manfaatnya
sehingga dapat memberikan inpirasi terhadap pembaca. Selain itu, kritik dan saran dari Anda
saya tunggu untuk perbaikan makalah ini nantinya.

Bandung, 2 Oktober 2016

Penyusun
Bab I Pendahuluan

I.1 Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak terlepas dari penggunaan berbagai


macam bahan kimia yang telah ditemukan dan dikembangkan oleh manusia itu sendiri
sebagai suatu anugerah yang telah diberikan sang Maha Pencipta, Allah SWT. Dengan
anugerahnya tersebut, manusia diberikan akal dan pikiran untuk mencari jalan keluar
atas setiap masalah yang ada, salah satunya ada menciptakan bahan-bahan kimia
sebagai bahan baku maupun pelengkap dari setiap masalah yang memerlukan bantuan
bahan kimia tersebut.

Bahan-bahan dari perkembangan kimia itu sendiri sebenarnya sebagian besar


sudah Allah SWT ciptakan didunia ini untuk kepentingan umat manusia, manusia
mencari tahu, meneliti dan mengembangkan bahan-bahan kimia itu sendiri. Salah satu
zat kimia atau bahan kimia yang telah Allah SWT ciptakan adalah Oksigen (O 2) dan
Air (H2O), tanpa kedua hal tersebut manusia maupun makhluk hidup lainnya di bumi
tidak dapat hidup. Dengan hal tersebut maka tidak dapat dipungkiri lagi bahwa bahan
kimia dan perkembangan ilmu kimia saat ini sangat diperlukan oleh kehidupan
manusia.

Kimia (dari bahasa Arab: ‫كيمياء‬, transliterasi: kimiya = perubahan benda/zat atau
bahasa Yunani: χημεία, transliterasi: khemeia) adalah ilmu yang mempelajari mengenai
komposisi, struktur, dan sifat zat atau materi dari skala atom hingga molekul serta
perubahan atau transformasi serta interaksi mereka untuk membentuk materi yang
ditemukan sehari-hari. Kimia juga mempelajari pemahaman sifat dan interaksi atom
individu dengan tujuan untuk menerapkan pengetahuan tersebut pada tingkat
makroskopik. Menurut kimia modern, sifat fisik materi umumnya ditentukan oleh
struktur pada tingkat atom yang pada gilirannya ditentukan oleh gaya antaratom dan
ikatan kimia.1

Perkembangan saat ini, kimia sangat diperlukan sebagai bahan dasar dari mesin
pendiri ruangan sebagai alat bantu adaptasi karena cuaca ataupun iklim yang tidak
sesuai dengan keperluan tubuh kita. Sebagai contoh, ketika cuaca panas karena musim

1
Wikipedia, Kimia, https://id.wikipedia.org/wiki/Kimia, diakses tanggal 2 Oktober 2016.

1
panas, terkadang tubuh manusia tidak dapat beradaptasi dan memerlukan suhu yang
lebih rendah agar dapat bertahan dari panas tersebut, maka manusia menciptakan alat
penurun suhu ruangan yang kita kenal sekarang ini dengan AC atau Air Conditioner
yang dapat diartikan dengan Pengatur Kondisi Udara / Ruangan. Bahan dasar dari AC
tersebut adalah Freon ( dichlorodifluoromethane / R-12 / Freon-12 ) yang sering kita dengar
ketika AC ruangan ataupun AC dalam mobil kurang dingin. Penggunaan Freon dalam AC
pendingin ruangan maupun dalam AC mobil bahkan dalam Refrigerant atau Refrigerator yang
dikenal sebagai alat pendingin dalam Lemari Pendingin (lemari es) dapat menghasilkan gas
panas kimia yang disebut dengan CFC atau ChloroFlouroCarbon. Gas CFC ini dibuang ke
udara melalui pipa pembuangan atau exhaust yang menghasilkan udara yang cukup panas.

Penelitian saat ini menerangkan bahwa gas CFC hasil pembuangan dari AC ataupun
Refrigerant berdampak pada penipisan lapisan ozon di udara, dimana lapisan ozon merupakan
gas yang melapisi bumi sebagai pelindung dari radiasi ruang angkasa maupun sinar uv (ultra
violet) yang dihasilkan oleh matahari. Dengan hal tersebut, pada tahun 1987 hukum
internasional menetapkan pembatasan CFC yang diatur dalam Montreal Protocol on
Substances that Deplete the Ozone Layer.2

Dengan uraian di atas, maka penulis sangat tertarik untuk membahas dan menyusun
makalah mengenai “DAMPAK CHLOROFLUOROCARBON (CFC) TERHADAP
LINGKUNGAN HIDUP”.

I.2 Identifikasi Masalah

1. Bagaimanakah proses dan dampak dari CHLOROFLUOROCARBON terhadap


lingkungan hidup ?

2. Bagaimanakah Peran Aturan Hukum Nasional maupun Hukum Internasional


mengatur mengenai CHLOROFLUOROCARBON ?

2
Ibid.

2
Bab II Pembahasan

II.1 Proses dan Dampak CholoroFluoroCarbon (CFC) terhadap Lingkungan Hidup

ChloroFluoroCarbon (CFC) adalah senyawa organik yang hanya mengandung karbon,


klorin, dan fluorin, diproduksi sebagai turunan volatile metana, etana, dan propana. Mereka
juga sering dikenal dengan nama merk DuPont Freon. perwakilan yang paling umum adalah
dichlorodifluoromethane (R-12 atau freon-12). Banyak CFC telah banyak digunakan sebagai
pendingin, propelan (dalam aplikasi aerosol), dan pelarut. Karena CFC berkontribusi terhadap
penipisan lapisan ozon di bagian atas atmosfer, pembuatan senyawa tersebut telah dihapus
dalam Protokol Montreal, dan mereka sedang diganti dengan produk lain seperti
hidrofluorokarbon (HFC) (misalnya, R-410A) dan R-134a. 3 CFC merupakan salah satu Bahan
Perusak Ozon (BPO) atau Ozon Depletion Subtances (ODS), dimana CFC merupakan senyawa
yang sangat stabil dan tidak akan terlarut dalam air hujan. Setelah periode beberapa tahun, BPO
akan mencapai stratosfer yang terletak kira-kira 10 kilometer dari permukaan Bumi. 4

Ozon adalah gas yang secara alami terdapat di atmosfir, unsur kimia yang terkandung
dalam partikel ozon adalah tiga buah oksigen (O3). Sedangkan keberadaan ozon sendiri di alam
terdapat di dua wilayah atmosfer. Ozon di troposfer (sekitar 10 s/d 16 km dari permukaan
bumi) kandungan hanya 10%. Sedangkan selebihnya berada di lapisan stratosfer (50 km dari
puncak troposfer) dengan kandungan ozon mencapai 90%. Ozon di stratosfer seringkali disebut
lapisan ozon, karena memiliki kandungan O3 (ozon) yang sangat banyak (90%). Penipisan
lapisan ozon dimulai saat CFC dan Bahan Perusak Ozon lainnya diemisikan ke atomosfer.
Angin medistribusikan gas BPO di troposfer. CFC merupakan senyawa yang sangat stabil dan
tidak akan terlarut dalam air hujan. Setelah periode beberapa tahun, BPO akan mencapai
stratosfer yang terletak kira-kira 10 kilometer dari permukaan Bumi. Sinar UV yang kuat dapat
memecah molekul BPO. BPO melepaskan atom klorin atau atom bromin, atom inilah yang
sebenarnya merusak ozon, bukan molekul BPO. Diestimasikan bahwa atom klorin dapat
memecah 100.000 molekul ozon sebelum tersisih dari stratosfer. 5

Ozon sendiri sebenarnya diproduksi dan terpecah kembali dalam suatu siklus alami,
namun peningkatan atom klorin dan bromin merusak kesetimbangan ini. Akibatnya penyisihan
ozon lebih cepat daripada proses pembentukan ozon secara alami sehingga level ozon menurun.
Lapisan ozon berfungsi menyaring radiasi UV B (ultra violet B), menipisnya lapisan ozon
berarti semakin tinggi radiasi UV B yang mencapai permukaan bumi. Penipisan lapisan ozon

3
Ibid.
4
BPLH Pemerintah Kota Bandung, Laporan Final Bahan Perusak Ozon, http://bplhbandung.com/v2/
laporan-final-bahan-perusak-ozon/, diakses pada 2 Oktober 2016.
5
Ibid.

3
dapat berdampak negatif terhadap kehidupan manusia, karena dapat menyebabkan perubahan
metabolisme sel tumbuhan maupun hewan dan dapat merusak material genetik. Di alam,
adanya peningkatan radiasi UV-B yang berlebihan akan dapat mempengaruhi reaksi kimia
atmosfer yang dapat memicu terjadinya hujan asam dan pemanasan global .

Salah satu akibat negatif dari makin menipisnya lapisan ozon adalah gangguan
kesehatan yang berupa katarak mata, kanker kulit dan menurunnya efek imunitas tubuh.
Menurut US EPA (2011) paparan sinar UV-B dapat menyebabkan kerusakan kumulatif
terhadap sistem mata, karena dapat merusak kornea mata, selain itu juga dapat menyebabkan
terjadinya katarak mata. Penggunaan kaca mata hitam (sunglasses) sangat disarankan pada saat
matahari bersinar sangat terang.

Pada penelitian yang dilakukan di Kota Makassar pada tahun 2009-2010, diperoleh
hasil bahwa pada lokasi dengan paparan UV yang rendah mempunyai kecenderungan
prevalensi katarak yang lebih kecil dibandingkan dengan daerah yang mendapatkan paparan
UV yang tinggi. Penurunan risiko pada paparan UV rendah mencapai 30%. Kemudian pada
daerah dengan lokasi yang terpapar sinar UV pada kadar yang rendah memiliki faktor proteksi
terhadap katarak hingga kurang lebih 40%. Namun demikian, perlu juga dilihat adanya faktor
lain yang mempengaruhi prevalensi kasus katarak mata ini.

Dari data dan pengamatan kondisi ozon di atmosfer kondisi dari bulan Oktober 1980
sampai dengan Oktober 1991 kondisi lubang pada lapisan ozon makin memprihatinkan dan
makin membesar, hampir sebesar benua Australia. Kondisi terbaru memang sudah lebih baik
menurut data per – 9 September 2011 minimum 164 DU terletak di lokasi 76 derajat selatan
dan 108 derajat sebelah barat dengan luas sekitar 18.12 juta km 2 dan kehilangan partikel ozon
sebesar 8.14 megatron. Dari foto satelit lubang ozon di kutub utara masih terlihat terjadi
penipisan. Penipisan itu berada di sekitar Rusia dan Skandinivia, selain yang juga terlihat di
Australia.6

Dampak yang dihasilkan dari penggunaan CFC sebagai bahan dasar Air Conditioner,
Refrigerator (lemari pendingin), Aerosol dan sebagainya, selain dapat berdampak langsung
terhadap kesehatan manusia karena
sinar UV seperti yang dijelaskan di
atas, juga dapat berdampak
pada lingkungan hidup secara
umum, yaitu CFC menjadi salah
penyebab semakin parahnya

6
Ibid.

4
Global Warming (pemanasan global) yang sangat jelas dapat merusak lingkungan hidup secara
umum. Dalam Laporan Final Bahan Perusak Ozon yang dikeluarkan oleh Badan Pengelolaan
Lingkungan Pemerintah Kota Bandung, Pemanasan global merupakan salah satu permasalahan
lingkungan global yang saat ini menjadi isu penting seiring meningkatnya suhu bumi. Berikut
pada Gambar 1 ditampilkan peran BPO dalam proses penipisan ozon dan pemanasan global. 7

Gambar 1
Pemanasan Global atau Global Warming merupakan salah
satu masalah yang sangat penting yang sedang dihadapi oleh dunia saat ini.
Pemanasan global adalah suatu proses meningkatnya suhu rata-rata atmosfer, laut, dan daratan
Bumi. Dapat diartikan bahwa pemanasan global sangat berpengaruh terhadap perubahan cuaca
diseluruh bagian bumi.

Suhu rata-rata global pada permukaan Bumi telah meningkat 0.74 ± 0.18 °C (1.33 ±
0.32 °F) selama seratus tahun terakhir. Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC)
menyimpulkan bahwa sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
ke-20 kemungkinan besar disebabkan oleh meningkatnya konsentrasi gas-gas rumah kaca
akibat aktivitas manusia melalui efek rumah kaca. Kesimpulan dasar ini telah dikemukakan
oleh setidaknya 30 badan ilmiah dan akademik, termasuk semua akademi sains nasional dari
7
Ibid.

5
negara-negara G8. Akan tetapi, masih terdapat beberapa ilmuwan yang tidak setuju dengan
beberapa kesimpulan yang dikemukakan IPCC tersebut.

Model iklim yang dijadikan acuan oleh projek IPCC menunjukkan suhu permukaan
global akan meningkat 1.1 hingga 6.4 °C (2.0 hingga 11.5 °F) antara tahun 1990 dan 2100.
Perbedaan angka perkiraan itu disebabkan oleh penggunaan skenario-skenario berbeda
mengenai emisi gas-gas rumah kaca pada masa mendatang, serta model-model sensitivitas
iklim yang berbeda. Walaupun sebagian besar penelitian terfokus pada periode hingga 2100,
pemanasan dan kenaikan muka air laut diperkirakan akan terus berlanjut selama lebih dari
seribu tahun walaupun tingkat emisi gas rumah kaca telah stabil. Ini mencerminkan besarnya
kapasitas kalor lautan.8

Meningkatnya suhu global diperkirakan akan menyebabkan perubahan-perubahan yang


lain seperti naiknya permukaan air laut, meningkatnya intensitas fenomena cuaca yang ekstrem,
serta perubahan jumlah dan pola presipitasi. 9 Akibat-akibat pemanasan global yang lain adalah
terpengaruhnya hasil pertanian, hilangnya gletser, dan punahnya berbagai jenis hewan. Akibat
yang paling berpengaruh terhadap lingkungan hidup adalah peningkatan suhu dan perubahan
iklim yang tidak stabil.

Para ilmuwan memperkirakan bahwa selama pemanasan global, daerah bagian Utara
dari belahan Bumi utara (Northern Hemisphere) akan memanas lebih dari daerah-daerah lain di
Bumi. Akibatnya, gunung-gunung es akan mencair dan daratan akan mengecil. Akan lebih
sedikit es yang terapung di perairan Utara tersebut. Daerah-daerah yang sebelumnya mengalami
salju ringan, mungkin tidak akan mengalaminya lagi. Pada pegunungan di daerah subtropis,
bagian yang ditutupi salju akan semakin sedikit serta akan lebih cepat mencair. Musim tanam
akan lebih panjang di beberapa area. Suhu pada musim dingin dan malam hari akan cenderung
untuk meningkat.

Daerah yang hangat akan menjadi lebih lembap karena lebih banyak air yang menguap
dari lautan. Para ilmuwan belum begitu yakin apakah kelembapan tersebut malah akan
meningkatkan atau menurunkan pemanasan yang lebih jauh lagi. Hal ini disebabkan karena uap
air merupakan gas rumah kaca, sehingga keberadaannya akan meningkatkan efek insulasi pada
atmosfer. Akan tetapi, uap air yang lebih banyak juga akan membentuk awan yang lebih
banyak, sehingga akan memantulkan cahaya Matahari kembali ke angkasa luar, di mana hal ini
akan menurunkan proses pemanasan (lihat siklus air). Kelembapan yang tinggi akan
meningkatkan curah hujan, secara rata-rata, sekitar 1 persen untuk setiap derajat Fahrenheit
8
Wikipedia, Pemanasan Global, https://id.wikipedia.org/wiki/Pemanasan_global, diakses pada 2
Oktober 2016.
9
Ibid.

6
pemanasan. Curah hujan di seluruh dunia telah meningkat sebesar 1 persen dalam seratus tahun
terakhir ini. Badai akan menjadi lebih sering. Selain itu, air akan lebih cepat menguap dari
tanah. Akibatnya beberapa daerah akan menjadi lebih kering dari sebelumnya. Angin akan
bertiup lebih kencang dan mungkin dengan pola yang berbeda. Topan badai (hurricane) yang
memperoleh kekuatannya dari penguapan air, akan menjadi lebih besar. Berlawanan dengan
pemanasan yang terjadi, beberapa periode yang sangat dingin mungkin akan terjadi. Pola cuaca
menjadi tidak terprediksi dan lebih ekstrem.10

II.2 Peran Aturan Hukum Nasional dan Internasional

Sebagai masalah yang melingkupi seluruh umat manusia di bumi maka diperlukan
aturan hukum yang diatur secara nasional maupun internasional dan hukum merupakan salah
satu aspek yang dapat membatasi penggunaan maupun produksi CFC tersebut.

Perlindungan Lapisan Ozon (PLO) merupakan salah satu bagian dari upaya
perlindungan lingkungan secara menyeluruh sebagaimana disebutkan dalam Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Penipisan
lapisan ozon terjadi akibat berkurangnya molekul ozon di stratosfer disebabkan oleh
terlepasnya Bahan Perusak Ozon (BPO) yang mengandung klorin dan bromine ke stratosphere.
Oleh karena itu, penanganan kerusakan lapisan ozon dilakukan dengan cara mencegah emisi
BPO serta menghentikan produksi dan konsumsi BPO secara bertahap. Biasanya BPO ini
banyak digunakan sebagai bahan pendingin (refrigerants), insulating foam, dan solvents.11

Ketentuan mengenai jadwal penghapusan konsumsi dan produksi BPO secara bertahap
tersebut diatur secara rinci dalam Protokol Montreal dimana seluruh negara pihak yang telah
meratifikasi konvensi dan protokol tersebut wajib melaksanakan upaya penghapusan BPO
tersebut. Indonesia sebagai bagian dari komunitas masyarakat internasional mempunyai
komitmen untuk ikut serta secara aktif dalam upaya perlindungan lapisan ozon tersebut.

Terkait dengan upaya penghapusan BPO jenis HCFC, Pemerintah Indonesia telah
menerbitkan 3 (tiga) regulasi yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 3/M-
Dag/Per/1/2012 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Ozon (BPO); Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor: 41/M-Ind/Per/5/2014 tentang Larangan Penggunaan HCFC di Bidang
Perindustrian dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 55/M-Dag/Per/9/2014 tentang Impor
Barang Berbasis Pendingin. Sampai saat ini, Indonesia telah berhasil menghapuskan pemakaian
BPO jenis Clorofluorocarbon (CFC), Halon, Carbontetrachloride, Methyl chloroform, dan
10
Ibid.
11
Kementerian Lingkungan Hidup, Regulasi Program Penghapusan Bahan Perusak Ozon “HCFC” Di
Indonesi, http://www.menlh.go.id/regulasi-program-penghapusan-bahan-perusak-ozon-hcfc-di-
indonesia/, diakses pada 2 Oktober 2016

7
Methyl bromide (untuk keperluan non karantina dan pra pengapalan). Bagi perusahaan industri
yang melanggar ketentuan, akan dikenai sanksi administrasi berupa pencabutan Izin Usaha
Industri (IUI) atau Tanda Daftar Industri (TDI). 12

Deputi III KLH, Arief Yuwono mengatakan bahwa Target Indonesia adalah sebelum
tanggal 1 Januari 2015 industri manufaktur dan atau perakitan refrigerasi dan AC pengguna
HCFC-22 serta industri pengguna HCFC-141b sebagai blowing agent untuk busa insulasi pada
peralatan refrigerasi, dan manufaktur produk refrigerasi domestik, freezer, thermoware,
refrigerated trucks dan integral skin telah selesai melakukan alih teknologi dari yang
menggunakan HCFC menjadi non-HCFC untuk mencapai penurunan konsumsi HCFC sebesar
10% pada 1 Januari 2015. Dan mulai tanggal 1 Januari 2015 juga, barang berbasis sistem
pendingin yang menggunakan refrigerant HCFC-22 baik dalam keadaan terisi maupun kosong
dilarang untuk diimpor.13

Dalam pasal 4 Peraturan Menteri Perindustrian no. 41 tahun 2014 tentang Larangan
Penggunaan HydroChloroFluoroCarbon (HCFC) di Bidan Perindustrian menyebutkan bahwa
pada tanggal 31 Desember 2030 penggunaan HCFC untuk pemeliharaan akan mulai dilarang,
dan setiap pelaku industri yang melakukan pelanggaran tersebut akan dikenakan sanksi
administratif yaitu berupa pencabutan izin usaha industri seperti yang diatur dalam pasal 11
Peraturan Menteri Perindustrian no. 41 tahun 2014 tentang Larangan Penggunaan
HydroChloroFluoroCarbon (HCFC) di Bidan Perindustrian.

Peraturan hukum nasional di atas, yaitu Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 3/M-
Dag/Per/1/2012 tentang Ketentuan Impor Bahan Perusak Ozon (BPO), Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor: 41/M-Ind/Per/5/2014 tentang Larangan Penggunaan HCFC di Bidang
Perindustrian dan Peraturan Menteri Perdagangan Nomor: 55/M-Dag/Per/9/2014 tentang Impor
Barang Berbasis Pendingin tidak lepas dari ikut campurnya pemerintah indonesia untuk
meratifikasi perjanjian internasional. Perjanjian internasional yang mengatur mengenai hal ini
adalah Vienna Convention for The Protection of The Ozone Layer 1985 dan Montreal Protocol
on Substances that Deplete the Ozone Layer 1987.

Vienna Convention for The Protection of The Ozone Layer 1985 ini mengatur
mengenai perlindungan dari negara-negara peserta konvensi terhadap lapisan ozon di bumi
yang saat ini dirasa sudah sangat berbahaya dan diperlukan tindakan untuk memperbaiki
lapisan ozon di atmosfer bumi sebagai pelindung bumi. Dalam Article 1 Vienna Convention for
The Protection of The Ozone Layer 1985 ini diterangkan bahwa : 14
12
Ibid.
13
Ibid.
14
Article 1 Vienna Convention for The Protection of The Ozone Layer 1985

8
“The Parties shall take appropriate measures in accordance with the
provisions of this Convention and of those protocols in force to which they are
party to protect human health and the environment against adverse effects
resulting or likely to result from human activities which modify or are likely to
modify the ozone layer.”

Hal di atas dapat diartikan bahwa setiap negara peserta wajib mengambil tindakan yang
diperlukan sesuai dengan ketentuan dalam konvensi ini dan segala protokolnya dalam upaya
untuk melindungi kesehatan umat manusia dan lingkungan hidup dari segala efek yang
disebabkan atau hasil dari aktivitas manusia yang merubah atau dapat merubah lapisan ozon.

The Montreal Protocol on Subtances that Deplete the Ozone Layer 1987 (konvensi
montreal tentang bahan-bahan yang merusak lapisan ozon) telah diratifikasi oleh pemerintah
Indonesia. Protokol tersebut secara langsung mengatur mengenai pembatasan ataupun larangan
penggunaan segala macam bahan-bahan kimia yang dapat merusak lapisan ozon, dan salah satu
bahan yang diatur dalam protokol ini adalah penggunaan CFC.

Salah satu ketentuan mengenai pembatasan penggunaan CFC dalam The Montreal
Protocol on Subtances that Deplete the Ozone Layer 1987 ini diatur dalam Annex A, berikut
tabel bahan yang dibatasi :

Annex A: Controlled substances 15

Group Substance Ozone-Depleting Potential*

Group I
- CFCl3 (CFC-11) 1.0
- CF2Cl2 (CFC-12) 1.0
- C2F3Cl3 (CFC-113) 0.8
- C2F4Cl2 (CFC-114) 1.0
- C2F5Cl (CFC-115) 0.6
Group II
- CF2BrCl (halon-1211) 3.0
- CF3Br (halon-1301) 10.0
- C2F4Br2 (halon-2402) 6.0
* These ozone depleting potentials are estimates based on existing knowledge and will
be reviewed and revised periodically.

Dari tabel di atas dapat dilihat beberapa bahan CFC dan halon yang memiliki potensi
dapat merusak lapisan ozon di bumi. Dalam protokol Montreal ini masih banyak tabel-tabel
bahan yang sedang diupayakan untuk dibatasi jumlah pemakaiannya dalam upaya untuk
penghentian secara total.

Bab III Penutup


15
Annex A : Controlled Subtances, The Montreal Protocol on Subtances that Deplete Ozone Layer 1987

9
III.1 Simpulan

Dari pemaparan dan data-data yang telah dijelaskan di atas maka dapat disimpulkan
bahwa saat ini lingkungan hidup di dunia sedang mengalami kemunduran, ataupun juga dapat
diartikan bahwa lingkungan hidup saat ini sedang dalam level kritis. Beberapa kejadian di alam
dapat terlihat dan mungkin dapat dirasakan oleh kita semua bagaimana efek yang ditimbulkan
oleh fenomena Global Warming atau Pemanasan Global yang salah satunya diakibatkan oleh
penggunaan bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon. CFC atau ChloroFluoroCarban
merupakan salah satu bahan kimia perusak lapisan ozon yang keberadaannya diperlukan oleh
manusia tetapi juga memiliki efek yang dapat merugikan manusia.

Instrumen hukum nasional maupun internasional sedang mencoba untuk membatasi


sampai dengan melarang penggunaan bahan-bahan kimia perusak lapisan ozon tersebut. Salah
satu instrumen hukum nasional yang membatasi penggunaan HCFC adalah Peraturan Menteri
Perindustrian no. 41 tahun 2014 tentang Larangan Penggunaan HydroChloroFluoroCarbon di
Bidang Industri. Sedangkan, instrumen hukum internasional mengenai bahan-bahan kimia
perusak lapisan ozon ini diatur dalam The Montreal Protokol on Subtances that Deplete Ozone
Layer 1987 berdasarkan Vienna Convention on The Protection of The Ozone Layer 1985.

Instrumen-instrumen hukum diatas tidak dapat terlaksana tanpa adanya tindakan yang
jelas dari para penegak hukum maupun orang-perorangan ataupun badan usaha yang tidak
memperhatikan hal-hal tersebut. Maka dari itu diperlukan kesadaran atas fenomena alam yang
sebenarnya diakibatkan oleh perbuatan manusia itu sendiri.

10

Anda mungkin juga menyukai