Anda di halaman 1dari 18

STRATEGI PEMASARAN INDUSTRI FURNITURE DI

TENGAH PANDEMI CORONA

(DISKURSUS STRATEGI PEMASARAN HERMAWAN KERTAJAYA)

Dosen Pembimbing : Dr. H. Mochamad Edris, Drs. MM

Mata Kuliah : Manajemen Pemasaran

Disusun oleh:

Nama : Faruq Fahmi Rubeka

NIM : 201901062

Jurusan : Program Pasca Sarjana (S2) MM

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVE RSITAS MURIA KUDUS

TAHUN 2020
Strategi Pemasaran Industri Furniture Saat Pandemi Corona
(Diskursus Strategi Pemasaran Hermawan Kertajaya)
Oleh:
Faruq Fahmi Rubeka
201901062

Abstrak
Adanya pandemi virus corona mengakibatkan terganggunya hampir
semua industri bisnis dari berbagi sektor tak terkecuali Furniture. Kondisi saat ini
menjadi tantangan yang sangat berat mengingat beberapa daerah menutup akses
pengiriman ke beberapa wilayah di Indonesia dan terganggungnya cash flow
perusahaan.
Dalam kondisi ini para pelaku bisnis Mebel dituntut untuk mampu
memutar otak mempertahankan usahanya agar tetap berjalan. Perubahan perilaku
masyarakat akibat pendemi perlu cepat disikapi untuk mempertahankan penjualan
produk.
Menurut Hermawan Kartajaya (HK), seorang pakar pemasaran dalam
mengatakan semua ini tentunya perlu dilakukan perubahan pola strategi
pemasaran. Sehingga dengan kondisi saat ini agar tetap menjadi peluang yang
menguntungkan. Secara garis besar HK membagi tiga strategi yang harus
dilakukan para pelaku bisnis di saat pandemi, yaitu Surviving, Preparing, dan
Actualizing. Ketiganya berfokus pada peningkatan mutu pelayanan, produk dan
brand.

Kata Kunci : Strategi pemasaran, Pandemi, Mebel, Furniture

i
Daftar Isi

Pendahuluan.......................................................................................................................1

1. Latar Belakang Masalah.............................................................................................1

Teori Strategis/teoritis........................................................................................................5

A . Pengertian Strategi...................................................................................................5

B. Pengertian Pemasaran................................................................................................5

Pembahasan.......................................................................................................................7

A. Bauran Pemasaran/Marketing mix............................................................................7

B. Strategi Pemasaran Hermawan Kartajaya Saat Pandemi.........................................10

Surviving..................................................................................................................10

Preparing..................................................................................................................11

Actualizing...............................................................................................................11

C. Analisis Pada Industri Furniture..............................................................................12

Kesimpulan dan Saran......................................................................................................14

A. Kesimpulan.............................................................................................................14

B. Saran........................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15

ii
Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Mebel merupakan salah satu produk kayu yang diperlukan oleh
masyarakat untuk memenuhi berbagai keperluan hidupnya. Pada saat ini,
penggunaan mebel secara umum dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat
digunakan sebagai perabot rumah tangga. Penggunaan produk kayu untuk mebel
cenderung menurun karena adanya substitusi oleh bahan pengganti kayu. Dalam
hal ini, barang substitusi yang dapat menggantikan kayu dengan manfaat yang
sama, antara lain: plastik, rotan, bambu, kaca, dan logam.

Kementerian Perindustrian mencatat imbas krisis virus corona atau Covid-19


dalam kegiatan ekspor industri kecil menengah (IKM) furnitur dan kerajinan
terpangkas berkisar 3 persen -5 persen. Direktur Jenderal Industri Kecil Menengah
dan Aneka (IKMA) Kemenperin Gati Wibawaningsih menyebut tak hanya
pembatalan order tetapi ada juga terjadi penangguhan pembelian hingga 70
persen. Berhentinya aktivitas operasional pelabuhan di negara tujuan ekspor juga
menjadi salah satu kendala IKM tanah air di sektor furnitur dan kerajinan.

Akibatnya, aktivitas ekspor menurun siginifikan yang membuat cash flow


perusahaan terganggu hingga mengakibatkan kredit yang dibayarkan berpotensi
mengalami kemacetan. Merujuk neraca perdagangan industri furnitur yang
mengalami surplus pada Januari 2020, dengan nilai ekspor sebesar US$113,36
juta. Adapun nilai ekspor tersebut, naik 8,2 persen dibandingkan dengan capaian
pada Desember 2019. Sepanjang tahun lalu, nilai ekspor furnitur nasional
menembus hingga US$1,69 miliar atau naik 4 persen dibanding perolehan tahun
sebelumnya.

1
Industri kerajinan di Indonesia jumlahnya cukup banyak, yakni lebih dari 700.000
unit usaha dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 1,32 juta orang.
pandemi Covid-19 juga memberikan dampak terhadap ketersediaan dan harga
bahan baku bagi pelaku IKM furnitur dan kerajinan mengalami kenaikan akibat
volume impor yang menurun.Sementara itu, perusahaan IKM mematuhi protokol
kesehatan dengan menerapkan pembatasan sosial atau social distancing. Hal ini
kemudian mengakibatkan perusahaan memangkas produksinya dan membatasi
jumlah karyawan yang bekerja.

Dalam menjalankan usahanya, kondisi industri kecil di Indonesia menghadapi


persaingan yang berat. Strategi pemasaran dalam dalam berbagai bentuk
seperti terobosan pasar baru, penetapan strategi pasar jitu, peningkatan kualitas
produk, dan daya saing produk yang dihasilkan relevan dilakukan untuk
menghadapi berbagai tantangan yang dihadapi oleh industri kecil mebel tersebut.
Berkaitan dengan hal tersebut, maka kegiatan penelitian mengenai strategi
pemasaran mebel kayu diperlukan untuk memberikan solusi strategi pemasaran
yang efektif dan efisien bagi perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan
hidup usahanya.

Sekretaris Jenderal Himki Abdul Sobur mengatakan sekitar 30 persen dari total
tenaga kerja subkontraktor industri furnitur telah mengalami PHK. Dengan kata
lain, sekitar 120.000 tenaga kerja industri furnitur telah dirumahkan. Sobur
mencatat industri furnitur menyerap tenaga kerja hingga 2,1 juta orang dengan
berbagai jenis kontrak.1

Adapun, 80 persen dari total pabrikan furnitur masih berada di level industri kecil
dan menengah (IKM) dengan omzet kurang dari US$1 juta dolar. penyebab utama
dari besarnya gelombang PHK tersebut adalah berhentinya atau ditundanya
permintaan pasar global sejak awal Maret 2020. Sementara itu, ujarnya, 95 persen

1
https://ekonomi.bisnis.com/read/20200324/12/1217636/dampak-pandemi-corona-phk-mulai-
melanda-industri-furnitur, diakses pada (25/5/2020)

2
pelaku industri furnitur nasional berorientasi ekspor. pabrikan furnitur di level
IKM hanya memiliki kemampuan arus kas rata-rata 1 minggu.

Dengan penghentian maupun penundaan pemesanan yang mencapai 3 minggu,


PHK tidak dapat dihindari. pabrkan furnitur besar, memiliki kekuatan arus kas
untuk menahan produksi lebih lama yakni sekitar 1-3 bulan. Namun demikian,
ujarnya, beban utang pabrikan juga akan membesar. perbaikan keadaan saat ini
hanya bisa dilakukan jika negara tujuan ekspor telah membaik. Sementara itu,
ujarnya, pemerintah hanya dapat membantu meringankan beban pabrikan untuk
kembali berproduksi saat wabah Covid-19 mereda. wabah Covid-19 akan
menimbulkan krisis yang lebih dalam dibandingkan krisis pada 1998. Pasalnya,
krisis 1998 merupakan krisis yang berasal dari dalam negeri yang bisa
dikendalikan, sedangkan wabah corona faktor utamanya berada di luar negeri
yang tidak bisa dikendalikan.

Pakar marketing sekaligus Founder and Chairman MarkPlus Inc Hermawan


Kartajaya meyakini walau situasi sulit, masih ada peluang untuk bertahan, bahkan
bertumbuh lebih baik selepas covid-19. Ada ancaman berbahaya, ada peluang.
Mungkin seorang profesional hanya melihat ancaman. Tapi entrepreneur
melihatnya peluang. Dalam mempertahankan bisnisnya, entrepreneur harus tahu
pengeluaran mana yang bisa dihemat, pemasukan mana yang bisa dipertahankan.
Mungkin menghadirkan segmen baru, sampai menawarkan harga lebih murah.
(Hermawan Kartajaya, video Youtube di kanal Marketeers, Senin, 30/3/2020).

Dalam video tersebut, Hermawan menghadirkan empat konten serial marketing


yang dinamakan Marketing in Crisis Time. Selain mengajak pelaku bisnis
bertahan dan manfaatkan peluang setelah covid-19, serial tersebut juga membahas
leadership serta bagaimana masyarakat Indonesia bisa berkaca pada krisis
1998.Hermawan mencontohkan produk seluler kartu prepaid. Sebelum krisis yang
melanda Asia tersebut, layanan postpaid lebih disukai. Namun ketika muncul

3
layanan prepaid, produk ini justru masif digunakan konsumen hingga kini.
Padahal ketika itu tarif per menit prepaid lebih mahal dibanding postpaid.

Walau mungkin langkah-langkah mempertahankan bisnis akan cukup menyita


investasi, terutama di tengan krisis, Hermawan yakin perusahaan atau brand yang
tetap inovatif serta mempertahankan kualitas layanannya akan semakin bertumbuh
pasca covid-19. Pasalnya mereka akan tetap diingat karena manuver dan strategi
loyalnya kepada konsumen.

Keyakinan bisnis dan perusahaan-perusahaan di Indonesia untuk bangkit kembali


pasca covid-19 juga berkaca pada sejarah. Setelah krisis 1998, banyak
konglomerasi-konglomerasi baru lahir di Indonesia. Kondisi-kondisi di atas
seharusnya kian membangkitkan optimisme pasar di Indonesia setelah krisis usai.

Paper ini bertujuan untuk mengetahui faktor yang berpengaruh terhadap


pemasaran mebel kayu di Sentra Industri Kecil Kabupaten Jepara dan menyusun
alternatif strategi pemasaran yang tepat dijalankan industri kecil dalam upaya
mempertahankan dan meningkatkan posisi pasar saat pandemi

4
Teori Strategis/teoritis

A . Pengertian Strategi
Kata strategi berasal dari bahasa yunani “strategia” yang diartikan sebagai
“the art of the general” atau seni seorang panglima yang biasanya digunakan
dalam peperangan. Dalam pengertian umum, strategi dalah cara untuk
mendapatkan kemenangan atau mencapai tujuan. Strategi pada dasarnya
merupakan seni dan ilmu yang digunakan dan mengembangkan kekuatan
(ideology, politik, ekonomi, sosial-budaya dan hankam) untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Menurut Stephanie K. Marrus (carapedia.com /
pengertian_defenisi_strategi_ info2036.html ) mendefenisikan Strategi sebagai
suatu proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan
jangka panjang organisasi,diserta penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana
agar tujuan tersebut dapat dicapai. Sedangkan menurut Fred R. David
(Strategika.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/) dalam bukunya
“Strategic Management : Concep dan Cases” mendefenisikan Strategi sebagai
cara untuk mencapai tujuan jangka panjang. Strategi bisnis bisa perluasan
geografis, deversifikasi, akuisisi, pengembangan produk, penetrasi pasar,
rasionalisasi karyawan,divestasi,likuidasi dan joint venture.

B. Pengertian Pemasaran
Pemasaran merupakan kegiatan yang terpenting di dalam kehidupan
perusahaan sebagai usahanya untuk mencapai tujuan, mengembangkan
usaha,mendapatkan laba serta mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan
itu sendiri. Beberapa ahli ekonomi mengemukakan defenisi pemasaran sebagai
berikut “ pemasaran adalah suatu system total dari kegiatan bisnis untuk
merencanakan,menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang-
barang yang dapat memuaskan keinginan dan jasa yang baik kepada konsumen
saat ini maupun konsemen potesial “ (William J Stanton,1995:7), sedangkan

5
menurut kotler Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana seseorang
atau kelompok memperoleh apa yang mereka inginkan memalui penciptaan dan
pertukaran nilai produk dengan pihak lain “(philip kotler, 1993:4)”

Konsep pemasaran yang telah diungkapkan dengan berbagai cara :


1. Temukan keinginan pasar dan penuhilah.
2. Buatlah apa yang dapat dijual dan jangan berusaha menjual apa yang dapat
dibuat.
3. Cintailah pelanggan bukan produk anda.
4. Lakukanlah menurut cara anda.
5. Andalah yang menentukan.
6. Melakukan segalanya dalam batas kemampuan untuk menghargai uang
pelanggan yang sarat dengan nilai,mutu dan kepuasan.
Dalam hal ini tujuan dari pemasaran itu sendiri ialah memberi kepuasan
konsumen dalam membeli produk yang ditawarkan,sebab konsumen ialah
penyampai berita terbaik apabila mereka puas dengan apa yang kita berikan.
Menurut DjokoSantoso Moeljono konsumen adalah seseorang yang secara terus
menerus dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama, untuk memeuaskan
keinginannya dengan memiliki suatu produk,atau mendapatkan suatu jasa, dan
membayar produk atau jasa tersebut.

6
Pembahasan

A. Bauran Pemasaran/Marketing mix


Kita ketahui bahwa pemasaran ialah jantung nya bisnis,oleh karena itu
pemasaran sangat diperlukan untuk menunjang usaha yang dijalankan. Dalam
menjalankan usaha ada 4 variabel yang diterapkan oleh Bandrek Gaul yaitu :
1. Product (Produk)
2. Price (Harga)
3. Place (Tempat)
4. Promotion (Promosi)

Secara garis besar keempat variebel tersebut dapat dijelaskan melalui penjelasan
masing-masing sebagai berikut :

1. Product ( Produk)
Definisi produk menurut Philip Kotler “ Dasar-dasar pemasaran”
(1989:89) adalah sebagai berikut :
“ Produk adalah apa yang dapat ditawarkan di dalam pasar untuk dipertahankan,
dimiliki, digunakan, atau dikonsumsi sehingga dapat memuaskan keinginan atau
kebutuhan termasuk didalamnya objek fisik,jasa,orang,tempat organisasi dan
gagasan “
Sehingga dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud produk adalah suatu yang
berwujud maupun sesuatu yang tak berwujud lazim disebut jasa. Dari definisi
diatas terkandung tiga makna yang perlu dibedakan :
1. Produk ini yang merupakan manfaat yang dicari pembeli.
2. Produk formal yaitu obyek fisik yang ditawarkan seperti : kemasan,merek,
mutu
3. Produk yang disempurnakan yaitu mencakup keseluruhan manfaat yang
diberikan oleh produk formal.

7
2. Harga
Dalam penetapan harga jual, perusahaan harus memperhatikan berbagai
pihak antara lain para konsumen akhir,penyalur, saingan,para supplier, bahan,
dana, tenaga kerja dan para manajer perusahaan yang bersangkutan.
Segala keputusan yang berhubungan dengan harga akan sangat mempengaruhi
beberapa aspek kegiatan perusahaan baik yang menyangkut penjualan maupun
keuntungan yang didapatkan. Acuan atau dasar yang seriing dijadikan konsumen
dalam menilai harga adalah :
1. Harga poduk lain
2. perubahan waktu pembelian
3. lingkungan pembelian
Penetapan harga yang dilakukan oleh usaha bandrek gaul ialah
memperhatikan pemangku kepentingan (stakeholder) yaitu
konsumen,pemerintah,pemasok,distributor, dan pesaing. Sehingga harga yang
ditetapkan terjangkau oleh konsumen.
3. Place (Tempat)
Keputusan penentuan dan saluran distribusi yang digunakan untuk
memberikan jasa kepada pelanggan melibatkan pemikiran tentang bagaimana cara
mengirim atau menyampaikan jasa kepada pelanggan.
4. Promotion (Promosi)
Menurut Philip kotler “ Manajemen Pemasaran Dasar :: (1983 : 177)
membagi fungsi promosi kedalam beberapa elemen :

a. Periklanan
yaitu setiap penyajian yang bukan dengan orang pribadi dan promosi,ide-ide,
barang atau jasa dengan pembayaran oleh suatu sponsor tertentu. Adapun fungsi
periklanan adalah sebagai berikut :
- Memberikan informasi
- Membujuk atau mempengaruhi
- Menciptakan kesan (image)
- Memuaskan keinginan

8
- Periklanan merupakan alat komunikasi
b. Penjualan pribadi (personal selling)
yaitu penyajian yang secara lisan dalam percakapan bersama calon pembeli
dengan tujuan melaksakan jual beli.

9
B. Strategi Pemasaran Hermawan Kartajaya Saat Pandemi

Bagan A. Konsep Pemasaran Saat Pandemi Hermawan Kartajaya

Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=-muJz0idt20

Hermawan Kertajaya membagi tiga hal penting yang harus dilakukan Perusahaan
untuk bertahan di masa pandemi yaitu Surviving, Preparing, dan Actualizing.
Pelaksanaan ketiga strategi pemasaran ini berdasarkan 4 pembagian waktu, dalam
bagan di atas ia menyebutnya Q (Quartal). Disini ia menggambarkan berdasarkan
lama pandemi yang terjadi. Misal pandemi berlangsung selama 6 bulan Q1-Q2
adalah pengambaran 3 bulan pertama terjadi Pandemi, sedangkan Q3-Q4 adalah
penggambaran triwulan kedua.

Surviving
Pada masa awal pandemi yaitu di Triwulan pertama, perusahaan bisa melakukan
Surviving/Servicing. Dalam hal Finance perusahaan dapat melakukan strategi
Cash Flow. Pengeluaran berkelanjutan seperti biaya gaji, pajak, sewa, utilitas, dan

10
pembayaran pinjaman – pengeluaran dan tagihan yang harus Anda bayar tepat
waktu untuk menjaga aktivitas operasional bisnis Anda tetap berjalan.

Ketidakpastian terkait dengan pergerakan Arus Kas membuat bisnis Anda sulit
untuk melakukan investasi untuk kebutuhan jangka panjang. Dan tentu hal
tersebut juga menyebabkan tekanan besar pada pemilik saat ia berjuang untuk
menjaga keseimbangan Arus Kas. Untuk itu yang pertama dilakukan adalah
menjaga supaya arus kas dapat stabil terlebih dahulu.

Fase Surviving Perusahaan harus mempertahankan Customer. HK menilai


terjadinya pandemi dapat merubah sikap customer terhadap suatu produk, untuk
itu perusahaan dapat meyakinkan Customer bahwa produk yang ia pakai benar
benar aman, dan meyakinkan bahwa produk anda dibutuhkan. Dalam hal ini
Teknologi memiliki peranan penting, karena membatasi tatap muka langsung,
keintiman antar Customer harus tetap terjaga melalui Online maupun Offline.

Preparing
Di tengah tengah Triwulan pertama menuju kedua, Perusahaan harus melakukan
persiapan persiapan. Diantaranya, melakukan Balancing dalam aliran kas, jangan
sampai asetnya termakan karena adanya pandemi. Disinilah saatnya mulai
melakukan peningkatan terhadap produk, peningkatan disini diartikan perbaikan
kualitas. Perusahaan bisa mulai memperbaiki pola Delivery, karena pembelian
langsung dibatasi maka bisa lewat jalan online. Sehingga perusahaan harus
melakukan inovasi teknologi, mulai memperbaiki sistem pengiriman barang.

Actualizing
Di Triwulan terakhir, perusahaan mulai menyiapkan diri untuk menghadapi masa
setelah pandemi. HK menyebutnya “It will never be same again!” dimana
semuanya tidak akan berlangsung sama persis ketika sebelum pandemi. Hal hal
baru dibutuhkan untuk menghadapi masyarakat yang baru. Masa ini perusahaan

11
perlu memperhatikan profit/loss, apabila sebelumnya perusahaan berkutat dalam
mempertahankan aliran kas dan balancing, kini perusahaan harus mulai
memikirkan keuntungan. Hal tersebut bisa dilakukan dengan membuat branding
baru atau memperbaiki branding. Apabila branding pertama gagal di pasar, maka
harus menggantinya dengan yang baru. Tentunya dengan peningkatan kualitas.
Perusahaan harus mampi menciptakan teknologi yang Humanity, disini diartikan
teknologi yang memiliki keramahan, seolah olah yang melayani adalah manusia,
face to face, walaupun itu menggunakan online.

C. Analisis Pada Industri Furniture


Hermawan Kartajaya, Founder dan Chairman MarkPlus, Inc. memaparkan
setidaknya terdapat dua kasus yang dapat dialami perusahaan pada masa krisis,
yaitu turun (storm) seperti industri pariwsata, Furniture dan ritel, serta tumbuh
(windfall) seperti farmasi, telekomunikasi, dan e-commerce. Perusahaan juga
perlu memikirkan strategi jangka panjang dan pendek bagi brand mereka.
Sehingga, mereka dapat bertahan saat dan setelah pandemi. Diperlukan rencana
SPA (servicing/surviving, preparing, dan actualizing) dalam masa krisis seperti
saat ini.

Perusahaan harus menggabungkan short term dan long term. Sehingga tidak
hanya surviving atau servicing yang ditingkatkan, tapi juga harus preparing untuk
long term. Tahap surviving atau servicing menekankan pada strategi perusahaan
dalam jangka pendek. Dalam tahap ini, dibagi menjadi dua strategi marketing
yaitu customer management dan product management. Tahap ini juga disebut
sebagai Marketing Continuity Brand (MCB), artinya pemasar sadar jika brand
harus berkelanjutan. Berbicara mengenai customer management, tak lepas dari
anxiety dan desire konsumen. Dalam masa krisis ini, konsumen ingin dimengerti
kegelisahannya, sehingga brand Furniture harus responsif dan berempati pada
kebutuhan mereka.

12
Brand Furniture dalam tahap servicing juga harus menunjukkan reliability produk
mereka, apakah produk aman dibeli, gampang diakses, dan bisa diandalkan.
Selain itu, brand juga harus memberikan assurance atau jaminan rasa aman.
Sedangkan dalam product management terdapat price dan promotion. Di masa
krisis, sangat susah untuk membuat produk furniture baru, sehingga price atau
hargalah yang perlu dimainkan. Tidak selalu harus harga murah, melainkan bisa
dengan cara lain seperti subsidi.

Ada pula promotion, yang menekankan pada komunikasi dengan pelanggan. Saat
pandemi, brand furniture banyak yang tidak bisa berjualan, sehingga hanya dapat
melakukan promosi. Promosi juga bukan berarti promosi jualan produk tapi dapat
berupa komunikasi dengan pelanggan apa yang sedang kita lakukan pada masa
ini.Tahap preparing adalah mempersiapkan jangka panjang setelah krisis berakhir.
Dalam hal ini, perusahaan furniture perlu menyesuaikan Quality, Cost, Delivery,
Service (QCDS). Terdapat beberapa pendekatan yang dapat dilakukan oleh
perusahaan. Pertama, More Quality, Less Price.

Pertama, setelah masa pandemi virus corona konsumen akan lebih mementingkan
kualitas produk. Kedua, Less Cost, More Productivity, perusahaan harus lebih
meningkatkan efisiensi dengan biaya lebih rendah dan produktifitas makin
meningkat.

Sedangkan pendekatan ketiga dan keempat memanfaatkan OMNI online-offline


(O2O). Offline delivery, online transaction diterapkan ketika kita semua semakin
terbiasa menggunakan layanan e-commerce atau platform lain yang serupa seperti
Grab maupun Gojek. Sementara pendekatan terakhir, online service, offline
transaction menawarkan layanan secara online dan terdapat pilihan transaksi
secara offline. Malah pada beberapa kasus, pelanggan yang melakukan transaksi
secara offline dapat ditawarkan penawaran menarik.

13
Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan
Dari hal tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa pada prinsipnya
adanya pandemi perusahaan Furniture bisa mengalami kerugian besar, disisi lain
ada peluang yang justru bisa dimanfaatkan. Hal ini menuntut perubahan strategi
pemasaran. Karena masa setelah pandemi juga tidak akan sama seperti sebelum
terjadi pandemi. Perusahaan bisa melakukan tiga metode yaitu Suviving,
Preparing, dan Actualizing. Di Triwulan pertama perusahaan harus bertahan
dengan aliran kas, pada triwulan kedua harus menyeimbangkan keuangan, dan
triwulan ketiga harus memikirkan memperoleh keuntungan. Dunia setelah
pandemi akan meningkatkan intensitas manusia dalam menggunakan media
online, sebab sebelumnya pertemuan tatap muka dibatasi. Untuk itu perusahaan
harus mampu memaksimalkan penggunaan media, baik dalam komunikasi dengan
customer maupun dalam pengiriman produk.

B. Saran
Saran yang diberikan penulis untuk industri Furniture di masa pandemi adalah:
1. Membuat diskon produk untuk meningkatkan penjualan agar aliran kas
stabil terlebih dahulu di triwulan pertama.
2. Promo bisa dilakukan dengan menurunkan harga barang yang paling
banyak tersedia dan permintaan sedikit.
3. Perusahaan harus menyusun pola komunikasi dengan Customer melalui
Online
4. Perusahaan membuat konsep pengiriman produk secara virtual dengan
bekerjasama dengan penyedia sistem
5. Perubahan brand image perlu dilakukan apabila penjualan terus menurun.
6. Pada masa pandemi perusahaan harus membuat bran image yang aman
dan sesuai aturan pemerintah, dengan menyediakan penyemprotan
desinfektan di produk, pelayanan sesuai standar kesehatan dll.

14
DAFTAR PUSTAKA

www.Strategi.wordpress.com/2007/06/24/pengertian-strategi/

Kartajaya Hermawan, J. M, “Planet OMNI: The New Yin Yang of Business”,


Gramedia Pustaka Utama, 2018

https://www.suaramerdeka.com/news/nasional/227829-corona-menurut-
hermawan-kartajaya-jadi-bahaya-sekaligus-peluang

www.ilmusini.blogspot.com

www.serba-serbi-edukasi.blogspot.com

http://dansite.wordpress.com/2009/04/05/bauran -marketing-mix/

http://id.wikipedia.org/wiki/pemasaran

Kotler, Philip and Kevin Lane Keller 2016. Marketing Managemet. Edisi 15
Global Edition. Pearson.

Fred R. david. Strategic Management,Terjemahan Dono Sunardi, Salemba


Empat,2012

https://ekonomi.bisnis.com/read/20200324/12/1217636/dampak-pandemi-corona-
phk-mulai-melanda-industri-furnitur

https://www.timesindonesia.co.id/read/news/269022/seminar-markplus-
hermawan-kartajaya-ada-peluang-di-balik-pandemi

15

Anda mungkin juga menyukai